PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP
Skripsi
Oleh :
Juli Allim Istamah NIM X2306023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP
Oleh :
Juli Allim Istamah NIM X2306023
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Jamzuri, M. Pd NIP. 19521118 198103 1 002
Pembimbing II
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP. 19582708 198403 2 003
( )
Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd NIP. 19500522 197603 1 001
( )
Anggota I : Drs. Jamzuri, M. Pd
NIP. 19521118 198103 1 002
( )
Anggota II : Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
commit to user
v
ABSTRAK
Juli Allim Istamah. PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE
DISCOVERY-INQUIRY DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS
YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh antara
penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan discovery-inquiry bebas
yang dimodifikasi pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa;
(2) perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat belajar rendah
pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa; (3) interaksi
pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat
belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 22. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 16
Surakarta. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, didapat dua
kelas sebagai sampel penelitian, masing-masing terdiri atas 35 siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data
menggunakan uji anava dua jalan dengan isi sel tak sama kemudian dilanjutkan
dengan uji komparasi ganda metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan pengaruh yang
signifikan antara penggunaan metode discovery-inquiry terbimbing dan
penggunaan metode discovery-inquiry bebas termodifikasi terhadap kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Kalor. Siswa yang diberi pembelajaran Fisika
dengan metode discovery-inquiry terbimbing memiliki kemampuan kognitif yang
hampir sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
discovery-inquiry bebas termodifikasi; (2) ada perbedaan pengaruh antara minat belajar
siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok
bahasan Kalor. Siswa yang memiliki minat belajar kategori tinggi memiliki
kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar
commit to user
vi
belajar discovery-inquiry dan minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif
siswa. Jadi antara penggunaan metode belajar discovery-inquiry sebagai metode
pembelajaran dan tingkatan minat belajar yang dimiliki siswa mempunyai
pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
kalor.
commit to user
vii
ABSTRACT
Juli Allim Istamah. PHYSICS LEARNING THROUGH GUIDED AND MODIFIED DISCOVERY-INQUIRY METHOD PERCEIVED FROM STUDENTS’ INTEREST IN LEARNING AT KALOR CONCEPT IN JUNIOR HIGH SCHOOL. Thesis, Surakarta : Teacher Training And Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, November 2010.
The research aims are to know: (1) the difference effect between using
guided ang modified discovery-inquiry method to students’ cognitive ability at
physics learning; (2) the difference effect of interest in learning between high and
low categories students’cognitive ability at physics learning; (3) The interaction of
effect between using discovery-inquiry method and students’ interest in learning
to students’ cognitive .ability at physics lerning.
This research use experimental method with 2 x 2 factorial design. The
population in this research are entire students of VII class in SMP N 16 Surakarta.
The sample is taken with cluster random sampling technique and obtained two
classes as a research sample, each classes consist of 35 students. Data collecting
use documentation, questionnaire, and test. Data analysis use anava test with
different content of cell, furthermore use double comparison of Scheffe method
with level of significance 0,05.
The result of research shows: (1) there is no a significant difference
influence between using guided and modified discovery-inquiry method to
students’ cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is given
learning with guided discovery-inquiry method obtain same cognitive ability with
the student that is given learning with modified discovery-inquiry method; (2)
there is a difference effect of interest in learning between high and low categories
students’cognitive ability at kalor fundamental concept. The student that is having
a interest in learning with high category having cognitive ability better than
student that having a interest in learning with low category ; (3) there is no
interaction between using discovery-inquiry method and students’ interest in
learning toward student’s cognitive ability in Physics. So between using
commit to user
viii
give the each influences to student’s cognitive ability at kalor fundamental
concept.
commit to user
ix
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du:11) Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah
selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Q.S.
Al-Insyirah : 6-8 )
Prestasi bisa diraih karena adanya motivasi dan motivasi akan tumbuh jika ada harapan. (Penulis)
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Mbakku tersayang
(Nur ’Allimah Lestari
Adikku tersayang
(’Allim Awaludin Rachman)
Calon Imamku (?)
Teman-teman Cendrawasih
(Chensy Mania)
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi.
6. Ibu Elvin Yusliana, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan Skripsi.
7. Rekan- rekan mahasiswa Fisika 2006 serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun spiritual kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan.
Namun demikian, penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian pendidikan.
Surakarta, November 2010
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ………...……… xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Identifikasi Masalah ……… 5
C. Pembatasan Masalah ……… 6
D. Perumusan Masalah ………... 6
E. Tujuan Penelitian ……….….... 6
F. Manfaat Penelitian ………. 7
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESI... 8
A. Kajian Teori ………... 8
1. Hakikat Belajar ………. 8
a. Pengertian Belajar ………. 8
b. Proses belajar ………... 9
c. Tujuan Belajar ... 11
commit to user
xiii
2. Hakikat Fisika ... 17
3. Metode Pembelajaran ... 18
a. Metode Discovery ... 18
b. Metode Inquiry... 20
c. Discovery-Inquiry Terbimbing... 24
d. Discovery-Inquiry Bebas yang Dimodifikasi... 25
4. Minat Belajar ... 26
a. Arti Minat Belajar ... 26
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar... 28
c. Cara Mengetahui Minat Belajar... 29
5. Kemampuan Kognitif ... 29
6. Pokok Bahasan Kalor ... 31
a. Pengertian Kalor ... 31
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor... 32
c. Perubahan Wujud Zat... 32
d. Perpindahan Kalor... 34
B. Kerangka Berpikir... 36
C. Hipotesis... 39
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………...……… 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
B. Metode Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel ... 41
D. Variabel Penelitian ... 41
1. Variabel Bebas ... 41
2. Variabel Terikat ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
1. Teknik Dokumentasi... 42
2. Teknik Tes... 43
3. Teknik Angket... 43
F. Instrumen Penelitian ... 44
commit to user
xiv
a. Validitas Angket ... 45
b. Reliabilitas Angket ... 46
2. Instrumen Tes ... 47
a. Daya Pembeda Item ... 48
b. Derajat Kesukaran... 50
c. Fungsi Distraktor... 51
d. Reliabilitas ... 51
e. Keputusan Analisis Soal ... 52
G. Teknik Analisis Data ... 53
1. Penyajian Data... 53
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal...………... 54
3 Uji Prasyarat Analisis... 55
a. Uji Normalitas ... 55
b. Uji Homogenitas ... 56
4 Pengujian Hipotesis ... 57
a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan ... 57
b. Uji Lanjut Anava... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN …………..………... 63
A. Deskripsi Data ... 63
1. Data Nilai Keadaan Awal Siswa ... 63
2. Data Tingkat Minat Belajar Siswa ... 65
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa ... 66
B. Hasil Analisis Data ... 68
1. Uji Kesamaan Keadaan Awal ... 68
2. Uji Prasyarat Analisis ... 69
a. Uji Normalitas ... 69
b. Uji Homogenitas ... 70
3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 70
a. Hasil Analisis Variansi ... 70
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi ... 71
commit to user
xv
1. Uji Hipotesis Pertama ... 72
2. Uji Hipotesis Kedua ... 74
3. Uji Hipotesis Ketiga ... 75
D. Keterbatasan Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ……...… 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Implikasi ... 76
C. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ………...…… 78
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Desain Fatorial 2 x 2 ... 40
Tabel 3.2 Kategori Item Berdasarkan Validitas Angket …... 45
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Analisis Kualitatif Butir Soal ... 47
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Diskriminasi Item dan
Interpretasinya ... 49
Tabel 3.5 Kategori Item Soal Berdasarkan Nilai Daya Beda ... 49
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran Item dan Interpretasinya 50
Tabel 3.7 Kategori Item Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran
Soal ... 50
Tabel 3.8 Kategori Item Soal Berdasarkan Fungsi Distraktor…... 51
Tabel 3.9 Keputusan Item yang Memenuhi Syarat Teori Tes
Klasik ... 52
Tabel 3.10 Persiapan Uji Anava Dua Jalan ... 59
Tabel 3.11 Rangkuman Anava ……… 61
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63
Tabel 4.2 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas
Eksperimen Dengan Metode Chi Kuadrat ... 64
Tabel 4.3 Normalitas Distribusi Frekuensi Awal Kelas Kontrol
Dengan Metode Chi Kuadrat ………... 65
Tabel 4.4 Deskripsi Data Nilai Angket Minat Belajar Fisika
Kelas Eksperimen dan Kontrol …………... 66
Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika
Kelas Eksperimen dan Kontrol ………. 66
Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
commit to user
xvii
Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol Dengan
Metode Chi Kuadrat ... 68
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Sel
Tak Sama ... 71
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Mengajar ... 12
Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 16
Gambar 2.3 Skema Perubahan Wujud Zat ……… 32
Gambar 2.4 Panci Tekan (Pressure Cooker) ... 33
Gambar 2.5 Konveksi pada Zat Cair ………. 35
Gambar 3.1 Batasan Daya Pembeda ………. 48
Gambar 4.1 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 64
Gambar 4.2 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol ...……….. 65
Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ……… 67
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi ... 80
Lampiran 2 Program Satuan Pembelajaran ... 81
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 106
Lampiran 5 Kisi-Kisi Penulisan Soal Try Out Tahun Ajaran 2009 /
2010 130
Lampiran 6 Soal Uji Coba Penelitian I 133
Lampiran 7 Soal Uji Coba Penelitian II 142
Lampiran 8 Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Kemampuan Kognitif
Tahun Ajaran 2009 / 2010 151
Lampiran 9 Soal Tes Kemampuan Kognitif 154
Lampiran 10 Lembar Jawab Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa... 162
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa. 163
Lampiran 12 Kisi-Kisi Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa
Terhadap Fisika 165
Lampiran 13 Angket Uji Coba Minat Belajar Fisika 166
Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Fisika 171
Lampiran 15 Angket Minat Belajar Fisika 172
Lampiran 16 Lembar Telaah Kualitatif Butir Soal Try Out I 176
Lampiran 17 Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Reliabilitas Try Out Fisika
179 Lampiran 18 Analisis Fungsi Distraktor Item Try Out Fisika 183
Lampiran 19 Uji Validitas Dan Reliabilitas Angket Minat Belajar 191
Lampiran 20 Data Nilai Kemampuan Awal Sampel 198
Lampiran 21 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas
Eksperimen 199
Lampiran 22 Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 200
commit to user
xx
Kontrol 201
Lampiran 24 Grafik Kemampuan Awal Kelas Kontrol 202
Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 203
Lampiran 26 Uji Kesamaan Kemampuan Awal Fisika Siswa Dengan
Uji-t 2 Ekor 205
Lampiran 27 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen 208
Lampiran 28 Data Induk Penelitian Kelas Kontrol 209
Lampiran 29 Data Nilai Kemampuan Kognitif Sampel 210
Lampiran 30 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas
Eksperimen 211
Lampiran 31 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen 212
Lampiran 32 Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 213
Lampiran 33 Grafik Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol 214
Lampiran 34 Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa 215
Lampiran 35 Pengujian Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan
Dengan Isi Sel Tak Sama 217
Lampiran 36 Uji Pasca Anava Komparasi Ganda Dengan Metode
Scheffe 222
Lampiran 37 Daftar Nama Siswa 224
Lampiran 38 Foto-foto Penelitian 225
Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik 226
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berubah dan
berkembang serta problem ilmiah yang selalu meningkat, maka salah satu tugas
sekolah ialah melatih atau mendidik siswa supaya dapat melaksanakan
tugas-tugasnya di masyarakat. Selama bertahun-tahun metode mengajar IPA/Fisika
yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah bahkan
juga di perguruan tinggi ialah metode mengajar secara informatif, yaitu guru
berbicara atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Secara
tradisional, pembelajaran IPA/Fisika ditekankan pada penghafalan rumus-rumus,
konsep-konsep atau bentuk-bentuk problem tertentu. Pengajaran IPA lebih
ditekankan pada produk dari pada proses-proses IPA. Berdasarkan situasi dan
kondisi inilah, maka sejak berapa tahun terakhir hingga saat ini strategi
pembelajara IPA untuk tingkat sekolah dasar dan SMP/MTs serta Fisika di tingkat
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, senantiasa diperbaharui dan
dikembangkan
Sebenarnya kementrian pendidikan nasional (pemerintah RI) telah dan
terus berusaha membiayai pengembangan pendidikan. Miliaran rupiah telah habis
digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan kurikulum IPA, matematika,
ilmu sosial, bahasa, dan sebagainya. Namun, pada kenyataannya sistem
pembelajaran di sekolah-sekolah menengah masih lebih sering bersifat
konvensional. Sehingga siswa hanya menerima apa adanya materi yang diajarkan
oleh guru tanpa berusaha mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari.
Padahal tujuan utama dari proses pembelajaran itu adalah meningkatnya
kemampuan kognitif dari siswa. Di mana kemampuan kognitif bisa diartikan
sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki
secara optimal untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan diri dan
lingkungan sekitar. Sedangkan jika pembelajaran masih bersifat konvensional,
maka upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif akan sangat sulit. Itulah
commit to user
sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan
kognitif siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.
Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan berbagai pola
pendekatan, model/metode dan media pembelajaran yang bervariasi, disesuaikan
dengan materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya monoton
dilakukan dengan ceramah di depan kelas atau belajar secara individual dan hanya
berpegang teguh pada diktat-diktat atau buku-buku paket saja, karena kalau hanya
dengan ceramah siswa akan cepat bosan dan pada akhirnya dapat melemahkan
sikap positif siswa terhadap mata pelajaran. Apabila guru dapat menggunakan
pola pendekatan, metode dan media pembelajaran yang bervariasi, maka
kebosanan siswa dapat dihindari sehingga dapat meningkatkan minat dan
kemampuan kognitif siswa
Minat belajar akan muncul dengan sendirinya apabila ada perhatian, oleh
karena itu untuk memunculkan minat belajar sebaiknya seorang guru memiliki
strategi-strategi untuk menarik perhatian siswa pada materi tertentu. Seorang
peserta didik tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh bila tidak berminat pada
materi yang diajarkan oleh pendidik dan berdampak hasil belajar tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Siswa yang berminat pada pelajaran fisika akan
memusatkan perhatian yang lebih banyak dan intensif terhadap fisika. Oleh
karena itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang aktif yang dimungkinkan dapat
mempengaruhi sikap positif siswa sehingga siswa akan lebih terarik bahkan
tertantang untuk mengikuti pembelajaran. Program untuk mengembangkan
metode mengajar yang modern di sekolah dasar dan sekolah menengah
sebenarnya tidak perlu yang baru asalkan mampu menekankan pada keterlibatan
siswa dalam proses belajar yang aktif. Salah satu program yang diusulkan adalah
metode pembelajaran yang berorientasikan pada discovery-inquiry. Karena siswa
akan termotivasi lebih baik apabila terlibat secara langsung dalam proses belajar
melalui kegiatan-kegiatan discovery-inquiry. Dengan demikian, meningkatlah
minat belajar dan kemampuan kognitif yang dipicu dari dalam diri siswa itu
Discovery adalah suatu proses mental dimana anak atau individu
mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain, discovery terjadi
apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Misalnya, siswa mungkin menemukan
“apa atom itu”, yaitu siswa membuat suatu konsep tentang atom, atau kemudian
siswa mungkin menemukan suatu prinsip ilmiah bahwa “atom tidak dapat dibagi
lagi“. Suatu kegiatan inquiry ialah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
. Metode pembelajaran discovery-inquiry terbagi menjadi tujuh sistem
yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Dua di antara
pengembangan kemampuan discovery-inquiry pada diri siswa melalui IPA yang
akan diteliti adalah discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan
inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Dalam
melaksanakan discovery-inquiry terbimbing, seorang guru memberikan
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada para siswa, sehingga siswa tidak
merumuskan problem yang akan diteliti itu sendiri melainkan telah disiapkan oleh
guru lengkap dengan modul yang mencakup petunjuk-petunjuk pelaksanaan.
Sedangkan dalam discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi, guru hanya
memberikan problem dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan problem
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui penelitian. Disini guru
merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang
diperlukan saja.
Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan metode
pembelajaran discovery-inquiry. Kebanyakan pendekatan yang digunakan juga
sama dengan yang sedang dilakukan oleh peneliti yaitu discovery-inquiry
terbimbing (guided discovery-inquiry) dan discovery-inquiry bebas yang
dimodifikasi (modified dicovery-inquiry). Penelitian-penelitian terdahulu paling
banyak diuji cobakan di tingkat perguruan tinggi yaitu pada mahasiswa semester
awal terutama pada mata kuliah Praktikum Fisika Dasar dengan tinjauan yang
commit to user
Nangimah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Discovery-Inquiry pada
Praktikum Fisika Dasar II Ditinjau dari Kemampuan Logika Terhadap
Kemampuan Analisis Kognitif Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun
Ajaran 2004/2005”. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah bahwa
penggunaan pendekatan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
praktikum fisika dasar II memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
kemampuan analisis kognitif mahasiswa daripada pendekatan discovery-inquiry
terbimbing. Peneliti lainnya adalah Rahmulyo dengan judul “Pembelajaran Fisika
Dasar I Dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Dan Metode Discovery-Inquiry
Di Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada pokok
Bahasan Viskositas Ditinjau Dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur
Mahasiswa Jurusan P MIPA FKIP UNS Tahun Ajaran 2005 / 2006”. Hasil yang
diperoleh bahwa mahasiswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan
menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode discovery-inquiry
terbimbing mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada melalui
metode discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi. Dan masih ada peneliti lain
dengan konsentrasi sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup
banyak penelitian yang meneneliti metode discovery-inquiry sehingga penulis
lebih mantap untuk mengadakan penelitian terhadap metode yang sama, namun
dengan tinjauan yang berbeda dan sasaran yang berbeda pula.
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis mencoba
mengadakan penelitian yang sama namun untuk diujicobakan di tingkat SMP.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Fisika dengan
metode discovery-inquiry terbimbing (guided discovery-inquiry) dan metode
discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi (modified dicovery-inquiry) terhadap
kemampuan kognitif siswa yang ditinjau dari seberapa besar minat belajar siswa.
Materi yang diperkirakan sesuai untuk menunjang metode yang diteliti adalah
materi kalor, karena dalam materi kalor banyak dipelajari sub-sub materi yang
untuk memahamkan konsepnya perlu dilakukan pengamatan langsung melalui
”PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY
DENGAN SISTEM TERBIMBING DAN BEBAS YANG DIMODIFIKASI
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN KALOR DI SMP”
B. Identiikasi Masalah
Identifikasi masalah oleh penulis, diantaranya adalah bahwa
pembelajaran IPA di sekolah-sekolah sebagian besar masih konvensional. Di
mana metode mengajar yang digunakan bersifat informatif, yaitu guru berbicara
atau bercerita kemudian siswa mendengarkan dan mencatat. Metode semacam itu
tidak menuntut siswa untuk mencari tahu asal mula konsep materi yang dipelajari.
Sehingga kemampuan kognitif siswa tidak berkembang secara optimal. Selain itu
siswa lebih cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang diajarkan.
Apalagi mata pelajaran Fisika, yang secara umum dikenal sebagai mata pelajaran
yang sulit dan menakutkan.
Rasa bosan, tidak tertarik, dan menakutkan dapat mengakibatkan
kurangnya motivasi dari dalam diri siswa. Akibatnya minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran Fisika menjadi rendah, sehingga dapat mempengaruhi hasil
prestasi belajarnya. Untuk itu perlu adanya peranan guru dalam mengembangkan
metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif agar dapat
mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketepatan metode pembelajaran yang digunakan dapat meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika yang secara tidak langsung
dapat mempengaruhi pula hasil belajar Fisika siswa. Metode yang dirasa tepat
adalah metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran,
karena akan mempengaruhi tinggi rendahnya minat belajar Fisika siswa. Salah
satu metode yang diusulkan yaitu metode pembelajaran discovery-inquiry. Namun
demikian penggunaan metode pembelajaran tidak boleh sembarangan. Harus
commit to user
C. Pembatasan MasalahAgar penelitian tidak menyimpang dari tujuan maka masalah penelitian
ini dibatasi:
1. Kegiatan pembelajaran Fisika yang digunakan adalah metode
discovery-inquiry terbimbing dan discovery-discovery-inquiry bebas termodifikasi.
2. Indikator yang diamati adalah kemampuan kognitif yang dicapai siswa dari
hasil pembelajaran
3. Pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan kognitif. Minat belajar
siswa dikategorikan dalam kategori tinggi dan rendah.
4. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah Kalor
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan menjadi fokus analisis dalam penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa?
3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan metode discovery-inquiry
dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika terhadap
kemampuan kognitif siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara penggunaan metode
discovery-inquiry terbimbing dan discovery-discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
2. Ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa.
3. Ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan metode
discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada pembelajaran Fisika
terhadap kemampuan kognitif siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberi gambaran tentang pengaruh penggunaan metode discovery-inquiry
terbimbing dan discovery-inquiry bebas yang dimodifikasi pada
pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Memberi gambaran tentang pengaruh minat belajar tinggi dengan minat
belajar rendah pada pembelajaran Fisika terhadap kemampuan kognitif
siswa.
3. Memberi gambaran ada tidaknya interaksi pengaruh antara penggunaan
metode discovery-inquiry dengan tingkatan minat belajar siswa pada
commit to user
BAB IIKAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakekat Belajar
a. Pengertian Belajar
Proses belajar telah lama menarik perhatian khalayak umum. Banyak
tokoh yang berusaha memikirkan secara spekulatif maupun lewat
eksperimen-eksperimen untuk menjelaskan peristiwa belajar. Karena pada hakekatnya
manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari aktivitas belajar. Berikut ini
akan disampaikan pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu:
Menurut.Chaplin dalam Dicionary of Psychology, seperti yang dikutip Muhibbin
Syah (2003 : 89) menyatakan bahwa “…acquisition of any relatively permanent
change behavior as a result of practice and experience (belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman)”.
Merangkum dari pendapat Syaiful Sagala (2009: 11-12) bahwa belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan dengan kegiatan atau tingkah laku yang
terdiri dari kegiatan psikis maupun fisis yang saling bekerjasama secara terpadu
dan komprehensif integral untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
Sedangkan menurut Winkel (1996 : 53) mengatakan bahwa: “ Belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap “.
Begitu pula menurut Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Merangkum dari
pendapat Slameto (1995:3-7) mengenai perubahan tingkah laku diperoleh
pengertian belajar antara lain :
1). Perubahan yang terjadi secara sadar
2). Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
3). Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4). Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5). Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar, penulis menyimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan psikis maupun fisis yang dijalani
seseorang sehingga orang itu mengalami perubahan tingkah laku yang melibatkan
proses mengingat, melihat, dan memahami sesuatu melalui berbagai pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan
keterampilan, sikap, pengetahuan, kebiasaan, pemahaman, dan lain-lain.
b. Proses Belajar
Peristiwa belajar itu ternyata merupakan suatu proses yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan
guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental
dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan, hewan, tumbuhan,
manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku pelajaran. Dari segi guru
proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal. Secara
sederhana proses belajar menunjukkan pada aktifitas individu. Secara teknis
belajar menunjukkan terjadinya proses perubahan tingkah laku individu.
Merangkum dari pendapat Bruner dalam Syaiful Sagala (2009: 35)
bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu:
1) Informasi, kemudian ada yang menambah pengetahuan yang dimiliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya
2) Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke
dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk
hal-hal yang lebih luas.
3) Evaluasi, kemudian dinilai hingga pengethuan yang diperoleh dan
commit to user
Menurut Brunner yang dikutip Slameto (1995: 11), “dalam proses
belajar, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu”. Sehingga dibutuhkan lingkungan belajar yang mendukung.
Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari siswa, antara lain :
1) Enactive : Seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan
bermacam-macam ketrampilan motorik.
2) Ionik : Seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat di mana
bukunya yang penting diletakkan.
3) Symbolik : Seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Menurut Bruner pula, dalam proses belajar guru perlu memperhatikan 4
hal berikut ini|:
1). Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu
disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa. 3). Menganalisis sequence.
Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.
4). Memberi reinforcementdan umpan balik (feed-back).
Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.
(Slameto, 1995: 12)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar selalu ada tiga
fase yaitu informasi, transformasi dan evaluasi yang akan lebih baik jika ketiga
fase tersebut ditekankan pada partisipasi aktif dari tiap siswa, sehingga perbedaan
kemampuan yang dimiliki tiap siswa dapat dipahami dengan baik. Untuk
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning
environment ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Dalam tiap lingkungan selalu ada
bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati
c. Tujuan Belajar
Tujuan belajar secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psiomotorik. Adapun taksonomi atau klasifikasinya menurut
Benjamin Bloom dan kawan-kawan yaitu sebagai berikut:
1). Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah Kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu: a). Pengetahuan (Knowledge)
b). Pemahaman (Comprehension) c). Penerapan (Aplication)
d). Analisis (Analysis) e). Sintesis (Syntesis) f). Evaluasi (Evaluation)
2). Ranah Afektif / Sikap (Afective Domain)
Ranah Afektif meliputi lima tingkatan,yaitu : a). Kemampuan menerima (Receiving)
b). Kemampuan menanggapi (Responding) c). Berkeyakinan (Valuing)
d). Penerapan Kerja (Organization) e). Ketelitian (Correcteration by value) 3). Ranah Psikomotor (Psycomotoric Domain)
Ranah psikomotrik meliputi empat tingkatan , yaitu: a). Gerak Tubuh (Body movement)
b). Koordinasi gerak (Finaly coordinated movement) c). Komunikasi non verbal (Non verbal communication set) d). Perilaku bicara (Speech behaviors)
(Gino et al, 1998:19)
Tujuan belajar pada intinya adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
penanaman sikap/nilai, dan ketrampilan. Yang mana pencapaian tujuan belajar
dapat diidentifikasikan dari hasil belajar. Untuk mencapai tujuan belajar yang
maksimal diperlukan sistem lingkungan/ kondisi belajar yang baik. Sistem
lingkungan yang baik itu terdiri dari komponen- komponen pendukung antara lain
tujuan belajar yang ingin dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai
tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia. Sehingga diharapkan
tujuan belajar dapat tercapai secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif
commit to user
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat
[image:32.612.134.506.178.456.2]disajikan dengan elaborasi sebagai berikut:
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar
Gambar 2.1 menyajikan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan
bahan baku pengalaman belajar. Raw input diharapkan dapat berubah menjadi
keluaran (output) dengan klasifikasi tertentu setelah melewati proses belajar
mengajar (learning teaching process). Proses belajar-mengajar ikut dipengaruhi
oleh sejumlah faktor lingkungan. Masukan lingkungan (environmental input)
merupakan faktor yang disengaja dirancang dan dimanipulasi guna menunjang
tercapainya keluaran (output) yang dikehendaki. Kelompok faktor lainnya adalah
faktor instrumental (instrumental input). Berbagai faktor tersebut saling
berinteraksi dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Menurut Slameto yang dirangkum dari bukunya (1995: 54 - 72), ”Faktor –
faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern
adalah faktor yang ada di luar individu.”
ENVIRONMENTAL INPUT
RAW INPUT LEARNING TEACHINGPROCESS OUTPUT
Faktor interndapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu :
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah :
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah “Keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal)
atau sekumpulan obyek”. (Slameto, 1995 : 56). Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga
ia tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Menurut Hilgard dalam Slameto (1995, 57) memberi rumusan
tentang minat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang tetap
commit to user
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa minat siswa, lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar.
d) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard “ Bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih”. (Slameto, 1995, 57). Jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan
pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
e) Motif
Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, dalam
membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya
latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang
memperkuat, jadi latihan/kebiasaan sangat diperlukan dalam
belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika
anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki
kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g) Kesiapan
Menurut Jamies Drever “Kesiapan atau readiness adalah kesediaan
untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan karena
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu : kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani (psikis).
Faktor ekstern dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
2) Faktor Sekolah
Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat antara lain, adanya mass media,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar. Berbagai faktor yang telah diuraikan diatas
dapat diperjelas sebagai berikut:
a) Bahan atau hal yang harus dipelajari
b) Faktor-faktor lingkungan
c) Faktor-faktor instrumental
d) Kondisi individual pelajar
Faktor individual dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Kondisi fisiologis
(2) Kondisi psikologis
Dari faktor-faktor yang telah disampaikan tersebut, dapat juga
commit to user
Dalam Luar
Lingkungan
Intrumental
Alami
Sosial
Tenaga Pengajar Sarana/fasilitas Program Kurikulum
Fisiologis
Psikologis Kecerdasan
Kemampuan kognitif Bakat
Minat
Motivasi
Kondisi panca indera Kondisi fisiologis umum
[image:36.612.131.507.108.459.2]Faktor
Gambar 2.2 Ikhtisar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar terutama faktor luar
yang ada di sekolah yang diteliti pada dasarnya sudah cukup mendukung
pembelajaran. Yaitu dengan lingkungan belajar yang cukup tenang karena
dipagari secara menyeluruh sehingga kebisingan yang ada di luar lingkungan
sekolah dapat diminimalkan. Begitu pula dengan faktor instrumentalnya juga
mendukung yaitu sarana/fasilitas pembelajaran sudah cukup lengkap serta tidak
kekurangan tenaga pengajar. Demikian pula dengan kurikulum yang digunakan
yaitu sudah mencanangkan KTSP. Dengan adanya faktor luar yang mendukung,
seharusnya tujuan belajar yang dicapai oleh sekolah bisa maksimal yaitu
menghasilkan peserta didik yang berkemampuan kognitif tinggi. Namun demikian
dirasa masih kurang karena pada kenyataannya masih ada faktor dalam yang
justru berpengaruh sangat besar dalam menentukan hasil belajar. Diantaranya
yaitu minat belajar siswa dan kemampuan kognitif. Keduanya memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Jika siswa memiliki minat belajar yang tinggi,
Untuk meningkatkan minat belajar maka diperlukan peran penting dari
guru yang merupakan faktor luar dari proses belajar. Sehingga faktor sekolah
yang demikian belum bisa sepenuhnya mendukung, kalau kemampuan guru untuk
menarik minat belajar siswanya masih dirasa kurang. Untuk menarik minat belajar
siswa diperlukan metode yang bervariasi sesuai dengan kondisi siswa di sekolah.
Sehingga peneliti memilih sekolah tersebut untuk mengetahui pengaruh metode
yang diteliti terhadap proses dan hasil belajar dengan kondisi lingkungan yang
demikian.
2. Hakikat Fisika
Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sehingga
ciri-ciri maupun definisi Fisika tidak berbeda jauh dari definisi IPA, yang
mencakup gejala-gejala alam. Kata Fisika berasal dari bahasa Yunani "Physic"
yang berarti "alam" atau "hal ikhwal alam" sedangkan fisika (dalam bahasa
inggris "Physic") ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat
dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan
hukum-hukum elementemya.
Menurut Harrys Siregar (2003:3) Fisika adalah ilmu yang paling
fundamental dan mencakup semua Sains, baik Sains benda-benda hidup maupun
Sains fisika. Dalam pengertian secara luas fisika itu cabang dari ilmu pengetahuan
yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam bumi serta
penomenanya.
Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan
tentang prinsip-prinsip yang mengatur perilaku yang telah dipelajari melalui
pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejala-gejala itu
selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu yang disebut
hukum-hukum fisika.
Harrys Siregar (2003:1)
. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari
commit to user
benda-benda di alam terbagi atas 2 bagian: alam makro yaitu benda-benda yang
ukurannya besar dapat dilihat dengan alat-alat yang ada saat ini; alam yang besar
ini termasuk benda-benda yang sangat besar dengan jarak antara 2 benda juga
besar kali, misalnya bulan, matahari, bumu dan lain-lain. Alam mikro adalah
benda kecil sekali dengan jarak antara benda tersebut sangat kecil,
benda-benda mikro ini tak dapat dilihat dengan alat-alat biasa.
Tujuan belajar fisika adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang
melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping itu, melalui belajar fisika diharapkan pula untuk
dapat meningkatkan perkembangan IPTEK, pelestarian lingkungan serta kekayaan
alam.
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik
dan dapat dipelajari secara pengamatan dan eksperimen serta teori. Secara
pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung di
laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan
berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan
sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip,
hukum, dan teori yang selanjutnya dimanfaatkan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Pembelajaran
a. Metode Discovery
Menurut Sund, yang dikutip Roestyah N. K. (2001 : 20) dicoveryadalah
proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip-prinsip. Discovery terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Yang
dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
Menurut Carl J. Wenning dalam jurnal internasional “Levels of inquiry” (2004:3)
“Discovery learning is perhaps the most fundamental form of inquiry-oriented
learning. The focus of discovery learning is not on finding applications for
knowledge but, rather, on constructing meaning or knowledge from experiences.
As such, discovery learning employs reflection as the key to understanding.
(Pembelajaran discovery merupakan bentuk paling dasar dari inquiry. Focus dari
pembelajaran discoverytidaklah terpancang pada aplikasi pengetahuan saja, tetapi
lebih diartikan untuk membangun pengetahuan dari pengalaman. Sedemikian rupa
sehingga pembelajaran discoverymerupakan kunci dari pemahaman).”
Cara belajar dengan metode discovery menurut E. Mulyasa (2005:110),
menempuh langkah-langkah berikut :
1) Adanya masalah yang akan dipecahkan
2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik
3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
4) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
5) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.
6) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
7) Garu harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data informasi yang diperlukan peserta didik
Adapun keunggulan teknik discoveryyang dirangkum menurut pendapat
Roestiyah N.K (2001:20-21) adalah :
1). Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif / pengenalan siswa.
2). Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual
sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut.
3). Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4). Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
commit to user
5). Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6). Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada
diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7). Strategi ini berpusat pada diri siswea tidak pada guru. Guru hanya
sebagai teman belajar saja.
Sedangkan kelemahannya antara lain :
1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadan sekitarnya dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil..
3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
5) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara
kreatif.
b. Metode Inquiry
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery, karena siswa harus
menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi Inquiry adalah
perluasan proses-proses discovery yang digunakan dengan cara yang lebih
dewasa. inquiry mengandung proses–proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya. Misalnya, merumuskan problem, mendesain eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menaarik
kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan
sebagainya.
Dalam jurnal internasional (Randy L. Bell, dkk, 2005:1) dipaparkan
instruction as involving students in a form of active learning that emphasizes
questioning, data analysis, and critical thinking. (Pembelajaran inquiry
merupakan pembelajaran yang menyertakan siswa untuk aktif dalam proses
belajar yang menekankan pada tanya jawab, analisa data, dan kritis berfikir).”
Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005 : 109) mengemukakan tiga macam metode inquirysebagai berikut :
1) Inquiry terbimbing (Guide inquiry)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inquiry, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
2) Inquiry bebas (free inquiry)
Pada inquirybebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertantu, setiap anggota kelompok memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data dan pengevaluasi proses.
3) Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Adapun keunggulan teknik inquiry dirangkum dari pendapat (Roestiyah
N.K,2001:76-77) sebagai berikut:
1) Dapat membentuk dan mengembangkan self-conceptpada diri siswa.
2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk intuitif dan merumuskan hipotesis sendiri.
5) Memberi kepuasan yaang bersifat intrinsik.
commit to user
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa daripada cara-cara belajar yang tradisional.
9) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi..
Sedangkan kelemahannya adalah :
1) Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua tingkatan kelas 2) Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya.
3) Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek afektif.
4) Memerlukan banyak waktu.
(Slameto, 1991:117)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan
discovery-inquiry, dalam proses menemukaan (discovery), siswa menggunakan proses –
poses mentalnya untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental ini,
antara lain: mengamati, menggolong-golongkan, mengukur, membuat dugaan,
dan sebagainya. Dalam proses menyelidiki (inquiry), siswa mungkin
menggunakaan semua proses mental untuk menemukan konsep atau prinsip,
ditambah proses-proses mental lain yang memberikan ciri-ciri seorang dewasa
yang sudah matang.
Moh. Amin (1988: 23) menguraikan tentang tujuh jenis
discovery-inquiry yang dapat diikuti sebagai berikut :
1) Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson
Sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
2) Modified Discovery-Inquiry
3) Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan
modified discovery-inquiry. Dalam metode ini siswa harus
mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.
4) Invitation Into Inquiry
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut :
a) merancang eksperimen b) merumuskan hipotesis c) menetapkan control d) menentukan sebab akibat e) menginterpretasi data f) membuat grafik 5) Inquiry Role Approach
Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut: a) koodinator tim
b) penasihat teknis c) pencatat data d) evaluator proses e) Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddleadalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.
6) Synectics Lesson
commit to user
c. Discovery Inquiry TerbimbingIstilah discovery-inquiry terbimbing digunakan apabila kegiatan
discovery-inquiry guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa. Perencanaan sebagian besar dibuat oleh guru, siswa tidak
merumuskan problem atau masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
Menurut Rini Budiharti (1998 : 54-55), pada umumnya suatu guided
discovery-inquiry Laboratorium Lessonterdiri dari:
1) Pernyataan Problem
Problem untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
2) Kelas atau semester
Menunjukkan tingkat siswa yang akan diberi pelajaran.
3) Konsep atau prinsip yang diberikan
Konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan harus ditulis dengan jelas dan tepat
4) Alat atau bahan
Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan.
5) Diskusi pengarahan
Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa ( kelas) untuk mendiskusikan sebelum siswa melakukan kegiatan discovery-inquiry.
6) Kegiatan metode penemuan oleh siswa
Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dengan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.
7) Proses berpikir kritis dalam ilmiah
Proses berpikir kritis dan ilmiah harus ditulis dan dijelaskan untuk menunjukkan kepada guru lain tentang mental operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.
8) Pertanyaan yang bersifat open ended
Pertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan atau percobaan yang dapat dilakukan oleh siswa.
9) Catatan guru
a) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan atau pelajaran.
b) Isi materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan
c) Faktor-faktor atau variabel-veriabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama penting sekali apabila percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal ).
Keunggulan discovery inquiryterbimbing di laboratorium adalah :
1) Membantu berpikir siswa terutama dalam memproses bermacam-macam keterangan.
2) Siswa memperoleh penemuan-penemuan tentang konsep-konsep dasar dan ide-ide yang baik.
3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
4) Mendorong siswa berpikir open-ended sehingga memberikan kepuasan intrinsik.
5) Membantu sikap-sikap obyektif dan jujur.
6) Memberikan kesempatan siswa untuk mengakomodasi dan
mengasimilasi informasi.
Adapun kelemahan discovery inquiryterbimbing di laboratorium adalah:
1) Apabila sekolah dalam memiliki perlengkapan laboratorium, maka pengunaan metode ini mengalami kesulitan.
2) Relatif memakan waktu yang banyak dan sering lebih memakan waktu lebih dari satu sesi.
3) Membutuhkan guru yang mempunyai kreatifitas tinggi.
4) Membuat bahan pelajaran menjadi kabur dan kacau, terutama kalau PBM kurang .
(Moh. Amien, 1988:139-140)
d. Discovery Inquiry Bebas yang Dimodifikasi
Metode ini berlainan dengan dicovery-inquiry terbimbing, di mana guru
hanya memberikan problem saja kemudian siswa diundang untuk memecahkan
problem tersebut melalui pengamatan eksplorasi dan atau melalui prosedur
penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Dalam metode ini siswa didorong untuk memecahkan problem-problem
dalam kerja kelompok atau perorangan. Guru merupakan nara sumber yang
tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan harus berupa
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat berpikir
commit to user
mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan
suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan. Guru
dalam hal ini dituntut untuk tidak merampok kesempatan siswa untuk berbuat dan
berpikir lebih kreatif.
Dengan demikian, proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dan Fisika
di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi yang menggunakan
“discovery-inquiry” dapat lebih mengembangkan sifat menyelidiki pada diri siswa. Di lain
pihak pembelajaran menggunakan “discovery-inquiry” akan menciptakan
pembelajaran yang student centered bukan lagi teacher centered. Bila yang terjadi
sebaliknya, maka guru dan siswa hanya terlibat dalam “pseudo-learning”, yaitu
berupa hafalan atau ingatan yang segera musnah menjadi kelupaan yang tak
bermakna. Dengan demikian harapan mewujudkan siswa menjadi manusia
seutuhnya akan mendapat peluang yang besar mewujudkannya bila proses
pembelajaran Fisika menggunakan pendekatan semisal “discovery-inquiry”. Hal
itu memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi dari setiap guru-guru IPA
atau guru Fisika
4. Minat Belajar
a. Arti Minat Belajar
Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang
mempelajari materi itu ( Winkel, 1996 : 188 ). Hilgrad memberikan rumusan
minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan ( Slameto, 1995 : 57 ). Berbeda dengan Winkel dan Hilgrad, dikemukakn
bahwa minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan
suatu proses belajar ( Kurt Singer, 1987 : 78 ).
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian minat belajar yang tersebut
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar timbul karena adanya
perhatian, oleh karena itu untuk menimbulkan minat belajar sebaiknya harus
menimbulkan perhatiannya p