• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK EL NINO TERHADAP FLUKTUASI DEBIT SUNGAI DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Kasus Sungai Way Sekampung-Bendung Argoguruh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK EL NINO TERHADAP FLUKTUASI DEBIT SUNGAI DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Kasus Sungai Way Sekampung-Bendung Argoguruh)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EL NINO EFFECT ON THE RIVER FLOW FLUCTUATIONS IN LAMPUNG PROVINCE

(Case Study Sungai Way Sekampung-Bendung Argoguruh)

By

This study uses secondary data stream discharge weir Argoguruh in 2001-2012 from Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung and SOI (Southern Oscillation Index) in 2001-2012 from Australian Bureau of Meteorology. Data analysis using Pearson Correlation to know correlation between two variable and using Weibull Methode for discharge mainstay.

Based on the calculation results, we conclude that El Nino is very Nino water needs can still be met.

(2)

ABSTRAK

DAMPAK EL NINO TERHADAP FLUKTUASI DEBIT SUNGAI DI PROVINSI LAMPUNG

(Studi Kasus Sungai Way Sekampung-Bendung Argoguruh)

Oleh

KEMALA DEWI

El Nino menyebabkan kekeringan akibat perubahan pola angin pada bagian ekuator. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur sehingga tekanan permukaannya menurun. Akibatnya udara yang seharusnya bergerak dari Asia ke Australia dengan membawa banyak uap air tidak melewati Indonesia melainkan berbelok ke Pasifik bagian timur. Hal tersebut yang menyebabkan Indonesia mengalami kekeringan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data debit sungai Bendung Argoguruh tahun 2002-2012 yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) tahun 2002-2012 yang didapat dari Badan Meteorologi Australia. Analisis data menggunakan Korelasi Pearson untuk memperoleh hubungan antara dua variable dan Metode Weibull untuk debit andalan.

Berdasarkan hasil perhitungan, maka disimpulkan bahwa El Nino sangat berpengaruh pada musim kemarau dan terjadi korelasi yang kuat antara debit andalan dan debit pada tahun El Nino. Debit andalan merupakan debit minimum yang harus tersedia agar kebutuhan air tercukupi, sementara debit pada tahun El Nino adalah debit paling minimum dari seluruh tahun penelitian sehingga apabila terjadi korelasi yang kuat maka perlu waspada. Akan tetapi debit pada tahun El Nino menunjukkan angka yang lebih besar dari pada debit andalan sehingga meski terjadi El Nino kebutuhan air masih dapat tercukupi.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kotabumi, 05 Desember 1991. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Abdullah, S.T dan Helpinora. Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Kotabumi pada tahun 1997. Penulis pernah menyenyam pendidikan di SD Negeri 4 Gapura Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 1998-2001. Kemudian pindah ke SD Negeri 1 Gotong Royong, Bandar Lampung pada tahun 2001-2004. Penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 25 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007. Penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2007-2008, kemudian pindah ke SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2008-2010.

Penulis terdaftrar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung melalui jalur Mandiri pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung (HIMATEKS UNILA) 2010.

(8)
(9)

MOTO

Percaya dan hargailah dirimu sendiri apapun bentuknya, seburuk apapun dirimu

Usaha, Doa dan Restu Insya Allah kunci sukses

Dengan mencoba maka kita akan tahu

(10)

PERSEMBAHAN

Sebagai perwujudan rasa kasih sayang, cinta dan hormatku secara tulus, Aku mempersembahkan karya ini kepada:

 Keluarga dan kekasihku yang telah memberi dukungan penuh dan doa

serta harapan demi keberhasilanku

 Teman teman terbaik yang bersedia membantu dan memberi semangat

serta berjuang bersama selama ini

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta ridho-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Dampak El Nino Terhadap Fluktuasi Debit Sungai Di Provinsi

Lampung (Studi Kasus Sungai Way Sekampung-Bendung Argoguruh)” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung;

2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lampung;

3. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T.,M.Sc.,Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I, Opik

Taufik Purwadi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II, atas kesediaan

waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, serta ilmu yang sangat berharga

dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Dr. Dyah Indriyana Kusumastuti, M.Sc.,Ph.D.,selaku Dosen Penguji

(12)

5. Hasti Riakara, S.T., M.T., selaku pembimbing akademik;

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi dan semua pegawai Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung, yang telah banyak membantu dalam

persiapan pelaksanaan seminar dan penyelesaian skripsi;

7. Abi, Umi, dan adik-adikku (Saleh, Habibi, Aisah, Anisa) tercinta yang tak

hentinya mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan

perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8. Teman sepenelitianku, Rosmawati yang telah banyak membantu dan memberi

informasi selama di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

9. Teman-teman seperjuangan yang telah bersama-sama berjuang dalam

menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

10. Kekasihku, Debry Birandika yang telah sangat banyak membantu dan

(13)

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis

(14)

DAFTAR NOTASI

diff

P = (tekanan muka air laut rerata di Tahiti per bulan) - (tekanan

muka air laut rerata di Darwin per bulan)

diffav

P = lama waktu rerata dari Pdiff untuk bulan tertentu

) (Pdiff

SD = lama waktu standar deviasi dari Pdiff untuk bulan tertentu

A = luas penampang (m2),

V = kecepatan aliran air (m/s).

Q = debit sungai (m3/s)

P = peluang (%)

m = nomor urut data

n = jumlah data

(15)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Permasalahan ... 3

1.3.Rumusan Masalahan ... 3

1.4.Tujuan Penelitian Pengaruh El Nino Terhadap Debit Sungai ... 4

1.5.Manfaat Penelitian Pengaruh El Nino Terhadap Debit Sungai ... 4

1.6.Ruang Lingkup Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gambaran Umum El Nino ... 5

2.2.Hubungan Antara El Nino, Suhu dan Tekanan Muka Air Laut ... 7

2.3.Dampak El Nino di Indonesia ... 10

2.4.Debit Sungai... 11

2.5.Debit Andalan ... 12

2.6.Hubungan Antara El Nino dengan Debit Sungai ... 13

2.7.Tahun Basah dan Tahun Kering ... 14

(16)

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Umum ... 16

3.2.Sumber dan Jenis Data ... 17

3.4.Prosedur Penelitian ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil ... 22

4.2.Pembahasan ... 22

4.2.1. Perolehan Data Debit Sungai Way Sekampung di Bendung

Argoguruh ... 22

4.2.2. Analisis Data Debit Sungai Way Sekampung di Bendung

Argoguruh Terhadap Tahun Kering dan Tahun Basah ... 26

4.2.3. Korelasi Debit Sungai Way Sekampung diBendung Argoguruh

dan Nilai SOI ... 29

4.2.4. Analisis El Nino Terhadap Debit Andalan Sungai Way

Sekampung di Bendung Argoguruh ... 31

4.3.Diskusi ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ... 40

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel Nilai SOI ... 13

Tabel 3.1 Skala Nilai r ... 21

Tabel 4.1 Data Debit Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh Sebelum Dikurangi Pengaruh Debit Batutegi (m3/s).. ... 23

Tabel 4.2 Data Debit Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh Setelah Dikurangi Pengaruh Debit Batutegi (m3/s).. ... 24

Tabel 4.3 Tabel Debit Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh (m3/s) ... 25

Tabel 4.4 Perhitungan Jenis Tahun untuk Musim Kemarau ... 26

Tabel 4.5 Perhitungan Jenis Tahun untuk Musim Hujan ... 28

Tabel 4.6 Nilai SOI tahun 2002-2012 ... 29

Tabel 4.7 Korelasi Nilai Debit Bendung Sungai Way Sekampung di Argoguruh dan Nilai SOI ... 30

Tabel 4.8 Analisis Frekuensi Debit Andalan 80% ... 32

Tabel 4.9 Debit Andalan Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh ... 33

(18)

Tabel 4.11 Korelasi Debit Andalan Sungai Way Sekampung di

Bendung Argoguruh dengan Debit Sungai Way

Sekampung di Bendung Argoguruh pada Tahun 2006 ... 35

Tabel 4.12 Korelasi Debit Andalan Sungai Way Sekampung di

Bendung Argoguruh dengan Debit Sungai Way

(19)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Grafik Nilai SOI (Irawan, 2006) ... 6

Gambar 2.2. Siklus Walker ... 8

Gambar 2.3. Siklus Walker di Pasifik ... 9

Gambar 3.1. DAS Way Sekampung ... 16

Gambar 3.2. Bagan Alir ... 18

Gambar 4.1. Grafik Debit Rerata Bulanan Sungai Way Sekampung Bendung Argoguruh Tahun 2002-2012 ... 25

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laut sangat berperan penting dalam siklus hidrologi. Air yang ada di laut

menguap akibat panas matahari dan kemudian membentuk gumpalan awan.

Jika gumpalan awan tersebut sudah jenuh maka akan jatuh ke bumi berbentuk

butiran air yang disebut hujan. Dari siklus tersebut dapat dikatakan bahwa air

laut yang menguap dapat mempengaruhi cuaca. Air laut yang menguap tentu

dipengaruhi oleh suhu permukaannya yang dapat menyebabkan terjadinya 2

fenomena alam yakni El Nino dan La Nina. El Nino akan berdampak

kekeringan pada daerah sekitar Australia dan Indonesia. Sementara La Nina

sebaliknya yaitu terjadinya curah hujan yang berlebih yang biasanya

mengakibatkan banjir di beberapa daerah secara besar-besaran. Dalam

penelitian ini dikhususkan untuk membahas mengenai El Nino.

El Nino adalah gejala gangguan iklim secara global yang diakibatkan oleh

naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian

(21)

2

hujan sehingga pada saat terjadi El Nino curah hujan cenderung sedikit. El Nino

terjadi setiap 2-7 tahun (Sarachik, 2010).

Pada saat suhu permukaan Pasifik Tropis bagian timur meningkat tekanan

permukaannya rendah dan saat suhu permukaan Pasifik bagian barat menurun

tekanan permukaannya meningkat. Tekanan yang naik turun tersebut

membentuk pola osilasi yang dikenal sebagai osilasi selatan atau Southern

Oscillation (Ahrens, 2007). Southern Oscillation Index atau SOI merupakan

nilai yang dapat menunjukkan terjadinya El Nino atau tidak yang dinyatakan

dengan perbedaan tekanan atmosfer di atas permukaan laut di Tahiti (Pasifik

Timur) dan di Darwin (Pasifik Barat). Apabila indeks osilasi selatan berada

pada harga minus dalam jangka waktu 3 bulan maka telah terjadi El Nino yang

juga ditandai oleh kemarau panjang.

Pada tahun 2002, Provinsi Lampung masuk ke dalam Prioritas Perhatian III

daerah dengan sifat hujan di bawah normal selama musim kemarau

(Kementrian Riset dan Teknologi, 2002). Pada tahun 2006 terjadi kemarau

panjang di Provinsi Lampung yang menyebabkan produktifitas buah coklat dan

kopi menurun (Merdeka,2006). Tahun tahun tersebut merupakan tahun

terjadinya El Nino sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul:

(22)

3

1.2. Identifikasi Permasalahan

Terjadinya El Nino akan berdampak kekeringan di Indonesia. Hal ini

disebabkan oleh suhu muka air laut di pasifik timur memanas sehingga pola

curah hujan dan angin berubah secara global. Angin yang berhembus dari utara

Asia yang membawa air tidak sampai ke Indonesia melainkan berbelok ke arah

pasifik timur akibat tekanan yang rendah dan sehingga Indonesia mengalami

kekeringan. Kekeringan ini tentunya karena curah hujan menurun yang

berakibat pada penurunan debit sungai. Debit sungai yang menurun akan

berakibat pula pada kekeringan lahan pertanian. Dengan begitu permasalahan

yang akan diangkat pada penelitian ini adalah mengenai berkurangnya debit

sungai akibat terjadinya El Nino di Provinsi Lampung berdasarkan data yang

ada.

.

1.3. Rumusan Masalah

Untuk menganalisis permasalahan yang ada secara maksimal maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara tahun basah dan tahun kering dengan fenomena

El Nino yang terjadi?

2. Kapan debit sungai di Provinsi Lampung memiliki sensitifitas tinggi

(23)

4

3. Apakah debit andalan Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh

berkorelasi terhadap debit Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh

pada tahun El Nino?

1.4. Tujuan Penelitian Pengaruh El Nino Terhadap Debit Sungai

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris

apakah ada hubungan antara debit sungai di Provinsi Lampung dengan

fenomena El Nino.

1.5. Manfaat Penelitian Pengaruh El Nino Terhadap Debit Sungai

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

mengenai El Nino dan pengaruhnya terhadap debit sungai di Provinsi

Lampung.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang dilakukan maka diambil batasan

masalah yaitu peninjauan dampak El Nino terhadap debit sungai yang

(24)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum El Nino

El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh

memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan (Sarachik, 2010). Ciri-ciri terjadi El

Nino adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala

dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti (Irawan,

2006).

Indikator terjadinya El Nino ditunjukkan oleh nilai indeks osilasi selatan atau

biasa disebut Southern Oscillation Index (SOI). Apabila terjadi El Nino maka

nilai indeks osilasi selatan akan berada pada nilai minus dalam jangka waktu

minimal 3 bulan dan sebaliknya untuk La Nina. Nilai SOI di kawasan Asia

Tenggara berkorelasi kuat dengan curah hujan, karena itu nilai SOI merupakan

indikator yang baik terhadap curah hujan di kawasan tersebut (Podbury, 1998).

Namun nilai SOI negatif tidak selalu diikuti dengan penurunan curah hujan

secara drastis jika tidak begitu ekstrim. Jika nilai SOI berada pada -10 atau

(25)

6

dari 10 maka terjadi peningkatan curah hujan secara drastis (Irawan, 2006).

Berikut adalah contoh grafik nilai SOI:

Gambar 2.1 Contoh Grafik Nilai SOI (Irawan, 2006)

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung nilai SOI (Australian

Bureau of Meteorology,2011):

P = (tekanan muka air laut rerata di Tahiti per bulan) - (tekanan

muka air laut rerata di Darwin per bulan)

diffav

(26)

7

) (Pdiff

SD = lama waktu standar deviasi dariPdiffuntuk bulan tertentu

Akan tetapi pada penelitian ini tidak digunakan perhitungan nilai SOI karena

sudah ada perhitungan terdahulu yang dapat digunakan.

2.2. Hubungan Antara El Nino, Suhu dan Tekanan Muka Air Laut

Salah satu ciri-ciri El Nino adalah terjadinya peningkatan suhu permukaan laut

Pasifik bagian timur. Sementara suhu permukaan laut di sekitar Indonesia

menurun akibat dari tertariknya seluruh suhu permukaan yang hangat ke Pasifik

bagian timur. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah awan yang terbentuk

sehingga curah hujan juga menurun. Penurunan suhu yang terjadi menyebabkan

tekanan udara menjadi tinggi sehingga udara berpindah dari tekanan tinggi ke

tekanan rendah.

Permukaan laut Pasifik bagiab barat yang lebih dingin menyebabkan terjadinya

upwelling. Upwelling merupakan naiknya massa air di bawah permukaan air

laut ke permukaan air laut. Semakin dalam suhu air semakin rendah dan

kerapatan air meningkat. Ketika laut tropis bagian timur memanas, laut tropis

bagian barat akan menjadi lebih dingin. Siklus ini di perkenalkan oleh Sir

Gilbert Walker pada tahun 1928 yaitu sirkulasi atmosfer yang berada di

permukaan bumi sepanjang ekuator menuju barat dan atmosfer atasnya

berlawanan arah akibat dari penyeimbangan dan geser angin. Berikut adalah

(27)

8

Gambar 2.2. Siklus Walker

Saat bulan Oktober-Maret matahari terletak di belahan bumi selatan, sehingga

Australia mengalami musim panas dan Asia mengalami musim dingin. Tekanan

udara di Australia menurun dan tekanan udara di Asia meningkat. Hal ini

menyebabkan angin bergerak dari Asia ke Australia (angin moonson Asia)

yang membawa banyak uap air karena melalui lautan yang luas dan saat itu lah

terjadi musim hujan. Sebaliknya, saat musim kemarau terjadi angin moonson

Australia yang bertiup dari Australia ke Asia dan membawa sedikit uap air. Uap

air yang sedikit ini dikarenakan angin yang bertiup melewati gurun yang luas

dan lautan yang sempit. Sehingga terjadilah musim kemarau. Pada tahun

normal udara akan bergerak dari pasifik menuju Indonesia dan Australia dengan

membawa uap air sehingga terbentuk awan yang menyebabkan hujan di sekitar

Indonesia pada periode Oktober hingga Maret. Namun karena adanya El Nino

maka uap air yang seharusnya tertiup ke Indonesia berbelok kearah Pasifik

(28)

9

Pada saat terjadinya El Nino suhu permukaan laut Pasifik bagian timur

meningkat. Akan tetapi keadaan tersebut berbanding terbalik dengan

permukaan laut di sekitar Indonesia. Suhu rendah dan tekanan udara meningkat

di laut sekitar Indonesia. Suhunya semakin ke timur semakin meningkat. Suhu

muka laut diperairan Pasifik Barat yang lebih dingin menyebabkan terjadi

upwellingdantekanan udara di atasnya menjadi rendah dan udara pun cenderung

bergerak turun ke daerah dengan tekanan lebih rendah artinya di atas

permukaan laut di Pasifik Barat angin akan bergerak ke timur (Sarachik, 2010)

dan angin yang membawa uap air ke barat berputar ke timur, menyebabkan

Indonesia mengalami kekeringan.

(29)

10

2.3. Dampak El Nino di Indonesia

Dampak yang ditimbulkan oleh El Nino adalah kekeringan panjang lebih dari

pada tahun normal. Kekeringan ini terjadi akibat uap air yang seharusnya

bertiup ke arah Indonesia berhenti di Pasifik bagian timur. Mendinginnya

permukaan laut di sekitar perairan Indonesia karena tertariknya seluruh masa air

hangat ke bagian timur Pasifik. Penyebabnya adalah perbedaan tekanan udara

yang membawa uap air bertiup ke arah timur sehingga curah hujan di Pasifik

bagian barat menurun. Curah hujan yang menurun menyebabkan debit sungai

menurun pula, sehingga lahan pertanian yang kebutuhan airnya bergantung

kepada debit sungai mengalami kekeringan. Pada kejadian El Nino,

ketersediaan air untuk pertanian berkurang yang mengakibatkan produksi dan

produktivitas tanaman menurun atau bahkan tidak panen karena tanaman

mengalami kekeringan.

Adapula keuntungan dari fenomena El Nino ini yaitu meningkatnya kandungan

klorofil di perairan Indonesia yang merupakan nutrisi bagi ikan-ikan sehingga

banyak ikan yang bermigrasi ke perairan Indonesia. Hal ini tentu sangat

(30)

11

2.4. Debit Sungai

Sungai adalah daerah yang dialiri air yang lebih rendah dari sekitarnya. Ada

beberapa bagian sungai yaitu Upstream, Midlestream, dan Downstream.

Karakteristik dari bagian Upstream adalah topografinya yang curam sehingga

debit air sangat deras dan menyebabkan erosi pada dasar sungai dan membawa

banyak endapan akibat dasar sungai yang tergerus oleh derasnya debit air.

Midlestreamadalah bagian tengah sungai yang memiliki aliran air yang tenang

karena terletak di topografi yang landai sehingga membawa sedikit sekali

endapan. Downstream adalah bagian ujung sungai atau muara sungai.

Downstreammemiliki ciri debit yang sangat lemah sehingga aliran nya melebar

dan merupakan tempat terjadinya endapan karena pada saat terjadi erosi di

bagian Upstream akibat debit yang menggerus dasar sungai kemudian

diteruskan ke Midlestream dengan debit yang sedang. Lalu air membawa

endapan hasil erosi tersebut pada ujung sungai dengat debit yang sangat lemah

sehingga endapan tersebut mengendap di bagianDownstream.

Pada sungai terdapat debit sungai yang dapat diukur seberapa besar volume air

yang mengalir dalam satu satuan waktu. Debit sungai adalah banyaknya aliran

air yang mengalir pada suatu penampang dalam satuan waktu. Debit sungai

berasal dari akumulasi aliran-aliran kecil seperti parit- parit dan air tanah yang

mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga terkumpul

(31)

12

Besaran debit di dalam SI (Satuan Internasional) dinyatakan dalam persamaan:

Q = A x V

Keterangan:

A = luas penampang (m2),

V = kecepatan aliran air (m/s).

Q = debit sungai (m3/s)

2.5. Debit Andalan

Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan

air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam perencanaan

proyekproyek penyediaan air terlebih dahulu harus dicari debit andalan

sebesar 80%. Tujuannya adalah untuk menentukan debit perencanaan yang

diharapkan selalu tersedia di sungai (Soemarto, 1987).

2.6. Analisis Frekuensi

Salah satu kegunaan analisis frekuensi adalah untuk mengetahui probabilitas

dari suatu urutan data. Metode yang sering digunakan adalah Metode Weibull,

(32)

13

Keterangan :

P= peluang (%)

m= nomor urut data

n= jumlah data

2.7. Hubungan Antara El Nino dengan Debit Sungai

El Nino mempunyai karakteristik nilai SOI yang berada pada nilai minus

selama 3 bulan berturut-turut yang menyebabkan Indonesia mengalami

kekeringan. Hal tersebut karena angin yang seharusnya bertiup kearah

Indonesia yang membawa banyak uap air berbelok ke arah Pasifik bagian

tengah dan timur sehingga Indonesia mengalami kekeringan. Berikut adalah

data SOI yang didapat dari situsAustralian Bureau of Meteorology:

Tabel 2.1 Tabel Nilai SOI

Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2002 2.70 7.70 -5.20 -3.80 -14.50 -6.30 -7.60 -14.60 -7.60 -7.40 -6.00 -10.60

2003 -2.00 -7.40 -6.80 -5.50 -7.40 -12.00 2.90 -1.80 -2.20 -1.90 -3.40 9.80

2004 -11.60 8.60 0.20 -15.40 13.10 -14.40 -6.90 -7.60 -2.80 -3.70 -9.30 -8.00

2005 1.80 -29.10 0.20 -11.20 -14.50 2.60 0.90 -6.90 3.90 10.90 -2.70 0.60

2006 12.70 0.10 13.80 15.20 -9.80 -5.50 -8.90 -15.90 -5.10 -15.30 -1.40 -3.00

2007 -7.30 -2.70 -1.40 -3.00 -2.70 5.00 -4.30 2.70 1.50 5.40 9.80 14.40

2008 14.10 21.30 12.20 4.50 -4.30 5.00 2.20 9.10 14.10 13.40 17.10 13.30

2009 9.40 14.80 0.20 8.60 -5.10 -2.30 1.60 -5.00 3.90 -14.70 -6.70 -7.00

2010 -10.10 -14.50 -10.60 15.20 10.00 1.80 20.50 18.80 25.00 18.30 16.40 27.10

2011 19.90 22.30 21.40 25.10 2.10 0.20 10.70 2.10 11.70 7.30 13.80 23.00

2012 9.40 2.50 2.90 -7.10 -2.70 -10.40 -1.70 -5.00 2.70 2.40 3.90 -6.00

Sumber: Australian Bureau of Meteorology

Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara debit

(33)

14

Pearson adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar dua variabel

yang dinyatakan dalam persen.

Akan tetapi pada penelitian ini digunakan rumus korelasi pada Microsoft Excel.

2.8. Tahun Basah dan Tahun Kering

Tahun basah dan tahun kering adalah klasifikasi tahun berdasarkan data debit

rerata diseluruh tahun penelitian. Nilai tersebut diambil dan dijadikan patokan

sebagai penentu tahun basah dan tahun kering dengan cara mencari nilai +10%

dari nilai patokan dan -10% dari nilai patokan. Bila debit berada pada nilai

lebih besar dari +10% angka patokan maka diklasifikasikan sebagai tahun

basah. Bila debit berada pada nilai kurang dari -10% angka patokan maka

diklasifikasikan sebagai tahun kering. Bila debit berada pada +10% dan -10%

maka tahun normal.

2.9. Kondisi Hidrologis Provinsi Lampung

Lampung merupakan Provinsi paling selatan dari Pulau Sumatera yang di

sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur berbatasan

dengan Laut Jawa. Keadaan alam Provinsi Lampung di sebelah barat dan

(34)

15

dataran rendah sedangkan di sebelah timur merupakan perairan yang luas.

Adapun sungai-sungai besar yang mengalir di Provinsi lampung adalah Way

Sekampung (265 km), Way Semangka (90 km), Way Seputih (190 km), Way

Jepara (50 km), Way Tulang Bawang (136 km) dan Way Mesuji (220 km).

Penelitian ini akan menjadikan sungai Way Sekampung sebagai bahan

penelitian yaitu di Bendung Argoguruh. Hal ini dilakukan karena bendung

Argoguruh mengaliri sebagian besar irigasi yang ada di Lampung. Berdasarkan

Wikipedia (2014) Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus,

(35)

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Umum

Metodologi penelitian adalah analisis teoritis mengenai suatu cara dalam

sebuah penelitian untuk mendapatkan kesimpulan dari sebuah masalah yang

dibuat secara sistematis. Metodologi penelitian menjelaskan mengenai metode

dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang

dipakai pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan pengolahan data

sekunder.

(36)

17

Lokasi penelitian ini dilakukan di sungai Way Sekampung dengan rentang

waktu selama 6 bulan penelitian dan penyusunan laporan. Adapun data yang

digunakan adalah data sekunder yaitu data debit sungai Way Sekampung

(Bendung Argoguruh) serta mengumpulkan informasi untuk mendukung

berjalannya penelitian berupa literatur, artikel, jurnal dan skripsi peneliti

terdahulu mengenai El Nino dan pengaruhnya terhadap debit sungai.

3.2. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang meliputi

data debit bulanan sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh pada tahun

2002-2012 yang didapat dari Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung

dan nilai SOI harian yang berkaitan dengan El Nino tahun 2002-2012 yang

didapat dari situs Badan Meteorologi Australia. Nilai SOI merupakan indikator

terjadinya El Nino. Jika nilai SOI berada pada nilai minus (-) selama 3 bulan

berturut-turut maka dapat dikatakan telah terjadi El Nino.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh El Nino

(37)

18

3.3. Prosedur Penelitian

Berikut bagan alir pada penelitian ini:

Gambar 3.2 Bagan Alir Pengumpulan Data

Debit Sungai SOI

Pengolahan Data Membuat Proposal

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan MULAI

(38)

19

Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa proses penelitian yaitu pertama

mengumpulkan data berupa data sekunder yakni data debit sungai bulanan

Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh pada tahun 2002-2012. Data

tersebut bukan data debit asli di Bendung Argoguruh melainkan debit campuran

antara Argoguruh dan Batutegi. Untuk mendapat debit asli di Bendung

Argoguruh dapat dihitung dengan cara mengurangi outflow dari Waduk

Batutegi tahun 2005-2012 karena pada tahun 2002-2004 Waduk Batutegi belum

dibangun. Kemudian mengolah data debit dua mingguan menjadi debit bulanan

dengan cara mereratakan debit dua minggu pertama dan dua minggu kedua. Hal

tersebut digunakan untuk memperoleh debit rerata bulanan yang akan

digunakan untuk pengklasifikasian jenis tahun yaitu tahun basah dan tahun

kering.

Perhitungan tahun basah dan tahun kering menggunakan debit rerata sungai

Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh pada musim kemarau dan

musim hujan. Data debit rerata yang diperoleh kemudian direratakan lagi untuk

mendapatkan angka yang akan jadi patokan perhitungan tahun basah dan tahun

kering. Dari angka tersebut kemudian diambil +10% dan -10% untuk

menentukan tahun basah dan tahun kering. Apabila nilai debit lebih besar dari

+10% angka patokan maka diklasifikasikan sebagai tahun basah. Apabila nilai

debit berada diantara +10% dan -10% angka patokan maka diklasifikasikan

sebagai tahun normal. Apabila kurang dari -10% angka patokan maka

(39)

20

Langkah selanjutnya yaitu mengolah data debit sungai dan nilai SOI

menggunakan Korelasi Pearson dengan tujuan agar didapat persentase

hubungan dan pengaruh debit sungai terhadap El Nino di Provinsi Lampung ini.

Kemudian nilai korelasi (r) yang telah diperoleh dibuat grafik pada Microsoft

Excel dan dibuat kesimpulan mengenai waktu yang paling sensitif terhadap El

Nino yang terjadi.

Adapun rumus dari Korelasi Pearson (Usman dan Akbar, 2000) sebagai berikut:

j

rxy,j = koefisien korelasi antara curah hujan bulanan dan nilai SOI

untuk bulan j

xi,j = curah hujan bulanan dari bulan j untuk tahun i

j

x = Curah hujan bulanan rerata bulan j untuk n tahun (1985-2013)

yi,j = nilai SOI dari bulan j untuk tahun i

j

y = Nilai SOI rerata untuk bulan j setelah n tahun

Sx,j = Standard deviasi curah hujan untuk bulan j setelah n tahun

Sy,j = Standard deviasi nilai SOI setelah n tahun

(40)

21

Namun penelitian ini akan menggunakan Microsoft Exel untuk mendapatkan

nilai korelasi. Usman dan Akbar (2000) mengatakan nilai r adalah interpretasi

dari dua variabel atau lebih dengan skala sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Nilai r

terhadap debit sungai di Provinsi Lampung. Semakin besar nilai r maka

pengaruhnya semakin besar dan sebaliknya, jika semakin kecil nilai r maka

kecil pula pengaruhnya.

Langkah selanjutnya melakukan analisis terhadap debit andalan Sungai Way

Sekampung di Bendung Argoguruh yaitu debit 80%. Hal tersebut dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar debit minimum yang harus tersedia pada

rentang waktu penelitian agar kebutuhan air untuk irigasi tercukupi. Setelah

mendapatkan debit andalan maka langkah selanjutnya yaitu mencari hubungan

antara debit andalan dengan debit yang terjadi pada tahun-tahun El Nino

(41)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kesimpulan yang dapat ditarik dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang kuat antara tahun kering pada musim kemarau di

Provinsi Lampung dan El Nino yang terjadi secara global. Hal ini dikarenakan

dua tahun kering yang terjadi pada periode tiga tahun El Nino.

2. Bulan yang paling sensitif terhadap El Nino adalah bulan September dengan

korelasi antara debit Sungai Way Sekampung di Bendung Argoguruh dengan

nilai SOI yang cukup kuat.

3. Terjadi korelasi yang sangat kuat antara debit andalan Sungai Way Sekampung

(42)

41

5.2. Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah data tahun penelitian agar

hasil perhitungannya lebih akurat terutama pada perhitungan tahun kering.

2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan mengenai kala ulang tahun

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahrens, D. 2007. Meteorologi Today An Introduction To Weather, Climate and The

Environment.Thompson Higher Education USA

Irawan, B. (2006). Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan

Jangka Panjang dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Pangan. Forum Penelitian

Agro Ekonomi, 24, 28-45.

Mulyana, E. 2002. Hubungan antara ENSO dengan Variasi Curah Hujan di Indonesia.

Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca (3) 1: 1-4.

Podbury. T, Sheales T.C, Hussain. I dan Fisher.B.S. 1998. Use Of El Nino Climate Forecasts In Austrakia. Amer. J. Agr. Econ. 80 (5).

Sarachik, E.S dan M.A. Cane. 2010. The El-Nino Southern Oscillation Phenomenon.

Cambridge University Press, USA.

Soemarto, C.D, (1987). Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.

Sugiyono.2006.Uji T dengan Dua Sampel Bebas.Statistika untuk Penelitian .Bandung

:Penerbit Alfabeta.

Usman dan Akbar (2000). Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.

http://www.bom.gov.au/climate/glossary/soi.shtml

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Lampung

http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/360/print

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Grafik Nilai SOI (Irawan, 2006)
Gambar 2.2. Siklus Walker
Gambar 2.3. Siklus Walker di Pasifik
Tabel 2.1 Tabel Nilai SOI
+4

Referensi

Dokumen terkait