• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Mirza Noprian Utama

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK

Oleh

Mirza Noprian Utama

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Media pembelajaran digunakan guru untuk

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif, efisien, dan menarik. Dalam Kurikulum 2013 scientific approach merupakan pendekatan yang harus digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pada proses pembelajaran. Penggunaan scientific approach yang biasa digunakan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran akan memudahkan siswa ketika scientific approach dituangkan dalam sebuah buku siswa. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Pringsewu. Media pembelajaran yang digunakan hanya berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan belum tersedia buku pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran. Menindaklanjuti masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan yaitu menghasilkan buku siswa pembelajaran fisika dengan

(2)

Mirza Noprian Utama penelitian dan pengembangan. Dalam memproduksi buku siswa ini terdiri dari beberapa tahapan penting yaitu: identifikasi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi produk, revisi produk, uji coba produk, revisi produk i, uji coba pemakaian, revisi produk ii dan produksi masal. validasi produk dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran dan ahli isi/materi. Sedangkan uji satu lawan satu dilakukan terhadap 2 orang siswa dan uji lapangan dilakukan terhadap 28 siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu. Hasil uji internal diperoleh beberapa saran perbaikan dari penguji dan setelah dilakukan perbaikan sesuai saran-saran dari penguji, buku siswa yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan buku siswa memiliki kualitas kemenarikan sangat baik dengan kategori skor 3,50, kualitas kemudahan baik dengan kategori skor 3,52, kualitas kebermanfaatan sangat baik dengan kategori skor 3,40, dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 75,4 % siswa tuntas KKM. KKM di SMP Negeri 3 Pringsewu sebesar 70. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan buku siswa pembelajaran fisika dengan scientific approach yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas: menarik, mudah digunakan, bermanfaat, dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

(3)

PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK

Oleh

MIRZA NOPRIAN UTAMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

M EN G ESAH K AN

' Tim Penguji

Ketiia : Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd.

Sekretaris : W ayan Suana, S.Pd., M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd.

(5)

Judul Skripsi PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS

SCIENTIFICAPPROACH MATERI CAHAYA

DAN ALAT OPTIK

Nama Mahasiswa :

rza (Nopricm (Otama

No. Pokok Mahasiswa : 1013022050

Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd.

NIP 19600315 198703 1 003

Wayan Suana, S.Pd., M.Si.

NIP 19851231 200812 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)
(7)

RIWAYA

T HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 03 November 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Amir Husin dan Ibu Nurhayati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1997 di TK PGRI Metro. Pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 2 Metro Timur dan lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Metro dan lulus tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Metro dan lulus tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

ix

MOTO

“Lakukan dengan bismillah akhiri alhamdulillah”

(Mirza Noprian Utama)

“Jika kamu tidak bisa jadi yang pertama maka jadilah yang terbaik dan jikalau itupun tidak bisa maka jadilah yang berbeda dari yang lain”

(9)

x

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Teristimewa, Mama dan Papa yang selalu memperjuangkan masa depan, yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian.

2. Umi, Buya (alm), Iyang (alm), Siti, Minak, Anggunan, Tuan, yang selalu memberikan dukungan dan menantikan keberhasilan penulis.

3. Adik penulis, Mira Novita Dwi Nurma dan Mirhandika Febi Tri yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

4. Novelly Istiani, yang dengan sabar senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

5. Nunuk dan Miyu yang selalu menemani mengerjakan skripsi.

6. Keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilan penulis.

(10)

xi

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Sisiwa Materi Optik Berbasis Scientific Approach dan Pengaruhnya terhadap Skill Pemecahan Masalah Siswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Ibu Viyanti, S.Pd.,M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, Mpd., selaku Pembimbing Akademik dan

(11)

xii 6. Bapak Wayan Suana, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan dan saran untuk perbaikan skripsi. 8. Pak Nengah, Pak Agus, Pak Undang, Pak Ab, Pak Putu, Pak Ismu, Pak Doni

dan Pak Antomi selaku dosen yang telah memberikan ilmu bagi penulis. 9. Bapak Suprapto, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 3 Pringsewu beserta

jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10.Bapak Bangun, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII2 SMP 3

Pringsewu atas bantuan dan kerjasamanya.

11.Andrian dan Asep yang selalu menemani siang dan malam di Villa Mutiara. 12.Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika 2010 Kelas B: Sandy, Tofan, Heru, Dodo, Andi, Tawag, Didi, Risky, Trian, Novelly, Yunita, Rika, Cory, Beti, Gusriana, April, Ratri, Nani, Maria, Inayah, Kadek, Imas, Liza, Novita, Dewi, Mei, Vandan, Rosita, Shela, dan Ismi.

13.Adik tingkat P.Fisika angkatan 2011, 2012, dan 2013.

14.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014

(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah ... 10 2.2 Scientific Approach dalam Pembelajaran ... 11 3.1 Langkah-langkah penggunaan Research and Development Method

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu ... 12

2.2 Jenis - Jenis Indikator Keterampilan Proses Beserta Subindikatornya ... 13

3.1 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban ... 38

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 38

3.3 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban ... 43

3.4 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 43

3.5 Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban ... 44

3.6 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ... 44

4.1 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket……… 47

4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Sarana dan Prasarana………. 48

4.3 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain I..………...………. 51

4.4 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain II.………...………..52

4.5 Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi I………...………... 53

4.6 Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi II………...………... 53

4.7 Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi III.…..…………...……….. 54

4.8 Komentar, Masukan dan Saran Perbaikan Produk dari Pengguna Hasil Uji Coba Produk………...………..………….…... 55

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 65

2. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 67

3. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 68

4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 71

5. Hasil Angket Pengungkap Kebutuhan Guru ... 73

6. Hasil Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa ... 75

7. Instrumen Uji Ahli Materi ... 76

8. Instrumen Uji Ahli Desain ... 80

9. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... … 84

10.Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... … 87

11.Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 91

12.Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 93

13.Rangkuman Hasil Uji Coba Satu Lawan Satu ... ….96

14.Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 97

15.Instrumen Uji Keefektifan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 103

16.Silabus. ... 106

17.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. ... 116

18.Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 142

(15)

xv

20. a. Rangkuman Hasil Uji Coba Pemakaian (Kemenarikan,

Kemudahan, dan Kemanfaatan) Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 145 b. Rangkuman Hasil Uji Coba Pemakaian (Keefektifitas) Buku Siswa

(16)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Siswa ... 5

B. Scientific Approach ... 7

C. Kepraktisan ... 14

D. Materi Cahaya dan Alat Optik dengan Scientific Approach... 16

III. METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan ... 25

B. Prosedur Pengembangan ... 26

1. Identifikasi Masalah ... 26

(17)

xiii

3. Desain Produk ... 28

4. Validasi Produk dan Revisi Produk ... 37

5. Uji Coba Produk ... 39

6. Revisi Produk I ... 39

7. Uji Coba Pemakaian ... 39

8. Revisi Produk II ... 40

9. Produksi Massal ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Metode Observasi ... 41

2. Metode Angket ... 41

3. Metode Tes Khusus ... 41

D. Teknik Analisis Data ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 46

B. Pembahasan ... 57

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 65

2. Indikator Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 67

3. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 68

4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 71

5. Hasil Angket Pengungkap Kebutuhan Guru ... 73

6. Hasil Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa ... 75

7. Instrumen Uji Ahli Materi ... 76

(18)

xiv 9. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Kemenarikan, Kemudahan, dan

Kemanfaatan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... … 84

10. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... … 87

11. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 91

12. Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 93

13. Rangkuman Hasil Uji Coba Satu Lawan Satu ... ….96

14. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Coba Produk Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 97

15. Instrumen Uji Keefektifan Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 103

16. Silabus. ... 106

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. ... 116

18. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi... 142

19. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 144

20. a. Rangkuman Hasil Uji Coba Pemakaian (Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan) Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... 145

b. Rangkuman Hasil Uji Coba Pemakaian (Keefektifitas) Buku Siswa Pembelajaran Fisika ... … 150

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil belajar adalah media

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Media pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam proses pembelajaran karena dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Media pembelajaran digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, agar kegiatan

pembelajaran dapat berlangsung efektif, efisien, dan menarik. Apabila media pembelajaran yang digunakan tidak menarik, kemungkinan besar siswa enggan menerima pembelajaran atau siswa akan merasa bosan terhadap mata pelajaran yang disajikan sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Media yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun atau lembar kerja siswa dan buku siswa.

Buku siswa yang ideal adalah buku siswa yang bisa menanamkan pemahaman konsep kepada siswa tanpa menggunakan bantuan guru, agar dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi. Buku siswa ini berisi penyampaian konsep, materi, panduan praktikum, contoh soal beserta pembahasannya dan soal evaluasi yang berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam memahami materi

(20)

2

Guna memperoleh buku siswa yang ideal diperlukan pendekatan yang tepat. Pendekatan saintifik atau scientific approach merupakan pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Scientific approach disajikan dengan langkah – langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Dalam Kurikulum 2013 scientific approach merupakan pendekatan yang baru dan harus digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pada proses pembelajaran. Penggunaan scientific approach yang biasa digunakan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran akan memudahkan siswa ketika scientific approach dituangkan dalam sebuah buku siswa. Penggunaan scientific approach dalam buku siswa akan membuat buku siswa bukan hanya sekedar buku penuntun biasa. Sehingga buku siswa dengan scientific approach akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Pringsewu. Media pembelajaran yang digunakan hanya berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan belum tersedia buku pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran. Proses pembelajaran fisika dengan menggunakan LKS

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam materi karena ketidaklengkapan materi yang ada pada LKS. Siswa pun mengalami kesulitan dalam mengalami konsep materi yang disampaikan. Proses pembelajaran pun tidak menggunakan variasi media lain seperti media interaktif yaitu macromedia flash dan

powerpoint. Sedangkan untuk sarana dan prasarana penunjang kegiatan

(21)

3

Berdasarkan angket analisis kebutuhan siswa kelas VIII SMP N 3 Pringsewu mengenai kebutuhan siswa dan guru terhadap buku siswa diperoleh rentang skor rata-rata dalam persentase, jika 0-50% menjawab “ya” maka tidak perlu

dikembangkan buku siswa pembelajaran alat optik dengan menggunkan scientific approach, jika 51-100% maka perlu dikembangkan buku siswa pembelajaran alat optik dengan menggunakan scientific approach. Berdasarkan data yang didapat pada angket analisis kebutuhan siswa diperoleh bahwa rata-rata skor persentase menjawab “ya” adalah 71,5 % dan untuk angket analisis kebutuhan guru

diperoleh bahwa rata-rata skor persentase menjawab “ya” adalah 80 % maka perlu

dikembangkan buku pembelajaran cahaya dan alat optik berbasis scientific approach.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik buku siswa yang akan dikembangkan?

2. Bagaimana kepraktisan buku siswa materi cahaya dan alat optik berbasis scientific approach?

3. Bagaimana efektivitas buku siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah :

(22)

4

2. Mengetahui kepraktisan buku siswa materi cahaya dan alat optik berbasis scientific approach.

3. Mengetahui efektivitas buku siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini di antaranya: 1. Memberi alternatif pemecahan masalah dalam keterbatasan buku pelajaran

fisika berbasis scientific approach khususnya pada pembelajaran materi cahaya dan alat optik.

2. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa yang dapat digunakan secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya dalam proses

pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, penulis, membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan dalam penelitian ini adalah pembuatan buku siswa pembelajaran IPA dengan scientific approach.

2. Materi yang disajikan dalam buku siswa ini adalah materi cahaya dan alat optik SMP/MTS.

(23)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Buku Siswa

Buku digunakan sebagai bahan ajar yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Contohnya adalah buku teks pelajaran karena buku pelajaran disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku (Prastowo, 2011: 79). Buku disusun dengan menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.

Menurut Trianto (2012: 112):

Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Uswatun dalam Nahel (2012:1):

Buku siswa adalah suatu buku yang berisi materi pelajaran berupa konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang akan dikonstruksi siswa melalui masalah-masalah yang ada didalamnya yang disusun berdasarkan

pendekatan. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan belajarnya dikelas maupun dirumah. Oleh karena itu, dalam menggembangkan buku siswa konsep dan gagasan-gagasan harus berupa konsep dasar.

