THE EFFECT OF USE OF PHYSICAL ACTIVATED ADHESIVE PELLETS FLY ASHIN ENGINE PERFORMANCE AND GAS-EMISSION
OF 4-STROKE PETROL ENGINE
BY
DIMAS RILHAM PURWANTA
Advances in technology have made human beings to improve performance of engines that still use fossil fuels as their fuel, on the other hand, oil reserves begin to decrease from year to year. Therefore, the research was conducted by using physical activated adhesive pellets fly ash in order to observe the effect of economizing on fuel consumption and exhaust gas emissions in 4-stroke petrol engine.
This research was done with some tests variation those are run test (road test, stationary and acceleration) and emission testing. The road test conducted at a distance of 5 km is running constantly acurated at avarage speed of 50 km/h. While the test acceleration taking trough speed of 0-80 km/h (with gearshift) and speed of 40-80 km/h (without gearshift). the Stationary testing was performed at 3500 rpm and 5000 rpm using fly ash pellets and without fly ash pellets and husk charcoal as comparison. Emission testing is divided into two parts, using fly ash and without fly ash. Fly ash that is used in this research consist of physical activated adhesive pellets fly ash with variations in mass size (35 gr, 45 gr, and 55 gr.). Fly ash pellets are packed in a frame and placed inside the Jupiter Z 110 cc motorcycle air filter casing.
PENGARUH APLIKASI FLY ASHBENTUK PELET PEREKAT YANG DIAKTIVASI FISIK TERHADAP PRESTASI MESIN DAN EMISI GAS
BUANG SEPEDA MOTOR BENSIN 4-LANGKAH
Oleh
DIMAS RILHAM PURWANTA
Kemajuan teknologi telah membuat manusia melakukan pengembangan terhadap kemampuan dari sebuah mesin yang masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar favorit dimana cadangan minyak mulai menyusut dari tahun ke tahun. Untuk itu dilakukan penelitian dengan menggunakan fly ashpelet perekat aktivasi fisik untuk bisa dilihat efek dari penghematan konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada sepeda motor bensin 4-langkah.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa variasi pengujian diantaranya adalah pengujian berjalan (road test, stasioner dan akselerasi) dan pengujian emisi. Pengujianroad testdilakukan dengan menempuh jarak 5 km yang berjalan secara konstan dengan besar kecepatan rata-rata 50 km/jam. Sedangkan pengujian akselerasi kecepatan 0-80 km/jam (dengan perpindahan gigi) kecepatan 40-80 km/jam (tanpa perpindahan gigi). Untuk pengujian stasioner dilakukan pada putaran 3500 rpm dan 5000 rpm menggunakanfly ashpelet dan tanpafly ashpelet serta pelet arang sebagai pembanding. Untuk pengujian emisi dibagi menjadi dua bagian yaitu menggunakan fly ash dan tanpa fly ash. Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini merupakan fly ash pelet aktivasi fisik dengan variasi ukuran massa (35 gr, 45 gr, dan 55 gr). Fly ashpelet tersebut dikemas dalam suatuframe dan diletakkan di dalam saringan udara (filter) kendaraan uji sepeda motor Jupiter Z 110 cc.
A. Latar Belakang
Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia
dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin
merupakan suatu alat yang berfungsi untuk merubah satu bentuk energi
menjadi bentuk energi lain. Kemajuan teknologi telah membuat manusia
melakukan pengembangan terhadap kemampuan dari sebuah mesin, sehingga
mesin yang diciptakan nantinya dapat lebih efisien dari sebelumnya. Namun
tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap
kelestarian dari bahan bakar fosil terutama minyak bumi, karena tidak dapat
dipungkiri bahan bakar minyak bumi masih menjadi bahan bakar atau sumber
energi utama dan favorit penggerak mesin-mesin yang diciptakan manusia
tersebut.
Dunia telah membuktikan bahwa cadangan minyak mulai menyusut sejak
1998 yang dipimpin oleh Rusia, Norwegia, dan China. Hal ini ditegaskan
oleh BP Plc. Saat ini cadangan minyak berada di level 1,258 triliun barrel
pada akhir tahun 2008, turun dibandingkan dengan 1,261 triliun barrel pada
Cepat atau lambat bahan bakar minyak bumi akan habis. Artinya, sebagai
pengguna bahan bakar minyak bumi sudah semestinya dapat mengupayakan
untuk menghemat energi agar teknologi yang sudah tersedia dapat terus
dimanfaatkan. Banyak cara untuk mengatasi krisis energi, diantaranya adalah
dengan menggantikan bahan bakar minyak bumi yang kemudian beralih
kepada energi alternatif terbarukan dan pemanfaatanfly ashbatubara.
Jumlah molekul gas nitrogen dalam udara memiliki jumlah terbesar (78%)
dibanding jumlah oksigen (21%), sedang 1% lainnya adalah uap air dan
kandungan gas-gas lain (Wikipedia Foundation, 2004). Hal ini jelas akan
mengganggu proses pembakaran karena nitrogen dan uap air akan mengambil
panas di ruang bakar. Sehingga menyebabkan pembakaran tidak sempurna.
Penyaringan udara konvensional tidak dapat menyaring gas-gas pengganggu
yang terkandung di dalam udara, namun hanya dapat menyaring
partikel-partikel debu atau kotoran-kotoran yang tampak oleh mata. Oleh karena itu,
diperlukan saringan udara yang dapat menyaring nitrogen, uap air dan gas-gas
lain agar dapat menghasilkan udara pembakaran yang kaya oksigen.
(http://pustakailmiah.unila.ac.id).
Salah satu solusi yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar, dan
meningkatkan daya mesin adalah dengan memaksimalkan kandungan oksigen
yang akan digunakan untuk proses pembakaran. Kondisi udara pembakaran
yang masuk ke ruang bakar sangat berpengaruh dalam menghasilkan prestasi
mesin yang tinggi. Udara lingkungan yang dihisap masuk untuk proses
air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Sementara gas yang
dibutuhkan pada proses pembakaran adalah oksigen untuk membakar bahan
bakar yang mengandung molekul karbon dan hidrogen (Wardono, 2004).
Fly ash adalah terminologi umum untuk abu terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari suatu proses pembakaran suatu bahan yang
lazimnya menghasilkan abu. Fly ashdanbottom ashdalam konteks ini adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara.
Fly ash banyak diproduksi oleh industri-industri besar yang membutuhkan bahan bakar seperti PLTU, industri semen, karet dan lain-lain. Di Indonesia
produksi fly ash dari pembangkit listrik terus meningkat, dimana pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 1,66 juta ton dan diperkirakan mencapai 2 juta ton
pada tahun 2006 (Ngurah Ardha, dkk, 2008). Besarnya jumlah fly ash yang dihasilkan dari tahun ke tahun tak seiring dengan cara penanganannya yang
masih terbatas pada penimbunan di lahan kosong atau bahkan terbuang begitu
saja (S.Wang, H. Wu , H, 2008).
Abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk penyisihan polutan
pada gas buang proses pembakaran yang berpotensi untuk merusak
lingkungan seperti gas sulfur oksida yang menyebabkan hujan asam, gas
nitrogen oksida yang menyebabkan pemanasan global, dan merkuri (Hg)
yang berbahaya bagi makhluk hidup. Polutan tersebut diantaranya SOx,NOx,
merkuri (Hg), dan gas-gas organik. Abu terbang batubara juga memiliki
Emisi NOx diserap oleh karbon tidak terbakar yang terdapat di dalam abu
terbang batubara. Partikel karbon tersebut dapat juga diaktivasi untuk
meningkatkan kinerja penyerapan NOx.. (http://majarikanayakan.com).
Fly ash yang biasanya menjadi limbah bagi berbagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kini dapat digunakan dan dapat disetarakan dengan
zeolit jika memiliki kandungan alumina-silika yang cukup tinggi dan
kandungan karbon yang rendah (http://majarimagazine.com). Untuk itu
dilakukan pengembangan untuk pembentukan fly ash pelet dengan menggunakan perekat. Modifikasi sifat fisik dapat meningkatkan kapasitas
adsorpsi abu terbang. Peningkatan kapasitas adsorpsi dapat membuat
adsorben dari abu terbang batubara kompetitif bila dibandingkan dengan
karbon aktif dan zeolit (http://majarimagazine.com).Fly ashdapat digunakan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, karena komponen utamanya adalah SiO2
dan Al2O3 yang secara kimia sesuai dengan komponen zeolit
(Sukandarrumidi, 2006). Abu layang dapat juga digunakan sebagai membran
filtrasi dengan biaya yang murah (Jedidi, 2009). Antara News (2008) juga
melaporkan bahwa abu layang dapat mengurangi kadar air sehingga dapat
menambah kekerasan beton. Pada penggunakan fly ash pelet menggunakan perekat yang dilakukan pada motor bensin 4-langkah diperkirakan hasil
pengujian bisa menaikan tenaga mesin, hemat bahan bakar, kemudian uji
emisi yang diperoleh akan lebih ramah lingkungan.
(Cheerarot, 2008). Disamping itu Fly ashdapat menyerap air yang digunakan dalam pencampuran beton, menciptakan campuran halus yang mengering
dengan kekuatan lebih besar dari beton normal (www.ehow.co.uk). Dalam
penelitian lainnya, fly ash dapat menyerap air dan beberapa unsur hara sehingga dapat meningkatkan kualitas dengan baik (www.geology.com.cn).
Dalam hasil uji eksperimen fly ash per seratus gram dan telah di panaskan pada suhu yang berbeda-beda menunjukkan adanya penyusutan massa
sebelum dan sesudah diaktivasi menggunakan oven pada suhu yang variatif
yaitu 1750C, 2000C, dan 2500C. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar
air yang terdadap dalam fly ash tersebut. Dari hasil percobaan tersebut dihasilkan bahwa massa setelah dilakukan aktivasi dan didiamkan dalam
udara bebas menunjukan kenaikan massa yang signifikan dari hari ke hari.
Dalam percobaan tersebut menunjukan bahwa komposisi kimia yang
terkandung dalamfly ashdapat mengikat molekul dalam udara bebas terutama uap air.
Tabel 1. Data percobaan
Temperatur Berat Berat setelah diaktivasi
fly ash awal 1 jam 1 x 24 jam 2 x 24 jam 175oC 100 gram 98,32 gram 99,28 gram 99,38 gram 200oC 100 gram 98,93 gram 99,96 gram 100,16 gram 250oC 100 gram 98,65 gram 99,2 gram 99,74 gram
Nilai unsur kimia Si dan Al yang terkandung dalam SiO2dan Al2O3
menghasilkan perbandingan sebesar 1,79. Hal tersebut membuktikan bahwa
unsur senyawa dalam fly ashmempunyai sifat mengikat molekul dalam udara bebas terutama uap air. Perbandingan SiO2dan Al2O3 di bawah angka 5 akan
semakin baik menyerap kadar uap air dalam udara sekitar.
Untuk itu, diadakan dilakukan penelitian ini dalam pembuatan dan pengujian
fly ashpelet teraktivasi fisik dengan variasi massa yang berbeda yaitu 55, 45, dan 35 gram pada motor bensin 4 langkah terhadap prestasi mesin dan emisi
gas buangnya.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemakaian fly ash pelet terhadap prestasi mesin motor bensin 4 langkah ditinjau dari konsumsi bahan bakar, percepatan
(acceleration) dan emisi gas buang.
2. Mengetahui massafly ash pelet yang optimal untuk meningkatkan prestasi mesin.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah diberikan agar pembahasan dari hasil yang didapatkan lebih
1. Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor bensin 4
langkah (110 cc) tahun 2006, kondisi mesin baik dan telah dilakukan tune-up/ servis rutin sebelum pengujian dilakukan.
2. Fly ashyang digunakan adalah berasal dari PLTU Tarahan. 3. Fly ashberbentuk pelet yang telah diaktivasi fisik.
4. Alat yang digunakan untuk membuat fly ashpelet adalah alat yang masih sederhana yang masih menggunakan cetakan. Oleh sebab itu, besar
tekanan pada saat pembuatan diabaikan.
5. Penilaian peningkatan prestasi mesin hanya berdasarkan konsumsi bahan
bakar,acceleration, dan emisi gas buang
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah,
hipotesa, dan sistematika penulisan dari penelitian ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang motor bensin 4-langkah, sistem
karburator, teori pembakaran, parameter prestasi motor
bakar, fly ash, sifatfly ash, aktivasi fly ash, dan kegunaan fly ash.
Berisi beberapa tahapan persiapan sebelum pengujian,
prosedur pengujian, dan diagram alir pengujian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Yaitu berisikan pembahasan dari data-data yang diperoleh
pada pengujian motor bensin 4-langkah 110 cc.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Berisikan hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-saran
yang ingin disampaikan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Motor Bakar
Motor bakar adalah salah satu bagian dari mesin kalor yang berfungsi untuk
mengkonversi energi termal hasil pembakaran bahan bakar menjadi energi
mekanis. Motor bakar pada umumnya dibedakan menjadi dua (Wardono,
2004) :
1. Motor bensin
Yang menjadi ciri utama dari motor bensin adalah proses pembakaran
bahan bakar yang terjadi di dalam ruang silinder pada volume tetap. Proses
pembakaran pada volume tetap ini disebabkan pada waktu terjadi
kompresi, dimana campuran bahan bakar dan udara mengalami proses
kompresi di dalam silinder, dengan adanya tekanan ini bahan bakar dan
udara dalam keadaan siap terbakar dan busi meloncatkan bunga listrik
sehingga terjadi pembakaran dalam waktu yang singkat sehingga
campuran tersebut terbakar habis seketika dan menimbulkan kenaikan
suhu dalam ruang bakar.
0 1
3
2
4
Volume spesifik, v
T ek an an , P TMB TMA
Motor bakar bensin 4-langkah adalah salah satu jenis mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi
menggunakan udara bercampur dengan bensin dan untuk
menyelesaikan satu siklusnya diperlukan empat langkah piston, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1.Siklus motor bakar bensin 4-langkah (Heywood, 1988)
Untuk lebih jelasnya proses-proses yang terjadi pada motor bakar
bensin 4-langkah dapat dijelaskan melalui siklus ideal dari siklus udara
volume konstan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram P-v dari siklus ideal motor bakar bensin 4-langkah (Wardono, 2004).
(a) Langkah hisap (b) Langkah kompresi (c) Langkah ekspansi (d) Langkah buang
Katup keluar
Katup masuk busi
Kepala piston
Keterangan mengenai proses-proses pada siklus udara volume konstan
dapat dijelaskan sebagai berikut (Wardono, 2004):
a. Proses 01 : Langkah hisap (Intake)
Pada langkah hisap campuran udara-bahan bakar dari karburator
terhisap masuk ke dalam silinder dengan bergeraknya piston ke
bawah, dari TMA menuju TMB. Katup hisap pada posisi terbuka,
sedang katup buang pada posisi tertutup. Di akhir langkah hisap,
katup hisap tertutup secara otomatis. Fluida kerja dianggap sebagai
gas ideal dengan kalor spesifik konstan. Proses dianggap
berlangsung pada tekanan konstan.
b. 1) Proses 12 : Langkah kompresi (Compression)
Pada langkah kompresi katup hisap dan katup buang dalam
keadaan tertutup. Selanjutnya piston bergerak ke atas, dari TMB
menuju TMA. Akibatnya campuran udara-bahan bakar
terkompresi. Proses kompresi ini menyebabkan terjadinya
kenaikan temperatur dan tekanan campuran tersebut, karena
volumenya semakin kecil. Campuran udara-bahan bakar
terkompresi ini menjadi campuran yang sangat mudah terbakar.
Proses kompresi ini dianggap berlangsung secara isentropik.
2) Proses 23 : Langkah pembakaran volume konstan
Pada saat piston hampir mencapai TMA, loncatan nyala api listrik
diantara kedua elektroda busi diberikan ke campuran udara-bahan
bakar terkompresi sehingga sesaat kemudian campuran
dan tekanan yang drastis. Kedua katup pada posisi tertutup. Proses
ini dianggap sebagai proses pemasukan panas (kalor) pada volume
konstan.
c. Proses 34 : Langkah kerja/ekspansi (Expansion)
Kedua katup masih pada posisi tertutup. Gas pembakaran yang
terjadi selanjutnya mampu mendorong piston untuk bergerak
kembali dari TMA menuju TMB. Dengan bergeraknya piston
menuju TMB, maka volume gas pembakaran di dalam silinder
semakin bertambah, akibatnya temperatur dan tekanannya turun.
Proses ekspansi ini dianggap berlangsung secara isentropik.
d. 1) Proses 41 : Langkah buang volume konstan (Exhaust)
Saat piston telah mencapai TMB, katup buang telah terbuka secara
otomatis sedangkan katup hisap masih pada posisi tertutup.
Langkah ini dianggap sebagai langkah pelepasan kalor gas
pembakaran yang terjadi pada volume konstan.
2) Proses 10 : Langkah buang tekanan konstan
Selanjutnya piston bergerak kembali dari TMB menuju TMA. Gas
pembakaran didesak keluar melalui katup buang (saluran buang)
dikarenakan bergeraknya piston menuju TMA. Langkah ini
dianggap sebagai langkah pembuangan gas pembakaran pada
tekanan konstan.
2. Motor Diesel
Motor diesel memiliki ciri utama yaitu pembakaran bahan bakar di dalam
langkah hisap yang merupakan udara murni tersebut berada di dalam
silinder pada waktu piston berada di titik mati atas . Bahan bakar yang
masuk kedalam silinder oleh injector terbakar bersama dengan udara oleh suhu kompresi yang tinggi.
B. Proses Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia antara komponen-komponen bahan bakar
(Karbon dan hidrogen) dengan komponen udara (Oksigen) yang berlangsung
sangat cepat, yang membutuhkan panas awal untuk menghasilkan panas yang
jauh lebih besar sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas pembakaran.
Elemen mampu bakar atau Combustible yang utama adalah hidrogen dan oksigen. Sementara itu, Nitrogen adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi
dalam proses pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan
bakar menjadi elemen komponennya, yaitu hidrogen dan karbon, akan
bergabung dengan oksigen untuk membentuk air, dan karbon bergabung
dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Kalau tidak cukup tersedia oksigen,
maka sebagian dari karbon, akan bergabung dengan oksigen menjadi karbon
monoksida. Akibat terbentuknya karbon monoksida, maka jumlah panas yang
dihasilkan hanya 30 persen dari panas yang ditimbulkan oleh pembentukan
karbon monoksida sebagaimana ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut
(Wardono, 2004).
reaksi cukup oksigen: CO2 CO2393,5kJ, ... (1)
Keadaan yang penting untuk pembakaran yang efisien adalah gerakan yang
cukup antara bahan bakar dan udara, artinya distribusi bahan bakar dan
bercampurnya dengan udara harus bergantung pada gerakan udara yang
disebut pusaran. Energi panas yang dilepaskan sebagai hasil proses
pembakaran digunakan untuk menghasilkan daya motor bakar tersebut.
Reaksi pembakaran dapat diliat di bawah ini :
CxHy+ (O2+ 3,773N2) CO2+ H2O + N2+ CO + NOx+ HC ... (3)
Secara lebih detail dapat dijelaskan bahwa proses pembakaran adalah proses
oksidasi (penggabungan) antara molekul-molekul oksigen (‘O’) dengan molekul-molekul (partikel-partikel) bahan bakar yaitu karbon (‘C’) dan
hidrogen (‘H’) untuk membentuk karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) pada kondisi pembakaran sempurna. Disini proses pembentukan CO2 dan
H2O hanya bisa terjadi apabila panas kompresi atau panas dari pemantik telah
mampu memisah/memutuskan ikatan antar partikel oksigen (O-O) menjadi
partikel ‘O’ dan ‘O’, dan juga mampu memutuskan ikatan antar partikel bahan bakar (C-H dan/atau C-C) menjadi partikel ‘C’ dan ‘H’ yang berdiri
sendiri. Baru selanjutnya partikel ‘O’ dapat beroksidasi dengan partikel ‘C’
dan ‘H’ untuk membentuk CO2 dan H2O. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses oksidasi atau proses pembakaran antara udara dan bahan bakar tidak
pernah akan terjadi apabila ikatan antar partikel oksigen dan ikatan antar
partikel bahan bakar tidak diputus terlebih dahulu (Wardono, 2004).
Zat-zat pencemar udara dari hasil pembakaran dalam gas buang yaitu
1. Karbon monoksida (CO)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa karbon monoksida (CO) sebagai
gas yang cukup banyak terdapat di udara, dimana gas ini terbentuk akibat
adanya suatu pembakaran yang tidak sempurna. Gas karbon monoksida
mempunyai ciri yang tidak berbau, tidak terasa, serta tidak berwarna.
Kendaraan bermotor memberi andil yang besar dalam peningkatan kadar CO
yang membahayakan. Di dalam semua polutan udara maka CO adalah
pencemar yang paling utama. Percampuran yang baik antara udara dan bahan
bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan
Turbocharger merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO.
Semakin kecil kadar CO semakin sempurna proses pembakarannya dan
bensin semakin irit, ini menunjukan bagaimana bahan bakar dan udara
tercampur dan terbakar. Semakin tinggi kadar CO semakin boros bensinnya,
ini menunjukan kurangnya udara dalam campuran.
Kendaraan bermotor 4 tak untuk tahun pembuatan 2010 ke bawah, standar
kandungan CO harus dibawah 5,5 %. Sementara untuk motor 4-tak tahun
pembuatan di atas 2010 harus memenuhi syarat kadar emisi gas buangnya CO
dibawah 4,5 %(KLH, 2006).
2. Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas
buang kendaraan menunjukkan adanya bensin yang tidak terbakar dan
terbuang bersama sisa pembakaran. Apabila suatu senyawa hidrokarbon
tersebut adalah karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Hidrokarbon (HC)
merupakan gas yang tidak begitu merugikan manusia, akan tetapi merupakan
penyebab terjadinya kabut campuran asap (smog). Pancaran hidrokarbon
yang terdapat pada gas buang berbentuk gasoline yang tidak terbakar.
Hidrokarbon terdapat pada proses penguapan bahan bakar pada tangki,
karburator, serta kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dan torak
yang masuk ke dalam poros engkol yang biasa disebut blow by gases (gas lalu). Semakin kecil kadar HC pembakaran itu akan semakin sempurna, ini
menunjukan sedikitnya bahan bakar yang terbuang. Semakin tinggi kadar HC
semakin banyak sisa bahan bakar (gas yang tidak terbakar setelah gagal
pengapian) yang terbuang pada proses pembakaran, dan banyak bahan bakar
yang terbuang percuma.
Kendaraan bermotor 4 tak untuk tahun pembuatan 2010 ke bawah standar
kandungan hidrocarbon (HC) maksimal 2.400 ppm. Sementara untuk motor
4-tak tahun pembuatan di atas 2010 harus memenuhi syarat kadar emisi gas
buangnya hydrocarbon (HC) maksimal 2.000 ppm (KLH, 2006).
3. Karbondioksida (CO2)
Konsentrasi CO2menunjukkan secara langsung status proses pembakaran di
ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka
ideal, emisi CO2berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus
atau terlalu kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2
AFR terlalu kaya atau terlalu kurus. Perlu diingat bahwa sumber dari CO2ini
hanya ruang baka. Apabila CO2 terlalu rendah tapi CO dan HC normal,
menunjukkan adanya kebocoran exhaust pipe. Semakin tinggi kadar CO2
semakin sempurna pembakarannya dan semakin bagus akselerasinya.
Semakin rendah kadar CO2ini menandakan kerak diblok mesin sudah pekat
dan harus dioverhoul engine.
Kendaraan bermotor 4 tak untuk tahun pembuatan 2010 ke bawah, standar
kandungan CO2 harus dibawah 5,5 %. Sementara untuk motor 4-tak tahun
pembuatan di atas 2010 harus memenuhi syarat kadar emisi gas buangnya
CO2dibawah 4,5 %(KLH, 2006)
C Saringan Udara (Air Filter)
Gambar 3. Saringan udara
Air filter atau filter udara berfungsi untuk menyaring udara sebelum memasuki ruang bakar atau sebelum memasuki karburator (pada motor
bensin). Filter udara sangat diperlukan terlebih lagi dalam kondisi yang
udaranya banyak mengandung debu dan pasir, misalnya di tempat pekerjaan
disaring agar bebas dari debu, kotoran, atau uap air yang berlebihan. Apabila
udara yang masuk ruang bakar masih kotor maka akan terjadi pembakaran
yang tidak sempurna dan akibatnya suara mesin terdengar kasar, knalpot akan
mengeluarkan asap tebal, dan tenaga kendaraan menjadi kurang maksimal.
Selain itu, aliran udara yang memasuki ruang bakar akan mempengaruhi
homogenitas pencampuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar yang
akan mempengaruhi kinerja pembakaran (Alfianto, 2006 dalam Hartono,
2008). Dengan demikian saringan udara (filter) hanya berguna untuk
menangkap partikel-partikel kasar seperti debu dan kotoran. Akan tetapi
gas-gas yang terkandung di dalam udara seperti nitrogen, oksigen, uap air, dan
gas-gas lainnya yang berukuran nanometer(109m)
masih dapat lolos dari
filter tersebut.
D. Parameter Prestasi Motor Bensin 4-Langkah
Prestasi mesin biasanya dinyatakan dengan efisiensi thermal, ηth. Karena
pada motor bakar 4 langkah selalu berhubungan dengan pemanfaatan energi
panas / kalor, maka efisiensi yang dikaji adalah efisiensi thermal. Efisiensi
thermal adalah perbandingan energi (kerja / daya) yang berguna dengan
energi yang diberikan. Prestasi mesin dapat juga dinyatakan dengan daya
output dan pemakaian bahan bakar spesifik engkol yang dihasilkan mesin.
Daya output engkol menunjukan daya output yang berguna untuk menggerakan sesuatu atau beban. Sedangkan pemakaian bahan bakar spesifik
yang disuplai untuk menghasilkan kerja. Prestasi mesin sangat erat
hubungannya dengan parameter operasi, besar kecilnya harga parameter
operasi akan menentukan tinggi rendahnya prestasi mesin yang dihasilkan
(Wardono, 2004).
Untuk mengukur prestasi kendaraan bermotor bensin 4-langkah dalam
aplikasinya diperlukan parameter sebagai berikut (Niwatana, 2010) :
1. Konsumsi bahan bakar, semakin sedikit konsumsi bahan bakar kendaraan
bermotor bensin 4-langkah, maka semakin tinggi prestasinya.
2. Akselerasi, semakin tinggi tingkat akselerasi kendaraan bermotor bensin
4-langkah maka prestasinya semakin meningkat.
3. Waktu tempuh, semakin singkat waktu tempuh yang diperlukan pada
kendaraan bermotor bensin 4-langkah untuk mencapai jarak tertentu, maka
semakin tinggi prestasinya.
4. Putaran mesin, putaran mesin pada kondisi idle dapat menggambarkan normal atau tidaknya kondisi mesin. Perbedaan putaran mesin juga
menggambarkan besarnya torsi yang dihasilkan.
5. Emisi gas buang, motor dalam kondisi statis bisa dilihat emisi gas
buangnya pada rpm rendah dan tinggi.
E. Fly ash
Fly ash (abu terbang) adalah sisa pembakaran batubara. Fly ash merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh industri yang menggunakan
sifat sebagai pozzolan, yaitu suatu bahan yang mengandung silika atau
alumina silika yang tidak mempunyai sifat perekat (sementasi) pada dirinya
sendiri tetapi dengan butirannya yang sangat halus bisa bereaksi secara kimia
dengan kapur dan air membentuk bahan perekat pada temperatur normal. Fly ash dapat digunakan sebagai bahan campuran untuk stabilisasi tanah ekspansif karena memiliki sifat sebagai pozzolan. Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel halus amorf dan abu
tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan
mineral (mineral matter) karena proses pembakaran (dafi017.blogspot.com).
a. KarakteristikFly ash(Abu Terbang)
Fly ash (abu terbang) adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang
menggunakan bahan batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan
sistem pengendapan elektrostatik. (Hidayat,1986)
Secara kimia abu terbang merupakan material oksida anorganik mengandung
silika dan alumina aktif karena sudah melalui proses pembakaran pada suhu
tinggi. Bersifat aktif yaitu dapat bereaksi dengan komponen lain dalam
kompositnya untuk membentuk material baru (mulite) yang tahan suhu tinggi.
(www.tekmira.esdm.go.id.)
abu relatif berat yang timbul dari suatu proses pembakaran suatu bahan yang
lazimnya menghasilkan abu.Fly ashdanbottom ash dalam konteks ini adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara. Rumus empiris abu terbang
batubara ialah: Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011.
(http://majarikanayakan.com)
Abu terbang merupakan limbah padat hasil dari proses pembakaran di dalam
furnace pada PLTU yang kemudian terbawa keluar oleh sisa-sisa
pembakaran. Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat
pembangkit listrik. Fly ash terdiri dari bahan anorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi selama pembakarannya. Bahan ini
memadat selama berada di dalam gas-gas buang. Karena partikel-partikel ini
memadat selama tersuspensi di dalam gas gas buang, partikel-partikel fly ash umumnya berbentuk bulat.Fly ash/bottom ashyang dihasilkan olehfluidized bed systemberukuran 100-200 mesh ( 1 mesh = 1 lubang/ inch2) . Ukuran ini relative kecil dan ringan, sedangkan bottom ash berukuran 20-50 mesh. (dafi017.blogspot.com)
Fly ash merupakan salah satu jenis partikulat yang dapat diklasifikasikan dalam debu. Hal ini karena biasanya Fly ashdipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Abu terbang (fly ash) sebagai limbah PLTU berbahan bakar batu bara
dikategorikan oleh Bapedal sebagai limbah berbahaya (B3). Sehubungan
dengan meningkatnya jumlah pembangunan PLTU berbahan bakar batubara
jumlah limbah PLTU pada tahun 2000 sebanyak 1,66 juta ton, sedangkan
pada tahun 2006 diperkirakan akan mencapai sekitar 2 juta ton. Khusus untuk
limbah abu dari PLTU, sejak tahun 2000 hingga tahun 2006, diperkirakan ada
akumulasi jumlah abu sebanyak 219.000 ton/tahun. Jika limbah abu ini tidak
dimanfaatkan akan menjadi masalah pencemaran lingkungan, yang mana
dampak dari pencemaran akibat abu terbang (fly ash) sangat berbahaya baik
bagi lingkungan maupun kesehatan. (www.tekmira.esdm.go.id.).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi dalam kandungan mineral fly ash (abu terbang)dari batu bara adalah:
Komposisi kimia batu bara
Proses pembakaran batu bara
Bahan tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan minyak untuk
stabilisasi nyala api dan bahan tambahan untuk pengendalian korosi.
(dafi017.blogspot.com)
b. Proses PembentukanFly ash(Abu Terbang)
Sistem pembakaran batubara umumnya terbagi 2 yakni sistem unggun
terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun tetap (fixed bed system atau
grate system). Disamping itu terdapat system ke-3 yakni spouted bed system atau yang dikenal dengan unggun pancar.
fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah teknik yang
paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir atau corundumyang berlaku sebagai medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya
dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai
temperature bakar batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem
ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu
tersebut disebut dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan di PLTU (Pembangkit Listruk Tenaga Uap). Komposisi
fly ashdanbottom ashyang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-90%) berbanding (10-20%) (dafi017.blogspot.com).
Fixed bed system atau Grate system adalah teknik pembakaran dimana batubara berada di atas conveyoryang berjalan atau grate. Sistem ini kurang efisien karena batubara yang terbakar kurang sempurna atau dengan
perkataan lain masih ada karbon yang tersisa. Abu yang terbentuk terutama
bottom ash masih memiliki kandungan kalori sekitar 3000 kkal/kg. Di China, bottom ashdigunakan sebagai bahan bakar untuk kerajinan besi (pandai besi). Teknologi Fixed bed system banyak digunakan pada industri tekstil sebagai pembangkit uap (steam generator). Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (15-25%) berbanding (75-25%)
(Koesnadi, 2008).
c. Sifat-sifatFly ash
Abu terbang mempunyai sifat-sifat yang sangat menguntungkan didalam
1.Sifat Fisik
Abu terbang merupakan material yang dihasilkan dari proses pembakaran
batubara pada alat pembangkit listrik, sehingga semua sifat-sifatnya juga
ditentukan oleh komposisi dan sifat-sifat mineral-mineral pengotor dalam
batubara serta proses pembakarannya. Dalam proses pembakaran batubara
ini titik leleh abu batu bara lebih tinggi dari temperatur pembakarannya.
Dalam kondisi ini menghasilkan abu yang memiliki tekstur butiran yang
sangat halus. Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang
umumnya berbentuk bola padat atau berongga. Adapun sifat-sifat fisiknya
antara lain :
a) Warna : abu-abu keputihan
b) Ukuran butir : sangat halus yaitu sekitar 100-200 mesh
2. Sifat Kimia
Pada intinya fly ash mengandung unsur kimia, antara lain: silika (SIO2), alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga
mengandung unsur tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO),
Titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2 dan K2O), sulfur trioksida (SO3),
pospor oksida (P2O5)dan karbon (CO). (http://dafi017.blogspot.com)
Tabel 2. Komposisi kimia pada limbah PLTU
Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang
dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran
batubara lignit dan sub/bituminous menghasilkan abu terbang dengan
kalsium dan magnesium oksida lebih banyak daripada bituminus. Namun,
memiliki kandungan silika, alumina, dan karbon yang lebih sedikit
daripada bituminous. Kandungan karbon dalam abu terbang diukur dengan
menggunakan Loss Of Ignition Method (LOI), yaitu suatu keadaan Senyawa Abu dasar (%) Abu terbang (%)
Al2O3 24,0 30,8
CaO 2,7 4,0
Fe2O3 5,5 4,6
K2O 0,17 0,18
MgO 1,3 1,9
Na2O 1,0 1,3
P2O5 -
-SO3 0,18 0,23
SiO2 63,4 54,0
TiO2 -
-Fe + Si + Al 92,9 89,4
CaO bebas <0,06 <0,06
Kandungan Silika - 53,4
LOI 0,68 <0,5
D50 - 15,5 (µm)
hilangnya potensi nyala dari abu terbang batubara. Abu terbang batubara
terdiri dari butiran halus yang umumnya berbentuk bola padat atau
berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran batubara
bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Kerapatan abu terbang berkisar
antara 2100 sampai 3000 kg/m3 dan luas area spesifiknya (diukur
berdasarkan metode permeabilitas udara Blaine) antara 170 sampai 1000 m2/kg, sedangkan ukuran partikel rata-rata abu terbang batubara jenis
sub-bituminous 0,01mm – 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m2/g, massa jenis (specific gravity ) 2,2 – 2,4 dan bentuk partikel mostly spherical , yaitu sebagian besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan
kecelakaan (workability ) yang lebih baik (Antoni, 2007 dalam Mheea.
Nck).
Fly ash adalah produk sampingan dari pembakaran bubuk batubara di
pembangkit listrik dan dikenal sebagai pozzolanik material. Salah satu
masalah utama dari semua pembakaran batubara dalam pembangkit listrik
adalah abu terbang yang tidak terpakai dan abu dasar karena mereka
memiliki efek pada lingkungan seperti polusi udara dan air tanah akibat
dari masalah kualitas logam dari abu terbang terutama yang tidak terpakai
yang memiliki ukuran partikel yang sangat kecil. Fly ash memiliki pori-pori yang besar dari beberapa partikel dimana dapat menyerap air dan
d. PemanfaatanFly ash(Abu Terbang)
Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu terbang batubara sedang
dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta mengurangi dampak
buruknya terhadap lingkungan. Saat ini umumnya abu terbang batubara
digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan campuran pembuat
beton selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki berbagai
kegunaan yang amat beragam:
1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
2. Penimbun lahan bekas pertambangan
3. Recoverymagnetik,cenospheredan karbon 4. Bahan baku keramik, gelas
5. Bahan baku batubata, dan refraktori
6. Bahan penggosok (polisher)
7. Filler aspal, plastik, dan kertas
8. Pengganti dan bahan baku semen
9. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
10. Konversi menjadi zeolit dan adsorben
Konversi abu terbang batubara menjadi zeolit dan adsorben merupakan
contoh pemanfaatan efektif dari abu terbang batubara. Keuntungan adsorben
berbahan baku abu terbang batubara adalah biayanya murah. Selain itu,
adsorben ini dapat digunakan baik untuk pengolahan limbah gas maupun
limbah cair. Adsorben ini dapat digunakan dalam penyisihan logam berat dan
dipakai secara langsung sebagai adsorben atau dapat juga melalui perlakuan
kimia dan fisik tertentu sebelum menjadi adsorben. Zeolit yang disintesis dari
abu terbang batubara dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Zeolit
banyak dikonsumsi dalam pemurnian air, pengolahan tanah, dll. Zeolit dibuat
dengan cara mengkonversi aluminosilikat yang terdapat pada abu terbang
batubara menjadi kristal zeolit melalui reaksi hidrotermal
(http://dafi017.blogspot.com)
F. Tepung Tapioka
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus
(tergantung pemakaiannya). Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian,
rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati
misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari
jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tepung)
Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan banyak
dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah ubi kayu (Manihot Esculenta
Crantz). Potensi nilai ekonomis dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan yang berdaya guna,bahan baku berbagai industri, dan pakan ternak.(Setyadi,
1987 dalam Gunaryo 2010) dan mendefinisikan tepung tapioka sebagai hasil
ekstraksi ubi kayu yang telah mengalami pencucian secara sempurna serta
tapioka adalah pati, merupakan senyawa yang tidak mempunyai rasa dan bau.
(Malau, 2001)
Berbagai proses kimia yang dapat diterapkan pada modifikasi pati
diantaranya oksidasi, hidrolisa,cross-linkingataucross bondingdan subtitusi (Fleche, 1985). Maltodekstrin merupakan salah satu produk hasil hidrolisa
pati dengan menggunakan asam maupun enzim, yang terdiri dari campuran
glukosa, maltosa, oligosakarida, dan dekstrin (Deman, 1993). Lloyd dan
Nelson, 1984 dan Kennedy et al, 1995 dalam ebookpangan menyatakan
bahwa produk hasil hidrolisis enzimatis pati mempunyai karakteristik yaitu
tidak higroskopis, meningkatkan viskositas produk, membentuk matrik
hidrogel, mempunyai daya rekat, dan ada yang dapat larut dalam air seperti
laktosa.(undip.ac.id)
Mc Ready (1970) dalam menyatakan bahwa mekanisme gelatinisasi terjadi
pada suhu 60 – 850C yang mana pada temperatur inilah pati mengembang dan mengental dengan cepat dan pada saat itu tepung tapioka (pati) memiliki
daya rekat yang cukup tinggi.
Pati merupakan butiran granula yang bewarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya tergantung dari panjang rantai C-nya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang larut dalam air disebut amilopektin.Granula pati tapioca berbentuk oval, berukuran 5-35 μ, kandungan amilosa, 17% dan amilopektin
tidak tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan karena tapioka memilki sifat menyerap air dan udara (Bowyer and Haygreen, 2003).
G. Arang Sekam Padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebutlemmadanpaleayang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan
sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan
[image:34.595.250.397.352.464.2]ternak dan energi atau bahan bakar, juga adsorben.
Gambar 5. Sekam padi
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya
pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan
Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap
biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Menurut Suharno (1979) sekam padi memiliki komposisi kimiawi protein
kasar 3,03%, lemak 1,18%, serat kasar 35,68%, abu 17,71%, karbohidrat kasar
33,71%, menurut DTC-IPB sekam padi memiliki komposisi karbon (zat
(1996) kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50% selulosa, 30% lignin, dan
20% silika.
Dengan komposisi kimiawi di atas, sekam padi dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan diantaranya:
sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia
furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri
kimia
sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan
silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan
semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan
manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran
yang merata dan stabil.
Menurut Houston (1972) sekam memilikibulk density0,100 g/ml, nilai kalori antara 3300 -3600 kkal/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU.
Arang dapat dibuat dari bahan baku seperti kayu, tempurung kelapa, serbuk
gergaji, dan salah satunya adalah sekam padi. Sekam padi memiliki
komposisi kimia diantaranya terdiri dari protein kasar 3,03%, lemak 1,18%,
serat kasar 35,68%, abu 17,71%, karbohidrat kasar 33,71%, (Suharno, 1979),
menurut DTC-IPB sekam padi memiliki komposisi karbon (C) 1,33%,
Hidrogen (H) 1,54%, Oksigen (O) 33,64%, dan silika 16,98%. Sedangkan
menurut Ismail dan Waliuddin (1996) kandungan kimia sekam padi terdiri
padi akan diperoleh komposisi kimiawi arang yang terdiri dari 41,6% karbon
terikat (C terikat), kadar abu 52,2%, kandungan air 1,5%, dan zat mudah
terbang 12,5%.
(http://www.scribd.com/doc/35448981/Teknologi-Arang-Aktif-untuk-Pengendali-Residu-Pestisida-di-Lingkungan-Pertanian).
Dalam satu gram karbon (arang), pada umumnya memiliki luas permukaan
seluas 500-1500 , sehingga sangat efektif dalam menangkap
partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon bersifat
sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut.
Hanya dengan satu gram dari arang, akan didapatkan suatu material yang
memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran
adsorpsi gas nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk
memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi arang itu sendiri.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_aktif).
Menurut Ketaran (1980) dalam Subroto (2007), Arang adalah bahan padat
yang berpori-pori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang
mengandung unsur karbon (C). Sebagian besar pori-porinya masih tertutup
dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri
dari fixed carbon, abu, air, nitrogen dan sulfur. Arang dengan komponen
penyusun utamanya berupa karbon dapat digunakan sebagai bahan bakar,
filter atau penyerap dengan diolah menjadi karbon aktif, pewarna dengan
diolah menjadi karbon black dan berbagai kebutuhan industri kimia lainnya.
industri logam, karena mengandung karbon bebas yang tinggi (>70%).
Kegunaan lainnya dari arang diantaranya adalah sebagai bahan penjernih,
arang kompos, dan baterai Lithium.
[image:37.595.176.442.259.542.2]
(http://oshin-mungil.blogspot.com/2011/11/pemanfaatan-arang-sekam-padi-dan-tanah.html)
Tabel 3. Komposisi kimia Arang sekam padi
No. Komponen Persen (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. SiO2 Carbon
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO4
Na2O
K2O
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan Pengujian
1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 110 cc
Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin
4-langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji
yang digunakan adalah sebagai berikut.
Merk dan tipe : Yamaha Jupiter Z
Tipe mesin : 4 langkah, SOHC
Sistem pendingin : Pendingin udara
Jumlah silinder : 1 (satu)
Diameter silinder : 51,0 mm
Langkah piston : 54,0 mm
Kapasitas silinder : 110,25 cc
Perbandingan kompresi : 9,3 : 1
Gigi transmisi : Rotary 4 Kecepatan (N-1-2-3-4-N)
Aki : 12 V / 5 Ah
Kapasitas tangki bahan bakar : 4,2 liter
Gambar 6. Yamaha Jupiter Z 110 cc
2. Alat yang digunakan
Berikut adalah alat-alat yang digunakan selama penelitian beserta
keterangannya:
a. Stopwatch
Stopwatchdigunakan untuk mengukur waktu pada saat pengujian.
b. Gelas ukur 100 ml
Gelas ukur 100 ml digunakan untuk mengukur volume bahan bakar.
Digunakan sebagai wadah bahan bakar ketika proses pengambilan data.
Sehingga tidak menggunakan tangki bahan bakar motor agar lebih mudah
Gambar 7.Gelas ukur 100 ml
c. Tachometer
[image:40.595.267.378.337.457.2]Tachometer yang dipakai dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui putaran mesin (rpm).
Gambar 8.Tachometer
d. Termometer Air Raksa
Termometer air raksa ini digunakan untuk mengetahui temperatur ruangan
saat pengujian.
[image:40.595.246.395.602.716.2]e. Cetakan
Gambar 14. Cetakan
Gambar 10. Cetakan
Sebagai alat untuk mencetak hasil campuran fly ash, aquades dan tapioka yang sebelumnya diaduk.
f. Perangkat analog
[image:41.595.169.492.458.679.2]Dalam penelitian ini, Speedometer, odometer, sudah berada dalam satu unit panel analog motor pada dashboard. Speedometer dengan ketelitian 10 km / jam, odometerdengan ketelitian 100 m.
Gambar 11. Perangkat analog
g. Tangki bahan bakar buatan 350 ml
Gambar 12. Tangki bahan bakar buatan 350 ml
Digunakan sebagai wadah bahan bakar ketika proses pengambilan data.
Sehingga tidak menggunakan tangki bahan bakar motor agar lebih mudah
dalam proses pengukuran konsumsi bahan bakar.
h. Oven
Gambar 13. Oven
Digunakan untuk mengeringkan fly ash yang telah dibentuk pelet dan digunakan untuk aktivasi fisik.
i. Timbangan Digital
[image:42.595.190.399.383.526.2]Gambar 14. Timbangan Digital
j. Kompor
Digunakan untuk memasak atau memanaskan campuran tepung
tapioka dan aquades.
Gambar 15. Kompor
k. Kemasanfly ash
[image:43.595.216.430.573.734.2]Fly ashpelet dikemas dengan menggunakan kawat yang besarnya disesuaikan dengan ruangan pada rumah saringan udara.
3. Bahan utama
Fly ash
Fly ashyang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU Tarahan yang mengandung komposisi kimia SiO2, Al2O3, MgO, CaO dan Fe2O3.
Air aquades
Air ini dipakai untuk mencampurfly ashagar mudah dibentuk menjadifly ash pelet.
Tepung Tapioka
Tepung tapioka yang digunakan adalah tepung tapioka yang dijual di pasaran
Bandar Lampung yang berfungsi sebagai bahan perekat.
B. Persiapan Fly ash
Fly ashdiayak dengan ukuran 200 mesh untuk mendapatkan ukuran partikel yang seragam. Proses pengayakan terlebih dahulu dilakukan dengan
menggunakan ayakan dengan ukuran 100 mesh yang bertujuan untuk
menyaring partikel yang lebih besar agar tidak tercampur dengan yang lebih
kecil. Kemudian dilakukan pengayakan dengan menggunakan ukuran 150
mesh dan akan menghasilkan ukuran partikel yang semakin halus. Dari hasil
pengayakan terakhir dapat diperoleh ukuran fly ash yang seragam yaitu 200 mesh. Semakin kecil ukuran partikel fly ash maka akan semakin kuat daya rekatnya. Pada penelitian ini menggunakan 3 variasi berat fly ash yang diletakkan pada saringan udara sebelum masuk ke ruang bakar yaitu (55
C. Pencetakanfly ashMenjadi Pelet
Fly ash yang digunakan untuk pengujian dalam penelitian ini berasal dari PLTU Tarahan dan tepung tapioka ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital sesuai komposisi dari konsentrasi yang diinginkan untuk
tiap spesimen pelet. Fly ash yang digunakan adalah fly ash yang telah dilakukan pengayakan dengan ukuran 200 mesh. Untuk pencetakan fly ash pelet ini mengunakan campuran komposisi 66 gram fly ash dengan 30 ml aquades dan 4 gram tapioka. Pertama-tama campuran aquades dengan tapioka
dimasak kurang lebih 5 menit hingga campuran tersebut berbentuk seperti
lem. Kemudian campuran tersebut diaduk dengan fly ash hingga merata dengan cara memasukkan fly ash sedikit demi sedikit kedalam campuran tersebut. Pencampuran tersebut dilakukan sampai terjadi sebuah adonan yang
kalis. Kemudian adonan tersebut diratakan dengan menggunakan ampia
hingga mendapatkan permukaan adonan yang sama rata. Setelah merata bisa
dilakukan pencetakan fly ashpelet dengan ukuran diameter lebar 10 mm dan tebal 3 mm. Proses pencetakan dilakukan secara manual dengan ukuran yang
mengemas fly ash tersebut supaya letak fly ash pelet merata pada saringan udara (gambar terlampir).
Selanjutnya, sepeda motor yang digunakan pada pengujian di servis rutin/tune
upterlebih dahulu sebelumnya agar mempunyai kondisi yang prima. Sebelum dilakukan pengujian berikut pengambilan data, kemudian mesin dipanaskan
beberapa menit lalu pengujian dilakukan. Selama dilakukannya proses
pengujian, sepeda motor diservis rutin dalam rentang waktu tertentu untuk
menjaga kondisinya agar selalu prima pada setiap pengujian. Berikut ini
[image:46.595.133.433.401.572.2]adalah format data jenis filter.
Tabel 4. Format data jenis filter
No Jenis filter Massa Simbol
1 Tanpafly ash 0 gram Tanpa 2 55 gramfly ash 55 gram 55 FA
3 45 gramfly ash 45 gram 45 FA 4 35 gramfly ash 35 gram 35 FA 5 35 gram arang sekam 35 gram 35 AS
.
D. Prosedur Pengujian
2. Pengujian konsumsi bahan bakar (road test) dengan kondisi motor
menggunakan fly ash pelet dengan tebal 0,3 cm dan diameter 1 cm campuran tepung tapioka yang teraktifasi fisik.
Pengujian pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu pengujian
emisi dan pengujian berjalan. Adapun prosedur pengujiannya sebagai
berikut.
1. Prestasi Mesin
Data yang diambil dalam pengujian ini adalah pengujian prestasi mesin pada
pengujian berjalan untuk melihat perbandingan konsumsi bahan bakar dan
akselerasi tanpa fly ash dan menggunakan fly ash. Data yang diambil tiap pengujiannya melalui pengujian stasioner pada cuaca dan lokasi pengujian
yang sama. Data–data yang ditampilkan pada pengujian stasioner adalah data
konsumsi bahan bakar (liter) pada kecepatan konstan (40-60 km/jam) untuk
jarak 5 km dengan bukaan gas yang sama dan data akselerasi dari keadaan
diam (detik)
a. Pengujian konsumsi bahan bakar pada kecepatan rata-rata selama
perjalanan (50 km/jam) dengan jarak 5 km
Persiapan yang perlu dilakukan adalah botol berkapasitas
350 ml. Kemudian botol tampung disambungkan dengan
rapat bersama selang bensin dan diikat ke sisi samping
sepeda motor, setelah itu botol tersebut diisi dengan bensin
yang sudah disiapkan. Kemudian dilakukan pengujian
diukur pada odometer, sedangkan waktu tempuh diukur dengan stopwatch.Langkah pertama, menghidupkan mesin, setelah mesin menyala kemudian menginjak pedal gigi
perseneleng pada posisi “gigi 1”, setelah itu putar tuas gas
secara perlahan. Perpindahan dari gigi 1 ke gigi 2 pada saat
odometer menunjukkan angka 20 km/jam, selanjutnya perpindahan gigi 2 ke gigi 3 pada saat odometer menunjuk pada angka 35 km/jam dan yang terakhir perpindahan gigi 3
ke gigi 4 pada saat odometer menunjuk angka 50 km/jam. Selanjutnya mempertahankan kecepatan pada posisi 50
km/jam sampai jarak 5 km. Setelah mencapai jarak 5 km,
bensin yang tersisa diukur dengan gelas ukur, kemudian
jumlah bensin awal dikurangkan dengan jumlah bensin
yang tersisa, maka didapatkan jumlah bensin yang terpakai
pada kondisi normal. Karena tempat pengujian (jalan yang
digunakan) tidak mencapai 5 km, maka pengujian dilakukan
pada jalan yang panjangnya 800 meter. Sehingga untuk
mencapai jarak 5 km, penulis harus berputar-putar kurang
lebih tujuh kali pada jalan tersebut. Pada saat berputar,
posisi gigi perseneling diturunkan sampai pada posisi 2, dan
kecepatan pada saat belok adalah 20 km/jam. Untuk
menanggulangi keadaan yang tidak setabil itu
(kecepatannya tidak konstan pada 50 km/jam), maka pada
km. Jarak tempuh ditambah 500 meter, karena pada saat
pengujian terdapat tujuh tikungan, dan disetiap tikungan
kecepatan diturunkan hingga 20 km/jam, dengan asumsi
penambahan jarak tempuh 500 meter tersebut dapat
menanggulangi pengurangan kecepatan pada saat berputar
arah tersebut (belok). Selanjutnya pengujian dilakukan
dengan kondisi motor yang dipasang fly ash dan arang sekam padi. Pengujian tersebut dilakukan dengan tiga (3)
kali pengulangan untuk masing-masing variasi massafly ash dan arang sekam padi. Pengujian dilakukan pada siang hari
dengan beban kendaraan yang sama dengan cuaca cerah
bersuhu 30-31oC. Format pencatatan data mengenai
konsumsi bahan bakar dapat dilihat di tabel 5.
b. Akselerasi dari keadaan diam 0–80 km/jam (detik)
Pengujian akselerasi menggunakan kondisi filter tanpa fly ash dan menggunakan fly ash cetak. Setelah semua persiapan dilakukan, motor yang telah dinyalakan harus
dalam keadaan berhenti (0 km/jam). Ketika gas mulai
ditekan, stopwatch mulai diaktifkan. Setelah sampai pada kecepatan yang diinginkan (80 km/jam), stopwatch dinon-aktifkan kemudian dicatat waktu tempuhnya. Untuk
mencapai kecepatan yang diinginkan (80 km/jm),
sesuai setiap pengujian. Tabel 6 menampilkan format data
akselerasi pada pengujian.
c. Akselerasi dari keadaan berjalan 40–80 km/jam (detik)
Parameter fly ash yang digunakan dan langkah-langkahnya sama seperti pada pengambilan data akselerasi dari keadaan
diam, hanya saja stopwatch mulai diaktifkan ketika kecepatan awal yaitu 40 km/jam hingga kecepatan akhir
yang diinginkan (80 km/jam) melakukan perpindahan
perseneling dari gigi 2 sampai gigi 4. Pada Tabel 7
ditampilkan salah satu jenis pengujian data akselerasi. Tabel
ini menampilkan data akselerasi pengujian kecepatan 40
hingga 80 km/jam.
d. Pengujian stasioner
Pengujian ini dilakukan untuk melihat konsumsi bahan bakar yang
digunakan pada kondisi diam (putaran stasioner) dan
membandingkan karakteristik kendaraan bermotor tanpa fly ash dengan fly ash aktivasi (fisik) dan massa yang telah ditentukan. Persiapan pertama yang dilakukan adalah memanaskan mesin agar
kondisi mesin di saat pengujian sudah optimal. Kemudian putar
setelan gas di bagian karburator untuk menentukan putaran mesin
yang dipakai dalam pengujian. Putaran mesin yang dipakai pada
Pengujian dimulai dengan mengisi bahan bakar pada tangki buatan
yang mana bahan bakar tersebut telah diukur terlebih dahulu
melalui gelas ukur. Selanjutnya fly ash diletakkan pada saringan udara, setelah itu mesin dihidupkan dengan menghitung waktu
pengujian menggunakan stopwatch (5 menit). Setelah waktu pengujian selesai, mesin dimatikan serta stopwatchdinon-aktifkan. Kemudian bahan bakar yang terisi dalam tangki buatan tersebut
sisanya dituangkan kembali ke dalam gelas ukur untuk menghitung
[image:51.595.183.509.416.755.2]jumlah yang terpakai dalam menit/liter.
Tabel 5. Format data variasi massafly ashpelet terhadap konsumsi bahan bakar kecepatan rata-rata (50 km/jam) dengan jarak 5 km
No. Massa Pengujian
ke-Konsumsi bahan bakar (ml)
1
1. Tanpa 2
3
1
2. 55 FA 2
3
1
3. 45 FA 2
3
1
4. 35 FA 2
3
1
3
Tabel 6. Format data variasi massa fly ash pelet, akselerasi 0–80 km/jam
Pengujian ke
Variasi massafly ash
Massafly
ash 55 gram 45 gram 35 gram
Waktu (detik)
1
2
3
Tabel 7. Format data variasi massa fly ash pelet, akselerasi 40–80 km/jam
Pengujian ke
Variasi massafly ash
Tanpa
fly ash 55 gram 45 gram 35 gram Waktu (detik)
1
[image:52.595.186.506.546.743.2]3
Tabel 8. Format data variasi massafly ashpelet terhadap konsumsi bahan bakar kondisi stasioner.
No. Massa fly ash Pengujian
Ke-Konsumsi Bahan Bakar
3500 rpm 5000 rpm 1
1 Tanpa 2
3
Rata-rata
1
2 55 FA 2
3
Rata-rata
1
3 45 FA 2
3
Rata-rata
1
4 35FA 2
3
Rata-rata
1
5 35 AS 2
3
Knalpot
Fuel Gas Analizer 2. Pengujian Emisi
Pengujian emisi dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan fly ash terhadap emisi gas buang. Berikut ini skema pengujian emisi gas buang pada
[image:54.595.149.510.173.308.2]sepeda motor :
Gambar 17.Skema peralatan
Pengujian emisi dilakukan pada kondisi stasioner dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut:
1. Pemanasan Mesin
Tujuan dilakukannya pemanasan mesin adalah untuk mempersiapkan mesin
pada kondisi kerja.
2. KalibrasiGas Analizer
Setelah mesin berada pada kondisi kerja kemudian dilakukan kalibrasi gas analizer. Kalibrasi ini dilakukan secara otomatis.
3. Pengujian tanpa menggunakanfly ash.
Data yang didapatkan dari hasil pengukuran ini digunakan sebagai
pembanding dengan data pada pengukuran menggunakan fly ash. Langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:
• Mesin dalam keadaan menyala dalam kondisiidle1000 rpm danprobesensor
• Nilai padafuel gas analizerdiprint datanya setelah 5 menit motor dihidupkan.
• Kemudian dengan langkah yang sama pula, pengukuran dilakukan kembali
untuk putaran mesin yang berbeda yaitu 3500 rpm.
4. Pengujian menggunakanfly ash
Setelah pengukuran pertama selesai maka pengukuran kedua dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Setelah mesin dimatikan kemudianfly ashdipasang di Filter udara
• Setelahfly ash terpasang, mesin dihidupkan kembali lalu pengukuran diulang
kembali sesuai urutan pengukuran pertama.
• Pengukuran dilakukan dengan pergantian variasi ukuranfly ash.
5. Pengujian menggunakan arang sekam padi
Setelah pengukuran menggunakan fly ash selesai maka pengukuran selanjutnya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Setelah mesin dimatikan kemudian arang sekam padi dipasang di Filter udara
• Setelah arang sekam padi terpasang, mesin dihidupkan kembali lalu
[image:55.595.160.512.586.746.2]pengukuran diulang kembali sesuai urutan pengukuran pertama.
Tabel 9. Format data emisi tanpafly ashawal pengambilan data
Putaran mesin Pengulangan Kadar CO Kadar HC
Kadar CO2
(rpm) Ke- (%) (ppm) (%)
1500 1
1500 2
3500 1
Tabel 10. Format data emisi menggunakan fly ash pelet menggunakan perekat (tapioka) dengan massa 55 gram.
Putaran mesin, rpm Pengulangan Ke-Kadar CO, % Kadar HC, ppm Kadar CO2,%
1500 1
1500 2
3500 1
[image:56.595.160.515.379.517.2]3500 2
Tabel 11. Format data emisi menggunakan fly ash pelet menggunakan perekat (tapioka) dengan massa 45 gram.
Putaran mesin, rpm Pengulangan Ke-Kadar CO, % Kadar HC, ppm Kadar CO2,%
1500 1
1500 2
3500 1
3500 2
Tabel 12. Format data emisi menggunakan fly ash pelet menggunakan perekat (tapioka) dengan massa 35 gram.
Putaran mesin, rpm Pengulangan Ke-Kadar CO, % Kadar HC, ppm Kadar CO2,%
1500 1
1500 2
3500 1
[image:56.595.160.515.596.736.2]Tabel 13. Format data emisi menggunakan arang sekam padi pelet menggunakan perekat (tapioka) dengan massa 35 gram.
Putaran mesin,
rpm
Pengulangan
Ke-Kadar CO,
%
Kadar HC, ppm
Kadar CO2,%
1500 1
1500 2
3500 1
E. Diagram Alir Penelitian
Untuk diagram alir pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar
[image:58.595.149.488.172.706.2]sebagai berikut.
Gambar 18.Diagram alir penelitian
Kesimpulan dan saran
Penulisan laporan Ya Hasil dan Pembahasan tidak
Evaluasi, sesuai?
Servis rutin &tune up
Mulai
Persiapan bahan, alat uji & ukur
Datafly ash& kendaraan
bermotor
Pembuatan alat
Pengujian normal
Data
fly ashdengan variasi berat 55 gr, 45 gr, 35 gr pada saringan udara
Aktivasi fisik padafly ash
Pemasangnfly ashpada saringan udara
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil pengujian yang diperoleh (data konsumsi bahan bakar
pada kecepatan rata-rata 50 km/jam, data akselerasi, dan data konsumsi bahan
bakar pada pengujian stasioner pada motor bensin uji Jupiter Z 110 cc, didapat
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Pada pengujian road test (berjalan) dan stasioner (diam) mengunakan fly ashpelet aktivasi fisik maupun arang sekam padi pelet aktivasi fisik secara keseluruhan dapat menghemat konsumsi bahan bakar. Tapi pada
penggunaan fly ash pelet aktivasi fisik lebih baik dibandingkan arang sekam padi pelet aktivasi fisik.
2. Pada pengujian road test saat cuaca cerah bersuhu 30-31oC peningkatan prestasi mesin paling baik diperoleh saat menggunakan fly ash pelet aktivasi fisik dengan massa 45 gram mencapai 22,34%.
3. Pada pengujian akselerasi 0-80 km/jam saat kondisi lingkungan panas
bersuhu 30oC peningkatan prestasi mesin juga diperoleh saat
menggunakanfly ash pelet aktivasi fisik dengan massa 45 gram.
4. Pada pengujian akselerasi 40-80 km/jam saat kondisi panas bersuhu 30oC
5. Secara umum fly ash pelet aktivasi fisik dengan massa 45 gram mampu mereduksi emisi gas buang paling baik.Fly ashpelet aktivasi fisik dengan massa 45 gram juga dapat meningkatkan kadar CO2paling baik.
6. Secara umum fly ash pelet aktivasi fisik dengan massa 45 gram lebih baik dibandingkan dengan variasi yang lainnya.
7. Dalam penelitian ini pemakaian arang sekam padi kurang baik bila
dibandingkan denganfly ashyang digunakan pada motor Jupiter Z 110 cc.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan penulis agar penelitian ini
dapat lebih dikembangkan lagi adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dilihat cara pengemasan fly ash pelet selain dengan kawat strimin agar tidak terjadi terkikisnya pelet
dengan kawat yang mengakibatkan debufly ashmasuk ke ruang bakar. 2. Perlu dilakukan penilitian lebih lanjut dalam cuaca mendung ataupun
hujan agar dapat melihat perbedaan konsumsi bahan bakar dan emisi gas
buangnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai campuran komposisi dari
(Skripsi)
Oleh
DIMAS RILHAM PURWANTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
Gambar Halaman
1. Siklus motor bakar bensin 4-langkah... 10 2. DiagramP-vdari siklus ideal motor bakar bensin 4-langkah ... 10 3. Saringan udara ... 17
4 .Fly ash ... 24 5. Sekam padi ... 29
6. Yamaha Jupiter Z 110 cc ... 35
7. Gelas ukur 100 ml ... 36
8. Tachometer ... 36 9. Termometer Air Raksa ... 36
10. Cetakan ... 37
11. Perangkat analog ... 37
12. Tangki bahan bakar buatan 350 ml ... 38
13.Oven ... 38 14. Timbangan Digital ... 39
15. Kompor ... 39
16. KemasanFly ash ... 39 17. Skema peralatan ... 50
20. Konsumsi bahan bakar pada pengujian stasioner ... 60
21. Grafik pengaruh volumefly ashterhadap waktu pada percepatan
0-80 km/jam ... 66
22. Grafik pengaruh volumefly ashterhadap waktu pada percepatan
40-80 km/jam ... 68
23. Grafik pengaruh massa spesimen terhadap gas buang CO ... 70
24. Grafik peng