• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN

DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA

IDUL ADHA 2009 PADA PETERNAKAN

BERKAH SEPUH FARM)

SKRIPSI

M. FACHRI JAMASYARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ii RINGKASAN

M. FACHRI JAMASYARI D14052705. 2012. Analisis Perbandingan Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setiono, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS.

Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana. Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya yang cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang cukup luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi seperti wool, kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk beberapa industrI. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sistem produksi, serta perbedaan kauntungan kambing dan domba pada saat hari raya Idul Adha tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009 di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong Limus rt 02/06 desa Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing 51 ekor untuk domba dan 59 ekor pada kambing, dimana bobot rata dari ternak adalah 15-20 kg. Pemberian pakan ini dilakukan selama lima bulan (Agustus– Desember). Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan keuntungan antara domba dan kambing.

Sistem produksi antara ternak domba dan kambing tidak begitu berbeda perbedaan hanya di tunjukkan pada saat pembersihan ternak dimana domba harus dilakukan pemotongan bulu sedangkan kambing tidak. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa penjualan ternak domba jauh lebih menguntungkan dan memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah.

(3)

iii ABSTRACT

Compared Analysis of Sales Revenue from Sheep and Goat Jamasyari, M.F., D. J. Setiono and M. Duldjaman

Fattening sheep and goats is one of the livestock business in Indonesia. The advantages of this business is sheep and goats have the endurance and high adaptability to environmental changes as well as a fairly short time of production. This study aims to determine the differences in production systems, as well as differences in the benefits of goats and sheep when Idul Adha. Animals used were male Local goat and a thin tail sheep males aged less than one year. Amounted to 51 each tail to tail on the sheep and 59 goats, where the average weight of cattle is 15-20 kg. Feeding was conducted over five months (August-December). The results are displayed in tabular form to facilitate the calculation of the data. The analysis conducted in this study consisted of descriptive analysis, and analysis of comparative revenue between sheep and goats.

Livestock production system between sheep and goats are not so different. The difference only in the show when sheep shearing must be done while the goats are not. The results of this study also showed that sales of sheep is much more profit and the production costs are much lower.

(4)

iv

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN

DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA

IDUL ADHA 2009 PADA PETERNAKAN

BERKAH SEPUH FARM)

M. FACHRI JAMASYARI

D14052705

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

v Judul : ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA IDUL ADHA 2009 PADA PETERNAKAN BERKAH SEPUH FARM)

Nama : M. Fachri Jamasyari

NIM : D14052705

Menyetujui,

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Ir. Dwi Joko Setiono, MS. NIP. 19601123 198903 1001

(6)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Pebruari 1988 di Bandung, Jawa Barat. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus dan Ibu Neneng.

Pendidikan pertama kali diselesaikan di SD Negeri Mangkura Makasar, Sulawesi Selatan pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri Denpasar, Bali dan pendidikan menengah umum di SMU BPI 3 Bandung dan diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.

Selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan seperti HIMAPROTER sebagai anggota Divisi ABC. Selain itu penulis juga aktif dalam rohis mahasiswa sebagai ketua divisi Infokom.

Kegiatan – kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah antara lain menjadi asisten mata kuliah Ilmu Produksi dan Teknologi Ruminansia Kecil. Selain itu, penulis juga sempat menjadi panitia dalam Seminar Nasional Flu

Burung, dan TRALIS-D. Serta pada tahun 2009 – 2011 penulis berwirausaha

(7)

vii KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan nikmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umat muslim hingga akhir zaman.

Penelitian yang penulis lakukan mengambil judul “ANALISIS

PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN DOMBA DAN KAMBING (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm) (BSF) ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui perbedaan keuntungan penjualan domba dan kambing. Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya dan dapat diterapkan secara nyata di masyarakat.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua pihak untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan sehingga skripsi ini diharapkan menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Terakhir, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Nopember 2011

Penulis

(8)

viii

Pemilihan Bibit Kambing dan Domba ... 5

Pemeliharaan kambing dan Domba ... 6

Pemberian Pakan ... 6

Pemeliharaan dan Penggemukan ... 12

Penjualan dan Pengumpulan data ... 12

Analisis data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Domba dan Kambing ... 15

Pemilihan Bibit ... 15

(9)

ix

Pemberian Pakan ... 16

Penggemukan ... 17

Perkandangan ... 17

Pengedalian Penyakit ... 18

Pemasaran Domba dan Kambing ... 18

Analisis Perbandingan Keuntungan ... 19

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

UCAPAN TERIMA KASIH ... 27

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbedaan Domba dan Kambing... 3

2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)... 16

3. Jumlah penjualan ternak di Bogor dan Jakarta... 19

4. Biaya Produksi Kambing... 19

5. Biaya Produksi Domba... 20

6. Hasil Penjualan Kambing... 21

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. PBBH Domba ... 28

2. PBBH Kambing………... 29

3. Pembelian Kambing... 29

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan bangkrutnya sebagian besar usaha skala besar telah menggugah kesadaran para pengambil kebijakan politisi, peneliti, akademisi, pengamat dan berbagai kalangan masyarakat lainnya terhadap arti penting perekonomian rakyat atau usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian nasional. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan.

Sub sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sub sektor peternakan memiliki potensi yang baik jika melihat dari peluang pasar, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, permintaan terhadap daging dan produk ternak yang lain terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan pendapatan yang diiringi dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya protein hewani. Salah satu usaha peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah usaha ternak domba dan kambing.

Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu komoditi utama sub sektor peternakan dalam upaya pembangunan dan pengembangan peternakan secara keseluruhan. Populasi ternak ini di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.

Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana. Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya yang cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang cukup luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi seperti wool, kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk beberapa industri (Sodiq & Abidin 2002). Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.

(13)

2 permintaan akan kambing dan domba pada saat hari raya Idhul Adha juga menjadi tujuan dari peternakan ini. Pada tahun 2009, kapasitas kandang peternakan ini mencapai lebih dari 400 ekor. Tingginya kapasitas kandang ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ternak domba dan kambing khususnya untuk hari raya Idhul Adha.

Perumusan Masalah

Domba dan kambing merupakan hewan yang memiliki tingkat permintaan yang tinggi saat hari raya Idhul Adha. Namun, setiap daerah memiliki rasio permintaan yang berbeda-beda dimana ada beberapa daerah yang lebih memilih kambing dibandingkan domba. Perbedaan rasio permintaan ini yang menyebabkan peternakan BSF menyediakan kedua ternak tersebut baik domba maupun kambing. Akibat perbedaan tingkat permintaan ini maka dibutuhkan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui serta membedakan tingkat keuntungan masing-masing ternak tersebut dari segi modal dan manajemen pemeliharaan.

Tujuan

(14)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing dan Domba

Ensminger (2002) menyatakan bahwa kambing dan domba merupakan hewan yang pertama didomestikasi sekitar 7000-6000 SM. Mulyono (2003) menyatakan bahwa banyak kalangan yang mengira kambing dan domba adalah sama. Namun perlu diketahui bahwa keduanya merupakan makhluk yang berlainan dan keduanya memiliki bangsa yang berbeda. Ada beberapa hal yang mirip antara kambing dan domba sehingga banyak kalangan mengatakan keduanya sama saja. Kesamaan atau

kemiripan itu seperti bunyi “mengembek”, rasa daging, ukuran dan bentuk tubuh,

bentuk kepala maupun kaki. Dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda. Perbedaan anatomi dan ditunjang jumlah kromosom yang berbeda membuat keduanya tidak dapat dikawinsilangkan. Ensminger (2002) menyebutkan bahwa salah satu perbedaan domba dan kambing adalah domba tidak akan menjadi liar jika dikembalikan ke alam bebas sedangkan kambing akan dengan mudah menjadi liar.

Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing

Domba Kambing

Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata

(15)

4 Jenis Ternak Domba dan Kambing

Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, terutama saat melakukan seleksi induk dan pejantan (Mulyono 2003). Jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Kambing kacang: merupakan kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan relatif pendek. Kambing ini biasa disebut kambing jawa. Kambing kacang tidak mempunyai garis keturunan yang khusus karena sebagian besar sistem perkawinannya terjadi di tanah lapang.

2) Kambing merica: merupakan kambing asli Indonesia. Jenis kambing ini mempunyai ukuran badan yang relatif kecil dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi.

3) Kambing gembrong: merupakan kambing lokal Indonesia yang banyak ditemui di pulau Bali dengan bentuk badan yang lebih besar daripada kambing kacang. 4) Kambing etawah: merupakan kambing yang berasal dari India. Jenis kambing ini

mempunyai kelebihan pada produksi susunya. Kambing etawah mempunyai telinga yang panjang sampai 30 cm dan warna bulu yang belang antara hitam-putih, atau cokelat-putih.

5) Kambing peranakan etawah: merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing etawah dan dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia. Kambing jenis ini mempunyai ciri-ciri antara kambing kacang dan kambing etawah.

6) Kambing saanen: merupakan kambing yang berasal dari daratan Eropa. Jenis kambing ini termasuk tipe perah. Kambing saanen mempunyai telinga relatif kecil dan tegak, baik jantan maupun betina tidak bertanduk.

Jenis-jenis domba yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Domba ekor tipis (lokal): merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 % populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono 2003). Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa. 2. Domba priangan: berasal dari Jawa Barat. Jenis domba ini biasa disebut domba

(16)

5 3. Domba ekor gemuk: banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawaesi, dan Lombok. Jenis domba ini mempunyai ciri khas yaitu bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, dan semakin ke ujung semakin kecil ekor membantuk huruf v dan s.

4. Domba merino: berasal dari daerah Asia kecil. Jenis domba ini dikenal sebagai penghasil wool terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Domba merino berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia.

5. Domba suffolk: berasal dari Inggris dengan bobot badan yang tinggi. Domba jenis ini unggul karena persentase daging yang tinggi, yaitu 55-65 % dari bobot badan.

6. Domba dorset: merupakan tipe daging yang bagus dan penghasil wool sedang. Presentase daging yang dapat dihasilkan jenis domba ini adalah sebesar 50-65 % dari bobot badan.

Pemilihan Bibit Kambing dan Domba

Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, pedaging atau perah. Sumoprotowo (1993) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh bakalan-bakalan yang akan memberikan Pertambahan bobot badan harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman & Rahayu, 1996).

Pemeliharaan Ternak Domba dan kambing

Dalam melakukan pemeliharaan ternak baik domba maupun kambing terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pemberian pakan, penggemukan, perkandangan, dan pengendalian penyakit ternak.

Pemberian Pakan

(17)

6 digolongkan menjadi dua kategori, yakni hijauan dan konsentrat (Parakkasi 1999). Tingkat konsumsi pakan dapat mempengaruhi pemberian pakan. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hewan, makanan yang diberikan, dan faktor lingkungan (Tillman et al. 1998). Menurut Ensminger (1990), faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak adalah warna hijauan, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi pakan. Konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan, karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut

and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar.

Penggemukan

Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Tujuan pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein adalah untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan. Terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan) (Parakkasi 1999).

Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang) (Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat.

(18)

7 (Klosterman, 1972 dalam Parakkasi, 1999). Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001).

Perkandangan

Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa sebelum mulai memelihara kambing dan domba pembuatan kandang untuk pemeliharaan ternak tersebut harus dipertimbangkan. Kandang harus tidak dibangun pada tempat dari mana arah angin bertiup pada tanah yang lebih tinggi dari lokasi rumah petani. Bambang dan Nazarudin (1994) menambahkan pada umumnya ada dua macam domba, yaitu tipe panggung dan tipe mupuk (tanpa panggung). Namun demikian, ditinjau dari banyak segi kandang tipe panggung adalah yang paling baik. Kandang tipe ini lebih menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar dapat masuk, menghemat tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk meski sepintas membuat peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan, justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang yang baik adalah sebagai berikut (Bambang & Nazarudin 1994):

1) Ruang utama

Ruangan ini adalah tempat kambing dan domba berada. Kambing dan domba dewasa memerlukan ruangan berukuran 1 x 1,5 meter, sedangkan kambing dan domba kecil memerlukan ruangan ukuran 1 x 1 meter.

2) Tempat pakan

(19)

8 3) Tempat minum

Tempat minum dapat berupa bak air permanen atau potongan drum minyak tanah yang telah dicat dan ditempatkan di luar kandang. Tempat minum yang terbuat dari ember dapat ditempatkan di sudut tempat pakan.

4) Tempat garam

Tempat garam dibuat dari kotak kayu, bambu atau bahan lain yang tidak berkarat dan ditempatkan di salah satu sudut tempat pakan. Jika garam yang diberikan berupa garam cetakan, maka cukup digantungkan di atas tempat pakan sehingga kambing dan domba tinggal menjilatnya.

5) Dinding

Tinggi dinding berhubungan langsung dengan ventilasi udara. Dinding di sebelah kiri dan kanan kandang dibuat rapat dari bawah ke atas. Untuk dinding belakang yang rapat cukup 1 meter, sisanya dibuat rui-ruji agar udara segar masuk ke dalam kandang. Dinding bagian depan yang rapat hanya 20 cm pada bagian bawah, sisanya merupakan tempat pakan.

6) Tangga

Kemiringan tangga hendaknya landai agar kambing dan domba mudah melewatinya. Kemiringan tangga paling terjal membentuk sudut 450.

7) Serambi

Serambi adalah ruangan di bawah atap bagian ujung kandang tidak berdinding. Serambi berfungsi sebagai tempat untuk menaruh hijauan sebelum diberikan kepada kambing dan domba.

Pengendalian Penyakit Ternak

(20)

9 Pemasaran

Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang dan atau jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis kelayakan aspek ini yang utama adalah :

a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.

b) Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta keputusan konsumen atas produk.

c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. Mulyono (2003) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan aspek yang sangat menentukan tingkat keuntungan. Apabila penjualan pada waktu yang tepat maka produk akan laku pada tingkat harga yang baik. Waktu pemasaran yang tepat adalah saat jumlah konsumen maksimal dan jumlah produk yang ada di pasaran minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat kapasitas atau kemampuan ternak dan atau alat produksi mencapai maksimal.

Biaya

Menurut Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Rony (1990) menyatakan bahwa menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar-menukar ataupun melalui pemberian jasa.

Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007) menggolongkan biaya menurut dasar tujuan yang hendak dicapai.

a) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b) Biaya semi variabel

(21)

10 c) Biaya semi fixed

Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam jumlah kisaran volume kegiatan tertentu.

Laba dan Rugi

Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban labih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba dan rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Penetapan laba dan rugi juga dapat menjadi indikator bahaya terhadap kelangsungan hidup perusahaan sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan (Soemarso 2005). Handoko, (2000) menyatakan bahwa untuk memungkinkan analisa yang baik maka dalam menyusun laporan laba rugi, lazimnya dibedakan menjadi:

1) Laba (rugi) dari operasi.

Laba dari operasi adalah selisish antara hasil dan biaya-biaya “operasi biasa”. Operasi biasa adalah aktivitas-aktivitas yang memang termasuk rencana perusahaan.

2) Laba (rugi) di luar operasi biasa (non-operating income).

Dalam kelompok ini termasuk semua hasil dan biaya yang bukan didapat dari operasi biasa.

3) Koreksi-koreksi atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu (kalau ada). Kasalahan atasa perhitungan laba tahun-tahun yang lalu menyebabkan pergeseran yang akan mengganggu laba-rugi tahun yang terakhir.

4) Pajak.

(22)

11

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009 di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong Limus rt 02/06 desa Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing 51 ekor untuk domba dan 59 ekor pada kambing. Domba diperoleh dari pasar ternak Jonggol dan Cicurug sedangkan kambing diperoleh dari dari pasar ternak yang berada di Jawa Tengah, dimana bobot rata dari ternak adalah 15-20 kg.

Pakan dan Obat-obatan

Pakan yang digunakan adalah daun ubi jalar. Pakan ini mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga ternak tidak perlu diberikan air minum. Obat yang digunakan meliputi obat sakit mata, penyakit kuku dan kaki, diare, kembung

(bloating), penyakit mulut (orph), dan juga antraks.

Peralatan dan Perkandangan

Peralatan yang digunakan meliputi timbangan pegas, ban bekas, alat tulis, gunting kuku dan bulu domba, suntuk, tali tambang, label, arit, sapu, dan karung,. Kandang yang digunakan adalah kandang tipe panggung individu dimana kambing dan domba ditempatkan dalam kandang yang berbeda dengan posisi ternak dan tempat pakan head to head.

Prosedur Persiapan

(23)

12 yang berada di daerah Wonosobo dimana harga kambing Rp. 550.000 sampai Rp. 1.000.000, sedangkan domba diperoleh dari pasar ternak jonggol dan cicurug dengan harga rata-rata sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 550.000. Setelah ternak sampai maka dilakukan adaptasi terhadap lingkungan dan pakan selama 2 minggu. Selain adaptasi pemeriksaan kesehatan pun dilakukan agar menekan angka kematian yang cukup tinggi karena pengaruh transportasi apabila tidak ditanggulangi dengan baik.

Pemeliharaan dan Penggemukan

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari dan secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari (18.00 WIB). Pemberian pakan ini dilakukan selama empat bulan (Agustus– Desember). Pakan yang diberikan adalah daun ubi jalar dan satu bulan sebelum penjualan akan diberikan konsentrat, air minum tidak perlu diberikan karena daun ubi jalar memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Penimbangan ternak hanya dilakukan saat awal penggemukan dan akhir penggemukan sebelum dilakukan penjualan.

Penjualan Ternak dan Pengumpulan Data

Ternak yang telah digemukkan akan dijual dengan daerah pemasaran Jabodetabek, ternak akan dijual sesuai dengan bobot ternak. Setelah itu data penjualan akan dikumpulkan sebagai utama. Strategi pemasaran dilakukan dengan penyebaran leaflet dan flyer disekitar daerah Bogor dan beberapa tempat di Jakarta. Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer dengan program Microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan keuntungan antara domba dan kambing.

(24)

13 Analisis Perbandingan Keuntungan

Analisis keuntungan merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Analisis keuntungan dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha sesuai dengan kapasitas produksi. Keuntungan dibagi menjadi keuntungan atas biaya tunai dan biaya total. Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pengeluaran total dibagi menjadi dua bagian, variabel dan tetap. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dan berubah sesuai banyaknya output yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap mencakup biaya tidak langsung dikeluarkan seperti biaya sewa, listrik, pajak dan biaya penyusutan (Soemarso 2005). Dalam penelitian ini analisis keuntungan dilakukan atas biaya total saja. Perhitungan keuntungan usaha atas biaya total secara matematis adalah:

Dimana: π = keuntungan usaha TR = penerimaan total TB = total biaya

Analisis keuntungan usaha selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Untuk mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usaha ternak domba dan kambing dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Dimana:

Jika R/C > 1 maka usaha tersebut menguntungkan dan lebih efisien untuk diusahakan Jika R/C < 1 maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan tidak efisien

(25)
(26)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Domba dan Kambing

Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor sedangkan kambing sebanyak 59 ekor. Domba dan Kambing tersebut dipelihara untuk di jual pada hari raya idul Adha, dimana tingkat permintaan sangat tinggi. Mulyono (2003) menyatakan domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80% populasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba yang umumnya saat hari raya idul adha adalah Domba ekor tipis dan Domba Gibas. Jika dilihat dari perbandingan harga bibit harga domba gibas memiliki harga yang jauh lebih tinggi. Selain itu permintaan konsumen yang berada di daerah jabotabek lebih memilih domba ekor tipis, Sedangkan permintaan konsumen untuk kambing, umumnya lebih memilih kambing jawa.

Pemilihan Bibit

Jenis kambing dan domba yang dipilih BSF adalah kambing kacang dan domba ekor tipis. Kedua jenis ternak tersebut dipilih sebagai komoditi dengan mempertimbangkan beberapa alasan, diantaranya adalah bibitnya yang mudah didapat dan harganya relatif lebih murah dibandingkan ternak jenis lain. Selain itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan ke beberapa peternakan lain di Jawa Barat, domba ekor tipis dan kambing kacang lebih banyak diternakkan. Hal ini berkaitan dengan perilaku konsumen Jawa Barat yang lebih menyukai domba ekor tipis ataupun kambing kacang dibandingkan jenis domba dan kambing lainnya.

(27)

16 dilihat sebagai penilaian dasar kualitas bibit domba dan kambing yaitu Bentuk tubuh : Pilih yang besar diantara pejantan yang umurnya sama. Dada lebar, relatif panjang, bagian tubuh sebelah belakang lebih besar dan lebih tinggi.

Peternakan BSF memilih bibit domba dan kambing yang bobotnya berkisar 15-20 kg, sedangkan untuk kriteria umur, bibit domba dan kambing yang dipilih adalah yang berumur 6-8 bulan. Pemilihan kisaran umur tersebut didasari oleh syarat dari umur ternak yang disarankan untuk kurban adalah minimal 1 tahun. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman dan Rahayu, 1996).

Penggemukan

Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Ternak PBBH (g/ekor/hari)

Domba Kambing

60 ± 15 97 ± 26

Data menunjukkan bahwa domba memiliki pertambahan bobot badan yang lebih kecil daripada kambing. Program penggemukan yang dilakukan di BSF adalah penggemukan jangka panjang, yaitu selama tiga bulan. Yamin (2001) menambahkan bahwa Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan.Menurut Parakkasi (1999), Program penggemukan dilakukan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein bertujuan untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan. terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan).

(28)

17 (Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Mathius (1998), menambahkan Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat

Pemberian Pakan

Pemberian pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ternak kambing dan domba. Sistem pemberian pakan disesuaikan dengan sistem perkandangan. Pakan di berikan pada domba melalui system cut and carry dimana domba tidak digembalakan melainkan pakan diberikan secara langsung oleh pekerja. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar.

Pakan yang diberikan pada ternak di BSF adalah daun ubi jalar dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari (18.00 WIB).. Pemberian pakan daun ubi jalar ini bersifat lebih ekonomis karena ketersediaannya yang cukup melimpah di sekitar kandang sehingga dapat membantu menurunkan biaya produksi. Karena kandungan air dalam daun ubi jalar ini cukup tinggi maka ternak tidak perlu diberi air minum.

Perkandangan

Tipe kandang yang digunakan adalah kandang panggung, kandang berada di daerah pegunungan dan jauh dari perumahan hal ini ditujukan agar peternakan tidak menggangu aktivitas dan kenyamanan warga sekitar. Kandang domba dan kambing dibuat terpisah dengan kapasitas yang berbeda. Kandang yang digunakan merupakan kandang panggung dengan tinggi kandang 1 meter sistem kandang head to head dan individual.

(29)

18 justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan. Kandang individu berukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter baik untuk domba ataupun kambing dengan menggunakan atap asbes. Tempat pakan di buat dengan saling berhadapan (head to head), tempat pakan ditambahkan tempat garam yang dibuat dari kayu.

Pengendalian Penyakit Ternak

Penyakit yang terjadi selama masa pemeliharaan adalah penyakit orph dan perut kembung. Selama domba dan kambing terkena penyakit domba dan kambing dipisahkan dari kandang serta di suntikkan obat orph dan obat penyakit kembung, Hal ini agar penyakit tidak menular pada domba dan kabing yang sehat. Tindakan pencegahan akan timbulnya penyakit dilakukan dengan maka dilakukan penyuntikan obat-obatan secara rutin, selain itu dilakukan pembersihan pada ternak dengan pemotongan bulu pada domba, dan pemotongan kuku pada kedua ternak. Pembersihan tidak hanya dilakukan pada ternak, kandang, alat-alat, dan pakan yang akan digunakan. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, yakni : (1) memelihara kebersihan ternak, pakan, tempat minum, dan peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak teradi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur.

Pemasaran Domba dan Kambing

(30)

19 Faktor lain yang penting untuk diperhatikan pula adalah promosi, di mana di peternakan BSF dilakukan dengan menyebarkan pamflet dan flyer secara door to

door. Sementara itu, pemasarannya sendiri dilakukan dengan cara membuka lapak.

Hambatan utama dalam membuka lapak yaitu sulitnya menemukan lokasi yang tepat. Lokasi yang dipilih peternakan BSF yaitu di daerah Kebon Pedes. Lapak ini terutama untuk memasarkan domba, sedangkan ternak kambing dipasarkan ke beberapa tempat di Jakarta.

Tabel 4. Jumlah Penjualan Ternak di Bogor dan Jakarta

Ternak Jakarta Bogor

Khusus untuk ternak kambing pemasaran lebih gencar dilakukan di daerah Jakarta hal ini dikarenakan perbedaan selera konsumen dimana ternak kambing lebih diminati, sedangkan untuk bogor ternak kambing tidak begitu diminati.

Analisis keuntungan Domba dan Kambing

Tabel 5. Tabel Biaya Produksi Kambing Biaya Tetap

2. Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)

3. Biaya transportasi (pembelian ternak di wonosobo)

4. Obat-obatan dan lain lain

5. Biaya listrik (Rp 75.000)/ bulan (4 bulan)

(31)

20 Tabel 6. Tabel Biaya Produksi Domba

Biaya tetap

2. Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)

3. Biaya transportasi (pembelian di jonggol)

4. Obat-obatan dan lain-lain

5. Biaya listrik (Rp. 75.000)/bulan (4 bulan)

Rp. 26.830.000

Biaya produksi kambing/ekor = Biaya variabel/jumlah ekor = Rp. 51.669.000

59 = Rp. 875.745

Biaya produksi domba/ekor = Biaya variabel/jumlah ekor = Rp. 31.370.000

51 = Rp. 615.098

Tabel di atas menunjukkan bahwa biaya produksi kambing jauh lebih besar dari biaya produksi domba. Hal ini dikarenakan biaya produksi kambing jauh lebih tinggi dimana harga rata-rata adalah Rp. 875.745/ekor, sedangkan pada domba harga rata-rata pada domba berkisar antara Rp. 615.745/ekor. Biaya transportasi kambing jauh lebih tinggi karena pembelian ternak di daerah wonosobo, sedangkan pembelian domba di daerah jonggol. Biaya tenaga kerja dari kedua ternak adalah sama yaitu Rp. 900.000/bulan/pekerja dimana tenaga kerja 2 orang, sehingga jumlah biaya tenaga kerja total sebesar Rp. 7.200.000.

(32)

21 merupakan tanaman atau daun yang tumbuh di sekitar kandang berupa daun ubi jalar. Daun yang tumbuh memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga pakan tersebut

Pendapatan kambing/ekor = total pendapatan/jumlah ternak = Rp. 63.750.000

(33)

22 Rp. 875.745

= 1.233 Ratio keuntungan = Rp. 204.763

Rp. 875.745

Pendapatan Domba/ekor = total pendapatan/jumlah ternak = Rp. 43.550.000

(34)

23 = 1.388

Rasio Keuntungan = Rp. 238.823 Rp. 615.098 = 0.388

Ket: µ = pendapatan

(35)

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sistem pemeliharaan antara ternak domba dan kambing tidak begitu berbeda perbedaan di tunjukkan pada saat pembesihan ternak dimana domba harus dilakukan pemotongan bulu sedangkan kambing tidak. Serta pertambahan bobot badan kambing jauh lebih tinggi dari domba. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa penjualan ternak domba jauh lebih menguntungkan dan memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah.

Saran

(36)

25

DAFTAR PUSTAKA

Duldjaman, M. & S. Rahayu. 1996. Budidaya Ternak Domba dalam: Prospek Pengembangan Usaha Ternak Ayam dan Domba Lokal di Pedesaan. Fakultas Perternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ensminger, M. E. 2002. Sheep and Goat Science. Sixth Edition. Interstate Publisher. Inc. United State of America.

Ensminger, M. L. 1990. Feed and Nutritions. 2nd Edition. The Ensminger Publishing. Company, California.

Handoko, T. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Mathius, I. W. 1998. Jenis dan nilai gizi hijauan makanan ternak domba dan kambing di pedesaan Jawa Barat. Balai Penelitian Ternak Pusat. Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Biaya Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima (revisi). Salemba Empat, Jakarta.

Suharno, Bambang dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumoprotowo, R. M. 1993. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Bhatara Karya, Jakarta.

Tillman, E., Hartadi, S. Reksohadipradjo & S. Labdosoeharto. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika., A. Djajanegara., Susan, Gardiner & T. R. Wiradaya. 1993. Produksi Kambing dan Domba Di Indonesia. Terjemahan: I Made Mastika, Komang Gede Suryana, I Gusti Lanang Oka, Ida Bagus Sustrisna. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

(37)

26 Wibowo, T. P. 2007. Analisis harga pokok penjualan dan titik impas usaha penggemukan ternak domba (Studi Kasus Peternakan Domba Tawakkal). Skripsi. Fakults Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(38)

27 UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan, hidayah dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi hingga tugas akhir penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ir. Dwi Joko Setiono, MS. sebagai Dosen Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Maman Duldjaman, MS sebagai Pembimbing Anggota yang banyak memberikan masukan, saran, dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada M. Baihaqi. Spt. MSc dan Dr. Ir. Didit Diapari. MS sebagai dosen penguji ujian lisan yang memberikan banyak masukan dan koreksi terhadap skripsi ini. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan yang telah membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman selama menyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan IPB.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibunda Neneng Sukmawati dan Ayahanda Agus solachula’am selaku orang tua penulis atas dukungan, doa, kasih sayang, bantuan moril dan materil yang selalu diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Terimakasih penulis ucapkan kepada Vita Nurhikmah S.Gizi yang selalu memberikan Doa, kasih sayang, inspirasi, dukungan dan motivasi. Terimakasih kepada teman-teman (Dhedy dan Andwie) serta adik2 kelas Tiffany, Nia, yang sudah memberi semangat dan lelucon di masa-masa sulit. Terimakasih penulis ucapkan juga kepada Lia, Erli, Ayu, Pipit, Nuniek dan seluruh teman-teman IPTP 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas persahabatannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2012

(39)

28 LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertambahan Bobot Badan Harian Domba

(40)

29

Lampiran 2. Pertambahan Bobot Badan Harian Kambing

(41)
(42)

31

7 600000

2 500000

Lampiran 4. PEMBELIAN DOMBA

jumlah harga

16 540000

8 530000

8 525000

6 520000

(43)

ii RINGKASAN

M. FACHRI JAMASYARI D14052705. 2012. Analisis Perbandingan Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setiono, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS.

Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana. Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya yang cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang cukup luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi seperti wool, kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk beberapa industrI. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sistem produksi, serta perbedaan kauntungan kambing dan domba pada saat hari raya Idul Adha tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009 di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong Limus rt 02/06 desa Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing 51 ekor untuk domba dan 59 ekor pada kambing, dimana bobot rata dari ternak adalah 15-20 kg. Pemberian pakan ini dilakukan selama lima bulan (Agustus– Desember). Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan keuntungan antara domba dan kambing.

Sistem produksi antara ternak domba dan kambing tidak begitu berbeda perbedaan hanya di tunjukkan pada saat pembersihan ternak dimana domba harus dilakukan pemotongan bulu sedangkan kambing tidak. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa penjualan ternak domba jauh lebih menguntungkan dan memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah.

(44)

iii ABSTRACT

Compared Analysis of Sales Revenue from Sheep and Goat Jamasyari, M.F., D. J. Setiono and M. Duldjaman

Fattening sheep and goats is one of the livestock business in Indonesia. The advantages of this business is sheep and goats have the endurance and high adaptability to environmental changes as well as a fairly short time of production. This study aims to determine the differences in production systems, as well as differences in the benefits of goats and sheep when Idul Adha. Animals used were male Local goat and a thin tail sheep males aged less than one year. Amounted to 51 each tail to tail on the sheep and 59 goats, where the average weight of cattle is 15-20 kg. Feeding was conducted over five months (August-December). The results are displayed in tabular form to facilitate the calculation of the data. The analysis conducted in this study consisted of descriptive analysis, and analysis of comparative revenue between sheep and goats.

Livestock production system between sheep and goats are not so different. The difference only in the show when sheep shearing must be done while the goats are not. The results of this study also showed that sales of sheep is much more profit and the production costs are much lower.

(45)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan bangkrutnya sebagian besar usaha skala besar telah menggugah kesadaran para pengambil kebijakan politisi, peneliti, akademisi, pengamat dan berbagai kalangan masyarakat lainnya terhadap arti penting perekonomian rakyat atau usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian nasional. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan.

Sub sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sub sektor peternakan memiliki potensi yang baik jika melihat dari peluang pasar, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, permintaan terhadap daging dan produk ternak yang lain terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan pendapatan yang diiringi dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya protein hewani. Salah satu usaha peternakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah usaha ternak domba dan kambing.

Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu komoditi utama sub sektor peternakan dalam upaya pembangunan dan pengembangan peternakan secara keseluruhan. Populasi ternak ini di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.

Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana. Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya yang cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang cukup luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi seperti wool, kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk beberapa industri (Sodiq & Abidin 2002). Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.

(46)

2 permintaan akan kambing dan domba pada saat hari raya Idhul Adha juga menjadi tujuan dari peternakan ini. Pada tahun 2009, kapasitas kandang peternakan ini mencapai lebih dari 400 ekor. Tingginya kapasitas kandang ini diharapkan dapat meningkatkan produksi ternak domba dan kambing khususnya untuk hari raya Idhul Adha.

Perumusan Masalah

Domba dan kambing merupakan hewan yang memiliki tingkat permintaan yang tinggi saat hari raya Idhul Adha. Namun, setiap daerah memiliki rasio permintaan yang berbeda-beda dimana ada beberapa daerah yang lebih memilih kambing dibandingkan domba. Perbedaan rasio permintaan ini yang menyebabkan peternakan BSF menyediakan kedua ternak tersebut baik domba maupun kambing. Akibat perbedaan tingkat permintaan ini maka dibutuhkan pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui serta membedakan tingkat keuntungan masing-masing ternak tersebut dari segi modal dan manajemen pemeliharaan.

Tujuan

(47)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing dan Domba

Ensminger (2002) menyatakan bahwa kambing dan domba merupakan hewan yang pertama didomestikasi sekitar 7000-6000 SM. Mulyono (2003) menyatakan bahwa banyak kalangan yang mengira kambing dan domba adalah sama. Namun perlu diketahui bahwa keduanya merupakan makhluk yang berlainan dan keduanya memiliki bangsa yang berbeda. Ada beberapa hal yang mirip antara kambing dan domba sehingga banyak kalangan mengatakan keduanya sama saja. Kesamaan atau

kemiripan itu seperti bunyi “mengembek”, rasa daging, ukuran dan bentuk tubuh,

bentuk kepala maupun kaki. Dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda. Perbedaan anatomi dan ditunjang jumlah kromosom yang berbeda membuat keduanya tidak dapat dikawinsilangkan. Ensminger (2002) menyebutkan bahwa salah satu perbedaan domba dan kambing adalah domba tidak akan menjadi liar jika dikembalikan ke alam bebas sedangkan kambing akan dengan mudah menjadi liar.

Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing

Domba Kambing

Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata

(48)

4 Jenis Ternak Domba dan Kambing

Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, terutama saat melakukan seleksi induk dan pejantan (Mulyono 2003). Jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Kambing kacang: merupakan kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan relatif pendek. Kambing ini biasa disebut kambing jawa. Kambing kacang tidak mempunyai garis keturunan yang khusus karena sebagian besar sistem perkawinannya terjadi di tanah lapang.

2) Kambing merica: merupakan kambing asli Indonesia. Jenis kambing ini mempunyai ukuran badan yang relatif kecil dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi.

3) Kambing gembrong: merupakan kambing lokal Indonesia yang banyak ditemui di pulau Bali dengan bentuk badan yang lebih besar daripada kambing kacang. 4) Kambing etawah: merupakan kambing yang berasal dari India. Jenis kambing ini

mempunyai kelebihan pada produksi susunya. Kambing etawah mempunyai telinga yang panjang sampai 30 cm dan warna bulu yang belang antara hitam-putih, atau cokelat-putih.

5) Kambing peranakan etawah: merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing etawah dan dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia. Kambing jenis ini mempunyai ciri-ciri antara kambing kacang dan kambing etawah.

6) Kambing saanen: merupakan kambing yang berasal dari daratan Eropa. Jenis kambing ini termasuk tipe perah. Kambing saanen mempunyai telinga relatif kecil dan tegak, baik jantan maupun betina tidak bertanduk.

Jenis-jenis domba yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Domba ekor tipis (lokal): merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 % populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono 2003). Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa. 2. Domba priangan: berasal dari Jawa Barat. Jenis domba ini biasa disebut domba

(49)

5 3. Domba ekor gemuk: banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawaesi, dan Lombok. Jenis domba ini mempunyai ciri khas yaitu bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, dan semakin ke ujung semakin kecil ekor membantuk huruf v dan s.

4. Domba merino: berasal dari daerah Asia kecil. Jenis domba ini dikenal sebagai penghasil wool terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Domba merino berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia.

5. Domba suffolk: berasal dari Inggris dengan bobot badan yang tinggi. Domba jenis ini unggul karena persentase daging yang tinggi, yaitu 55-65 % dari bobot badan.

6. Domba dorset: merupakan tipe daging yang bagus dan penghasil wool sedang. Presentase daging yang dapat dihasilkan jenis domba ini adalah sebesar 50-65 % dari bobot badan.

Pemilihan Bibit Kambing dan Domba

Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, pedaging atau perah. Sumoprotowo (1993) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh bakalan-bakalan yang akan memberikan Pertambahan bobot badan harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman & Rahayu, 1996).

Pemeliharaan Ternak Domba dan kambing

Dalam melakukan pemeliharaan ternak baik domba maupun kambing terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pemberian pakan, penggemukan, perkandangan, dan pengendalian penyakit ternak.

Pemberian Pakan

(50)

6 digolongkan menjadi dua kategori, yakni hijauan dan konsentrat (Parakkasi 1999). Tingkat konsumsi pakan dapat mempengaruhi pemberian pakan. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hewan, makanan yang diberikan, dan faktor lingkungan (Tillman et al. 1998). Menurut Ensminger (1990), faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak adalah warna hijauan, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi pakan. Konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan, karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut

and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar.

Penggemukan

Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Tujuan pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein adalah untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan. Terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan) (Parakkasi 1999).

Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang) (Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat.

(51)

7 (Klosterman, 1972 dalam Parakkasi, 1999). Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001).

Perkandangan

Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa sebelum mulai memelihara kambing dan domba pembuatan kandang untuk pemeliharaan ternak tersebut harus dipertimbangkan. Kandang harus tidak dibangun pada tempat dari mana arah angin bertiup pada tanah yang lebih tinggi dari lokasi rumah petani. Bambang dan Nazarudin (1994) menambahkan pada umumnya ada dua macam domba, yaitu tipe panggung dan tipe mupuk (tanpa panggung). Namun demikian, ditinjau dari banyak segi kandang tipe panggung adalah yang paling baik. Kandang tipe ini lebih menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar dapat masuk, menghemat tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk meski sepintas membuat peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan, justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang yang baik adalah sebagai berikut (Bambang & Nazarudin 1994):

1) Ruang utama

Ruangan ini adalah tempat kambing dan domba berada. Kambing dan domba dewasa memerlukan ruangan berukuran 1 x 1,5 meter, sedangkan kambing dan domba kecil memerlukan ruangan ukuran 1 x 1 meter.

2) Tempat pakan

(52)

8 3) Tempat minum

Tempat minum dapat berupa bak air permanen atau potongan drum minyak tanah yang telah dicat dan ditempatkan di luar kandang. Tempat minum yang terbuat dari ember dapat ditempatkan di sudut tempat pakan.

4) Tempat garam

Tempat garam dibuat dari kotak kayu, bambu atau bahan lain yang tidak berkarat dan ditempatkan di salah satu sudut tempat pakan. Jika garam yang diberikan berupa garam cetakan, maka cukup digantungkan di atas tempat pakan sehingga kambing dan domba tinggal menjilatnya.

5) Dinding

Tinggi dinding berhubungan langsung dengan ventilasi udara. Dinding di sebelah kiri dan kanan kandang dibuat rapat dari bawah ke atas. Untuk dinding belakang yang rapat cukup 1 meter, sisanya dibuat rui-ruji agar udara segar masuk ke dalam kandang. Dinding bagian depan yang rapat hanya 20 cm pada bagian bawah, sisanya merupakan tempat pakan.

6) Tangga

Kemiringan tangga hendaknya landai agar kambing dan domba mudah melewatinya. Kemiringan tangga paling terjal membentuk sudut 450.

7) Serambi

Serambi adalah ruangan di bawah atap bagian ujung kandang tidak berdinding. Serambi berfungsi sebagai tempat untuk menaruh hijauan sebelum diberikan kepada kambing dan domba.

Pengendalian Penyakit Ternak

(53)

9 Pemasaran

Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang dan atau jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis kelayakan aspek ini yang utama adalah :

a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.

b) Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta keputusan konsumen atas produk.

c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. Mulyono (2003) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan aspek yang sangat menentukan tingkat keuntungan. Apabila penjualan pada waktu yang tepat maka produk akan laku pada tingkat harga yang baik. Waktu pemasaran yang tepat adalah saat jumlah konsumen maksimal dan jumlah produk yang ada di pasaran minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat kapasitas atau kemampuan ternak dan atau alat produksi mencapai maksimal.

Biaya

Menurut Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Rony (1990) menyatakan bahwa menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar-menukar ataupun melalui pemberian jasa.

Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007) menggolongkan biaya menurut dasar tujuan yang hendak dicapai.

a) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b) Biaya semi variabel

(54)

10 c) Biaya semi fixed

Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam jumlah kisaran volume kegiatan tertentu.

Laba dan Rugi

Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban labih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba dan rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Penetapan laba dan rugi juga dapat menjadi indikator bahaya terhadap kelangsungan hidup perusahaan sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan (Soemarso 2005). Handoko, (2000) menyatakan bahwa untuk memungkinkan analisa yang baik maka dalam menyusun laporan laba rugi, lazimnya dibedakan menjadi:

1) Laba (rugi) dari operasi.

Laba dari operasi adalah selisish antara hasil dan biaya-biaya “operasi biasa”. Operasi biasa adalah aktivitas-aktivitas yang memang termasuk rencana perusahaan.

2) Laba (rugi) di luar operasi biasa (non-operating income).

Dalam kelompok ini termasuk semua hasil dan biaya yang bukan didapat dari operasi biasa.

3) Koreksi-koreksi atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu (kalau ada). Kasalahan atasa perhitungan laba tahun-tahun yang lalu menyebabkan pergeseran yang akan mengganggu laba-rugi tahun yang terakhir.

4) Pajak.

(55)

11

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009 di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong Limus rt 02/06 desa Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing 51 ekor untuk domba dan 59 ekor pada kambing. Domba diperoleh dari pasar ternak Jonggol dan Cicurug sedangkan kambing diperoleh dari dari pasar ternak yang berada di Jawa Tengah, dimana bobot rata dari ternak adalah 15-20 kg.

Pakan dan Obat-obatan

Pakan yang digunakan adalah daun ubi jalar. Pakan ini mengandung kadar air yang cukup tinggi sehingga ternak tidak perlu diberikan air minum. Obat yang digunakan meliputi obat sakit mata, penyakit kuku dan kaki, diare, kembung

(bloating), penyakit mulut (orph), dan juga antraks.

Peralatan dan Perkandangan

Peralatan yang digunakan meliputi timbangan pegas, ban bekas, alat tulis, gunting kuku dan bulu domba, suntuk, tali tambang, label, arit, sapu, dan karung,. Kandang yang digunakan adalah kandang tipe panggung individu dimana kambing dan domba ditempatkan dalam kandang yang berbeda dengan posisi ternak dan tempat pakan head to head.

Prosedur Persiapan

(56)

12 yang berada di daerah Wonosobo dimana harga kambing Rp. 550.000 sampai Rp. 1.000.000, sedangkan domba diperoleh dari pasar ternak jonggol dan cicurug dengan harga rata-rata sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 550.000. Setelah ternak sampai maka dilakukan adaptasi terhadap lingkungan dan pakan selama 2 minggu. Selain adaptasi pemeriksaan kesehatan pun dilakukan agar menekan angka kematian yang cukup tinggi karena pengaruh transportasi apabila tidak ditanggulangi dengan baik.

Pemeliharaan dan Penggemukan

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari dan secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari (18.00 WIB). Pemberian pakan ini dilakukan selama empat bulan (Agustus– Desember). Pakan yang diberikan adalah daun ubi jalar dan satu bulan sebelum penjualan akan diberikan konsentrat, air minum tidak perlu diberikan karena daun ubi jalar memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Penimbangan ternak hanya dilakukan saat awal penggemukan dan akhir penggemukan sebelum dilakukan penjualan.

Penjualan Ternak dan Pengumpulan Data

Ternak yang telah digemukkan akan dijual dengan daerah pemasaran Jabodetabek, ternak akan dijual sesuai dengan bobot ternak. Setelah itu data penjualan akan dikumpulkan sebagai utama. Strategi pemasaran dilakukan dengan penyebaran leaflet dan flyer disekitar daerah Bogor dan beberapa tempat di Jakarta. Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer dengan program Microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan keuntungan antara domba dan kambing.

Gambar

Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Tabel 6. Tabel Biaya Produksi Domba
Tabel 8. Hasil Penjualan Domba
Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing
+3

Referensi

Dokumen terkait

Faktor internal penyebab perilaku merokok adalah yaitu mencoba-coba karena rasa ingin tahu siswa, aktualisasi diri (agar terlihat lebih dewasa dan jantan), menghilangkan

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam

Berdasarkan hasil analisis data dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial menunjukkan bahwa pemberian kompos kiambang berpengaruh nyata pada pengamatan panjang

Para ulama fiqh berbeza pandangan tentang maksud meminum arak. Menurut jumhur, istilah „minum‟ merangkumi perbuatan meminum apa sahaja bahan yang memabukkan sama ada bahan

Pembuatan bioetanol dari buah pepaya. Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol. Buah-buahan yang sudah tidak layak jual atau

Es krim yang paling disukai dari segi tekstur dan harga dengan kandungan serat yang paling tinggi adalah sampel dengan perbandingan kefir dan pure labu kuning

Penulisan urutan kata ini adalah hal yang biasa terjadi dalam bahasa Rusia karena penulisan kata dalam kalimat dapat diurutkan berdasarkan kepentingan mana yang