• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PENGHASILAN RUMAH TANGGA MELALUI SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI DESA PURWOREJO KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PENGHASILAN RUMAH TANGGA MELALUI SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI DESA PURWOREJO KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN

PENGHASILAN RUMAH TANGGA DI SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI DESA

PURWOREJO KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN2012

Oleh

Dewi mulyasari.A

Skripsi

Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN

PENGHASILAN RUMAH TANGGA DI SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI DESA

PURWOREJO KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN2012

(Skripsi)

Oleh

Dewi mulyasari . A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

DAFTAR ISI

1.6.2 Ruang Lingkup Subjek penelitian ... 9

1.6.3 Ruang Lingkup Objek penelitian ... 9

1.6.4 Ruang Lingkup wilayah penelitian ... 10

1.6.5 Ruang Lingkup Waktu penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Deskripsi Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Peranan ... 11

2.1.2 Pengertian Peranan Dalam Bekerja ... 13

2.1.3 Pengertian Perempuan Yang Bkerja Di Sektor Informal ... 14

2.1.4 Pemberdayaan Perempuan ... 16

(4)

2.1.6 Peranan Perempuan dalam Meningkatkan Penghasilan Melalui

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah-Langkah Penelitian ... 40

4.1.1 Persiapan Pengajuan Judul ... 40

4.2 Penelitian Pendahuluan ... 41

4.2.1 Pengajuan Rencana Penelitian... 41

(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah perempuan dan jenis pekerjaan di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran

Tabel. 2. Populasi jumlah perempuan (ibu rumah tangga) di Desa Purworejo Kabupaten Pesawaran tahun 2012

Tabel 3. Distribusi hasil uji coba angket dari 10 responden diluar populasi untuk item ganjil (x)

Tabel 4. Distribusi hasil uji coba angket dari 10 responden di luar populasi untuk item genap (Y)

Tabel 5. Distribusi antara ítem ganjil (X) dalam ítem genap (Y) Tabel 8. Distribusi skor hasil angket indikator faktor keluarga Tabel 9. Frekwensi faktor keluarga

Tabel 10. Distribusi skor hasil angket indikator faktor pendidikan Tabel 11. Frekwensi faktor pendidikan

Tabel 12. Distribusi skor hasil angket indikator faktor lingkungan masyarakat

Tabel 13. Frekwensi faktor lingkungan masyarakat

Tabel 14. Distribusi skor hasil angket indikator faktor pemahaman Tabel 15. Distribusi frekwensi tentang pemahaman

Tabel 16. Distribusi skor hasil angket faktor kebutuhan Tabel 17. Distribusi frekwensi faktor kebutuhan

(8)

Tabel 20. Distribusi skor hasil angket tentang faktor - faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan di sektor formal dan informal tahun 2012

(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah pitoewas, M.H ...

Sekretaris : M. Mona Adha, S.Pd, M. Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M. Si ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr.Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315198503 1003

(10)

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan Dalam meningkatkan penghasilan rumah tangga melalui sektor Formal dan informal di desa Purworejo kab. Pesawaran tahun 2012

Nama Mahasiswa : Dewi Mulyasari.A No. Pokok Mahasiswa : 0853032012 Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Holilulloh, M.Si M. Mona Adha, S.Pd. M.Pd NIP 19610711198703100 NIP 19791117 200501 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKN

Drs. H. Buchori Asyik, M.Si Drs. Holilulloh, M.Si

(11)

MOTTO

Lebih baik bersabar dihina saat muda dan miskin

tetapi berbahagia, terhormat, sejahtera

dan sukses di masa dewasa

(12)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam atas rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, ku selesaikan karya ini sebagai tanda

bakti dan cinta ku kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Pardi . AM S.Pd AS dan Ibu

Srimuana yang selalu mendo’akan dalam setiap sujudmu

Dan setia menantikan keberhasilan anakmu

Kakak pertamaku Eka ahtobara S.Pd, kakak kedua ku Briptu Dwi andi ahtobara,

dan sahabat-sahabatku

Terima kasih atas motivasi dan dukungannya

Serta seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku, mengarungi suka dan duka jalannya kehidupan nanti

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 agustus 1990, sebagai anak ke- 3 dari 3 bersaudara, dari buah cinta kasih pasangan Bapak Pardi S. Pd dan Ibu Srimuana.

Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Purworejo yang diselesaikan pada tahun 2002, penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2005, dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA ) di SMA N 1 Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2008.

(14)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah : Nama : Dewi mulyasari . A NPM : 0853032012

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Jurusan IPS/FKIP Unila

Alamat : Jalan Niti Guna no. 444 , Purworejo, Kabupaten Pesawaran

Dengan ini menyatakan bahwa dengan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2013

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Rumah tangga merupakan bagian terkecil dari komponen perekonomian suatu bangsa yang ikut mempengaruhi sendi-sendi kehidupan. Oleh karena itu, rumah tangga memegang peranan penting khususnya yang berkaitan dengan penghasilan/pendapatan yang dihasilkan. Rumah tangga yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik pangan, sandang, dan papan. Dengan demikian tanpa penghasilan yang memadai, maka sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apalagi jika hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaan seorang suami yang pas-pasan.

(16)

2

Peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan bangsa hakekatnya meliputi upaya untuk meningkatan kedudukan, peranan, kemampuan kemandirian serta ketahanan mental dan spritual perempuan, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, yaitu:

a. Peningkatan kedudukan perempuan dimaksudkan agar perempuan makin berperan aktif sebagai subyek pembangunan di samping sebagai obyek pembangunan;

b. Peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan dimaksudkan agar perempuan dapat memberikan sumbangan yang optimal bagi pembangunan bangsa, dengan tetap memperhatikan kodrat serta harkat dan martabatnya;

c. Peningkatan kemampuan perempuan dimaksudkan agar perempuan dapat mengembangkan diri secara optimal sehingga makin meningkat kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilannya penguasaannya;

d. Peningkatan kemandirian perempuan dimaksudkan agar perempuan makin memiliki keyakinan dan kepercayaan akan kemmapuan dan kekuatannya sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, dengan mendayagunakan seluruh potensi yang ada dalam diri dan lingkungan sekitarnya, serta mampu menentukan apa yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya;

(17)

aktif dalam segenap kegiatan pembangunan serta mampu menghadapi perubahan-perubahan baik di dalam masyarakat maupun di dunia internasional, dengan tetap bertumpu pada ajaran agama dan nilai luhur budaya bangsa berdasar Pancasila.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka peranan perempuan perlu ditingkatkan dengan berbagai usaha pemberdayaan, yang bertujuan untuk : a. terciptanya dan terbinanya keutuhan, kesejahteraan, kerukunan, dan kebahagiaan keluarga sebagai satuan kebersamaan, satuan pembinaan sumber daya manusia, satuan pelestarian dan pengambangan nilai-nilai luhur budaya bangsa, satuan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, satuan pembinaan kehidupan yang ekonomis-produktif, satuan pembinaan ketahanan nasional, satuan pelestarian, dan pembinaan fungsi lingkungan hidup, satuan pembinaan budaya IPTEK dan lain-lain, yang pertama dan utama;

b. Terciptanya dan terbinanya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang maju, mandiri, sejahtera lahir bathin, adil dan damai, serta aman tenteram, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 maupun masyarakat dan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai serta berkeadilan dan berkemakmuran yang lebih merata.

(18)

4

pembangunan masyarakat pedesaan. Pembangunan di bidang itu diharapkan juga melibatkan perempuan. Permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah upaya meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat yang rapuh akibat diterpa krisis ekonomi yang berkepanjangan pada tahun 1998. Lambatnya pemulihan ekonomi menimbulkan dampak krisis multidimensi, yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang ada di Indonesia. Hal tersebut terdampak pula pada daya tarik investasi bagi modal asing dan banyaknya PMA yang meninggalkan Indonesia akibat rendahnya etos kerja masyarakat kita dan banyaknya terjadi kerusuhan di beberapa daerah.

Untuk mengatasi permasalahan komplek tersebut pemerintah telah melakukan pembangunan dengan melalui berbagai pendekatan, salah satu program utama yang sedang dikembangkan adalah otonomi daerah yang diharapkan dapat segera mempercepat kemampuan daerah dalam membangun wilayahnya sesuai dengan potensi dan keunggulan yang dimiliki. Pada program tersebut daerah difasilitasi dan dibina untuk mampu mengidentifiksi, menyeleksi dan mengambangkan unit-unit

income generating diwilayahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

(19)

langkah yang paling strategis. Karena hal tersebut akan berhubungan langsung dengan permasalahan riil yang dihadapi oleh masyarakat, sumberdaya alam spesifik dan potensial, karakteristik sosial budaya masyarakat setempat, sehingga kemanfaatan pembangunan lebih dapat dirasakan.

Beberapa program pembangunan pedesaan yang perlu ditangani adalah peningkatan peran perempuan di sector informal, penanganan pasar sebagai upaya menyalurkan hasil-hasil produksi, dan tempat berusaha masyarakat guna dapat menunjang kemampuan rumah-tangga.

(20)

6

Sumber : Hasil pra-survei di desa Purworejo kab.Pesawaran tgl. 22 April 2012

Berdasarkan hasil pra-survei seperti dalam table di atas, menunjukkan adanya keragaman peranan dari para perempuan (Isteri). Peranan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga, sedangkan yang lainnya bekerja di sektor informal dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Total perbandingan antara yang bekerja di sektor formal dan informal dengan yang tidak bekerja (hanya ikut suami), lebih banyak yang hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (ikut suami).

(21)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka masalah yang timbul dapat di identifikasikan sebagai berikut :

a. Masih rendahnya tingkat produktivitas dan kemandirian perempuan pedesaan

b. Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam program pembangunan yang ada di desa selama ini.

c. Belum adanya upaya peningkatan kemandirian perempuan di sektor formal dan informal.

d. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan di sektor formal dan informal.

1.3. Pembatasan masalah

(22)

8

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan

dalam meningkatkan penghasilan rumah-tangga melalui sektor formal dan informal di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran tahun 2012”.

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan dalam meningkatkah penghasilan rumah-tangga melalui sektor formal dan informal di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran tahun 2012.

1.5.2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

(23)

b. Kegunaan Praktis

1). Diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perempuan di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran agar dapat meningkatkan perannya di sektor formal dan informal, sehingga mampu menunjang kesejahteraan rumah-tangga 2). Menambah informasi dan pemahaman kepada masyarakat

tentang kesetaraan gender.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian PKn pada aspek keterampilan warganegara (civic skill).

1.6.2. Ruang Lingkup Subjek

Adapun ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah para ibu rumah tangga yang bekerja di sektor formal dan informal di desa Purworejo Kabupaten Pesawaran tahun 2012.

1.6.3. Ruang Lingkup Objek

(24)

10

1.6.4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dari penelitian ini adalah di desa Purworejo kabupaten Pesawaran.

1.6.5. Ruang Lingkup Waktu

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teoritis

Upaya domestikasi perempuan secara sistematis oleh negara berdasarkan ideologi gender dalam kebijakan-kebijakan negara berdampak lebih jauh pada peminggiran terhadap perempuan, baik secara ekonomis, politik, sosial, dan budaya, juga menimbulkan subordinasi, eksploitasi dan privatisasi kekerasan terhadap perempuan.

Kesadaran bangsa Indonesia untuk memberi kesempatan khusus bagi perempuan berkembang bersamaan dengan makin besarnya kepedulian dunia terhadap peranan perempuan. Maka peranan perempuan perlu ditingkatkan dengan berbagai usaha. Sehingga perempuan tidak hanya dianggap sebagai pengurus rumah tangga, tetapi perempuan juga dapat meningkatkan keterampilan untuk dapat membantu keluarga dengan memanfaatkan potensi yang ada

2.1.1. Pengertian Peranan

(26)

12

independent (bebas) pada seseorang yang menjalankan peranan tersebut. Jadi tiap orang mempunyai peran pada masing-masing situasi, dia akan berbeda bila menjadi ayah, berbeda lagi bila menjadi anak, jadi bos, dan lain-lain.

Menurut Margono Slamet (1995: 15) “Peranan adalah mencakup tindakan atau perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial”. Sedangkan menurut

Gross, Manson dan Mc Eachern (1995: 99) “Peranan adalah sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”.

Pengertian peranan di atas dikaji lagi oleh Soerjono Soekanto (200: 268-269) menurutnya “peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan”. Peranan

tersebut menurutnya mencakup tiga hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

(27)

Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peranan adalah seperangkat harapan-harapan yang mencakup tindakan atau perilaku seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Seseorang yang telah diberikan kedudukan dalam melaksanakan hak dan kewajiban harus sesuai dengan peranannya dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

2.1.2. Pengertian Peranan Perempuan dalam Bekerja

Banyak ahli bidang antropologi, sosiologi dan ekonomi mengasumsikan bahwa diferensiasi peranan dalam keluarga berdasarkan jenis kelamin dan alokasi ekonomi mengarah kepada adanya peranan yang lebih besar atau menyeluruh dari pada wanita dalam pekerjaan dan pekerjaan laki-laki dalam pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah.

(28)

14

Sedangkan menurut Geertz dalam P. Sajogyo (1985: 38) ada dua tipe peranan:

1. Pola peranan, di mana digambarkan peranan wanita seluruhnya hanya dalam pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan peeliharaan kebutuhan hidup semua anggota keluarga dan rumah tangganya. 2. Pola peranan, dimana wanita mempunyai dua peranan yaitu peranan

dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan mencari nafkah. Bobot dari pekerjaan di bidang nafkah berbeda untuk berbagai masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan wanita dalam bekerja melalui kegiatan distribusi pada sistem pemasaran dengan ciri komersial yang ada dalam masyarakat tersebut ternyata sering kali terlepas dari pada pekerjaan ekonomis dna juga peranan dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan mencari nafkah.

2.1.3. Pengertian Perempuan yang Bekerja di Sektor Informal

(29)

yang hendak ditempuhnya serta melaksanakan kegiatan-kegiatan dan memegang segala tangung jawab yang akan ikut membentuk kemuliaan manusia".

Menurut Pujiwati Sajogyo (1985: 132)

”Partisipasi tenaga kerja wanita dapat disebabkan oleh bebrapa hal dibidang pertanian sejak semula dalam memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada, yaitu tenga kerja laki-laki dalam mengerjakan ladangnya atau sawah, tegalan dan kebunnya”.

Untuk melengkapi kutipan di atas menurut Stoler dan Rogers dalam P. Sajogyo (1985: 39) bahwa “tidak terdapat suatu hubungan langsung dan sederhana di antara keterlibatan wanita pada kegiatan di luar rumah tangga atau masyarakat luas dengan kedudukan mereka ataupun kekuasaan (dalam arti formal ataupun informal) di dalam maupun di luar rumah tangga”

Kesimpulan dari ketiga kutipan-kutipan di atas bahwa wanita yang bekerja di sektor informal patut mengembangkan semua kemampuannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan dan memenuhi kebutuhan pokok dengan kedudukan mereka ataupun kekuasaan (dalam arti formal ataupun informal) di dalam maupun di luar rumah tangga.

(30)

16

Menurut Pujiwati Sajogyo (1985: 35)

“faktor-faktor lain seperti pendidikan, keterampilan ikut menentukan apakah kesempatan yang ada terbuka pula untuk wanita pedesaan, makin luas dan efektif pendidikan serta keterampilan yang diperoleh wanita pedesaan, makin besar pula peluang untuk mendapatkan jenis pekerjaan-pekerjaan tersebut.”

Mengingat akar dari posisi sosial wanita yang kurang diperhatikan dalam sistem pembagian kerja, maka implikasi kebijaksanaan yang dapat diupayakan untuk dapat mengangkat harkat kaum wanita tak dapat ditemukan dalam suatu kebijakan yang tunggal. Sebaliknya, kebijakan yang efektif untuk mengangkat peranan wanita di dalam masyarakat harus dengan pemikiran dan pendekatan yang interdisipliner, sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang menimpa kaum wanita selama ini. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode untuk dapat mengatasi kendala dan meningkatkan produktivitas dan kemandirian wanita dengan mengoptimalkan sumber daya lokal secara berkelanjutan.

2.1.4. Pemberdayaan Perempuan

(31)

yang membedakan dua jenis pekerjaan; yaitu pekerjaan-pekerjaan sektor primer dan sektor sekunder. Sumbangan terbesar dari teori segmentasi pasar tenaga kerja adalah tekanannya pada adanya pasar tenaga kerja tersegmentasidan kemampuan untuk menganalisa berbagai situasi dimana berbagai segmen pasar tenaga kerja beroperasi dan menyajikan alternatif bagi penjelasan teori noe-klassik yang mengasumsikan kompetisi atau persaingan terbuka diantara semua tenaga kerja.

Kedua, teori gender. Teori ini menjelaskan bahwa kedudukan perempuan dalam pasar tenaga kerja dan di dalam rumah tangga atau keluarga bertalian satu sama lain dan merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem sosial. Bias gender yang terjadi di masyarakat selam ini mengakibatkan pemiskinan pada perempuan.

Menurut teori feminitas apabila perempuan diberi ruang gerak untuk bekerja sektor publik, maka kehadiran mereka akan memberikan

support pembangunan suatu negara. Perempuan menjadi lebih banyak terlibat dalam pembangunan sehingga perempuan tidak lagi dipandang sebagai beban pembangunan yang hanya memperbesar dependency ratio. Teori ini berlaku dengan asumsi bahwa masyarakat secara keseluruhan menyadari pentingnya tenaga kerja perempuan.

(32)

18

integral dari keseluruhan sistem sosial dimana perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah di hadapan laki-laki.

Ketiga, teori neo-klasik. Teori ini mengupas tentang pembagian kerja seksual dengan penekanan pada perbedaan jenis kelamin di dalam variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja seperti;tanggung jawab rumah tangga, kekuatan fisik, pendidikan, latihan, jam kerja, absentisisme (sakit, menstrulasi, hamil, dan menyusui) dan kelangsungan kerja untuk menjelaskan mengapa perempuan mendapatkan penghasilan lebih rendah dari laki-laki.

Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa di dalam kondisi persaingan yang ketat, pekerja memperoleh upah sebesar marginal product yang dihasilkannya. Asumsi lain yang diturunkan dari asumsi yang pertama adalah bahwa keluarga mengalokasikan sumber daya mereka diantara anggota-anggota keluarga dengan cara rasional, yang pada gilirannya mengakibatkan anggota keluarga perempuan memperoleh investasi

(33)

Preskripsi demikian yang membuat situasi kualitas human capital

makin lama semakin rendah.

Dalam upaya menelaah fenomena pekerja perempuan pada industri rumah tangga di pedesaan, aplikasi ketiga teori tersebut merupakan keseluruhan pandangan yang masing-masing saling melengkapi. Mengingat akar dari posisi sosial perempuan yang kurang beruntung didalam sistem pembagian kerja seksual, yang tertanam kuat di berbagai domain yang saling berkaitan (human capital yang rendah, segmentasi pasar tenaga kerja dan norma-norma masyarakat menganai status dan peranan perempuan), maka implitasi kebijaksanaan yang dapat diupayakan untuk dapat mengangkat harkat kaum perempuan tak dapat ditemukan dalam suatu kebijakan yang tungal. Sebaliknya, kebijakan yang efektif untuk mengangkat peranan perempuan di dalam masyarakat harus dengan pemikiran dan pendekatan yang interdisipliner, sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang menimpa kaum perempuan selama ini.

(34)

20

2.1.5. Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Wanita dalam Memanfaatkan Potensi Lokal

Dimyati dan Mudjiono mengatakan bahwa : “motivasi seseorang

dapat bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal dengan motivasi intrinsik, maupun dari luar diri seseorang yang dikenal sebagai motivasi ektrinsik”. (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 90).

1. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik yaitu suatu bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sardiman AM, mengatakan bahwa : “motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”. (Sardiman AM, 1994: 89).

Dalam penelitian ini, yang termasuk motivasi instrinsik adalah : a. Modal

Industri kecil rumah tangga merupakan industri yang memiliki modal yang berasal dari rumah tangga itu sendiri. Seperti yang di kemukakan C. Pass & B. Lowes “Modal adalah dana yang ditanamkan dalam bisnis untuk membeli asset yang akan digunakan untuk keperluan bisnis tersebut.” ( Christopher Pass & Bryan

(35)

Menurut Siagian berpendapat bahwa “modal adalah semua bentuk

kekayaan yang dapat memproduksi lebih lanjut digunakan langsung atau tidak langsung dalam produksi untuk menambah output.” ( Siagian, 1978: 134). Sedangkan menurut Komarudin “modal adalah persediaan uang yang digunakan untuk membeli

barang yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan.” (Komarudin, 1981: 86)

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa modal adalah dana untuk membeli asset yang akan digunakan untuk keperluan produksi untuk menambah output dan mendapatkan keuntungan dalam perdagangan.

b. Keterampilan

“keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas,

mampu dan cekatan’ (Dep. P dan K, 1990: 935).

Keterampilan merupakan modal utama pada industri rumah tangga. Dengan memiliki keterampilan yang baik, maka produktivitas dalam hasil produksi akan baik pula.

c. Aspirasi

“Aspirasi adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada

masa yang akan datang.” (Dep. P dan K, 1990: 935). Faktor ini

(36)

22

d. Keseriusan

“Keseriusan adalah kesungguhan.” (Dep. P dan K, 1990: 827).

Keseriusan para wanita yang ada di lokasi penelitian merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan produktivitas, karena dengan adanya keseriusan maka kemungkinan besar wanita-wanita dapat mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan usaha-usaha atau dorongan yang dirangsang dari luar diri manusia itu sendiri. Sardiman A.M berpendapat bahwa : “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.” (Sardiman A.M, 1994: 89). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa : “motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap

perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya.” (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 91).

Yang termasuk motivasi eksternal dalam penelitian ini adalah : a. Pasar

Menurut Suparmoko “Pasar adalah pertemuan antara pembeli

dan penjual atau pertemuan antara permintaan dan penawaran dan disitulah terbentuk harga keseimbangan”. (Suparmoko,

(37)

Pada kenyataannya, pasar mencakup sejumlah produk, dimensi fisik serta ruang. Sehubungan dengan produknya pasar terdiri dari sejumlah barang atau jasa yang dipandang sebagai barang subtitusi oleh pembeli. (Chritopher Pass & Byan Lowes, 1997: 348).

Menurut pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pasar merupakan dimensi fisik serta ruang yang terdiri dari sejumlah barang atau jasa yang dipandang sebagai barang subtitusi oleh pembeli dan disitulah terbentuk harga keseimbangan.

b. Kondisi Perekonomian Bangsa

Mengenai perkembangan dari pengeluaran konsumsi pemerintah menurut Suparmoko sudah jelas banyak penyebabnya, diantaranya perkembangan masyarakat sehingga membutuhkan pelayanan yang lebih banyak dari pemerintah, meningkatnya taraf hidup masyarakat, bertambahnya urbanisasi, dan semakin melajunya usaha-usaha pembangunan ekonomi, sosial dan politik (Suparmoko, 1990: 206).

(38)

24

2.1.6. Peranan Perempuan dalam Peningkatan Penghasilan Melalui Sektor formal dan Informal

Rumah tangga memegang peranan penting khususnya yang berhubungan dengan perekonomian keluarga. Rumah tangga yang baik merupakan rumah tangga yang mampu memenuhi kebutuhan primer hingga tersier, untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebuah rumah tangga harus memiliki penghasilan yang tidak sedikit. Jika hanya mengandalkan pekerjaan dari suami yang tidak cukup memadai tentunya kebutuhan rumah tangga tersebut tidak akan dapat terpenuhi dengan mutlak, oleh sebab itu salah satu usaha yang dapat dilakukan dengan mengikut sertakan peran istri (perempuan).

(39)

Mynt dalam Asian Development Review No.1 Vol. 3 Tahun 1985 menjelaskan dikotomi sektor informal dengan sektor formal melalui pembedaan karakteristik sektor modern sebagai berikut : 1. Unit-unit ekonomi dalam sektor modern sangat terspesialisasi

dan terintegrasi penuh. Sebaliknya, unit-unit sektor tradisional mempunyai derajat spesialisasi yang rendah , misalnya model produksi substensi di sektor pertanian maupun sektor informal perkotaan.

2. Sektor modern mencakup usaha-usaha besar yang padat modal dengan teknologi modern , sementra sektor tradisional menampung para petani dan pengrajin atas dasar teknologi tradisional.

3. Usaha bisnis disektor modern mempekerjakan tenaga kerja atas dasar regular dan membayar mereka atas dasar produktivitas marginal. Sedangkan sektor tradisional menyerap tenaga kerja dari lingkungan keluarga dan dibayar seadanya atas dasar produktivitas rata-ratanya.

(40)

26

Seperti yang dikemukakan Hans-Dieter Evers (1991) :

“Sektor informal sebagai ekonomi bayangan atau ekonomi bawah tanah yang didefinisikan sebagai kegiatan apasaja mulai dari kegiatan di dalam rumah tangga, jual beli yang tidak dilaporkan ke dinas pajak, wanita bekerja yang tidak dibayar, sampai dengan penggelapan pajak, pekerja gelap serta berbagai kegiatan perekonomian yang bertentangan dengan praktek ekonomi yamng legal.”

Menurut Hans Singer dalam Lubell (1991: 11) “makna sektor informal yang sesungguhnya sulit untuk digambarkan namun dapat diketahui melalui pengamatan langsung. Usaha sektor informal tidak saja berskala kecil, tetapi juga cenderung diletakkan dalam struktur yang tidak jelas.” Sedangkan menurut Sethuraman (1981) menyebutkan

“sektor informal sebagai unit-unit berskala kecil yang terlibat dalam

produksi dan distribusi barang-barang, dimasuki oleh penduduk kota terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari pada memperoleh keuntungan.”

Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa sektor informal yaitu ekonomi bayangan yang didefinisikan sebagai kegiatan apa saja yang sesungguhnya sulit untuk digambarkan namun dapat diketahui melalui pengamatan langsung yang bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari pada memperoleh keuntungan.

(41)

kecil dan tersembunyi justru untuk menghindari deteksi pemerintah sehingga tidak diwajibkan mengikuti segala formalitas perijinan.

Fenomena dualisme ekonomi merupakan sketsa empiris dari dua wujud keterpisahaan sistem formal dan informal, yang terus berlanjut lewat proses marjinalisasi pada sistem yang inferior (Rachbini dalam Prisma, 1991: 3).

Julius H. Borke dalam Evers (1991)

memperlihatkan adanya sebuah sektor dalam kegiatan ekonomi kolonial yang memberikan perlawanan dari perembesan politik kolonial. Disini terlihat adanya dualisme ekonomi. Disatu pihak ada sektor yang berfungsi atas prinsip kapitalis dengan hadirnya perusahaan dagang dan pabrik-pabrik besar, sedangkan di lain pihak, terdapat sektor yang dikuasai petani kecil dan para pengrajin yang memiliki ciri “mentalitas oriental”.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan peradaban masyarakat maka sektor informal pun mengalami perkembangan dan mengambil berbagai macam bentuk dan usaha. Dari berbagai macam pekerjaan disektor informal pekerjaan yang paling menonjol dan dominan yaitu usaha dibidang industri rumah tangga.

2.2. Kerangka Pikir

(42)

28

desa Purworejo kabupaten Pesawaran tahun 2012, seperti dalam bagan kerangka piker berikut ini :

Bagan Kerangka Fikir Variabel X Faktor-faktor yang mempengaruhi peran

perempuan bekerja di sector formal dan informal : Faktor ekternal:

a. Keluarga/ keturunan b. Pendidikan

c. Lingkungan masyarakat.

Faktor internal: a. a. Pemahaman b. b. Kebutuhan c. c. Bakat

Variabel Y d.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan dalam meningkatkan penghasilan rumah-tangga melalui sektor formal dan informal.

Menurut Traves dalam Suprayogo (2001: 137), metode deskriptif “menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat

penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu”. Penelitian deskritif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang di teliti.

(44)

30

3.2.Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam penelitian, mengingat populasi akan menentukkan validitas data dalam penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1991: 141) “Populasi merupakan keseluruhan

objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan, fenomena, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakateristik tertentu dalam suatu penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah para perempuan (ibu rumah tangga) desa Purworejo kebupaten Tanggamus yang bekerja di sektor formal dan informal

Tabel 2. Populasi Jumlah Perempuan (ibu rumah tangga) di desa Purworejo kabupaten Pesawaran tahun 2012

No RESPONDEN Jumlah 1 RT I 103 Orang 2 RT II 83 Orang 3 RT III 89 Orang 4 RT IV 72 Orang Total 347 Orang

Sumber: Monografi desa Purworejo Pesawaran Tahun 2012

3.3.Sampel

(45)

“ Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian populasi”. Selanjutnya jika jumlah

subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal itu menyangkut banyak sedikitnya dana.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh hasilnya akan lebih baik”.

Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini adalah sebesar 10% dari jumlah polulasi. Dengan demikian jumlah sampel adalah 10% x 347 yaitu berjumlah 35 siswa.

3.4.Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan yang bekerja disektor formal dan informal.

3.4.2. Variabel Terikat (Y)

(46)

32

3.5.Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang meberikan gambaran mengukur secara variabel dengan memberikan arti atau mengkhususkan suatu kegiatan. Penelitian ini akan membahas faktor ekternal dan faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan yang bekerja disektor formal dan informal. Dengan indikator sebagai berikut:

1. Faktor Keluarga/ keturunan

Keluarga/keturunan sebagai lingkungan pertama dan utama bagi seseorang dipandang memberikan pengaruh yang sangat besar bagi terbentuknya peran perempuan dalam meningkatkan penghasilan rumah-tangga.

2. Faktor Pendidikan

Kualifikasi pendidikan diduga turut mempengaruhi terbentuknya peran seseorang dalam meningkatkan kualitas hidupnya, termasuk peningkatan penghasilan rumah-tangganya.

3. Faktor Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan pendidikan yang juga mempengaruhi terbentuknya peran seseorang dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

4. Faktor Pemahaman

(47)

5. Faktor Kebutuhan

Faktor kebutuhan merupakan factor yang berasal dari dalam diri seseorang, bersedia atau tidaknya seseorang untuk melakukan suatu tindakan tergantung pada tujuan sesuai dengan yang diinginkan seseorang. 6. Faktor Bakat

Bakat merupakan sesuatu yang ada pada setiap diri seseorang, oleh karena itu bakat akan berpengaruh besar pada kecenderungan bertindak seseorang dalam menentukan perannya sehari-hari.

3.6.Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator. Indikator variabel faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya peran perempuan dalam meningkatkan penghasilan rumah-tangga dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3.7.Teknik Pengumpulan Data

(48)

34

3.7.1. Teknik Pokok a. Angket

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan dari alternatif jawaban yang sudah ada.

Angket dalam penelitian ini menggunakan 3 alternatif jawaban yaitu:

1. Untuk Jawaban (a) diberikan skor nilai 3 2. Untuk Jawaban (b) diberikan skor nilai 2 3. Untuk Jawaban (c) diberikan skor nilai 1 Dimana :

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1 Berdasarkan hal di atas maka akan diketahui nilai tertinggi adalah tiga (3) dan nilai terendah adalah satu (1).

3.7.2.Tekhnik Penunjang

a. Wawancara

(49)

b. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002; 206) mengemukakan bahwa

“dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti

notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”. Dalam penelitian

ini data tentang karakteristik desa dan penduduk diambil berdasarkan dokumentasi dari monografi desa.

3.8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.8.1. Uji Validitas

Suharsimi Arikunto (1986: 136) menjelaskan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan dan kesahihan sesuai instrument”

Untuk menemukan validitas item, penulis menggunakan konten validiti atau melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator dengan jalan berkonsultasi dengan para pembimbing.

3.8.2. Uji Reliabilitas

Dalam melakukan suatu penelitian yang menggunakan uji coba angket, diperlukan suatu alat pengumpulan data, yaitu uji reliabilitas. Orang diluar responden Suharsimi Arikunto (1986: 141), mengatakan bahwa ”Reliabilitas menunjukan bahwa sesuai instrumen dapat

(50)

36

untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik”.

Menurut Sutrisno Hadi (1989: 294), Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Menyebarkan angket kepada 10

2. Untuk menguji reliabilitas angket, digunakan tekhnik belah dua atau ganjil genap.

3. Kemudian mengkorelasikan kelompok ganjil genap dengan teknik korelasi Product Moment, yaitu:

 (Sutrisno Hadi, 1989: 318)

4. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh kuisioner digunakan rumus Sperman Brown sebagai berikut:

xy

RXy = Koefisien relibilitas seluruh tes

(51)

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut:

0,90 – 1,00 = Reliabilitas tinggi 0,50 – 0,89 = Reliabilitas sedang 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah (Manase Malo, 1985: 139).

3.9. Tekhnik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasikan data, menyelesaikan dan selanjutnya dilakukan klasifikasi data kemudian menyusun data. Untuk mengolah dan menganalisis data akan digunakan teknik analisis data dengan menggunakan rumus interval adalah sebagai berikut:

K NR NT

I  

Keterangan : I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986: 12)

(52)

38

N = Jumlah perkalian seluruh item dengan responden (Muhammad Ali, 1984: 184)

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa untuk menafsirkan banyaknya presentase yang di peroleh digunakan kriteria sebagai berikut:

76% - 100% = Baik 56% - 75% = Cukup 40% - 55% = Kurang Baik 0% - 39% = Tidak Baik

(Suharsimi Arikunto, 1986: 196)

Selanjutnya untuk melihat tingkat keeratan pengaruh digunakan rumus

Chi Kuadrat, sebagai berikut:



(53)

Kemudian data di uji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi kontingensi sebagai berikut:

n x

x c

2 2

Keterangan:

C = Koefisien Kontingensi X² = Chi Kuadrat

n = Jumlah sampel

c =

M M 1

Keterangan:

M = Harga minimum antara banyaknya baris dan kolom dengan kriteria Uji hubungan makin dekat harga cmaxmakin besar derajat asosiasi antara faktor.

(54)
(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisias data dan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentukna peran perempuan dalam meningkatkan penghasilan rumah tangga melalui sector formal dan informal di desa Purworejo kabupaten Pesawaran tahun 2012 adalah :

1. Faktor keluarga, berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 2 orang atau 5,71% termasuk ke dalam kategori rendah, sebanyak 7 orang atau 20% termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan 26 orang atau 74,28% termasuk ke dalam kategori tinggi

2.Faktor sekolah, berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 5 orang atau 14,28% termasuk ke dalam kategori rendah, 13 orang atau 37,14% termasuk ke dalam kategori sedang, Sedangkan 17 orang atau 48,57% termasuk ke dalam kategori tinggi,

(56)

92

sedangkan 10 responden atau 28,57% dikategorikan tinggi, g termasuk ke dalam kategori tinggi sebanyak 10 responden atau 28,27%..

4. Faktor pemahaman, berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 2 orang atau 5,71% termasuk ke dalam kategori rendah. Sebanyak 11 orang atau 31,42% termasuk ke dalam kategori sedang, Sedangkan 22 orang atau 62,85% termasuk ke dalam kategori tinggi,

5. Faktor kebutuhan, berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 2 orang atau 5,71% termasuk ke dalam kategori rendah. Sebanyak 12 orang atau 34,28% termasuk ke dalam kategori sedang,. Sedangkan 21 orang atau 60% termasuk ke dalam kategori tinggi,

6. Faktor Bakat, berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa dari 35 responden, sebanyak 5 orang atau 14,28% termasuk ke dalam kategori rendah. Sebanyak 8 orang atau 22,87% termasuk ke dalam kategori cukup,. Sedangkan 22 orang atau 62,85% termasuk ke dalam kategori tinggi.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran kepada :

(57)

dengan cara mendorong dan memberi kebutuhan yang diperlukan untuk melaksanakan perannya bekerja di sektor formal dan informal.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur. Rineka. Cipta. Jakarta

Evers, Hans Dieter. 1991. “The Transformation of The Informal Sector in Indonesia: Social and Political Consequences” dalam Working Paper No. 192

Grijn, Mies. 1992. Gender, Marginalisasi dan Industri Pedesaan dalam Chotin, Erna, E., Sub Kontrak dan Implikasinya terhadap pekerja perempuan: kasus Industri kecil batik pekalongan. Hasil Penelitian. Bandung: Akagita.

Hermanto, Zarida. 1995. “Gambaran Umum Potensi dan Masalah Ekonomi dan Sosial Sektor Informal di Perkotaan”, dalam Firdausy, C. M.

Pengembangan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Jakarta: Dewan Riset Nasional-Bappenas bekerja sama dengan Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI

I Wayan Dharmayana. 1997. Profil Kerja Jender di kalangan keluarga Wanita Karir di Kotamadya Bengkulu. Dalam Media Wanita dan Pembangunan edisi I . Jakarta: Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, Pusat Dokuntasi dan Informasi Ilmiah LIPI.

Ken Suratiyah, dkk. 1990. Peranan Wanita dalam Ekonomi Rumah Tangga. (Kasus Wanita Pekerja pada sektor Pertanian dan Industri). Makalah. Yogyakarta: PPK UGM.

Lubell, H. 1991. The Informal Sector in 1980s and 1990s. Paris: OECD

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta. Halaman 139. Muhibat,, A. Sjazili S., Bintarsih Sekarningrum. 1994. Wanita, Kerajinan Anyaman

Pandan, dan Rumah tangga: Kasus Tasikmalaya Jawa Barat. Hasil Penelitian. Yogyakarta: PPK UGM.

(59)

Rachbini, Didik. J dan Abdul Hamid. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan. Jakarta: LP3ES

Rachbini, Didik. J. 1991. “Dimensi Ekonomi dan Politik pada Sektor Informal”, dalam Prisma No. 5. Th. XX. Jakarta: LP3ES. Hlm. 3

Soetrisno, Loekman. 1990. Peranan Wanita dalam Pembangunan: Suatu Perpektif Sosiologis. Makalah. Yogyakarta: PPK UGM

Subangun, Emmanuel. 1991. “Sektor Informal di Indonesia Dari Titik Pandang Non-Akademik,” dalam Prisma No. 5. Tahun XX, Mei 1991. Jakarta: LP3ES

Surbakti, Ramlan. 1997. Sektor Ekonomi Informal Menghindar dari Realitas, makalah tidak dipublikasikan.

Suharsimi Arikunto. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara: Jakarta. 367 Halaman.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Perempuan dan Jenis Pekerjaan di desa Purworejo    kabupaten Pesawaran
Tabel 2. Populasi Jumlah Perempuan (ibu rumah tangga) di desa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai khalayak perempuan ibu rumah tangga muda perkotaan di Bandung ini dilatarbelakangi oleh fenomena bahwa ibu rumah tangga yang tidak bekerja di sektor publik,

Wirausaha pada sektor formal dan sektor informal di Jawa Timur yang diteliti memiliki entrepreneurial motivation yang tinggi dalam menjalankan usahanya dan hal

jumlah tanggungan rumah tangga dan keberadaan anak balita berpengaruh signifikan secara simultan terhadap alokasi waktu kerja perempuan pada sektor informal perdagangan di

Berdasarkan uraian ini maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar kontribusi pendapatan sektor informal pada pendapatan rumah tangga

Fokus perhatian tidak hanya para buruh di sektor formal, akan tetapi juga pada orang- orang yang bekerja di sektor informal seperti pembantu rumah tangga dan

Perempuan yang bekerja disektor informal memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus rumah tangga dan keluarga sehingga kemungkinan besar untuk menambah anak akan lebih tinggi

Berdasarkan uraian ini maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar kontribusi pendapatan sektor informal pada pendapatan rumah tangga

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus: Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran).. Pesawaran: Pemerintah