• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

INFORM CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Liza Kudadiri

NIM : 121101103

Judul Penelitian : Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause

Peneliti adalah mahasiswa program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah penggunaan kontrasepsi hormonal berhubungan dengan usia

menopause.

Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi

ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi

atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara inginkan tanpa

ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan

menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam

penelitian, sebagai berikut:

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian untuk dapat memberikan

tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan dan sebagai sumber

informasi awal bagi penelitian keperawatan tentang hubungan penggunaan

kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

2. Jika Saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan

angket berisi beberapa pertanyaan mengenai usia menopause dan riwayat

(2)

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin

kerahasiannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada

saudara jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian akan diberikan

kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan

identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Saudara tanyakan kepada peneliti.

6. Jika Saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani lembar persetujuan yang

akan dilampirkan.

Terimakasih atas partisipasi Saudara dalam penelitian ini.

Peneliti,

(3)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia

Menopause

A. Data demografi

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda

check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik

sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini.

1. Nama/ inisial :

(untuk pertanyaan nomor 6, jawaban boleh lebih dari satu pilihan)

7. Lama penggunaan kontrasepsi : Pil =………...bulan/tahun

Implan =………….bulan/tahun

(4)

B. Kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal

Petunjuk pengisian: isilah titik-titik dibawah ini dengan benar sesuai dengan

kondisi Anda saat ini.

1. Berapa lama total waktu ibu menggunakan kontrasepsi hormonal?

Sebutkan………..bulan/tahun.

C. Kuesioner usia menopause

Petunjuk pengisian: isilah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari salah satu

pilihan jawaban yang menurut Saudara paling benar.

2. Pada usia berapa ibu mengalami menopause?

1. dibawah 45 tahun, sebutkan………..

2. 45-55 tahun, sebutkan………..

(5)
(6)
(7)

Lampiran 5

a. Listwise deletion based on all variables in the

(8)

MASTER DATA PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN USIA MENOPAUSE Kode responden Usia Agama Usia Menarche JKh anak Lama piK Kama impKan Lama suntik Lama AKDR Lama totaK Usia menopause

(tahun) (orang) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun) (tahun)

1 50 Protestan > 13 tahun 4 7 7 47

17 48 Protestan 12-13 tahun 4 2 2 44

18 81 Protestan > 13 tahun 7 1 1 53

19 67 Protestan > 13 tahun 7 0.5 6 0.5 6.75 50

20 52 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 51

21 53 Protestan > 13 tahun 4 15 15 56

22 71 Protestan < 12 tahun 3 0.5 0.5 45

23 60 Protestan 12-13 tahun 3 5 5 48

24 63 IsKam > 13 tahun 4 20 20 50

25 58 IsKam > 13 tahun 4 32 32 56

26 50 IsKam 12-13 tahun 5 2 2 4 45

27 54 IsKam > 13 tahun 3 30 30 56

28 60 Protestan > 13 tahun 6 0.08 0.08 40

29 63 Protestan < 12 tahun 3 7 7 51

30 57 Protestan 12-13 tahun 5 0.5 0.5 45

31 63 Protestan > 13 tahun 3 0.5 3 50

32 67 IsKam 12-13 tahun 5 13 13 50

33 70 IsKam 12-13 tahun 3 20 20 56

34 65 KatoKik 12-13 tahun 5 0.5 1 5 6.25 53

35 55 IsKam 12-13 tahun 6 15 15 56

36 61 Protestan 12-13 tahun 4 1 15 16 54

37 54 IsKam 12-13 tahun 5 10 10 52

38 51 IsKam 12-13 tahun 4 0.5 1 3 4.25 49

39 60 Protestan > 13 tahun 4 0.5 0.25 40

40 60 Protestan > 13 tahun 3 0.5 5 5.5 50

41 70 Protestan > 13 tahun 4 25 25 56

42 57 Protestan > 13 tahun 5 16 0.25 16.25 56

43 68 IsKam > 13 tahun 7 1 7 8 56

65 55 Protestan 12-13 tahun 4 5 5 51

66 52 IsKam > 13 tahun 2 5 20 7 32 54

(9)

Lampiran 7

Hasil Penelitan

1. Karakteristik Demografi

Statistics

Agama

Usia

menarche jumlah anak usia responden

N Valid 68 68 68 68

Missing 0 0 0 0

Mean 1.71 2.43 1.43 2.25

Std. Error of Mean .076 .082 .060 .131

Median 2.00 3.00 1.00 2.00

Mode 2 3 1 2

Std. Deviation .624 .676 .498 1.084

Variance .390 .457 .248 1.175

Range 3 2 1 4

Sum 116 165 97 153

Agama

(10)

Usia menarche

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 12 tahun 7 10.3 10.3 10.3

2. Distribusi frekuensi jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan

Case Summary

Frequency Percent Valid Percent

(11)

$Jenis_kontrasepsi Frequencies

Responses Percent of

Cases

N Percent

Jenis kontrasepsia Jenis pil 36 36.0% 52.9%

Jenis implan 9 9.0% 13.2%

Jenis suntik 29 29.0% 42.6%

Jenis AKDR 26 26.0% 38.2%

Total 100 100.0% 147.1%

a. Dichotomy group tabulated at value 1.

Jenis kontrasepsi hormonal dikategorikan berdasarkan kadar hormon tertinggi ke terendah.

Statistics

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke

rendah

N Valid 68

Missing 0

Mean 4.43

Median 5.00

Mode 7

(12)

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <= 9 tahun 43 63.2 63.2 63.2

> 9 tahun 25 36.8 36.8 100.0

(13)

4. Distribusi frekuensi usia menopause

5. Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Case Processing Summary

Frequency Percent Valid Percent

(14)

Jenis kontrasepsi kadar tinggi ke rendah * Usia menopause dikode Crosstabulation

(15)

6. Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lama * Usia menopause 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%

Lama * Usia menopause Crosstabulation Usia menopause

Total < 45 tahun 45-55 tahun > 55 tahun

Lama <= 9 tahun Count 5 37 1 43

% of Total 7.4% 54.4% 1.5% 63.2%

> 9 tahun Count 1 14 10 25

% of Total 1.5% 20.6% 14.7% 36.8%

Total Count 6 51 11 68

% of Total 8.8% 75.0% 16.2% 100.0%

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)

Lampiran 11

Riwayat Hidup

Nama : Liza Kudadiri

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 10 Juli 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Saudara, Gg. Pantai 3 No. 13, Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 200503 Padangsidimpuan Tahun 2000 - 2006

2. SMP Swasta Perguruan Sariputra Tahun 2006 - 2009

3. SMA N 6 Padangsidimpuan Tahun 2009 - 2012

(24)

Daftar Pustaka

Andrews, G (Editor).(2009). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita edisi 2. Jakarta: EGC.

Albar, E. (2008). Kontrasepsi. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 535-572). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Jumlah

penduduk tahun 2010 nasional. Diakses tanggal 5 November 2015, dari

www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka prevalesi

pemakaian kontrasepsi Sumatera Utara. Diakses tanggal 20 November

2015, dari www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Tiga tahun

terakhir tren pemakaian KB meningkat. Diakses tanggal 29 November

2015, dari www.bkkbn.go.id.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2014). Angka harapan

hidup nasional. Diakses tanggal 29 November 2015, dari

www.bkkbn.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015). Perkiraan angka harapan hidup menurut

kabupaten/ kota (tahun) 2011-2013. Diakses tanggal 29 November 2015,

dari www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik. (2015).Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin. Diakses tanggal 29 November 2015, dari www.bps.go.id.

Barrett et al.(2014). Buku ajar fisiologi kedokteran Ganong. Jakarta:EGC.

(25)

Brush & Young. (2012). Program olahraga: menopause: panduan untuk transisi

vibran yang sehat. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Djuwita & Fitriani. (2013). Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan usia

menopause. Jurnal kesehatan masyarakat. Vol. 8 no. 4. Diakses tanggal 29

November 2015, dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id.

Emelisa, M. (2012). Gambaran faktor yang mempengaruhi menopause dini

terhadap ibu-ibu yang tinggal di kompeks perumnas II Indarung kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2012. Repository Unand. Diakses

tanggal 30 Oktober 2015, dari www.repository.unand.ac.id.

Gebbi, A. (2005). Menopause. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 395-421). Jakarta: EGC.

Guillebaud, J. (2005). Kontrasepsi oral kombinasi. Dalam Glasier & Gebbie (Editor), Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (hlm. 34-86). Jakarta: EGC.

Herawati, R. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause di

empat posyandu lansia wilayah kerja puskesmas rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal maternal dan neonatal. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal

30 Oktober 2015, dari http://e-journal.upp.ac.id.

Jacoeb, T.Z. (2008). Endokrinologi reproduksi pada wanita. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 44-96). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Kasdu, D. (2002). Kiat sehat dan bahagia di usia menopause. Jakarta: Puspa Swara.

Lameshow, et al. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarata: Gadjah Mada University Press.

Manuaba, I. (2001). Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. (2001). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan

KB. Jakarta: EGC.

(26)

Mulyati, Triwinarto, Budiman. (2006). Konsumsi isoflavon berhubungan dengan

usia mulai menopause. Universa medicina. Vol. 25 no. 4. Diakses tanggal

30 Oktober 2015, dari http://www.univmed.org.

Mustafa, E. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause

pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014. Repositori USU. Diakses tanggal 10 Januari

2016, dari www.repository.usu.ac.id

Northrup, C. (2006). Bijak disaat menopause. Bandung: Q Press.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Octasari, F. (2014). Hubungan jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal

terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai kota Medan tahun 2014. Repository USU.

Diakses tanggal 6 Januari 2016, dari www.repository.usu.ac.id.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan. (2013). Situasi keluarga berencana di

Indonesia. Diakses tanggal 28 Januari 2016, dari www.kemenkes.go.id.

Safitri, A. (2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause pada wanita

di kelurahan Titi Papan Medan tahun 2009. Repositori USU. Diakses

tanggal 5 Januari 2015, dari www.repository.usu.ac.id.

Sari & Lestari. (2014). Hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause di dusun Alastuwo Kecamatan Poncol Magetan. Warta Bhakti

Husada Mulia. Vol. 1 no. 1. Diakses tanggal 30 Oktober 2015, dari http://bhaktihusadamuliamadiun.ac.id.

Sastrawinata, S. (2008). Wanita dalam berbagai masa kehidupan. Dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (Editor), Ilmu kandungan (hlm. 125-128). Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda. (2010). Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: TIM.

Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2003). Ringkasan hasil survei dasar

kesehatan Indonesia tahun 2002-2003. Diakses tanggal 28 Januari 2016,

dari www.bps.go.id.

Survei Dasar Kesehatan Indonesia. (2007). Ringkasan hasil survei dasar

kesehatan Indonesia tahun 1991-2007 mix kontrasepsi. Diakses tanggal 28

Januari 2016, dari www.bps.go.id.

Taliagferri, Cohen, Debu. (2007). The now menopause book: ihwal yang perlu

(27)
(28)

BAB 3

Kerangka penelitian

3.1 Kerangka penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin

diteliti (Notoadmojo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause.

Skema 3.1. Kerangka penelitian hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

A. Defenisi operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini diuraikan untuk

memberikan pemahaman yang sama tentang pengertian variabel yang akan

diteliti, dan untuk menentukan metodologi yang akan digunakan dalam analisis

(29)

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Penggunaan

Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause

Variabel Defenisi

operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

(30)

3.2 Hipotesa

Ada dua hipotesa dalam penelian ini. Hipotesa yang ditegakkan adalah

hipotesa alternatif (Ha) dengan kalimat pernyataan hipotesa:

1. Ha1 ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

2. Ha2 ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan

(31)

BAB 4

Metode Penelitian

4.1 Desain

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause.

4.2 Populasi dan sampel penelitian

4.2.1

Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

tinggal di wilayah kelurahan Mangga, kecamatan Medan Tuntungan yang

memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal dan telah mengalami

menopause. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui karena data ibu

menopause dengan riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal tidak ditemukan

di Puskesmas maupun kantor Kelurahan Mangga.

4.2.2

Sampel

Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

(32)

Keterangan:

n = besarnya sampel

Z1-α/2 = skor Z pada kepercayaan 90% yaitu 1,645

P = proporsi dari suatu populasi yang tidak diketahui

besarnya,

dengan nilai yang diambil sebesar 0,5.

d = sampling error, dengan nilai 10%.

Dari persamaan tersebut maka didapatkan besar sampel penelitian

sebanyak 68 orang.

4.2.2.1 Kriteria inklusi responden

1 Ibu yang telah mengalami menopause secara alami

(bukan buatan akibat pembedahan atau akibat lainnya)

2 Memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal

3 Dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi

sebelumnya.

4.2.2.2 Kriteria ekskulsi

1. Mengalami menopause buatan akibat pembedahan.

2. Tidak dapat mengingat riwayat penggunaan kontrasepsi

hormonal sebelumnya. (Z1-α/2)2 P(1-P)

(33)

4.3

Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah kelurahan

Mangga yang merupakan bagian dari wilayah kecamatan Medan Tuntungan.

Alasan peneliti memilih kelurahan Mangga adalah karena lokasi mudah dijangkau

peneliti dan belum pernah ada penelitian serupa sebelumnya di lokasi tersebut.

Selain itu, kelurahan Mangga juga merupakan kawasan padat penduduk dengan

jumlah wanita berusia di atas 50 tahun (perkiraan usia rata-rata menopause)

sebanyak 1920 orang sehingga wilayah kelurahan Mangga dapat memenuhi

sampel penelitian yang dibutuhkan (profil kelurahan Mangga, 2010). Penelitian

ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015-Mei 2016.

4.4 Pertimbangan etik

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mempertimbangkan beberapa

prtimbangan etik untuk menghormati hak-hak calon responden. Sebelum mulai

mengumpulkan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan

menyebutkan asal institusi pendidikan kemudian memberikan informed consent

kepada calon responden yang berisi penjelasan tentang tujuan dan manfaat

penelitian serta hak responden untuk menerima atau menolak menjadi responden

(34)

responden juga telah dirahasiakan (anonimity) dengan cara memberikan kode

responden berupa angka pada kuesioner untuk mewakili setiap responden.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah

kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: kuesioner data demografi yang terdiri

atas format pengisian nama/inisial, usia, agama, usia menarche, jumlah anak,

jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan, dan lama penggunaan masing-masing

jenis kontrasepsi; kuesioner riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal yang berisi

pertanyaan lama penggunaan kontrasepsi hormonal; kuesioner usia menopause

yang berisi pertanyaan usia ibu saat mengalami menopause. Kuesioner ini disusun

sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada konsep Winkjosastro, Saifuddin,

Rachimhadhi (2008) yang telah dibahas pada bab tinjauan pustaka.

4.6 Uji validitas dan reliabilitas

4.6.1Uji validitas

Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan peneliti mampu

mengukur variabel penelitian secara cermat, maka akan dilakukan uji validitas.

Uji validitas instrumen dilakukan oleh dosen fakultas keperawatan USU yang ahli

dibidang maternitas. Instrumen penelitian disusun sendiri oleh peneliti dan diuji

validitas dengan uji content validity oleh ibu Febrina Oktavinola Kaban, SST,

M.Keb. dan ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed yang merupakan ahli dibidang

(35)

data demografi pada item nomor 7. Setelah peneliti melakukan perbaikan

selanjutnya validator memberikan nilai pada masing-masing item pertanyaan.

Nilai koefisien validitas kuesioner yang diperoleh dengan menggunakan koefisien

Aikens adalah 1, dimana nilai koefisien dalam rentang 0,6-1 maka instrumen

penelitian dapat dikatakan valid.

4.6.2 Uji reliabilitas

Untuk menguji seberapa besar kemampuan instrumen untuk mengukur

variabel secara konsisten walaupun dilakukan pengukuran sebanyak dua kali atau

lebih, maka akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada ibu

yang telah mengalami menopause dan memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi

hormonal yang tinggal di Kelurahan Beringin, Kecamatan Padang Bulan II.

Alasan peneliti memilih Kelurahan Beringin adalah karena Kelurahan tersebut

memiliki responden, yaitu ibu menopause dengan riwayat menggunakan

kontrasepsi hormonal, yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden

penelitian di Wilayah Kelurahan Mangga. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 orang

responden dengan kriteria yang sama dengan sampel penelitian, dimana

responden tersebut tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian. Menurut

Notoatmodjo (2010) agar diperoleh hasil uji mendekati nilai normal, maka

sebaiknya jumlah sampel untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Uji reliabilitas

(36)

4.7 Pengumpulan data

Penelitian ini dimulai dengan terlebih dahulu meminta surat permohonan

izin melakukan peneltian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Surat izin yang telah diperoleh tersebut kemudian

diajukan ke Badan Penelitian dan Pengembangan kota Medan untuk memperoleh

surat rekomendasi penelitian yang selanjutnya diajukan ke Kantor Kecamatan

Tuntungan yang belamat di Jalan Bunga Melati KM. 12, Medan Pancur Batu,

Medan. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Kantor Kecamatan, peneliti

kemudian mengajukan surat tersebut ke Kelurahan Mangga yang beralamat di

Jalan Tembakau Raya nomor 35 A, Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan

Tuntungan, Medan. Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian dari Kantor

Kelurahan, peneliti mendatangi satu persatu responden dan mulai melakukan

pengumpulan data.

Kelurahan Mangga merupakan kawasan padat penduduk yang terdiri atas

24 lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan pada 6 lingkungan yang telah

direkomendasikan oleh Sekretaris Lurah, yaitu lingkungan VI, VII, VIII, IX, X,

XII. Sekretaris Lurah merekomendasikan lingkungan tersebut karena kepala

lingkungan pada keenam wilayah tersebut termasuk kepala yang aktif dan pasti

mengenal masyarakat dalam lingkungannya sehingga dapat membantu peneliti

(37)

4.8 Pengolahan dan Analisis data

4.8.1 Pengolahan data

Data yang telah terkumpul diolah melalui beberapa langkah. Langkah

pertama yaitu editing untuk memeriksa lembar pengumpulan data dan

memastikan apakah semua pertanyaan dalam lembar pengumpulan data sudah

terisi sesuai dengan petunjuk. Selanjutnya peneliti melakukan coding, yaitu

pemberian kode pada setiap lembar pengumpulan data untuk mempermudah

proses tabulasi data. Langkah selanjutnya adalah entry, yaitu peneliti

memasukkan data yang telah diubah menjadi bentuk kode ke dalam software

komputer. Langkah terakhir adalah cleaning, yaitu pengecekan kembali data

yang telah dimasukkan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam

pengkodeaan atau adanya ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

melakukan koreksi.

4.8.2Analisa data

Data yang telah dimasukkan ke dalam software komputer selanjutnya

dilakukan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk

mendeskripsikan data demografi dan masing-masing variabel penelitian yang

akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan analisa

bivariat pada kedua variabel penelitian untuk mengetahui apakah kedua variabel

(38)

Bab 5

Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan penggunaan

kontrasepsi hormonal dengan usia menopause yang dilakukan pada 68 responden

ibu menopause yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal di

kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan, Medan pada bulan Mei 2016.

Penyajian data meliputi karakteristik responden, jenis kontrasepi hormonal yang

digunakan, lama penggunaan kontrasepsi hormonal, usia menopause, hubungan

jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause, dan hubungan lama

penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

5.1.1 Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 55-61 tahun

sebanyak 25 orang (36,8 %), beragama Islam sebanyak 42 orang (61,8 %).

Mengalami menarche pada usia > 13 tahun sebanyak 36 orang (52,9 %), dan

memiliki ≤ 4 orang anak, yaitu sebanyak 39 orang (57,4 %). Distribusi frekuensi

(39)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menopause dengan

Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n=68)

No. Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)

1. Usia responden

5.1.2 Jenis kontrasepsi hormonal yang digunakan

Hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki

(40)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kontrasepsi Hormonal yang Digunakan Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)

Jenis Kontrasepsi Frekuensi Persentase (%)

1. Pil 36 36

2. Implan 9 9

3. Suntik 29 29

4. AKDR 26 26

Keterangan: responden dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

5.1.3 Lama penggunaan kontrasepsi hormonal

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menggunakan

kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun sebanyak 43 orang (63,2%), dan rata-rata lama

penggunaan kontrasepsi adalah 9,1185 tahun. Distribusi frekuensi lama

pengunaan kontrasepsi hormonal dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Pengunaan Kontrasepsi Hormonal Oleh Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi Hormonal (n= 68)

No. Lama penggunaan Frekuensi Persentase (%)

1. ≤ 9 tahun 43 63,2

2. > 9 tahun 25 36,8

Rata-rata = 9,1185

5.1.4 Usia menopause

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami

menopause pada usia 45-55 tahun (menopause normal), yaitu sebanyak 51

responden (71,8 %). Rata-rata usia menopause responden adalah 50,06 tahun.

(41)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia menopause ibu dengan riwayat

menggunakan kontrasepsi hormonal (n= 68).

No. Usia Menopause Frekuensi Persentase (%)

1. < 45 tahun 6 8,8

2. 45-55 tahun 51 75

3. > 55 tahun 11 16,2

Total 68 100

Rata-rata = 50,06

5.1.5 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Tabulasi silang variabel jenis kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause

terlambat memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu

hanya AKDR (8,8%), yang mengalami menopause dini memiliki riwayat

menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 7, hanya pil (7,4%). Hasil uji kedua

variabel menggunakan uji statistik kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan

nilai koefisien Cramer (C)= 0, 434 dan nilai ρ= 0,012. Karena ρ= 0,012 >α=0,05,

artinya ada hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

Tabulasi silang jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dapat dilihat

pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Tabulasi Silang Jenis Kontrasepsi Hormonal dengan Usia

(42)

5.1.6 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause

Tabulasi silang variabel lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan

usia menopause menunjukkan mayoritas responden yang mengalami menopause

dini (<45 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun

(7,4 %), mengalami menopause normal (45-55 tahun) memiliki riwayat

menggunakan kontrasepsi hormonal ≤ 9 tahun (54,4 %), dan yang mengalami

menopause terlambat (> 55 tahun) memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi

hormonal > 9 tahun (14,7 %). Hasil uji kedua variabel menggunakan uji statistik

kontingensi C (koefisien Cramer) didapatkan nilai koefisien Cramer (C)= 0, 497

dan nilai ρ= 0,000. Karena nilai ρ=0,000 ≤ α=0,05, artinya ada hubungan yang

signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause.

Tabulasi silang lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Usia Menopause (n=68)

Uji Statistik Nilai (C) ρ

Koefisien Cramer 0,497 0,000

α= 0,05

5.2 Pembahasan

5.2.1Jenis dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi hormonal yang

(43)

kemudian diikuti jenis suntik sebanyak 29 orang (29%). Hal tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Mustafa (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja puskesmas

Baiturrahman kota Banda Aceh tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis

kontrasepsi yag paling banyak digunakan responden adalah pil, sebanyak 24

orang (61,5%). Tetapi hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Octasari

(2014) tentang hubungan jenis dan lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal

terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di kelurahan Binjai Medan

kecamatan Medan Denai tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jenis kontrasepsi

yang paling banyak digunakan oleh responden adalah suntik, sebanyak 127 orang

(60,5%).

Menurut data BKKBN (2012), persentase jenis kontrasepsi hormonal yang

paling banyak digunakan di Indonesia menurut metode kontrasepsi adalah jenis

suntik kemudian diikuti jenis pil, dan yang paling sedikit digunakan adalah jenis

AKDR. Sedangkan untuk wilayah kota Medan, jenis kontrasepsi hormonal yang

paling banyak digunakan adalah jenis pil (BKKBN, 2012).

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pengguna AKDR dan implan

menempati urutan terbawah. Padahal jika dilihat dari segi keluhan yang

ditimbulkan setelah pemakaian, AKDR merupakan metode yang paling sedikit

(44)

Selain itu, saat ini pemerintah juga telah menyediakan 3 jenis alat kontrasepsi

(alokon) secara gratis di seluruh wilayah Indonesia, yaitu kondom, AKDR, dan

implan (Pusdatin, 2013). Pusdatin (2013) menyebutkan bahwa alasan mengapa

masyarakat kurang memilih metode AKDR dan implan adalah karena

pemasangan dan pelepasan metode kontrasepsi tersebut membutuhkan tindakan

dan keterampilan profesonal tenaga medis yang lebih kompleks.

Data dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012

menyebutkan bahwa pil dan suntik merupakan jenis kontrasepsi yang paling

diketahui oleh masyarakat disemua lapisan usia, termasuk usia beresiko tinggi

diatas 35 tahun. Ditinjau dari segi tingkat pendidikan, pengetahuan tentang

metode pil dan suntik cenderung sama disemua tingkat pendidikan (kecuali untuk

yang tidak bersekolah), sedangkan pengetahuan tentang metode AKDR cenderung

semakin diketahui seiring dengan tingginya tingkat pendidikan (Pusdatin, 2013).

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang metode

kontrasepsi pil dan suntik yang tinggi merupakan faktor utama yang menyebabkan

persentase penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik menempati

urutan tertinggi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata lama penggunaan

kontrasepsi hormonal oleh responden adalah 9,1 tahun. Rata-rata lama

penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil adalah 3,1 tahun, jenis implan 6,4

tahun, jenis suntik 3,3 tahun, dan jenis AKDR 13,4 tahun. Pil dan suntik

merupakan non-metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP), dimana

(45)

MKJP yang penggunaannya berkisar 3-5 tahun. Pusdatin (2013) menyebutkan

bahwa metode kontrasepsi pil dan suntik memiliki resiko putus penggunaan

kontrasepsi lebih besar dibandingkan metode MKJP (20-40%). Berdasarkan data

SDKI (2007), AKDR lebih sedikit menimbulkan keluhan pada wanita

dibandingkan pil, suntik, maupun implan. Peneliti berpendapat bahwa sedikitnya

keluhan yang ditimbulkan AKDR merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

rata-rata lama penggunaan AKDR lebih tinggi dibandingkan metode kontrasepsi

hormonal lainnya. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataaan responden saat

dilakukannya pengumpulan data yang menyatakan bahwa pil dan suntik sering

menimbulkan keluhan seperti menstruasi yang tidak teratur, sehingga responden

memilih beralih ke metode lainnya. Meilani, dkk. (2010) menyatakan bahwa salah

satu efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik adalah

adanya gangguan menstruasi seperti perdarahan bercak (spotting).

5.2.2 Usia Menopause

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 51 responden

(75%) mengalami menopause normal, 11 responden (16,2%) mengalami

menopause terlambat, dan 6 responden (8,8%) mengalami menopause dini,

dengan rata-rata usia menopause 50,06 tahun. Hasil tersebut lebih tinggi dari

DepKes RI (2006) yang menyebutkan bahwa rata-rata usia menopause wanita di

(46)

Menurut Safitri (2009), usia menopause dipengaruhi beberapa faktor,

seperti usia menarche, status pekerjaan, jumlah anak, usia melahirkan terakhir,

penggunaan kontrasepsi, konsumsi alkohol, merokok, dan riwayat penyakit.

Mayoritas responden, yaitu sebanyak 36 responden (52,9%) mengalami menarche

pada usia diatas 13 tahun. Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008),

semakin cepat seorang wanita mengalami menarche maka semakin lama

menopause terjadi sehingga masa reproduksi akan semakin panjang. Mayoritas

responden memiliki jumlah anak ≤ 4 orang, yaitu sebanyak 39 orang (57,4%).

Semakin banyak jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu;

Sibagariang, Pusmaika, Rismalinda, 2010). Peneliti berasumsi usia menarche

responden yang mayoritas pada usia >13 tahun dan jumlah anak yang mayoritas ≤

4 orang mempengaruhi usia menopause sehingga responden tetap mengalami

menopause normal walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang responden (8,8%)

mengalami menopause dini walaupun telah menggunakan kontrasepsi hormonal.

Tabulasi silang antara usia menopause dengan lama penggunaan kontrasepsi

hormonal, usia menarce, dan jumlah anak menunjukkan bahwa dari 6 responden

yang mengalami menopause dini, 5 diantaranya menggunakan kontrasepsi

hormonal ≤ 9 tahun, 3 dintaranya mengalami menarche pada usia > 13 tahun, dan

5 diantaranya memiliki anak ≤ 4 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

mayoritas responden yang mengalami menopause dini memiliki faktor yang dapat

menyebabkan menopause datang lebih awal. Selain faktor tersebut, menurut

(47)

usia ibu saat melahirkan anak terakhir, riwayat menopause dini pada keluarga, dan

riwayat penyakit. Semakin tua usia ibu saat melahirkan anak terakhir maka

semakin lama terjadinya menopause. Jika ibu memiliki riwayat penyakit dan

riwayat adanya menopause dini dalam keluarga, maka hal tersebut akan membuat

menopause datang lebih awal. Peneliti tidak melakukan pengukuran pada ketiga

faktor tersebut. Peneliti berasumsi bahwa 6 orang responden yang mengalami

menopause dini kemungkinan mengalami salah satu atau lebih faktor tersebut.

5.2.3 Hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara jenis kontrasepsi

hormonal dengan usia menopause dengan nilai p= 0,012< α=0,05. Variabel jenis

kontrasepsi hormonal digolongkan berdasarkan kadar hormonal yang terkandung

dalam kontrasepsi dari yang tertinggi ke yang terendah. Tabulasi silang antara

jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause menunjukkan bahwa

mayoritas ibu yang mengalami menopause dini memiliki riwayat menggunakan

kontrasepsi hormonal jenis 7, yaitu hanya pil sebanyak 5 orang (83,3%) dan

mayoritas ibu yang mengalami menopause terlambat memiliki riwayat

menggunakan kontrasepsi hormonal jenis 5, yaitu hanya AKDR sebanyak 8 orang

(57,1%). Jenis kontrasepsi hormonal berhubungan dengan kadar hormon yang

terkandung di dalamnya. Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan

(48)

menekan sekresi gonadotropin. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti

berasumsi bahwa kontrasepsi hormonal yang memiliki kadar hormon yang rendah

tidak mampu menaikkan kadar estrogen dalam darah hingga mencapai 300%

dalam 24 jam sehingga tidak memiliki efek penekanan ovulasi pada wanita. Hasil

penelitian Djuwita & Fitriyani (2013) dengan judul hubungan penggunaan

kontrasepsi hormonal pil dengan usia menopause yang menyebutkan tidak ada

hubungan antara lama penggunaan pil dengan usia menopause setelah dikontrol

dengan variabel pendidikan. Dalam penelitian tersebut, seluruh responden

menggunakan pil dengan dosis rendah. Hasil penelitian tersebut semakin

menguatkan asumsi peneliti bahwa kadar hormon yang rendah pada pil tidak

memberikan efek penekanan ovulasi pada wanita.

5.2.4 Hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama

penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause dengan nilai α= 0,00 <

0,05. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Djuwita & Fitriyani (2013)

dengan judul hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pil dengan usia

menopause yang menyebutkan tidak ada hubungan antara lama penggunaan pil

dengan usia menopause setelah dikontrol dengan variabel pendidikan. Dalam

penelitian tersebut, seluruh responden menggunakan pil dengan dosis rendah.

Selain itu, Djuwita & Fitriyani juga menyebutkan bahwa kemungkinan telah

terjadi kesalahan pengukuran pada lama penggunaan kontrasepsi hormonal

(49)

Peneliti berasumsi bahwa faktor yang menyebabkan hasil penelitian

Djuwita & Fitriyani tidak sama dengan hasil penelitian ini adalah karena seluruh

responden dalam penelitian tersebut menggunakan pil dalam dosis rendah.

Ganong (2014) menyebutkan bahwa peningkatan kadar estrogen hingga 300%

dalam 24 jam akan memberikan efek umpan balik negatif yang dapat menekan

sekresi gonadotropin. Peneliti berpendapat bahwa pil dosis rendah tidak

memberikan efek penekanan ovulasi pada penggunanya, melainkan efek

kontrasepsi hormonal lainya, seperti mengentalkan lender serviks, dan lain-lain.

Baziad (2002) mengatakan bahwa sebagian besar mekanisme kerja

kontrasepsi hormonal adalah menekan sekresi hormon gonadotropin. Penekanan

sekresi hormon tersebut akan menghambat pematangan dan pelepasan folikel sel

telur sehingga menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur.

Semakin lama wanita menggunakan kontrasepsi hormonal menyebabkan semakin

banyak siklus anovulatori yang terjadi setiap kali menstruasi sehingga semakin

lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh cadangan folikel.

Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause

berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa dalam ovarium.

Penulis berpedapat bahwa semakin lama seseorang menggunakan kontrasepsi

hormonal, maka usia menopause akan semakin tua karena penekanan ovulasi

(50)

asupan fitosteron. Walaupun terdapat hubungan antara jenis dan lama penggunaan

kontrasepsi hormonal secara statistik, mayoritas responden memiliki usia

menopause normal, yaitu dalam rentang usia 45-55 tahun. Data demografi

responden menujukkan bahwa mayoritas responden memiliki anak ≤ 4 orang dan

mengalami menarche pada usia > 13 tahun. Peneliti berpendapat bahwa walaupun

usia menopause bergeser ke usia yang lebih tua akibat penggunaan kontrasepsi

hormonal, faktor jumlah anak yang ≤ 4 orang dan usia menarche > 13 tahun juga

mempengaruhi usia menopause menjadi lebih cepat dan hal tersebutlah yang

menyebabkan mayoritas responden memiliki usia menopause normal.

5.3 Hambatan penelitian

Peneliti menemukan beberapa kendala selama melakukan proses

pengumpulan data. Kendala tersebut berhubungan dengan calon respoden yang

menolak untuk dilakukan wawancara dengan alasan takut jika diakhir proses

wawancara mereka akan dimintai biaya atau diminta untuk ikut dengan peneliti ke

Fakultas Keperawatan USU untuk wawancara lebih lanjut. Alasan ketakutan

responden tersebut dikarenakan sebelumnya belum pernah ada penelitian seperti

ini yang mendatangi satu-persatu responden dan melakukan wawancara langsung.

Tetapi setelah peneliti memberikan informed consent, calon respoden akhirnya

setuju untuk dilakukan wawancara.

Kendala lainnya yaitu kesulitan responden dalam mengingat riwayat

penggunaan kontrasepsi hormonal. Sebagian besar responden merupakan lansia

(51)

beberapa cara untuk membantu responden mengingatnya kembali, yaitu dengan

menanyakan secara berurutan jenis dan lama penggunaan kontraspsi hormonal

mulai dari awal menikah hingga saat ini.

Hambatan penelitian selanjutnya yaitu instrumen yang telah disusun oleh

peneliti memiliki beberapa kelemahan sehingga belum dapat megukur variabel

secara akurat. Beberapa kelemahan tersebut antara lain: tidak mengkaji faktor

yang mempengaruhi usia menopause secara keseluruhan, yaitu riwayat

menopause dini dalam keluarga, usia melahirkan anak terakhir, riwayat merokok,

(52)

Bab 6

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan dari 68 responden, mayoritas menggunakan

kontrasepsi hormonal jenis pil (36 %), rata-rata lama total penggunaan kontrasepsi

hormonal adalah 9,11 tahun,, dan mayoritas mengalami menopause normal

(75%).

Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi menggunakan kontingensi C

(koefisien Cramer) dengan taraf kritik (α) yang digunakan adalah 0,05, dapat

dibuktikan bahwa: ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia

menopause (ρ=0,012 < α=0,05) dengan nilai koefisien Cramer (C)= 0,434; ada

hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia menopause

(ρ=0,000 < α=0,05) dengan nilai koefissien Cramer (C)= 0,517. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Ha1 dan Ha2 diterima dengan pernyataan hipotesa Ha1

ada hubungan jenis kontrasepsi hormonal dengan usia menopause; Ha2 ada

hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal engan usia menopause.

Keeratan hubungan termasuk kuat dengan arah yang positif.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Peneliti menyarankan agar pendidikan keperawatan menambahkan

kegiatan penyuluhan tentang kontrasepsi hormonal dan menopause kepada

(53)

pengetahuan masyarakat tentang kontrasepsi hormonal dan menopause semakin

baik.

6.2.2 Pelayanan keperawatan

Peneliti menyarankan agar pelayanan keperawatan lebih banyak

melakukan sosialisasi tentang metode penggunaan kontrasepsi yang tepat kepada

masyarakat sesuai dengan tujuan akseptor KB menggunakan kontrasepsi.

Disarankan juga agar pelayanan keperawatan lebih mensosialisasikan tentang

metode kontrasepsi jangka panjang agar jumlah pengguna metode tersebut

(AKDR dan implan) semakin meningkat karena metode tersebut menimbulkan

keluhan yang lebih sedikit serta resiko putus penggunaan KB lebih kecil

dibandingkan metode pil dan suntik, sehingga dengan demikian target pencapaian

jumlah akseptor KB dalam program Keluarga Berencana yang sedang dijalankan

pemerintah saat ini dapat tercapai.

6.2.3 Penelitian keperawatan

Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan memperhatikan

variabel riwayat menopause dini dalam keluarga, riwayat penyakit, dan usia ibu

saat melahirkan anak terakhir untuk menapatkan hasil yang lebih tepat tentang

(54)

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1

Menopause

2.1.1

Defenisi Menopause

Kata menopause pertama kali digunakan oleh dokter pada tahun 1821

(Ballard, 2003 dalam Bushman dan Young, 2012). Kata ini berasal dari bahasa

Yunani menos, yang berarti bulan, dan pausos, yang berarti berakhir. Jadi

menopause dapat diartikan berhentinya siklus menstruasi bulanan (Bushman &

Young, 2012).

Semua wanita yang berumur panjang akan mengalami menopause.

Abernethy (2009, dalam Andrews, 2009) mengatakan menopause merupakan

suatu fase dalam kehidupan wanita dimana masa kesuburan sudah berakhir yang

ditandai dengan berhentinya siklus haid. Menurut Morgan dan Hamilton (2009)

menopause merupakan berhentinya menstruasi secara permanen akibat kegagalan

ovarium. Widyastuti, Rahmawati, dan Purnamaningrum (2009) berpendapat

bahwa menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir yang

dapat didiagnosis setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya selama 1 tahun.

Jadi menopause dapat didefenisikan sebagai suatu fase dalam kehidupan wanita

dimana siklus haid berhenti secara permanen sekurang-kurangnya selama 1 tahun,

yang dapat terjadi akibat berhentinya fungsi ovarium.

Sebelum mencapai menopause seorang wanita terlebih dahulu melalui

masa perimenopause. Perimenopause merupakan masa yang menjelaskan tentang

(55)

menstruasi (Morgan dan Hamilton, 2009). Masa peralihan ini terjadi selama 4-5

tahun sekitar menopause (2-3 tahun sebelum dan sesudah menopause), dan

ditandai dengan perdarahan yang terjadi sebentar dan sedikit atau perdarahan yang

banyak disertai bekuan dan rasa kram.

Menopause merupakan masa yang sangat individual dan berbeda pada tiap

wanita. Perbedaannya dapat dilihat dari usia awal menopause, keluhan-keluhan

yang dirasakan, serta respon dalam menghadapi perubahan selama masa

menopause maupun masa setelahnya (pascamenopause). Usia awal menopause

berbeda-beda tergantung faktor yang mempengaruhinya. Enam persen wanita

mengalami menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun, 75% pada

usia 50 tahun, dan 94% pada usia 55 tahun (Morgan dan Hamilton, 2009). Dari

persentase tersebut dapat dilihat bahwa usia menopause terbanyak yaitu pada usia

50-55 tahun. Wilson (2003 dalam Bushman & Young, 2012) menyebutkan bahwa

rentang usia menopause wanita di Amerika Serikat adalah 40-55, dengan rata-rata

usia 51,3 tahun. sedangkan menurut Ganong (2014) usia rata-rata awitan

menopause adalah sekitar 52 tahun. DepKes RI menyebutkan rentang usia

menopause wanita Indonesia adalah 45-55 tahun dengan rata-rata usia menopause

49 tahun. Beberapa wanita mengalami perhentian menopause secara lambat dan

bertahap selama bertahun-tahun, sebagian mengalaminya dengan cepat. Keluhan

(56)

2.1.2 Tipe Menopause

Menopause dapat terjadi sebagai kejadian yang terjadi secara alami atau

perubahan hidup yang timbul akibat intervensi medis. Penyebab menopause dapat

dikategorikan sebagai berikut:

2.1.2.1Menopause normal

Menopause normal merupakan menopause yang terjadi secara

alami sesuai dengan waktu normal terjadinya menopause, yaitu 45-55 tahun,

dengan rata-rata usia kurang lebih 51 tahun (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007)

2.1.2.2Menopause prematur

Menopause prematur adalah menopause yang terjadi sebelum

usia 40 tahun apapun penyebabnya. Wanita yang menjalani menopause prematur

memiliki resiko yang lebih kecil untuk terkena kanker payudara dan ovarium,

tetapi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena osteoporosis (Tagliaferri,

Cohen, Tripathy, 2007). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wanita

mengalami menopause prematur, termasuk genetik, proses autoimun, atau

intervensi medis, seperti kemoterapi, dan pengangkatan indung telur

(ooforektomi).

2.1.2.3 Menopause beralasan atau medis

Menopause beralasan atau medis terjadi pada saat adanya

kerusakan parah pada ovarum (seperti yang disebabkan oleh kemoterapi) atau

adanya pengangkatan operatif ovarium (Tagliaferri, Cohen, Tripathy, 2007). Pada

saat terjadi kerusakan pada ovarium atau dilakukan pengangkatan ovarium, terjadi

(57)

menopause tipe ini cenderung mengalami gejala menopause yang lebih parah

dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause alami (Tagliaferri,

Cohen, Tripathy, 2007).

2.1.2.4 Menopause terlambat

Seorang wanita dikatakan mengalami menopause terlambat

jika usia menopausenya diatas 55 tahun. Menopause yang terlambat sering

dikaitkan dengan fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan

estrogen, sehingga seorang wanita yang mengalami menopause terlambat

memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi,

2008). Menurut Novak dalam Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008),

wanita dengan karsinoma endometrium sering mengeluhkan menopausenya yang

terlambat. Selain itu, wanita yang mengalami menopause terlambat akan terpapar

estrogen lebih lama dibandingkan wanita dengan jadwal menopause normal,

dimana menurut Manuaba (2010) paparan estrogen berhubungan dengan angka

kejadian carsinoma mammae.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi usia menopause

Usia seseorang mengalami menopause dapat berbeda menurut faktor

yang mempengaruhinya. Menurut hasil penelitian Herawati (2012) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi usia menopause, yaitu: kebiasaan merokok,

(58)

2.1.3.1 Usia menarche

Menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia

menarche berhubungan dengan usia menopause. Semakin cepat seorang wanita

mengalami menarche maka semakin lama menopause terjadi sehingga masa

reproduksi akan semakin panjang. Hal tersebut berhubungan dengan jumlah

folikel primordial yang tersisa untuk dimatangkan selama masa reproduksi yang

dimulai sejak masa pubertas (menarche). Menurut Sibagariang, Pusmaika,

Rismalinda (2010) usia menarche di Indonesia berkisar 12-13 tahun, sebagian

perempuan mengalami menstruasi lebih awal (8 tahun) atau lebih lambat (18

tahun). Jumlah folikel primordial pada usia 6-9 tahun adalah sebanyak 486.600

dan terus berkurang hingga tersisa 382.000 pada usia 12-16 tahun (Kasdu, 2002).

Sedangkan menurut Manuaba (2010) jumlah folikel primordial pada usia 6-15

tahun berkisar 440.000 dan terus berkurang hingga mencapai 160.000 pada usia

16-25 tahun. Semakin lama seorang wanita mengalami menarche, maka semakin

sedikit jumlah folikel primordial yang akan dimatangkan dan melalui proses

ovulasi dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut yang dapat menyebabkan

perempuan yang mengalami menarche lebih cepat mengalami menopause yang

lebih lambat karena menurut Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia

menopause berhubungan dengan jumlah cadangan folikel yang masih tersisa

dalam ovarium.

2.1.3.2 Penggunaan kontrasepsi hormonal

Sebagian besar kontrasepsi hormonal menekan produksi dan

(59)

gonadotropin yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone), dimana hormon ini berperan dalam proses pematangan dan pelepasan

folikel ovarium (Andrews dan Steele, 2009 dalam Andrews, 2009).

Menurut pendapat Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (2008)

pemberian hormon estrogen dan/ atau progesteron dalam konsentrasi dan jangka

waku tertentu dapat menekan produksi dan sekresi gonadotropin melalui suatu

mekanisme umpan balik positif-negatif. Pemberian hormon estrogen dan/ atau

progesteron melalui kontrasepsi hormonal akan menyebabkan konsentrasi kedua

hormon steroid tersebut meningkat hingga mencapai konsentrasi tertentu yang

dapat menstimulus hipofisi anterior untuk menghentikan produksi dan sekresi

FSH dan LH. Ketika produksi dan sekresi gonadotropin dihambat maka proses

pematangan folikel akan terhambat dan ovulasi tidak terjadi sehingga

menyebabkan menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur dan juga berarti

mempengaruhi kesuburan wanita.

2.1.3.3 Paritas

Usia menopause berhubungan dengan paritas, semakin banyak

jumlah anak maka usia menopause akan semakin tua (Kasdu, 2002; Sibagariang,

Pusmaika, Rismalinda, 2010). Hal tersebut terjadi karena selama kehamilan dan

persalinan sistem kerja organ reproduksi dihambat (Kasdu, 2002). Menurut

(60)

siklus menstruasi selama 6 bulan pertama setelah kembalinya haid bersifat

anovulatorik (tidak mengandung sel telur). Penundaan ovulasi selama masa

kehamilan dan laktasi menyebabkan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk

kehilangan seluruh folikel akan semakin lama. Menurut Winkjosastro, Saifuddin,

Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah cadangan

folikel yang masih tersisa dalam ovarium.

2.1.3.4 Konsumsi isoflavon

Menurut penelitian Mulyati, Triwinarto, Budiman (2006),

konsumsi isoflavon berpengaruh terhadap usia menopause. Isoflavon adalah salah

satu dari tiga gugus utama fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan hormon alamiah

yang terdapat dalam tanaman (kacang dari keluarga polong-polongan, paling

banyak terdapat pada kedelai) yang memiliki efek manfaat mirip dengan estrogen

(Northrup, 2006). Sama seperti hormon estrogen, isoflavon akan terikat dengan

reseptor estrogen dalam tubuh dan memerikan efek yang menyeimbangkan atau

adaptogenik, artinya, saat kadar estrogen dalam tubuh rendah maka isoflavon akan

menaikkan kadarnya hingga mencapai keseimbangan, begitu pula sebaliknya

(Northrup, 2006). Menopause berhubungan dengan defisiensi estrogen sebagai

akibat dari menurunnya fungsi ovarium. Dengan mengkonsumsi isoflavon maka

penurunan kadar estrogen dalam tubuh dapat diseimbangkan. Konsumsi isoflavon

sebanyak 80 mg per hari dalam jangka panjang akan memperlama usia

menopause dan mengurangi masalah kesehatan yang terjadi pada masa

(61)

2.1.4Dampak fisik yang terjadi saat menopause

2.1.4.1 Hot flush

Rata-rata 75% wanita menopause akan mengalami hot flush

(North American Menopause Society/NAMS, 2004 dalam Bushman dan

Young, 2012). Menurut Goldman dan Hatch (2000, dalam Bushman dan

Yong, 2012), hot flush didefenisikan sebagai peningkatan atau perasaan

kepanasan di dalam atau pada tubuh. Perasaan kepanasan terdapat pada bagian

atas tubuh (wajah, leher) atau di seluruh tubuh. Hot flush dapat disertai dengan

keringat dan kadang ruam merah pada kulit.

2.1.4.1Perubahan vagina

Saat produksi estrogen berkurang, lapisan dinding vagina

menjadi lebih tipis dan kurang elastis. Selain itu sekresi vagina menurun dan

pH vagina berubah dari asam menjadi basa, sehingga meningkatkan resiko

terkena infeksi vagina (Bushman dan Yong, 2012).

2.1.4.2Perubahan kulit

Perubahan pada kulit yang terjadi berupa penipisan dan

penurunan lapisan lemak subkutan, kekeringan, kerontokan rambut, dan

hirsutisme ringan di wajah (Manuaba, 2010).

2.1.4.3Masalah perkemihan

(62)

uretra (Manuaba, 2010). Hal ini menyebabkan banyak wanita menopause yang

mengeluhkan inkontinensia urin.

2.1.5 Dampak psikologis yang terjadi akibat menopause

Banyak wanita yang mengeluh masalah psikologis saat menopause,

tetapi sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi estrogen

atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain, seperti flush dan keringat

malam (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009). Keringat malam yang

berkepanjangan akan menyebabkan gangguan pola tidur yang akhirnya

menyebabkan gangguan konsentrasi, ingatan yang kurang baik, bahkan gejala

fisik seperti sakit kepala dan keletihan. Gejala psikologi lain yang dapat timbul

yaitu depresi, kurangnya rasa percaya diri, perasaan tidak berharga, dan kesulitan

membuat keputusan (Abernethy, 2009 dalam Andrews, 2009).

2.2 Kontrasepsi hormonal

2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal

Sejak dahulu wanita dan pria telah berupaya mengontrol kesuburan

dengan berbagai metode. Zaman dahulu wanita menggunakan kain berminyak dan

lemon belah sebagai diafragma, sedangkan pria menggunakan kondom yang

terbuat dari sutra, linen, dan usus binatang (Everett, 2009 dalam Andrews, 2009).

Di Cina, wanita mengkonsumsi merkuri untuk mencegah kehamilan, sedangkan

wanita di Arab menggunakan kotoran gajah sebagai pesarium vagina (Everett,

(63)

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, baik

secara permanen maupun sementara (Winkjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi,

2008). Kontrasepsi hormonal adalah suatu metode untuk mencegah kehamilan

dengan cara pemberian hormon steroid. Metode ini merupakan salah satu metode

yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad,

2002). Penggunaan kontrasepsi saat ini sudah dikenal luas secara internasional

dan disarankan melalui program keluarga berencana. Saat ini hampir 60%

pasangan usia subur di seluruh dunia telah menggunakan kontrasepsi (Glasier dan

Gebbie, 2006).

Pada tahun 1921, Haberlandt adalah ilmuan pertama yang berspekulasi

bahwa ekstrak dari ovarium dan plasenta hewan hamil dapat digunakan untuk

mengendalikan kesuburan. Pada tahun 1937, Kuzrok menyatakan bahwa selama

terapi untuk dismenore, ovulasi dihambat dengan menggunakan estron ovarium

dan menganjurkan mungkin hormon ini bermanfaat dalam kontrasepsi. Kemudian

pada tahun 1950-an pil kontrasepsi oral mulai diproduksi (Guillebaud, 2006

dalam Glasier dan Gabbie 2006).

Lebih dari 200 juta jiwa wanita di seluruh dunia telah mengkonsumsi pil KB

sejak pertama kali tersedia, dan saat ini jumlah pemakai adalah sekitar 70 juta

jiwa (Guillebaud, 2006 dalam Glasier & Gebbie, 2006). Di Sumatera Utara,

(64)

2014, akseptor KB jenis pil sebanyak 74.617 jiwa, jenis suntikan sebanyak 85.191

jiwa, dan jenis implan sebanyak 20.790 jiwa (BKKBN, 2015).

Sebagian besar jenis hormon yang terdapat dalam kontrasepsi hormonal

adalah hormon sintetik karena hormon alami mudah diserap oleh usus dan mudah

dihancurkan di hati. Kontrasepsi hormonal mengadung hormon yang terdiri dari

estrogen saja, progesteron saja, dan kombinasi estrogen-progesteron.

2.2.2 Bentuk pemberian kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal dapat berbentuk tablet atau drages dan berupa

depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21

atau 22 tablet, dan sebagian kecil ada yang berisi 28 tablet, dengan 6 atau 7 tablet

terakhir merupakan plasebo sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari.

Minipil digunakan tanpa masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan depo

injeksi dapat berupa injeksi mikrokristalin atau cairan minyak dari asam lemak

steroid ester (Baziad, 2002). Bentuk pemeberian IUD (intrauterine device) atau

yang sering disebut AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan kontrasepsi

hormonal berupa logam atau plastik yang mengandung hormon progesteron yang

ditanamkan dalam rahim (Ganong, 2014). Selain itu ada juga bentuk pemberian

implan, yaitu alat kontrasepsi yang disusukkan di bawah kulit. Implan terdiri atas

6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg

(65)

2.2.3 Jenis/sediaan kontrasepsi hormonal

2.2.3.1Sediaan estrogen-gestagen (kombinasi)

Bentuk pemberian sediaan kombinasi adalah tablet yang

diberikan secara oral dan merupakan sediaan yang paling banyak digunakan.

Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menekan ovulasi, mengubah lendir

serviks menjadi kental, menghambat pembentukan endometrium, dan

memperlambat motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu

(Baziad, 2002).

2.2.3.2 Sediaan gestagen saja

Sediaan gestagen saja diperkenalkan untuk menghindari efek

samping estrogen dan untuk menurunkan pajanan total ke steroid. Bentuk

pemberian sediaan gestagen saja adalah minipil, norplant, suntik, dan implant

subdermis. Gestagen bekerja menghambat konsepsi dengan cara menekan sekresi

gonadotropin, mengubah lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga tidak menguntungkan untuk implantasi, serta

memperlambat motilitas tuba (Baziad, 2002). Salah satu kelebihan sediaan

gestagen adalah tidak adanya efek merugikan pada proses laktasi dan tidak adanya

bukti pengurangan jumlah dan kualitas ASI, serta tidak ada efek pada

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Fraser, 2006 dalam Glasier & Gebbie,

(66)

sebagai kontrasepsi darurat sudah lama ditinggalkan karena penggunaan estrogen

dalam kontrasepsi ini harus dalam dosis tinggi sehingga menimbulkan efek

samping yang tinggi. Mekanisme kerja estrogen bukan lagi untuk mencegah

konsepsi, tetapi mencegah terjadinya nidasi (Baziad, 2002).

2.2.4 Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal

Bayi wanita sudah memiliki folikel ovarium berjumlah

500.000-700.000 saat lahir, yang akan terus berkurang hingga jumlahnya hanya berkisar

34.000-40.000 pada masa menjelang pubertas (Winkjosastro, Saifuddin,

Rachimhadhi, 2008). Selama masa reproduksi, hanya sekitar 400 folikel yang

akan mencapai kematangan, dan akan dilepas selama masa ovulasi.

Salah satu cara kerja kandungan estrogen dan progesteron dalam kontrasepsi

hormonal adalah untuk menghambat sekresi hormon gonadotrin. Gonadotropin

(FSH dan LH) dikeluarkan oleh hipofisis anterior dan berperan dalam proses

pematangan dan pelepasan folikel (ovulasi). Winkjosastro, Saifuddin,

Rachimhadhi (2008) menyatakan bahwa estrogen dan progesteron dalam

konsentrasi dan jangka waktu tertentu dapat menghambat produksi FSH dan LH

oleh hipofisis anterior. Peristiwa tersebut dinamakan umpan balik negatif dari

estrogen dan progesteron. Menurut Ganong (2014), sekresi LH tertahan akibat

efek umpan balik negatif peningkatan kadar estrogen, jika kadar estrogen dalam

darah ditingkatkan hingga 300% selama 24 jam maka yang terjadi adalah umpan

balik negatif estrogen.

Ketika estrogen dan progesteron dalam konsentrasi tertentu diberikan, maka

(67)

pelepasan folikel menjadi terhambat sehingga menyebabkan menstruasi yang

tidak mengandung sel telur (anovulatorik). Dalam Ganong (2014) disebutkan

bahwa wanita yang menjalani pengobatan jangka panjang estrogen tidak

mengalami ovulasi. Wanita yang diterapi dengan estrogen dosis serupa ditambah

suatu obat progestasional tidak mengalami ovulasi karena kedua gonadotropinnya

terhambat (Ganong, 2014). Tidak terjadinya ovulasi menyebabkan penundaan

kesuburan seorang wanita. Penundaan kesuburan tersebut akan menyebabkan

semakin lama waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kehilangan seluruh folikel

sehingga terjadinya menopause juga akan semakin lama. Menurut Winkjosastro,

Saifuddin, Rachimhadhi (2008), usia menopause berhubungan dengan jumlah

Gambar

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Penggunaan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Menopause dengan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Pengunaan Kontrasepsi Hormonal Oleh Ibu Menopause dengan Riwayat Menggunakan Kontrasepsi
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi usia menopause ibu dengan riwayat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa Timor Leste, mayoritas mengatakan bahwa mereka mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia sewaktu mereka ada di Sekolah

Dengan adanya sistem informasi berbasis web ini, diharapkan tentunya akan lebih mempermudah pengolahan data di Kelurahan Alang-Alang Lebar termasuk di dalamnya pencarian

Menakar Media Massa dan Gaya Hidup Kita merupakan buku terbitan perdana Fakultas llmu Komunikasi (Fikom) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) yang mencoba

Hasil yang diperoleh file uji 2.png yang terdapat pada folder TestDatabase ternyata cocok dengan file 3.png yang terdapat pada folder TrainDatabase, hasil

Semakin strategis perumahan dilihat dari lokasi yang dekat dengan tempat kerja; dekat dengan sekolah; pasar dan pusat kota, serta lokasi yang aman dan bebas

Dalam penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi loyalitas pelanggan yaitu kepuasan konsumen dengan variabel kepercayaan yang memediasi

Permasalahan besar yang di alami untuk era moderen seperti saat ini adalah ketika orang dewasa yang mempunyai perananan sebagai orang tua mulai sibuk dengan

Untuk menjawab anggapan tersebut Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Palangka Raya berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi sebagai berikut : Pertama,