Lampiran 1
INFORM CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Nama Peneliti : Liza Kudadiri
NIM : 121101103
Judul Penelitian : Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause
Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia
menopause.
Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi
ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi
atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa
ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan
menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam
penelitian, sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian untuk dapat memberikan
tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan dan sebagai sumber
informasi awal bagi penelitian keperawatan tentang hubungan penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
2. Jika Saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan
angket berisi beberapa pertanyaan mengenai usia menopause dan riwayat
4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin
kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada
saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan
kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan
identitas.
5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti.
6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam
penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang
akan dilampirkan.
Terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.
Peneliti,
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia
Menopause
A. Data demografi
Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda
check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik
sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini.
1. Nama/ inisial :
(untuk pertanyaan nomor 6, jawaban boleh lebih dari satu pilihan)
7. Lama penggunaan kontrasepsi : Pil =………...bulan/tahun
Implan =………….bulan/tahun
B. Kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
Petunjuk pengisian: isilah titik-titik dibawah ini dengan benar sesuai dengan
kondisi Anda saat ini.
1. Berapa lama total waktu ibu menggunakan kontrasepsi hormonal?
Sebutkan………..bulan/tahun.
C. Kuesioner usia menopause
Petunjuk pengisian: isilah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari salah satu
pilihan jawaban yang menurut Saudara paling benar.
2. Pada usia berapa ibu mengalami menopause?
1. dibawah 45 tahun, sebutkan………..
2. 45-55 tahun, sebutkan………..
Lampiran 5
a. Listwise deletion based on all variables in the
MASTER DATA PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE Kode responden Usia Agama Usia Menarche JKh anak Lama piK Kama impKan Lama suntik Lama AKDR Lama totaK Usia menopause
(tahun) (orang) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun)
1 50 Protestan > 13 tahun 4 7 7 47
17 48 Protestan 12-13 tahun 4 2 2 44
18 81 Protestan > 13 tahun 7 1 1 53
19 67 Protestan > 13 tahun 7 0.5 6 0.5 6.75 50
20 52 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 51
21 53 Protestan > 13 tahun 4 15 15 56
22 71 Protestan < 12 tahun 3 0.5 0.5 45
23 60 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 48
24 63 IsKam > 13 tahun 4 20 20 50
25 58 IsKam > 13 tahun 4 32 32 56
26 50 IsKam 12-13 tahun 5 2 2 4 45
27 54 IsKam > 13 tahun 3 30 30 56
28 60 Protestan > 13 tahun 6 0.08 0.08 40
29 63 Protestan < 12 tahun 3 7 7 51
30 57 Protestan 12-13 tahun 5 0.5 0.5 45
31 63 Protestan > 13 tahun 3 0.5 3 50
32 67 IsKam 12-13 tahun 5 13 13 50
33 70 IsKam 12-13 tahun 3 20 20 56
34 65 KatoKik 12-13 tahun 5 0.5 1 5 6.25 53
35 55 IsKam 12-13 tahun 6 15 15 56
36 61 Protestan 12-13 tahun 4 1 15 16 54
37 54 IsKam 12-13 tahun 5 10 10 52
38 51 IsKam 12-13 tahun 4 0.5 1 3 4.25 49
39 60 Protestan > 13 tahun 4 0.5 0.25 40
40 60 Protestan > 13 tahun 3 0.5 5 5.5 50
41 70 Protestan > 13 tahun 4 25 25 56
42 57 Protestan > 13 tahun 5 16 0.25 16.25 56
43 68 IsKam > 13 tahun 7 1 7 8 56
65 55 Protestan 12-13 tahun 4 5 5 51
66 52 IsKam > 13 tahun 2 5 20 7 32 54
Lampiran 7
Hasil Penelitan
1. Karakteristik Demografi
Statistics
Agama
Usia
menarche jumlah anak usia responden
N Valid 68 68 68 68
Missing 0 0 0 0
Mean 1.71 2.43 1.43 2.25
Std. Error of Mean .076 .082 .060 .131
Median 2.00 3.00 1.00 2.00
Mode 2 3 1 2
Std. Deviation .624 .676 .498 1.084
Variance .390 .457 .248 1.175
Range 3 2 1 4
Sum 116 165 97 153
Agama
Usia menarche
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 12 tahun 7 10.3 10.3 10.3
2. Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan
Case Summary
Frequency Percent Valid Percent
$Jenis_kontrasepsi Frequencies
Responses Percent of
Cases
N Percent
Jenis kontrasepsia Jenis pil 36 36.0% 52.9%
Jenis implan 9 9.0% 13.2%
Jenis suntik 29 29.0% 42.6%
Jenis AKDR 26 26.0% 38.2%
Total 100 100.0% 147.1%
a. Dichotomy group tabulated at value 1.
Jenis kontrasepsi hormonal dikategorikan berdasarkan kadar hormon tertinggi ke terendah.
Statistics
Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke
rendah
N Valid 68
Missing 0
Mean 4.43
Median 5.00
Mode 7
Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <= 9 tahun 43 63.2 63.2 63.2
> 9 tahun 25 36.8 36.8 100.0
4. Distribusi frekuensi usia menopause
5. Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
Case Processing Summary
Frequency Percent Valid Percent
Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah * Usia menopause dikode Crosstabulation
6. Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama * Usia menopause 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%
Lama * Usia menopause Crosstabulation Usia menopause
Total < 45 tahun 45-55 tahun > 55 tahun
Lama <= 9 tahun Count 5 37 1 43
% of Total 7.4% 54.4% 1.5% 63.2%
> 9 tahun Count 1 14 10 25
% of Total 1.5% 20.6% 14.7% 36.8%
Total Count 6 51 11 68
% of Total 8.8% 75.0% 16.2% 100.0%
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Lampiran 11
Riwayat Hidup
Nama : Liza Kudadiri
Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 10 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Saudara, Gg. Pantai 3 No. 13, Padang Bulan, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 200503 Padangsidimpuan Tahun 2000 - 2006
2. SMP Swasta Perguruan Sariputra Tahun 2006 - 2009
3. SMA N 6 Padangsidimpuan Tahun 2009 - 2012
Daftar Pustaka
Andrews, G (Editor).(2009). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita edisi 2. Jakarta: EGC.
Albar, E. (2008). Kontrasepsi. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 535-572). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Jumlah
penduduk tahun 2010 nasional. Diakses tanggal 5 November 2015, dari
www.bkkbn.go.id.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka prevalesi
pemakaian kontrasepsi Sumatera Utara. Diakses tanggal 20 November
2015, dari www.bkkbn.go.id.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Tiga tahun
terakhir tren pemakaian KB meningkat. Diakses tanggal 29 November
2015, dari www.bkkbn.go.id.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka harapan
hidup nasional. Diakses tanggal 29 November 2015, dari
www.bkkbn.go.id.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.
