• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi prisma dan limas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi prisma dan limas."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Galuh Retno Rulandari. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat. (2)mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016 .Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat yang terdiri dari 33 siwa penelitian dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) soal tes kemampuan awal, (2) soal kuis, (3) soal tes hasil belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan yaitu: (1) tes hasil belajar dengan jumlah siswa yang tuntas 72.72% terdapat pada kategori tinggi (2) ada dampak pembelajaran dengan metode Jigsaw II yang dikombinasikan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa terlihat dari perubahan nilai siswa dari tes kemampuan awal sampai tes hasil belajar.

(2)

ABSTRACT

Galuh Retno Rulandari. 2016. The Implementation Of Cooperative Learning Model With Jigsaw II Which Combined With Learning based Simple Figure to Improve Student Learning Results Class VIII F SMP N 1 Bayat on The Topic of Prism and Pyramid. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department,Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to (1) determine student learning outcomes after following math learning with Jigsaw cooperative learning model-based learning combined with simple props on the material prism and pyramid in class VIII SMP N 1 Bayat. (2) determine the impact of the implementation of cooperative learning model Jigsaw based learning combined with simple props in improving learning outcomes eighth grade students of SMPN 1 Bayat in the study material prism and pyramid.

The method used is quantitative descriptive. This research was conducted on May 16, 2016 until May 24, 2016. The subjects of this study are students of class VIII SMP N 1 Bayat F consisting of 33 Siwa research conducted in five sessions. This study uses a learning instrument in the form of lesson plan (RPP) and the data collection instrument: (1) initial capability test item, (2) about the quiz, (3) learning about the test results.

The results of this research are: (1) achievement test by the number of students who completed 72.72% are in the high category (2) there is the impact of learning methods Jigsaw II combined-based learning tool simple teaching to the learning outcomes of students comes from changes in the value of students from test start to test the ability of learning outcomes.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Galuh Retno Rulandari

NIM. 121414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Galuh Retno Rulandari

NIM. 121414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Keluarga kecil saya, Bapak, Ibuk, Mas Galih, Mbah Uti

dan (Alm) Mbah Kakung

Sahabat saya terutama, Rara, Lita, Clara, Dodi, Dikta,

Desi, Kecum, Dyah, Lia, Ratna

Semua orang yang saya kasihi

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Galuh Retno Rulandari. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMP N 1 BAYAT PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat. (2)mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016 sampai tanggal 24 Mei 2016 .Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat yang terdiri dari 33 siwa penelitian dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan instrumen pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data: (1) soal tes kemampuan awal, (2) soal kuis, (3) soal tes hasil belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan yaitu: (1) tes hasil belajar dengan jumlah siswa yang tuntas 72.72% terdapat pada kategori tinggi (2) ada dampak pembelajaran dengan metode Jigsaw II yang dikombinasikan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana terhadap hasil belajar siswa terlihat dari perubahan nilai siswa dari tes kemampuan awal sampai tes hasil belajar.

(11)

viii ABSTRACT

Galuh Retno Rulandari. 2016. The Implementation Of Cooperative Learning Model With Jigsaw II Which Combined With Learning based Simple Figure to Improve Student Learning Results Class VIII F SMP N 1 Bayat on The Topic of Prism and Pyramid. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Science Education Department,Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to (1) determine student learning outcomes after following math learning with Jigsaw cooperative learning model-based learning combined with simple props on the material prism and pyramid in class VIII SMP N 1 Bayat. (2) determine the impact of the implementation of cooperative learning model Jigsaw based learning combined with simple props in improving learning outcomes eighth grade students of SMPN 1 Bayat in the study material prism and pyramid.

The method used is quantitative descriptive. This research was conducted on May 16, 2016 until May 24, 2016. The subjects of this study are students of class VIII SMP N 1 Bayat F consisting of 33 Siwa research conducted in five sessions. This study uses a learning instrument in the form of lesson plan (RPP) and the data collection instrument: (1) initial capability test item, (2) about the quiz, (3) learning about the test results.

The results of this research are: (1) achievement test by the number of students who completed 72.72% are in the high category (2) there is the impact of learning methods Jigsaw II combined-based learning tool simple teaching to the learning outcomes of students comes from changes in the value of students from test start to test the ability of learning outcomes.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Yang Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Berbasis Alat Peraga Sederhana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII F SMP N I Bayat Pada Materi Prisma Dan Limas”.Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bimbingan, dukungan, dan semangat dari berbagai macam pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyusun skripsi.

4. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika.

7. Staf Sekretariat JPMIPA.

8. Keluarga Mahasiswa Pendidikan Matematika 2012 kelas B.

9. Bapak Bambang Eka Putra, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1

Bayat.

10.Ibu Martina Dewanti, S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII F yang

senantiasa membantu, membimbing dan memberi semangat pada saya dalam pelaksanaan penelitian.

11.Siswa-siswi SMP N 1 Bayat kelas VIII F yang telah bersedia menjadi

(13)
(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... Error! Bookmark not defined. UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

C. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

(15)

xii

E. Alat Peraga ... 26

F. Prisma dan Limas ... 32

G. Kerangka Berpikir ... 39

H. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Obyek Penelitian ... 40

D. Perumusan Variabel ... 41

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

F. Bentuk Data Hasil Belajar Siswa... 41

G. Metode Pengumpulan Data ... 42

H. Instrumen dalam Penelitian ... 42

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 46

J. Teknik Analisis Data ... 47

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 49

A. Pelaksanaan Penelitian ... 51

B. Analisis Data ... 60

C. Pembahasan Hasil Belajar ... 70

D. Hambatan Pada Saat Melakukan Penelitian ... 72

E. Kelemahan Penelitian ... 73

BAB VPENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Alat yang diperlukan ... 28

Gambar 2. 2 Gambar Alat Peraga ... 29

Gambar 2. 3 Gambara Alat dan Bahan yang Diperlukan ... 30

Gambar 2. 4 Gambar Alat Peraga ... 31

Gambar 2. 5 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segilima Beraturan ... 33

Gambar 2. 6 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga ... 34

Gambar 2. 7 Jaring-Jaring Prisma ... 34

Gambar 2. 8 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan ... 36

Gambar 2. 9 Jaring-Jaring Limas Segiempat Beraturan ... 36

Gambar 2. 10 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 37

Gambar 2. 11 Kubus dan Limas Segitiga ... 38

Gambar 2. 12 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segilima Beraturan ... 82

Gambar 2. 13 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga... 82

Gambar 2. 14 Jaring-Jaring Prisma ... 83

Gambar 2. 15 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan ... 85

Gambar 2. 16 Jaring-Jaring Limas Segiempat Beraturan ... 85

Gambar 2. 17 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat ... 86

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal ... 44

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuis 1 ... 44

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuis 2 ... 45

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Kuis 3 ... 45

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 46

Tabel 3. 6 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 47

Tabel 3. 7 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Siswa (Kartika Budi,2001:54) ... 47

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 79

Lampiran A. 2 Lembar Kerja Kelompok... 95

Lampiran A. 3 Soal Tes Awal Siswa... 104

Lampiran A. 4 Soal Kuis 1 ... 105

Lampiran A. 5 Soal Kuis 2 ... 107

Lampiran A. 6 Soal Kuis 3 ... 108

Lampiran A. 7 Soal Tes Hasil Belajar ... 109

Lampiran B. 1 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 115

Lampiran B. 2 Kunci Jawaban Soal Tes Awal Siswa ... 125

Lampiran B. 3 Kunci Jawaban Soal Kuis 1 ... 127

Lampiran B. 4 Kunci Jawaban Soal Kuis 2 ... 128

Lampiran B. 5 Kunci Jawaban Soal Kuis 3 ... 129

Lampiran B. 6 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 130

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia

(Tata Abdulah, 2004). Dengan adanya pendidikan, akan terbentuk manusia

yang berpengetahuan. Pendidikan tidak diperoleh secara instan, namun

melalui suatu proses belajar. Keberhasilan suatu pendidikan di sekolah

ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran di kelas dan penilaian hasil

belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana

belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Peningkatan hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah guru. Guru dalam

proses pembelajaran sebaiknya dapat bertindak sebagai fasilitator, dapat

menentukan model, metode, atau pendekatan yang tepat untuk siswa.

Terdapat konsep-konsep dalam pembelajaran matematika yang

sulit dipahami siswa hanya dengan membaca dari buku pegangan

siswa.Dibutuhkan bantuan berupa benda kongkrit untuk membantu siswa

agar mendapat gambaran tentang konsep tersebut sehingga lebih mudah

untuk dipahami.Prisma dan limas merupakan salah satu materi yang sulit

dipahami siswa hanya dengan membaca buku atau penjelasan dari guru

(20)

Dalam kegiatan observasi dan wawancara yang peneliti lakuakan

pada 25 sampai 25 April 2016 dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar

yang berlangsung di sekolah belum sepenuhnya berpusat pada siswa.

Selain itu, dalam mempelajari matematika siswa kurang mendapat

gambaran nyata untuk membantu memahami suatu konsep.Siswa

cenderung hanya mendengarkan, mencatat, terpaku pada buku paket dan

lembar kerja siswa. Akibatnya proses pembelajaran terpusat pada guru dan

cenderung monoton. Proses ini yang membuat sebagian besar siswa

menjadi bosan dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, sehingga berdampak hasil belajar siswa yang kurang

maksimal.

Permasalahan di atas juga terjadi pada siswa kelas VIII F SMP N 1

Bayat. Dari hasil pengamatan, peneliti memperoleh fakta bahwa

pembelajaran di kelas tersebut belum maksimal, seperti pemahaman siswa

terhadap materi yang mempelajari konsep abstrak seperti prisma dan limas

masih rendah, masih banyak siswa terutama yang duduk di bagian

belakang masih sibuk dengan kegiatannya sendiri dan tidak

memperhatikan guru yang sedang mengajar, guru kurang komunikatif dan

kreatif dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sehingga siswa

cenderung sibuk sendiri, serta kurangnya keaktifan dan keberanian siswa

untuk menyampaikan pendapat atau usulan sehingga hasil belajar siswa

(21)

Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi dan kreativitas dari

guru sebagai fasilitator untuk membuat siswa mau terlibat secara aktif

dalam pembelajaran.Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru

untuk menjadikan siswa aktif dalam belajar adalah dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif.Menurut Lie (dalam Sugiyanto, 2010:6)

pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih dan

asuh sehingga tercipta masyarakat belajar.Dalam pembelajaran kooperatif

ini siswa tidak hanya belajar dari guru saja, melainkan juga dari sesama

siswa.Selain itu, guru juga dapat mengkombinasikan model pembelajaran

kooperatif dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana.Siswa

diajar untuk belajar kreatif menggunakan benda kongkrit sebagai bantuan

untuk memahami suatu konsep matematika.Dengan menerapkan

kombinasi dari dua model pembelajaran ini, kegiatan belajar tidak lagi

berpusat pada guru. Siswa diberikan kesempatan untuk dapat bekerjasama,

berbagi pendapat, pengalaman, pengetahuan, mendengarkan pendapat

siswa lain, bertanggungjawab akan kelompoknya dan dapat mendukung

pencapaian hasil belajar dengan baik. Dengan harapan siswa yang tadinya

kurang aktif dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih terlibat, serta

mendorong siswa untuk lebih bersemangat belajar, berpikir kreatif serta

memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sehingga hasil belajar siswa dapat

maksimal.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan

(22)

pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan

kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang

berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan

bantuan. Sedangkan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana

merupakan model pembelajaran yang membantu siswa memahami konsep

abstrak tertentu dengan bantuan benda kongkrit yang sudah dibuat

sedemikian rupa.

Dengan menerapkan gabungan dua model pembelajaran ini, setiap

siswa dapat berperan aktif dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dalam kelompoknya.Siswa juga terdorong lebih aktif dalam berdinamika

dengan kelompoknya untuk semakin memahami materi yang sedang

dipelajari. Sehingga akan diperoleh hasil belajar yang maksimal untuk

siswa.

Hal-hal di atas merupakan suatu dugaan serta hasil yang

diharapkan dapat tercapai oleh peneliti. Maka, peneliti akan melakukan

penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

yang dikombinasikan dengan model pembelajaran berbasis alat peraga

sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti

menemukan ada beberapa permasalahan antara lain:

1. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih

(23)

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memperoleh gambaran nyata

tentang konsep-konsep bangun ruang.

3. Tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika

masih kurang.

4. Dalam penyampaian materi, guru masih menggunakan metode

ceramah dan kurang dalam memanfaatkan alat peraga.

5. Guru masih kurang melibatkan siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran.

6. Hasil belajar siswa yang masih belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan pembatasan masalah

sebagai berikut:

1. Subyek penelitian merupakan siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat

angkatan 2015/2016.

2. Materi pelajaran yang dijadikan penelitian adalah materi prisma dan

limas.

3. Banyak faktor yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

Namun dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah pengaruh

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga untuk

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana

pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP N 1 Bayat?

2. Apakah ada dampak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga

sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma dan limas?

E. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu jenis

pembelajaran kooperatif dengan membagi suatu kelas ke dalam

(25)

kelompoknya.Terdapat dua jenis kelompok pada pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

3. Alat Peraga

Alat peraga merupakan seperangkat benda kongkrit yang

dirancang dan dibuat secara sengaja yang digunakan untuk membantu

menanamkan konsep-konsep dalam Matematika.

4. Kombinasi

Kombinasi adalah gabungan beberapa hal (Kamus Besar

Bahasa Indonesia).Kombinasi di sini merupakan gabungan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga sederhana.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh

siswa setelah mengikuti suatu proses kegiatan pembelajaran.

6. Prisma dan Limas

Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai sisi yang

sejajar dan kongruen yang merupakan alas dan tutup serta sisi-sisi

yang lain diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut dari dua

bidang yang yang sejajar menjadi garis-garis yang sejajar.

Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh

suatu daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk

segitiga yang mempunyai suatu titik persekutuan.Titik persekutuan itu

(26)

Berdasarkan batasan istilah yang diuraikan diatas, maka yang

dimaksud dari judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat

peraga sederhana untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII F

SMP N 1 Bayat pada materi prisma dan limas adalah melihat apakah

ada perubahan antara metode pembelajaran ceramah dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan

pembelajaran berbasis alat peraga sederhana ditinjau dari hasil belajar

siswa.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana

pada materi prisma dan limas pada siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat .

2. Untuk mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang dikombinasikan dengan pembelajaran

berbasis alat peraga sederhana dalam meningkatkan hasil belajar siswa

kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat dalam mempelajari materi prisma

(27)

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Calon Guru

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wawasan bagi para

calon guru dalam proses mempersiapkan diri sebagai calon tenaga

pendidik.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu guru dalam

pemilihan metode yang variatif dan menantang bagi siswa serta tepat

untuk mengatasi kesullitan belajar siswa.Sehingga guru dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman nyata

tentang salah satu metode untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

dalam mempelajari dan memahami materi matematika serta membantu

siswa agar dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak penerapan

model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan

pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan

limas terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Sehingga kelak saat

menjadi guru, peneliti sudah mempunyai bekal serta referensi untuk

(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan

jenjang pendidikan (Muhibbin, 2008).Sedangkan menurut Herman

Hudoyo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap

orang.Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap

seseeorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan

belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan

dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Menurut Winkle (2009), belajar merupakan suatu aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat relative konstan dan berbekas.

Dalam Agus Suprijono (2009: 2-3), beberapa pakar pendidikan

mendefinisikan belajar sebagai berikut:

a. Gagne

Belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai

(29)

b. Traves

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shawon by a change in behavior as a result of

experience.(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari

suatu pengalaman).

d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something

themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah

mengamati, membaca, menitu mencoba sesuatu, mendengar dan

mengikuti arah tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (belajar

adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

f. Morgan

Learning is any relative permanent change in behavior that is a

result of past experience. (belajar adalah perilaku yang bersifat

peranen sebagai hasil belajar dari pengalaman).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu kegiatan yang dilangsungkan secara berkesinambungan yang dapat

(30)

2. Teori-Teori Belajar

Menurut Wina Sanjaya (2011: 112-124) teori belajar dibagi menjadi

beberapa bagian diantaranya:

a. Teori Belajar Behavioristik

1) Teori Belajar Koneksionisme

Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara

kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk

bertindak atau hubungan stimulus dan respon (S-R). Oleh

karena itu teori ini juga dinamakan teori stimulus respons

2) Teori Belajar Classical Conditioning

Dalam teori ini, untuk membentuk tingkah laku tertentu harus

dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan

pengkondisian tertentu.Pengkondisian itu adalah dengan

melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat

menumbuhkan tingkah laku itu.

3) Operant Conditioning

Teori operant conditioning dikembangkan oleh skinner yang

membedakan dua macam respons, yaitu respondent response

(reflexive response) dan operant respons (instrumental

response).Respondent response adalah respons yang

ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.Sedangkan

operant response adalah respons yang timbul dan

(31)

b. Teori Belajar Kognitif

1) Teori Gestalt

Teori ini dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Werteimer.

Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan

insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan

antarbagian didalam suatu situasi permasalahan.

2) Teori Medan

Teori medan dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori medan

menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah.

3) Teori Konstruktivistik

Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada

pertengahan abad 20.Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya

setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Mengkonstruksi

pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi

dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada, Skema adalah

struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman.

Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah

terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar

merupakan sebuah teori pembelajaran mengenai pembentukan tingkah

(32)

B. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi-apresiasi, dan ketrampilan (Suprijono,

2006:9). Sedangkan menurut Nana Sudjana (2012:22) bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Herman Hudojo (1988:144) mengemukakan

bahwa hasil belajar merupakan pemahaman dan penguasaan seseorang

dalam menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi

yang telah diperoleh sebagi pengertian sehingga orang tersebut dapat

menampilkan pemahaman dan penguasaan seseorang dalam menyusun

hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh

sebagai pengertian sehingga orang tersebut dapat menampilkan

pemahaman dan penguasaa bahan pelajaran yang dipelajari. Hasil belajar

merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi

indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang

bersangkutan (Mulyasa, 2009:212).

Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana 2010: 22-23) membagi

hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotorik berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan

bertindak individu meliputi enam aspek, yaitu gerakan reflex, ketrampilan

gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,

(33)

Ketiga ranah tersebut saling berhubungan dan ketiganya harus Nampak

sebagai hasil belajar.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku, pemahaman dan

kemampuan-kemampuan yang merupakan umpan balik dari hasil pengalamannya

selama mengikuti proses belajar.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2009:54) adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Menurut Slavin (dalam Tukiran

Taniredja dkk, 2011:55), pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Sedangkan menurut Sugiyanto (2010:37), model pembelajaran

kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran kooperatif dari

berbagai ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

(34)

bergairah dalam belajar serta bekerja sama dalam memaksimalkan

suatu tujuan tertentu.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johson (dalam Anita Lie, 2008:31)

mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima

unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu tugas sangat

tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.

Tugas kelompok tidak akan bisa diselesaikan saat ada satu anggota

yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Diperlukan kerja sama yang

baik antar anggota kelompok, maka setiap anggota kelompok akan

merasa saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab peseorangan

Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab pribadi

sehingga siswa merasa memiliki bertanggung jawab untuk dapat

melakukan yang terbaik.

c. Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan bagi setiap

anggotanya untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling

belajar. Pada setiap interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman

(35)

menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing

anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan komunikatif.Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat

kelak.Komunikasi yang baik antar anggota kelompok tentunya dapat

memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

komunikasi yang baik tersebut, siswa harus dapat saling mempercayai,

saling emnerima, saling mengeluarkan pendapat dan mendukung serta

mampu menyelesaikan masalah.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi dalam kelompok sangat diperlukan agar para siswa dapat

mengetahui kinerja mereka selama berada dalam kelompok dan hasil

kerja sama mereka. Sehingga guru perlu menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan hasilnya agar

selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

f. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Sebagian besar pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam

kelompok secara kooperatif dan mereka haruslah beranggapan

(36)

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah.

3) Jika di dalam kelas terdapat siswa-siswi yang terdiri dari beberapa

ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan

agar dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis

kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

individu.

g. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif

Beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif (Miftahul

Huda,2011), antara lain:

1) Model Student Teams Achievment Division (STAD)

Jenis pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan

kompetensi antar kelompok. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi

kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang

heterogen, menurut kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin.

Gguru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi dalam

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

menguasai pelajaran tersebut.Akhirnya semua siswa menjalani kuis

perseorangan tentang materi dan mereka tidak boleh saling

membantu. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor

(37)

memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka

ingin mendapatkan skor tinggi.

2) Model Teams Games Tournaments (TGT)

Hampir sama dengan STAD, siswa di kelompokkan secara

heterogen (dalam TGT umumnya focus pada level kemampuan

saja). Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis,

maka dalam TGT biasanya berganti dengan game akademik.

Dalam TGT setiap siswa ditugaskan untuk mempelajari materi

terlebih dahulu bersama anggota yang lain, lalu mereka diuji secara

individual melalui gane akademik. Nilai yang mereka peroleh dari

game akan menentukan skor kelompok mereka.

3) Model Jigsaw

Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan

topik yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.Jumlah kelompok

bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topic yang

dipelajari atau disesuaikan suatu kondisi tertentu.

Kelompok-kelompok ini disebut home teams (Kelompok-kelompok asal). Setelah

kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi kepada tiap-tiap

kelompok.Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab

mempelajari materi yang diterima dari guru.Sesi berikutnya,

membentuk expert temas (kelompok ahli). Setiap kelompok ahli

(38)

memiliki materi yang harus dipelajari sama. Setelah terbentuk,

kelompok asal akan berdiskusi mengenai materi tersebut. Setelah

masing-masing anggota kelompok telah memahami materi yang

diperoleh, mereka kembali ke kelompok asal dan saling berbagi

tentang materi satu sama lain. Selanjutnya dilakukan diskusi

dengan seluruh kelas sebelum akhirnya pembelajaran ditutup oleh

guru dengan memberikan reviw dari hasil pembelajaran hari

tersebut.

4) Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model ini lebbih menekankan pada pilihan dan control siswa

daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.

Siswa diberi control dan pilihan penuh untuk merencanakan yang

ingin dipelajari dan diinvestigasi serta ditempatkan dalam

kelompok kecil dan diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam

kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi

yang akan dikumpulkan, baaimana mengolahnya, menelitinya, dan

menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota harus ikut

andil dan selama proses penelitian mereka akan terlibat dalam

aktivitas-aktivitas berpikir, seperti membuat sintesis, ringkasan,

hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.

5) Model Team Accelerated Instruction (TAI)

TAI dikembangkan oleh Slavin, Leavy, dan Madden (Slavin

(39)

belajar kelompok, perhitungan nilai kelompok, dan pemberian

penghargaan bagi kelompok. Tes penempatan merupakan cirri

terpenting yang membedakan TAI dengan model yang lain karena

model ini para siswa diberikan tes pra-program pada permulaan

pelaksanaan program, mereka ditempatkan pada tingkat yang

sesuia dalam program individual berdasarkan kinerja mereka dalam

tes ini.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh

Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas (Slavin, 2005).

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang

menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun

potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil

pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu melakukan suatu kegiatan

belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan

bersama.

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw (Rusman,2012:218)

adalah sebuah model belajar kooperatif yang memfokuskan pada kerja

kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh

Lie (dalam Rusman,2012:218) model belajar kooperatif dengan cara siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang

secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan

(40)

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Ada tiga jenis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Ketiga jenis tersebut adalah:

a. Jigsaw I

Pada jenis ini siswa sangat dituntut untuk bertanggung

jawab terhadap penguasaan materi siswa lain di luar kelompoknya.

Pada model kooperatif tipe Jigsaw I ini kelas dibagi menjadi

beberapa kelompok secara heterogen.Kelompok tersebut disebut

kelompok asal. Materi pembelajaran dibagi dalam beberapa bagian,

kemudian dibagikan kepada setiap siswa dalam kelompok asal

dengan sub bagian yang berbeda. Siswa dalam satu kelas yang

mendapatkan materi yang sama, berkumpul, dan berdiskusi,

kelompok baru ini disebut kelompok ahli. Setelah selesai

berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal

untuk mengajarkan materi ke anggota kelompok asalnya.Kemudian

guru memberikan evaluasi berupa kuis yang dikerjakan oleh siswa

secara individual.

b. Jigsaw II

Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang

heterogen, seperti pembelajaran kooperatif yang lainnya. Berbeda

halnya pada Jigsaw I, pada jenis ini para siswa diharapkan

mengetahui secara garis besar materi yang akan dipelajari sebelum

(41)

siswa lebih memahami penyampaikan sub bagian materi yang

disampaikan oleh teman kelompok di kelompok asalnya. Setiap

anggota dari kelompok asal yang memperoleh topik yang sama,

berkumpul membentuk kelompok ahli .dalam kelompok ahli ini

setiap anggota saling berdiskusi untuk memahami lebih detail

tentang informasi tersebut. Setelah berdiskusi dengan kelompok

ahli, kemudian para ahli kembali ke kelompok asal dan secara

bergantian mengajarkan topic yang lebih spesifik dari informasi

tersebut kepada teman dalam satu kelompoknya.Kemudian guru

memberikan evaluasi yang berupa kuis secara individual.Dan

perolehan nilai kuis dijadikan panduan untuk menentukan

penghargaan kelompok.

c. Jigsaw III

Model Jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan

(M.Huda,2011:122). Tidak ada perbedaan yang menonjol pada

Jigsaw I, Jigsaw II, dan Jigsaw III dalam tata laksana dan

prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam Jigsaw III, Kagan

lebih focus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi

dengan dua model Jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk

semua materi pelajaran, model Jigsaw ini khusus diterapkan untuk

kelas bilingual. Karena diterapkan pada kelas bilingual, maka

Jigsaw III pada umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk

(42)

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan

antara Jigsaw I, Jigsaw II dan Jigsaw III.Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw II, karena

dalam tipe ini semua siswa mempelajari materi secara lengkap

terlebih dahulu sebelum materi dibagi menjadi beberapa

bagian.Sehingga sebelumnya siswa sudah mendapat gambaran

secara keseluruhan sebelum fokus ke bagian tertentu.

2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

a. Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.

Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan model

Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Para siswa diminta belajar

konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran

keseluruhan tentang materi yang diajarkan.

b. Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang sudah diketahui

kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking, kita bagi dalam

25% (rangking 1-5) kelompok sangat baik, 25% (rangking 6-10)

kelompok baik, 25% (rangking 11-15) kelompok sedang, 25%

(rangking 16-20) kelompok rendah. Selanjutnya akan membaginya

menjadi 5 kelompok (A-E) yang beranggotakan heterogen, beri

indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, beri indeks 2

(43)

kelompok sedang, beri indeks 4 untuk siswa dalam kelompok

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli

Selanjutnya kelompok itu dibagi menjadi kelompok yang akan

mempelajari materi yang diberikan dan dibina menjadi ahli

berdasarkan indeksnya

Kelompok 1 (A1 , B1 , C1 ,D1 , E1)

Kelompok 2 (A2 , B2 , C2 ,D2 , E2)

Kelompok 3 (A3 , B3 , C3 ,D3 , E3)

Kelompok 4 (A4 , B4 , C4 ,D4 , E4)

Setiap kelompok diharapkan dapat belajar topik yang diberikan

dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam kelompok

asal sebagai tim ahli.

d. Diskusi kelompok ahli dalam kelompok asal

Para ahli dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali ke

kelompok asal.Selanjutnya guru mempersilahkan anggota grup

(44)

asalnya secara bergantian. Proses ini diharapkan akan terjadi saling

berbagi pengetahuan antaranggota kelompok.

Aturan dalam tahap ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa

setiap anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan

2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama

3) Tanyakan pada anggota kelompok sebelum Tanya kepada guru

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu

grup lain

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e. Tes (penilaian)

Guru memberikan tes tertulis berupa kuis untuk dikerjakan siswa

secara individu yang memuat seluruh materi yang didiskusikan.

E. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Agar siswa dapat menguasai konsep-konsep matematika yang

bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa

masih diperlukan azas peragaan. Karenanya ketika proses

pembelajaran matematika berlangsung sudah seharusnya menggunakan

model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu alat peraga yang dapat

digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir

(45)

pemahaman siswa. Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret

yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan

untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep

atau prinsip-prinsip dalam Matematika (Djoko Iswadji, 2003:1).

Menurut Estiningsih (1994), alat peraga merupakan media

pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari

konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media

pembelajaran . Kata media sendiri berasal dari bahasa latin dan

merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat

serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran

terjadi (Sadiman,2002:6).

Jadi alat peraga merupakan suatu benda konkrit yang dibentuk

sedemikian rupa untuk membantu dalam mempelajari konsep

matematika yang masih abstrak.

2. Alat Peraga Sederhana

Alat peraga sederhana merupakan alat peraga yang dapat dibuat

dari barang-barang yang ada di sekitar kita.Salah satunya dengan

menggunakan kertas karton dan kertas warna.

a. Alat peraga sederhana untuk menjelaskan unsur-unsur prisma dan

(46)

Alat dan bahan yang diperlukan:

Gambar 2.1 Alat yang diperlukan

1) kertas karton

2) kertas warna-warni

3) double-tape

4) penggaris

5) gunting

6) alat tulis.

Cara pembuatan:

1) Gambar beberapa bangun datar yang akan disusun menjadi

(47)

2) Lapisi kertas warna pada bangun datar yang berupa alas dan

tutup limas atau prisma.

3) Potong masing-masing bangun datar.

4) Temple doble-tape sedemikian rupa agar dapat saling

direkatkan hingga dapat membentuk prisma atau limas.

Gambar 2.2 Gambar Alat Peraga

Cara penggunaan:

1) Siswa diberikan gambar prisma atau limas

2) Siswa diminta menyusun bangun datar yang telah disiapkan

sehingga dapat membentuk prisma atau limas

3) Siswa diminta menuliskan unsur apa saja yang ada pada prisma

(48)

b. Alat peraga sederhana untuk menjelaskan luas permukaan prisma dan

limas.

Alat dan bahan yang diperlukan:

Gambar 2.3 Gambara Alat dan Bahan yang Diperlukan

1) kertas karton

2) kertas warna-warni

3) penggaris

4) gunting

5) alat tulis.

Cara pembuatan:

1) Gambar jaring-jaring prisma atau limas pada sebuah kertas

(49)

2) Lapisi kertas warna pada bagian alas dan tutup limas atau

prisma.

3) Potong jaring-jaring prisma atau limas tersebut.

Gambar 2.4 Gambar Alat Peraga

Cara penggunaan:

1) Siswa diberikan jaring-jaring prisma atau limas

2) Siswa diminta mengamati jaring-jaring prisma atau limas

3) Siswa diminta menhitung luas permukaan prisma atau limas

(50)

F. Prisma dan Limas

a. Prisma

a. Pengertian Prisma

Prisma merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang

sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang

memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar

(Marsigit, 2009:176).

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma

segiempat, prisma segilima, prisma segienam dan seterusnya. Jika

alasnya berupa segi-n beraturan maka disebut prisma segi-n

beraturan (Marsigit,2009:117).

Prisma memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada prisma antara lain:

1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi prisma adalah bidang-bidang yang

membentuk suatu prisma.

2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan dua

bidang sisi prisma.

3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga atau lebih rusuk pada suatu

prisma.

4) Diagonal bidang atau diagonal sisi prisma adalah ruas garis yang

menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada suatu bidang sisi

(51)

5) Diagonal ruang prisma adalah garis yang menghubungkan titik sudut

yang terletak pada alas dengan titik sudut pada bidang atas yang tidak

terletak pada sisi tegak yang sama.

6) Bidang diagonal prisma adalah bidang yang melalui sebuah diagonal

bidang alas dan rusuk tegak yang memotongnya dinamakan bidang

diagonal.

b. Jaring-Jaring Prisma

Jaring-jaring prisma adalah suatu gambar bangun datar yang

memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara

sisinya masih ada. Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara

mengiris beberapa rusuk prisma sedemikian sehingga seluruh

permukaan prisma terlihat.

Berikut contoh jaring-jaring prisma:

(52)

(A) (B)

Gambar 2.6 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga

c. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan sebuah prisma adalah jumlah semua luas sisi

prisma itu.Luas permukaan prisma diperoleh dengan menentukan

jaring-jaring prisma dan menjumlahkan luas bangun datar yang

terbentuk.

Gambar 2.7 Jaring-Jaring Prisma

Luas permukaan prisma segitiga di atas adalah:

Luas permukaan prisma = luas Δ ABC + luas Δ DFE + luas

(53)

luas CADF + luas ABED

maka untuk setiap prisma berlaku rumus:

Luas permukaan = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi

prisma)

d. Volume Prisma

Volume prisma adalah banyaknya satuan volume yang

memenuhi seluruh isi prisma, satuan volume yang sering dipakai

adalah liter (l), milliliter (ml), m3, cm3, dan mm3.

b. Limas

a. Pengertian Limas

Limasmerupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh suatu

daerah segi banyak sebagai alas dan sisi-sisi lain yang berbentuk

segitiga yang mempunyai suatu titik persekutuan.Titik persekutuan itu

disebut titik puncak limas.

Limas memiliki berbagai unsur, berikut unsur-unsur pada limas

antara lain:

1) Bidang-bidang sisi atau sisi-sisi limas adalah bidang-bidang

yang membentuk suatu limas.

2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan

dua bidang sisi limas.

3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga rusuk pada suatu

(54)

4) Diagonal alas limas adalah ruas garis yang menghubungkan

dua titik sudut yang tidak berdekatan dan terletak pada bidang

alas limas.

b. Jaring-Jaring Limas

Jaring-jaring limas adalah suatu gambar bangun datar yang

memuat semua sisi atau bidang prisma dan hubungan antara sisinya

masih ada.Jaring-jaring diperoleh dengan cara mengiris beberapa rusuk

limas sedemikian sehingga seluruh permukaan limas terlihat.

Berikut contoh jaring-jaring limas:

(A) (B)

Gambar 2.8 Jaring-Jaring Limas Segitiga Beraturan

(A) (B)

(55)

c. Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan mencari luas

jaring-jaring limas tersebut.

Gambar 2.10 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segiempat

Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + luas ΔTAB + luas ΔTBC

+ luas ΔTCD + luas ΔTAD

=luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Maka untuk setiap limas berlaku rumus:

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi tegak

d. Volume Limas

Volume limas adalah banyaknya satuan volume yang

memenuhi seluruh isi limas, satuan volume yang sering dipakai

(56)

Rumus volume limas dapat dicari dengan cara berikut:

Gambar 2.11 Kubus dan Limas Segitiga

Volume kubus terbentuk dari enam buah limas yang kongruen.

Volume limas =

=

=

=

=

Cara mendapatkan rumus volume limas di atas merupakan sebuah contoh

tentang cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan volume sebuah

limas. Di mana volume limas dapat dirumuskan sebagai berikut:

(57)

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika memiliki tujuan antara lain melatih cara

berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan

kreativitas, serta mengembangkan kemampuan untuk memecahkan

masalah dan mengaitkan masalah nyata ke dalam materi yang diajarkan.

Dalam pembelajaran matematika ini, siswa diharapkan untuk terlibat aktif

sehingga siswa mampu mengoptimalkan hasil belajar. Pada saat

pembelajaran menggunakan metode ceramah, siswa cenderung bersikap

pasif karena mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga

siswa merasa takut bertanya tentang pengetahuan yang belum diketahui

dan merasa kurang nyaman terhadap pembelajaran matematika.

Suatu proses pembelajaran lebih efektif apabila siswa terlibat aktif

dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan model pembelajaran

kooperatif, karena pembelajaran kooperatif ini berpusat pada siswa dan

siswa menjadi lebih aktif. Salah satu model pembelajaran kooperatif

adalah Jigsaw II.Dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk lebih

aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat, memunculkan ide-ide,

maupun menanggapi pertanyaan. Hal ini lebih karena masing-masing

siswa mempunyai tanggung jawab besar untuk menyampaikan materi

kepada teman satu kelompoknya. Selain keaktifan, pembelajaran yang

efektif juga terdapat peningkatan hasil belajar siswa.Model tersebut

dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana. Dengan

(58)

terhadap materi yang sedang dipelajari. Sehingga penggabungan dua

pembelajaran tersebut dapat membangun hasil belajar siswa karena selama

pembelajaran siswa selalu mempelajari suatu masalah dan berusaha untuk

dapat memecahkannya serta bertanggungjawab sehingga terbentuk

pengetahuan dan pengalaman baru. Hasil belajar yang dimaksud adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana dapat

berdampak positif terutama siswa semakin terlibat aktif dalam proses

pembelajaran serta dapat bekerja sama dengan baik sehingga hasil belajar

siswa menjadi lebih baik.

H. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II yang dikombinasikan dengan alat peraga sederhana dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Bayat pada materi Prisma dan

(59)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kuantitatif, karena data yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka

pada hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw II dikombinasikan

dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana siswa kelas VIII F

SMP Negeri 1 Bayat.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII F SMP

Negeri 1 Bayat Tahun Pelajaran 2015-2016 yang berjumlah 31 siswa.

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah hasil belajar siswa kelas VIII F SMP

Negeri 1 Bayat terkait dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat

(60)

D. Perumusan Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan , yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II yang dikombinasikan dengan pembelajaran

berbasis alat peraga sederhana pada materi prisma dan limas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII F SMP Negeri 1

Bayat.Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Mei 2016 (semester

II tahun ajaran 2015/2016).

F. Bentuk Data Hasil Belajar Siswa

Data yang diperoleh berupa jawaban siswa pada tes kemampuan

awal, kuis 1, kuis 2, kuis 3, dan tes hasil belajar.Tes kemampuan awal

digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima materi baru

dan untuk membagi anggota kelompok.Hasil dari kuis digunakan untuk

(61)

dipelajari.Sedangkan, hasil dari tes hasil belajar digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga

sederhana pada materi garis dan sudut.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi Proses Pembelajaran

Dalam observasi pembelajaran menggunakan metode

kooperatif tipe Jigsaw II diamati oleh observer yang dilakukan dengan

mencentang pada kolom keterlaksanaan. Bila terlaksana maka centang

pada bagian YA, sedangkan bila tidak terlaksana maka centang bagian

TIDAK

2. Tes

Metode tes ini digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa

kelas VIII F SMP Negeri 1 Bayat setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dikombinasikan dengan

penggunaan alat peraga sederhana.Terdapat tes kemampuan awal,

kuis1, kuis 2, kuis 3, dan tes hasil belajar dalam penelitian ini.

H. Instrumen dalam Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian.Instrumen yang digunakan ada dua, yaitu instrument

pembelajaran dan instrument pengumpulan data.

(62)

Instrument pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti

dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw II yang

dikombinasikan dengan penggunaan alat peraga sederhana dengan

materi prisma dan limas.

b. Lembar Kerja Kelompok (LKK)

Lembar Kerja Kelompok disusun peneliti sebagai alat

penggerak kegiatan pembelajaran di dalam kelas, baik untuk

kelompok asal maupun kelompok ahli.LKK disusun berdasarkan

materi prisma dan limas.

2. Instrument Penelitian

Tes hasil belajar merupakan suatu tes yang digunakan dalam

pengambilan data hasil belajar siswa, yang dilakukan setelah siswa

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikombinasikan

dengan pembelajaran berbasis alat peraga sederhana pada materi

prisma dan limas.

1) Tes Kemampuan Awal

Tes awal dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

dalam penelitian dimulai untuk mengetahui kesiapan siswa

(63)

awal juga digunakan untuk membagi siswa dalam

kelompok-kelompok sehingga dapat dibentuk kelompok-kelompok yang bersifat

heterogen.Tes kemampuan awal ini berbentuk soal uraian yang

terdiri dari 3 soal dengan materi bangun datar. Kisi-kisi tes

kemampuan awal ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal

No Indikator No Soal

1 Siswa mampu menyebutkan berbagai jenis bangun datar serta sifat-sifatnya.

1

2

Siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan mengenai keliling suatu bangun datar.

2

3

Siswa mampu menyelesaikna suatu permasalahan mengenai luas suatu bangun datar

3

2) Kuis

Di setiap proses pembelajaran diadakan kuis individu untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

baru dipelajari. Kuis ini berbentuk 2 soal isian singkat dan 1

soal uraian dengan materi yang baru saja dipelajari. Kisi-kisi

kuis ditunjukan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuis 1

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menggambar limas/prisma

beraturan beraturan beserta jaring-jaringnya.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Mengidentifikasi sifat-sifat

dan bagian-bagian dari limas.

Tes

(64)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuis 2

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menghitung luas permukaan

limas.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Menghitung luas permukaan

prisma.

Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 2

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuis 3

No. Indikator Pencapaian

Kompetensi Teknik

Bentuk

Instrumen Instrumen 1. Menghitung volume limas. Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 1 2. Menghitung volume prisma. Tes

tertulis Soal Uraian Soal nomor 2

3) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes yang dilaksanakan setelah

siswa mengikuti suatu pembelajaran dengan tujuan mengetahui

hasil belajar para siswa, apakah para siswa telah menguasai

materi yang sudah dipelajari dalam kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang

dikombinasikan dengan pembelajaran berbasis alat peraga

sederhana pada materi prisma dan limas.

Penilaian hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes

tertulis.Soal-soal tes berupa 5 soal uraian dengan materi prisma

dan limas, dengan penilaian menggunakan rentang 1-100.

Gambar

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Kuis 3 .............................................................................................
Gambar 2.1 Alat yang diperlukan
Gambar 2.2 Gambar Alat Peraga
Gambar 2.3 Gambara Alat dan Bahan yang Diperlukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosiding ini terdiri dari 39 makalah yang berupa hasil kajian ataupun hasil penelitian pendidikan yang terkait dengan pembelajaran aktif dan/atau pengembangan

Hasil penerlitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kineja Bank Devisa dengan Bank Non Devisa, sama seperti

kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya. 10.3.3 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Penga- daan Barang / Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran 2014.. 1 (satu)

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Berkaitan dengan fenomena yang dihadapi SMPN 2 Mengwi, ada tiga aspek yang difokuskan dalam dalam usaha memberikan kontribusi ilmu pengetahuan, yaitu: model