ABSTRACT
THE EFFECT OF EL NINO ON RAINFALL FLUCTUATION IN BANDAR LAMPUNG
By
ROSMAWATI
Climate disruption is a disaster that dominates over the past four decades, even the intensity increases in a particular country. Indonesia is one of the most vulnerable country to climate disruption. Some climate disruptions that often occurs in Indonesia is drought, floods and landslides. El Nino is a climatic irregularities form in the Pacific Ocean that is characterized by the increase in sea surfac temperature in the central and eastern equatorial parts.
El Nino will lead to changes in climate patterns such as the delayed start of the annual rainy season and dry season. Besides that the period of the rainy season is also expected to be shorter. El Nino disturbance reduced the quantity of water in Bandar Lampung. The purpose of this study was to determine the effect of El Nino on rainfall fluctuation in Bandar Lampung and its relationship with the El Nino wet and dry years. Calculation method in this study using Pearson correlation analysis.
From the calculation of identification in wet and dry years, it is known that the calculation of the wet and dry years will be more accurate when using rainfall data during the dry season only. Based on the calculation of correlation analysis Perason, showed that each stations has different r number . This differenciation could be due to the geographic location or erroneous rainfall data.
ABSTRAK
DAMPAK EL NINO TERHADAP FLUKTUASI CURAH HUJAN DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ROSMAWATI
Gangguan iklim merupakan bencana yang mendominasi selama empat dekade terakhir, bahkan intensitasnya semakin meningkat pada negara tertentu. Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap gangguan iklim. Beberapa gangguan iklim yang sering terjadi di Indonesia adalah kekeringan, banjir dan tanah longsor. El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian Tengah dan Timur.
El Nino akan mengakibatkan perubahan pola iklim tahunan seperti terlambatnya awal musim hujan maupun musim kering. Disamping itu periode musim hujan juga diperkirakan akan lebih pendek. Adanya gangguan El Nino berkurangnya ketersediaan air di Kota Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh El Nino terhadap fluktuasi curah hujan di Bandar Lampung dan hubungan El Nino dengan tahun basah dan tahun kering. Metode perhitungan dalam penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Pearson.
Dari hasil perhitungan identifikasi tahun basah dan tahun kering, dapat diketahui bahwa perhitungan tahun basah dan tahun kering akan lebih akurat bila menggunakan data curah hujan saat musim kemarau saja. Berdasarkan perhitungan analisis Korelasi Perason, didapatkan hasil bahwa masing-masing stasiun memiliki nila r yang berbeda-beda. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh letak geografis atau data hujan yang salah.
DAMPAK EL NINO TERHADAP FLUKTUASI CURAH
HUJAN DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ROSMAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakutas Teknik Universitas Lampung
FAKUTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rukti Harjo, Kecamatan Seputih
Raman, Lampung Tengah pada 2 September 1992, sebagai
anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Julin dan Ibu
Parmi.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Rukti Harjo, Seputih Raman
diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 3 Rukti
Harjo, Kecamatan Seputih Raman pada tahun 2004, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2007 dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahhun
2010.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Unila
melalui jalur PKAB. Pada tahun 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Gunung Sugh=ih, Kecamatan Kedondong, Kabupaten
Pesawaran. Pada tahun 2013 juga penulis melakukan kerja praktik pada
MOTO
Teruslah berlari seperti sa’inya Siti Hajar, jangan
berhenti sampai kamu temukan air zam-zammu sendiri. (Niar Irianti)
Sesungguhnya bersama itu kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyirah : 6)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah : 13)
Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis
melihat malapetaka dalam setiap kesempatan. (Nabi Muhammad SAW)
Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang
tidak sempurna. (Nabi Muhammad SAW)
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana
Persembahan
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Dampak El Nino terhadap Fluktuasi Curah
Hujan di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Teknik Sipil di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
3. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Pembimbing
Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Sumiharni, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik
5. Bapak Ir. Mariyanto, M.T., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar
proposal terdahulu.
6. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D. selaku Pembimbing
Akademik.
7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Teknik Sipil.
8. Kedua orang tuaku, Bapak Julin, Ibu Parmi, adikku Ilham
Kurniawan, juga keluarga besarku yang telah memberikan
dorongan materil dan spiritual dalam menyelesaikan laporan ini,
dan selalu mendoakan keberhasilan penulis.
9. Sahabat-sahabatku Diana, Mala, Okta, Susan, Lidya, Pompina, Ica,
Selvi, Galang, Depi, Ulin, Vera, Mbak Tamy, Mbak Serli, yang
telah memberikan banyak bantuan dan saran selama penyusunan
skripsi ini.
10. Rekan-rekan sepembimbing skripsi (Fina, Visi, Adhe, Hakim) atas
segala masukan dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kotagajah, yang
telah memberikan saran dan semangat.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis
i
E. Kondisi Geografis Kota Bandar Lampung ... 14
F. Topografi Kota Bandar Lampun ... 15
G. Kondisi Hidrologi Kota Bandar Lampung ... 17
H. Bulan Basah, Bulan Kering, Tahun Basah, dan Tahun Kering ... 18
ii
J. Perbaikan Data ... 20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum ... 22
B. Prosedur Penelitian... 23
C. Diagram Alir Penelitian ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Mengidentifikasi Tahun Basah dan Tahun Kering ... 27
1. Mengidentifikasi Tahun Basah dan Tahun Kering dengan
Data Curah Hujan Mei-Oktober ... 28
2. Mengidentifikasi Tahun Basah dan Tahun Kering dengan
Data Curah Hujan Januari-Desember ... 40
3. Menggambarkan Pengaruh El Nino terhadap Fluktuasi Curah
Hujan di Bandar Lampung ... 50
B.Menghitung Koefisien Korelasi Pearson ... 53
C.Pembahasan ... 61
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Nilai SOI Tahun 1990-2014 ... 14
2. Skala Koefisien Korelasi Pearson ... 20
3. Curah Hujan Selama Bulan Mei-Oktober ... 29
4. Data Hujan Setelah Dikoreksi ... 33
5. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Pahoman ... 35
6. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sukarame... 36
7. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sumur Putri ... 37
8. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sumberejo ... 38
9. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Seluruh Stasiun ... 39
10. Data Curah Hujan Tahunan Masing-Masing Stasiun di Bandar Lampung ... 41
11. Data Hujan Setelah Dikoreksi ... 44
12. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Pahoman ... 45
13. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sukarame... 46
14. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sumur Putri ... 47
15. Perhitungan Tahun Basah dan Tahun Kering Stasiun Sumberejo ... 48
17. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Stasiun Pahoman ... 54
18. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Stasiun Sukarame ... 55
19. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Stasiun Sumur Putri ... 56
20. Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Stasiun Sumberejo ... 57
21. Nilai SOI Bulanan ... 58
22. Nilai r Stasiun Pahoman ... 59
23. Nilai r Stasiun Sukarame ... 59
24. Nilai r Stasiun Sumur Putri ... 59
25. Nilai r Stasiun Sumberejo ... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sirkulasi Angin Pasat Timuran pada Kondisi Normal ... 6
2. Proses Upwelling pada Kondisi Normal ... 6
3. Sirkulasi Angin Pasat Timuran pada Kondisi El Nino ... 7
4. Proses Upwelling pada Kondisi El Nino ... 7
5. Posisi Kota Bandar Lampung... 16
6. Citra Satelit Kota Bandar Lampung ... 17
7. Diagram Alir Penelitian ... 26
8. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sukarame ... 30
9. Boxplot Curah Hujan Stasiun Pahoman ... 30
10. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sumur Putri ... 31
11. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sumberejo ... 31
12. Boxplot Curah Hujan Stasiun Pahoman ... 42
13. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sukarame ... 42
14. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sumur Putri ... 43
15. Boxplot Curah Hujan Stasiun Sumberejo ... 43
17. Grafik Hubungan Curah Hujan Tahunan dengan Rata-rata Curah Hujan
Tahunan Stasiun Sumur Putri dan Stasiun Sumberejo ... 52
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklim merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan
cuaca pada kawasan yang luas dalam jangka waktu relatif panjang. Iklim
dipengaruhi oleh temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, angin,
dan curah hujan. Gangguan iklim merupakan bencana yang mendominasi
selama empat dekade terakhir, bahkan intensitasnya semakin meningkat pada
negara tertentu. Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap
gangguan iklim. Beberapa gangguan iklim yang sering terjadi di Indonesia
adalah kekeringan, banjir dan tanah longsor. Sebagian besar kondisi ekstrem
Indonesia berupa kekeringan dan banjir berhubungan erat dengan kejadian El
nino.
El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di
Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di
daerah katulistiwa bagian Tengah dan Timur. El Nino diawali dengan
memanasnya suhu permukaan laut di pantai barat Peru-Ekuador (Amerika
Selatan) yang menyebabkan gangguan iklim secara global (Hartono,
2007). El Nino terjadi setiap tiga atau tujuh tahun sekali dan setiap sekali
kejadian El Nino bisa mempengaruhi iklim dunia selama satu tahun
2
Sejak tahun 1980 telah terjadi beberapa kali peristiwa El Nino. El
Nino pada tahun 1997 telah memberikan dampak yang luar biasa di
Indonesia yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan. Banyak sumur
penduduk mengering, debit air sungai menurun, dan kebakaran hutan.
Pengaruh El Nino berbeda-beda antar wilayah bergantung pada lokasi
dan topografi (Qian et al., 2010). Wilayah beriklim monsun di Indonesia
merupakan wilayah yang terkena dampak El Nino terbesar karena terkait
dengan sirkulasi angin di belahan bumi Utara (Asia) dan angin dari belahan
bumi Selatan (Australia). Beberapa wilayah yang termasuk dalam iklim
monsun adalah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Pulau Sumatera bagian
selatan.
B. Identifikasi Masalah
Provinsi Lampung terletak di Pulau Sumatra bagian selatan yang
merupakan pintu gerbang penghubung dengan Pulau Jawa. Kota Bandar
Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung. Ketersediaan air
untuk berbagai kebutuhan di Kota Bandar Lampung sangat bergantung
pada cuirah hujan.
Selain dapat mempengaruhi tingginya curah hujan, kejadian El Nino
juga berpengaruh terhadap masuknya musim kemarau. El Nino akan
mengakibatkan perubahan pola iklim tahunan seperti terlambatnya awal
musim hujan maupun musim kering. Disamping itu periode musim hujan
juga diperkirakan akan lebih pendek. Adanya gangguan El Nino
wilayah-3
wilayah berdasarkan perbedaan dampak El Nino dapat digunakan untuk
mengetahui wilayah-wilayah yang memerlukan penanganan lebih baik.
C. Rumusan Masalah
El Nino dapat mempengaruhi tingginya curah hujan dan juga
berpengaruh terhadap masuknya musim kemarau. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan El Nino terhadap curah hujan di
Kota Bandar Lampung ?
D. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan El Nino dengan fluktuasi curah hujan
yang terjadi di Bandar Lampung.
b. Untuk mengetahui hubungan SOI (Southern Oscillation Index)
dengan fluktuasi curah hujan yang terjadi di Bandar Lampung.
c. Untuk mengindentifikasi tahun basah dan tahun kering serta
hubungannya dengan kejadian El Nino.
E. Manfaat Penelitian
a. Memberikan gambaran besarnya pengaruh El Nino terhadap curah
hujan di Bandar Lampung.
b. Memberikan gambaran daerah yang mengalami dampak El Nino
paling signifikan serta waktu terjadinya El Nino terparah sehingga
4
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam penelitian ini,
maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun hal yang
membatasi penelitian ini adalah peninjauan dampak El Nino hanya
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. El Nino
El Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati
oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal dipantai
sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember).
El Nino adalah peristiwa meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik
Tengah dan Timur sepanjang ekuator dan secara kasat mata El Nino tidak
dapat dilihat. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
Pada keadaan normal, air laut dalam di wilayah pantai Amerika
Selatan, dekat Ekuador dan Perairan Peru yang bersuhu rendah bergerak
naik ke permukaan laut di wilayah dekat pantai yang dikenal sebagai
upwelling. Pada kondisi normal ini, angin permukaan di wilayah
Samudra Pasifik di sekitar ekuator yang dikenal sebagai Angin Pasat
Timuran (Walker Circulation) dan air laut di bawahnya mengalir dari
Timur ke Barat (Ahrens, 2007). Arah aliran ini sedikit berbelok ke utara
pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
Dalam keadaan ini penguapan di Samudra Pasifik akan meningkatkan
kelembaban udara di atasnya sehingga Angin Pasat Timuran
menyebabkan beberapa daerah seperti Samudra Pasifik Barat, wilayah
Indonesia dan Australia Utara berpotensi untuk tumbuh awan-awan
6
Pada saat El Nino terjadi, perairan yang lebih panas di Pasifik tengah
dan timur membuat suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di
atasnya meningkat. Kejadian ini mendorong pembentukan awan yang
akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Tekanan
udara di bagian barat Samudra Pasifik meningkat sehingga menghambat
pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, akibatnya
beberapa wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan yang jauh
dari normal.
Gambar 1. Sirkulasi Angin Pasat Timuran pada Kondisi Normal
7
Gambar 3. Sirkulasi Angin Pasat Timuran pada Kondisi El Nino
Gambar 4. Proses Upwelling pada Kondisi El Nino
(Sumber: http://winds.jpl.nasa.gov/images/winds_over_ocean2.gif)
Berdasar intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai :
1. El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di
Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3
8
2. El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut
di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3
bulan berturut-turut.
3. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut (Salmawati, 2010).
El Nino merupakan fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi
kondisi iklim di berbagai tempat.
1. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global
a) Angin pasat timuran melemah. Angin pasat adalah angin yang bertiup di
dua daerah bertekanan maksimum subtropika utara dan selatan secara
terus-menerus menuju ke arah equator atau katulistiwa.
b) Sirkulasi muson melemah. Angin muson atau angin musim adalah angin
yang bertiup setengah tahun tahun sekali berganti arah berlawanan. Ada
dua macam angin muson yaitu:
1) Angin muson barat. Bertiup pada bulan Oktober-April dari arah barat laut
(Asia) ke arah selatan (Australia). Angin ini bersifat basah dan lembab.
Di waktu ini Indonesia mengalami musim penghujan.
2) Angin muson timur. Bertiup pada bulan April-Oktober, dari Australia ke
Asia. Angin muson timur bersifat kering, panas, dan mengandung uar air
sedikit.
c) Kekeringan di beberapa wilayah, seperti Australia (Chiew et al., 1998),
Amerika Tengah, Afrika Tenggara, Indonesia bagian Selatan (Cai et al.,
9
Lanka (Chandimala dan Zubair, 2007). Wilayah di dunia yang
terpengaruh secara konsisten dan signifikan oleh ENSO sebanyak 17
wilayah inti (Ropelewski dan Halpert, 1987). El Nino juga menurunkan
debit sungai di Amerika Serikat (Kahya dan Dracup, 1993), Sri Lanka
(Chandimala dan Zubair, 2007), Turki (Kahya dan Karabork, 2001) dan
Australia (Chiew et al.,1998).
d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat
serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
2. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah
Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat
tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi
geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak
seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. El Nino
pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan
berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan
meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. Kekeringan
dan kebakaran hutan terparah yang pernah terjadi selama 50 tahun terjadi
di tahun 1997. Polusi udara yang ditimbulkannya menyebar hingga ke
seluruh wilayah ditambah Negara-negara tetangga seperti Brunei,
10
B. Monitoring El Nino
Salah satu metode pengukuran El Nino adalah dengan menggunakan
Southern Oscilliation Index (SOI). Southern Oscilation Index adalah
indeks El Nino dengan melihat perubahan anomali SLP (Sea Level
Pressure). Indeks osilasi selatan atau SOI (Southern Oscillation Index)
merupakan suatu nilai yang menunjukkan telah terjadi peristiwa El Nino
atau tidak. Indeks Osilasi Selatan menyatakan perbedaan antara tekanan
atmosfer di atas permukaan laut di Tahiti (Pasifik Timur) dengan tekanan
atmosfir diatas permukaan laut di Darwin (Pasifik Barat) akibat
perbedaan temperatur muka laut di kedua wilayah tersebut. Apabila nilai
Indeks Osilasi Selatan berada pada harga minus dalam jangka waktu 3
bulan berturut-turut maka telah terjadi El Nino.
Semakin negatif semakin kuat kejadian El Nino. Menurut
pengamatan El Nino berulang dalam rentang 2 sampai 7 tahun atau
rata-rata terjadi empat tahun sekali (Sarachik, 2010). SOI ada 2 yaitu
Tradisional SOI yag merupakan perbedaan anomali tekanan permukaan
laut dari keadaan normalnya di antara tekanan permukaan laut di Tahiti
dan di Darwin. Sedangkan yang kedua adalah Equatorial SOI yaitu
perbedaan anomali tekanan permukaan laut di antara Pasifik Timur (5˚N
-5˚S, 130˚-80˚W) dan Pasifik Barat (5˚N-5˚S, 90˚-140˚E). Keduanya
11
C. Curah Hujan
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi. Presipitasi adalah proses
pengendapan air dari atmosfer pada permukaan bumi dalam bentuk cair
(tetes hujan) dan padat (salju) (Tjasyono (2008). Di Indonesia presipitasi
yang terjadi adalah dalam bentuk cair (tetes hujan). Jumlah curah hujan
dicatat dalam inci atau millimeter. Jumlah curah hujan 1 mm
menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi yang datar
seluas 1 m2 jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004).
Intensitas hujan sangat dipengaruhi oleh letak geografi, topografi,
arah angin dan letak lintang. Dalam skala waktu keragaman curah hujan
dibagi atas tipe harian, bulanan dan tahunan. Variasi curah hujan harian
lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, variasi bulanan dipengaruhi oleh
angin darat dan angin laut, aktivitas konveksi, arah aliran udara di
permukaan serta variasi sebaran daratan dan lautan. Variasi curah hujan
tahunan dipengaruhi oleh perilaku atmosfir global, siklon tropis dan
lain-lain (Prasetya, 2011)
Kepulauan Indonesia terletak pada 7o LU - 12o LS dan 94o BT - 142o yang menyebabkan Indonesia terletak di sekitar garis ekuator dan
berbatasan dengan Laut Pasifik di bagian Timurnya. Letak geografis ini
mengakibatkan curah hujan di Indonesia didominasi oleh pengaruh
beberapa fenomena seperti sistem monsun Asia-Australia, El Nino,
12
Circulation) serta beberapa sirkulasi karena faktor lokal (Prasetya, 2011).
Cuaca permukaan wilayah Indonesia relatif sama.
D. Hubungan antara El Nino dengan Curah Hujan
Fenomena El Nino dapat mempengaruhi iklim di seluruh dunia
walaupun pengaruhnya untuk setiap tempat berbeda-beda (Ropelewski
dan Halpert, 1986,1987; WMO, 2010). Penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa El Nino memengaruhi curah hujan serta debit
sungai (Shrestha dan Kostaschuk, 2005).Indonesia menerima dampak El
Nino yang besar karena merupakan daerah pemanasan samudera yang
paling intensif sehingga Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan
menjadi sumber utama pemanasan atmosfer global (Kahya dan Dracup,
1993). Adanya El Nino akan mempengaruhi curah hujan di Indonesia.
Terjadinya El Nino menyebabkan musim penghujan datang lebih akhir
dan musim kemarau panjang di Indonesia serta menurunkan total curah
hujan (Tjasyono, 1996). Adapun La Nina merupakan penyebab
meningkatnya curah hujan di Indonesia (Raswa, 2003; Qian et al., 2010).
Ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan tahun
terjadinya El Nino. Penelitian ini menggunakan SOI untuk memprediksi
serta menghitung kekuatan El Nino. Nilai SOI dapat dihitung dengan
13
Keterangan :
Pdiff = Selisih tekanan permukaan air laut di Tahiti dan di
aaaDarwin
Pdiffav = Rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan tersebut
SD Pdiff = Standar deviasi Pdiff
Jika nilai SOI negatif maka tekanan di Tahiti relatif lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan di Darwin. Kondisi ini menyebabkan
bergesernya kolam hangat dari Pasifik Barat ke Pasifik Timur sehingga
terjadi pertumbuhan awan di Pasifik Timur di atas normalnya dan terjadi
kekeringan di Pasifik Barat terutama di Indonesia Timur karena suplai
uap air bergeser ke timur. Fenomena ini yang disebut dengan fenomena
El Nino. Jika nilai SOI positif maka keadaan sebaliknya dan fenomena
ini dikenal dengan fenomena La Nina. Nilai SOI bulanan telah dihitung
oleh sebuah lembaga yaitu Badan Meterorologi Australia yang datanya
14
Tabel 1. Data Nilai SOI Tahun 1990-2014
Sumber : Badan Meteorologi Australia
E. Kondisi Geografis Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota
provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu
gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah
barat laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat
dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun
sebaliknya.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim Bandar
Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978),
15
berkisar antara 2.257 – 2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166
hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%, dan suhu udara
23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah dominan
dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur
(Juni-Agustus), dan Selatan (September-Oktober).
Parameter iklim yang sangat relevan untuk perencanaan wilayah
perkotaan adalah curah hujan maksimum, karena terkait langsung dengan
kejadian banjir dan desain sistem drainase. Berdasarkan data selama 14
tahun yang tercatat di stasiun klimatologi Pahoman dan Sumur Putri
(Kecamatan Teluk Betung Utara), dan Sukamaju Kubang (Kecamatan
Panjang), curah hujan maksimum terjadi antara bulan Desember sampai
dengan April, dan dapat mencapai 185 mm/hari.
F. Topografi Kota Bandar Lampung
Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran
pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian
permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan
hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan
puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau
serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap
wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
1. Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan
16
2. Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di
bagian Utara
3. Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
4. Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar
Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung,
Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu
Serampok di bagian Timur. Berikut peta posisi Kota Bandar
Lampung (lihat Gambar 5 dan Gambar 6).
17
Gambar 6. Citra Satelit Kota Bandar Lampung
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan
Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada
ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung
Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing
hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.
G. Kondisi Hidrologi Kota Bandar Lampung
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2
sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai
kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai)
yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar
18
tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian
berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:
Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir
Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung
Selatan, dan Teluk Betung Barat.
Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton,
Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling,
bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah
Kecamatan Sukabumi.
Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada
di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang
Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian
kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di
sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara
Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat
Kecamatan Teluk Betung Selatan.
Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
H. Bulan Basah, Bulan Kering, Tahun Basah, dan Tahun Kering
Masyarakat pada umumnya menyebut bulan-bulan basah atau musim
basah terjadi pada Desember, Januari, Februari (DJF). Sedangkan
19
dalam setahun masuk ke dalam bulan-bulan peralihan. Peralihan dari
musim penghujan ke musim kemarau terjadi pada Maret, April, dan Mei.
Sedangkan musim peralihan sebaliknya adalah September, Oktober, dan
November. Waktu terjadinya bulan basah dan bulan kering tidak sama
untuk setiap tempat. Hal ini dikarenakan iklim atau musim yang
berbeda-beda untuk setiap daerah Indonesia. Perbedaan iklim
dipengaruhi oleh faktor pengendali iklim yang mencakup radiasi surya,
letak geografis, ketinggian, posisi lokasi terhadap laut, pusat tekanan
tinggi (high) dan rendah (low), aliran massa udara, halangan oleh
pegunungan, dan arus laut. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
bulan kering, bulan lembab, menurut Schmidth-Fergusson adalah sebagai
berikut :
a. bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm
b. bulan lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 60 sampai
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaadengan 100 mm
c. bulan basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 100 mm.
Tahun basah adalah tahun yang curah hujan tahunannya lebih besar
dari curah hujan rata-rata dalam satu periode waktu tertentu. Sedangkan
tahun kering adalah tahun yang curah hujan tahunannya lebih kecil dari
curah hujan rata-rata dalam satu periode waktu tertentu.
I. Analisis Korelasi
Analisis Korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk
20
lebih. Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat
atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih.
Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien
korelasi.
Uji korelasi adalah metode pengujian yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel yang datanya kuntitatif. Selain
dapat mengetahui derajat keeratan hubungan korelasi juga dapat
digunakan untuk mengetahui arah hubungan dua variabel numerik,
misalnya apakah hubungan berat badan dan tinggi badan mempunyai
derajat yang kuat atau lemah dan juga apakah kedua variabel tersebut
berpola positif atau negatif. (Armaidi, 2010).
Analisis korelasi dalam penelitian ini menggunakan Korelasi
Pearson. Korelasi Pearson dipilih karena merupakan metode yang paling
populer untuk mengukur hubungan dua variabel (Rodgers and
Nicewander, 1988). Adapun variabel yang akan dianalisis adalah curah
hujan bulanan rata-rata dan nilai SOI bulanan. Besarnya korelasi antara
dua variabel dinyatakan dengan bilangan yang disebut koefisien korelasi
(nilai r). Koefisien korelasi itu berkisar antara 0,00 dan +1,00 (korelasi
positif) dan atau diantara 0,00 sampai -1,00 (korelasi negatif), tergantung
pada arah hubungan positif ataukah negatif. Koefisien yang bertanda
positif menunjukkan bahwa arah korelasi tersebut positif, dan koefisien
yang bertanda negatif menunjukkan arah korelasi yang negatif.
Sedangkan koefisien yang bernilai 0,00 menunjukkan tidak adanya
21
Tabel 2. Skala Koefisien Korelasi Pearson
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,1999 Sangat lemah
Pengukuran hujan sering mengalami dua masalah. Yang pertama adalah
rusaknya alat atau pengamat tidak mencatat data dan perubahan kondisi di
lokasi pencatatan, seperti pemindahan atau perbaikan stasiun. Kedua
masalah ini dapat diselesaikan dengan melakukan koreksi berdasarkan
data beberapa stasiun di sekitarnya. Data hujan yang hilang dapat diisi
dengan nilai perkiraan berdasarkan tiga atau lebih stasiun di sekitarnya.
Salah satu metode yang digunakan untuk memperkirakan data hujan yang
hilang adalah Reciprocal Method dengan rumus sebagai berikut :
dengan :
px = data hujan yang hilang di stasiun x
pi = data hujan di stasiun sekitarnya
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Umum
Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa
sehingga memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian.
Metodologi yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan
pengolahan data sekunder berupa data curah hujan bulanan Kota Bandar
Lampung dari tahun 1987 – 2006 serta mengumpulkan beberapa informasi
yang dibutuhkan. Data sekunder tersebut juga dapat berupa studi literatur
tentang buku-buku, artikel dan jurnal-jurnal yang membahas tentang El Nino
sebagai acuan dalam mengerjakan penelitian ini.
Penelitian dilakukan di empat stasiun pengamatan hujan di Kota Bandar
Lampung yaitu Stasiun Kemiling, Stasiun Sumur Putri, Stasiun Sukarame,
dan Stasiun Sumberejo. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap
pertama yaitu studi literatur dilakukan pada bulan Maret 2014. Tahap kedua
yaitu pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2014. Tahap ketiga yaitu
23
B. Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri dari:
1. Studi Literatur
Mengadakan studi literatur, baik pada buku-buku yang membahas
tentang El Nino maupun pada jurnal dan penelitian tentang El Nino
yang telah dilakukan, guna memberikan pengetahuan yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Curah hujan bulanan yang didapat dari seluruh stasiun pengamatan
curah hujan di Kota Bandar Lampung dari tahun 1987-2006 (Ada
4 stasiun).
b. Data SOI (Southern Oscilliation Index) yang didapat dari Badan Meteorologi Australia dari tahun 1987-2006.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengolah data sekunder. Tahapan
24
1. Mengindentifikasi tahun basah dan tahun kering
a. Memeriksa data, bertujuan untuk mengetahui data hujan yang
salah akibat rusaknya alat atau perubahan kondisi di stasiun
pengamatan hujan.
b. Mengisi data hujan yang hilang. Data hujan yang salah
berdasarkan pemeriksaan data diganti dengan mengisi data
tersebut dengan pengisian data hujan yang hilang
menggunakan Metode Rechipocral.
2. Menghitung nilai r Korelasi Pearson
a. Membandingkan nilai SOI pada tahun terjadinya El Nino dan
c. Membuat grafik r bulanan untuk setiap tahun di setiap stasiun
pengamatan hujan.
d. Menganalisis waktu dan tempat yang sensitif terhadap El Nino.
e. Menggambarkan sebaran sensitifitas El Nino di Kota Bandar
25
C. Diagram Alir Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dan berjalan sesuai dengan target, maka
diperlukan sebuah langkah kerja untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam pengerjaannya. Tahap-tahap penelitian yang akan
26
Gambar 7. Diagam Alir Penelitian. MULAI
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Pengolahan Data
(Nilai r dari Korelasi Pearson)
Pengolahan Data
(Tahun Basah dan Tahun Kering) Data SOI (Southern
Oscilliation Index) dari tahun 1987 – 2006.
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
65
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan perhitungan koefisien Korelasi Pearson, hubungan antara
El Nino dengan fluktuasi curah hujan di stasiun pengamatan curah di
Bandar Lampung hasilnya berbeda-beda, di Stasiun Pahoman
pengaruh El Nino sangat lemah (nilai r = 0,12), di Stasiun Sumur Putri
pengaruh El Nino cukup kuat (nilai r = 0,49), di Stasiun Sukarame
pengaruh El Nino cukup kuat (nilai r = 0,55), dan di Stasiun
Sumberejo pengaruh El Nino kua (nilai r = 0,66).
2. Bulan yang sensitif terhadap El Nino adalah bulan Agustus – Oktober,
dilihat dari nilai r tertinggi dari masing-masing stasiun pengamatan
hujan di Bandar Lampung.
3. Berdasarkan perhitungan tahun basah dan tahun kering, dampak El
66
B. Saran
1. Dilakukan penelusuran riwayat stasiun hujan yang diamati apakah
pernah mengalami kerusakan atau tidak, agar didapat data curah hujan
yang akurat.
2. Bulan yang sensitif terhadap El Nino adalah bulan Agustus-Oktober,
maka perlu dilakukan upaya preventif untuk mengantisipasi
kekeringan yang mungkin terjadi pada bulan-bulan tersebut, seperti
DAFTAR PUSTAKA
Ahrens, D. 2007. Meteorologi Today An Introduction To Weather, Climate and The Environment. Thompson Higher Education USA.
Barros, V.R., M.E.Doyle, I.A.Camilloni. 2008. Precipitation Trends in Southeastern South America: Relationship with the ENSO Phases dan with Low-Level Circulation. Theoretical dan Applied Climatology 93:19-33. Diakses tanggal 2 Februari 2011 dari Springerlink.
BoM. 2014. Southernern Oscillation Index. Diakses tanggal 18 Maret2014 dari www. bom.gov.au.
Cai, W., P.H.Whetton, A.B. Pittock. 2001. Fluctuations of the Relationship Between ENSO dan northeast Australian Rainfall. Climate Dynamics 17: 421 – 432. Diakses tanggal 1 Februari 2011 dari Springerlink.
Chandimala, J. dan L. Zubair. 2007. Predictability of Streamflow dan Rainfall Based on ENSO for Water Resources Management in Sri Lanka. Journal of Hydrology 335: 303-312. Diakses tanggal 12 Februari 2011 dari Springerlink.
Chiew, F.H.S., T.C.Piechota, J.A.Dracup, T.A.McMahon. 1998. El Nino/Southern Oscillation dan Australian Rainfall, Streamflow, dan Drought: Links dan Potential for Forecasting. Journal of Hydrology 204: 138 – 149. Diakses tanggal 11 Desember 2010 dari Springerlink.
Halpert, M.S. dan C.F.Ropelewski. 1992. Surface Temperature Patterns Associated with the Southern Oscillation. Journal of Climate 5: 577- 594.
Kahya, E. dan J.A.Dracup. 1993. US Streamflow Patterns in Relation to the El Nino/Southern Oscillation. Water Resources Research 29 (8): 2491- 2503. Diakses tanggal 2 Februari 2011 dari Springerlink.
Mulyanti, Heri. 2012. Pengaruh El Nino/Southern Oscillation (Enso) terhadap Curah Hujan Bulanan Pulau Jawa. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Prasetya, R. 2011. Analisis Curah Hujan Akibat Siklon Tropis Nangka, Parma dan Nida di Sulawesi Utara. (Skripsi Sarjana). Unsrat : Sulawesi Utara.
Qian, J.H., A.W.Robertson, V. Moron. 2010. Interaction Among ENSO, the Monsoon, dan Diurnal Cycle in Rainfall Variability Over Java, Indonesia. Journal of the Atmospheric Sciences 67: 3509 – 3524. Diakses tanggal 11 Maret 2011 dari Springerlink.
Raswa, E. 2003. Pengaruh El Nino/Southern Oscillation Terhadap Sebaran Curah Hujan di Pulau Jawa. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada : Yogyakart.
Salmawati. 2010. Studi Pengaruh Indeks Osilasi Selatan sebagai Indikator El-Nino terhadap curah hujan di Sulawesi Utara. (Skripsi). Unsrat : Sulawesi Utara.
Sarachik, E.S dan M.A. Cane. 2010. The El-Nino Southern Oscillation Phenomenon. Cambridge University Press. USA.
Shrestha, A. dan R. Kostaschuk. 2005. El Nino/Southern Oscillation (ENSO)- Related Variability in Mean-Monthly Streamflow in Nepal. Journal of Hydrology 308: 33 – 49. Diakses tanggal 11 Desember 2010 dari Sciencedirect.