Badan Pusat Statistik. (2015). Perkiraan angka harapan hidup menurut
kabupaten/ kota (tahun) 2011-2013. Diakses tanggal 29 November 2015,
dari www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik. (2015).Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.
Barrett et al.(2014). Buku ajar fisiologi kedokteran Ganong. Jakarta:EGC.
Brush & Young. (2012). Program olahraga: menopause: panduan untuk transisi
vibran yang sehat. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Djuwita & Fitriani. (2013). Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan usia
menopause. Jurnal kesehatan masyarakat. Vol. 8 no. 4. Diakses tanggal 29
November 2015, dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id.
Emelisa, M. (2012). Gambaran faktor yang mempengaruhi menopause dini
terhadap ibu-ibu yang tinggal di kompeks perumnas II Indarung kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2012. Repository Unand. Diakses
tanggal 30 Oktober 2015, dari www.repository.unand.ac.id.
Gebbi, A. (2005). Menopause. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 395-421). Jakarta: EGC.
Guillebaud, J. (2005). Kontrasepsi oral kombinasi. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 34-86). Jakarta: EGC.
Herawati, R. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause di
empat posyandu lansia wilayah kerja puskesmas rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal maternal dan neonatal. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal
30 Oktober 2015, dari http://e-journal.upp.ac.id.
Jacoeb, T.Z. (2008). Endokrinologi reproduksi pada wanita. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 44-96). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Kasdu, D. (2002). Kiat sehat dan bahagia di usia menopause. Jakarta: Puspa Swara.
Lameshow, et al. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.
Manuaba, I. (2001). Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan
KB. Jakarta: EGC.
Mulyati, Triwinarto, Budiman. (2006). Konsumsi isoflavon berhubungan dengan
usia mulai menopause. Universa medicina. Vol. 25 no. 4. Diakses tanggal
30 Oktober 2015, dari http://www.univmed.org.
Mustafa, E. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause
pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014. Repositori USU. Diakses tanggal 10 Januari
2016, dari www.repository.usu.ac.id
Northrup, C. (2006). Bijak disaat menopause. Bandung: Q Press.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Octasari, F. (2014). Hubungan jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal
terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai kota Medan tahun 2014. Repository USU.
Diakses tanggal 6 Januari 2016, dari www.repository.usu.ac.id.
Pusat Data dan Informasi Kesehatan. (2013). Situasi keluarga berencana di
Indonesia. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.
Safitri, A. (2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause pada wanita
di kelurahan Titi Papan Medan tahun 2009. Repositori USU. Diakses
tanggal 5 Januari 2015, dari www.repository.usu.ac.id.
Sari & Lestari. (2014). Hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause di dusun Alastuwo Kecamatan Poncol Magetan. Warta Bhakti
Husada Mulia. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal 30 Oktober 2015, dari http://bhaktihusadamuliamadiun.ac.id.
Sastrawinata, S. (2008). Wanita dalam berbagai masa kehidupan. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 125-128). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda. (2010). Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: TIM.
Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2003). Ringkasan hasil survei dasar
kesehatan Indonesia tahun 2002-2003. Diakses tanggal 28 Januari 2016,
dari www.bps.go.id.
Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2007). Ringkasan hasil survei dasar
kesehatan Indonesia tahun 1991-2007 mix kontrasepsi. Diakses tanggal 28
Januari 2016, dari www.bps.go.id.
Taliagferri, Cohen, Debu. (2007). The now menopause book: ihwal yang perlu
BAB 3
Kerangka penelitian
3.1 Kerangka penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin
diteliti (Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause.
Skema 3.1. Kerangka penelitian hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
A. Defenisi operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini diuraikan untuk
memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan
diteliti, dan untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam analisis
Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause
Variabel Defenisi
operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
3.2 Hipotesa
Ada dua hipotesa dalam penelian ini. Hipotesa yang ditegakkan adalah
hipotesa alternatif (Ha) dengan kalimat pernyataan hipotesa:
1. Ha1 ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
2. Ha2 ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
BAB 4
Metode Penelitian
4.1 Desain
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause.
4.2 Populasi dan sampel penelitian
4.2.1
PopulasiPopulasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
tinggal di wilayah kelurahan Mangga, kecamatan Medan Tuntungan yang
memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal dan telah mengalami
menopause. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui karena data ibu
menopause dengan riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal tidak ditemukan
di Puskesmas maupun kantor Kelurahan Mangga.
4.2.2
SampelMetode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
Keterangan:
n = besarnya sampel
Z1-α/2 = skor Z pada kepercayaan 90% yaitu 1,645
P = proporsi dari suatu populasi yang tidak diketahui
besarnya,
dengan nilai yang diambil sebesar 0,5.
d = sampling error, dengan nilai 10%.
Dari persamaan tersebut maka didapatkan besar sampel penelitian
sebanyak 68 orang.
4.2.2.1 Kriteria inklusi responden
1 Ibu yang telah mengalami menopause secara alami
(bukan buatan akibat pembedahan atau akibat lainnya)
2 Memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal
3 Dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi
sebelumnya.
4.2.2.2 Kriteria ekskulsi
1. Mengalami menopause buatan akibat pembedahan.
2. Tidak dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi
hormonal sebelumnya. (Z1-α/2)2 P(1-P)
4.3
Lokasi dan waktu penelitianLokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah kelurahan
Mangga yang merupakan bagian dari wilayah kecamatan Medan Tuntungan.
Alasan peneliti memilih kelurahan Mangga adalah karena lokasi mudah dijangkau
peneliti dan belum pernah ada penelitian serupa sebelumnya di lokasi tersebut.
Selain itu, kelurahan Mangga juga merupakan kawasan padat penduduk dengan
jumlah wanita berusia di atas 50 tahun (perkiraan usia rata-rata menopause)
sebanyak 1920 orang sehingga wilayah kelurahan Mangga dapat memenuhi
sampel penelitian yang dibutuhkan (profil kelurahan Mangga, 2010). Penelitian
ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015-Mei 2016.
4.4 Pertimbangan etik
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mempertimbangkan beberapa
prtimbangan etik untuk menghormati hak-hak calon responden. Sebelum mulai
mengumpulkan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan
menyebutkan asal institusi pendidikan kemudian memberikan informed consent
kepada calon responden yang berisi penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian serta hak responden untuk menerima atau menolak menjadi responden
responden juga telah dirahasiakan (anonimity) dengan cara memberikan kode
responden berupa angka pada kuesioner untuk mewakili setiap responden.
4.5 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah
kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: kuesioner data demografi yang terdiri
atas format pengisian nama/inisial, usia, agama, usia menarche, jumlah anak,
jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan, dan lama penggunaan masing-masing
jenis kontrasepsi; kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal yang berisi
pertanyaan lama penggunaan kontrasepsi hormonal; kuesioner usia menopause
yang berisi pertanyaan usia ibu saat mengalami menopause. Kuesioner ini disusun
sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada konsep Winkjosastro, Saifuddin,
Rachimhadhi (2008) yang telah dibahas pada bab tinjauan pustaka.
4.6 Uji validitas dan reliabilitas
4.6.1Uji validitas
Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan peneliti mampu
mengukur variabel penelitian secara cermat, maka akan dilakukan uji validitas.
Uji validitas instrumen dilakukan oleh dosen fakultas keperawatan USU yang ahli
dibidang maternitas. Instrumen penelitian disusun sendiri oleh peneliti dan diuji
validitas dengan uji content validity oleh ibu Febrina Oktavinola Kaban, SST,
M.Keb. dan ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed yang merupakan ahli dibidang
data demografi pada item nomor 7. Setelah peneliti melakukan perbaikan
selanjutnya validator memberikan nilai pada masing-masing item pertanyaan.
Nilai koefisien validitas kuesioner yang diperoleh dengan menggunakan koefisien
Aikens adalah 1, dimana nilai koefisien dalam rentang 0,6-1 maka instrumen
penelitian dapat dikatakan valid.
4.6.2 Uji reliabilitas
Untuk menguji seberapa besar kemampuan instrumen untuk mengukur
variabel secara konsisten walaupun dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau
lebih, maka akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada ibu
yang telah mengalami menopause dan memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi
hormonal yang tinggal di Kelurahan Beringin, Kecamatan Padang Bulan II.
Alasan peneliti memilih Kelurahan Beringin adalah karena Kelurahan tersebut
memiliki responden, yaitu ibu menopause dengan riwayat menggunakan
kontrasepsi hormonal, yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden
penelitian di Wilayah Kelurahan Mangga. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang
responden dengan kriteria yang sama dengan sampel penelitian, dimana
responden tersebut tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian. Menurut
Notoatmodjo (2010) agar diperoleh hasil uji mendekati nilai normal, maka
sebaiknya jumlah sampel untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Uji reliabilitas
4.7 Pengumpulan data
Penelitian ini dimulai dengan terlebih dahulu meminta surat permohonan
izin melakukan peneltian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Surat izin yang telah diperoleh tersebut kemudian
diajukan ke Badan Penelitian dan Pengembangan kota Medan untuk memperoleh
surat rekomendasi penelitian yang selanjutnya diajukan ke Kantor Kecamatan
Tuntungan yang belamat di Jalan Bunga Melati KM. 12, Medan Pancur Batu,
Medan. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Kantor Kecamatan, peneliti
kemudian mengajukan surat tersebut ke Kelurahan Mangga yang beralamat di
Jalan Tembakau Raya nomor 35 A, Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan
Tuntungan, Medan. Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian dari Kantor
Kelurahan, peneliti mendatangi satu persatu responden dan mulai melakukan
pengumpulan data.
Kelurahan Mangga merupakan kawasan padat penduduk yang terdiri atas
24 lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan pada 6 lingkungan yang telah
direkomendasikan oleh Sekretaris Lurah, yaitu lingkungan VI, VII, VIII, IX, X,
XII. Sekretaris Lurah merekomendasikan lingkungan tersebut karena kepala
lingkungan pada keenam wilayah tersebut termasuk kepala yang aktif dan pasti
mengenal masyarakat dalam lingkungannya sehingga dapat membantu peneliti
4.8 Pengolahan dan Analisis data
4.8.1 Pengolahan data
Data yang telah terkumpul diolah melalui beberapa langkah. Langkah
pertama yaitu editing untuk memeriksa lembar pengumpulan data dan
memastikan apakah semua pertanyaan dalam lembar pengumpulan data sudah
terisi sesuai dengan petunjuk. Selanjutnya peneliti melakukan coding, yaitu
pemberian kode pada setiap lembar pengumpulan data untuk mempermudah
proses tabulasi data. Langkah selanjutnya adalah entry, yaitu peneliti
memasukkan data yang telah diubah menjadi bentuk kode ke dalam software
komputer. Langkah terakhir adalah cleaning, yaitu pengecekan kembali data
yang telah dimasukkan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam
pengkodeaan atau adanya ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian
melakukan koreksi.
4.8.2Analisa data
Data yang telah dimasukkan ke dalam software komputer selanjutnya
dilakukan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk
mendeskripsikan data demografi dan masing-masing variabel penelitian yang
akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan analisa
bivariat pada kedua variabel penelitian untuk mengetahui apakah kedua variabel
Bab 5
Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan usia menopause yang dilakukan pada 68 responden
ibu menopause yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal di
kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan, Medan pada bulan Mei 2016.
Penyajian data meliputi karakteristik responden, jenis kontrasepi hormonal yang
digunakan, lama penggunaan kontrasepsi hormonal, usia menopause, hubungan
jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause, dan hubungan lama
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
5.1.1 Karakteristik responden
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 55-61 tahun
sebanyak 25 orang (36,8 %), beragama Islam sebanyak 42 orang (61,8 %).
Mengalami menarche pada usia > 13 tahun sebanyak 36 orang (52,9 %), dan
memiliki ≤ 4 orang anak, yaitu sebanyak 39 orang (57,4 %). Distribusi frekuensi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menopause dengan
Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n=68)
No. Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)
1. Usia responden
5.1.2 Jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan
Hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi Hormonal yang Digunakan Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)
Jenis Kontrasepsi Frekuensi Persentase (%)
1. Pil 36 36
2. Implan 9 9
3. Suntik 29 29
4. AKDR 26 26
Keterangan: responden dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.
5.1.3 Lama penggunaan kontrasepsi hormonal
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menggunakan
kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun sebanyak 43 orang (63,2%), dan rata-rata lama
penggunaan kontrasepsi adalah 9,1185 tahun. Distribusi frekuensi lama
pengunaan kontrasepsi hormonal dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Pengunaan Kontrasepsi Hormonal Oleh Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)
No. Lama penggunaan Frekuensi Persentase (%)
1. ≤ 9 tahun 43 63,2
2. > 9 tahun 25 36,8
Rata-rata = 9,1185
5.1.4 Usia menopause
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami
menopause pada usia 45-55 tahun (menopause normal), yaitu sebanyak 51
responden (71,8 %). Rata-rata usia menopause responden adalah 50,06 tahun.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia menopause ibu dengan riwayat
menggunakan kontrasepsi hormonal (n= 68).
No. Usia Menopause Frekuensi Persentase (%)
1. < 45 tahun 6 8,8
2. 45-55 tahun 51 75
3. > 55 tahun 11 16,2
Total 68 100
Rata-rata = 50,06
5.1.5 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
Tabulasi silang variabel jenis kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause
terlambat memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu
hanya AKDR (8,8%), yang mengalami menopause dini memiliki riwayat
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 7, hanya pil (7,4%). Hasil uji kedua
variabel menggunakan uji statistik kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan
nilai koefisien Cramer (C)= 0, 434 dan nilai ρ= 0,012. Karena ρ= 0,012 >α=0,05,
artinya ada hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
Tabulasi silang jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dapat dilihat
pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Tabulasi Silang Jenis Kontrasepsi Hormonal dengan Usia
5.1.6 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause
Tabulasi silang variabel lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
usia menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause
dini (<45 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun
(7,4 %), mengalami menopause normal (45-55 tahun) memiliki riwayat
menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun (54,4 %), dan yang mengalami
menopause terlambat (> 55 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi
hormonal > 9 tahun (14,7 %). Hasil uji kedua variabel menggunakan uji statistik
kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan nilai koefisien Cramer (C)= 0, 497
dan nilai ρ= 0,000. Karena nilai ρ=0,000 ≤ α=0,05, artinya ada hubungan yang
signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.
Tabulasi silang lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause (n=68)
Uji Statistik Nilai (C) ρ
Koefisien Cramer 0,497 0,000
α= 0,05
5.2 Pembahasan
5.2.1Jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi hormonal yang
kemudian diikuti jenis suntik sebanyak 29 orang (29%). Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian Mustafa (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas
Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis
kontrasepsi yag paling banyak digunakan responden adalah pil, sebanyak 24
orang (61,5%). Tetapi hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Octasari
(2014) tentang hubungan jenis dan lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal
terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai Medan
kecamatan Medan Denai tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis kontrasepsi
yang paling banyak digunakan oleh responden adalah suntik, sebanyak 127 orang
(60,5%).
Menurut data BKKBN (2012), persentase jenis kontrasepsi hormonal yang
paling banyak digunakan di Indonesia menurut metode kontrasepsi adalah jenis
suntik kemudian diikuti jenis pil, dan yang paling sedikit digunakan adalah jenis
AKDR. Sedangkan untuk wilayah kota Medan, jenis kontrasepsi hormonal yang
paling banyak digunakan adalah jenis pil (BKKBN, 2012).
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pengguna AKDR dan implan
menempati urutan terbawah. Padahal jika dilihat dari segi keluhan yang
ditimbulkan setelah pemakaian, AKDR merupakan metode yang paling sedikit
Selain itu, saat ini pemerintah juga telah menyediakan 3 jenis alat kontrasepsi
(alokon) secara gratis di seluruh wilayah Indonesia, yaitu kondom, AKDR, dan
implan (Pusdatin, 2013). Pusdatin (2013) menyebutkan bahwa alasan mengapa
masyarakat kurang memilih metode AKDR dan implan adalah karena
pemasangan dan pelepasan metode kontrasepsi tersebut membutuhkan tindakan
dan keterampilan profesonal tenaga medis yang lebih kompleks.
Data dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012
menyebutkan bahwa pil dan suntik merupakan jenis kontrasepsi yang paling
diketahui oleh masyarakat disemua lapisan usia, termasuk usia beresiko tinggi
diatas 35 tahun. Ditinjau dari segi tingkat pendidikan, pengetahuan tentang
metode pil dan suntik cenderung sama disemua tingkat pendidikan (kecuali untuk
yang tidak bersekolah), sedangkan pengetahuan tentang metode AKDR cenderung
semakin diketahui seiring dengan tingginya tingkat pendidikan (Pusdatin, 2013).
Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang metode
kontrasepsi pil dan suntik yang tinggi merupakan faktor utama yang menyebabkan
persentase penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik menempati
urutan tertinggi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata lama penggunaan
kontrasepsi hormonal oleh responden adalah 9,1 tahun. Rata-rata lama
penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil adalah 3,1 tahun, jenis implan 6,4
tahun, jenis suntik 3,3 tahun, dan jenis AKDR 13,4 tahun. Pil dan suntik
merupakan non-metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP), dimana
MKJP yang penggunaannya berkisar 3-5 tahun. Pusdatin (2013) menyebutkan
bahwa metode kontrasepsi pil dan suntik memiliki resiko putus penggunaan
kontrasepsi lebih besar dibandingkan metode MKJP (20-40%). Berdasarkan data
SDKI (2007), AKDR lebih sedikit menimbulkan keluhan pada wanita
dibandingkan pil, suntik, maupun implan. Peneliti berpendapat bahwa sedikitnya
keluhan yang ditimbulkan AKDR merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
rata-rata lama penggunaan AKDR lebih tinggi dibandingkan metode kontrasepsi
hormonal lainnya. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataaan responden saat
dilakukannya pengumpulan data yang menyatakan bahwa pil dan suntik sering
menimbulkan keluhan seperti menstruasi yang tidak teratur, sehingga responden
memilih beralih ke metode lainnya. Meilani, dkk. (2010) menyatakan bahwa salah
satu efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik adalah
adanya gangguan menstruasi seperti perdarahan bercak (spotting).
5.2.2 Usia Menopause
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 51 responden
(75%) mengalami menopause normal, 11 responden (16,2%) mengalami
menopause terlambat, dan 6 responden (8,8%) mengalami menopause dini,
dengan rata-rata usia menopause 50,06 tahun. Hasil tersebut lebih tinggi dari
DepKes RI (2006) yang menyebutkan bahwa rata-rata usia menopause wanita di
Menurut Safitri (2009), usia menopause dipengaruhi beberapa faktor,
seperti usia menarche, status pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan terakhir,
penggunaan kontrasepsi, konsumsi alkohol, merokok, dan riwayat penyakit.
Mayoritas responden, yaitu sebanyak 36 responden (52,9%) mengalami menarche
pada usia diatas 13 tahun. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008),
semakin cepat seorang wanita mengalami menarche maka semakin lama
menopause terjadi sehingga masa reproduksi akan semakin panjang. Mayoritas
responden memiliki jumlah anak ≤ 4 orang, yaitu sebanyak 39 orang (57,4%).
Semakin banyak jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu;
Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda, 2010). Peneliti berasumsi usia menarche
responden yang mayoritas pada usia >13 tahun dan jumlah anak yang mayoritas ≤
4 orang mempengaruhi usia menopause sehingga responden tetap mengalami
menopause normal walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang responden (8,8%)
mengalami menopause dini walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal.
Tabulasi silang antara usia menopause dengan lama penggunaan kontrasepsi
hormonal, usia menarce, dan jumlah anak menunjukkan bahwa dari 6 responden
yang mengalami menopause dini, 5 diantaranya menggunakan kontrasepsi
hormonal ≤ 9 tahun, 3 dintaranya mengalami menarche pada usia > 13 tahun, dan
5 diantaranya memiliki anak ≤ 4 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
mayoritas responden yang mengalami menopause dini memiliki faktor yang dapat
menyebabkan menopause datang lebih awal. Selain faktor tersebut, menurut
usia ibu saat melahirkan anak terakhir, riwayat menopause dini pada keluarga, dan
riwayat penyakit. Semakin tua usia ibu saat melahirkan anak terakhir maka
semakin lama terjadinya menopause. Jika ibu memiliki riwayat penyakit dan
riwayat adanya menopause dini dalam keluarga, maka hal tersebut akan membuat
menopause datang lebih awal. Peneliti tidak melakukan pengukuran pada ketiga
faktor tersebut. Peneliti berasumsi bahwa 6 orang responden yang mengalami
menopause dini kemungkinan mengalami salah satu atau lebih faktor tersebut.
5.2.3 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kontrasepsi
hormonal dengan usia menopause dengan nilai p= 0,012< α=0,05. Variabel jenis
kontrasepsi hormonal digolongkan berdasarkan kadar hormonal yang terkandung
dalam kontrasepsi dari yang tertinggi ke yang terendah. Tabulasi silang antara
jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause menunjukkan bahwa
mayoritas ibu yang mengalami menopause dini memiliki riwayat menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis 7, yaitu hanya pil sebanyak 5 orang (83,3%) dan
mayoritas ibu yang mengalami menopause terlambat memiliki riwayat
menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu hanya AKDR sebanyak 8 orang
(57,1%). Jenis kontrasepsi hormonal berhubungan dengan kadar hormon yang
terkandung di dalamnya. Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan
menekan sekresi gonadotropin. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti
berasumsi bahwa kontrasepsi hormonal yang memiliki kadar hormon yang rendah
tidak mampu menaikkan kadar estrogen dalam darah hingga mencapai 300%
dalam 24 jam sehingga tidak memiliki efek penekanan ovulasi pada wanita. Hasil
penelitian Djuwita & Fitriyani (2013) dengan judul hubungan penggunaan
kontrasepsi hormonal pil dengan usia menopause yang menyebutkan tidak ada
hubungan antara lama penggunaan pil dengan usia menopause setelah dikontrol
dengan variabel pendidikan. Dalam penelitian tersebut, seluruh responden
menggunakan pil dengan dosis rendah. Hasil penelitian tersebut semakin
menguatkan asumsi peneliti bahwa kadar hormon yang rendah pada pil tidak
memberikan efek penekanan ovulasi pada wanita.
5.2.4 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dengan nilai α= 0,00 <
0,05. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Djuwita & Fitriyani (2013)
dengan judul hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pil dengan usia
menopause yang menyebutkan tidak ada hubungan antara lama penggunaan pil
dengan usia menopause setelah dikontrol dengan variabel pendidikan. Dalam
penelitian tersebut, seluruh responden menggunakan pil dengan dosis rendah.
Selain itu, Djuwita & Fitriyani juga menyebutkan bahwa kemungkinan telah
terjadi kesalahan pengukuran pada lama penggunaan kontrasepsi hormonal
Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan hasil penelitian
Djuwita & Fitriyani tidak sama dengan hasil penelitian ini adalah karena seluruh
responden dalam penelitian tersebut menggunakan pil dalam dosis rendah.
Ganong (2014) menyebutkan bahwa peningkatan kadar estrogen hingga 300%
dalam 24 jam akan memberikan efek umpan balik negatif yang dapat menekan
sekresi gonadotropin. Peneliti berpendapat bahwa pil dosis rendah tidak
memberikan efek penekanan ovulasi pada penggunanya, melainkan efek
kontrasepsi hormonal lainya, seperti mengentalkan lender serviks, dan lain-lain.
Baziad (2002) mengatakan bahwa sebagian besar mekanisme kerja
kontrasepsi hormonal adalah menekan sekresi hormon gonadotropin. Penekanan
sekresi hormon tersebut akan menghambat pematangan dan pelepasan folikel sel
telur sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur.
Semakin lama wanita menggunakan kontrasepsi hormonal menyebabkan semakin
banyak siklus anovulatori yang terjadi setiap kali menstruasi sehingga semakin
lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh cadangan folikel.
Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause
berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium.
Penulis berpedapat bahwa semakin lama seseorang menggunakan kontrasepsi
hormonal, maka usia menopause akan semakin tua karena penekanan ovulasi
asupan fitosteron. Walaupun terdapat hubungan antara jenis dan lama penggunaan
kontrasepsi hormonal secara statistik, mayoritas responden memiliki usia
menopause normal, yaitu dalam rentang usia 45-55 tahun. Data demografi
responden menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki anak ≤ 4 orang dan
mengalami menarche pada usia > 13 tahun. Peneliti berpendapat bahwa walaupun
usia menopause bergeser ke usia yang lebih tua akibat penggunaan kontrasepsi
hormonal, faktor jumlah anak yang ≤ 4 orang dan usia menarche > 13 tahun juga
mempengaruhi usia menopause menjadi lebih cepat dan hal tersebutlah yang
menyebabkan mayoritas responden memiliki usia menopause normal.
5.3 Hambatan penelitian
Peneliti menemukan beberapa kendala selama melakukan proses
pengumpulan data. Kendala tersebut berhubungan dengan calon respoden yang
menolak untuk dilakukan wawancara dengan alasan takut jika diakhir proses
wawancara mereka akan dimintai biaya atau diminta untuk ikut dengan peneliti ke
Fakultas Keperawatan USU untuk wawancara lebih lanjut. Alasan ketakutan
responden tersebut dikarenakan sebelumnya belum pernah ada penelitian seperti
ini yang mendatangi satu-persatu responden dan melakukan wawancara langsung.
Tetapi setelah peneliti memberikan informed consent, calon respoden akhirnya
setuju untuk dilakukan wawancara.
Kendala lainnya yaitu kesulitan responden dalam mengingat riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal. Sebagian besar responden merupakan lansia
beberapa cara untuk membantu responden mengingatnya kembali, yaitu dengan
menanyakan secara berurutan jenis dan lama penggunaan kontraspsi hormonal
mulai dari awal menikah hingga saat ini.
Hambatan penelitian selanjutnya yaitu instrumen yang telah disusun oleh
peneliti memiliki beberapa kelemahan sehingga belum dapat megukur variabel
secara akurat. Beberapa kelemahan tersebut antara lain: tidak mengkaji faktor
yang mempengaruhi usia menopause secara keseluruhan, yaitu riwayat
menopause dini dalam keluarga, usia melahirkan anak terakhir, riwayat merokok,
Bab 6
Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan dari 68 responden, mayoritas menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis pil (36 %), rata-rata lama total penggunaan kontrasepsi
hormonal adalah 9,11 tahun,, dan mayoritas mengalami menopause normal
(75%).
Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi menggunakan kontingensi C
(koefisien Cramer) dengan taraf kritik (α) yang digunakan adalah 0,05, dapat
dibuktikan bahwa: ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause (ρ=0,012 < α=0,05) dengan nilai koefisien Cramer (C)= 0,434; ada
hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause
(ρ=0,000 < α=0,05) dengan nilai koefissien Cramer (C)= 0,517. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ha1 dan Ha2 diterima dengan pernyataan hipotesa Ha1
ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause; Ha2 ada
hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal engan usia menopause.
Keeratan hubungan termasuk kuat dengan arah yang positif.
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Peneliti menyarankan agar pendidikan keperawatan menambahkan
kegiatan penyuluhan tentang kontrasepsi hormonal dan menopause kepada
pengetahuan masyarakat tentang kontrasepsi hormonal dan menopause semakin
baik.
6.2.2 Pelayanan keperawatan
Peneliti menyarankan agar pelayanan keperawatan lebih banyak
melakukan sosialisasi tentang metode penggunaan kontrasepsi yang tepat kepada
masyarakat sesuai dengan tujuan akseptor KB menggunakan kontrasepsi.
Disarankan juga agar pelayanan keperawatan lebih mensosialisasikan tentang
metode kontrasepsi jangka panjang agar jumlah pengguna metode tersebut
(AKDR dan implan) semakin meningkat karena metode tersebut menimbulkan
keluhan yang lebih sedikit serta resiko putus penggunaan KB lebih kecil
dibandingkan metode pil dan suntik, sehingga dengan demikian target pencapaian
jumlah akseptor KB dalam program Keluarga Berencana yang sedang dijalankan
pemerintah saat ini dapat tercapai.
6.2.3 Penelitian keperawatan
Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan memperhatikan
variabel riwayat menopause dini dalam keluarga, riwayat penyakit, dan usia ibu
saat melahirkan anak terakhir untuk menapatkan hasil yang lebih tepat tentang
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1
Menopause2.1.1
Defenisi MenopauseKata menopause pertama kali digunakan oleh dokter pada tahun 1821
(Ballard, 2003 dalam Bushman dan Young, 2012). Kata ini berasal dari bahasa
Yunani menos, yang berarti bulan, dan pausos, yang berarti berakhir. Jadi
menopause dapat diartikan berhentinya siklus menstruasi bulanan (Bushman &
Young, 2012).
Semua wanita yang berumur panjang akan mengalami menopause.
Abernethy (2009, dalam Andrews, 2009) mengatakan menopause merupakan
suatu fase dalam kehidupan wanita dimana masa kesuburan sudah berakhir yang
ditandai dengan berhentinya siklus haid. Menurut Morgan dan Hamilton (2009)
menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen akibat kegagalan
ovarium. Widyastuti, Rahmawati, dan Purnamaningrum (2009) berpendapat
bahwa menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir yang
dapat didiagnosis setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya selama 1 tahun.
Jadi menopause dapat didefenisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan wanita
dimana siklus haid berhenti secara permanen sekurang-kurangnya selama 1 tahun,
yang dapat terjadi akibat berhentinya fungsi ovarium.
Sebelum mencapai menopause seorang wanita terlebih dahulu melalui
masa perimenopause. Perimenopause merupakan masa yang menjelaskan tentang
menstruasi (Morgan dan Hamilton, 2009). Masa peralihan ini terjadi selama 4-5
tahun sekitar menopause (2-3 tahun sebelum dan sesudah menopause), dan
ditandai dengan perdarahan yang terjadi sebentar dan sedikit atau perdarahan yang
banyak disertai bekuan dan rasa kram.
Menopause merupakan masa yang sangat individual dan berbeda pada tiap
wanita. Perbedaannya dapat dilihat dari usia awal menopause, keluhan-keluhan
yang dirasakan, serta respon dalam menghadapi perubahan selama masa
menopause maupun masa setelahnya (pascamenopause). Usia awal menopause
berbeda-beda tergantung faktor yang mempengaruhinya. Enam persen wanita
mengalami menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun, 75% pada
usia 50 tahun, dan 94% pada usia 55 tahun (Morgan dan Hamilton, 2009). Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa usia menopause terbanyak yaitu pada usia
50-55 tahun. Wilson (2003 dalam Bushman & Young, 2012) menyebutkan bahwa
rentang usia menopause wanita di Amerika Serikat adalah 40-55, dengan rata-rata
usia 51,3 tahun. sedangkan menurut Ganong (2014) usia rata-rata awitan
menopause adalah sekitar 52 tahun. DepKes RI menyebutkan rentang usia
menopause wanita Indonesia adalah 45-55 tahun dengan rata-rata usia menopause
49 tahun. Beberapa wanita mengalami perhentian menopause secara lambat dan
bertahap selama bertahun-tahun, sebagian mengalaminya dengan cepat. Keluhan
2.1.2 Tipe Menopause
Menopause dapat terjadi sebagai kejadian yang terjadi secara alami atau
perubahan hidup yang timbul akibat intervensi medis. Penyebab menopause dapat
dikategorikan sebagai berikut:
2.1.2.1Menopause normal
Menopause normal merupakan menopause yang terjadi secara
alami sesuai dengan waktu normal terjadinya menopause, yaitu 45-55 tahun,
dengan rata-rata usia kurang lebih 51 tahun (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007)
2.1.2.2Menopause prematur
Menopause prematur adalah menopause yang terjadi sebelum
usia 40 tahun apapun penyebabnya. Wanita yang menjalani menopause prematur
memiliki resiko yang lebih kecil untuk terkena kanker payudara dan ovarium,
tetapi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena osteoporosis (Tagliaferri,
Cohen, Tripathy, 2007). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita
mengalami menopause prematur, termasuk genetik, proses autoimun, atau
intervensi medis, seperti kemoterapi, dan pengangkatan indung telur
(ooforektomi).
2.1.2.3 Menopause beralasan atau medis
Menopause beralasan atau medis terjadi pada saat adanya
kerusakan parah pada ovarum (seperti yang disebabkan oleh kemoterapi) atau
adanya pengangkatan operatif ovarium (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007). Pada
saat terjadi kerusakan pada ovarium atau dilakukan pengangkatan ovarium, terjadi
menopause tipe ini cenderung mengalami gejala menopause yang lebih parah
dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause alami (Tagliaferri,
Cohen, Tripathy, 2007).
2.1.2.4 Menopause terlambat
Seorang wanita dikatakan mengalami menopause terlambat
jika usia menopausenya diatas 55 tahun. Menopause yang terlambat sering
dikaitkan dengan fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan
estrogen, sehingga seorang wanita yang mengalami menopause terlambat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi,
2008). Menurut Novak dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008),
wanita dengan karsinoma endometrium sering mengeluhkan menopausenya yang
terlambat. Selain itu, wanita yang mengalami menopause terlambat akan terpapar
estrogen lebih lama dibandingkan wanita dengan jadwal menopause normal,
dimana menurut Manuaba (2010) paparan estrogen berhubungan dengan angka
kejadian carsinoma mammae.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi usia menopause
Usia seseorang mengalami menopause dapat berbeda menurut faktor
yang mempengaruhinya. Menurut hasil penelitian Herawati (2012) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi usia menopause, yaitu: kebiasaan merokok,
2.1.3.1 Usia menarche
Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia
menarche berhubungan dengan usia menopause. Semakin cepat seorang wanita
mengalami menarche maka semakin lama menopause terjadi sehingga masa
reproduksi akan semakin panjang. Hal tersebut berhubungan dengan jumlah
folikel primordial yang tersisa untuk dimatangkan selama masa reproduksi yang
dimulai sejak masa pubertas (menarche). Menurut Sibagariang, Pusmaika,
Rismalinda (2010) usia menarche di Indonesia berkisar 12-13 tahun, sebagian
perempuan mengalami menstruasi lebih awal (8 tahun) atau lebih lambat (18
tahun). Jumlah folikel primordial pada usia 6-9 tahun adalah sebanyak 486.600
dan terus berkurang hingga tersisa 382.000 pada usia 12-16 tahun (Kasdu, 2002).
Sedangkan menurut Manuaba (2010) jumlah folikel primordial pada usia 6-15
tahun berkisar 440.000 dan terus berkurang hingga mencapai 160.000 pada usia
16-25 tahun. Semakin lama seorang wanita mengalami menarche, maka semakin
sedikit jumlah folikel primordial yang akan dimatangkan dan melalui proses
ovulasi dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut yang dapat menyebabkan
perempuan yang mengalami menarche lebih cepat mengalami menopause yang
lebih lambat karena menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia
menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa
dalam ovarium.
2.1.3.2 Penggunaan kontrasepsi hormonal
Sebagian besar kontrasepsi hormonal menekan produksi dan
gonadotropin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone), dimana hormon ini berperan dalam proses pematangan dan pelepasan
folikel ovarium (Andrews dan Steele, 2009 dalam Andrews, 2009).
Menurut pendapat Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008)
pemberian hormon estrogen dan/ atau progesteron dalam konsentrasi dan jangka
waku tertentu dapat menekan produksi dan sekresi gonadotropin melalui suatu
mekanisme umpan balik positif-negatif. Pemberian hormon estrogen dan/ atau
progesteron melalui kontrasepsi hormonal akan menyebabkan konsentrasi kedua
hormon steroid tersebut meningkat hingga mencapai konsentrasi tertentu yang
dapat menstimulus hipofisi anterior untuk menghentikan produksi dan sekresi
FSH dan LH. Ketika produksi dan sekresi gonadotropin dihambat maka proses
pematangan folikel akan terhambat dan ovulasi tidak terjadi sehingga
menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur dan juga berarti
mempengaruhi kesuburan wanita.
2.1.3.3 Paritas
Usia menopause berhubungan dengan paritas, semakin banyak
jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu, 2002; Sibagariang,
Pusmaika, Rismalinda, 2010). Hal tersebut terjadi karena selama kehamilan dan
persalinan sistem kerja organ reproduksi dihambat (Kasdu, 2002). Menurut
siklus menstruasi selama 6 bulan pertama setelah kembalinya haid bersifat
anovulatorik (tidak mengandung sel telur). Penundaan ovulasi selama masa
kehamilan dan laktasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk
kehilangan seluruh folikel akan semakin lama. Menurut Winkjosastro, Saifuddin,
Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan
folikel yang masih tersisa dalam ovarium.
2.1.3.4 Konsumsi isoflavon
Menurut penelitian Mulyati, Triwinarto, Budiman (2006),
konsumsi isoflavon berpengaruh terhadap usia menopause. Isoflavon adalah salah
satu dari tiga gugus utama fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan hormon alamiah
yang terdapat dalam tanaman (kacang dari keluarga polong-polongan, paling
banyak terdapat pada kedelai) yang memiliki efek manfaat mirip dengan estrogen
(Northrup, 2006). Sama seperti hormon estrogen, isoflavon akan terikat dengan
reseptor estrogen dalam tubuh dan memerikan efek yang menyeimbangkan atau
adaptogenik, artinya, saat kadar estrogen dalam tubuh rendah maka isoflavon akan
menaikkan kadarnya hingga mencapai keseimbangan, begitu pula sebaliknya
(Northrup, 2006). Menopause berhubungan dengan defisiensi estrogen sebagai
akibat dari menurunnya fungsi ovarium. Dengan mengkonsumsi isoflavon maka
penurunan kadar estrogen dalam tubuh dapat diseimbangkan. Konsumsi isoflavon
sebanyak 80 mg per hari dalam jangka panjang akan memperlama usia
menopause dan mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada masa
2.1.4Dampak fisik yang terjadi saat menopause
2.1.4.1 Hot flush
Rata-rata 75% wanita menopause akan mengalami hot flush
(North American Menopause Society/NAMS, 2004 dalam Bushman dan
Young, 2012). Menurut Goldman dan Hatch (2000, dalam Bushman dan
Yong, 2012), hot flush didefenisikan sebagai peningkatan atau perasaan
kepanasan di dalam atau pada tubuh. Perasaan kepanasan terdapat pada bagian
atas tubuh (wajah, leher) atau di seluruh tubuh. Hot flush dapat disertai dengan
keringat dan kadang ruam merah pada kulit.
2.1.4.1Perubahan vagina
Saat produksi estrogen berkurang, lapisan dinding vagina
menjadi lebih tipis dan kurang elastis. Selain itu sekresi vagina menurun dan
pH vagina berubah dari asam menjadi basa, sehingga meningkatkan resiko
terkena infeksi vagina (Bushman dan Yong, 2012).
2.1.4.2Perubahan kulit
Perubahan pada kulit yang terjadi berupa penipisan dan
penurunan lapisan lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut, dan
hirsutisme ringan di wajah (Manuaba, 2010).
2.1.4.3Masalah perkemihan
uretra (Manuaba, 2010). Hal ini menyebabkan banyak wanita menopause yang
mengeluhkan inkontinensia urin.
2.1.5 Dampak psikologis yang terjadi akibat menopause
Banyak wanita yang mengeluh masalah psikologis saat menopause,
tetapi sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi estrogen
atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain, seperti flush dan keringat
malam (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009). Keringat malam yang
berkepanjangan akan menyebabkan gangguan pola tidur yang akhirnya
menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, bahkan gejala
fisik seperti sakit kepala dan keletihan. Gejala psikologi lain yang dapat timbul
yaitu depresi, kurangnya rasa percaya diri, perasaan tidak berharga, dan kesulitan
membuat keputusan (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009).
2.2 Kontrasepsi hormonal
2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal
Sejak dahulu wanita dan pria telah berupaya mengontrol kesuburan
dengan berbagai metode. Zaman dahulu wanita menggunakan kain berminyak dan
lemon belah sebagai diafragma, sedangkan pria menggunakan kondom yang
terbuat dari sutra, linen, dan usus binatang (Everett, 2009 dalam Andrews, 2009).
Di Cina, wanita mengkonsumsi merkuri untuk mencegah kehamilan, sedangkan
wanita di Arab menggunakan kotoran gajah sebagai pesarium vagina (Everett,
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, baik
secara permanen maupun sementara (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi,
2008). Kontrasepsi hormonal adalah suatu metode untuk mencegah kehamilan
dengan cara pemberian hormon steroid. Metode ini merupakan salah satu metode
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad,
2002). Penggunaan kontrasepsi saat ini sudah dikenal luas secara internasional
dan disarankan melalui program keluarga berencana. Saat ini hampir 60%
pasangan usia subur di seluruh dunia telah menggunakan kontrasepsi (Glasier dan
Gebbie, 2006).
Pada tahun 1921, Haberlandt adalah ilmuan pertama yang berspekulasi
bahwa ekstrak dari ovarium dan plasenta hewan hamil dapat digunakan untuk
mengendalikan kesuburan. Pada tahun 1937, Kuzrok menyatakan bahwa selama
terapi untuk dismenore, ovulasi dihambat dengan menggunakan estron ovarium
dan menganjurkan mungkin hormon ini bermanfaat dalam kontrasepsi. Kemudian
pada tahun 1950-an pil kontrasepsi oral mulai diproduksi (Guillebaud, 2006
dalam Glasier dan Gabbie 2006).
Lebih dari 200 juta jiwa wanita di seluruh dunia telah mengkonsumsi pil KB
sejak pertama kali tersedia, dan saat ini jumlah pemakai adalah sekitar 70 juta
jiwa (Guillebaud, 2006 dalam Glasier & Gebbie, 2006). Di Sumatera Utara,
2014, akseptor KB jenis pil sebanyak 74.617 jiwa, jenis suntikan sebanyak 85.191
jiwa, dan jenis implan sebanyak 20.790 jiwa (BKKBN, 2015).
Sebagian besar jenis hormon yang terdapat dalam kontrasepsi hormonal
adalah hormon sintetik karena hormon alami mudah diserap oleh usus dan mudah
dihancurkan di hati. Kontrasepsi hormonal mengadung hormon yang terdiri dari
estrogen saja, progesteron saja, dan kombinasi estrogen-progesteron.
2.2.2 Bentuk pemberian kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal dapat berbentuk tablet atau drages dan berupa
depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21
atau 22 tablet, dan sebagian kecil ada yang berisi 28 tablet, dengan 6 atau 7 tablet
terakhir merupakan plasebo sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari.
Minipil digunakan tanpa masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan depo
injeksi dapat berupa injeksi mikrokristalin atau cairan minyak dari asam lemak
steroid ester (Baziad, 2002). Bentuk pemeberian IUD (intrauterine device) atau
yang sering disebut AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan kontrasepsi
hormonal berupa logam atau plastik yang mengandung hormon progesteron yang
ditanamkan dalam rahim (Ganong, 2014). Selain itu ada juga bentuk pemberian
implan, yaitu alat kontrasepsi yang disusukkan di bawah kulit. Implan terdiri atas
6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg
2.2.3 Jenis/sediaan kontrasepsi hormonal
2.2.3.1Sediaan estrogen-gestagen (kombinasi)
Bentuk pemberian sediaan kombinasi adalah tablet yang
diberikan secara oral dan merupakan sediaan yang paling banyak digunakan.
Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menekan ovulasi, mengubah lendir
serviks menjadi kental, menghambat pembentukan endometrium, dan
memperlambat motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu
(Baziad, 2002).
2.2.3.2 Sediaan gestagen saja
Sediaan gestagen saja diperkenalkan untuk menghindari efek
samping estrogen dan untuk menurunkan pajanan total ke steroid. Bentuk
pemberian sediaan gestagen saja adalah minipil, norplant, suntik, dan implant
subdermis. Gestagen bekerja menghambat konsepsi dengan cara menekan sekresi
gonadotropin, mengubah lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses
pembentukan endometrium sehingga tidak menguntungkan untuk implantasi, serta
memperlambat motilitas tuba (Baziad, 2002). Salah satu kelebihan sediaan
gestagen adalah tidak adanya efek merugikan pada proses laktasi dan tidak adanya
bukti pengurangan jumlah dan kualitas ASI, serta tidak ada efek pada
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Fraser, 2006 dalam Glasier & Gebbie,
sebagai kontrasepsi darurat sudah lama ditinggalkan karena penggunaan estrogen
dalam kontrasepsi ini harus dalam dosis tinggi sehingga menimbulkan efek
samping yang tinggi. Mekanisme kerja estrogen bukan lagi untuk mencegah
konsepsi, tetapi mencegah terjadinya nidasi (Baziad, 2002).
2.2.4 Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal
Bayi wanita sudah memiliki folikel ovarium berjumlah
500.000-700.000 saat lahir, yang akan terus berkurang hingga jumlahnya hanya berkisar
34.000-40.000 pada masa menjelang pubertas (Winkjosastro, Saifuddin,
Rachimhadhi, 2008). Selama masa reproduksi, hanya sekitar 400 folikel yang
akan mencapai kematangan, dan akan dilepas selama masa ovulasi.
Salah satu cara kerja kandungan estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi
hormonal adalah untuk menghambat sekresi hormon gonadotrin. Gonadotropin
(FSH dan LH) dikeluarkan oleh hipofisis anterior dan berperan dalam proses
pematangan dan pelepasan folikel (ovulasi). Winkjosastro, Saifuddin,
Rachimhadhi (2008) menyatakan bahwa estrogen dan progesteron dalam
konsentrasi dan jangka waktu tertentu dapat menghambat produksi FSH dan LH
oleh hipofisis anterior. Peristiwa tersebut dinamakan umpan balik negatif dari
estrogen dan progesteron. Menurut Ganong (2014), sekresi LH tertahan akibat
efek umpan balik negatif peningkatan kadar estrogen, jika kadar estrogen dalam
darah ditingkatkan hingga 300% selama 24 jam maka yang terjadi adalah umpan
balik negatif estrogen.
Ketika estrogen dan progesteron dalam konsentrasi tertentu diberikan, maka
pelepasan folikel menjadi terhambat sehingga menyebabkan menstruasi yang
tidak mengandung sel telur (anovulatorik). Dalam Ganong (2014) disebutkan
bahwa wanita yang menjalani pengobatan jangka panjang estrogen tidak
mengalami ovulasi. Wanita yang diterapi dengan estrogen dosis serupa ditambah
suatu obat progestasional tidak mengalami ovulasi karena kedua gonadotropinnya
terhambat (Ganong, 2014). Tidak terjadinya ovulasi menyebabkan penundaan
kesuburan seorang wanita. Penundaan kesuburan tersebut akan menyebabkan
semakin lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh folikel
sehingga terjadinya menopause juga akan semakin lama. Menurut Winkjosastro,
Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah