• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Khadir Muhammad. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Bandung. 2004.

A.W Widjaja, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999

Hartono, Redjeki, Perspektif Hukum Bisnis pada Era Teknologi. Pidato Pengukuhan Peresmian Jabatan Guru Besar di dalam Hukum Dagang pada Fakultas Hukum Diponegoro, Semarang,1995.

HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2003.

Irfan Islami, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Mustafa, Bachsan, Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Marihot Pahala Siahaan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2005.

Nasution, Bahder Johan. Metode Penelitian Ilmu Hukum Bandung :Mandar Maju. 2008.

N.M. Spelt dan J.B.J.M ten berge, disunting Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya : Yuridika. 1993

Putra, Fadillah, Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001.

Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum. Jakarta Kencana. 2008.

Philipus M. Hadjon, et.all, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1993

(2)

Ridwan, H.R. Hukum Administrasi Negara, Bandung : Mandar Maju, 2010. Solicchin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari formulasi ke Implementasi

Kebijaksanan Negara, Jakarta : Bumi Aksara,2001.

Syamsi Ibnu, Pokok-Pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional, Jakarta: Rajawali, 1986.

Soenarko SD, Publik Policy Pengertian Pokok untuk memahami dan analisa Kebijaksanaan Pemerintah, Surabaya: Airlangga University Press, 2001. Soedikno Mertokusumo, Sebuah Pengantar Penemuan Hukum. Yogyakarta:

Liberty, 2007

Syafrudin, Ateng, Butir-butir Bahan Telaahan Tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Layak Untuk Indonesia, dalam Paulus Efendi Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994

Van der Pot dalam Utrecht dan Moh. Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan Kedelapan, Jakarta : Balai Buku Ikhtiar, 1985

Soedjono, Penegakan Hukum dalam Sistem Pertahanan Sipil, Karya Nusantara,Bandung, Bandung, 1998

Soekanto, Soerjono, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Soejono, Tegoeh, Penegakan Hukum di Indonesia, Prestasi Pustaka, Cetakan Pertama, Jakarta, 2006.

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung : Sinar Baru, 1984.

Soekanto, Soerjono, , Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta : Bharata, 1999

Satjipto Rahardjo, Mengajarkan Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan (Teaching Order Finding Disorder), Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 2000

(3)

Widjaja, A.W, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1945 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga

C. Website

(4)

Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.27

Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas tambahan yang lebih memadai. Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan

Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar.muat barang setiap harinya.

27

(5)

pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan pergudangan tersebut. Bandara Polonia yang terletak di ibukota Provinsi Sumatera Utara yang satu-satunya merupakan Bandara Internasional di Pulau Sumatera yang dilengkapi dengan fasilitas operasional yang cukup baik sehingga pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 dapat mendarat.

Bandara Polonia selain menunjang transportasi Internasional juga mempunyai peran yang sangat tinggi melayani transportasi nasional dan regional sehingga keberadaan Bandara Polonia dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Bagian Barat Indonesia maupun ke luar negeri khususnya dalam rangka menunjang kerjasama ekonomi sub Regional IMT-GT. Terdapat sepuluh produk yang dijadikan andalan Kota Medan bila dilihat dari segi pasarnya. Komoditi unggulan ini termasuk produk konsumsi sederhana, inisialnya perabot rumah tangga dari kayu, anyaman rotan, alas kaki dan barang hasil konveksi.

(6)

Di luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata. Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk, Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya aneka jenis. Namun wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan tuanya yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Dan sebagian besar bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu.

D. Pengertian Tempat Rekreasi dan Olahraga

Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti ‘membuat ulang’, adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi.Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Secara umum rekreasi dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Kamus Webster mendefinisikan rekreasi sebagai “sarana untuk menyegarkan kembali atau hiburan” (a means of refreshmnet or

diversion). Rekreasi dapat dinikmati, menyenangkan, dan bisa pula tanpa

membutuhkan biaya. Rekreasi memulihkan kondisi tubuh dan pikiran, serta mengembalikan kesegaran. Rekreasi adalah “kegiatan atau pengalaman sukarela yang dilakukan seseorang di waktu luangnya, yang memberikan kepuasan dan kenikmatan pribadi.” Meyer, Brightbill, dan Sessoms.

Berdasarkan peninjauan secara terminologi keilmuan, Rekreasi berasal dari dua kata dasar yaitu RE dan kreasi, yang secara keseluruhan berarti kembali menggunakan daya pikir untuk mencapai kesenangan atau kepuasan melalui suatu kegiatan. Kamus Webster mendefinisikan rekreasi sebagai “sarana untuk menyegarkan kembali atau hiburan” (a means of refreshmnet or diversion).28

28

(7)

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 tentang retribusi tempat rekreasi dan olah raga, Tempat Rekreasi dan Olah Raga adalah tempat rekreasi, pariwisata, olah raga yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.29

Objek retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.30

E. Peraturan Daerah Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga Pada Pasal 1 dinyatakan bahwa :

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Medan.

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Medan. c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

d. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidan retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

e. Tempat Rekreasi dan Olah Raga adalah tempat rekreasi, pariwisata, olah raga yang dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

f. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

g. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana

29

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, Pasal 1 ayat e

30

(8)

atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

h. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bnetuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.

i. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

j. Pembayaran Retribusi adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan surat Keterangan Retribusi Daerah atau Surat Tagihan Retribusi Daerah ke Kas Daerah.

k. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinaan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

l. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat (SKRD) adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. m. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah

surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut pengaturan retribusi.

n. Surat Tagihan Retribusi Daerah yan dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administratis berupa bunga dan atau denda.

o. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (PWRD) adalah Nomor Pokok Wajib retribusi yang didaftar dan menjadi idemtitas bagi setipa wajib retribusi.

(9)

q. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang.

r. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang dapat disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang memutuskan besarnya Retribusi Daerah yang terutang

s. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang dapat disingkat SKRDKBT adalah surat kepetusan yang menetukan tambahan atas jumlah Retribusi Daerah yang telah ditetapkan.

t. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan Retribusi Daerah yang diawali dengan penyampaian Surat Peringatan, Surat Teguran yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang terutang.

u. Pemeriksaan dalah srangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasankepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

v. Penyidikan Tindak Pidana dibidan Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang serta menentukan tersangkanya.

w. Kas daerah adalah Kas Daerah Kab. Kota.

Maksud dan Tujuan Pasal 2 Peraturan Daerah adalah

(1) Pemerintah Daerah bermaksud mengatur dan mengendalikan pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga.

(10)

Pada Pasal 3 nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga milik Pemerintah Daerah. Pasal 4 Obyek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemakaian atas pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga milik Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi :

a. Pemakaian tempat rekreasi/taman. b. Pemakaian stadion atau fasilitasnya. c. Pemakaian lapangan olah raga.

Pasal 5 Subjek Retribusi pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak untuk menggunakan tempat Rekreasi dan Olah Raga.

Pasal 6 Retribusi pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Pasal 7 Retribusi pemakaian temapt Rekreasi dan Olah Raga dipungut dalam daerah. Pasal 8 Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, jumlah dan jangka waktu pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga. Pasal 9 Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutup biaya pengecekan, pemeriksaan, pengawasan dan biaya pembinaan.

Pasal 10 dinyatakan bahwa :

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas, lokasi dan jangka waktu pemakaian.

(2) Tarif retribusi pemakaian tempat Rekreasi dan Olah Raga adalah sebagai berikut :

a. Taman.

(11)

b. Stadion Teladan.

- - Lapangan dan fasilitas pendukung

(kecuali lampu sorot) ... Rp. 250.000/jam Untuk pemakaian fasilitas tertentu dikenakan tarif :

- Tribune ... Rp. 100.000/jam - Lampu Sorot ... Rp. 150.000/jam - Lapangan ... Rp. 50.000/jam - Mikropon ... Rp. 20.000/jam - Sentle Ban ... Rp. 10.000/jam - Pemakaian arus listrik diatas 20.000 watt ... Rp. 30.000/jam. - Pemakaian arus listrik dibawah 20.000 watt ... Rp. 20.000/jam. c. Lapangan Merdeka.

- Lapangan dan Anjungan ... Rp. 100.000/jam - Lapangan Sepatu Roda ... Rp. 10.000/jam - Mikrofon ... Rp. 10.000/jam Pemakaian arus listrik diatas 20.000 watt ... Rp. 30.000/jam. Pemakaian arus listrik dibawah 20.000 watt ... Rp. 20.000/jam. d. Lapangan.

- Lapangan Volly ... Rp. 7.500/jam - Lapangan Bola kaki ... Rp. 10.000/jam - Lapangan Tenis ... Rp. 15.000/jam Pemakaian arus listrik diatas 20.000 watt ... Rp. 30.000/jam. Pemakaian arus listrik dibawah 20.000 watt ... Rp. 20.000/jam.

(12)

Dalam Pasal 15 disebutakan Tata Cara Pemungutan Retribusi: (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

Pasal 16 dinyatakan bahwa :

(1) Kepala Daerah menerbitkan SKRD untuk penetapan retribusi yang didasarkan kepada SPTRD.

(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya, maka Kepala Daerah menerbitkan SKRD secara jabatan.

(3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Pasal 17 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka Kepala Daerah mengeluarkan SKRD tambahan. Sanksi Administrasi Pasal 18 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

Dalam Pasal 19 dinyatakan bahwa :Tata Cara Pembayaran :

(1) Pembayaran Retribusi tempat Rekreasi dan Olah Raga dilakukan di Kas Daerah atau ditemapt lain yang ditunjuk sesuai dengan yang ditentukan dengan menggunaka SKRD, SKRD Jabatan dan SKRD Tambahan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan Retribusi Daerah harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 Jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.

Pasal 20 dinyatakan bahwa :

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.

(13)

(3) Tata cara pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(4) Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk dapat mengizinkan wajib retribusi untuk menunda pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 21 dinyatakan bahwa :

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Bentuk, isi, kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Pasal 22 dinyatakan bahwa Tata Cara Penagihan Retribusi

(1) Pengeluaran sura teguran/peringatan/ surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (Tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal waktu surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus membayar retribusinya yang terutang.

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

Pasal 23 Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Pada Pasal 24 Tata Cara Pengurangan, Keringanan Dan Pembebasan Retribusi:

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi.

(14)

Ketentuan Pidana Pasal 25 dinyatakan bahwa :

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau dengan Paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.

Penyidikan Pasal 26 dinyatakan bahwa :

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kota diberikan wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi derah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah.

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

(15)

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah.

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

j. Menghentikan penyidikan.

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasilnya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Pasal 27 dinyatakan bahwa :

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Oleh Raga dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Medan.

F. Penegakan Hukum Terhadap Tempat Rekreasi dan Olahraga

(16)

atau konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.31

Masalah penegakan hukum merupakan masalah universal. Tiap Negara mengalaminya masing-masing, dengan falsafah dan caranya sendiri-sendiri, berusaha mewujudkan tegaknya hukum di dalam masyarakat. Tindakan tegas dengan kekerasan, ketatnya penjagaan, hukuman berat, tidak selalu menjamin tegaknya hukum. Apabila masyarakat yang bersangkutan tidak memahami hakekat hukum yang menjadi pedoman akan menghambat hukum dan disiplin hukum.32

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkret.33

Kegiatan penegakan hukum pertama-tama ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat. Dalam rangka usaha ini maka akan dimantapkan sistem koordinasi serta penyerasian tugas-tugas antara instansi penegak hukum. Usaha menegakan hukum juga meliputi kegiatan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada hukum dan penegak-penegaknya.34

Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan mengutip pendapat Roscoe Pound, maka La Favre menyatakan, bahwa pada hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan moral (etika dalam arti

31

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2003, hal.229

32

Soedjono, Penegakan Hukum dalam Sistem Pertahanan Sipil, Karya Nusantara,Bandung, 1998, hal.1

33

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 2

34

(17)

sempit). Atas dasar uraian tersebut dapatlah dikatakan, bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.35

Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum:

Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hokum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian

law enforcement begitu populer. Selain itu, ada kecenderungan yang kuat untuk

mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat-pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim tersebut malahan mengganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.

36

1. Faktor hukumnya sendiri

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hokum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hokum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Sudikno Mertokusumo, dalam menegakan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu:37

35

Ibid. hal 9 36

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.4-5 37

(18)

1. Kepastian hukum (Rechtssicherheit);

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.

2. Kemanfaatan (Zweckmassigkeit);

Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakan timbul keresahan di dalam masyarakat.

3. Keadilan (Gerechtigkeit)

Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan.

Tegoeh Soejono, bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan penegakan hukum adalah peranan dari penegak hukum untuk mencermati kasus posisi dengan segala kaitannya termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kasus. Upaya tersebut membutuhkan suatu kecermatan yang terkait pada ketentuan perundang-undangan yang dilanggarnya. Apakah memang ada tindakan yang dikualifikasikan melanggar peraturan perundangundangan tertentu dan kalau benar sejauh mana. Dalam pelaksanaan tersebut tentunya harus dilakukan penafsiran / interpretasi yang cukup mendalam dan karenanya diperlukan adanya dedikasi, kejujuran dan kinerja yang tinggi.38

Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintahan dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma-norma

38

(19)

hukum, sebagai upaya represif. Di samping itu, yang terpenting adalah bahwa pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat.

Sarana penegakan hukum itu di samping pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan. Sangsi biasanya diletakkan pada bagian akhir setiap peraturan yang dalam bahasa latin dapat disebut in cauda venenum, artinya di ujung suatu kaidah hukum terdapat sanksi.39

Arti sanksi adalah reaksi tentang tingkah laku, dibolehkan atau tidak dibolehkan atau reaksi terhadap pelanggaran norma, menjaga keseimbanganya dalam kehidupan masyarakat.40 Dalam Huku m Adminisrasi Negara dikenal beberapa macam sanksi, yaitu :41

a. Bestururdwang;

b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan; c. Pengenaan denda administrative

d. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom).

Dwangsom dapat duraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari

penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang.42

Penarikan kembali suatu keputusan (ketetapan) yang menguntungkan. Pencabutan ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Penarikan kembali ketetapan yang menguntungkan berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam ketetapan itu oleh organ pemerintahan.43

39

Ibid, hal.233 40

A.W Widjaja, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999, hal.21

41

Philipus M. Hadjon, et.all, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1993, hal.245

42

Ibid, hal.246 43

(20)

Pengenaan denda adminsitratif dimaksudkan untuk menambah hukuman yang pasti, terutama denda administrasi yang terdapat dalam hukum pajak. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang kepada organ pemerintah untuk menjatuhkan hukuman yang berupa denda terhadap seseorang yang telah melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan.44

Pengenaan uang paksa dalam hukum admninistrasi dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan.45

Kegunaan sanksi adalah sebagai berikut :46 a. Pengukuhan perbuatan secara norma

b. Alat pemaksa bertindak sesuai dengan norma

c. Untuk menghukum perbuatan/tindakan diangap tidak sesuai dengan norma d. Merupakan ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma.

Satjipto Rahardjo, penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut keinginan-keinginan hukum dalam hal ini adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu.47 Dengan demikian, apabila kita membicarakan penegakan hukum pada hakikatnya kita berbicara mengenai penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang notabone bersifat abstrak. Apabila dirumuskan secara lain maka penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan tersebut menjadi kenyataan. Proses mewujudkan ide-ide inilah yang merupakan hakikat penegakan hukum. Apabila kita sudah mulai berbicara mengenai perwujudan ide-ide yang abstrak menjadi kenyataan, sebetulnya kita sudah memasuki bidang manajemen48

44

Ibid, hal.247-248 45

Ibid, hal. 246 46

A.W Widjaja, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Cetakan Kedua, Jakarta, 1999, hal.21

47

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, suatu Tinjauan Sosiologis, (Bandung : Sinar Baru, 1984) hal 24

48

(21)

Penegakan hukum merupakan serangkaian aktivitas, upaya atau tindakan dengan mengorganisasikan berbagai instrument untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh pembentuk hukum. Sekaligus dapat dikatakan bahwa penegakan hukum bukan upaya yang terpisah dari proses hukum itu sendiri. Khususnya dibidang perizinan, penegakan hukum mestinya berkaitan dengan cita dasar pembentukan serangkaian ketentuan di bidang perizinan, perumusan cita hukum tersebut dalam norma hukum yang tentunya luas dan banyak sekali. Penegakan hukum tidak hanya dimaknai sebagai tindakan memaksa orang atau pihak yang tidak mentaati ketentuan yang berlaku supaya menjadi penuh, yaitu tindakan yang lebih bersifat represif. Penegakan hukum juga dapat dimaknai sebagai kemungkinan mempengaruhi orang atau berbagai pihak yang terkait pelaksanaan ketentuan hukum sehingga hukum dapat berlaku sebagaimana adanya dan sebagaimana mestinya. Kalau makna yang terakhir itu dimasukkan sebagai bagian dari pengertian penegakan hukum, maka sosialisasi, penyuluhan, pendidikan dan pemberian pemahaman di bidang perizinan bagi masyarakat menjadi hal yang tidak terpisahkan dari penegakan hukum dalam arti luas di bidang perizinan khusus tempat Rekreasi Dan Olahraga.

Penegakan hukum preventif merupakan serangkaian upaya tindakan yang dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran atau penyimpangan ketentuan yang ada. Dalam hal ini, didasarkan pada pengandaian bahwa hukum yang dibuat dalam bentuk peraturan itu sekaligus mencerminkan kehendak pembuatnya. Kehendak pembuat, hukum merupakan hal yang selaras yang selaras dengan cita hukum yang akan diwujudkan.

(22)

Sebagai contoh, untuk untuk pengambilan keputusan tertentu di bidang perizinan. Sebelum dilakukan pengambilan keputusan terlebih dahulu diberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk memberikan pendapat, saran, masukan atau keberatan dan menolak keputusan dimaksud. Dengan adanya kesempatan bagi public untuk memberikan pendapat, saran, masukan dan sebagainya diharapkan kemungkinan adanya penyimpangan dalam praktik pelaksanaanya dapat diperkecil. Tidak harus menunggu ada sengketa dulu baru ditangani atau diselesaikan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum adalah perilaku masyarakat, maka dalam pemberdayaan hukum nampak jelas kalau peraturan daerah retribusi tempat rekreasi dan olahraga tidak mempunyai kemampuan sebagai tata perilaku masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar menjadi mampu menjadi tata perilaku masyarakat. Ada dua fungsi yang dapat dijalankan oleh hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai sarana kontrol social dan sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial.49

Dalam proses pembentukan hukum tersebut maka partisipasi masyarakat luas perlu untuk mendapatkan perhatian dan ditingkatkan sebagai bagian penting dalam usaha untuk proses sosialisasi hukum dengan merata sebagai bagian dari pembentukan hukum. Sedangkan penegakan hukum pada hakekatnya berkaitan dengan suatu upaya penegakan ide-ide dan konsep-konsep sehingga menjadi kenyataan. Ide-ide yang dimaksud menyangkut tentang keadilan, kepastian hukum, serta kemanfaatan sosial, demikian dinyatakan Gustav Radbuch50

Penegakan hukum pada dasarnya suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan itu. Perlunya pembicaraan mengenai proses penegakkan hukum ini menjangkau pula mengenai pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum akan menentukan bagaimana penegakan hukum dijalankan.51

49

Soerjono, Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum, (Jakarta : Bharata, 1999), hal 56 50

Satjipto Rahardjo, Mengajarkan Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan (Teaching Order Finding Disorder), (Semarang : Fakultas Hukum UNDIP, 2000) hal 15

51

Satjipto, Op. Cit. hal 24

(23)

A. Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 Tentang Tempat Rekreasi dan Olahraga

Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan di kota yang dapat berfungsi sebagai tempat orang-orang dapat memanusiakan dirinya setelah melewati harinya yang monoton,penuh dengan persaingan dan berbagai macam tuntutan hidup yang menekan.

Manusia dalam kehidupannya selalu memerlukan tiga hal yang paling pokok,yaitu : sandang,pangan,dan papan.Selain itu ada juga kebutuhan untuk menunjang kelangsungan hidup yaitu sekolah dan bekerja.Serta kebutuhan untuk keseimbangan hidup untuk setiap individu yaitu agama,sosialisasi,dan rekreasi.Didalam hidupnya,manusia memerlukan pemenuhan terhadap ketiga kebutuhan tersebut untuk mendapatkan keseimbangan rohani dan jasmani.Hal ini termasuk juga kebutuhan seseorang untuk beristirahat dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Kota pada masa sekarang ini semakin tidak memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,dengan semakin terbukanya lahan di kota yang dapat berfungsi sebagai tempat orang-orang dapat memanusiakan dirinya setelah melewati harinya yang monoton,penuh dengan persaingan dan berbagai macam tuntutan hidup yang menekan.

(24)

termasuk juga kebutuhan seseorang untuk beristirahat dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

Mengingat pelaksanaan suatu kebijakan merupakan kegiatan yang sifatnya interaktif, maka tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi kendala pelaksanaa Perda tersebut antara lain :

1. Sumber Daya

Kendala yang terkait dengan sumber daya terutama disebabkan oleh terbatasnya dana. Terbatasnya dana mengakibatkan ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksanakan secara maksimal, seperti penyuluhan dan monitoring.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa, ketersediaan dana secara memadai memegang peranan penting dalam pelaksanaan kebijakan karan mempengaruhi kinerja52

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan elemen yang sangat penting dalam pelaksanaan Perda No. 31 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, karena melalui komunikasi informasi yang berkaitan dengan kebijakan tersebut dapat diketahui oleh sasaran kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kurang lancarnya komunikasi yang terjalin antara aparat dengan masyarakat disebakan karena kurang maksimalnya pelaksanaan sosialisasi khususnya dalam bentuk penyuluhan. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya tempat rekreasi dan olahraga.

Bahwa penyuluhan merupakan sarana sosialisasi yang sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan. Karena melalui forum penyuluhan akan terjalin komunikasi dua arah antara aparat dengan masyarakat, sehingga berbagai informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Perda yang belum dan ingin diketahui oleh masyarakat dapat ditanyakan langsung dan dapat segera

52

(25)

memperoleh jawaban dari pihak yang kompeten. Pemahaman tentang substansi kebijakan akan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap kebijakan.

3. Sikap Aparat

Dalam pelaksanaan pelayanan tempat rekreasi dan olahraga aparat belum sepenuhnya memenuhi komitmennya, yaitu memberikan pelayanan yang mudah, murah dan memuaskan. Hal ini terlihat dari penetapan prosedur dan persyaratan pengurusan tempat rekreasi dan olahraga yang dirasakan oleh masyarakat cenderung sulit dan berbelit-belit sehingga justru mengakibatkan pelayanan menjadi sulit, mahal dan lama.

Bahwa pelaksanaan kebijakan, tidak terlepas dari kesanggupan aparat dalam melaksanakan apa yang sudah menjadi komitmennya. Karena jika tidak, akan menyebabkan munculnya kekecewaan dari masyarakat yang berdampak pada rendahnya dukungan mereka terhadap kebijakan.

4. Sistem dan Kelembagaan Perizinan

Sistem yang digunakan dalam penanganan perizinan di satu daerah dapat berbeda dengan di daerah lain. Suatu sistem selalu diikuti oleh struktur dan eksitensi kelembagaan yang membersikan wadah penanganan terpadu belum mendesak. Apabila sistem yang dipilih dalam penanganan perizinan bersifat terpadu, mau tidak mau harus ada lembaga yang secara khusus menangani perizinan. Adanya kelembagaan yang baru dibentuk acap kali membawa konsekuensi yang tidak sedikit. Bahkan, konsekuensi itu sudah terasa sebelum institusi tersebut benar-benar terbentuk, misalnya soal bentuk instansi yang berwenangan menangani izin, apakah kantor, dinas, atau yang lain? Pemilihan bentuk dari sekian pilihan akan membawa konsekuensi tertentu.

(26)

Kelembagaan tersebut tentu diarahkan untuk dapat menangani sejumlah izin yang ada di provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan. Ada daerah tertentu yang jenis perizinannya begitu banyak, ada pula yang sedikit. Ada lagi yang secara normatif tertulis jenis izinnya begitu banyak, tetapi yang sering dimohonkan oleh warga dan ditangani pemerintah sesungguhnya hanya sedikit. Kiranya pemerintahan daerah perlu mempertimbangkan hal ini.

5. Kondisi dan Tuntutan Masyarakat

Di daerah-daerah tertentu yang frekuensi permohonan izinya rendah, pemerintah daerah tidak terlalu terbebani untuk memikirkan waktu penyelesaian dan prioritas penyelesaian permohonan izin, tidak mau harus ada solusi untuk menanganinya. Masyarakat tentu menghendaki pelayanan di bidang perizinan yang cepat, murah, sekaligus segera dapat dimanfaatkan. Hanya harus diingat bahwa instansi yang menangani perizinan tidak bekerja sendirian. Tidak jarang mereka harus berkoordinasi dengan instansi lain, dengan menunggu rekomendasi dari instansi lain, yang tidak selalu di mengerti oleh masyarakat.

Masyarakat memahami bahwa untuk memperoleh izin cukup dengan mengajukan permohonan. Yang kadang-kadang luput dari pemahaman masyarakat adalah kemungkianan permohonan itu tidak dikabulkan, entah karena persyaratan tak terpenuhi, kesalahan memenuhi syarat, atau memang karena izin yang dimohonkan itu bertentangan dengan peraturan yang ada. Pemerintahan di sejumlah daerah telah berusaha memnuhi tuntutan warganya, tetapi tidak semuanya dapat memberikan pemahaman yang meyakinkan kepada warga masyarakat mengenai upaya yang mereka lakukan.

6. Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan untuk menjalankan sistem perizinan cukup banyak. Apabila penanganan perizinan dilakukan oleh suatu dinas, misalnya, mau tidak mau harus disediakan perlengkapan kantor, gedung, penunjangan, dan sebagainya, juga sarana transportasi akomodasi untuk pengecekan lapangan.

(27)

kecil seperti rak buku, lemari, meja, termasuk papan untuk memasang publikasi di

front office. Tidak ketinggalan saran trasportasi, meskipun instansinya baru

berdiri, kendaraan yang disediakan sudah tua yang rewel di lapangan. Beruntunglah sejumlah daerah yang telah mampu memenuhi tuntutan sarana dan prasarana ini. Bahkan ada daerah yang telah melengkapi saran informasi publikasi secara lengkap dengan website, call center, layanan SMS, leaflet, layanan dengan teknologi layar sentuh, dan sebagainya.

7. Sumber Daya Manusia

Keluhan yang tidak jarang terdengar di kantor pemerintahan daerah adalah soal sumber daya manusia. Banyaknya pegawai pemerintah daerah tidak menjadi jaminan bahwa pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab di instansi tersebut akan beres. Di beberapa daerah, soal jumlah pegawai tidak menjadi masalah, soal keahlian dan kecakapanlah yang menjadi masalah. Sebagai contoh, yang sekarang membutuhkan banyak tenaga yang memadai, tetapi belum terpenuhi adalah bidang teknologi informasi dan data. Di sejumlah daerah bagian ini kerap disebut “bagian data dan TI”. Idealnya, yang menangani bidang tersebut adalah mereka yang mempunyai keahlian memadai, bahkan kalau bisa yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang tersebut. Kenyataannya dilapangan sering terjadi bidang data TI diisi oleh pegawai yang tidak mempunyai keahlian yang seharusnya. Ada yang berasal dari disiplin hukum, teknologi lingkungan, sejarah, sastra, ekonomi, dan sebagainya. Mereka terpaksa harus dibekali keterampilan secara kilat untuk menangani bidang itu, yang tentu hasilnya belum bisa optimal.

(28)

8. Ketersediaan Dana

Kesuksesan yang dialami oleh sejumlah pemerintah daerah dalam memberikan layanan kepada warganya memang layak mendapatkan apresiasi, tetapi tidak semua upaya itu dapat berjalan mulus. Idealisme yang bagus dalam hal perizinan tidak akan dapat berjalan tanpa ketersediaan dana yang memadai. Oleh karena itu, hal ini menjadi persoalan tersendiri. Tidak mudah kalau tidak dikatakan mustahil, membuat program layanan publik tanpa pendanaan. Sejumlah daerah mempunyai potensi alam yang melimpah dapat digunakan untuk mendukung program kerja mereka, termasuk dalam penanganan perizinan, sedangkan daerah yang potensi pendapatan daerahnya terbatas oleh jadi terpikir ulang dalam hal anggaran. Mereka tentu akan memberikan prioritas kepada masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti penanganan pangan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Soal perizinan yang lebih bersifat layanan administrasi mendapatkan perhatian berikutnya.

Disamping persoalan-persoalan tersebut, ada potensi permasalahan dalam penanganan perizinan. Soal tarik-menarik kepentingan antardaerah atau daerah dan pusat merupakan persoalan yang sering terjadi. Persoalan tentang kebijakan yang tidak melihat ke depan dalam jangka panjang, misalnya soal kelestarian lingkungan, ketersediaan dan keberlangsungan sumber daya alam, keutuhan alur sejarah dan budaya, dan lain-lain. Setiap daerah dituntut untuk memahami dan mampu mengatasi setiap persoalan-persoalan tersebut dengan baik.

a. Sarana transportasi terlalu jauh letaknya, sehingga orang yang ingin menyewa merasa malas untuk menyelenggaran event di Gelanggang olahraga di Kota Medan.

b. Tempat Gelanggang olahraga terkadang letaknya tidak strategis serta fasilitas yang tidak memadai dan struktur bangunannya terkadang tidak sesuai untuk penyelenggaraan event-event tertentu.

(29)

d. Rumput dan lampu stadion teladan belum sampai pada stadar untuk digelarnya pertandingan sepakbola sekala internasional

e. Adanya aksi para pengunjung yang dirasa tidak nyaman diarea lokasi tempat pelaksanaan acara di gelanggang olah raga tersebut, misal membuat onar atau kegaduhan, dan merusak fasilitas yang ada diacara tersebut, seperti kemarahan supporter yang berujung pada pengerusakan fasilitas stadion dan lain sebagainya.

f. Sarana Olahraga lainya;

1. Vellodrome tempatnya jauh dari kota sehingga sarana transportasi menjadi kendala bagi pihak-pihak yang mau menyewa tempat tersebut.

2. Lapangan lainya misalnya lapangan di kebun bunga dan lapangan kecil lainnya tarif yang di tetapkan dalam perda untuk penggunaan lapangan tersebut masih tidak sesuai apabila diterapkan, karena dengan tarif yang kecil itu tidak cukup apabila digunakan sebagai perawatan.

Upaya pelaksanaan pembangunan atau penyediaan sarana dan penataan lingkungan dibidang tempat rekreasi dan olahraga yang ada di Kota Medan diarahkan kepada hal-hal yang menunjang untuk pengelolaan dan perawatan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sarana atau fasilitas disetiap obyek tempat rekreasi dan olahraga tersebut, meningkatkan partisipasi masyarakat dan pengusaha di Kota Medan, meningkatkan minat investasi baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta yang bergerak di bidang jasa retribusi dan meningkatkan koordinasi dengan dinas atau Instansi dalam penyelenggaraan pembangunan obyek sarana tempat rekreasi dan olahraga sehingga pendapatan yang masuk dari sektor retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat meningkat.53

a. Terwujudnya peningkatan dan pengembangan sarana atau fasilitas di setiap obyek tempat rekreasi dan olahraga.

Sasaran kegiatan pengembangan sarana tempat rekreasi dan olahraga di Kota Medan sebagai berikut :

53

(30)

b. Terwujudnya peningkatan penataan dan pengelolaan lingkungan tempat rekreasi yang ada di Velodrome, Stadion Teladan, Lapangan Merdeka dan sarana olahraga lainya.

c. Terciptanya respon masyarakat dan pengusaha yang turut serta dalam menciptakan sarana tempat rekreasi yang menarik perhatian para pengunjung Velodrome, Stadion Teladan, Lapangan Merdeka dan sarana olahraga lainya.

d. Terciptanya minat investasi atau orang dan lembaga lain yang mau menyewa tempat baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta yang berkaitan dengan event-event yang diadakan.

(31)

B. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Dalam pelaksanaan peraturan daerah Kota Medan Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga memang menemui hambatan tetapi hambatan tersebut dapat di hadapi dengan cara menghadapi faktor menghambat tersebut dengan cara:

1. Menambah Tenaga dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan yang minim, membuat tenaga pengawas dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan untuk peninjauan di lapangan terkait peraturan daerah Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

2. Membuat anggaran Dana yang tersedia dari pemerintah, untuk melakukan pengawasan.

3. Menambah jumlah sosialisasi agar masyarakat tahu dan mengerti ketentuan Peraturan Daerah Kota Medan No. 31Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

4. Jaringan internet yang memberikan informasi mengenai undang-undang terbaru, karena selalu ada mobile internet yang disediakan oleh kemekominfo.

5. Penyediaan sarana dan prasarana

Pengadaan sarana dan prasarana memang memerlukan dana yang relatif besar sehingga instansi pemerintah harus menyisihkan dan memprioritaskan dananya baik dalam APBN maupun APBD agar terwujud. Bukan hanya pengadaan sarana dan prasarana yang perlu mendapatkan perhatian, tetapi juga penggunaan dan perawatannya. Pemanfaatan secara optimal sarana dan prasarana yang ada dapat membantu mempercepat proses, sekaligus menjadi instrument itu lebih berarti.

(32)

dan masih banyak lagi perusahan radio yang berkualitas yang mampu menjangkau Kota Medan dalam setiap siarannya dan mungkin memasukan informasi mengenai adanya peraturan daerah kota Medan dan memberikan informasi yang penting kepada masyarakat.

7. Perusahaan majalah dan surat kabar yang melayani jasa advertising yang ada di Medan. Semuanya pasti dapat melayani progam sosialisasi pemerintah. Perusahaan itu antara lain Harian Analisa, Waspada, SIB, dll. Semuanya ini sudah tidak asing lagi di masyarakat Medan.

8. LSM yang terus dan bersedia membantu masyarakat yang merasa haknya dirugikan terhadap peraturan daerah tersebut.

Upaya pelaksanaan peraturan daerah khusunya dibidang retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga terdapat faktor-faktor pendorong dan faktor penghambat yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan obyek tempat rekreasi yang ada di Kota Medan. Dengan mengetahui identifikasi faktor-faktor pendorong dan faktor penghambat perngembangan sarana tempat rekreasi dan Gelanggang Olah Raga Kota Medan, pemerintah dapat melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. Dengan meningkatnya jumlah pendapatan asli daerah Kota Medan melalui sarana tempat rekreasi dan olah raga, maka secara tidak langsung akan menambah jumlah Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.

Sehingga solusi dari faktor penghambat yang dilakukan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Medan dalam pelaksanaan Retribusi jasa usaha khususnya di bidang tempat rekreasi dan olahraga Kota Medan terdiri dari;

a. Melakukan pengelolaan dibidang sarana tranportasi untuk mempermudah akses jalur menuju gelanggang olahraga dan memberikan fasilitas gedung yang nyaman dan tidak menimbulkan kebisingan bagi masyarakat sekitar serta dapat meningkatkan daya tarik untuk pengguna atau penyewa gelanggang olahraga untuk digunakan sebagai tempat untuk event-event tertentu.

(33)

peningkatan pengamanan untuk mengurangi atau menekan angka kerusakan fasilitas pada stadion teladan.

c. Menentukan tarif yang sesuai untuk sarana olahraga lain bagi penyewa atau pengguna sehingga sehingga tarif tersebut dapat digunakan untuk pengelolaan, perawatan dan pengembangan lapangan dalam kategori sarana olahraga lain.

(34)

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun yaitu :

1. Perda Kota Medan No. 31 Tahun 2002 tentang Tempat Rekreasi Dan Olahraga terbatasnya sumber dana, kurang lancarnya komunikasi yang terjalin antara aparat dengan masyarakat dsan sikap aparat yang kurang memenuhi komitmennya dalam memberikan pelayanan yang mudah, murah dan memuaskan.

2. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar ketiga di Indonesia, sehingga kota Medan memiliki sarana dan prasarana tempat rekreasi dan olahraga yang bertaraf internasional

3. Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan peraturan daerah ini adalah terbatasnya kualitas dan kuantitas personil pihak pelaksana, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung tempat rekreasi dan olah raga, kurangnya promosi dan pemasaran obyek-obyek wisata, kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan peraturan daerah, kurangnya kerjasama pihak pelaksana dengan instansi-instansi terkait, kurangnya tindakan pengawasan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang retribusi daerah.

D. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran antara lain : 1. Mengingat sosialisasi khususnya dalam bentuk penyuluhan sangat penting

(35)

2. Sarana dan prasarana yang ada saat ini sangat terbatas, ini sangat menghambat peningkatan PAD. Sehingga PAD juga ikut menurun, dikarenakan fasilitas di stadium teladan kurang menunjang dan fasilitas di lapangan yang masuk kategori sarana olahraga lain.

(36)

Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku warga. Menurut Spelt dan Ten Berge, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan. Sementara itu Ridwan HR, dengan merangkum serangkaian pendapat para sarjana menyimpulkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dengan mendasarkan pengertian seperti itu, maka unsur dalam perizinan meliputi instrumen yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintah, peristiwa konkret, prosedur dan persyaratan.

Sebagai sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka izin dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu berupa keinginan untuk mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu, mencega bahaya bagi lingkungan, keinginan melindungi obyek-obyek tertentu, hendak membagi benda-benda yang sedikit, dan juga dapat ditujukan untuk pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas tertentu.17

Seperti diketahui dari luas wilayah yang begitu besar, jumlah penduduk yang banyak, maka pemekaran daerah dilakukan. Sebagai konsekuensi dari asas desentralisasi, maka berbagai urusan pemerintahan diserahkan ke daerah menjadi urusan daerah. Penyerahan kewenangan dalam kerangka desentralisasi tersebut dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan efisiensi dan efektivitas penanganan masalah, optimalisasi peran lokal, sekaligus akomodasi terhadap keanekaragaman daerah. Dengan kenyataan yang demikian maka penanganan terhadap masalah perizinan pun juga menjadi salah satu yang didistribusi, tidak hanya menjadi

17

(37)

kewenangan pemerintah pusat akan tetapi juga menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, pemerintah yang sedang membangun memiliki beberapa fungsi yakni: memimpin warga masyarakat (leading), mengemudikan pemerintahan (governing), memberi petunjuk (instructing), menghimpun potensi (gathering), menggerakkan potensi (actuating), memberikan arah (directing), mengkoordinasi kegiatan (coordinating), memberi kesempatan dan kemudahan (facilitating), memantau dan menilai (evaluating), mengawasi (controlling), menunjang/mendukung (supporting), membina (developing), melayani (servicing), mendorong (motivating) dan melindungi (protecting).

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut pemerintah membuat perencanaan (het plan) baik untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan yang dibuat oleh pemerintah tersebut seringkali digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan masyarakat maupun pemerintah sendiri. Instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan masyarakat seperti itu antara lain menggunakan sarana perizinan.

(38)

asas campur tangan terhadap kegiatan ekonomi merupakan bagian dari asas utama dari Hukum Ekonomi.18

Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa : Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning)".

Izin dapat dipandang sebagai perdoman dan sekaligus jaminan bagi kegiatan usaha mereka. Masalah perizinan dewasa ini sering dikeluhkan oleh masyarakat luas. Tak jarang terdengar keluhan para investor yang mengatakan rumit dan panjangnya proses pengurusan perizinan. Hal yang seperti itu tentu perlu diantisipasi antara lain dengan mengadakan koordinasi dengan instansi-instansi terkait, sehingga birokrasi-birokrasi yang tidak begitu penting dapat ditiadakan untuk kemudian disatukan dalam bagian lainnya. Memang ada yang memandang izin sebenarnya dapat dikatakan sebagai sebuah insentif bagi kegiatan usaha, di mana dengan adanya berbagai kemudahan untuk pengurusan perizinan maka akan memberikan rangsangan bagi pengusaha untuk memulai investasi. Akan tetapi sebenarnya mengenai insentif itu sendiri tidak selamanya mendesak bagi dunia usaha. Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi : "Dilarang tanpa izin memasuki areal/lokasi ini". Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada pejabatpejabat administrasi negara yang bersangkutan.

19

Kata perizinan kita peroleh atau kita dengar dan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh

18

Redjeki Hartono, Perspektif Hukum Bisnis pada Era Teknologi. Pidato Pengukuhan Peresmian Jabatan Guru Besar di dalam Hukum Dagang pada Fakultas Hukum Diponegoro, Semarang, 1995. hal. 18.

19

(39)

mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut.

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya hams dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Setelah kita memahami arti daripada perizinan maka timbul suatu pertanyaan apa yang dimaksud dengan hukum perizinan ? Hukum perizinan adalah : ketentuan yang berkaitan dengan pemberian izin atau bentuk lain yang berkaitan dengan itu yang d.ikeluarkan oleh pemerintah sehingga dengan pemberian izin tersebut melahirkan hak bagi pemegang izin baik terhadap seseorang, badan usaha, organisasi, LSM dan sebagainya untuk beraktivitas

N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge, izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin dalam arti sempit).20

Spelt dan ten Berge tersebut agak berbeda dengan pandangan Van der Pot. Menurut Van der Pot, izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya, perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Spelt dan ten Berge, alam izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Artinya kemungkinan untuk seseorang atau suatu pihak bertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan.

21

20

N.M. Spelt dan J.B.J.M ten berge, disunting Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya : Yuridika, 1993. hal 2-3

21

Van der Pot dalam Utrecht dan Moh. Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, cetakan Kedelapan, Jakarta : Balai Buku Ikhtiar, 1985 hal 143

(40)

Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi ; dilarang tanpa izin..(melakukan)… dan seterusnya. Selanjutnya, larangan tersebut diikuti dengan perincian syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan, disertai dengan penetepan prosedur dan petunjuk pelaksaaan (juklak) kepada pejabat-pejabat administrasi Negara yang bersangkutan22

Hukum perizinan merupakan hukum publik yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah di pusat maupun di daerah sebagai aparatur penyelenggaraan negara mengingat hukum perizinan ini berkaitan dengan pemerintah maka mekanisme media dapat dikatakan bahwa hokum perizinan termasuk disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara atau hukum 'Tata Pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah : sebagai pembinaan Dalam hal izin kiranya perlu dipahami bahwa sekalipun dapat dikatakan dalam ranah keputusan pemerintah, yang dapat mengeluarkan izin ternyata tidak selalu organ pemerintah. Izin tidak sama dengan pembiaran. Kalau ada suatu aktivitas dari anggota yang sebenarnya dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi ternyata tidak dilakukan penindakan oleh aparatur yang berwenang, pembiaran seperti itu bukan berarti diizinkan. Untuk dapat dikatakan izin harus ada keputusan yang konstitutif dari aparatur yang berwenang menerbitkan izin.

Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut di atas, ada pengertian izin yang dimuat dalam peraturan yang berlaku, misalnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah. Dalam ketentuan tersebut izin diberikan pengertian sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Pemberian pengertian izin tersebut menunjukkan adanya

22

(41)

dan pengendalian dari masyarakat dan salah satu fungsi pemerintah di bidang pembinaan dan pengendalian izin adalah pemberian izin kepada masyaralat dan organisasi tertentu yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang harus dilakukan di dalam praktek pemerintahan.

Jadi fungsi pemberian izin disini adalah fungsi pemerintah itu sendiri yang dilaksanakan oleh departemen sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 (1) Keppres No. 44 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa setiap departemen menyelengaraan fungsi kegiatan perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan sesuai dengan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jadi kesimpulan dari pengertian izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.

E. Proses Mendapatkan Izin

Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh aparat atau petugas. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut, masing-masing pegawai dapat mengetahui peran masing-masing dalam proses penyelesaian perizinan.

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Disamping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda bergantung jenis dan instansi pemberi izin.

(42)

tidak hanya sebatas pada aspek legal dari proses perizinan, tetapi lebih jauh dari aspek tersebut. Misalnya untuk memberikan izin, pihak pelaksana juga harus mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari izin tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kedua, proses perizinan memerlukan dukungan keahlian aparatur tidak hanya dalam mengikuti tata cara urutan prosedurnya, tetapi hal-hal lain yang sangat mendukung kelancaran proses perizinan itu sendiri. Pengoptimalan penggunaan teknologi informasi, misalnya dianggap menjadi solusi yang sangat tepat untuk mengefisienkan prosedur perizinan. Dengan demikian, hampir di semua sektor perizinan dituntut untuk menggunakan sistem komputerisasi dan aparat yang tidak memiliki keahlian untuk mengoperasikan teknologi tersebut akan menjadi ganjalan.

Ketiga, proses perizinan tidak terlepas dari interaksi antara pemohon dan pemberi izin. Dalam interaksi tersebut terkadang muncul perilaku yang menyimpang baik yang dilakukan oleh aparatur maupun yang dipicu oleh kepentingan bisnis pelaku usaha, sehingga aparatur pelaksana perizinan di tuntut untuk memiliki perilaku yang positif dengan tidak memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadi.

Inti dari regulasi dan deregulasi proses perizinan adalah pada tata cara dan prosedur perizinan. Untuk itu, isi regulasi dan deregulasi haruslah memenuhi nilai-nilai berikut, sederhana, jelas tidak melibatkan banyak pihak, meminalkan kontak fisik antar pihak yang melayani dengan yang dilayani, memiliki prosedur operasional standar dan wajib dikomunikasikan secara luas.

F. Fungsi Pemberian Izin

(43)

pengendalian terhadap kegiatan masyarakat dengan menggunakan instrument perizinan. Izin dapat dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu. Izin dapat dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu. Menurut Spelt dan ten Berge, motif-motif untuk menggunakan sistem izin dapat berupa keinginan mengarahkan (mengendalikan/sturen) aktivitas-aktivitas tertentu, mencegah bahaya bagi benda-benda yang sedikit dan mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas23

Menurut, Ridwan izin merupakan instrument yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret.24

1. Instrumen rekayasa pembangunan

Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa dan perancang masyarakat yang adil dan makmur. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu fungsi penertib dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bagunan dan setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengatur dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan dengan kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Secara teoritis, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan berikut :

Pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan insentif bagi pertumbuhan sosial ekonomi. Demikian juga sebaliknya, regulasi dan keputusan tersebut dapat juga menjadi penghambat (sekaligus sumbe korupsi) bagi pembangunan.

23

N.M. Spelt dan J.B.J.M ten berge, disunting Philipus M. Hadjon, op.cit. hal 4 24

(44)

Perizinan adalah instrumen yang manfaatnya ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan untuk income daerah, maka hal ini tentu akan memberikan dampak negatif (disensif) bagi pembangunan. Pada sisi yang lain jika prosedur perizinan dilakukan dengan cara-cara yang tidak transparan, tidak ada kepastian hukum, berbelit-belit dan hanya bisa dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat, maka perizinan juga bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan sosial ekonomi daerah. Dengan demikian, baik buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan. Semakin mudah, cepat dan transpran prosedur pemberian perizinan, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrument rekayasa pembangunan.

2. Budgtering

(45)

Sebaiknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tarif retribusi perizinan tidak boleh juga terlalu murah dan tidak mudah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunya daya dukung dan kelestarian lingkungan.

3. Reguleren

Perizinan memiliki fungsi pengaturan (reguleren), yaitu menjadi instrument pengaturan tindakan dan perilaku masyarakat. Sebagaimana dalam prinsip pemungutan pajak, maka perizinan dapat mengatur pilihan-pilihan tindakan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan untuk pengelolaan sumber daya alam, maka prosedur dan syarat harus ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan harus pula terkait dengan pertimbangan-pertimbangan strategis tersebut. Dengan demikian, harus ada keterkaitan antara pemberian perizinan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Disamping itu pula penetapan tarif terhadap perizinan harus memperhatikan tujuan dan fungsi pengaturan yang akan dicapai oleh perizinan tersebut.

Prajudi Atmosudirdjo yang dikutip oleh Ridwan, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menerbitkan masyarakat.25

Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini bergantung pada kenyataan kontret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:26

a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu. b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan

c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit

e. Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

25

Ibid, hal. 14-15 26

(46)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan efektivitas tugas pemerintahan maka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dilaksanakan di daerah sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945. Menurut penjelasan Pasal 18 UUD 1945 tentang pemerintahan daerah ditentukan karena negara Indonesia adalah negara kesatuan maka Indonesia tidak akan mempunyai daerah didalam wilayahnya yang juga berbentuk negara. Wilayah negara Indonesia dibagi menjadi daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi menjadi daerah yang lebih kecil. Daerah itu menurut aturan yang akan ditetapkan dengan UU bersifat otonom/bersifat administratif belaka. Maksud dari Pasal 18 UUD 1945 adalah wilayah Indonesia dibagi menjadi sejumlah daerah besar dan kecil yang bersifat otonom yaitu daerah yang boleh mengurus rumah tangganya sendiri dan daerah administrasi yaitu daerah yang tidak boleh berdiri sendiri.1

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah

Oleh sebab itu UUD 1945 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah Negara Ke

Gambar

GAMBARAN UMUM TEMPAT REKREASI DAN

Referensi

Dokumen terkait

Tuan Haji Hassim bin Markom Encik Mohamed Zaidi bin Ibrahim Puan Nor Akhmal bt Ismail Datin Abidah bt Sidek Datin Rohaiyu bt Sanusi Puan Norani bt Ahmad Pn Hamidah bt Mohd

Hasil dari penelitian ini, robot maze solver dengan algoritma depth first search menggunakan right hand rule memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan labirin.. Hal ini

(Wawancara Hudi Wiryawan, April 2016) Abdi dalem korps musik prajurit kebanyakan memilih untuk melihat, mendengar, dan menirukan apa yang diajarkan seniornya.

Mengenai perlindungan hukum pada pasien korban malpraktek untuk menuntut ganti rugi diatur dalam Pasal 58 ayat (1) UU Kesehatan yang menyatakan “setiap orang berhak

Dalam penelitian ini tentunya masih banyak ditemukan kekurangan, baik keterbasan waktu, keterbasan sumber data maupun keterbatasan yang bersumber dari

Permainan simulasi pesawat terbang dibuat menggunakan bahasa pemrograman Microsoft C 2005 Express Edition dengan XNA Framework 1.0, sedangkan Objek-objek 3D di dalamnya

UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN. BPTP Sulawesi

Pada website ini seorang user dapat mengambil materi-materi yang beerhubungan dengan bahasa SQL dan menguji kemampuannya yang berkaitan dengan bahasa SQL selain itu, setiap user