• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Istilah Bahasa Arab Dalam Alat Musik Arab Masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Istilah Bahasa Arab Dalam Alat Musik Arab Masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

PETA

Peta kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Rineka Cipta

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

C. Israr . 1978. Sejarah kesenian Islam. Cetakan Pertama , Jakarta : Bulan

Bintang

Koentjaraingrat.2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Yogyakarta.

Djambatan

Sugiyono . 2010. Metode penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta

Budiono..Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Bintang Indonesia

Pemerintah Aceh. 2009. Budaya Aceh .Banda Aceh: Pemerintah Provinsi

Aceh

Piet Rusdi. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.Banda Aceh

Wahyuni Sri.2004. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Aceh. Banda

Aceh:Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Firdaus Burhan, ed. 1986. Ensiklopedia Musik dan Tari Daerah, Propinsi Daerah

Istimewa Aceh.Banda Aceh: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Pemerintah Provinsi Bengkulu Dinas Pendidikan Nasional.2004. Nada Indah

Swarnadwipa. Bengkulu:Museum Negeri Bengkulu

Z. H. Idris.1993. Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Propinsi Daerah

Istimewa Aceh. Jakarta: Proyek Penelitian, Pengkajian, dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya

Piet Rusdi, dkk. 2006. Makna Kesenian Tradisional Pada Masyarakat NAD dan

Sumut. Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional

Shabri A. 2004. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Aceh.Banda Aceh : Balai

kajian sejarah dan nilai tradisional Banda Aceh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2008. Museum Provinsi Nanggroe Aceh

(3)

Nur Aslam, dkk.2012. Rabbani Wahid bentuk seni Islam di Aceh.Banda Aceh: Balai pelestarian nilai budaya

Asmawi. 1995. Seni musik Rebana . Banda Aceh : Taman Budaya Propinsi

Daerah Istimewa Aceh

Umar Razali. 1978-1979. Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Propinsi Daerah

Istimewa Aceh (Lanjutan).Banda Aceh:Departemen pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Budaya

Mustafa Abubakar. 2009. BudayaAceh . Banda Aceh . Pemerintahan Aceh

Kamus Besar Bahasa Arab-Bahasa Indonesia Al-Akbar.tt. Jombang: Lintas Media

Kamus Lengkap Arab-Indonesia, Indonesia-Arab CBSA. Tt. Surabaya: Mekar

http://museumacehprov.go.id/kategori/profil/index.php

http://iyansetiaone.wordpres.com/kebudayaanseniarabsaudi

(4)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Sejarah Singkat Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan

sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah

berusia 806 tahun (tahun 2011 M) merupakan salah satu Kota Islam Tertua di Asia

Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh Darussalam dalam

perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang dan pernah pula

mengalami masa-masa suram yang menggentirkan.

Menuru buku budaya Aceh tahun 2009 wilayah Kota Banda Aceh terletak

di ujung Pulau Sumatera yang mana salah satu dari 5 Kota/Kotamadya yang

terdapat dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan merupakan Ibu

Kota Provinsi, memiliki tinggi daratan rata-rata 0,80 meter dari permukaan laut

terletak antara 05° 16’ 15’ - 05° 36’ 16” Lintang Utara dan 95° 16’ 15”- 95° 22’

35” Bujur Timur . Letak wilayah yang strategis yang berhadapan dengan Selat

Malaka merupakan potensi besar sebagai sumber daya alam baik Flaura-fauna,

Pariwisata, Pelabuhan Penyeberangan dan perikanan untuk peningkatan

Perekonomian masyarakat Kota Banda Aceh yang dulu bernama Kutaraja.

(5)

ditempatkan di arena Pameran Kolonial (De Koloniale Tentoonsteling) di Semarang pada tanggal 13 Agustus - 15 November 1914.Pada pameran tersebut, paviliun Aceh berhasil memperoleh empat medali emas, sebelas perak, tiga perunggu, dan piagam penghargaan sebagai paviliun terbaik.

Keempat medali emas tersebut diberikan untuk pertunjukan boneka-boneka Aceh, benda-benda etnografi, mata uang perak, foto, dan peralatan rumah tangga.Atas keberhasilan tersebut, Stammeshaus mengusulkan kepada Gubernur Aceh agar pavilion tersebut dibawa kembali ke aceh dan dijadikan sebagai museum. Ide ini diterima oleh

Gubernur Aceh Swart, Paviliun Aceh itu

dikembalikan ke Aceh dan pada tanggal 31 juli 1915 diresmikan sebagai Museum Aceh yang berlokasi di sebelah Timur Blang Padang di Kutaraja (Banda Aceh sekarang). Pada saat itu museum ini berada di bawah tanggung jawab penguasa sipil/militer Aceh dan F.W.Stammeshaus sebagai curator pertama.

(6)

pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi (Pasal 3 ayat 5 butir 10 f), maka kewenangan penyelenggaraan Museum Negeri Provinsi Daerah Istimewa Aceh berada di bawah Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.(Mirzan Fuadi:2002,1-3).

Sebelum Islam membumi di Aceh, keterangan mengenai Aceh sangat minim. Segala sesuatu mengenai Aceh hanya di temui dari laporan pelaut Cina, Spanyol, Portugis, dan Arab. Seperti di ketahui hubungan antara Aceh dan kawasan Barat yang meliputi Spanyol , Portugis dan Arab ke negeri Cina dilakukan melalui dua jalur , yaitu jalur laut

melalui Selat Malaka di Aceh. (Mirzan

Fuadi:2009,143).

(7)

Sultan. Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang juga memperkenalkan mereka berupa gambus dan rebana. ( Zh Idris, 1993:48-49 ).

Ruang pamer di dalam Museum Banda Aceh yaitu:

1. Rumoh Aceh (rumah Aceh) yang dibangun menyerupai rumah tradisional masyarakat Aceh yang berbentuk rumah panggung beserta bagian-bagian didalamnya seperti ruang tengah rumah Aceh, dapur, serambi dan rumoh inong.

2. Gedung pameran tetap . Gedung pameran tetap ini mempunyai empat lantai yaitu:

Lantai I :

a. Maket Museum

b. Peta Jalan Raya, Peta Adat-Istiadat NAD c. Alam Semesta, batu, mineral, dan fosil d. Flora dan Fauna

e. Miniatur Rumah Aceh f. Peudeuna ( Guci besar) g. Meriam

h. Prasasti Neusu Aceh( batu bersurat )

i. Warisan Budaya Islam (Makam, Kaligrafi, dsb) Lantai II :

a. Peralatan Berburu

b. Alat Angkut dan Sarana Transportasi c. Pengolahan Hasil Bumi

d. Peralatan Pertanian

(8)

2. Lantai III :

a. Seni Musik ( Alat-alat musi Tradisional Aceh dan Alat Musik dari Arab seperti canang, gong, berugu, seruling, rapa’i, bangsi alas, serunee kale, rebana dan lain-lain) b. Keramik

c. Senjata d. Ragam Hias

3. Lantai IV :

a. Peralatan tenun b. Tenun

c. Peralatan Upacara Adat d. Pelaminan

e. Perhiasan Tradisional f. Pakaian Adat / pengantin.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan alat musik yang berasal dari Arab dan menggunakan istilah Bahasa Arab terdapat pada lantai III yang di pajang sebagai pembelajaran kesenian musik khususnya pada alat musik.

Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat, mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi ( 2009 ) , mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal.

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu:

(9)

perlengkapan yang dimaksud meliputi pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat pabrik, alat transportasi.

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi).Segala sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian dan mata pencaharian diantaranya alat-alat pertanian, sistem jual beli, cara bercocok tanam, sistem produksi, sistem distribusi, sistem konsumsi).

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan).Yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir secara sosial meliputi sistem kekeraban, sistem komunitas, sistem pelapisan sosial, sistem politik.

4. Bahasa (lisan, tulisan).Terdiri dari bahasa lisan, bahasa tertulis dan naskah kuno.

5. Sistem pengetahuan.Meliputi teknologi dan kepandaian dalam hal tertentu, misalnya pada masyarakat petani ada pengetahuan masa tanam, alat pertanian yang sesuai lahan, pengetahuan yang menentukan proses pengolahan lahan.

6. Religi (sistem kepercayaan).Berkenaan dengan agama dan kepercayaan yang dianut dalam suatu masyarakat.

(10)

3.2 Peninggalan Alat Musik Arab di Museum Banda Aceh

Adapun Alat-alat Musik Arab yang terdapat didalam Museum Banda Aceh yaitu :

1. Serune Kalee ( Serunai ) (ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ) / ṣurnāyatun/

(11)

Menurut buku Ensiklopedia musik dan tari daerah propinsi daerah Istimewa Aceh (1978-1979) biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara

hiburan, tarian, penyambutan tamu

kehormatan.Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu.Warna dasarnya hitam yang fungsinya sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.Alat musik ini popular di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan di masa raja diraja zaman keemasan kerajaan Aceh Darussalam.

Alat musik sejenis ini juga didapati di daerah pesisir dan lain dari Provinsi Aceh, seperti Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat dengan sebutan serupa Masing-masing daerah yang menggunakan musik jenis ini memberi berbagai macam variasi pada peralatan tersebut, sehingga bentuk dan namanya juga bermacam-macam. Namun, di antara beberapa variasi serune, terdapat kesamaan dalam nuansa suara yang dimunculkan, laras nada, vibrasi,volume,suara,dinamika,dansuaranya.(firdausburhan,ed.1986:)

(12)

Aceh. Ada sebagian yang mengatakan peralatan ini berasal dari Tiongkok (Z. H. Idris, 1993: 48-49).Terlepas dari asumsi tersebut, pada kenyataannya memang Aceh pada zaman dahulu merupakan kerajaan yang terbuka.Hal tersebut menjadikan Aceh cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai wilayah di luar negeri.Pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Aceh mempunyai posisi penting.Pada masa ini kebudayaan di Aceh salah satunya adalah bidang kesenian, dengan corak Islam yang kental. Saat ini peralatan Serune Kalee masih memegang peranan penting dalam berbagai pertunjukan kesenian, dalam berbagai upacara, dan lainnya.

Serune Kalee sebagai alat primer, berperan membawa lagu yang lebih cenderung instrumentalia.Serune Kalee dimainkan dengan alunan suara yang terus-menerus dan tidak putus-putus.Suara tersebut dihasilkan dari teknik meniup dengan mengambil napas dari mulut dan hidung serta leher. Dengan suara Serune Kalee yang tajam musik akan terdengar dinamik, terkesan heroik, dan mendatangkan semangat. Gaya musikal Serune Kalee yang khas tidak akan terganggu atau mengganggu suara lain pada waktu ikut mengiringi alatmusik lainya (Z. H. Idris, 1993: 53).

Bentukdanbagian-bagianSeruneKalee

(13)

Menurut buku Budaya Aceh ( 2009 ) alat musik ini dahulunya di gunakan orang-orang tua ( Syeikh ) dengan timbre ( alunan ) yang dinamis ataupun heroik sebagai pejuang Aceh yang dapat mendatangkan semangat dengan melafadzkan syair-syair keagamaan dan puji-pujian yang meng-Agungkan Allah SWT dari ayat Al-Qur’an dan lagu rakyat Aceh . Seperti hal nya contoh beberapa ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan bersama syair-syair berbahasa Aceh, yakni:

Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran:190, 191:

ِﺏﺎَﺒْﻟَ ْﻷﺍ ﻲِﻟﻭُ ِﻷ ٍﺕﺎَﻳ َﻵ ِﺭﺎَﻬﱠﻨﻟﺍَﻭ ِﻞْﻴﱠﻠﻟﺍ ِﻑ َﻼِﺘْﺧﺍَﻭ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤﱠﺴﻟﺍ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ ﱠﻥِﺇ ِﻖْﻠَﺧ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺮﱠﻜَﻔَﺘَﻳَﻭ ْﻢِﻬِﺑﻮُﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋَﻭ ﺍًﺩﻮُﻌُﻗَﻭ ﺎًﻣﺎَﻴِﻗ َ ﱠﷲ َﻥﻭُﺮُﻛْﺬَﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺭﺎﱠﻨﻟﺍ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَﻨِﻘَﻓ َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ ًﻼِﻁﺎَﺑ ﺍَﺬَﻫ َﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣ ﺎَﻨﱠﺑَﺭ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍَﻭ ِﺕﺍَﻮَﻤﱠﺴﻟﺍ /inna fī khalaqi al- samawāti wal al-arḍi wakhtilāfi al-laili wa an-nahāri la –āyātin lī-ulī al-bābi al-lazīna yażkurūna allāha qiyāman wa qu’ūdan wa ‘alā junūbihim, wayatfakkarūna fī khalq as-samawāti wa al-arḍi rabbanā mākhalaqta hażā bāṭilā n subḤ anāka faqinā ‘ażāba an-nāru/ “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.3:190-191)

(14)

Sabda rasul al-sakhi habib Allah Yakni: yang sakhi itu wali Allah Barang siapa bakhil da’im baid Allah

Dunia akhirat ‘aduww Allah

Menurut dari pusat penelitian dan pengkajian kebudayaan Islam

IAIN Ar-Raniry tahun 1999 berikut contoh terjemahan ayat-ayat suci Al-qur’an

yang ia terjemahkan ke dalam Bahasa Aceh dengan bentuk syair. Surah Al

Fatihah, ayat 1 dan 2:

ﻦﻴﻤﻟﺎﻌﻟﺍ ﺏﺭ ﷲ ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻣﺮﻟﺍ

/Al ḥamdu lillāhi rabbi l-’ālamīn/ /Ar raḥmāni r-raḥīm/ Ngon Nama Allah lon Peuphon Tuhan Hadharat yang Maha Murah Tuhanku sidroe geumaseh that-that Donya akhirat rahmat meulimpah

(15)

2. Rebana

(

ﺎﻨّﺑﺭ , ٌﺭﺎﻁ ﻭﺍ ٌﻑﺩ)

/

duffun au ṭārun au rabbana

/

Dalam kamus besar Al-Akbar Rebana (

(

ﺎﻨّﺑﺭ , ٌﺭﺎﻁ ﻭﺍ ٌﻑﺩ)

/

duffun au ṭārun au rabbana

/

dan menurut buku Seni musik Rebana (1995:2) Rebana berasal dari

kata Robbana yang berarti “ Yaa Tuhan Kami ” kemudian hasil kata yang di

gabungkan tersebut disempurnakan lagi menjadi Rebana

sini adalah berasal dari musik Aceh yang juga kita kenal dengan nama (tambourine) di Arab disebut Tar. Ukuran bervariasi, disebut kendang dengan kulit lembu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan. Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau plastik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara.(Razali :1978: 80).

(16)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , rebana merupakan gendang pipih bundar yang oleh tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu bagiannya diberi kulit.

Maestro rebana adalah: Mohamed El 'ArabiAdel Shams Eddine

Hossam Ramzi

Aceh dikarenakan sejumlah besar penduduknya beragama Islam yang mana rebana sendiri berasal dari Arab. Rebana di hadirkan sebagai saran hiburan maupun Dakwah yang kuat ikatannya dengan mendendangkan bait-bait syair yang berisi pujian terhadap kebesaran Allah SWT juga dengan syair-syair bertemakan syiar agama Islam. (Sujiman:1995:2).

Berdasarkan literature sejarah kesenian yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional tahun 1990, di jelaskan bahwa instrument musik rebana sudah ada semenjak lebih kurang pada Abad ke XIV Masehi yaitu pada zaman kerasulan Nabi Muhammad SAW. Pada zaman Nabi, rebana dipergunakan sebagai media hiburan, pergaulan social, dan sebagai alat upacara keislaman. Sebagai media hiburan misalnya, ketika Nabi Muhammad SAW dan bala tentaranya pulang dari suatu medan perang (Badar), Nabi dan bala tentaranya disambut oleh para sahabat dengan permainan rebana sambil diiringi bacaan shalawat yang berisi sanjungan sebagai tanda syukur atas kemenangan yang diperoleh Nabi dan bala tentaranya. Maka jelaslah bahwa rebana adalah instrument musik milik bangsa timur tengah ( Arab ). Sedangkan rebana yang selama ini dikenal masyarakat Aceh merupakan pengaruh dari budaya timur tengah.( Sujiman,1995:1-2).

(17)

untuk mengiringi nyanyian dzikir, yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya.

Adapun syarat dari pegelaran alat musik ini dengan menguasai seni musik rebana, berpenampilan menarik yang di maksudkan dengan pakaian yang baik dan sopan.

Adapun syarat-syarat dalam pegelaran Rebana :

a. Menguasai seni musik Rebana, yang dimaksudkan dengan menguasai seni musik rebana secara baik dan benar adalah secara teori dan praktek dapat membaca not balok/not musik, dapat menabuh alat musik rebana serta dapat menyanyikan lagu-lagu Qasidah.

b. Penampilan simpatik, yang dimaksudkan dengan penampilan simpatik adalah tidak berlebihan dalam berpakaian,sederhana tapi rapi sehingga serasi kelihatannya. Dimaksudkan bila busana yang dipakai wanita haruslah tertutup aurat serta memakai jilbab, sedangkan pria dapat memakai baju muslim serta

kopiah maupun lobe

.

( Asmawi, 1996:8487).

Shalawat Nabi SAW yang selalu mengawali alat musik rebana yakni :

ﺪﻴِﺠَﻣ ٌﺪﻴِﻤَﺣ َﻚﱠﻧِﺇ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ (ﻰَﻠَﻋَﻭ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ) ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻴﱠﻠَﺻ ﺎَﻤَﻛ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ﱢﻞَﺻ ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟﺍ

َﻚﱠﻧِﺇ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ِﻝﺁ (ﻰَﻠَﻋَﻭ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ) ﻰَﻠَﻋ َﺖْﻛَﺭﺎَﺑ ﺎَﻤَﻛ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ( ْﻙِﺭﺎَﺑ َﻭ : ٍﺔَﻳﺍَﻭِﺭ ﻲِﻓ) ْﻙِﺭﺎَﺑ ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟﺍ

(18)

kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. [HR Bukhari, Muslim, dan lainnya. Lihat Shifat Shalat Nabi, hlm. 165-166, karya Al Albani, Maktabah Al Ma'arif].

Menurut buku makna kesenian pada masyarakat Aceh (2006) ,rebana biasanya digunakan pada acara-acara marawis maupun qasidah bagi beberapa kalangan seperti kelompok Ibu-ibu dan anak-anak sekolah yang sering tampil di berbagai acara adat-istiadat Aceh yang bertujuan menjalin silahturahmi dan melestarikan budaya Aceh yang sering kali alat musik rebana menjadi pengiring suatu tarian Aceh tradisional.Rebana ditampilkan bersama iringan musik beserta tarian seperti tari saman dan seudati.

3. Rapai

(19)

Menurut Z.H Idris, et al (1993:79) asal kata /rapai/ tidak ditemukan dalam istilah Bahasa Arab , karena istilah kata /rapai/ berasal dari naskah syair yang dinyanyikan bersama RAPAI, alat musik pukul ini berasal dari Syeikh Abdul Kadir Jailani, ulama besar fiqih dari Persia yang hidup di Baghdad dari tahun 1077 hingga 1166 Masehi ( 470-560 Hijriah). Tokoh ini sendiri baru di kenal sejak abad XI, sedangkan menurut Horgronje (1985 : 268) di kenal pasti pada tahun 1166 (abad XII).

Rapai dibawa oleh seorang penyiar Islam dari Baghdad bernama Syeh Rapi dimainkan untuk pertama kali di Ibukota Kerajaan Aceh, Banda Khalifah (sekarang Gampong Pandee, Banda Aceh) sekitar abad ke-11. Alat musik ini ditampilkan bersama iringan tarian seperti tari ranub lampuan, tari seudati, dan tari saman yang merupakan tari tradisional dari Aceh.(Abd. Hadjad:1993).

(20)

Menurut sejarahnya oleh awak rapa’i di yakini bahwa rapa’i di

bawa oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani dari Bahghdad (Irak) yang kemudian di

bawa oleh pengikut-pengikutnya ke Aceh sekitar tahun 900

Masehi.Pengikut-pengikut syeikh abdul kadir jailani yang menyebarkan kesenian rapa’i pada masa

itu sekaligus menanamkan ajaran Islam pada masyarakat Aceh.Hal inilah yang

membuat masyarakat Aceh merasa tertarik sekaligus menjadikan rapa’i sebagai

kesenian tradisional. Adapun cara yang di lakukan oleh pengikut syeikh abdul

kadir jailani dalam menyiarkan dan mengembangkan ajaran agama Islam adalah

dengan membunyikan rapa’i.(Drs. Abd. Hadjad, et al, 1993)

Menurut Z.H Idris (1993) rapai dimainkan dari 8 sampai 12 orang pemain yang disebut awak rapai dan disandingkan dengan instrumen lain seperti serune kalee atau buloh merindu. Permainan dari ensemble Rapai tersebut dapat menjangkau pendengaran dari jarak jauh akibat gema yang dipantulkannya dan tidak memerlukan microphone untuk setiap penampilannya bahkan pada malam hari di daerah pedesaan bisa mencapai pendengaran dari jarak 5-10 km.

Macam-macam jenis RAPAI:

1. Rapai Daboih

2. Rapai Gerimpheng

3. Rapai Pulot

4. Rapai Pase

5. Rapai Anak/tingkah

(21)

Rapai dimainkan dalam posisi duduk melingkar atau duduk berbanjar. Tangan kiri memegang paloh atau palong (body) rapai, tangan kanan memukul kulit rapai dan bila dipukul ditengah-tengah membran akan menghasilkan suara dengungan atau gema yang besar, tetapi tidak tajam suaranya (low).Bila dipukul pada pinggirnya akan mendapatkan suara tajam dan nyaring atau dapat disamakan dengan permainan drum yang dipukul dengan stick pada rimshot.Dalamsebuah permainan rapai, biasanya ada seorang syekhnya (pemimpin), dibantu oleh beberapa awak/pemukul lainnya. Dalam memainkan sebuah irama lagu, biasanya beberapa buah rapai memukul dengan tempo konstan, sedangkan yang lain dengan tingkahan-tingkahan (syncopate) dan suara dinamik.Suara phring dari lempengan tembaga yang gemerincing secara satu-satu atau beruntun, kadang-kadang dibarengi pula chorus secara ensemble atau sahut-sahutan mengulang (canon) yang gegap gempita. Sehingga memberikan warna yang betul-betul meriah pada suatu upacara pertunjukan yang diadakan.Posisi rapai tatkala duduk, tetap dipegang dalam keadaan ditegakkan diatas ujung kaki, sedangkan pemainnya ikut bergoyang/bergerak bahkan kepala ikut pula terangguk-angguk, sesuai menurut irama yang dimainkan saat itu.

(Drs.Abd.Hadjad,etal,1986).

Berikut contoh terjemahan (Surat Ali Imran, ayat 106 dan 107) yang di terjemahkan ke dalam bahasa Aceh dengan bentuk syair:

َﻡْﻮَﻳ ﱡﺾَﻴْﺒَﺗ ٌﻩﻮُﺟُﻭ ﱡﺩَﻮْﺴَﺗَﻭ ٌﻩﻮُﺟُﻭ ﺎﱠﻣَﺄَﻓ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ْﺕﱠﺩَﻮْﺳﺍ ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ْﻢُﺗْﺮَﻔَﻛَﺃ َﺪْﻌَﺑ ْﻢُﻜِﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺍﻮُﻗﻭُﺬَﻓ َﺏﺍَﺬَﻌْﻟﺍ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥﻭُﺮُﻔْﻜَﺗ ﺎﱠﻣَﺃَﻭ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ) ۱۰ ْﺖﱠﻀَﻴْﺑﺍ( ْﻢُﻬُﻫﻮُﺟُﻭ ﻲِﻔَﻓ ِﺔَﻤْﺣَﺭ ِﱠﷲ ْﻢُﻫ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ) ۱۰۷ (

(22)

Bak uroe dudoe nyang puteh muka Ngon itam muka dua kaphilah Nyang itam muka teuma geutanyong

‘Oh lheuh meuiman kakaphe di kah Jino karasa azeub bukon le Sebab kakaphe raya that salah

Nyang puteh muka teuma that seunang Bandum ureungnyan lam rahmat Allah

Keukai disinan sepanjang masa.

Adapun contoh syair yang biasa di lantunkan beriringan dengan alat musik Rapai ini yaitu :

Alhamdulilah Pujo Keu Tuhan Nyang Peujeut Alam Langet Ngon Donya

Teuma Seulaweut Ateuh Janjongan Panghulee Alam Rasul Ambiya

(Segala Puji kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan dunia

selawat dan salam pada junjungan penghulu alam Rasul Ambiya)

Nanggroe Aceh nyo Tempat loun lahee Bak Ujoung Pantee Pulo Sumatra Dilee Baroo Kon Lam jaro Kaphe Jino Hana lee Aman sentosa…

(Daerah Aceh ini Tempat lahir ku di ujung pantai pulau sumatera Dulu berada di tangan penjajah

(23)

3.3 Penggunaan Istilah Bahasa Arab dalam Alat musik Aceh

Menurut Wikipedia (2009) penggunan ialah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu; pemakaian.Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang mengungkapkan makna, proses dan keadaan. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun,baik budinya, menunjukkan bangsa, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1997:77)

Arab adalah nama bangsa di Jazirah Arab dan timur tengah. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1997:62) .Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa Bahasa Arab adalah tutur kata yang digunakan oleh bangsa di jazirah arab dan timur tengah.

ﺎﻤﻬﺑ ﻢﺘﻜﺴﻤﺗ ﺎﻣ ﺍﻮﻠﻀﺗ ﻦﻟ ﻦﻴﺌﻴﺷ ﻢﻜﻴﻓ ﺖﻛﺮﺗ

:

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

ﻪﻟﻮﺳﺭ ﺔﻨﺳ ﻭ ﷲ ﺏﺎﺘﻛ

(24)

Beberapa alat musik Tradisional Aceh yang dikutip dari Haba ( Makna kesenian tradisional pada masyarakat NAD) (2006, 24-27), diantaranya:

Alat Musik Tradisional Aceh Nanggroe Aceh Darussalam

1.Arbab

2.Bangsi Alas

3.Geundrang

4.Tambo

5.Taktok Trieng

6.Bereguh

7.Rebana

8.Bereguh

9.Serune Kalee

10.Canang

(25)

Alat musik Aceh dan Alat musik Arab beserta Istilah Bahasa Arab :

N No.

Alat musik Aceh Alat musik Arab Proses

1.

Arbab Arbab / ﺏﺎﺑﺭﺍ Asli dari

istilah bahasa Arab

2 2.

Bangsi Alas Asli dari

istilah Bahasa Aceh

3 3.

Geundrang - Berasal dari

bahasa Indonesia yakni (Gendang)

4 4.

Tambo - Asli dari

istilah bahasa Aceh 5

5.

Taktok trieng - Asli berasal

dari istilah bahasa

Aceh 6

6.

Bereguh - Asli dari

istilah Bahasa Aceh

7 7.

Rebana Rebana (tamborin

Arab) /Rabbana/

ﺎﻨّﺑﺭ ﺍ(Yaa Tuhan Kami)

Alat musik ini terdapat di Arab

dan di Aceh

8 8.

Canang - Asli berasal

dari istilah bahasa Aceh

9 9.

Seurune Kalee Nay(Serunai)

ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ/ṣurnāyatun /

(26)

(Aceh).Seurune

diambil dari kata

(serunai),Kalee

(nama daerah di

Aceh pidie) dimana nama daerah inilah alat musik ini pertama kali masuk.

10.

Rapa’i - Alat musik

ini diambil dari nama seorang penyiar dari

Baghdad yaitu:syeikh

Rapi. Rapai biasa

disebutkanbersamaan antara dialek Bahasa Aceh dan Bahasa

Arab.

3

.4

Fungsi Alat musik Arab dalam masyarakat Aceh

Menurut pemaparan dari Kepala Museum Banda Aceh (Edeh Warningsih),

(27)

dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi maupun mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

Selain digelar dalam berbagai pertunjukan atau sebagai pelengkap alat musik yang lain, alat musik Rapai, Rebana dan Serune Kalee berperan sebagai penunjang dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang berhubungan

antarmanusia. Misalnya, upacara perkawinan, melepaskan nazar, penyambutan tamu, peresmian proyek, dan sebagainya (Z. H. Idris, 1993: 54).

Fungsi alat musik Serune Kalee bukan hanya berhubungan dengan dakwah

Islam, namun juga dalam berbagai kegiatan yang lain secara umum. Jenis alat

musikSerune Kalee seperti yang didapatkan dari sumber LintasGayo

menyebutkan salah satu seniman pengrajin alat musik tradisional yang bertempat di (Gampong Kayee Lee, Perumahan Kuwait, No.44, Jalan Asrama Raider, Lambaro Café), Aceh Besar ini mengaku alat musik buatannya kerap dipesan pengunjung lokal maupun interlokal untuk di pamerkan sebagai salah satu ciri khas budaya bangsa .

Alat musik Rebana yang sering digunakan pada acara-acara marawis

maupun qasidah bagi beberapa kalangan seperti sekelompok Ibu-ibu maupun anak-anak sekolah yang sering tampil di berbagai acara adat-istiadat Aceh maupun pembukaan suatu acara juga sering dijadikan perlombaan yang bertujuan menjalin silaturahmi dan melestarikan budaya Aceh yang sering kali Rebana menjadi pengiring suatu Tarian Aceh Tradisional. Peninggalan alat-alat musik Arab masih digunakan di beberapa acara dan mengikuti perkembangan jaman sering kali alat-alat musik tradisional tersebut diikuti dengan alat-alat musik modern yang hingga kini masih di pakai ditengah-tengah masyarakat Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam (Edeh Warningsih:2014).

Seperti halnya juga pada alat musik Rapai banyak dijumpai di berbagai

acara keramaian , seperti hiburan rakyat, dan pasar malam . Rapai merupakan

(28)

Interlokal .Seiringnya waktu berjalan alat musik ini diikuti dengan alat-alat musik modern yang ada di Aceh. (Edeh Warningsih:2014)

3.4.1 Fungsi Alat Musik Serune Kalee

1. Nilai Budaya

Serune Kalee merupakan peralatan musik yang digunakan masyarakat Aceh.Hingga saat ini serune kale masih digunakan untuk pelestarian budaya lokal.Biasanya di tunjukkan dalam upacara adat dan ceremonial penyambutan tamu.

2. Nilai Seni

Kekhasan nada dan suara yang muncul dari peralatan ini membuat musik yang dihasilkan menjadi lebih dinamis.

3. Nilai Kearifan sosial

Setiap masyarakat, setiap daerah mempunyai pandangan sendiri-sendiri baik mengenai, diri, orang lain, sejarah, dan kebudayaan mereka.Terdapat kearifan tertentu dalam setiap tradisi dan budaya yang senantiasa dihidupi oleh masyarakat tersebut.Tidak berbeda halnya dengan peralatan Serune Kalee.

3.4.2 Fungsi dari alat musik Rebana

1. Hiburan

Alat musik ini sering ditampilkan bersama dengan alat musik pengiring lainnya yang diikuti bersama tarian khas dari Aceh dalam penyambutan Istimewa seperti para tamu-tamu terhormat dari kalangan Atas yang mengunjungi Nanggroe aceh Darussalam. ( Edeh Warningsih).

(29)

Dakwah yang berarti perintah mengadakan seruan kepada manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah SWT yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik.( Asnawi, 1995:85-86).

3.4.3 Fungsi dari Alat Musik Rapai

1. Nilai Tradisi

Pertunjukan rapai merupakan warisan tradisi yang perlu dilestarikan. Apertunjukan rapai masih digelar hingga saat ini dalam berbagai acara

2. Nilai Budaya

Masyarakat Aceh mempunyai kekayaan kebudaan yang beragam.

3. Nilai Kekompakan

Memainkan alat musik rapai selalu menuntut kekompakan saat pertunjukan.

4. Nilai Keindahan

Pertunjukan rapai sebagai musik pengiring dalam alat musik lainnya dan tarian khas Aceh merupakan sebuah karya seni bagi masyarakat Aceh.

Menurut kepala Museum Banda Aceh ( Edeh warningsih ) perlunya

komponen alat musik Aceh yang di museumkan dan patut dijaga serta di lestarikan karena alat musik Aceh merupakan salah satu wujud kebudayaan nyata dari

(30)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan mengenai penggunaan istilah Alat musik Arab dalam Alat musik Aceh. Yang terdapat di Museum Banda Aceh ialah:

Peninggalan alat musik Arab yag terdapat di dalam Museum Banda Aceh ialah:Serune Kalee, Rebana dan Rapai. Penggunaan istilah Bahasa Arab pada alat musik yang terdapat di Museum Banda Aceh ialah : Serune Kalee ( Serunai) ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ / ṣurnāyatun ( Serunai dari daerah Kalee ) Rabbāna ﺎﻨّﺑﺭ ( yaa Tuhan Kami), Rapai ( di ambil dari nama Syeikh Rapi dari Baghdad).

Adapun fungsi dari alat-musik Arab dalam masyarakat Aceh ialah:

a. Fungsi Serune Kalee bukan hanya berhubungan dengan dakwah Islam,

namun juga dalam berbagai kegiatan yang lain secara umum. Hingga saat ini, Serune Kaleee masih digunakan dalam acara adat istiadat Masyarakat Aceh , penyambutan Tamu dalam beebrapa acara,sebagai pengiring alat musik lainnya .

b. Alat musik Rebana yang sering digunakan pada acara-acara marawis

maupun qasidah bagi beberapa kalangan seperti sekelompok Ibu-ibu maupun anak-anak sekolah yang sering tampil di berbagai acara adat-istiadat Aceh maupun pembukaan suatu acara juga sering dijadikan perlombaan yang bertujuan menjalin silaturahmi dan melestarikan budaya Aceh yang sering kali Rebana menjadi pengiring suatu Tarian Aceh Tradisional. (Edeh Warningsih:2014).

c. Seperti halnya juga pada alat musik Rapai merupakan salah satu alat

(31)

kesempatan perlombaan tari maupun sebagai penyambutan tamu-tamu penting Lokal maupun Interlokal .Seiringnya waktu berjalan alat musik ini diikuti dengan alat-alat musik modern yang ada di Aceh (Edeh Warningsih:2014)

4.2 Saran

Adapun peneliti memberikan saran yaitu:

1. Agar Pemerintah lebih memperhatikan kesenian-kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat Aceh, khususnya Alat-alat musik Arab

sebagaimana kota Banda Aceh yang disebutkan sebagai ‘Serambi Mekkah” di Nanggroe Aceh Darussalam

2. Memeperkaya istilah-istilah Bahasa Arab khususnya dalam alat-alat musik

3. Pengembangan dan pelestarian kesenian dengan menggunakan alat-alat musik Arab dalam masyarakat Aceh

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang alat-alat musik Arab sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yaituEwen Hermanto Tarigan ( 920704012 ) dengan judul peninggalan alat-alat musik arab dalam kesenian masyarakat Melayu Deli di kota Madya Medan. Disini peneliti meneliti tentang peninggalan alat-alat musik Arab yang terdapat dalam kesenian masyarakat Melayu Deli di kota madya Medan.

Namun sejauh ini penelitian tentang alat-alat musik Arab dalam kesenian masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh mahasiswa departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan merupakan proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu atau pemakaian. Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan kata, makna, konsep,proses, keadaan, sifat yang khas dalam bidang tertentu. (Suherlan:2005).

Berkaitan dengan judul penelitian bahwasannya penggunaan merupakan proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu atau pemakaian. (Suherlan Odien:2005), sedangkan istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, peoses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. (Chaer:1990). Adapun pendapat lainnya yang berkaitan dengan pengertian istilah

yakni dalam

ﺡﻼﻄﺻﺍ /iṡṭilāḥ/ ) merupakan kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu.
(33)

bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang. (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1997 :77).

Dalam buku History of the Arabs, ( Hitti,2008:3-4) menjelaskan bahwa pada abad pertengahan, Semenanjung Arab melahirkan sebuah bangsa yang menaklukan sebagian besar wilayah dunia yang kemudian menjadi pusat-pusat peradaban, dan melahirkan agama Islam yang dianut sekitar 450 juta orang, yang mewakili hampir semua ras diberbagai kawasan. Bangsa Arab bukan hanya membangun kerajaan, melainkan kebudayaan. Tidak ada satupun bangsa pada abad pertengahan yang meberikan kontribusi terhadap kemajuan manusia sebesar kontribusi yang diberikan oleh orang Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab.

Menurut (Musthafa al-Ghalayaini, 2005:7)bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab, mendefinisikan bahasa dengan: aswat yu’abbir biha kull qaum ‘an agraḍihim (berbagai bunyi yang digunakan masyarakat untuk mengungkapkan berbagai maksud atau tujuan mereka). Menurut pakar ilmu Ushul, lughah (bahasa) adalah setiap lafadz (kata) yang dibuat untuk menunjukkan makna tertentu, cara mengetahui lughah adalah melalui periwayatan.Senada dengan definisi tersebut, al-Ghalayaini mendefinisikan bahasa dengan: alfaż yu’abbir kull qaum ‘an maqasiḍim (berbagai kata yang digunakan masyarakat untuk mengungkapkan berbagai maksud mereka).Dari konteks ini, bahasa Arab didefinisikan dengan:

ُﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ﺎَﻨَﻟ ﺎَﻬَﻈِﻔَﺣَﻭ ِﻞْﻘﱠﻨﻟﺍ ِﻖْﻳِﺮَﻁ ْﻦِﻣ ﺎَﻨْﻴَﻟِﺇ ْﺖَﻠِﺻُﻭ ْﺪَﻗَﻭ ْﻢِﻬِﺿﺍَﺮْﻏَﺃ ْﻦَﻋ ُﺏَﺮَﻌْﻟﺍ ﺎَﻬِﺑ ُﺮﱢﺒَﻌُﻳ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ُﺕﺎَﻤِﻠَﻜﻟﺍ

ْﻢِﻬِﻣﻮُﻈْﻨَﻣَﻭ ِﺏَﺮَﻌْﻟﺍ ِﺭﻮُﺜْﻨَﻣ ْﻦِﻣ ُﺕﺎَﻘﱢﺜﻟﺍ ُﻩﺍَﻭَﺭ ﺎَﻣَﻭ ُﺔَﻔْﻳِﺮﱠﺸﻟﺍ ُﺚْﻳِﺩﺎَﺣَﻷْﺍ َﻭ ُﻢْﻳِﺮَﻜْﻟﺍ

/Al kalimātu al latī yu’abbiru bihā al-‘arabu ‘an agrādihim wa qadwusilat

ilainā min tarīqi annaqli wa hafidahā lanā al-Qur’ānu al-karīmu al-ahādisu as

(34)

kepada kita oleh Al-Qur’an al-karim dan hadist-hadist mulia, dan berbagai riwayat terpercaya berupa prosa-prosa dan syair-syair Arab”( Ibid ) .

Adapun budaya Aceh yakni suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelomok orang dari generasi ke generasi masyarakat Aceh. (Mirzan Fuasi,2009:5). Sedangkan budaya Arab adalah segala sesuatu yang didapatkan oleh masyarakat arab yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan lainnya. Kebudayaan arab tersebut dapat terlihat dalam tingkah laku masyarakat arab nya sehingga menjadi khas atau ciri yang membedakan dengan masyarakat lainnya. Atau bisa juga dikatakan bahwa budaya arab adalah potensi yang ada pada manusia yang akan mencipta dan membuat karya serta merasa yang didominasi dengan nuansa arab. Salah satu cirinya yang khas adalah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dan pergaulanseharihari.(http://iyansetiaone.wordpres.com/kebudayaanseniarabsaudi)

Bahwasannya penjelasan diatas, menjelaskan bahwasannya untuk memahami kebudayaan Arab maka sebaiknya kita harus mengetahui kondisi dari Arab itu sendiri, seperti hal nya Ayat di bawah ini:

ْﻢُﻜَﻣَﺮْﻛَﺃ ﱠﻥِﺇ ﺍﻮُﻓَﺭﺎَﻌَﺘِﻟ َﻞِﺋﺎَﺒَﻗَﻭ ﺎًﺑﻮُﻌُﺷ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻠَﻌَﺟَﻭ ﻰَﺜْﻧُﺃَﻭ ٍﺮَﻛَﺫ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎﱠﻧِﺇ ُﺱﺎﱠﻨﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ

ٌﺮﻴِﺒَﺧ ٌﻢﻴِﻠَﻋ َ ﱠﷲ ﱠﻥِﺇ ْﻢُﻛﺎَﻘْﺗَﺃ

(Q.S. Al Hujurat Ayat 13)
(35)

Berdasarkan dari salah satu unsur kebudayaan ialah kesenian, peneliti menggunakan teori Koentjaraningrat (1999) mengelompokkan seni menjadi beberapa bagian. Menurutnya; berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut: (1) Seni Rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu (b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; (2) Seni Pertunjukan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara. Dalam seni pertunjukan, indera pendengaran sebenarnya juga turut berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara dan musik untuk menghidupkan suasana.

Penelitian ini memfokuskan tentang alat musik, bahwasannya alat musik merupakan ciptaan manusia yang dapat mengungkapkan kebudayaan satu kelompok masyarakat.Musik mengungkapkan ketinggian peradaban dalam meneruskan pengetahuan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Menurut para sarjana musikologi, jika suatu masyarakat tidak mengenal musik, baik yang diciptakan sendiri maupun pengaruh dari luar (Dounrnn, 1981:5).

(36)

Alat-Alat Musik Arab( Wikipedia: 2003)

1. Gambus (Gitar Arab)

Gambus adalah sebangsa gitar yang dipakai di Musik Arab, biasa disebut

ﺩﻮﻋ

/ ‘

aud

/ memiliki 6 jenis dawai rangkap, dawai yang dipakai adalah usus

kambing atau nylon, biasanya setiap dawai rangkap sehingga ada 12 dawai semuanya, tidak ada fret (jadi seperti biola, papan polos, nada ditentukan dengan posisi jari seperti main biola),sedangkanplektrum disebutkan dalam bahasa Arab sebagai risha (artinya bulu).Sekarang dawai dibuat dari nylon yang dibungkus kuningan atau tembaga) seperti dawai gitar.Gambus memiliki suara rendah yang unik. Gambus atau Arab. Nama lute di Eropa adalah berasal dari Arab, yaitu al oud.
(37)

Qanunﻦﻨﻗ adalah alat musik dawai seperti kecapi atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian dibawa ke Eropa pada Abad XII.Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum.Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.Pemain maestro qanun adalah: Muhammad El ‘Aqqa Abraham Salma

3. Nay (Serunai Arab)

Nay (bahasa Parsi berarti reed atau yang dipakai untu Clarinet), atau kalau di Sumatera disebut Serunai..Dalam Bahasa Arab disebutﺔﻳﺎﻧﺮﺻﻭﺍﺮﻣﺰﻣ / mizmar au

(38)

4.Rebana (Tamborin Arab)

ﻑﺩ / duff /

terutama dipakai untuk kenal dengan nama tambourine di Arab disebut sagaat. Ukuran bervariasi, kalau dalam musikkendang dengan kulit lembu, dan suling dari bambu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Ukurannya biasanya dengan diameter 20 cm dan tinggi 8 cm, diberi krincingan tembaga sebanyak 5 pasang.Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan.Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau palstik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga (tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara).

(39)

Kata buzuq berasal dariﺪﻧﺍ / and/ pada masa prajuritkepala terbakar. Awalnya alat musik ini dibuat dari sepotong kayu tunggal yang dipotong dan digerus, namun sekarang sudah berupa beberapa lapis kayu untuk membentuknya, dan juga putaran dawai sudah dengan mekanik seperti gitar.Alat musik ini mempunyai papan jari yang panjang dan dawai logam, dimainkan dengan petikan plektrum tanduk, sekarang dari palstik. Dawai logam memberi suara yang nyaring, baiasnya dimainkan secara tunggal dan tidak dalam kelompok pemusik Arab (band), dan biasa dijumpai di dengan Musi

Menurut Buku Makna Kesenian Tradisional pada Masyarakat NAD (2006:24)

1. Arbab /

ﺏﺎﺑﺭﺍ/ arbāb/
(40)

2. Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara.Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat.Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai.Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.

3. Serune Kalee (Serunai) /

ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ ﻭﺍ ﺮﻣﺰﻣ
(41)

penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga.Bentuk menyerupai seruling bambu.Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.

Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

4. Rapai

Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng(rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

5. Geundrang (Gendang)

ﻞﺒﻁ

(42)

Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee.Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul.Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara.Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional Aceh.

6. Tambo

Sejenis tambur yang termasuk alat pukul.Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit.Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi mikropon.

(43)

Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu.Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis :

Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini. Jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).

8. Bereguh

Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh.Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini

(44)

Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian.Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong.Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul.Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan disawah.

10. Celempong

(45)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Shabri A ( 2004: 4) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah sebuah Daerah Istimewa yang terletak di Pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia, Ibukota Provinsi NAD adalah Banda Aceh. Provinsi NAD yang terletak diantara Selat Malaka dan Samudera Hindia, sangat strategis baik dari sudut ekonomi, politik, maupun geografis.sehingga menjadi jalur perniagaan internasional yang paling sibuk di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari kata budhayah. Jika diurai kata ini berasal dari kata budi atau akal, kemudian diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan budi atau akal manusia . Budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat, dan lain-lain. Dalam bahasa arab kata “kebudayaan” itu disebut denganﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ / aṡ-ṡaqāfatun/Selain kataﺔﻓﺎﻘﺛ/ ṡaqafatun / dalam bahasa arab yang diartikan dengan kebudayaan terdapat juga kata ﺪﻤﺘﻟﺍ / at-tamaddun / danﺓﺭﺎﻀﺤﻟﺍ/ al-ḥaḍāratun /kemudian dalam bahasa inggris disebut “culture”. (Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa,2008:243).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat ( E.B Taylor, 1871:1).

(46)

lahir dan batin. Karsa: Norma– norma keagamaan/kepercayaan, yang bersumber dari (lahir) dan (mati)”. Rasa: Norma keindahan yang menghasilkan kesenian, yang bersumber dari keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Jadi, kebudayaan adalah hasil dari buah budi (gagasan) manusia yang berupa cipta, rasa dan karsa baik yang kongkrit ataupun abstrak yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Yang dalam pengaplikasianya di lakukan dengan pola – pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya yang telah menjadi kebiasaan yang turun temurun dari leluhur.

Banyak ahli yang telah memaparkan tentang definisi kebudayaan.Setiap dari mereka cenderung mempunyai vesri masing-masing. Untuk itu, peneliti hanya memaparkan sebagian pendapat dari para ahli, diantaranya:

Kata “ kebudayaan” berasal dari (bahasa sasekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata”buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal dan budi, adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayan, berasal dari kata Latin colere ( mengolah atau mengajak) yaitu sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk

mengolah dan mengubah alam ( koentjaraningrat,1965:77-78).

(47)

Menurut Antropolog C. Kluckhohn (1953:507-523) ada 7 unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal dalam sebuah karya yang berjudul Universal Categories of Culture yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,perumahan,alat-alat rumah tangga,senjata,alat-alat produksi,transportasi,dan sebagainya). 2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi

(pertanian,peternakan,system produksi,system distribusi, dan sebagainya) 3. Sistem kemasyarakatan (system kekerabatan,organisasi politik,sistem

hukum,sistem perkawinan). 4. Bahasa ( lisan maupun tulisan) 5. Religi

6. Sistem pengetahuan.

7. Kesenian ( seni rupa, seni suara, seni gerak, alat-alat musik dan sebagainya).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 musik memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Ilmu atau seni penyusunan nada atau suara dalam urutan,kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan

2. Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama,lagu dan keharmonisan(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian itu atau yang disebut dengan alat musik).

(48)

bentuk kebudayaan, salah satunya adalah upacara keagamaan, dalam upacara keagamaan terdapat unsur menyanyi nyanyian suci dan memainkan drama (Koentjaraningrat,1980:393), dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar,yaitu :

(1) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata,

(2) seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga (Koentjaraningrat, 1980:395-396), dalam hal ini kesenian dimunculkan salah satunya dalam bentuk alat musik.

(49)

Peneliti memilih judul penggunaan istilah Bahasa Arab pada alat musik masyarakat Aceh bahwasannya alat musik merupakan bagian dari salah satu unsur kebudayaan yakni Kesenian. Kesenian terdiri dari seni rupa, seni relief, seni lukis, seni rias, seni vokal, seni musik, seni bangunan, seni kesusatraan, dan seni drama (Koentjaraningrat, 2009:298). Peneliti memilih salah satu unsur dari kesenian yakni seni musik, bahwasannya seni musik memerlukan alat musik. Dengan beberapa pertimbangan yang sesuai dengan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian terhadap alat musik Arab yang merupakan bagian dari kebudayaan, dan istilah kebudayaan perlu diketahui secara ilmiah. Adapun istilah Bahasa Arab dalam alat musik Aceh di Museum Banda Aceh perlu diteliti secara ilmiah sebagai usaha pelestarian budaya.

1.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka diperlukan adanya rumusan masalah yang meliputi:

1. Apa saja peninggalan alat musik Arab di Museum Banda Aceh nanggroe Aceh Darussalam?

2. Apa saja istilah alat musik yang digunakan dalam alat musik Arab dalam kesenian masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam?

3. Bagaimanakah fungsi alat musik Arab pada masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

(50)

2. Untuk mengetahui istilah alat musik dalam bahasa Arab yang di gunakan kesenian masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Untuk mengetahui fungsi alat musik Arab pada masyarakat Aceh di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

(Secara Teoritis) :

1. Menambah pengetahuan peneliti maupun pembaca mengenai alat-alat musik Arab yang terdapat di Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam . 2. Pengembangan ilmu bahasa Arab yang terdapat dalam istilah bahasa Arab

pada alat musik yang di gunakan oleh masyarakat Aceh.

3. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya dan dapat menjadi referensi pengetahuan khususnya di bidang kesenian Arab. 4. Turut menambah literature tentang wujud kebudayaan yang ada di Indonesia

khusunya dalam kesenian alat musik Arab yang terdapat di Museum Banda Aceh bagi Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya USU.

(Secara praktis) :

1. Mengembangkan kesenian dan pariwisata di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Memelihara dan melestarikan alat musik Arab di dalam Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam.

1.5 Metode Penelitian

(51)

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) . Dalam penelitian ini , peneliti akan mengambil data yang akurat dari lokasi penelitian melalui metode observasi (pengamatan), dimana observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik. Observasi ini disebut terstruktur,dimana observasi ini telah di rancang secara sistematis, tentang apa yang akan di amati kapan dan dimana tempatnya. Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan mendokumentasikan dari lokasi penelitian tersebut. Teknik yang dipakai peneliti melalui wawancara secara tatap muka (face to face) (Sugiyono:2010:137-138).

Adapun tahap penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut :

1. Mengumpulkan buku-buku referensi dari pembahasan penelitian

2. Mengadakan observasi (pengamatan) terhadap alat-alat musik yakni dengan cara mendatangi dan meninjau lokasi objek penelitian di Museum Banda Aceh.

3. Mengadakan interview (wawancara) dengan kepala Museum Banda Aceh dilokasi penelitian.

4. Mengumpulkan data alat-alat musik yang terdapat didalam Museum Banda Aceh.

5. Menganalisis apa saja alat musik yang menggunakan istilah Bahasa Arab. 6. Mengolah data dan menganalisis data.

(52)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data ( Sugiyono, 2010: 137-146 ) yaitu:

a. Observasi (pengamatan), melalui pengamatan peneliti yang berguna untuk mengamati objek-objek penelitian seperti alat-alat musik yang terdapat dalam Museum Banda Aceh tersebut. Observasi ini dimulai pada akhir bulan januari tahun 2014 hingga pertengahan bulan februari 2014.

b. Interview (wawancara), yang berguna untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat dari para Narasumber penelitian.

Adapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu bersama: 1. Kepala Museum Banda Aceh ( Edeh Warningsih ) 2. Guide tourist Museum Banda Aceh

3. Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banda Aceh 4. Tokoh Masyarakat Banda Aceh

5. Guru kesenian SMP dan SMA Iskandar Muda Lhokseumawe, Aceh Utara ( Abdul Fathah, dan Jamil )

c. Pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Artinya pengobservasian dapat dilakukan melalui penglihatan,penciuman,pendengaran,peraba dan pengecap ( Arikunto,1993:128).

(53)

ABSTRAK

(54)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗﺓﺭﻮﺻ

.ﻚﺘﻤﺣﺭ ﻲﻧﺎﻴﻏﺃ ۲۰۱٥

. ۰۹۰۷۰٤۰۰۲ ﺪﻨﻋ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟ ﺔﻔﻠﻟﺍ ﺕﺎﺤﻠﻄﺼﻤﻟﺍ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺍ .

ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺓﺭﺎﻀﻁ ,ﻡﻮﻠﻋ ﺔﻴﻠﻛ ﻲﺑﺮﻌﻟﺍ ﺏﺍﺩﻷﺍ ﻢﺴﻗ .ﻡﻼﺴﻟﺍﺭﺍﺩ ﻪﺟﺃ ﻩﻭﺮﻜﻌﻧ ,ﻪﺟﺃ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻨﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻪﺟﺃ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﺔﻟﺃ ﺔﻗﻼﻋ ﻊﻣ ﻪﺟﺃ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻞﻤﻌﺘﺴﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻲﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺍ ﻊﻴﻤﺟ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺍﺪﻫﺃ .ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﻲﻓ ﺕﺎﻧﺎﻴﺒﻟﺍ ﻞﻴﺼﺤﺗﻭ ﺔﻴﻧﺍﺪﻴﻤﻟﺍ ﺐﻴﻟﺎﺳﻷﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﻊﻣ ﺕﺍﺮﻌﻧﺮﺠﺘﻨﻛ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻞﻤﻌﺘﺴﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺔﺠﺘﻨﻟﺍ. ﻰﺳﺎﺳﻷﺍ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻊﺟﺍﺮﻤﻟ ﺔﺒﺘﻜﻤﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻢﻋﺪﻳﻭ ﻪﺟﺍ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻧﺎﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻊﻗﻮﻤﻟﺍ .ﺏﺎﺑﺭﺍ ﻭ ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ ﻭ ﻥﺎﺑﺭ ﻲﻫﻭ ﻪﺟﺍ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻧﺎﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻲﺑﺍﺮﻌﻟﺍ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺃ ﻥﺃ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺍﺪﺟﻭ ﺚﺤﺒﻟﺍ

(55)

PENGGUNAAN ISTILAH BAHASA ARAB PADA ALAT

MUSIK ACEH DI MUSEUM BANDA ACEH NANGGROE

ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI SARJANA

OLEH

NIM.090704002

AGIYANI RACHMATIKA

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(56)

PENGGUNAAN ISTILAH BAHASA ARAB DALAM ALAT

MUSIK ARAB MASYRAKAT ACEH DI MUSEUM BANDA

ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI SARJANA

OLEH

NIM. 090704002 AGIYANI RACHMATIKA

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(57)

PENGGUNAAN ISTILAH BAHASA ARAB DALAM ALAT

MUSIK ARAB MASYRAKAT ACEH DI MUSEUM BANDA

ACEH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH

NIM. 090704002

AGIYANI RACHMATIKA

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.

NIP. 196212041987032001 NIP.196501121990032001

Dra. Fauziah, M.A.

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu SASTRA Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

(58)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.

(59)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. (...)

2. Dra. Fauziah, M.A. (...)

3. Drs. Suwarto, M.Hum (...)

4. Dr. Rahimah M.Ag (...)

(60)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 2015

NIM. 090704002

(61)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sasta pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Shalawat dan salam juga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para syuhada yang telah menyampaikan risalah kebenarab dan membawa umatnya dari alam jahiliah menuju alam yang terang dan penuh ilmu pengetahuan.

Penyusunan karya ilmiah berupa skripsi merupakan suatu tanggung jawab bagi seorang mahasiswa dalam menyelesaikan studinya, khususnya dalam bidang ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat tersebut, peneliti

berusaha menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan mengangkat judul “ Penggunaan Istilah Bahasa Arab Dalam Alat Musik Arab Masyarakat Aceh di

Museum Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam ”.

Skripsi ini berusaha mengungkapkan tentang apa saja alat musik Arab yang terdapat di Museum Banda Aceh, apa saja istilah Bahasa Arab dalam alat musik Aceh dan bagaimana fungsi dari alat-alat musik Arab yang ada di Museum Banda Aceh. Dengan penelitian ini peneliti berharap bisa memberikan kontribusi ilmiah, inspirasi, motivasi, atau informsi bagi pribadi peneliti maupun para pembaca.

(62)

diatasi karena adanya usaha, do’a, dan bantuan dari berbagai pihak dan tentunya ridho Allah SWT sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skipsi ini masih kurang sempurna dan memiliki beberapa kekurangan. Namun, peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna sempurnanya penelitian ini. Terima kasih atas perhatian para pembaca.

Medan, 2015

Peneliti

`

NIM. 090704002 AGIYANI RACHMATIKA

(63)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penulisan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk material, moril, doa, juga dukungan. Maka, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara beserta pembantu Dekan I,II dan III yang telah menyediakan saran dan prasarana yang dibutuhkan selama perkuliahan.

2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D., dan Ibu Dra. Faujiah, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada peneliti dari awal perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi.

3. Ibu Dra. Murniati, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik( Dosen Wali) saya yang selalu sabar dan telaten memberikan masukan-masukan baik dalam bidang akademik maupun hal-hal yang bersifat pribadi kepada peneliti dengan tujuan untuk membangun peneliti menjadi lebih baik

4. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D. dan Bapak Ibu Dra. Fauziah, selaku Pembimbing I dan II yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(64)

6. Bang Andika yang banyak berperan terhadap kelancaran penyelesaian skripsi ini. Serta segenap civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Kepala Museum Aceh, terutama Dra. Junaidah Hasnawati dan Ibu Edeh Warningsih beserta staff di Museum Banda Aceh yang telah banyak membantu saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teristimewa untuk kedua orangtua saya Ayahanda H. Ahmad Bahagia Siregar dan Ibunda Hj. Sri Windayani, yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik peneliti sampai hari ini peneliti dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi negeri. Terimakasih untuk semua doa, semua cinta, dan dukungan yang telah Ayah dan Mama berikan untuk Agi. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk Ayah dan Mama di dunia dan akhirat.

9. Yang tersayang adik-adik peneliti, Winny Tia Rakhisya dan Raisha Zahra atas do’a , dukungan dan motivasinya.

10. Teristimewa untuk calon imam Maudana terima kasih atas do’a, dukungan dan motivasinya setiap hari.

11. Untuk Bou Ana yang tinggal serumah telah menemani dari tahun 2009 hingga sekarang yang di anggap Ibu sendiri oleh peneliti.

12. Kawan kompak dari SD hingga sekarang tetap menjadi sahabat, Anisa Regina dan Ansari Maulidil Awal yang selalu ada saat susah maupun senang.

(65)

14. Untuk adik-adik tersayang yang selalu menemani saat susah maupun senang Dini azhani Daulay, Raudini Kusuma Wardhani, Septika Yolanda, Ayu Lestari , Masita, Tomy Aziz.

15. Untuk adik-adik istambuk 2011 Andi, Ratih, liya dan adik-adik 011 lainnya.

16. Untuk adik-adik 2012 Agung , Hilmi, Humayra, Debby, Asril, Fariz, Hanafi dan adik-adik 012 lainnya.

(66)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR PETA ... x

ABSTRAK ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 21

1.1 Latar Belakang ... 21

1.2 Rumusan Masalah ... 25

1.3 Tujuan Penelitian ... 25

1.4 Manfaat Penelitian ... 26

1.5. Metode Penelitian ... 26

1.5.1 Jenis Penelitian ... 27

1.5.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.5.4 Teknik Analisis Data ... 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 31

BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

3.1 Sejarah singkat Museum Banda Aceh NAD ... 45

3.2 Peninggalan Alat musik Arab di Museum Banda Aceh ... 49

3.3 Alat Musik Aceh dan Alat Musik Arab Beserta Istilah Bahasa Arab ... 61

(67)

BAB IV PENUTUP ... 67

4.1 Kesimpulan ... 67

4.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 71

Lampiran I ... 72

(68)

ABSTRAK

(69)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗﺓﺭﻮﺻ

.ﻚﺘﻤﺣﺭ ﻲﻧﺎﻴﻏﺃ ۲۰۱٥

. ۰۹۰۷۰٤۰۰۲ ﺪﻨﻋ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟ ﺔﻔﻠﻟﺍ ﺕﺎﺤﻠﻄﺼﻤﻟﺍ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺍ .

ﺔﻌﻣﺎﺟ ﺓﺭﺎﻀﻁ ,ﻡﻮﻠﻋ ﺔﻴﻠﻛ ﻲﺑﺮﻌﻟﺍ ﺏﺍﺩﻷﺍ ﻢﺴﻗ .ﻡﻼﺴﻟﺍﺭﺍﺩ ﻪﺟﺃ ﻩﻭﺮﻜﻌﻧ ,ﻪﺟﺃ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻨﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻪﺟﺃ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﺔﻟﺃ ﺔﻗﻼﻋ ﻊﻣ ﻪﺟﺃ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻞﻤﻌﺘﺴﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻲﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺍ ﻊﻴﻤﺟ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺍﺪﻫﺃ .ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﻲﻓ ﺕﺎﻧﺎﻴﺒﻟﺍ ﻞﻴﺼﺤﺗﻭ ﺔﻴﻧﺍﺪﻴﻤﻟﺍ ﺐﻴﻟﺎﺳﻷﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﻊﻣ ﺕﺍﺮﻌﻧﺮﺠﺘﻨﻛ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻞﻤﻌﺘﺴﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺔﺠﺘﻨﻟﺍ. ﻰﺳﺎﺳﻷﺍ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻊﺟﺍﺮﻤﻟ ﺔﺒﺘﻜﻤﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻢﻋﺪﻳﻭ ﻪﺟﺍ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻧﺎﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻊﻗﻮﻤﻟﺍ .ﺏﺎﺑﺭﺍ ﻭ ﺔﻳﺎﻧﺮﺻ ﻭ ﻥﺎﺑﺭ ﻲﻫﻭ ﻪﺟﺍ ﻩﺪﻌﺑ ﻲﻧﺎﻁﻮﻟﺍ ﻒﺤﺘﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻲﺑﺍﺮﻌﻟﺍ ﺔﻴﻘﻴﺳﻮﻤﻟﺍ ﺔﻟﺃ ﻥﺃ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺍﺪﺟﻭ ﺚﺤﺒﻟﺍ

(

Referensi

Dokumen terkait

Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab yang selanjutnya disebut UAMBN adalah kegiatan pengukuran pencapaian hasil belajar

Meuligoe Nur

Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terpaan program iklan obat non resep pada televisi terhadap sikap masyarakat dalam

viride compost which was stored at 17 o C for a month that was able to suppress the white root disease severity up to 70 percent and capable of suppressing the rizomorph

Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga perdagangan besar kedelai di Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Kalimantan Barat dan Sulawesi

$kan lele (Clarias batrachus ! pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar ' cm dan ukuran..  berat tubuh ) sampai '

Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan lepas lambat tablet teofilin dengan metode granulasi basah dengan matriks Natrium Karboksimetil selulose (NaCMC) dan Xanthan Gum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Manisha Behal tahun 2015 didapatkan hasil bahwa kematian perinatal paling banyak terjadi pada kelompok yang melakukan persalinan