(24)

6

konsep dasar yang dibuat berdasarkan pendekatan tertentu sehingga buku siswa cukup sesuai digunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam penguasaan konsep. Selain itu, buku siswa dapat digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dirumah maupun disekolah.

Indikator validasi buku siswa menurut Uswatun dalam Nahel (2012:1) meliputi: Komponen Kelayakan Isi terbagi atas: (a) cakupan materi, meliputi :

keluasan materi dan kedalaman materi; (b) Akurasi materi, meliputi: akurasi fakta, akurasi konsep, akurasi prosedur/metode, akurasi teori; (c)

kemutakhiran, meliputi: kesesuaian dengan perkembangan ilmu, keterkinian fitur (contoh-contoh), kutipan termassa (up to date), satuan yang digunakan adalah satuan Sistem Internasional; (d) Merangsang keingintahuan, meliputi: menumbuhkan rasa ingin tahu, memberi tantangan untuk belajar lebih jauh, (e) Mengembangkan kecakapan hidup, meliputi: mengembangkan

kecakapan hidup, sosial dan akademik. 2) Komponen bahasa terbagi atas: (a) Sesuai dengan perkembangan siswa, meliputi: kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir dan sosial emosional siswa; (b) Komunikatif,

meliputi: keterpahaman siswa terhadap pesan, kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan, dialogis dan interaktif, kemampuan memotivasi siswa untuk merespon pesan, dorongan berpikir kritis pada siswa; c) Koherensi dan keruntutan alur pikir, meliputi: ketertautan antar bab, antara bab dan sub-sub, antara sub-sub dalam bab dan antara alinea dalam sub bab, dan

keutuhan makna dalam bab, dalam sub-bab dan makna dalam satu alinea, (d) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, meliputi: ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan, (e) Penggunaan istilah dan simbol/lambang, meliputi: konsistensi penggunaan istilah, konsistensi penggunaan simbol. 3) Komponen penyajian terbagi atas, (a) Teknik penyajian, meliputi:

(25)

7

B. Scientific Approach

1. Pengertian Scientific Approach. Scientific approachatau pendekatan ilmiah Scientific approach atau pendekatan ilmiah merupakan suatu pendekatan dalam dunia pembelajaran, yang diimplimentasi dalam kurikulum 2013.

Suyatna (2013: 1) mengungkapkan bahwa:

“Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatar belakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangan kompetensi siswa dalam melakukan

observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi dan berkarya. Pembelajaran yang menerapkan scientific

approach mengandung aktivitas siswa berupa mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.”

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Atsnan (2013: 54) mengungkapkan:

“Konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira – kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbebas dari prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4.

Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya. Proses pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses

pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan

(26)

8

mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta. Namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain itu, guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika anak/ siswa/ peserta didik mengalami kesulitan, serta guru bukan satu – satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan keteladanan.”

Hudson dan Rudolph dalam Atsnan ( 2013: 55) mengungkapkan:

Pendekatan Scientific atau Metode Scientific. Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”.

Maria Varelas and Michael Ford dalam Atsnan (2013:55) mengungkapkan: Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk

memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.

Selain itu, di dalam Permendikbud (2013: 192) juga dijelaskan bahwa:

“Proses pembelajaran scientific approach harus terhindar dari sifat-sifat atau

nilai-nilai non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis”.

Sedangkan menurut McCollum dalam Permendikbud (2013: 213-214) mengungkapkan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan scientific approach yaitu:

1) Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (foster a sense of wonder); 2) Meningkatkan keterampilan mengamati (encourage observation); 3) Melakukan analisis (Push of analysis); dan 4) Berkomunikasi (require communication)

Menurut pengertian di atas dapat dikatakan bahwa scientific approach

(27)

9

menyaji, menalar, dan mencipta serta harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah. Penerapan scientific approach dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam

berinovasi dan berkarya.

2. Kriteria Scientific Approach

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa kriteria yang dalam Permendikbud (2013: 191-192) diuraikan seperti berikut:

Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran; Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung –jawabkan; dan Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

3. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Scientific Approach

(28)

10

Gambar 2.1 Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,kreatif,inovatif dan afektif

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Dalam ranah sikap, siswa akan tahu tentang “mengapa” suatu materi

itu diajarkan; dalam ranah keterampilan, siswa akan tahu tentang “bagaimana”

suatu masalah dapat dipecahkan; dan pada ranah pengetahuan maka siswa akan tahu tentang “apa” maksud dari materi atau masalah pembelajaran yang disajikan

oleh guru. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Permendikbud (2013: 194) memaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan scientific approach seperti pada Gambar 2.2

Sikap (Tahu Mengapa)

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu apa) Produktif, kreatif,

(29)

11

Gambar 2.2 Scientific Approach dalam Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dijelaskan dalam melakukan pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, menalar, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan membentuk jejaring.

Untuk materi, situasi dan keadaan tertentu, sangat tidak mungkin pendekatan ilmiah tepat untuk dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur di atas. Oleh karena itu, di dalam Permendikbud (2013: 194-207) disebutkan bahwa:

dalam kondisi yang seperti itu harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah dan menghindari nilai non-ilmiah, dan pembelajaran yang tepat itu disajikan dalam bentuk: (1) Mengamati; (2) Menanya; (3) Menalar; (4) Analogi dalam pembelajaran; (5) Hubungan antar fenomena; dan (6) Mencoba”. Tidak semua materi pembelajaran bisa dieksperimenkan, misalnya tentang tata dieksperimenkan. Oleh karena itu, siswa cukup dengan melakukan pengamatan dengan membaca dari beberapa referensi, kemudian

menanyakan sesuatu yang belum diketahui, yang diikuti dengan kegiatan menalar masalah tersebut, menganalogikan, kemudian menghubung-hubungkan antara peristiwa yang satu dan peristiwa yang lainnya. 4. Implementasi Scientific Approach pada Pembelajaran IPA Menurut Helmenstine dalam Permendikbud (2013: 215), disebutkan bahwa langkah-langkah metode ilmiah meliputi: Melakukan pengamatan, menentukan hipotesis,

(30)

12

merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan.

Terlihat dari pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa aspek-aspek dalam pendekatan ilmiah terintegrasi pada metode ilmiah dan pendekatan keterampilan proses yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Keterampilan yang dilatihkan ini dikenal dengan keterampilan proses IPA. American Association for the Advancement of Science (1970:1) dalam Permendikbud (2013: 215),

mengklasifikasikan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Klasifikasi keterampilan proses tersebut tertera pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu

- Pengamatan - Pengontrolan variabel - Pengukuran - Interpretasi data - Menyimpulkan - Perumusan hipotesis

- Meramalkan - Pendefinisian variabel secara

operasional

- Menggolongkan

- Mengkomunikasikan - Merancang eksperimen

Pada pembelajaran IPA, scientific approach dapat diterapkan melalui

(31)

13

Tabel 2.2 Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses beserta Sub Indikatornya

No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera - Mengumpulkan/ menggunakan fakta yang

relevan 2 Mengelompokkan/

Klasifikasi

- Mencatat setiap pengamatan secara terpisah; - Mencari perbedaan, persamaan;

- Mengontraskan ciri-ciri; - Membandingkan ;

- Mencari dasar pengelompokkan atau

penggolongan

3 Menafsirkan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan ; - Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan; - Menyimpulkan

4 Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan; - Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada

keadaan sebelum diamati 5 Mengajukan

pertanyaan

- Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana; - Bertanya untuk meminta penjelasan;

- Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang

hipotesis. 6 Merumuskan

hipotesis

- Mengetahui bahwa ada lebih dari satu

kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.

- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji

kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.

7 Merencanakan percobaan

- Menentukan alat/ bahan/ sumber yang akan

digunakan

- Mentukan variabel/ faktor penentu;

- Menetukan apa yang akan diukur, diamati,

dicatat;

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa

langkah kerja 8 Menggunakan

alat/bahan

- Memakai alat/ bahan

- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/

bahan ;

- Mengetahui bagaimana menggunakan alat/

bahan. 9 Menerapkan

konsep

- Menggunakan konsep yang telah dipelajari

dalam situasi baru

- Menggunakan konsep pada pengalaman baru

untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi - Mengubah bentuk penyajian

- Menggambarkan data empiris hasil percobaan

(32)

14

No Indikator Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

diagram;

- Menyusun dan menyampaikan laporan secara

sistematis;

- Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian; - Membaca grafik atau tabel atau diagram; - Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu

masalah atau suatu peristiwa.

Berdasarkan Tabel 2.2, maka dapat dijelaskan bahwa pendekatan ilmiah lebih menekankan pada keterampilan proses sains, dengan hal itu siswa lebih banyak belajar dengan melakukan aktivitas sendiri.

C. Kepraktisan

Kepraktisan dalam bidang pendidikan (bahan ajar, instrumen, maupun produk yang lainnya). Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan dan kemajuan yang didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar, instrumen, maupun produk yang lainnya. Kepraktisan secara empiris dilakukan melalui uji keterlaksanaan bahan ajar dalam proses pembelajaran sebagai uji pengembangan (Trisdyanto, 2009).

Menurut Leong (2009: 3 – 4) mengungkapkan bahwa:

Media pembelajaran yang baik idealnya memenuhi 4 kriteria, yaitu kesesuaian (relevansi), kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan. 1. Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai

dengan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program kegiatan belajar, tujuan belajar, dan karakteristik siswa.

2. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh siswa, dan sangat operasional dalam penggunaannya.

3. Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik maupun merangsang perhatian siswa, baik tampilan, pilihan warna, maupun isinya. Uraian isi tidak membingungkan serta dapat

menggugah minat siswa untuk menggunakan media tersebut.

(33)

15

Manfaat media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah memperlancar proses interaksi antara guru dengan siswa, dalam hal ini membantu siswa belajar secara optimal. Tetapi di samping itu ada beberapa manfaat lain yang lebih khusus.

Yamin (2007: 200 – 203) mengungkapkan bahwa

Mengidentifikasi delapan manfaat media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang suatu hal. Melalui media pembelajaran, penafsiran yang beragam dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian tentang suatu ilmu melalui media yang sama akan menerima informasi yang persis sama dengan siswa yang lain. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat

membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang siswa untuk beraksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa mengkonkretkan sesuatu yang abstrak, dan sebagainya. Dengan demikian, media pembelajaran dapat membantu guru menghidupkan suasana kelas dan menghindarkan suasana monoton dan membosankan.

3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif. Media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif.

4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi. Kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap siswa.

5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar lebih efisien, tetapi juga membantu siswa

menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. Pemahaman yang diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami melalui media, maka pemahaman mereka terhadap isi pelajaran akan lebih baik.

6. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.

7. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri.

(34)

16

(lisan), guru dapat memberi perhatian lebih banyak kepada aspek-aspek lain dalam pembelajaran. Peran guru tidak lagi menjadi sekedar

“pengajar”, tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran.

D. Materi Cahaya dan Alat Optik

Gambar di atas merupakan observatorium atau tempat peneropongan bintang yang berada di Indonesia. Observatorium ini bernama BOSCHA yang terletak di daearah Lembang, Jawa Barat. Observatorium Bosscha merupakan satu - satunya tempat pengamatan bintang di Indonesia.

Observatorum biasanya berbentuk kubah yang bisa tertutup dan terbuka. Tempat ini biasanya digunakan untuk mengamati langit dan melihat pergerakan benda-benda langit. Dalam melakukan pengamatan benda-benda-benda-benda langit menggunakan berbagai alat-alat optik antara lain teleskop dan teropong tanpa adanya alat-alat optik sebagai penunjang dalam melakukan pengamatan maka kita tidak akan bisa melakukan pengamatan terhadap benda-benda langit. kita akan membahas bagaimana prinsip kerja dan pemanfaatan alat optik dalam kehidupan kita sehari-hari.

(35)

17

kehidupan manusia. Dalam bab ini kita akan membahas bagaimana prinsip kerja dan pemanfaatan alat optik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bagian fisika yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan cahaya disebut optika. Optika terdiri dari dua cabang,yaitu optika geometri dan optika fisis. Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat cahaya seperti pemantulan, pembiasan, dan jalanya sinar lurus pada alat-alat optik. Optika fisis adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku cahaya sebagai gelombang, seperti peristiwa dispersi, difraksi, interfrensi, dan pembahasan hakikat cahaya.

Optika fisis akan dibahas secara lengkap di kelas XII. Dalam bab ini akan mempelajari dua sifat gelombang yang merupakan prinsip dasar kerja alat optik yaitu pemantulan, pembiasan, lensa dan alat–alat optik.

A.

Pemantulan Cahaya

1. Jenis Pemantulan

Kasus di atas merupakan contoh dari kejadian yang berhubngan dengan pemantulan cahaya.Apabila cahaya mengenai permukaan yang halus maka cahaya dipantulakan secara teratur. Pemantulan inilah yang menyebabkan terbentuknya bayangan.Sebaliknya, apabila cahaya mengenai permukaan kasar maka cahaya dipantulkan secara baur atau tidak teratur sehingga bayangan yang terjadi tidak jelas atau baur.

(36)

18

Pemantulan cahaya yang terjadi jika suatu berkas cahaya jatuh pada benda yang mempunyai permukaan licin (rata) dan mengkilap, sehingga arah pantulan cahaya tersebut menuju ke suatu arah tertentu

Apabila seberkas cahaya sejajar mengenai

permukaan benda tidak rata, maka cahaya

tersebut akan dipantulkan ke segala arah

secara tidak teratur. Pemantulan ini disebut

dengan pemantulan baur (diffuse).

2. Hukum Pemantulan

Hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, sudut dating dan sudut pantul telah diselidiki oleh Willebroad Sinellius (1591-1626). Hasil penyelidikannya dinamakan Hukum Pemantulan.

Ada beberapa pengertian yang perlu dipahamai sebelum membahasa tentang hukum

pemantulan, yaitu:

1) Sinar datang adalah sinar yang datang pada permukaan benda. 2) Sinar pantul adalah sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda.

3) Garis normal adalah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan benda. 4) Sudut datang adalah sudut antara sinar datang dengan garis normal. a. Pemantulan Teratur

(37)

19

5) Sudut pantul adalah sudut antara sinar pantul dengan garis normal.

Pada pemantulan cahaya berlaku hukum Snellius, yaitu:

1). Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar. 2). Sudut datang besarnya sama dengan sudut pantul.

3. Pemantulan Pada Cermin Datar

Cermin datar adalah cermin yang mempunyai permukaan pantul berbentuk bidang datar. Apa yang anda lihat pada cermin datar ketika anda berdiri di depan cermin datar tersebut? Pada cermin terlihat ada bayangan. Bagaimana sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar?

Perhatikan gambar di bawah merupakan pemantulan benda titik pada cermin datar. Titik S’ merupakan bayangan dari titik S. Adapun proses pembentukan bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut :

1. Sinar datang SP1 (sinar 1) jatuh pada

cermin datar dengan sudut datang , kemudian sinar ini dipantulkan. Perhatikan jalan sinar 1.

i = r Sudut Datang = Sudut Pantul

(38)

20

2. Sinar datang SP2 (sinar 2) jatuh pada

cermin datar dengan sudut datang , kemudian sinar ini dipantulkan. Perhatikan jalan sinar 2.

3. Perpanjangan sinar pantul 1 dan sinar pantul 2 di belakang cermin dilukiskan dengan garis terputus-putus dan berpotongan di titik S’. Jadi, letak bayangan titik S adalah S’ yang dibentuk dari perpotongan perpanjangan dua sinar pantul.

Keteraturan sinar-sinar pantul pada cermin datar dapat digunakan untuk menggambarkan bayangan secara grafis dengan cara menggambarkan sinar datang dan sinar pantulnya. Perhatikan gambar di samping Merupakan pemantulan benda garis pada cermin datar Adapun proses pembentukan bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut :

1. Buatlah dua berkas sinar datang sembarang ke permukaan cermin dari bagian atas benda dan dari bagian bawah benda.

2. Buatlah sinar pantul dengan menggunakan Hukum Pemantulan Cahaya, yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul.

(39)

21

4. Pertemuan titik adalah bayangan dari benda tersebut, akanterbentuk bayangan A’B’.

5. Bayangan yang terbentuk adalah hasil perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul sehingga disebut sinar-sinar maya.

Berdasarkan bayangan benda pada cermin datar,dapat disimpulkan bahwa sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut

a. Bayangannya maya.

Ketika kita bercermin, bayangan kita tidak pernah dapat dipegang atau ditangkap dengan layar. Bayangan seperti itu disebut bayangan maya atau bayangan semu. Bayangan maya selalu terletak di belakang cermin. Bayangan ini terbentuk karena sinar-sinar pantul yang teratur pada cermin.

b. Bayangannya sama tegak dengan bendanya.

Jika kita berdiri bercermin seperti gambar disamping maka bayangan yang terlihat di cermin juga berdiri hal ini membuktikan bahwa bayangan yang dihasilkan sama tegak dengan benda asli.

c. Bayangannya sama besar dengan bendanya.

Jika kita berdiri bercermin seperti gambar disamping maka bayangan yang terlihat di cermin besarnya sama dengan aslinya tidak mengecil ataupun membesar

bayangan akan tetap sama besar hal ini membuktikan bahwa bayangan yang dihasilkan sama besar dengan bendanya.

d. Bayangannya sama tinggi dengan bendanya.

(40)

22

bayangan akan tetap sama. Hal ini membuktikan bahwa bayangan yang dihasilkan sama tinggi dengan bendanya

e. Jarak benda dan Jarak bayangan sama

Jarak benda ke cermin akan sama besar dengan jarak bayangan ke cermin karena bayangan merupakan hasil perpanjangan dari sinar pantul yang berpotongan.

Langkah Kerja :

1.Pada karton, lukislah sebuah garis mendatar yang panjangnya 10 cm

2. Dengan menggunakan plastisin sebagai penahan, letakkan cermin datar tegak pada garis tersebut.

3. Beri tanda huruf O pada pertengahan cermin yang terletak pada karton (lihat pada gambar ). Dengan menggunakan busur derajat, lukis sebuah garis tegak lurus (membentuk sudut 90o) terhadap garis mendatar tempat cermin diletakkan (garis mendatar pada langkah 1). Garis ini disebut garis normal. Kegiatan Menemukan hukum

Tujuan :

Menemukan hukum-hukum pemantulan cahaya Alat dan Bahan :

(41)

23

4. Pasanglah celah tunggal pada kotak sinar. Arahkan sinar tunggal ke titik O 5. Berilah tanda silang pada dua titik lintasan sinar yang ke luar dari celah

tunggal menuju ke titik O (disebut sinar datang), dan berilah juga tanda silang pada dua titik yang dilintasi oleh sinar pantul (lihat pada gambar).

6. Dengan menggunakan mistar hubungkan kedua tanda silang pada lintasan sinar datang untuk melukis sinar datang, dan hubungkan juga kedua tanda silang pada lintasan sinar pantul untuk melukis.

7. Dengan menggunakan busur derajat, ukurlah sudut datang i dan sudut pantul r Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal Sudut pantul adalah sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis normal

8. Ulangi langkah 4 sampai 7 sebanyak 5 kali dengan sudut datang yang berbeda (misal dengan kenaikan 100). Isikan hasil yang kamu peroleh pada Tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan sudut datang terhadap sudut pantul

No Sudut Datang (0) Sudut Pantul (0) Cermin datar

i = Sudut dating

(42)

24

Tugas

(43)

25

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 407). Pengembangan yang

dilaksanakan merupakan pengembangan pembuatan buku siswa pada materi alat optik dengan menggunakan scientific approach.

Subjek uji coba produk penelitian pengembangan terdiri atas ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran, uji satu-satu (one for one) dan uji kelompok kecil (small group). Uji ahli desain yang merupakan seorang yang ahli dalam bidang

(44)

26

B.Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang digunakan yaitu proses pengembangan menurut Sugiyono (2013). Karena tahap-tahap yang lengkap dari Sugiyono akan menghasilkan suatu produk yang maksimal dan efektif. Dalam memproduksi buku siswa ini terdiri dari beberapa tahapan penting yaitu: 1. Identifikasi masalah; 2. Pengumpulan data; 3. Desain produk; 4. Validasi produk; 5. Revisi produk; 6. Uji coba produk; 7. Revisi produk I; 8. Uji coba pemakaian; 9. Revisi produk II; 10. Produksi masal.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada diagram berikut:

Gambar 3.1. Langkah-langkah penggunaan Research and Development Method (R&D method)

Model pengembangan ini terdiri dari 10 tahap, sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah

Penelitian pengembangan dapat diawali dengan adanya suatu masalah.

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya pengembangan buku siswa kelas VIII materi cahaya dan alat optik

Revisi produk Ujicoba pemakaian

Revisi produk

Produk akhir Validasi desain Revisi desain

Ujicoba produk

(45)

27

berbasis scientific approach. Mula-mula tahap ini dilakukan dengan pengisian angket yang ditujukan kepada guru mata pelajaran fisika di SMP Negeri 3 Pringsewu. Pengembang meneliti bagaimana kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan serta kondisi laboratorium fisika.

Permasalahan yang didapat dari hasil penelitian pendahuluan adalah kegiatan pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran secara variatif. Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan media masih didominasi oleh media lks dan papan tulis serta metode yang diterapkan masih didominasi oleh metode ceramah. Belum terdapat buku siswa sebagai media penunjang dalam kegiatan

pembelajaran sehingga dibutuhkan media pembelajaran yaitu berupa buku siswa pada materi alat optik dengan menggunakan scientific approach.

(46)

28

2. Pengumpulan Data

Setelah dilakukan identifikasi masalah, selanjutnya mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Tidak dimiliki buku panduan seperti buku siswa disebabkan karena sekolah hanya menyediakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran.

3. Desain Produk

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah buku siswa pada materi cahaya dan alat optik dengan menggunakan scientific approach. Kerangka buku siswa tersusun sebagai berikut.

Keterampilan Keterampilan yang ada dalam buku

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

b. Indikator

Mengidentifikasi bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Pada bagian ini siswa diajak mengamati fenomena dalam kehidupan sehari – hari. Buku siswa menyajikan gambar seperti dibawah ini.

(47)

29

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik

b. Indikator

Mengidentifikasi bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Setelah siswa diminta untuk mengamati gambar, siswa diarahkan untuk bertanya mengenai gambar tersebut.

Hal ini disebabkan karena benda memantulkan cahaya dari sumber cahaya sehingga cahaya pantul itu mengenai mata kita sehingga kita dapat melihat benda tersebut seperti pada gambar di samping. Dari gambar di samping kita dapat melihat bahwa cahaya pantul merambat dengan lintasan tertentu sehingga cahaya pantul dapat mengenai mata dan benda tersebut akhirnya dapat terihat oleh mata kita.

Untuk mengetahui bagaimana bentuk lintasan cahaya saat merambat, maka kita akan melakukan percobaan berikut ini

Mencoba

a. Definisi

Melakukan eksperimen ini tentu saja harus diiringi dengan penggunaan metode ilmiah dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta sikap ilmiah.

b. Indikator

Mengidentifikasi bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Pada bagian ini siswa diminta untuk mencoba atau melakukan kegiatan penyelidikan.

(48)

30

Ayo Lakukan

Kegiatan Penyelidikan Tujuan percobaan :

Mengetahui bagaimana bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Alat dan bahan yang diperlukan :

Tiga kertas karton berukuran 15 cm x 10 cm, tiga kayu dengan panjang 20 cm, sebuah laser pointer, seutas bena buah paku sedang, palu, papan, atau meja.

Langkah-langkah melakukan kegiatan :

1. Lubangi ketiga karton tepat di pusatnya dengan mengg sebuah paku dan palu, kemudian jepit ketiga karton kayu penjepit, sehingga tiap karton dapat berdiri tegak meja lubang pada kertas karton harus berada pada sa lurus.

Gambar 2. Rangkaian percobaan

2. Kemudian letakkan sebuah laser pointer di depan karton pertama dan sinarkan laser ke arah lubang terdapat pada kertas paling depan?

3. Pada kertas terakhir dapatkah kalian melihat titik laser? 4. Sekarang geser layar karton ke dua sedikit ke kana

pada Gambar 2). Dapatkah matamu melihat titik lase kertas terakhir?

(49)

31

Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab – musabab, duduk

perkaranya, dsb).

b. Indikator

Mengidentifikasi bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Setelah melakukan kegiatan penyelidikan siswa diminta untuk menganalisis hasil kegiatan tersebut.

5. Menyajikan

Mengkomunikasikan, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen.

b. Indikator

Mengidentifikasi bentuk lintasan cahaya saat merambat.

Setelah siswa dapat menganalisis fenomena yang terjadi, siswa diminta menyimpulkan.

Dari percobaan sebelumnya yang telah dilakukan kita dapat mengetahui bahwa cahaya merambat lurus. Peristiwa ini juga dapat kita amati saat sinar matahari melewati celah kecil yang berada di atap rumah sehingga kita bisa melihat arah jalannya sinar yang mengenai tanah. Pernahkah kalian melihat fenomena ini? Ya,fenomena ini merupakan salah satu fenomena yang membuktikan bahwa sinar matahari merambat lurus.

Kesimpulan :

(50)

32

Sub bab : Pemantulan cahaya

Keterampilan Keterampilan yang ada dalam buku

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,

seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

b. Indikator

Mengidentifikasi hukum pemantulan.

Pada bagian ini siswa diajak mengamati fenomena dalam kehidupan sehari – hari. Buku siswa menyajikan gambar seperti dibawah ini.

(a)

(b)

Menanya:

a. Definisi

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik

(51)

33

Setelah siswa diminta untuk mengamati gambar, siswa diarahkan untuk bertanya mengenai gambar tersebut.

Setelah siswa diminta untuk mengamati gambar, siswa diarahkan untuk bertanya mengenai gambar tersebut.

Kasus di atas merupakan contoh dari kejadian yang berhubungan dengan pemantulan cahaya. Apabila cahaya mengenai permukaan yang halus maka cahaya dipantulakan secara teratur. Pemantulan inilah yang menyebabkan terbentuknya bayangan. Sebaliknya, apabila cahaya mengenai permukaan kasar maka cahaya dipantulkan secara baur atau tidak teratur sehingga bayangan yang terjadi tidak jelas atau baur. Setelah siswa diminta untuk mengamati gambar 2.3 dan bertanya mengenai

gambar tersebut, siswa diarahkan untuk bertanya mengenai hukum pemantulan

Apabila berkas cahaya mengenai suatu benda pasti akan mengalami pemantulan. Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pemantulan terbagi menjadi dua yaitu pemantulan teratur dan

pemantulan baur. Pada subbab kali ini kita akan membahas mengenai pemantulan cahaya. Jika ada sebuah sinar datang pada sudut 45ᴼ ke arah manakah sinar pantulnya? Dan berapakah besar sudut pantulnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita perlu melakukan percobaan dibawah ini!

Pada bagian ini siswa diminta untuk mencoba atau melakukan kegiatan penyelidikan.

Mencoba a. Definisi

Melakukan eksperimen ini tentu saja harus diiringi dengan penggunaan metode ilmiah dan sesuai dengan kaidah-kaidah serta sikap ilmiah.

b. Indikator

Mengidentifikasi hukum pemantulan.

(52)

34

Pada bagian ini siswa diminta untuk mencoba atau melakukan kegiatan penyelidikan.

Ayo Lakukan

Kegiatan Penyelidikan Tujuan percobaan :

Menentukan hubungan antara sudut datang dan sudut pantul

Alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan:

Cermin datar, plastisin sebagai penahan cermin datar, selembar karton putih, beberapa jarum pentul, dan mistar.

Langkah - langkah melakukan kegiatan :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan 2. Pada karton, lukislah sebuah garis mendatar yang panjangnya

10 cm

3. Dengan menggunakan plastisin sebagai penahan, letakkan cermin datar tegak pada garis tersebut.

4. Beri tanda huruf O pada pertengahan cermin yang terletak pada karton (lihat pada gambar ). Dengan menggunakan busur derajat, lukis sebuah garis tegak lurus (membentuk sudut 90o) terhadap garis mendatar tempat cermin diletakkan (garis mendatar pada langkah 1). Garis ini disebut garis normal. 5. Sinarkanlah laser pointer ke arah cermin dengan sudut

sembarang yang mengarah ke titik O sesuai dengan gambar dibawah ini

6. Ketika kita mengarahkan sinar laser ke arah cermin maka akan terbentuk sinar yang menuju ke titik O (disebut sinar datang), dan sinar yang meninggalkan titik O (disebut sinar pantul) (lihat pada gambar).

7. Berilah tanda pada pada arah sinar datang dan sinar pantul dengan menggunakan garis putus-putus.

(53)

35

4. Menganalisa

(Apakah siswa diminta untuk menganalisis hasil percobaan yang sudah dilakukan

sebelumnya?)

Menganalisa a. Definisi

Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab – musabab, duduk perkaranya, dsb).

b. Indikator

Mengidentifikasi hukum pemantulan..

Setelah melakukan kegiatan penyelidikan siswa diminta untuk menganalisis hasil kegiatan tersebut.

Kesimpulan :

(54)

36

Mengkomunikasikan, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen.

b. Indikator

Mengidentifikasi hukum pemantulan..

Setelah siswa dapat menganalisis fenomena yang terjadi, siswa diminta menyimpulkan.

Dari percobaan yang telah kita lakukan dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara sudut sinar datang dan sudut sinar pantul adalah sama besar. Pada peristiwa pemantulan terdapat hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, sudut datang dan sudut pantul telah diselidiki oleh Willebroad Sinellius (1591-1626). Hasil penyelidikan Willebroad Sinellius dinamakan hukum pemantulan atau hukum Snellius.

Ada beberapa pengertian yang perlu dipahamai sebelum membahasa tentang hukum pemantulan, yaitu:

 Sinar datang adalah sinar yang datang pada permukaan benda.  Sinar pantul adalah sinar yang dipantulkan oleh permukaan

Pada pemantulan cahaya berlaku hukum Snellius, yaitu: 1). Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak

pada satu bidang datar.

(55)

37

4. Validasi dan Revisi Produk

Validasi produk melibatkan dua orang ahli dimana untuk uji ahli desain yang merupakan seorang ahli dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah seorang dosen P.MIPA Universitas Lampung. Ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi optik untuk SMP/MTS yaitu seorang ahli dalam bidang materi fisika dalam mengevaluasi materi fisika optik yaitu salah seorang dosen P.MIPA Universitas Lampung.

Penilaian uji desain dan uji materi dilakukan dengan menggunakan angket. Angket penilaian ini memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik”

atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”. Masing-masing

pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian i = r

sudut datang = sudut pantul

(56)

38

produk. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat di Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas design dan materi yang dihasilkan berdasarkan pendapat penguji. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

(57)

39

5. Uji Coba Produk

Setelah desain produk dibuat, produk tidak dapat diuji coba langsung, tetapi harus dibuat prototipenya dan selanjutnya prototipe inilah yang diuji coba. Uji coba produk ini merupakan uji kemanfaatan produk. Hal yang diujikan yaitu

kepraktisan. Uji Kepraktisan dilakukan untuk menguji kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam menggunakan buku siswa. Uji coba produk ini dilakukan dengan menggunakan uji satu lawan satu. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih dua orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan media secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah media sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam

pembelajaran dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, media akan diperbaiki

pada pilihan jawaban tidak.

6. Revisi Produk I

Setelah dilakukan uji coba produk, akan diperoleh nilai efisiensi dari produk tersebut. Apabila nilai efektifitas produk tersebut belum mencapai 100%, maka produk tersebut akan kembali direvisi untuk memperoleh nilai efektifitas yang maksimal.

7. Uji Coba Pemakaian

(58)

40

untuk menguji. Uji coba produk ini dilakukan dengan menggunakan uji kelompok kecil. Uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi optik. Uji kelompok kecil dilakukan dengan melakukan proses pembelajaran menggunakan media berupa buku siswa pada materi optik dengan menggunakan scientific approach dan setelah pembelajaran siswa diberikan posttest untuk mengetahui tingkat kepraktisan dan efektifitas dalam menggunakan media.

8. Revisi Produk II

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian uji coba pemakaian terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian sebaiknya pengembang akan selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk yang berupa buku siswa pada materi alat optik dengan menggunakan scientific approach dan pengaruh terhadap skill pemecahan masalah.

9. Produksi Masal

Bila produk yang berupa buku siswa pada materi alat optik dengan menggunakan scientific approach dan pengaruh terhadap skill pemecahan masalah. tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

C.Teknik Pengumpulan Data

(59)

41

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

2. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan media, dan kualitas teknis. Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat validitas, dan kepraktisan produk.

Pada uji validitas ada dua hal yang akan di uji yaitu uji materi dan uji desain.Pada uji materi dilakukan oleh ahli yaitu seorang dosen dari P.MIPA dan yang di uji yaitu kesesuaian materi yang terdapat dalam buku siswa apakah sudah sesuai atau belum dengan materi yang ada di sekolah-sekolah.Pada uji desain dilakukan juga oleh ahli yaitu seorang dosen dari P.MIPA dan yang akan diuji yaitu kesesuaian ukuran huruf yang digunakan,warna yang digunakaan,ukuran kertas yang di gunakan dan kesesuaian tata letak huruf,logo atau gambar.

Pada uji kepraktisan produk akan dilakukan kepada guru dan siswa dimana yang akan dinilai meliputi kemudahan dalam penggunaan buku siswa, kebermanfaatan buku siswa dan kekurangan buku siswa.

3. Metode Tes Khusus

(60)

42

dimana sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Metode tes khusus ini dilakukan dengan menggunakan soal post-test.

D. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari angket untuk guru digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

Di dalam buku siswa ini ada tiga aspek yang akan diukur yaitu, validitas, kepraktisan, dan efektifitas.

1. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji design dan uji materi. Uji desain dilakukan oleh merupakan seorang master dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah seorang dosen P.MIPA Universitas Lampung. Uji materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi dilakukan untuk mengevaluasi isi/materi optik untuk SMA/MA yaitu seorang master dalam bidang materi fisika dalam mengevaluasi materi fisika optik yaitu salah seorang dosen P.MIPA

Universitas Lampung. Penilaian uji desain dan uji materi dilakukan dengan menggunakan angket. Angket penilaian ini memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik”

dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak

baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,kreatif,inovatif dan afektif
Gambar 2.2 Scientific Approach dalam Pembelajaran
Tabel 2.1 Keterampilan Proses Dasar dan Terpadu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama dari berat 3,4 kg pada awal penanaman menjadi 13,6 kg setelah 3 bulan dengan viskositas Na-alginat

[r]

Go-Food adalah layanan jasa sistem online dalam bentuk melakukan beli dan antar makanan yang telah dipilih oleh pelanggan sesuai pilihan menu dari restoran

Perlakuan A1 dengan dosis air 100% memiliki angka tertinggi pada 7 parameter, yaitu : tinggi tanaman, diameter batang, jumlah klorofil, volume akar, berat kering akar,

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien divisi Vitreoretina RSCM-FKUI periode Januari 2017 – Juni 2017 dengan diagnosis ARR yang dilakukan tindakan

1) Merupakan prestasi/penghargaan dalam bidang akademik dan non akademik yangdiperoleh secara individu maupun kelompok/tim selama masih tercatat aktif sebagai mahasiswa UNS.

Secara garis besar proses pembuatan komposit sekam padi-lateks dilakukan dengan mencampurkan sekam padi yang telah kering dengan ukuran lebih kecil yaitu 40 sampai dengan 80 mesh

Determinasi tanaman dimaksudkan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah