PROFESIONALITAS PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA WILAYAH BANDAR LAMPUNG
DALAM PENYALURAN DANA APBN DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh DITA FIONITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ABSTRACT
PROFESSIONALITY OF KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (OFFICIAL ON TREASURY SERVICES OFFICE BANDAR
LAMPUNG / KPPN) IN DISTRIBUTION OF APBN FUND AT LAMPUNG PROVINCE
By
DITA FIONITA
Good governance can be achieved if supported by employees who have high
professionalism that emphasizes accountability in every aspect of performance of its
duties, include in distribution of development funds from the state budget by
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/KPPN of Bandar Lampung that should
be supported by professional personnel. The purpose of this research is to describe
professionality of KPPN Bandar Lampung official in distribution of APBN fund on
Lampung Province.
This type of research is descriptive quantitative approach. The samples were 39
KPPN Bandar Lampung official. Data was collected by questionnaires and
documentation. Data analysis was performed with the formula percentages and
professional enough. This is demonstrated by the data as much as 22 (56.41%)
KPPN Bandar Lampung official who has a professionalism that is in distribution of
APBN fund in Lampung Province.
ABSTRAK
PROFESIONALITAS PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA WILAYAH BANDAR LAMPUNG
DALAM PENYALURAN DANA APBN DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
DITA FIONITA
Tata kelola pemerintahan yang baik dapat terwujud apabila didukung oleh
pegawai yang memiliki profesionalitas tinggi yang mengedepankan aspek
akuntabilitas dalam setiap pelaksanaan tugas-tugasnya. Demikian pula halnya
dengan penyaluran dana pembangunan yang bersumber dari APBN oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara / KPPN Wilayah Bandar Lampung yang harus didukung oleh profesionalitas pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui profesionalitas pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam
penyaluran dana APBN di Provinsi Lampung.
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Sampel penelitian adalah 39 pegawai KPPN Kota Bandar Lampung.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan dokumentasi. Analisis data
kategori sedang atau cukup professional. Hal ini ditunjukkan oleh data sebanyak
22 (56,41%) pegawai KPPN Bandar Lampung yang memiliki profesionalitas yang
sedang dalam Penyaluran Dana APBN di Provinsi Lampung.
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Tentang Profesionalitas ... 10
1. Pengertian Profesi ... 10
2. Pengertian Profesional ... 11
3. Pengertian Profesionalitas ... 12
4. Unsur-Unsur dalam Profesionalitas ... 15
5. Prinsip-Prinsip Profesionalitas ... 20
6. Kode Etik dalam Profesionalitas ... 21
B. Tinjauan Tentang Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ... 23
1. Pengertian KPPN ... 23
2. Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang KPPN ... 23
3. Visi dan Misi KPPN ... 24
4. Tujuan dan Sasaran KPPN ... 25
5. Mekanisme Pencairan Dana pada KPPN ... 26
C. Kerangka Pikir ... 29
III METODE PENELITIAN ... 31
A. Tipe Penelitian ... 31
B. Definisi Konsep ... 31
C. Definisi Operasional... 32
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 33
E. Jenis Data ... 34
F. Skala Data dan Penentuan Skor ... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Teknik Pengolahan Data ... 36
IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38
A. Sejarah Singkat KPPN Bandar Lampung ... 38
B. Organisasi dan Wilayah Kerja KPPN Bandar Lampung ... 39
C. Kedudukan KPPN Bandar Lampung ... 39
D. Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang KPPN Bandar Lampung 40
E. Visi dan Misi KPPN Bandar Lampung ... 42
F. Tujuan dan Sasaran KPPN Bandar Lampung ... 43
G. Susunan Organisasi dan Uraian Tugas pada KPPN Bandar Lampung ... 44
V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Identitas Responden ... 48
1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48
2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 49
3. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 49
4. Identitas Responden Menurut Pangkat/Golongan ... 50
5. Identitas Responden Menurut Jabatan ... 51
B. Profesionalitas Pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam Penyaluran Dana APBN di Provinsi Lampung ... 51
1. Pendidikan ... 52
2. Keterampilan ... 59
3. Pelatihan ... 70
4. Otonomi Kerja ... 77
5. Kode Etik ... 84
C. Kategori Profesionalitas Pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam Penyaluran Dana APBN di Provinsi Lampung ... 91
D. Pembahasan ... 93
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Saran ... 104
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemerintahan Daerah di era otonomi daerah harus mampu menampilkan
profesionalitas, etos kerja tinggi, keunggulan kompetitif dan kemampuan
memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai penyelenggara pemerintahan dan pelayanan publik. Hal ini sesuai
dengan tuntutan masyarakat terhadap terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Tata kelola pemerintahan yang baik dapat terwujud apabila didukung oleh
pegawai yang memiliki profesionalitas tinggi yang mengedepankan aspek
akuntabilitas dalam setiap pelaksanaan tugas-tugasnya. Akuntabilitas ini
sangat diperlukan dalam kaitannya dengan penggunaan keuangan
pemerintah (negara), sehingga potensi pemborosan anggaran akan dapat
diminimalisasi.
Akuntabilitas publik pada hakikatnya merupakan standar professional
yang harus dicapai atau dilaksanakan aparat pemerintah dalam
memberikan pelayanan dengan daya tanggap yang tinggi sesuai aspirasi
2
Akuntabilitas publik tersebut dapat terlaksana apabila pegawai memiliki
profesionalitas dalam bekerja.
Profesionalitas kerja sangat tergantung pada kemampuan dan kompetensi
seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang tugas dan
tingkatan masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari
segala segi sesuai dengan porsi, obyek, bersifat terus menerus dalam
situasi dan kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu penyelesaian
pekerjaan yang relatif singkat.
Profesionalitas pegawai pemerintahan ini sejalan dengan Pasal 3 ayat (1)
Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang
menyebutkan:
Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur pegawai negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan
Pada tataran tersebut, pendekatan manajemen sumber daya manusia yang
berbasis pada perkembangan pengetahuan merupakan salah satu pilar
penting, karena manajemen pengelolaan sumber daya manusia dapat
dipandang sebagai pendekatan baru secara komparatif terhadap
manajemen personalia yang memandang orang sebagai sumber daya kunci
Kesiapan sumber daya pegawai pemerintah daerah dalam pelaksanaan
wewenang dari daerah merupakan suatu tuntutan profesionalitas pegawai
pemerintah yang berarti memiliki kemampuan pelaksanaan tugas, adanya
komitmen terhadap kualitas kerja, dedikasi terhadap kepentingan
masyarakat sebagai pihak yang dilayani oleh pemerintah daerah. Hal ini
sesuai dengan pendapat M. Irfan Islamy (2000:12), apabila kepentingan
publik adalah sentral, maka menjadikan administrator publik sebagai
profesional yang proaktif adalah mutlak, yaitu administrator publik yang
selalu berusaha meningkatkan responsibilitas obyektif dan subyektifnya
serta meningkatkan aktualisasi dirinya.
Pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara professional,
terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Landasan hukum pengelolaan keuangan negara termasuk di
dalamnya pengelolaan keuangan daerah diatur di dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan negara.
Ketentuan mengenai pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Pelaksanaan Undang-undang Keuangan negara dan Perbendaharaan
Negara ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan
4
desentralisasi dan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara, sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Suatu
daerah akan dapat menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri jika
memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai. Hal di atas sesuai
dengan pendapat Josef Riwo Kaho (2005: 65), bahwa salah satu kriteria
penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah kemampuan self
supporting dalam bidang keuangan.
Keuangan daerah memiliki posisi yang amat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana dinyatakan bahwa:
Pemerintahan daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan,
pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria
untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus
rumah tangganya sendiri.
Dana pembangunan daerah berasal dari dua sumber yaitu dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Kelancaran pembangunan daerah sangat
Penyaluran dana pembangunan yang bersumber dari APBN dikelola oleh
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), yang dikelola oleh
KPPN Wilayah Bandar Lampung. Sumber dana pembangunan yang
bersumber dari APBD berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Alokasi Umum (DAU).
Penelitian ini difokuskan pada penyaluran dana APBN dari pemerintah
pusat kepada Provinsi Lampung, adapun data distribusi atau penyebaran
dana APBN Provinsi Lampung pada tahun 2012 yang diperuntukkan bagi
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD yang ada di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung tersaji dalam Tabel 1:
Tabel 1. Alokasi Dana APBN Provinsi Lampung Tahun 2012
No Asal Dana Tahun 2012 (Milyar)
DK TP UB
1 2 3 4 5
1. Dalam Negeri 38,87 2,87 322,18
2. Pertanian 83,47 227,03 -
3. Perindustrian 3,180 - -
4. ESDM 0,74 - -
5. Pendidikan 467,28 0,71 -
6. Kesehatan 22,67 23,41 -
7. Nakertrans 16,64 26,31 -
8. Sosial 18,41 0,93 -
9. Kehutanan 7,68 - -
10. Kelautan & Perikanan 9,81 17,48 -
11. Pekerjaan Umum 6,61 50,72 22,05
12. Budaya & Pariwisata 2 1,50 -
13. Lingkungan Hidup 6,40 - -
14. Koperasi & UKM 3,65 - -
15. Perpustakaan 3,25 - -
16. BKPM 0,50 - -
17. Arsip nasional 0,01 - -
18. Perdagangan 2,16 20,00 -
19. Pemuda & OR 7,2 -
Sumber : KPPN VII Bandar Lampung, 2012.
6
Selain penyaluran dana bagi SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung, dana APBN juga disalurkan bagi instansi vertikal
(Kantor Daerah dan Kantor Pusat). Adapun jumlah dana bagi Satuan kerja
Kantor Daerah adalah sebesar 4,75 Trilyun dan 1,68 Trilyun.
Dana APBN merupakan penyumbang yang besar bagi pendanaan
pembangunan daerah Provinsi Lampung. Evaluasi penyaluran dana APBN
tersebut dilakukan dalam empat Triwulan setiap tahunnya. Mengingat
besarnya peran APBN bagi pembangunan, maka sudah seharusnya
penyaluran dana berjalan lancar, tetapi pada kenyataannya penyaluran
dana pada Triwulan I dan Triwulan II berjalan tersendat, bahkan sampai
Triwulan III sehingga terjadi penumpukan di akhir tahun Anggaran.
Penumpukan di akhir tahun anggaran memicu pelaksanaan pembangunan
yang kurang efektif. Gambaran kondisi penyaluran dana APBN Provinsi
Lampung tersaji pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Realisasi Penyaluran Dana Pembangunan APBN Provinsi Lampung oleh KPPN VIII Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2012
TAHUN TOTAL DIPA
(000)
TW I
(%) TW II (%)
TW III (%)
TW IV (%)
2011 4.400.567.301 7,5 24,69 48,40 78,10
2012 4.893.671.568 10,5 32,77 56,17 94,81
Sumber : KPPN VII Bandar Lampung, 2013.
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka diketahui bahwa tingkat
kerja Perangkat Daerah (SKPD) mulai dari Triwulan I sampai dengan
Triwulan III sangat rendah. Rendahnya penyerapan anggaran ini
merupakan permasalahan penelitian (problem research), karena
penyerapan anggaran mulai dari Triwulan I sampai dengan Triwulan III
seharusnya tinggi atau di atas 75%. Rendahnya penyerapan anggaran
tersebut dapat berkaitan dengan belum optimalnya profesionalitas
pegawai. Hal ini menunjukkan pelaksanaan pembangunan di Provinsi
Lampung terjadi penumpukan di akhir tahun atau pada Triwulan IV setiap
tahunnya.
Secara teoritis penyaluran dana pembangunan wilayah seyogyanya pada
setiap tahunnya terbagi rata pada setiap termin pembangunan atau setiap
triwulannya. Pada setiap triwulan sebesar 25%, sehingga pada akhir tahun
atau triwulan IV secara akumulatif mencapai 100% seperti tercermin pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Pembagian Realisasi Penyaluran Dana Pembangunan APBN setiap Triwulan
TOTAL
PAGU DIPA TW I (%)
TW II (%)
TW III (%)
TW IV (%)
100 % 25 50 75 100
Sumber : KPPN VII Bandar Lampung, 2013.
Berdasarkan data pada tabel di atas maka diketahui bahwa apabila
penyaluran sumber dana APBN tidak terjadi penumpukan pembangunan
di akhir tahun, pembangunan akan berjalan lebih lancar. Penumpukkan
dana diakhir tahun diduga menjadi penyebab pelaksanaan pembangunan
8
Pembangunan fisik akan juga dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat
menggangu kelancaran dan kualitas pembangunan yaitu faktor cuaca, di
mana wilayah di negara tropis akan memasuki musim penghujan. Tingkat
penyerapan yang rendah ini menjadi trend di setiap awal tahun anggaran.
Hal ini memerlukan kajian untuk mengetahui sumber penyebab
rendahnya tingkat penyerapan anggaran yang tidak terdidistribusi secara
sempurna pada setiap awal tahun (TW 1, TW II dan TW III ).
Tingkat penyerapan anggaran pembangunan sangat ditentukan oleh
profesionalitas pegawai penyelenggara negara, baik di Pemerintah
Daerah Provinsi Lampung maupun di KKPN Wilayan Bandar Lampung.
Profesionalitas yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Mulyasa (2006: 40), bahwa profesionalitas kerja terdiri dari
keterampilan, pendidikan, pelatihan, otonomi kerja dan kode etik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis akan melakukan
penelitian untuk mengkaji lebih lanjut mengenai profesionalitas pegawai
KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam penyaluran dana APBN di
Provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah
profesionalitas pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui profesionalitas pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung
dalam penyaluran dana APBN di Provinsi Lampung.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembangan ilmu mengetahuan khususnya ilmu pemerintahan
dalam mengkaji tentang proses kelancaran pendanaan pembangunan
di Provinsi Lampung.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna sebagai
kontribusi bagi pegawai KPPN Bandar Lampung dalam
meningkatkan profesionalitas di bidang pengelolaan keuangan daerah
di Provinsi Lampung. Selain itu diharapkan bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai profesionalitas
pegawai pemerintah KPPN dalam pengelolaan Keuangan Daerah di
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Profesionalitas
1. Pengertian Profesi
Menurut Mulyasa (2006: 44), profesi adalah sebuah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan
keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik,
serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Menurut Kusnandar (2007: 211), profesi adalah suatu kumpulan atau set
pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal
dari perannya yang khusus di masyarakat.
Menurut A.S. Moenir (2002: 63):
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
profesi pada dasarnya adalah serangkaian aktivitas atau pekerjaan yang
sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain yang harus
diiringi dengan keahlian, keterampilan, dan tanggung jawab pada masyarakat
2. Pengertian Profesional
Menurut Kusnandar (2007: 213), professional adalah sifat dari suatu profesi,
artinya suatu kumpulan pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan
atau standar operasional pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Menurut A.S. Moenir (2002: 64):
Profesional adalah sebutan bagi seseorang yang mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam, mampu melakukan kreativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya serta harus selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi. Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tersebut.
Menurut Mulyasa (2006: 45), profesional adalah seseorang yang memiliki
kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu dan berkaitan dengan kepandaian
khusus untuk menjalankannya. Profesional merupakan sikap yang mengacu
pada peningkatan kualitas profesi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa
profesional adalah sebutan bagi sesorang yang melaksanakan suatu pekerjaan
dengan baik sesuai dengan profesinya masing-masing yang didasarkan pada
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku untuk melaksanakan pekerjaan
12
3. Pengertian Profesionalitas
Menurut Mulyasa (2006: 46), profesionalitas adalah kondisi, arah, nilai,
tujuan, dan kualitas keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang.
Menurut Kusnandar (2007: 214), profesionalitas adalah sebutan yang mengacu
pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi
untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.
Profesionalitas sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
Menurut A.S. Moenir (2002: 69), profesionalitas kerja merupakan tolak ukur
dalam menilai efektivitas dan efisiensi kinerja instansi pemerintah dalam
melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai
langkah-langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses
yang dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa
pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran
kerja. Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah- langkah
sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan
aliran kerja.
Profesionalitas kerja pegawai digunakan dalam kebijakan pemerintah dalam
pemerintahan yang terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya, pemerintah
daerah perlu memiliki dan menerapkan prosedur kerja yang standar. Prosedur
kerja merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan
indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tuntutan profesionalisme di semua unit kerja pemerintahan dipengaruhi oleh
perkembangan paradigma tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance). Paradigma ini membawa pergeseran dalam pola hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan
prinsip-prinsip good governance. Penerapan prinsip good governance juga
berimplikasi pada perubahan manajemen pemerintahan menjadi lebih
terstandarisasi, artinya ada sejumlah kriteria standar yang harus dipatuhi
instansi pemerintah dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Standar
kinerja ini sekaligus dapat menilai kinerja instansi pemerintah secara internal
dan eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut
dengan prosedur.
Profesionalitas kerja tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena
prosedur selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang
berkaitan dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai
kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas,
responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil kajian
14
prosedur, karena itu seharusnyalah setiap satuan unit kerja pelayanan publik
instansi pemerintah memiliki standar operasional prosedur sebagai acuan
dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dievaluasi dan terukur.
Selanjutnya menurut Handoko (2004: 43):
Profesionalitas kerja adalah suatu sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana aturan yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antarsatuan kerja. Metode merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi.
Profesionalitas kerja sebagai suatu sistem yang memuat tentang proses dan
prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu
standar yang sudah baku. Pengembangan instrumen manajemen tersebut
dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja
pemerintahan dapat terkendali dan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Sebagai suatu instrumen manajemen, prosedur berlandaskan
pada sistem manajemen kualitas, yaitu yakni sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau
jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas
berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
profesionalitas adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi
untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang
bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara
berkesinambungan.
4. Unsur-Unsur dalam Profesionalitas
Menurut Mulyasa (2006: 39):
Profesionalitas pada umumnya berkaitan dengan pekerjaan, namun pada umumnya tidak semua pekerjaan adalah profesi, karena profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Profesionalitas berkaitan dengan mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.
Pengertian ini menggambarkan bahwa profesionalitas memiliki dua kriteria
pokok, yaitu keahlian dan bayaran. Kedua hal itu merupakan satu kesatuan
yang saling berhubungan. Seseorang dikatakan memiliki profesionalitas
manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan
hidupnya.
Menurut Mulyasa (2006: 40), beberapa faktor yang mempengaruhi
profesionalitas kerja adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan
16
b. Pendidikan yang ekstensif
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
c. Pelatihan institusional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
d. Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
e. Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan beberapa unsur yang mempengaruhi profesionalitas kerja adalah
sebagai berikut:
a. Keterampilan
Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis: Professional
dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan
bisa diterapkan dalam praktik
seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan
yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman. Keterampilan sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan
tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan
tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Seorang professional adalah orang yang dengan keterampilannya
mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan jarang atau tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang
ditunjukkan dalam pengalaman sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Keterampilan dalam hal ini merupakan suatu keadaan di mana seseorang
memiliki kecakapan dan kehandalan dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan bidangnya masing-masing berdasarkan ketentuan atau perencanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Pendidikan yang ekstensif
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam
jenjang pendidikan tinggi. Melalui pendidikan yang sesuai maka dapat
ditentukan bahwa suatu jabatan dipegang oleh orang yang berpendidikan
akademik atau bidang keilmuan yang sesuai dengan bidang pekerjaanyang
ditekuninya. Pendidikan seseorang yang sesuai dengan pekerjaan akan
menjadikan pegawai tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam hal
menyesuaikan diri, baik dengan bidang pekerjaan yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
c. Pelatihan institusional
Pelatihan akan dapat mengkondisikan kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing,
sehingga akan menghasilkan pekerjaan secara baik karena ia memang
seseorang yang memiliki kapasitas pada bidangnya. Selain itu pelatihan
dapat mengarahkan pegawai untuk meraih keberhasilan dalam
18
menyelesaikan pekerjaan dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan organisasi.
Pelatihan dalam suatu organisasi berguna untuk memelihara dan
meningkatkan kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan
tugas/pekerjaan lama maupun pekerjaan baru, baik dari segi peralatan
maupun metode. Selain itu untuk menyalurkan keinginan untuk menyadari
segi kemampuan dan memberikan rasa kelegaan pada mereka. Pelatihan
pegawai dilakukan agar pekerjaan daapt dilaksanakan secara efektif dan
efisien dengan adanya kegiatan pelatihan diharapkan dapat memperbaiki
dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan
dari para pegawai. Didalam suatu instansi yang bertujuan untuk mencapai
keuntungan, tujuan ini dapat dicapai dengan baik apabila tenaga kerjanya
dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan berkesinambungan.
d. Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. Maknanya adalah
dengan adanya otonomi kerja maka pegawai diberikan kepercayaan yang
penuh untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, tanpa harus terbebani oleh intervensi atau
campur tangan dari pihak lain.
Sumber daya manusia merupakan bagian yang terpenting dalam
kelancaran jalannya tugas dalam suatu organisasi. Hal ini dapat terlihat
dari tenaga kerja yang digunakan. Oleh sebab itu pencapaian tujuan
instansi tersebut tidak terlepas dari prestasi kerja pegawai tetapi juga
tergantung dengan adanya otonomi kerja yang diberikan pimpinan pada
bawahannya.
e. Kode etik
Kode etik profesi sebagai suatu pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari.membedakan profesi menjadi profesi pada umumnya dan profesi
luhur. Profesi yang beretika adalah profesi yang menekankan pada
pengabdian kepada masyarakat sehingga merupakan suatu pelayanan pada
manusia atau masyarakat dengan motivasi utama bukan untuk memperoleh
nafkah dari pekerjaannya. Profesi pada umumnya terdapat dua hal yang
harus ditegakkan yaitu, menjalankan profesinya dengan bertanggung
jawab baik terhdap pekerjaan maupun hasil dari pekerjaan.
Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan
moral/martabat, motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta
berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi
nilai-nilai moral. Dengan adanya kode etik kepentingan masyarakat yang akan
terjamin sehingga memperkuat kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka profesionalitas yang akan dijadikan sebagai
fokus dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Mulyasa (2006: 40), bahwa
profesionalitas kerja dipengaruhi beberapa faktor yaitu keterampilan,
20
Pengukuran profesionalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
perhitungan data yang bersumber dari kuisioner penelitian, yang selanjutnya
dilakukan pengelompokan berdasarkan kategori yang ditetapkan. Dalam
penelitian ini profesionalitas dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
profesionalitas tinggi, profesionalitas sedang dan profesionalitas rendah.
Sebagai bahan perbandingan profesionalitas pegawai dalam bekerja menurut
Sedarmayanti (2006: 182), memiliki cakupan yang sangat komples, pada
awalnya, adalah kemampuan atau karakteristik dasar yang dimiliki seseorang,
tetapi dapat dikembangkan menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa komponen dasar kemampuan yang dimiliki oleh seorang
professional adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan teknik
Kemampuan teknik dalam prakteknya adalah bersifat keterampilan dan kemampuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
b. Kemampuan manajerial
Kemampuan manajerial berkaitan dengan kemampuan manajerial dalam hal perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan.
c. Kemampuan sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan pihak lain.
d. Kemampuan strategi
Kemampuan strategi adalah kemampuan melihat jauh ke depan sehingga dapat merumuskan berbagai kebijakan yang sifatnya strategis.
e. Kemampuan etika
Kemampuan etika adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan pertimbangan etika dan moral.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa profesionalitas
seseorang dalam bekerja berkaitan erat dengan kemampuan teknik, manajerial,
5. Prinsip-Prinsip Profesionalitas
Menurut A.S. Moenir (2002: 69), beberapa prinsip yang dikembangkan dalam
profesionalitas kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengatur Diri. Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau yang berkualifikasi paling tinggi
b. Layanan publik. Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat
c. Status dan imbalan. Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal ini bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang diberikan pada masyarakat.
d. Tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya yang berdampak pada kehidupan orang lain atau masyarakat umumnya.
e. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
f. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa seorang profesional
memiliki beberapa prinsip yang terus menerus dikembangkan dalam
pelaksanaan pekerjaannya sehingga hasil kerja tersebut mencerminkan
profesionalitasnya dalam bekerja. Beberapa prinsip yang dikembangkan
seorang professional dalam bekerja adalah mengatur diri, layanan publik,
status dan imbalan, tanggung jawab, keadilan dan otonomi.
6. Kode Etik dalam Profesionalitas
Menurut Handoko (2004: 52):
22
Etika di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan
hidup tingkat internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama dan
lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikan kepentingan serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya.
Menurut Handoko (2004: 53), pentingnya kode etik dalam profesionalitas
adalah agar setiap anggota profesi mampu melaksanakan hal-hal yang
menunjukkan profesionalitasnya dalam bekerja, yaitu sebagai berikut:
a. Menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. h. Menentukan baku standarnya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa kode etik merupakan
rangkaian sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh seorang
professional dalam melaksanakan pekerjaannya. Kode etik profesi merupakan
norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
B. Tinjauan Tentang Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
1. Pengertian KPPN
KPPN adalah singkatan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
Kantor ini adalah unit vertikal terkecil dari Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI. KPPN berada di beberapa
Kabupaten/Kotamadya di Indonesia, jumlahnya saat ini mencapai 177 unit.
Masing-masing kantor ini menginduk pada Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan yang berada di tiap Ibukota Provinsi dimana KPPN berada.
Namun sampai saat ini jumlah Kantor Wilayah (Kanwil) masih berjumlah 30
unit karena beberapa Provinsi baru belum mempunyai Kanwil yaitu Papua
Barat, Sulawesi Barat, dan Kep. Riau. Untuk itu beberapa KPPN di tiga
Provinsi tersebut menginduk pada Kanwil di Provinsi terdekat.
2. Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang KPPN
Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan RI Nomor 134/PMK.01/2006
tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, KPPN Bandar Lampung mempunyai
tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan sebagian kewenangan perbendaharaan dan kuasa bendahara umum;
b. Menyalurkan pembiayaan atas beban anggaran,
c. Melakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KPPN Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas tersebut
24
a. Pengujian terhadap dokumen Surat Perintah Membayar (SPM) berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari kas negara atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara);
c. Penyaluran Pembiayaan atas beban APBN;
d. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan;
e. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran Negara melalui dan dari Kas Negara;
f. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang; g. Penyusunan Laporan Pelaksanaan APBN;
h. Penyusunan Laporan Realisasi yang berasal dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri;
i. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
j. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi; k. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan; l. Pelaksanaan kehumasan;
m. Pelaksanaan administrasi KPPN.
Wewenang KPPN adalah menyalurkan pembiayaan atas beban anggaran
SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, instansi vertikal
(Kantor Daerah dan Kantor Pusat) di Provinsi Bandar Lampung dan
melakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan
dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Visi dan Misi KPPN
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi, Kanwil VII Ditjen
Perbendaharaan Bandar Lampung mempunyai visi yaitu “Menjadi Pengelola
Perbendaharaan Negara yang Profesional, Transparan dan Akuntabel dalam
Proses Mewujudkan Bangsa yang Mandiri dan Sejahtera di Wilayah Provinsi
Makna yang terkandung dalam Visi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengelola Perbendaharaan Negara adalah Kantor Wilayah VII Ditjen Perbendaharaan Bandar Lampung sebagai instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan di Provinsi Lampung.
b. Profesional, maksudnya pengelolaan keuangan negara dilaksanakan berdasarkan keahlian dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (bukan berdasarkan kebiasaan yang telah dilaksanakan terdahulu) agar kualitas aparat, kinerja maupun hasil serta sarana dan prasarananya dapat lebih meningkat.Transparan dan Akuntabel, maksudnya pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka, sehat, disiplin, efisien, efektif serta dapat dipertanggungjawabkan dan diinformasikan pada masyarakat umum.
Adapun Misi Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan disusun sebagai
penjabaran dari Misi Ditjen Perbendaharaan yang disesuaikan dengan bidang
tugas dan kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, yaitu :
a. Mewujudkan pelaksanaan anggaran yang berbasis kinerja
b. Mewujudkan pengelolaan kas negara yang transparan dan akuntabel c. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan barang milik/ kekayaan
Negara
d. Menghasilkan pelayanan di bidang perbendaharaan negara dan informasi keuangan yang cepat, tepat dan akurat.
4. Tujuan dan Sasaran KPPN
Tujuan KPPN adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan
b. Meningkatkan kualitas penelaahan dan penilaian serta revisi dokumen pelaksanaan anggaran.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penerapan ketentuan perbendaharaan pada KPPN dan tertib administrasi pengelolaan BMKN.
d. Meningkatkan kualitas penyusunan laporan keuangan secara cepat, tepat dan akurat.
Berdasarkan tujuan tersebut maka diketahui bahwa tujuan KPPN adalah
meningkatkan kualitas penelaahan dan penilaian serta revisi dokumen
26
pada KPPN dan administrasi pengelolaan BMKN, pelaksanaan penerimaan
dan pengeluaran negara, penyusunan laporan keuangan dan kelancaran
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
Adapun sasaran KPPN adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya SDM yang berkualitas melalui pemenuhan hak dan kewajiban, diklat dan GKM.
b. Tersedianya dana, sarana dan prasarana kantor yang memadai guna menunjang pelaksanaan tugas pokok.
c. Terwujudnya ketepatan dalam penyusunan dan penyelesaian dokumen anggaran.
d. Terciptanya tertib administrasi dan pemanfaatan barang milik/kekayaan negar
e. Tersedianya dana APBN sesuai ketentuan yang berlaku. f. Tercapainya target PNBP.
g. Dapat dibukukannya seluruh penerimaan dan pengeluaran APBN. h. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan APBN.
i. Terciptanya pelaksanaan tugas dan fungsi KPPN dan Kanwil sesuai ketentuan yang berlaku.
j. Terwujudnya informasi dan pelaporan perbendaharaan sesuai dengan sistem akuntansi pemerintahan strasi lainnya.
5. Mekanisme Pencairan Dana pada KPPN
Mekanisme pencairan dana pada KPPN adalah sebagai berikut:
(a) Pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(b) Penerbitan surat perintah pencairan dana (SP2D) dari Kas Negara atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara).
(c) Penyaluran pembiayaan atas beban APBN.
(d) Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan
(e) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara
(f) Pengiriman dan penerimaan kiriman uang.
(g) Penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan hibah luar negeri.
(h) Penatausahaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). (i) Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi. (j) Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan. (k) Pelaksanaan kehumasan.
Fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya,
sehingga KPPN merupakan palang pintu terakhir keuangan negara. KPPN lah
yang mengotorisasi duit keluar dari Rekening Kas Negara. Mengingat peran
yang besar dan krusial ini, pegawai KPPN harus berhati-hati dalam
memproses permintaan pencairan dana dari bendahara-bendahara satuan kerja
(kantor-kantor pemerintah di daerah). Maka dilakukanlah proses no.1, semua
dokumen yang menjadi syarat pencairan dana akan diteliti keabsahannya, jika
sudah sesuai secara substansial (isi dokumen) dan formal (sah tidaknya
dokumen) akhirnya dilakukanlah tugas (b). Jika SP2D sudah cair, maka
bagian Bendahara Umum dan Gaji di KPPN akan melakukan proses (c)
dengan menyampaikannya kepada Bank untuk mentransfer Kas Negara ke
rekening pihak ketiga (penyedia barang dan jasa yang menjadi rekanan satuan
kerja). Selanjutnya dilakukanlah proses (d), (e), dan (g). Penyusunan laporan
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara.
Melengkapi tugas-tugas sebelumnya, maka tugas-tugas di atas ini juga sangat
penting. KPPN nantinya akan menyusun Laporan-laporan Keuangan yang
pada intinya menjelaskan berapa anggaran (APBN) yang sudah diserap oleh
Satuan Kerja, menatausakan PNBP, melakukan verifikasi (pencocokan data
dengan Satuan Kerja dan Database Pusat, membuat tanggapan atas temuan
auditor, menjadi humas Ditjen Perbendaharaan di daerah, dan melaksanakan
kegiatan adminitrasi lainnya.
Untuk lebih jelasnya bagan alir prosedur pencairan dana pada KPPN tersebut
C. Kerangka Pikir
Salah satu sumber dana yang membiayai pembangunan yaitu dana Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN). Kelancaran pembangunan daerah sangat
tergantung dari sumber pendanaan pembangunan ini. Pendanaan
pembangunan yang bersumber dana APBN, penyalurannnya dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Di Provinsi Lampung
dikelolah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)Wilayah Bandar
Lampung.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh KPPN Wilayah Bandar
Lampung dalah membantu pegawai pemerintah daerah adalah usaha
menampilkan kinerja pembangunan sebagai wujud dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sesuai dengan aspirasi masyarakat. Secara empirik masyarakat
menginginkan peranan pegawai pemerintah dapat menjalankan tugas-tugas
pelayanan secara optimal. Pembangunan Provinsi Lampung sebagaimana
daerah lainnya sangat tergantung pada kelancaran proses penyaluran
pendanaan pembangunan dari KPPN kepada Pemerintah Daerah.Kelancaran
proses pendanaan oleh KPPN Wilayah Bandar Lampung sangat didukung oleh
profesionalisme pegawainya sebagai garis terdepan penyaluran dana dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Selanjutnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung yang diwakili oleh Satuan
Kerja/Lembaga/Dinas yang ada di Provinsi Lampung sebagai pemakai jasa
pelayanan publik KPPN adalah pihak yang paling berkepentingan dengan
30
sangat tergantung pada kompetensi, kemampuan, sikap, pengabdian dan
keikhlasannya. Profesionalitas sangat ditentukan oleh kemampuan dan
kompetensi pegawai dalam melakukan pekerjaan menurut bidang tugas dan
tingkatan masing-masing. Hasil dari pekerjaan itu lebih ditinjau dari segala
segi sesuai dengan porsi, obyek, bersifat terus-menerus dalam situasi dan
kondisi yang bagaimanapun serta jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang
relatif singkat.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui profesionalitas pegawai KPPN
Wilayah Bandar Lampung dalam penyaluran dana APBN di Provinsi
[image:40.595.104.486.380.725.2]Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut:
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
KPPN Wilayah Bandar Lampung
Penyaluran Dana APBN di Provinsi Lampung
Profesionalitas Pegawai KPPN (Mulyasa,2006: 40)
Pelatihan
Pendidikan Keterampilan Otonomi Kerja
Kode Etik
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif menurut Mohammad Nazir (1998: 63)
adalah adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok manusia,
suatu objek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai
berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara
mengolah dan menghitung data berupa angka-angka atau kuantifikasi.
B. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 121), definisi konsep adalah
pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk
mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.
Berdasarkan definisi di atas maka definisi konsep mengenai profesionalitas
pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam penyaluran dana APBN di
32
melaksanakan tugas menyalurkan dana APBN di Provinsi Lampung secara
profesional, dengan didasarkan pada kesesuaian pendidikan, keterampilan,
pelatihan, otonomi kerja, dan kode etik.
C. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002:123), definisi operasional adalah
petunjuk bagaimana suatu variabel diukur. Berdasarkan pengertian tersebut
maka definisi operasional mengenai profesionalitas pegawai KPPN Wilayah
Bandar Lampung dalam penyaluran dana APBN di Provinsi Lampung adalah:
1. Pendidikan, indikatornya adalah:
a. Kesesuaian latar belakang pendidikan pegawai KPPN dengan bidang
pekerjaan.
b. Kemampuan pegawai KPPN dalam bekerja sesuai latar belakang
pendidikan
2. Keterampilan, indikatornya adalah:
a. Kesesuaian keterampilan pegawai KPPN dengan bidang pekerjaan.
b. Kemampuan pegawai KPPN dalam bekerja sesuai keterampilan
3. Pelatihan, indikatornya adalah:
a. Pegawai KPPN mengikuti pelatihan terkait dengan bidang pekerjaan.
b. Kemampuan pegawai KPPN dalam menerapkan hasil pelatihan sesuai
dengan bidang pekerjaan
4. Otonomi kerja, indikatornya adalah:
a. Kemandirian pegawai KPPN dalam melaksanakan pekerjaan.
5. Kode Etik, indikatornya adalah:
a. Pemahaman pegawai KPPN pada kode etik dalam bidang pekerjaan
b. Kemampuan pegawai KPPN dalam melaksanakan kode etik dalam
melaksanakan pekerjaan
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 56), populasi adalah jumlah
keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Berdasarkan
pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai KPPN Kota Bandar Lampung yang berjumlah 39 orang.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2003: 164), sampel adalah bagian dari populasi yang
masih memiliki karakteristik utama populasi dan ditetapkan sebagai subjek
untuk diteliti. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang
digunakan dalam adalah mengacu pada Sugiyono (2003: 166), bahwa
seluruh anggota populasi dapat ditetapkan sebagai sampel (sampel jenuh),
sehingga sampel penelitian ini adalah pegawai pelaksana pada KPPN Kota
Bandar Lampung yang berjumlah 39 orang.
Para pegawai KPPN Kota Bandar Lampung tersebut terdiri dari 11 orang
(28,21%) sebagai pelaksana pada Subbagian Umum, 15 orang (38,46%)
34
sebagai pelaksana pada Subbagian Bank, Giro dan Pos dan 6 orang
(15,38%) sebagai pelaksana pada Subbagian Verifikasi dan Akuntansi.
Alasan pemilihan para pegawai KPPN tersebut adalah karena mereka
sebagai pelakasana tugas pokok dan fungsi KPPN dan secara langsung
melaksanakan penyaluran dana APBN sehingga sesuai dengan
pembahasan dalam penelitian ini.
E. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan
data sekunder, dengan uraian sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut Nawawi dan Martini (2000: 154), data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden pada
kuisioner penelitian.
2. Data Sekunder
Menurut Nawawi dan Martini (2000: 158), data sekunder adalah data
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian
dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari
perpustakaan atau berupa dokumen-dokumen.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen berupa profil
atau gambaran umum KPPN Wilayah Bandar Lampung, dokumen
dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintahan pada KPPN Wilayah
Bandar Lampung.
F. Skala Data dan Penentuan Skor
Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut
Singarimbun dan Effendi (2002: 112), skala interval adalah skala yang jarak
antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya adalah:
1. Jawaban A diberi skor 3 (tiga), artinya profesional
2. Jawaban B diberi skor 2 (dua), artinya cukup profesional
3. Jawaban C diberi skor 1 (satu), artinya tidak profesional
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Kuisioner
Menurut Hadari Nawawi dan Martini (2000: 167), kuisioner merupakan
daftar pertanyaan atau angket tertulis yang disusun peneliti dan diserahkan
kepada responden untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Kuisioner dalam penelitian ini berisi daftar pertanyaan tertulis tentang
profesionalitas pegawai KPPN Wilayah Bandar Lampung dalam
penyaluran dana APBN di Provinsi Lampung yang terdiri dari 20
pertanyaan dengan menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda.
2. Dokumentasi
Menurut Hadari Nawawi dan Martini (2000: 172), dokumentasi adalah
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumen yang
36
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari profil atau
gambaran umum KPPN Bandar Lampung, dokumen mengenai prosedur
pencairan dana pada KPPN Bandar Lampung dan Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintahan pada KPPN Wilayah Bandar Lampung.
H. Teknik Pengolahan Data
Menurut Hadari Nawawi dan Martini (2000: 178), teknik pengolahan data
dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan tahapan:
1. Editing. Adalah memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai
kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.
2. Koding. Adalah memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar
pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.
3. Tabulasi. Adalah memasukkan data dalam tabel setelah diklasifikasikan
berdasarkan kategori yang sama.
I. Teknik Analisa Data
Analisia data dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
tabel tunggal yaitu menghitung frekuensi dan membuat persentase jawaban
responden pada setiap pertanyaan kuesioner yang diajukan, dengan
menggunakan rumus:
F
P = X 100 % N
Keterangan: P = Persentase
F = Frekuensi Jawaban
Selain diketahui frekuensi dan persentase jawaban responden pada tiap-tiap
pertanyaan kuisioner, juga dihitung nilai rata-rata pada setiap soal.
Perhitungan nilai rata-rata dilakukan dengan membagi total skor dengan
jumlah sampel.
Kategori jawaban responden pada tiap soal ditentuan dengan rumus interval
sebagai berikut: I = K NR NT Keterangan
NT = Nilai Tertinggi = 3 NR = Nilai Terendah = 1
K = Kategori = 3
(Sugiyono, 2003: 275)
Sehingga perhitungan intervalnya adalah sebagai berikut:
I = 3 1 3 = 3 2 = 0.67
[image:47.595.134.515.519.601.2]Sesuai dengan hasil perhitungan di atas, penentuan kategori per soal adalah:
Tabel 4. Penentuan Kategori Jawaban Responden pada Setiap Soal
No Kategori Interval Keterangan
1 Tinggi 2,36 - 3,00 Disesuaikan dengan konteks pertanyaan
2 Sedang 1,68 - 2,35 Disesuaikan dengan konteks pertanyaan
3 Rendah 1,00 - 1,67 Disesuaikan dengan konteks pertanyaan
Perhitungan kategori profesionalitas pegawai KPPN Wilayah Bandar
Lampung dalam penyaluran dana APBN di Provinsi Lampung secara
keseluruhan juga dilakukan dengan menggunakan rumus interval di atas,
tetapi berdasarkan total skor jawaban responden pada 20 pertanyaan yang
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat KPPN Bandar Lampung
Keberadaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Bandar
Lampung yang merupakan ujung tombak pelayanan publik yang dimiliki oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam melaksanakan fungsi pembayaran
tagihan kepada Negara, sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat dengan
nama yang berbeda-beda seperti Kantor Bendahara Negara (KBN) pada
sekitar tahun 1970-an, yang selanjutnya dipecah menjadi Kantor
Perbendaharaan Negara (KPN), dan Kantor Kas Negara (KKN) sekitar tahun
1980-an. Pada tahun 90-an KPN dan KKN diintegrasikan kembali menjadi
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan terakhir pada tahun
2005 sesuai dengan tugas dan fungsinya di bidang perbendaharaan namanya
disesuaikan menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
KPPN Percontohan Bandar Lampung yang dilaunching pada tanggal 3 Juni
2008 merupakan salah satu implementasi dari reformasi birokrasi pemerintah
di bidang keuangan dalam usaha menciptakan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance) dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat/
satker secara cepat, akurat , dan tanpa biaya (zero defect).
KPPN Bandar Lampung yang beralamat di Jalan Jenderal Gatot Subroto
nomor 91 Kelurahan Tanjung Gading Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota
Bandar Lampung ini dipimpin oleh seorang Kepala Kantor dengan dibantu
oleh satu Kasubbag Umum dan tiga Kepala Seksi yang masing – masing
memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan pekerjaannya. Tiga seksi
tersebut adalah Seksi Pencairan Dana, Seksi Bank/Giro Pos, dan Seksi
Verifikasi dan Akuntansi. Saat ini Kepala Kantor dijabat oleh Wawan
Hermawan, S.E., Kepala Sub Bagian Umum dijabat oleh Jamilah S.E., M.M.,
Seksi Pencairan Dana dipimpin oleh Darmawangsyah, S.H., Elias Kristanto
Sinaga, S.H. sebagai Kepala Seksi Bank/Giro Pos, dan Kepala Seksi Verifikasi
dan Akuntansi dijabat oleh Astriyani. Ditunjang pelaksana yang siap
melaksanakan tugas–tugas keseharian Kantor Pelayanan.
Wilayah Kerja KPPN Bandar Lampung meliputi 1 (satu) provinsi, 1 (satu)
kota, dan 4 (empat) kabupaten yaitu Provinsi Lampung, Kota Bandar
Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Tenggamus, Kabupaten
Pringsewu dan Kabupaten Pesawaran.
(Sumber: KPPN Bandar Lampung Tahun 2013)
C. Kedudukan KPPN Bandar Lampung
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 101/PMK.01/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
40
tugas melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum,
penyaluran pembiayaan atas beban anggaran serta penatusahaan penerimaan
dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KKPN) Wilayah Bandar Lampung
merupakan unit vertikal terkecil dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan RI. KPPN berada di Kota Bandar Lampung dan
menginduk pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung.
(Sumber: KPPN Bandar Lampung Tahun 2013)
D. Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang KPPN Wilayah Bandar Lampung
Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan RI Nomor 134/PMK.01/2006
tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, KPPN Bandar Lampung mempunyai
tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan sebagian kewenangan perbendaharaan dan kuasa bendahara
umum;
b. Menyalurkan pembiayaan atas beban anggaran,
c. Melakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui
dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KPPN Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas tersebut
a. Pengujian terhadap dokumen Surat Perintah Membayar (SPM)
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari kas negara atas
nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara);
c. Penyaluran Pembiayaan atas beban APBN;
d. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah
disalurkan;
e. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran Negara melalui dan dari Kas
Negara;
f. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang;
g. Penyusunan Laporan Pelaksanaan APBN;
h. Penyusunan Laporan Realisasi yang berasal dari Pinjaman dan Hibah Luar
Negeri;
i. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak;
j. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi;
k. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan;
l. Pelaksanaan kehumasan;
m. Pelaksanaan administrasi KPPN.
Wewenang KPPN adalah menyalurkan pembiayaan atas beban anggaran
SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, instansi vertikal
(Kantor Daerah dan Kantor Pusat) di Provinsi Bandar Lampung dan
melakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan
dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
42
E. Visi dan Misi KPPN Bandar Lampung
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi, Kanwil VII Ditjen
Perbendaharaan Bandar Lampung mempunyai visi yaitu “Menjadi Pengelola
Perbendaharaan Negara yang Profesional, Transparan dan Akuntabel dalam
Proses Mewujudkan Bangsa yang Mandiri dan Sejahtera di Wilayah Provinsi
Lampung”
Makna yang terkandung dalam Visi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengelola Perbendaharaan Negara adalah Kantor Wilayah VII Ditjen
Perbendaharaan Bandar Lampung sebagai instansi vertikal Direktorat
Jenderal Perbendaharaan di Provinsi Lampung.
b. Profesional, maksudnya pengelolaan keuangan negara dilaksanakan
berdasarkan keahlian dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (bukan
berdasarkan kebiasaan yang telah dilaksanakan terdahulu) agar kualitas
aparat, kinerja maupun hasil serta sarana dan prasarananya dapat lebih
meningkat.Transparan dan Akuntabel, maksudnya pengelolaan keuangan
negara dilaksanakan secara terbuka, sehat, disiplin, efisien, efektif serta
dapat dipertanggungjawabkan dan diinformasikan pada masyarakat umum.
Adapun Misi Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan disusun sebagai
penjabaran dari Misi Ditjen Perbendaharaan yang disesuaikan dengan bidang
tugas dan kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, yaitu :
a. Mewujudkan pelaksanaan anggaran yang berbasis kinerja
c. Mewujudkan tertib administrasi pengelolaan barang milik/ kekayaan
Negara
d. Menghasilkan pelayanan di bidang perbendaharaan negara dan informasi
keuangan yang cepat, tepat dan akurat.
(Sumber: KPPN Bandar Lampung Tahun 2013)
F. Tujuan dan Sasaran KPPN Bandar Lampung
Tujuan KPPN Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kanwil
Ditjen Perbendaharaan
2. Meningkatkan kualitas penelaahan dan penilaian serta revisi dokumen
pelaksanaan anggaran.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan penerapan ketentuan
perbendaharaan pada KPPN dan tertib administrasi pengelolaan BMKN.
4. Meningkatkan kualitas penyusunan laporan keuangan secara cepat, tepat
dan akurat.
Berdasarkan tujuan tersebut maka diketahui bahwa tujuan KPPN adalah
meningkatkan kualitas penelaahan dan penilaian serta revisi dokumen
pelaksanaan anggaran, pelayanan dan penerapan ketentuan perbendaharaan
pada KPPN dan administrasi pengelolaan BMKN, pelaksanaan penerimaan
dan pengeluaran negara, penyusunan laporan keuangan dan kelancaran
44
Adapun sasaran KPPN adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya SDM yang berkualitas melalui pemenuhan hak dan
kewajiban, diklat dan GKM.
b. Tersedianya dana, sarana dan prasarana kantor yang memadai guna
menunjang pelaksanaan tugas pokok.
c. Terwujudnya ketepatan dalam penyusunan dan penyelesaian dokumen
anggaran.
d. Terciptanya tertib administrasi dan pemanfaatan barang milik/kekayaan
negara
e. Tersedianya dana APBN sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Tercapainya target PNBP.
g. Dapat dibukukannya seluruh penerimaan dan pengeluaran APBN.
h. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan APBN.
i. Terciptanya pelaksanaan tugas dan fungsi KPPN dan Kanwil sesuai
ketentuan yang berlaku.
j. Terwujudnya informasi dan pelaporan perbendaharaan sesuai dengan
sistem akuntansi pemerintahan strasi lainnya.
(Sumber: KPPN Bandar Lampung Tahun 2013)
G. Susunan Organisasi dan Uraian Tugas pada KPPN Bandar Lampung
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-93/PB/2008 tanggal 28 April 2008 tentang Penetapan Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Percontohan Tahap III di Lingkungan Direktorat
Lampung terdiri dari satu orang Kepala Kantor dibantu oleh 4 (empat) orang
Kepala Sub Bagian / Seksi yaitu:
1. Kepala Sub Bagian Umum.