• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK GEOGRAFIS DAN ASPEK LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK GEOGRAFIS DAN ASPEK LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ASBTRAK

TUGAS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BERDASARKAN ASPEK GEOGRAFIS DAN ASPEK LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Arif Santoso

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baikdan sehat. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, juga menerbitkan pembangunan perumahan dan permukiman yang layak, aman, serasi dan teratur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai modal utama dalam pembangunan yang menyeluruh dan merata, oleh karena itu, BPMP sebelum mengeluarkan izin harus memperhatikan letak kondisi geografis dan lingkungan dalam pembangunan perumahan dalam bentuk rekomendasi perizinan dari BKPRD.

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana pembangunan perumahan dan pemukiman ditinjau dari aspek geografis dan lingkungan di kota Bandar Lampung sertafaktor penghambat dalam pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar Lampung.

Penelitian ini dilakukan secara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui studi lapangan sedangkan data sekunder melalui studi pustaka. Analisis yang digunakan dengan cara analisis deskriptif dan kualitatif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tugas BKPRD adalah menerbitkan surat rekomendasi pembangunan perumahan dan permukiman berdasarkan rekomendasi Dinas Instansi terkait dalam rangka penerbitan perizinan oleh BPMP. Pembangunan perumahan dan permukiman berdasarkan aspek geografis dan lingkungan, Dinas Tata Kota Kota menerbitkan surat rekomendasi seperti: kondisi ketinggian dan kelerengan tanah, aman dari bencana geologi, bebas pencemaran (air, udara, suara), topografi tidak berada di daerah konservasi dan resapan air. Akan tetapi, ada pembangunan sudah membangun setengahnya (50%) baru mengajukan izin di daerah yang tidak mendukung aspek geografis. Dalam rapat BKPRD, Pemerintah mengabaikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hanya mengacu pada RTRW. Faktor penghambat pembangunan perumahan dan permukiman adalah keterbatasan lahan, rendahnya kondisi ekonomi masyarakat, keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah.

(2)

ASSIGNMENT AGENCY COORDINATING ARRANGEMENT ROOM AREA IN THE DEVELOPMENT HOUSING AND SETTLEMENT

BASED ON GEOGRAPHICAL ASPECT

AND ENVIRONMENT ASPECT IN BANDAR LAMPUNG CITY

ABSTRACT BY:

ARIF SANTOSO

As contained in article 28H paragraph (1) of the Act of 1945 which reads every person has the right to live prosperous born and mind, residing and get a good and healthy living environment. In Law No. 1 of 2011 on Housing and Settlements, mentions that the development of housing and settlement which decent, safe, harmonious and orderly is one of the basic human needs, therefore Agency of Capital Planting and Licensing before issuing a permit must notice of the geographical and environmental conditions in housing construction in the form of recommendations licensing from Agency Coordinating Arrangement Room Area. Issues that will be examined is how development housing and settlement reviewed of geographical aspect and environment aspect in Bandar Lampung city and the resistor factor in development housing and settlement in Bandar Lampung city. The research was basis conducted approach normative juridical and approach empirical juridical with using primary data and secondary data. The primary data obtained through field studies and secondary data through studies library. The analysis used by means of descriptive and qualitative analysis.

Based on the research conducted, assignment of Agency Coordinating Arrangement Room Area is publish a letter of recommendation housing and settlement development based on agency relevant institutions in order to issuance to licensing by Agency of Capital Planting and Licensing. Housing and settlement based on geographical and environmental aspects of agency of arrange city publish a letter of recommendation such as: conditions of height and slope of the ground, the safe of geological disasters, pollution-free (water, the air, voice), topography is not reside conservation in areas and water catchment areas. However, there development which has build half (50%) new of propose permit in area which don't support the geographical aspects and its environment. In tightly Agency Coordinating Arrangement Room Area, the Government ignored legislations which apply and only refers to the spatial plan region. Factors inhibiting the development of housing and settlement is limitation farm, public economic conditions, the limited ability of the regional Government.

(3)

TUGAS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK GEOGRAFIS DAN ASPEK LINGKUNGAN DI

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Arif Santoso

JURNAL ILMIAH

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 April 1993. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Ahmad Safrudin dan Ibunda Henny Antari, S.E.

Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Way Kandis Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 19 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2011.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan lafadz hamdallah, Kupersembahan karya sederhana ini Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.

Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan

keharibaan Rasullullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi

Ibunda Henny Antari dan Ayahanda Ahmad Safruddin Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih tiada terhingga kupersembahkan karya sederhana ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan do’a, kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih tiada putus yang tidak mungkin dapat kubalas hanya selembar kertas yang bertuliskan kata

cinta dan persembahan.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku

menjadi lebih baik.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada wanita spesial

Dwi Sukengsi yang selalu membuat motivasi dan dukungan penuh di setiap waktu Almamater Tercinta

(9)

MOTO

“Semua bisa asalkan ada kemauan”

(Thomas Alva Edison)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap urusannya dan diberi pertolongan dari tempat yang tak terduga, dan barangssiapa

yang bwetawakal kepada Allah, niscaya akan di cukupi segala kebutuhannya” (QS Ath-Thalaq : 2-3)

Masalah ada karena untuk mendewasakan kita”

(Benjamin Franklin)

“Tindakan dan kecepatan adalah kunci kesuksesan, segera bertindak setiap ada ide baru muncul, Action is Power!”

(Abraham Lincoln)

“Life is too short to waste time hating anyone”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berdasarkan Aspek Geografis dan Aspek

Lingkungan di Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu memberikan ilmu yang bermanfaat dan memberikan bimbingan kepada Penulis pada waktu penelitian dan penyempurnaan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan perhatian yang tulus. Terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, do’a serta dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.

(11)

tak terhingga atas bimbingan, do’a serta dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

5. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara sekaligus Dosen Pembahas II saya juga telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

6. Bapak Cepi, Bapak Daniel, Ibu Nelda dari Pemerintahan Bappeda Kota Bandar Lampung. Ibu Ika, Bapak Erwansyah dari Pemerintahan Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Bapak Budi, Bapak Yusman dari BPMP kota Bandar Lampung terima kasih telah meluangkan waktu menjadi narasumber bagi Penulis dan memberikan informasi dan data-data untuk Penulis.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi Penulis.

8. Tercinta, Ibunda Henny Antari dan Ayahanda Ahmad Safruddin sebagai orang tua terbaikku yang selama ini telah memberikan do’a, dukungan,

semangat, cinta dan kasih sayang tiada putusnya untuk kesuksesan diriku. Semoga Allah SWT membalas segala perjuangan dan pengorbanan dengan nikmat dan berkah yang tak terhingga dan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Sembah sujud aku hanturkan, seraya memohon ridho dan do’a

(12)

9. Dwi Sukengsi, terimakasih yang tak terhingga atas motivasi dan dukungan penuh penawar rasa frustasi yang mewarnai hari-hari aku menyelesaikan dengan cepat skripsi ini. Terimakasih atas pembelajaran yang aku dapat hingga membuatku bisa menjadi lebih sabar dan dewasa. Semoga kamu bisa menjadi lebih baik, diberikan jalan kesuksesan dan hidayah atas kebaikanmu oleh Allah SWT. Amiin

10. Anita Puspitasari, Kakak tersayang yang selalu membantu saat suka dan duka, memberikan do’a dan dukungan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Fandry Septira Mulyo, sepupuku yang telah memberikan do’a, motivasi, serta dukungan agar dapat terselesaikan skripsi ini.

12. Segenap Pimpinan, Karyawan/Staff dan Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu Penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan.

13. Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) yang selalu memberikan dukungan dan do’a.

14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2013, Persikusi beserta Panitia Law Faculty Basketball and Medorn Dance Season 2 yang telah memberi pengalaman berorganisasi dalam bingkai kekeluargaan.

(13)

yang baik selama masa perkuliahan. Semoga kita dapat mencapai kesuksesan bersama dan silahturahmi kita dapat selalu terjalin.

16. Staff gedung D, Pak Misyo, Mas Hadi, Kiyay Zukaria, Pak Sutris, Bang Denis yang telah memberi petunjuk kepada Penulis.

17. Sari, Emak, Ncis, Tante Tuti, terima kasih atas waktu, tenaga dan kelapangan hati yang telah memberi kemudahan pembayaran makanan dan minuman kepada Penulis selama pengerjaan skripsi dan masa perkuliahan ini.

18. Teman-teman KKN Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, terimakasih atas kerjasama yang terjalin selama masa KKN.

19. Alamamater tercinta dan Tanah Airku Indonesia.

Akhir kata dengan penuh kerendahan hati, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan sempurnaan skripsi ini karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan. Namun demikian, Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembang ilmu hukum pada khususnya dan khalayak pada umumnya.

Bandar Lampung, 10 April 2015

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ...1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup ...10

1.2.1 Permasalahan ...10

1.2.2 Ruang Lingkup ...10

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...10

1.3.1 Tujuan Penelitian...10

1.3.2 Kegunaan Penelitian ...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman ...12

2.1.1 Unsur-Unsur Perumahan ...14

2.1.2 Asas dan Tujuan ...15

2.1.3 Penyelenggaraan Perumahan...15

2.2 Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan ...18

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ...27

2.4 Fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah ...28

2.5 Fungsi Dinas Tata Kota Bandar Lampung ...31

2.6 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung ...33

2.7 Fungsi Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung ...35

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ...37

3.2 Sumber Data ...37

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ...39

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ...39

3.3.2 Metode Pengolahan Data ...40

(15)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Rencana Tata Ruang Wilayah Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Bandar Lampung ...41 4.2 Tugas BKPRD dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Berdasarkan Aspek Geografis dan Lingkungan di Bandar Lampung...46 4.3 Tahapan Proses Perizinan Rekomendasi BKPRD Kota Bandar Lampung..61 4.4 Faktor Penghambat Pembangunan Perumahan dan Permukiman...67

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...70 5.2 Saran ...71

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Negara Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan Bangsa secara sejahtera, aman, tentram, serta tertib. Dalam tata kehidupan yang demikian itu dijamin persamaan kedudukan hak dan kewajiban. Hal ini merupakan yang sangat mendasar sebagai modal dalam pelaksanaan pembangunan Nasional yang menitik beratkan pada pembangunan yang menyeluruh dan merata.1

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, ditetapkan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi arah pada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serat menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan itu upaya pembangunan perumahan dan permukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan

1

(17)

2

persyaratan minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman dan serasi.2

Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi perkembangan wilayah serta memiliki kecendrungan untuk menjadi besar dan berkembang dengan dukungan wilayah sekitarnya. Berbagai fasilitas dan lapangan kerja yang lebih bervariasi membuat kota menjadi tempat yang menarik bagi masyarakat di luar kawasan perkotaan. Hal ini menyebabkan kota banyak dihuni oleh pendatang dari kota itu sendiri. Tingginya arus urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib di kota sehingga menyebabkan pertambahan penduduk semakin tidak terkendali. Kota pun menjadi kawasan yang sangat padat karena harus menerima kaum urban sementara ketersediaan lahan di perkotaan tidak mengalami perluasan.3

Akibatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan perumahan mengalami banyak hambatan seperti masalah harga tanah yang tinggi, keterbatasan lahan, keterbatasan kemampuan masyarakat. Pemerintah kota seperti dari segi kelembagaan dan sumber pembiayaan yang terbatas.4 Kondisi tersebut menjadi permasalahan di kota Bandar Lampung.

Permasalahan di atas keterkaitan erat dengan penataan ruang kawasan perkotaan berikut kegiatan monitoring dan evaluasinya. Pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dikatakan tahap-tahap dari penataan ruang itu adalah perencanaan, pengendalian, dan pemanfaatan.

2

Hamzah, Andi, 1990. Dasar-Dasar Hukum Perumahan. Rineka Cipta, Jakarta. hlm 1.

3

Badjeber, Zain, 1982. Tanya Jawab Masalah Perumahan. Sinar Agape Press, Jakarta. hlm 1.

4

(18)

3

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Pada Pasal 33 dikatakan bahwa pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya.5

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan yang bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dan mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam koordinasi penataan ruang daerah. Pada kriteria jenis perizinan pembangunan perumahan yang harus mendapatkan surat rekomendasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yaitu luas lahan perumahan 1 ha atau lebih dengan keterangan sudah mendapat izin lokasi.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah untuk menjaga konsistensi perkembangan kawasan perkotaan dengan strategi perkotaan nasional dan arahan RTRW Provinsi dalam jangka panjang, menciptakan keserasian perkembangan kota dan wilayah sekitarnya, serta menciptakan keserasian perkembangan kota dan wilayah sekitarnya, serta menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah. Dalam pelaksanaannya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota yang selayaknya menghasilkan suatu kondisi yang ideal pada umumnya masih sulit

5

(19)

4

terwujud. Salah satu penyebabnya adalah masalah yang terkait dengan ruang daratan, dalam hal ini tanah.6

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, Badan Penanaman Modal dan Perizinan adalah unsur pendukung tugas Walikota yang melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dibidang pelayanan perizinan dan penanaman modal meliputi penerbitan dan pencabutan izin, pelayanan situasi dilapangan, konsultasi perencanaan, penandatanganan, dan penarikan retribusi.

Lokasi perumahan dan permukiman baik berasal dari penggunaan lahan non-perumahan. Secara umum pembangunan baru perumahan dan permukiman di Bandar Lampung harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota, agar tidak menimbulkan kekacauan penataan ruang kota.

Pembangunan perumahan atau rumah merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia yang berfungsi utama sebagai tempat tinggal, beraktivitas dan bersosialisasi antara masyarakat yang selalu dilakukan sebagai suatu kebiasaan yang berguna untuk kesejahteraan, keamanan dan kebahagiaan hidup sebagai makhluk sosial. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, menerbitkan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan pemukiman yang layak, sehat,

6

(20)

5

aman, serasi dan teratur merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu kehidupan yang mengacu pada suatu kerangka penataan ruang wilayah, sehingga dapat berlangsung tertib, terorganisasi dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna, berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.7

Oleh karena itu, Badan Penanaman Modal dan Perizinan sebelum mengeluarkan izin penuh pembangunan perumahan harus mendapat rekomendasi izin yang harus memperhatikan aspek geografis dan aspek lingkungan perumahan dalam bentuk surat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang berisi persetujuan pembangunan perumahan dari Dinas/Instansi terkait.

Sebagaimana Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”,8 Ini berarti Pemerintah wajib menyediakan lahan sebagai tempat tinggal yang layak huni untuk masyarakat agar tercipta masyarakat aman dan teratur. Pemerintah dalam pelaksana pembangunan perumahan dan permukiman tidak dapat melakukannya sendiridimana melihat urusan pemerintahan yang sangat banyak, maka Pemerintah menyerahkan pembangunan kepada orang pribadi atau badan hukum (selanjutnya disebut pihak pengembang) melalui tender dengan persyaratan tertentu.9

7

C. Djemabut, Blaang, 1986. Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan Dasar. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. hlm 3.

8

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

9

(21)

6

Dalam hal tersebut penentuan lokasi perumahan aspek fisikyang harus diperhatikan adalah: (1) fisik dasar: topografi tidak berada di daerah resapan air atau wilayah konservasi, dan kondisi tanah yang bebas dari banjir mempunyai kemiringan lahan yang relatif datar 0% - 15% sehingga dapat dibuat sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) yang baik dan; (2) fisik geografis: lokasi geografis yang aman dari bencana geologi; (3) prasarana dan sarana: sirkulasi jalan dengan lebar yang sedemikian rupa, dan fasum fasus; dan (4) lingkungan: pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran suara, kenyamanan lingkungan, keamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan.

Kualitas lokasi perumahan yang baik dapat terwujud apabila didukung dan ditunjang oleh faktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, estetika lingkungan, dan penataan lingkungan yang berkelanjutan.10 Apabila pedoman tersebut diikuti dengan cermat maka tentunya pembangunan tersebut akan menghasilkan bangunan yang bisa bertahan selanggeng mungkin di tempat yang bersangkutan.11

Kawasan permukiman harus mempunyai kondisi geologi dan topografi yang dapat menjamin keamanan. Kawasan permukiman harus mempunyai tingkat kemantapan dan kestabilan yang tinggi serta mempunyai tingkat kelerengan yang rendah. Sementara itu, pada Pasal (13) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat (Permenpera) Nomor 14/PERMEN/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus menyebutkan bahwa lokasi perumahan harus memenuhi

10

Sastra, suparno, 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. C.V Andi Offset, Yogyakarta. hlm 2.

11

(22)

7

persyaratan antara lain: mempunyai kemiringan lahan yang relatif datar, tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara), dapat disediakan air bersih, memberi kemungkinan untuk berkembang, mempunyai aksesbilitas yang baik, tidak berada di daerah resapan air atau permukaan air setempat dan tidak berada di wilayah konservasi serta aman dari bencana geologi. Untuk kawasan perumahan, kemiringan lereng yang diizinkan adalah <15%. Keadaan tanah, topografi,

drainase mempengaruhi penataan lokasi dan desain bangunan.

Namun kenyataannya Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam rapat Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) kegiatan pembangunan perumahan tidak berjalan sebagaimana seperti diharapkan, yang terjadi dilapangan adalah terdapat izin pembangunan perumahan di kawasan lindung wilayah konservasi menimbulkan kekacauan penataan ruang tepatnya di Bukit Camang, Tanjung Gading, Bandar Lampung yang seharusnya kawasan dilindungi terlihat hijau menjadi telah mengalami kerusakan lebih dari separuh dari total keseluruhan Bukit Camang. Berdiri perumahan elit bernama Bukit Alam Surya Residence (BAS), saat hujan lebat rawan terjadi tanah runtuh (longsor) air keruh disertai lumpur yang dapat mengalir dari sela-sela lereng Bukit Camang dari penggerusan proyek perumahan yang tidak terkendali mengakibatkan lumpur, batu, dan material longsor menimbun rumah milik warga yang menetap di lereng dan kaki bukit.

(23)

8

Sukabumi, Bandar Lampung. Guyuran air hujan yang lebat hampir selalu membuat banjir dan genangan air hampir seluruh sudut perumahan Nusantara Permai. Dalam hal ini yang menjadi penyedia lahanlah ikut bertanggung jawab.

Pada perumahan Pujangga Alam Garden (PPAG) tepatnya di Kedaton, Kelurahan Labuhan Ratu, Bandar Lampung Terdapat dekat pembuangan sampah yang akan menyebabkan polusi udara atau bau yang kurang sedap dan penyebaran penyakit, lalu

dekat lokasi peternakan (pemancingan) yang khawatir akan pencemaran sumber

air/kejernihan air dari kotoran hewan. Kondisi tapak kawasan Perumahan PPAG tidak

teratur yang ditujukkan dengan banyaknya tanaman liar dan bangunan perumahan

yang baru setengah jadi, sehingga tampak gersang dan belum memiliki nilai estetika.

Vegetasi yang terdapat dalam tapak didominasi semak belukar, alang-alang yang

berakibat banyak serangga seperti nyamuk, tikus, dan binatang lainnya.12

Pada lokasi yang rawan gempa menjadi ketidaknyamanan timbul kekhawatiran masyarakat perumahan itu sendiri seperti pada perumahan daerah Kemiling yang sering terjadi gempadan pada perumahan Citra Persada, Kaliawi, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung akan bahaya longsor pada saat curah hujan tinggi karena pada daerah lereng tebing kondisi kemiringan lereng landai lebih dari 20% untuk rembesan air tidak diperuntukan sebagai bangunan kontruksi dengan beban yang melampaui daya dukung tanah.

Pada lokasi perumahan kawasan industri seperti perumahan Ghalaz Residence, Way Laga Sukabumi, Bandar Lampung terjadi polusi suara dan udara dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan bagi yang menempati perumahan

12

(24)

9

tersebut dikarenakan aktivitas pabrik dan lalu lalang truck proyek industri dan sering terjadi banjir lumpur saat hujan lebat terus-menerus akibat meluapnya air sungai Way Lunik Sukabumi, Bandar Lampung.

Oleh karena itu pertimbangan berbagai faktor geografis dan lingkungan dalam pengembangan suatu hunian mutlak diperlukan agar tercipta kenyamanan antara pembangunan wilayah hunian (perumahan dan permukiman) dengan potensi yang ada pada lingkungan itu. Dengan demikian keseimbangan pembangunan akan terjaga dan tercipta rasa nyaman, aman sebagai tempat tinggal yang layak.

(25)

10

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Penelitian ini akan merumuskan permasalahan yang akanditeliti yaitu : 1. Bagaimana pembangunan perumahan dan pemukiman ditinjau dari aspek

geografis dan lingkungan di kota Bandar Lampung ?

2. Apakah faktor penghambat dalam pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar Lampung ?

1.2.2 Ruang Lingkup

Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pembangunan dengan membatasi keluasan penelitian, dan secara khusus akan membahas mengenai pelaksanaan rekomendasi perizinan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) dan Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) dalam pembangunan perumahan dan permukiman wilayah kota Bandar Lampung yang tidak sesuai aspek geografis dan aspek lingkungan tetapi ada izin yang diberikan dan faktor penghambat dalam pembangunan perumahan dan permukiman itu sendiri.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(26)

11

b. Untuk mengetahui faktor penghambat pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis diharapkan penulis ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi kalangan hukum dalam mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya hukum administrasi negara.

2. Kegunaan Praktis Secara praktis yaitu:

a) Untuk mengetahui peran BKPRD dalam penyediaan lahan lokasi pembangunan perumahan dan pemukiman.

b) Untuk mengetahui peran BKPRD dalam penerbitan rekomendasipembangunan perumahan di kota Bandar Lampung. c) Hasil penelitian ini yang akan dituangkan dalam bentuk penelitian skripsi diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pembangunan perumahan dan permukiman di Bandar Lampung.

d) Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perumahan dan Permukiman

1. Pengertian Perumahan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Perumahan merupakan salah satu bentuk sarana hunian yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini berarti perumahan di suatu lokasi sedikit banyak mencerminkan karakteristik masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, (Abrams, 1664 : 7)

Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa. (Yudhohusodo, 1991 : 1)

(28)

13

bekerja di perusahaan tersebut untuk dimanfaatkan bagi kendaraan bis karyawan untuk menjemput dan menurunkan penumpang (karyawan) yang seluruhnya bekerja dalam satu kantor. (Musthofa, Basri, 2008 : 64)1

2. Pengertian Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baikyang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung prikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah.2

Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya). (Kuswartojo, 1997 : 21)

Permukiman merupakan bentuk tatanan kehidupan yang di dalamnya mengandung unsur fisik dalam arti permukiman merupakan wadah aktifitas tempat bertemunya komunitas untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. (Niracanti, Galuh Aji, 2001 : 51)

1

http://www.docstoc.com/docs/49162964/pengertian-perumahan-dan-permukiman

2

(29)

14

Sedangkan pengertian perumahan dan permukiman menurut Guritno Mangkusoebroto (1993 : 5) adalah tempat atau daerah dimana penduduk bertempat tinggal atau hidup bersama dimana mereka membangun sekelompok rumah atau tempat kediaman yang layak huni dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan.3

2.1.1 Unsur-Unsur Perumahan

1. Lingkungan alami: lahan permukiman dan tanah.

2. Kegiatan sosial: manusia (individu), rumahtangga,komunitas (siskamling, dll).

3. Bangunan-bangunan rumah tinggal.

4. Sarana dasar fisik dan pelayanan sosial-ekonomi: a. Warung & toko kebutuhan sehari-hari.

b. Taman bermain, masjid, dll. 5. Sistem jaringan prasarana dasar fisik;

a. Jaringan jalan. b. Saluran Drainase. c. Sanitasi.

d. Air bersih.

e. Listrik, komunikasi.4

3

http://www.docstoc.com/docs/49162964/pengertian-perumahan-dan-permukiman

4

(30)

15

2.1.2 Asas dan Tujuan

Asas dari penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan merata, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup (Bab II Pasal 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011. Sedangkan dalam dalam pasal 4 menyebutkan bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk:

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

c. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.

d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

2.1.3 Penyelenggaraan Perumahan

(31)

16

transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dan kesempatan kerja. Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan.5

1. Kriteria pemilikan lokasi

Lokasi tanah harus bebas dari pencemaran air dan pencemaran lingkungan baik berasal dari sumber daya pembuatan atau sumber daya alam. Dapat menjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu dan masyarakat penghuni. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0% - 15%, sehingga dapat dibuat sistem salurann pembuangan air hujan (drainase) dan jaringan jalan setapak yang baik serta memiliki daya dukung yang cukup untuk memungkinkan dibangun perumahan. Terjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2. Prasaran lingkungan

Untuk pembangunan lingkungan Kapling Siap Bangun harus disediakan prasarana lingkungan berupa jalan setapak dan saluran lingkungan yang berstandar sebagai berikut:

a. Jalan Setapak

5

(32)

17

Lebar badan jalan setapak maksimum 2 meter, lebar perkerasan 1,20 meter dengan konstruksi dari rabat beton 1 pc : 3 pasir : 5 koral, tebal 7 cm atau bahan lain yang setara. Di kiri kanan perkerasan dibuat bahu jalan masing-masing dengan lebar 0,4 meter untuk penempatan tiang-tiang listrik dan pipa-pipa saluran lingkungan

b. Saluran

Saluran untuk pembuangan air hujan/limbah harus direncanakan sedemikian rupa sehingga lingkungan Kapling Siap Bangun yang ada bebas dari genangan air. Oleh kaena itu saluran lingkungan dibuat konstruksi dengan ½ buis betonn diameter 20 cm dan pasangan batako atau yang setara dengan ukuran:

Lebar atas : 30 cm Lebar bawah : 20 cm Tinggi minimal : 30 cm Kemiringan :0% - 15%

(33)

18

ditaati/dipenuhi oleh Developer atau pihak lainnya. Hal ini adalah sangat penting dalam hubungannya dengan:6

1) Adanya kepastian hukum.

2) Untuk pengaman dana yang disediakan oleh pemerintah. 3) Untuk melindungi kepentingan konsumen.

4) Untuk melindungi pelaksana pembangunan perumahan (Developer) dari perbuatan/tindakan yang tidak diinginkan.

2.2 Faktor-Faktor Geografis dan Lingkungan

A.Faktor-Faktor Geografis.

Kondisi geografis penting untuk diperhatikan oleh setiap pembangunan perumahan dan kawasan permukiman karena kondisi geografis tersebut akan memberikan petunjuk kepada pelaksana pembangunan mengenai keadaan alam dimana perumahan atau kawasan permukiman tersebut hendak dibangun, yaitu sebagai berikut;

1. Tanah.

a. Kondisi tanah.

Kondisi fisik tanah isi harus memenuhi bebrapa persyaratan, yaitu: 1) Tidak mengandung gas-gas beracun yang dapat mematikan.

2) Harus memungkinkan area-area permukiman yang tidak selalu tergenang banjir.

3) Dapat dilakukan pembangunan.

4) Memunginkan sistem drainase dan saluran-saluran.

6

(34)

19

b. Riwayat tanah.

1). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas perkebunan karet memerlukan bahan bangunan yang mesti ekstra kuat, berhubung kenyataan membuktikan bahwa tanah bekas

perkebunan karet adalah “sarang rayap no.1”. Membangun kerangka

bangunan sampai atapnya sebaiknya terbuat dari besi atau logam. 2). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan di lahan bekas

perkuburan memerlukan perhatian ekstra pada sistem persumurannya. Sumur-sumur dan sumber-sumber air di situ mesti digali ekstra dalam.

3). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi bangunan bertingkat) di daerah bekas rawa atau lahan yang sejak puluhan tahun sering tergenang banjir memerlukan ekstra perhitungan pada pembangunan pndamnya.

4). Kawasan permukiman untuk mambangun perumahan (apalagi perumahan) di lahan bekas lapangan terbang akan memerlukan perhitungan ekstra untuk mendapatkan sumber-sumber air dan sumur-sumur, mengingat kurangnya resapan air disitu.

c. Ketinggian dan relief tanah dan sudut kemiringannya yang akan sangat menentukan pola dan metode pelaksanaan pembangunan secara fisik. 2. Sumber-sumber air.

(35)

20

b. Keberadaan sumber-sumber air di dekat bangunan (apalagi bangunan bertingkat) akan membahayakan dalam arti melemahkan pondasi bangunan, mengingat kondisi tanah yang lebih lunak.

c. Ada tidaknya pengaruh sumber-sumber air tersebut secara langsung dengan sungai-sungai, atau danau-danau atau sumber-sumber mineral yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk:

1). Sumber-sumber air minum. 2). Sumber-sumber air pencucian.

3). Sumber-sumber untuk irigasi atau pengairan sawah-sawah. 4). Sumber-sumber untuk peternakan.

5). Sumber-sumber energi pelistrikan.

6). Sumber-sumber air untuk perkebunan-perkebunan. 7). Sumber-sumber untuk keperluan industri.

8). Sumber-sumber untuk keperluan lainnya.

d. Sumber air tersebut tidak mengandung sumber-sumberkimia organik/anorganik asam yang kuat berasal dari pabrik.

3. Gempa bumi.

a. Gempa bumi pada dasrnya ada 3 (tiga) yaitu :

1). Gempa bumi tektonik, disebabkan oleh pergeseran lapisan tanah. 2). Gempa bumi vulkanik, disebabkan erupsi atau letusan gunung api. 3). Gempa bumi tanah runtuh, disebabkan kelongsoran tanah yang

(36)

21

b. Daerah-daerah yang “rawan gempa” selaras dengan kondisi fisikal -geografis dan macamnya gempa bumi, misalnya :

1). Daerah pegunuugan, tertutama bila daerah tersebut dikelilingi oleh gunung-gunung api yang “masih aktif” rawan terjadi gempa vulkanik.

2). Daerah “dislokasi” lapisan kulit bumi sehingga rawan terjadi gempa bumi tektonik Bahkan daerah tertentu yang tanahnya bersifat tektonis atau “labil” rawan terjadi gempa bumi tektonik,

meski ”hypocentrum” atau sumber gempanya terletak jauh di dasar

laut bahkan samudera.

3). Daerah “Epicentrum” yakni wilayah tegak lurus di atas “Hypocentrum” (sumber gempa) yang kedalamannya ratusan

kilometer dalam kulit bumi, hal ini dapat diperhitungkan dengan meneliti derajat frekuensi di Kantor Dinas Pengawasan Gempa Bumidari terjadinya gempa bumi menurut mecam-macamnya di daerah dalam selang waktu relatif lama.

c. Tinggi-rendahnya skala richter goncangan gempa secara pukul-rata yang selama ini terjadi (terutama gempa bumi tektonik).

4. Adanya laut atau samudera serta danau atau telaga.

(37)

22

5. Gletser.

Gletser, yaitu sungai-sungai es yang mengalir perlahan-lahan tetapi terjangan arus sungai es itu sangat kuat.Kawasan permukimanmesti jauh

dari “gletsher” dan perlu dibangun tanggul gletsher ke arah lokasi bangunan

yang akan didirikan untuk mencegah terjadinya erosi supaya tidak menimbulkan gangguan terhadap pondasi pada bangunan.

6. Geiser.

Geiser yaitu sumber air panas yang sewaktu-waktu dapat memancar dan cocok untuk bangunan sarana darmawisata misalnya gedung hotel, pemandian umum, atau sarana pengobatan misalnya rumah sakit, klinik dan sejenisnya.

7. Sungai-sungai dan “meander”.

Meander’,yaitu sungai yang berkelok-kelok.Kawasan permukiman tersebut

hendak jauh dari “meander” di mana rawan terjadi erosi karena terjangan

arusnya, apalagi sungai yang arusnya cukup deras. Untuk mengamankan bangunan pondasi setempat, maka di setiap belokan sngai perlu dibuat tanggul-tanggul batu yang tebal dan kuat.

8. Iklim setempat.

Iklim setempat dan daerah bayang-bayang hujan perlu diperhatikan pada kawasan permukiman ialah didasarkan atas pertimbangan karena :

(38)

23

b. Berbeda halnya dengan bangunan didaerah-daerah subtropis, seperti iklim kutub. Langit-langit diperendah agar bisa menimbulkan kehangatan.

c. Daerah bayang-bayang hujan, ialah daerah yang dilalui angin yang panas dan kering serta tidak mengandung uap air. Hal ini karena daerah bayang-bayang hujan terletak bersebrangan gunung dengan/dari laut, sehingga air laut yang mengandung uap air terhalang gunung tersebut dan hujan pegunungan hanya terjadi di situ saja. Sehingga tidak disarankan membangunan perumahan pada kawasan bayangan hujan, adapun angin kering umumnya bertiup di daerah bayangan hujan ialah angin dahsyat bagaikan angin ribut yang dapat merusak tanaman dan bangunan yang tidak kuat konstruksinya.

9. Gunung berapi.

Tidak membangun pada kawasan dekat dengan gunung berapi, yang harus diperhatiakan sebagai berikut:

a. Adanya sumber gas, yaitu :

1). Solfatar, yaitu sumber gas belerang.

2). Mofet, yaitu sumber gas asam.

3). Fumoral, yaitu sumber uap air, sumber gas yang berbahaya bagi

pernafasan

b. Dapat menibulkan gempa bumi lokal untuk kenyamanan hunian. c. Sumber air panas.

(39)

24

10. Basin/Bekken.

Basin/bekken ialah suatu dataran rendah yang dikelilingi oleh “lingkaran” pegunungan atau perbukitan. Perlu di perhatikan kawasan permukiman basin/bekken dalam pembangunan perumahan dalam hal :

a. Derajat kemiringan kawasan permukiman 0% - 15% di mana perumahan akan dibangun.

b. Sumber-sumber air dan daerah-daerah resapan air perlu dibebaskan dari pembangunan.

c. Kondisi tanah yang mesti diantisipasi dari segala kemungkinan kelongsoran.

11. Sumber Tambang.

Bila seandainya di sekitar kawasan yang hendak akan dibangun perumahan terdapat sumber-sumber tambang maka pembagunan tersebut harus dibatalkan mengingat lokasi yang tidak tepat dan sangat beresiko tinggi bila diperuntukkan bagi permukiman. Prinsip hukum ini juga dapat dibuktikan melalui pasal 33 UUD 1945 yang menegaskan bahwa sumber-sumber kekayaan alam ditujukan secara utama untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

12. Hutan atau Perhutanan

(40)

25

alam atau suaka margasatwa, maka berarti sama sekali tertutup untuk segala macam pembangunan selain tentunya hanya pembangunan fasilitas penjaganya semata-mata.7

Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan baik dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang memadai, yaitu:

1. Jalan.

Terdiri atas jalan penghubung lingkungan perumahan. Perencanaan konstruksi jalan harus memperhitungkan keadaan tanah dimana jalanakan dibangun, kepadatan lalu lintas dan pemilihan bahan/material yang akan dipergunakan.Pembuatan jalan lingkungan sebaiknya mengikuti bentuk lahan dan tidak merubah bentuk alami unsur alam yang menarik seperti bukit, kelompok pohon, petak arkeologi, kelompok batuan yang keluar dari tanah.8

2. Sumber air bersih.

Penyedian air bersih harus melalui system penyedian air dari PDAM atau pengambilan air permukaan dari mata air/sungai. Bila persedian air tanah, air permukaan dan sumber air sangat terbatas, maka harus dikembangkan kemungkinan penyediaan air bersih yang berasal dari air limpasan hujan, dengan pertimbangan perekayasaan limpasan air hujan tersebut ditampung disuatu area/daerah tadah terkendali, dapat berupa kolam, ataupun reservoir.

Air bersih yang berkualitas harus dilakukan penelitian sanitasi terlebih dahulu sebelum menentukan keputusan lokasi pengambilan air bersih.9

(41)

26

3. Keran Kebakaran.

Lingkungan perumahan harus dilengkapi keran kebakaran, keran tersebut ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan mudah digunakan oleh unit mobil pemadam kebakaran, dengan jarak 200 m untuk daerah perumahan.Apabila keran kebakaran tidak dimungkinkan, maka sebagai penggantinya harus dapat sumur-sumur kebakaran pada jarak yang disesuaikan dengan penempatan keran kebakaran.

4. Sistem drainase.

Saluran mengumpulkan air hujan dan air bawah tanah yang ada dilingkungan perumahan yang memiliki lebar sesuai kebutuhan/kondisi alam pastikan tidak mampet danharus menyalurkan sesuai kemana akan dibuang.

5. Pembungan air kotor/tangki septitank.

Adalah tempat pembuangan limbah cair rumah tangga dengan treatment tertutup.Jika pada tiap-tiap unit rumah tidak mungkin untuk dibuat tangki

septitank maka diperlukan bak penampungan/kolam oksidasi dengan sistem

pembuangan air limbah lingkungan, setelah melalui proses treatment (pemisahan antara limbah padat dan cair) baru dialirkan melalui bak resapan keperairan umum.

6. Jaringan listrik.

(42)

27

7. Pembuangan sampah.

Setiap lingkungan perumahan dan pemukiman harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sampah yang meliputi fasilitas pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan tempat pembuangan sampah berupa tempat penimbunan suniter pembakaran.

8. Jalur hijau

Daerah (tempat, lapangan) ditanami rumput, pohom dan tanaman perindang di setiap jengkal tanah yang kosongdipergunakan sebagai unsur penghijauan dan atau daerah peresapan air hujan serta berfungsi menurunkan suhu, menyerap gas polutan, meredam tingkat kebisingan, insulasi alami yang mendinginkan permukaan bangunan.10

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Menurut Pasal 1 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), maka diketahui bahwa Bappeda mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Walikota serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Walikota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung mempunyai fungsi sebagai berikut:

10

(43)

28

1. Perumusan kebijakan bidang perencanaan, pembangunan, penelitian dan pengembangan;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang perencanaan, pembangunan, penelitian dan pengembangan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan, pembangunan, penelitian dan pengembangan;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota di bidang perencanaan, pembangunan, penelitian dan pengembangan;

5. Pelayanan administratif.

2.4 Fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah

Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 82/III.24/HK/2014 membentuk susunan keanggotaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sebagai Rekomendasi penataan ruang pembangunan daerah Kota Bandar Lampung, yaitu:

a. Ketua;

1. Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung b. Wakil Ketua;

1. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan c. Sekretaris

1. Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung b. Anggota

1. Asisten Bidang Pemerintahan

2. Kepala Dinas Tata Kota Bandar Lampung

(44)

29

4. Kepala Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung

5. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung 6. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar lampung

7. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Bandar Lampung 8. Kepala Dinas Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung 9. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Bandar Lampung 10. Kepala Bagian Pemerintahan

Tugas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kota Bandar lampung adalah sebagai perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang

a. Perencanaan Tata Ruang meliputi:

1. Mengkoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang kota Bandar lampung

2. Memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dengan rencana tata ruang Kota Bandar lampung serta mempertimbangkan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

(45)

30

4. Mensinergikan penyusunan rencana tata ruang Kota Bandar Lampung dengan Provinsi Lampung dan antar kabupaten yang berbatasan;

5. Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang Kota Bandar lampung kepada BKPRD Provinsi lampung dan BKPRN;

6. Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang kota Bandar lampung ke Provinsi lampung;

7. Mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang Kota Bandar lampung ke Provinsi Lampung;

8. Mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kota Bandar Lampung; dan

9. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang. b. Pemanfaatan ruang meliputi:

1. Mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan ruang di Kota Bandar lampung, dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;

2. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan dalam pemanfaatan Kota Bandar Lampung;

3. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang Kota Bandar lampung;

(46)

31

5. Melakukan fasilitas pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota; dan

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.

c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:

1. Mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem Kota Bandar Lampung;

2. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang Kota Bandar lampung;

3. Melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disintetif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang Kota Bandar lampung dengan Provinsi Lampung dan dengan kabupaten terkait;

4. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan 6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pamanfaatan

ruang.

2.5 Fungsi Dinas Tata Kota Bandar Lampung

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana terkait pemabahasan ini, Dinas Tata Kota Bandar Lampung mempunyai fungsi antara lain:11

11

(47)

32

1. Menyusun dan melaksanakan program survey, analisa dan perencanaan serta menyiapkan ketentuan/pedoman dalam rangka pengembangan kota sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Bandar Lampung.

2. Mengadakan pengelolaan evaluasi dan pengembangan kota.

3. Menyusun pedoman petunjuk pelaksanaan dalam rangka perumusan rencana terperinci yang menurut ketetapan lingkungan peruntukan penggunaan tanah dan bangunan serta jaringan sarana dan prasarananya.

4. Merencanakan dan melaksanakan pengukuran, pemetaan lahan, dokumentasi dan letak bangunan dalam rangka perencanaan dan penerapan rencana kota serta meneliti rencana bangunan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pembangunan fisiknya.

5. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis tentang rencana pembuatan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan hal-hal yang berhubungan dengan tata letak bangunan dalam pelaksanaan rencana kota.

6. Mengawasi segala kegiatan pelaksanaan mendirikan bangunan, penggunaan dan pemeliharaannya, termasuk mengawasi dipatuhi persyaratan yang tercantum dalam keputusan Izin Mendirikan Bangunan serta mengadakan penerbitan atas pelanggaran terhadap ketentuan peraturan bangunan yang berlaku.

(48)

33

8. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pemilik, pemakai pelaksana teknis bangunan tentang penggunaan dan pemeliharaan bangunan perumahan. 9. Mengelola pemungutan retribusi terhadap perizinan yang diterbitkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

10. Menyeleggarakan ketatausahaan yang meliputi segala usaha dan kegiatan di bidang tata usaha umum, kepegawaian, keuangan dan hukum.

11. Mengadakan koordinasi yang meliputi segala usaha dan kegiatan guna mewujudkan kesatuan gerak yang berhubungan dengan tugas pokok.

2.6 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung

Dalam melakukan perizinan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan pemukiman pemerintah daerah kota Bandar Lampung mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2030.

Pemerintah Kota Bandar Lampung menyusun kebijakan dan program strategis tentang pembangunan perumahan dan permukiman kota yang terangkum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030. Strategi yang diambil untuk mendukung kebijakan tersebut di sektor perumahan adalah:

1. Peningkatan pengawasan pembangunan bangunan secara intensif. 2. Mendorong kepemilikan rumah bagi golongan ekonomi lemah.

3. Mendukung pola pembangunan perumahan yang terintegrasi secara terpadu. 4. Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait dalam rehabilitasi

(49)

34

5. Peningkatan kesehatan dan lingkungan.

6. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang memadai dan berwawasan lingkungan hidup.

7. Mengarahkan kegiatan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman ke wilayah utara di Kecamatan Kedaton, Kecamatan Rajabasa, dan Kecamatan Tanjung Seneng.

8. Mewajibkan penyediaan RTH, Prasaran Saran Utilitas (PSU) pada setiap perumahan dan permukiman.

9. Mengembangkan perumahan/permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.

10. Pembatasan dan pengendalian pembangunan perumahan di Kecamatan Kemiling, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kecamatan Teluk Betung Barat.

Dalam praktek pelaksanaan pembangunan perumahan dengan fasilitas kredit pemilikan rumah biasanya dibangun oleh Perusahaan Pembangun Perumahan

(Developer) melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan di suatu kawasan

pemukiman yang dilengkapi dengan didukung prasarana lingkungan.Adapun dasar hukum yang mengatur tentang izin pembangunan perumahan dan pemukiman, yaitu:berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1992 tentang Keterangan Rencana Kota.

(50)

35

lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan serta memuat materi ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencanainovasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pengendalian pedoman pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.12

2.7 Fungsi Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah dalam hal pelayanan perizinan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal. Badan Penanaman Modal dan Perizinan mempunyai fungsi, yaitu:13

1. Perumusan-perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan perizinan dan penanaman modal.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

4. Pengoordinasian dalam pelayanan program pengawasan, pemantauan dan retruibusi dibidang pelayanan perizinan dan penanaman modal.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

12

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

13

(51)

36

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 37 Tahun 2008 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan Kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar lampung, adapun peran Badan Penanaman Modal dan Perizinan kota Bandar Lampung, meliputi:

1. Penyediaan formulir permohonan; 2. Pencetakan peta situasi/wilayah; 3. Pelayanan pengukuran situasi;

4. Penerapan rencana kota dilapangan (pematokan); 5. Pelayanan rencana peruntukan lahan;

6. Konsultasi perencanaan tata letak bangunan, survey dan perencanaan jalur utilitas utama dan sekunder;

7. Penerbitan dan Pencabutan Keterangan Rencana Kota (KRK) atas dasar Rekomendasi tim teknis Dinas/Instansi terkait yang berbentuk petunjuk rencana mencantumkan persyaratan rencana kota sesuai dengan ketentuan penggunaannya dan pelanggaran penataan ruang kota, menerbitkan dan mencabut keputusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang mencakup koefisien dasar bangunan, surat Izin Penggunaan Bangunan (IPB);

8. Penghitungan jumlah retribusi;

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Untuk membahas permasalahan penulis mengadakan pendekatan yang dilakukan secara yuridis normatif dan pendekatan secara yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri teori-teori, konsep-konsep, serta peraturan-peraturan berkenaan dengan pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar Lampung. Sedangkan dalam pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara mengadakan penelitia lapangan, yaitu melihat fakta-fakta yang ada dalam praktek lapangan mengenai pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar Lampung. Dengan pendekatan masalah secara yuridis normatif dan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan cermat tentang sesuatu gejala keadaan objek yang diteliti. Oleh karena itu, maka jenis dan sifat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu:

(53)

38

yang berhubungan dengan pembangunan perumahan dan pemukiman di kota Bandar Lampung.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang bersumber dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan hasil penelitian, peraturan-peraturan daerah lainnya yang berkaitan dengan masalah pembangunan perumahan dan pemukiman, terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 4 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030.

(54)

39

c. Bahan hukum tersier adalah data yang memberikan informasi berupa pendapat para sarjana, literatur hukum, bahan seminar, artikel/surat kabar, internet dan kamus.

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benardan akurat metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Studi Kepustakaan adalah pengumpulan data dengan membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta dokumen lain yang berhubungan dengan yang akan dibahas.

b. Penelitian Lapangan, adalah suatu cara mengumpulkan data primer yaitudengan wawancara dengan dilengkapi daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Wawancara itu akan dilakukan terhadap:

1) Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota Bandar Lampung.

(55)

40

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Dalam pelaksanaan pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan cara: a. Editing, yaitu data yang telah diperoleh diperiksa apakah data tersebut

telah benar dan untuk data yang benar dapat diambil, sedangkan data yang kuranglengkap harus dilengkapi untuk menghindari dari kesalahan data yang telah dikumpulkan.

b. Interpretasi, yaitu menghubungkan, membandingkan, dan menguraikan data serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.

c. Sistematisasi, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan pokok-pokok batasan, sehingga memudahkan analisis data.

3.4 Analisis Data

(56)

70

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(57)

71

berdampak banjir pada perumahan Nusantara Permai. Dalam hal ini BKPRD mengabaikan peraturan perundang-undangan dan ketentuan pembangunan perumahan yang berlaku hanya mengacu pada lokasi Rencana Tata Ruang Wilayah.

2. Faktor-faktor yang menghambat untuk pembangunan perumahan dan permukiman di kota Bandar Lampung adalah ketersedian lahan terbatas yang sesuai persyaratan teknis dan administratif, rendahnya kemampuan sosial ekonomi manusia dan pemahaman tentang segala hal yang berkaitan dengan pengadaan dan teknologi pembangunan perumahan terutama perizinan resmi, serta keterbatasan kemampuan Pemerintah Daerah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, ada beberapa hal kiranya dapat menjadi saran Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota Bandar lampung dalam penerbitan surat rekomendasi pembangunan perumahan dan permukiman:

1. Sebaiknya Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) dalam menerbitkan rekomendasi perizinan tidak hanya mengacu pada RTRW tetapi harus memperhatikan peraturan perundang-undangan dan ketentuan pembangunan perumahan yang berlaku, seperti kondisi aspek geografis untuk tempat tinggal yang layak, aman, dan sehat.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 1979. Pedoman Perencanaan Lingkungan

Permukiman. Jakarta.

Badjeber, Zain, 1982. Tanya Jawab Masalah Perumahan. Sinar Agape Press, Jakarta.

C. Djemabut, Blaang, 1986. Perumahan dan Permukiman Sebagai Kebutuhan

Dasar. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Hamzah, Andi, 1990. Dasar-Dasar Hukum Perumahan. Rineka Cipta, Jakarta. Hanitijo, Rony Soemitro, 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Ghalia, Jakarta.

Sumarwoto, Otto, 1994. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yudhohusodo, Siswono, 1998. Pembangunan Permukiman Perkotaan,

Implementasi dan Efektifitasnya. Dunia Ilmu, Surabaya.

Halim, A. R. 2001. Hukum Permukiman Perumahan dan Rumah Susun. Doa dan Karma. Jakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi, 2001. Hukum Tata Lingkungan, Cetakan ke-16 edisi ke-7. UGM, Yogyakarta.

Sudaryatmo, 2003. Cara Menghindari Perumahan Bermasalahan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sastra, Suparno, 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. C.V Andi Offsett, Yogyakarta.

Guswandi, 2008. Lingkungan Permukiman. PUSKIM, Bandung

Muksin, H., 2008. Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah dan

Penataan Ruang. Sinar Grafika, Jakarta

Yulian Isnur, Eko, 2012. Tata Cara Mengurus Hak Atas Segala Macam Surat

(59)

73

Hartanto, J. Andy, Hukum Pertanahan (Karakteristik Jual Beli Tanah yang Belum

Terdaftar Hak Atas Tanahnya), LaksBang Justitia, Surabaya, 2014.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2006 tentang Penyelenggaraan Perumahan Kawasan Khusus.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata bangunan dan Lingkungan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains antara model pembelajaran langsung dan

Dalam konteks Citizen Kane sebagai awal sinema modern oleh Aumont dikritik berdasarkan kriteria bahwa modern tidak hanya memiliki konsekuensi atas bentuk tapi juga tema

Dari analisis ruang dan tipologi temuan yang dilakukan, menunjukkan bahwa masa persebaran arca menhir di Situs Rampi berasal pada masa logam awal (paleometalik) yang didukung

Di awal artikel ini saya sudah mengatakan bahwa anda bisa juga download scripts yang bisa Anda import ke mikrotik berdasarkan kategori domain (misalnya, Situs Social Media,

a. Importir Umum.Yaitu perusahaan pemegang API Umum yang dapat mengimpor barang bukan limbah yang tidak diatur Tata Niaga Impornya. Importir Umum Limbah. Yaitu importir umum

Hal ini terjadi karena ikan tidak diberi pakan pelet komersil yang ditambahkan tepung paci-paci, sehingga ikan uji ini hanya dapat mengandalkan kekebalan tubuh

Gangguan tidur pada anak dideteksi dengan menggunakan Skala Gangguan Tidur untuk Anak atau Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC), sementara status mental emosional pada anak

Saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan