commit to user
i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN
SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NON ELEKTROLIT
Oleh :
NOVI HENDRASTUTI
NIM K 3302528
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Tri Redjeki, M.S. Endang Susilowati,S.Si., M.Si.
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Pada :
Hari :...
Tanggal : ...
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra.Hj. Kus Sri Martini, M.Si. …………....
Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, A.Pt, M.S. ………
Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ………
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
iv
ABSTRAK
Novi Hendrastuti, PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
Search Solve Create Share (SSCS) dan Experimenting Demonstrating
Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA
SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2010.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penerapan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan model pembelajaran Experimenting Demonstrating Information (EDI) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit (2) Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS (3) Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, (4) Interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD SMAN Ceper tahun pelajaran 2006/2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk aspek kognitif siswa, sedangkan metode angket untuk sikap ilmiah, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode Scheeffe.
commit to user
v
ABSTRACT
Novi Hendrastuti, THE EFFECT OF SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) AND EXPERINTING DEMONSTRATING INFORMATION (EDI) LEARNING MODEL APPLICATION BY CONSIDERING THE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S SCIENTIFIC ATTITUDE ON THE LEARNING ACHIEVEMENT IN THE ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION SUBJECT MATTER, Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2010.
The objective of this research are to find out: (1) the effect of Search Solve Create Share (SSCS) and Experimenting Demonstrating Information (EDI) learning model application on the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, (2) EDI learning model gives better effects on the student learning achievement than the SSCS model does (3) the effect of scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, and (4) Interaction between SSCS and EDI learning models, and the scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter.
This research was taken place in SMA Negeri 1 Ceper. This research was done using experimental method with a 2x2 factorial design. The sample employed in this research was XC and XD graders of SMAN Ceper in the school year of 2006/2007. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection was done using test method for the student cognitive aspect, while questionnaire method was used for the scientific attitude, affective and psychomotor aspects. Technique of analyzing data used was a two-way anava with different cell frequency, followed by the average comparative test after the variance analysis using Scheeffe method.
commit to user
vi
MOTTO
“Keberhasilan bukan hanya sekedar pencapaian dari apa yang mau dicapai, tetapi
justru usaha mencapainya”.
(Andre Gide)
“Berharga atau tidak, hanya kita yang mampu membuatnya berbeda”
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan tulisan ini untuk:
• Ayah yang telah memberikan segala yang terbaik untuk anak-anaknya
• (Almh) Ibuku di Peristirahatan abadinya. • Adikku, Sang Nyawa Hidupku
• Sahabat sekaligus saudaraku: Duix,Kris, Tiwi, Prily, Himagifo FC.
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penelitian dan penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Sekecil tulisan ini banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala
bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah memberikan ijin dan selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan
dan petunjuk selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan skripsi ini.
3. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
4. Endang Susilowati, S.Si., M.si., selaku Pembimbing II atas sumbangan
pemikiran yang berharga selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Drs.Sri Harjana, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ceper yang
telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.
6. Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Ceper atas
bimbingan dan petunjuknya dalam melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi IPA 1, X C dan X D, atas kerjasamanya dalam penelitian ini.
8. Ayah yang selalu memberi dukungan dan bimbingan,(almh) Ibu yang
doa-doanya selalu bersamaku hingga saat terakhirnya. Adiku,kekuatan yang
membuatku bertahan sampai saat ini.
9. Dwi PDH, Kris, Tiwi, Prily yang telah memberiku semangat,bantuan dan
commit to user
ix 10.Teman-teman kimia '02
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan
langsung dan tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan pada umumnya dan bidang kimia pada khususnya.
Surakarta, April 2010
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Belajar ... 9
2. Model Pembelajaran ... 10
3. Model SSCS (Search, Solve, Create, Share) ... 11
4. Model EDI (Experimenting, Demonstrating, Information) 20 5. Sikap Ilmiah ... 23
6. Prestasi Belajar ... 24
commit to user
xi
B. Kerangka Berpikir ... 33
C. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Variabel Penelitian ... 39
1. Variabel Bebas ... 39
2. Variabel Terikat ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Instrumen Penelitian ... 40
1. Instrumen Penilaian Kognitif ... 40
a. Taraf Kesukaran Suatu Item ... 41
b. Taraf pembeda Soal ... 42
c. Validitas Instrumen Penelitian ... 43
d. Reliabilitas Instrumen ... 44
2. Instrumen Penilaian Afektif ... 45
3. Instrumen Penilaian Psikomotor ... 48
4. Instrumen Sikap Ilmiah... . 49
G. Teknik Analisis Data... 50
1. Uji keseimbangan... 50
2. Uji Prasyarat... 51
3. Uji Hipotesis... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Deskripsi Data ... 56
1. Data Skor Sikap Ilmiah Siswa... 56
2. Data Prestasi Kognitif Siswa... 58
3. Data Prestasi Afektif Siswa... . 59
commit to user
xii
B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis ... 63
1. Uji Keseimbangan... 63
2. Uji Normalitas ... 64
3. Uji Homogenitas ... 65
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66
1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 66
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
C. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ... 28
Tabel 2. Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya ... 30
Tabel 3. Rancangan Penelitian ... 37
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen
Penilaian Kognitif ... 42
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji taraf Pembeda Soal Instrumen
Penilaian Kognitif ... 43
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif . 44
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Kognitif.. ... 45
Table 8. Skor Penilaian Afektif ... 46
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Penilaian Afektif ... 47
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Penilaian Afektif ... 48
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen
Angket Sikap Ilmiah ... 49
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Sikap Ilmiah ... 50
Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah
Tinggi dan Rendah ... 56
Tabel 14. Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas
Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen
EDI (eksperimen-2) ... 57
Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit ... 58
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan
commit to user
xiv
Metode SSCS (eksperimen-1) ... 59
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen- 2) ... 60
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1) ... 61
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-1) ... 62
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2) ... 63
Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada Aspek Kognitif ... 64
Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Afektif ... 64
Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa pada Aspek Psikomotor ... 65
Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ... 65
Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai afektif ... 65
Table 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor ... 65
Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ... 65
Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Ditinjau dari Sikap Ilmiah ... 66
Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif ... 66
Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif ... 66
Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor ... 66
commit to user
xv
Aspek Kognitif ... 68
Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Kognitif ... 68
Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek Afektif ... 68
Tabel 35. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Aspek Afektif ... 69
Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Aspek psikomotor ... 69
Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Siklus SSCS ... 12
Gambar 2. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 28
Gambar 3. Proses Daya Hantar listrik Larutan Elektrolit ... 29
Gambar 4. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Non Elektrolit ... 31
Gambar 5. Proses Pelarutan Garam Dapur ... 32
Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI ... 58
Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS ... 59
Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI ... 60
Gambar 9. HistogramPrestasi Afektif Siswa Dengan Model SSCS ... 61
Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI ... 62
commit to user
xvii
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 75
Lampiran 2. Satuan Pelajaran ... 78
Lampiran 3. Skenario Model Pembelajaran SSCS dan EDI ... 89
Lampiran 4. Kisi- Kisi Instrumen Pokok Bahasaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 93
Lampiran 5. Hubungan Indikator, Soal dan Jenjang Kemampuan Kognitif ... 94
Lampiran 6. Instrumen Kognitif ... 95
Lampiran 7. Instrumen Afektif ... 106
Lampiran 8. Instrumen Sikap Ilmiah ... 111
Lampiran 9. Daftar Cek Skala Unjuk Kerja ... 114
Lampiran 10. Lembar Kegiatan Siswa Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 118 Lampiran 11. Petunjuk Praktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 121 Lampiran 12. Data Induk Penelitian ... 123
Lampiran 13. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Kognitif ... 125
Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Afektif ... 127
Lampiran 15. uji Validitas dan Reliabilitas penilaian Psikomotor ... 128
Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Ilmiah ... 129
Lampiran 17. Uji Normalitas... 131
Lampiran 18. Uji Keseimbangan (Uji-t Dua Pihak) Pretest kognitif Kelas EDI dan SSCS ... 160
Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest Kognitif ... 161
Lampiran 20. Uji homogenitas Posttest Kognitif ... 162
Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ... 163
Lampiran 22. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 164
Lampiran 23. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor ... 165
commit to user
xviii
Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 167
Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Antar Sel ... 168
Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 169
Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Antar Sel... 170
Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Ditinjau dari
Sikap Ilmiah ... 171
Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Antar Sel ... 172
Lampiran 31. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Kognitif ... 173
Lampiran 32. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jalan
Prestasi Kognitif ... 177
Lampiran 33. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak sama Prestasi Afektif ... 178
Lampiran 34. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Prestasi Afektif ... 182
Lampiran 35. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ... 183
Lampiran 36. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jaln Sel Tak Sama
Prestasi Psikomotor ... 187
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari hasil beberapa kajian masih banyak ditemui berbagai masalah yang
berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Salah satunya disebabkan
padatnya materi pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan munculnya
kecenderungan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Situasi
belajar seperti ini mengakibatkan berkurangnya kreativitas siswa dan guru selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi demikian dapat menyebabkan
siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa disertai
pemahaman yang memadai,karena mereka tidak dididik untuk berfikir
kritis,berlatih menemukan konsep atau prinsip maupun untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Paradigma semacam itu harus bergeser ke arah pembelajaran yang
berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa. Agar tujuan pemberdayaan
kreativitas tersebut dapat tercapai,maka peran guru perlu dialihkan dari peran
dominan sebagai fasilisator di kelas sehingga siswa merasa terlibat dalam proses
pembelajaran dan memperoleh sesuatu dari proses belajarnya.
Dalam proses pembelajaran,guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa
untuk melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan
dalam aspek kecakapan berfikir rasional. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik &
Kamuran Tarim (2009: 464) tentang peran guru dalam konsep konstruktivisme,
yang menyatakan:
“As constructivist approach suggest, the teacher is a facilitator or coach who
commit to user
2
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran
yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti
yang diharapkan secara maksimal. Yaitu model pembelajaran yang memuat
kecakapan hidup dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
pada materi pembelajaran. Seperti yang disebutkan dalam jurnal Marian Mahat
(2008: 83) bahwa tujuan belajar sekarang ini berkembang meliputi aspek
multidimensi.
“ The purpose of the present study was to develop a multidimensional instrument that cuould effectively measure affective, cognitive and behavioural aspect of attitudes within the real of inclisive education that includes physical, social and curicular inclusion. While a number of studies have attempted to include one or the other”.
Pada penelitian ini ada dua macam model pembelajaran yang digunakan
yaitu model pembelajaran SSCS ( search, solve, create, share ) dan model
pembelajaran EDI ( Experimenting, Demonstrating,Information ).
Model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create Share) merupakan
model pembelajaran dengan sistem pemecahan masalah yang menekankan pada
penggunaan metode ilmiah atau berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif,untuk
memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas. Model pembelajaran SSCS ini
melibatkan siswa dalam penelitian sains, sehingga siswa menjadi terlibat secara
aktif dalam penerapan isi, konsep, dan ketrampilan berfikir menjadi lebih tinggi.
Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksplorer, mencari penemuan terbaru,
inventor mengembangkan ide/gagasan dan pengujian-pengujian baru yang
inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan
berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator
mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi
(Edward L.Pizzini, 1991: 6).
Model pembelajaran EDI (Experimenting Demonstrating Information)
merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah.
commit to user
3
demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan
hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan
eksperimen. Melalui eksperimen siswa diharapkan mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan
melakukan percobaan/eksperimen sendiri. Dengan eksperimen siswa dapat
menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang dipelajarinya
(Roestiyah, N.K., 1991: 80).
Melalui demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik.
Penggunaan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jalannya
proses atau kerja suatu hal.( Roestiyah, N.K., 1991: 83).
Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan
merangsang siswa untuk membelajarkan diri mereka sendiri. Mereka akan
berusaha mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki
secara maksimal untuk mempelajari materi pelajaran/pelatihan yang tengah
dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu mencapai prestasi
belajar yang optimal.
Pembelajaran kimia harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang
menekankan pada ketrampilan proses. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih
bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya
model pembelajaran yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam
proses yang aktif.
Proses mengajar di SMA Negeri 1 Ceper umumnya guru masih banyak
menggunakan metode yang didominasi metode konvensional yang menjadikan
guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa umumnya
hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh,
sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Dengan metode mengajar seperti ini
commit to user
4
pada siswa kurang terekplorasi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan
model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka
akan berusaha meneksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal
untuk menghadapi atau mempelajari materi yang dihadapinya.
Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut
siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit. Pembelajaran materi ini harus disesuaikan dengan
karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.
Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan
model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk
menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam
pembelajarannya perlu digunakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembentukan
konsep sehingga dapat meninggkatkan pencapaian hasil belajar.
Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran SSCS dan EDI dimana dengan model pembelajaran SSCS siswa
diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dan merangsang siswa untuk
membelajarkan dirinya. Dengan demikian mereka akan berusaha
menndayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mempelajari materi
yang sedang dipelajarinya. Sedangkan model pembelajaran EDI diharapkan
proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam
melalui proses demonstrasi dan juga siswa mampu mencari dan menemukan
jawaban atas permasalahan yang dihadapiny dengan melakukan eksperimen,
sehingga diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif
terhadap kegiatan ilmiah. Sikap positif ini akan mendorong siswa untuk terlibat
aktif baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan
percobaan di laboratorium dan menganalisis data percobaan, sehingga sikap
commit to user
5
bertindak, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima
saran dan gagasan-gagasan baru dari orang lain.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran
SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul:
“ Pengaruh Penenrapan Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, Share)
dan EDI (Experimenting Demonstrating, Information) dengan Memperhatikan
Sikap Ilmiah Siswa SMA terhadap Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat berbagai
masalah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam
pembelajaran kimia di SMA. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dapat
digunakan dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit
dan non elektrolit?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI
dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
3. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (SSCS dan EDI) dengan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan
commit to user
6
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih terarah,maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS
(Search, Solve, Create, Share) dan model pembelajaran EDI (Experimenting,
Demonstrating, Information).
2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD semester 2 SMAN 1
Ceper tahun pelajaran 2006/2007.
3. Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini
adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Prestasi belajar yang dinilai meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
5. Sikap ilmiah dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sikap ilmiah tinggi
dan sikap ilmiah rendah.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit?
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?
3. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada pokok
commit to user
7
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian
ini,tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit.
2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?
3. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
larutan elektrolit dan non elektrolit.
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model
pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berfikir siswa dalam proses
pembelajaran.
commit to user
8
2. Bagi guru:
a. Sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b. Mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa.
c. Menambah kreativitas dalam menentukan model pembelajaran.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan yang dapat dikembangkan dalam
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang
melibatkan aktivitas berfikir. Hingga saat ini pengertian belajar masih sangat
kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan secara pasti apa sebenarnya belajar itu.
Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tentang arti belajar. Namun rumusan
yang dihasilkan berbeda satu dengan yang lainnya.
Sebagai landasan peruraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar,Ngalim Purwanto (1990: 84) mengutip beberapa definisi sebagai berikut:
a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan,
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan
seseorang.”
b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:
“Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance)
berubah dari waktu sebelumnya ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.”
c. Morgan, Dalam buku Introduction to Psycology (1978) mengemukakan :
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan,” Belajar
adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian
commit to user
10
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses tersebut terjadi dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru. Belajar menurut teori psikologi Gestalt terjadi jika ada
pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah
beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul suatu
kejelasan. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara
pengetahuan dengan pengalaman di dalam belajar, pribadi atau organisme
memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan secara sadar,bermotif
dan bertujuan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Model Pembelajaran
Dalam belajar mengajar terdapat berbagai macam penyajian agar proses
belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien yang disebut dengan
metode mengajar. Menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar
menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga
kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan
efisien dan bermakna bagi siswa, sedangkan menurut Mulyani S dan Johar P
(2001 : 114) mengatakan : “ metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh
guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak
yang memuaskan”.
Dari dua pengertian metode mengajar diatas, maka dapat disimpulkan
metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan
mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan
belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai tujuan yang diharapkan maka
commit to user
11
kelebihan dan kekurangan sehingga dapat menentukan pemilihan terhadap metode
yang paling tepat dipakai pada pengajaran.
3. Model Pembelajaran SSCS (Search,Solve,Create and Share)
a. Pengertian Model Search Solve Create Share (SSCS)
Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan suatu metode
pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau
berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Metode SSCS merupakan model
strategi pemecahan masalah yang valid, karena dapat mengembangkan
pengetahuan yang ada dengan program melibatkan siswa di dalam suatu
penyelidikan. model SSCS, siswa dapat berpartisipasi aktif dan mereka dapat
bekerjasama untuk menyelidiki (search) pertanyaan, memecahkan (solve)
pertanyaan ini, kreasi (create) yang berarti mengkomunikasikan apa yang mereka
dapatkan dan berbagi (share) kesimpulan mereka.
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep
ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan menggunakan model ini
membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Metode SSCS
melibatkan siswa di dalam menyelidiki situasi yang baru, memikirkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan, dan memecahkan masalah secara realistis. Dengan
menggunakan model SSCS, siswa dapat menjadi aktif terlibat dalam
mengaplikasikan materi, konsep dan ketrampilan berfikir yang lebih tinggi.
Model pembelajaran SSCS ini menuntut siswa untuk berfikir dan
bertindak kritis dan kreatif. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah
SSCS, siswa akan lebih bebas di dalam mengemukakan pendapat. Mereka dapat
menggali penyelidikan pada penemuan baru dan mengembangkan penemuan baru
tersebut, dengan mendesain kekreatifan rencana dan model baru, membuat
keputusan praktis yang bijaksana dan suatu metode untuk mengembangkan
komunikasi siswa sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
Model pemecahan masalah SSCS didesain untuk mengembangkan dan
commit to user
12
menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif
siswa. Model SSCS melibatkan siswa menyelidiki situasi baru,memikirkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah secara realistis.
Langkah-langkah model pembelajaran SSCS :
1) Siswa menyelidiki (search) pada suatu pertanyaan topik yang ada dan
menyelidiki dengan cara mereka sendiri.
2) Siswa mendesain dan mengimplementasikan penyelidikan untuk dipecahkan
sesuai dengan hasil penyelidikan.
3) Siswa menganalisis dan mengimpretasikan data dan mereka mengkreasikan
jawaban untuk mengkomunikasikan yang mereka dapatkan.
[image:30.612.129.505.201.492.2]4) Siswa berbagi hasil jawaban dan mengevaluasi penyelidikan mereka.
Gambar 1. Siklus SSCS
Model SSCS menyediakan kerangka berfikir (framework) guru untuk:
1) Membuka luas minat siswa.
2) Mencurahkan ketrampilan berfikir.
3) Mengaktifkan seluruh siswa untuk berperan serta di dalam belajar.
4) Meningkatkan pengetahuan tentang keterikatan ilmu pengetahuan, teknologi
dan sosial (Pizzini, 1991: 6).
SEARCH
SOLVE
CREATE SHARE
Finding Fact
Skill
Learning
commit to user
13
b. Siklus Model SSCS
Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan
konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Siklus SSCS adalah
sebagai berikut :
1) Search (Penyelidikan)
a) Mencari fakta: Membuat daftar informasi yang diketahui dan yang
berhubungan dengan situasinya.
b) Menganalisis fakta: Mengobservasi dan menganalisis informasi yang
diketahui, merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang
berhubungan dengan permasalahan. Mengumpulkan data tambahan jika
dirasakan penting.
c) Merumuskan Masalah.
d) Brainstorm (tukar pendapat). Dalam brainstorm diusahakan membuat
bermacam-macam ide yang luas dan kreatif. (Pizzini, 1991: 7).
2) Solve (Pemecahan)
a) Mendeterminasi kriteria. Mengidentifikasikan dan mendaftar kriteria yang
digunakan dalam seleksi alternatif yang terbaik (solusi).
b) Memilih alternatif. Menggunakan sistem mengikat (grid) untuk
menimbang alternatif yang tak sesuai kriteria.
c) Menyelidiki solusi dan prosedur. Memikirkan terus solusinya, mencoba
memprediksi kesulitan apa yang harus diatasi.
d) Menetapkan rencana. Menanyakan kepada diri anda sendiri rencananya,
menempatkan kedalam perhitungan informasi baru yang telah diterima.
Rencana tersebut harus termasuk solusinya bahan yang dibutuhkan
orang-orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan perlangkah masalah-masalah
beserta solusinya yang harus diatasi dan informasi yang tepat . Kumpulan
commit to user
14
3) Create (Kreasi)
a) Mengimplementasikan rencana. Menyatakan masalah anda dan solusi anda
seperti seorang penemu, desainer, penjelajah, si pembuat keputusan atau
komunikator.
b) Mengucapkan pikiran anda. Komunikasikan kepada anda sendiri misalnya
: mengapa anda melakukan hal itu, apa yang sedang anda lakukan.
c) Menampilkan data dan menganalisis.
d) Memilih audience untuk share (ambil bagian).
e) Memilih cara presentasi untuk share.
f) Persiapan Create (Pizzini, 1991: 9).
4) Share (ambil bagian/berbagi)
a) Mempromosikan solusi anda.
b) Menampilkan solusi anda.
c) Mengkomunikasikan solusi anda secara verbal (lisan atau tulisan) dan atau
secara visual (menggunakan gambar/model).
d) Mengevaluasi umpan balik dari orang lain.
e) Merefleksikan pada keefektifan anda sebagai pemecah masalah
(Pizzini, 1991: 9).
c. Peran Guru di dalam SSCS
Ketika mengimplementasikan model SSCS, guru mengerjakan berbagai
peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam
belajar. Peranan guru berikut direkomendasikan untuk digunakan bersama model
SSCS di dalam ruangan kelas:
a) Model strategi untuk penggunaan siswa.
b) Mengecek kepemilikan rencana investigasi siswa.
c) Memonitor kemajuan siswa.
Menantang siswa secara remain non jugmental untuk menemukan cara
commit to user
15
d. Peran Guru untuk Masing-masing Siklus
Pada penerapan metode SSCS guru mengerjakan berbagai peran yang
membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peran
guru pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1) Search
a) Menciptakan suasana yang beresiko rendah.
b) Memberikan pengalaman untuk membangkitkan pertanyaan.
c) Memimpin dan memastikan tersedianya catatan selama brainstorming (tukar
pendapat).
d) Membuat dan memelihara lingkungan yang tanpa prasangka.
e) Membantu menjelaskan dan menyempurnakan pertanyaan.
2) Solve
a) Menyediakan berbasai macam bantuan yang berhubugan dengan
keselamatan, sumber- sumber dan waktu.
b) Memberikan pertanyaan untuk membantu menjelaskan observasi siswa,
pemikiran, dan membantu mereka memikirkan alternatif.
c) Membimbing siswa dalam menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka
dengan ide- ide.
d) Menyediakan instruksi dalam penggunaan alat-alat baru serta teknik-tekniknya.
e) Membimbing siswa dalam mengembangkan metode untuk pengumpulan data
dan pencatatan hasil.
f) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh tambahan informasi dan data.
3) Create
a) Menyarankan hasil dan kemungkinan yang ada.
b) Menyediakan instruksi dalam analisa data dan teknik penyampaian.
c) Memberikan instruksi dalam persiapan produk.
4) Share
a) Menekankan suasana yang beresiko rendah.
commit to user
16
c) Membimbing dalam menemukan metode evaluasi penyelidikan dan
pengujiannya (Pizzini, 1991: 13).
e. Implementasi Model SSCS
a) SEARCH
a) Pengkatalisasian pertanyaan
Pertanyaan siswa merupakan masalah.perlu menyediakan iklim untuk
pemodelan pertanyaan siswa secara terus (secara teratur guru memberikan
pertanyaan ilmiah) dan penerimaan (menghargai keingintahuan siswa). Situasi
yang bervariasi mampu membuat siswa menggenerasikan pertanyaan, melalui :
1) Kejadian yang tak sesuai.
2) Koran dan majalah.
3) Penggalan alat ilmiah yang baru.
4) Bab dari buku teks atau umum.
5) Kejasian-kejadian khusus seperti rapat, kerja lapangan, atau pidato.
6) Topografi.
7) Investigasi laboratorium.
b) Strategi pengajaran untuk menggeneralisasikan pertanyaan.
1) Sebelum memulai unit baru, guru membantu siswa tentang apa yang mereka
ketahui mengenai topic yang baru dan apakah mereka ingin mencari tahu.
2) Sesion perumusan masalah berguna dalam menyusun ide yang dapat diteliti.
a) Semakin banyak semakin baik
b) Ide yang dirasa aneh tetap baik.
c) Piggybacking (pengembangan masing-masing ide yang lain) tetap bagus.
d) Menghormati pendapat sampai selesai sesi perumusan.
Beberapa ide menejemen yang dicoba guru untuk perumusan masalah termasuk:
a) Perumusan masalah dalam kelompok kecil, kemudian kelompok besar.
b) Menyuruh masing-masing siswa mencatat ide-ide yang terdengar menarik
(ini akan membantu di kemudian hari).
c) Meminta siswa secara individual menulis beberapa ide sebelum sesi
kelompok dimulai.
commit to user
17
e) Mengelilingi kelas dan ambil bagian.
f) Contoh model pertanyaan yang dapat diteliti oleh guru.
g) Pengumuman topik berikutnya pada sesi perumusan masalah yang lebih
sulit.
h) Memberi semangat kelompok individual, atau seluruh kelas untuk membuat
jaringan seputar topik yang khas
(Pizzini,1991 : 22)
c) Meringkas Daftar
1) Menyuruh siswa mernyusun daftar.
(a) Menghilangkan duplikat.
(b) Menyelesaikan item yang tidak selesai.
(c) Mengkombinasikan ide-ide.
(d) Menambahkan ide-ide baru.
(e) Mengkategorikan ide-ide tersebut.
2) Siswa dapat meringkas topik-topik dengan memfokuskan pada 1 bagian.
3) Memulai mengevaluasi daftar.
(a) Membuat pertanyaan yang tidak resertabel.
(b) Membuang pertanyaan yang tidak mungkin dibahas pada waktu itu.
(c) Menyeleksi pertanyaan yang mengudang minat yang tinggi
(Pizzini, 1991:23).
d) Penyeleksian Permasalahan-permasalahan Terakhir.
Penggunaan kriteria membantu para siswa dalam penyelesaian
masalah akhir terbaik mereka. Para siswa harus menyeleksi dan menggunakan
kriteria yang relevan dengan topik yang sedang diinvestigasi.
Kriteria yang mungkin untuk pemilihan permasalahan:
1) Minat
2) Fasilitas dan peralatan
3) Waktu
4) Keamanan
5) Kepraktisan
commit to user
18
7) Pengetahuan dari narasumber
8) Latar belakng peneliti/ ketrampilan peneliti
9) Keetersediaan literatur
e) Penyempurnaan Pertanyaan.
1) Pernyataan permasalahan harus jelas, sederhana dan ringkas.
2) Pernyataan tersebut harus menjelaskan secara pasti apa yang peneliti
inginkan untuk diketahui.
3) Semua kondisi dan parameter yang penting dikhususkan.
4) Semua istilah yang tidak jelas harus didefinisikan (Pizzini,1991:2).
b)SOLVE
a. Tipe Investigasi
Pertanyaan-pertanyaan dapat diinvestigasikan dengan menggunakan
variasi metode penelitian. Tiga metode penelitian akan dijabarkan sebagai
berikut:
1) Penelitian deskriptif berarti pengukuran sampel secara sistematik.
Contoh : survey, studi observasi, interview.
2) Penelitian korelasional melibatkan perbandingan 2 set pengukuran
sampel untuk menentukan jika terdapat hubungan antar variabel
(contohnya hubungan antara tinggi dan berat, ukuran dan angka
kecepatan jantung atau merokok dan lamanya hidup).
3) Penelitian eksperimental meneliti sebab akibat. Variabelnya harus
benar-benar dikontrol.
b. Pengembangan rencana
1) Merumuskan semua kemungkinan cara untuk memecahkan masalah.
2) Menulis langkah demi lamgkah.
3) Menyerahkan rencana guru untuk persetujuan.
4) Menyerahkan rencana untuk kelompok lain untuk dikritik.
5) Mengembangkan rencana kelas, kemudian diselesaikan secara
commit to user
19
c. Penemuan perlengkapan kebutuhan
Masing-masing kelompok harus:
1) Membuat permintaan peralatan sebelum memulai tahap solve.
2) Membuat daftar kebutuhan bahan secara tertulis untuk tahap solve.
3) Mengindikasikan item untuk disuplay oleh guru dan masing-masing
anggota kelompok.
4) Menunjuk salah satu anggota kelompok yang berwenang untuk
memperbaiki dan mengemblikan bahan untuk penyediaa tempat
diruang kelas.
d. Pengumpulan data dan organisasi
Siswa harus:
1) Memprediksi hasil sebelum menyimpulkan data.
2) Mendesain data sebelum mengumpulkannya
3) Menyerahkan desain untuk mendapat perdsetujuan guru atau kritik
dari kelompok lain
4) Menanyakan kepada diri sendiri, “apakah hasil tersebut memberikan
perubahan?”
5) Siswa mungkin membutuhkan bantuan dalam menjaga jarak
investigasi (Pizzini, 1991:27).
c) CREATE
a. Menganalisis data dan mendispaly
1) Mengukur tendensi sentral
2) Mengukur variable
3) Korelasi (hubungan)
4) Memilih audience untuk presentasi
5) Memilih tempat untuk presentasi
6) Menyiapkan presentasi (Pizzini, 1991:30).
d)SHARE
a) Praktek
1) Ketika siswa pada tahap create, dia dapat memulai praktek di depan
commit to user
20
2) Siswa harus berkonsentrasi pada presentator ketika mempresentasikan
3) Siswa harus menyatakan /mengeluarkan pendapat pada session ini dan
mengkritik.
b) Presentasi
1) Guru melihat kelakuan/perbuatan dan mengevaluasi pada kelompok yang
presentasi
2) Guru memberi semangat kepada presenter untuk membawa serta
audience dengan:
a) Menyimulasikan penyelidikan
b) Menanyakan pada audience untuk memprediksi kesimpulan
c) Membuat pre test/pos test
3) Setelah presentasi, guru memberi waktu untuk berdiskusi dengan cara:
a). Memberi komentar positif tentang presentasinya dan investigasi
b) Menghubungkan pertanyaan dengan yang di investigasi
4) Evaluasi topik yang dipresentasikan dan mengambil keputusan
(Pizzini,1991:36).
4. Model Pembelajaran EDI
(Experimenting, Demonstrating, Information)
Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen,
demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada
metode eksperimen dan demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan
dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum
melakukan demonstrasi dan eksperimen.
a. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa
melakukan suatu percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan di
evaluasi oleh guru. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar
siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan
commit to user
21
siswa menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang sedang
dipelajarinya.. (Roestiyah,N.K.,1991: 80).
1) Kelebihan metode eksperimen:
Menurut Mulyati Arifin (1995: 111), keuntungan menggunakan metode
eksperimen adalah sebagai berikut :
a) Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa
b) Siswa dapat mengamati proses
c) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri
d) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah
e) Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan
efisien.
2) Kelemahan metode eksperimen
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik mendapat
kesempatan untuk mengadakan eksperimen
b) Eksperimen kadang memerlukan waktu yang relative lama
c) Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan
kesulitan dadalam melakukan eksperimen.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran
(Syiful Bahri Djamarah,2000:201). Metode ini digunakan bila ingin
memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik.
Demonstrasi dapat juga diartikan sebagai cara mengajar dimana seorang
instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat mengamati, melihat, mendengar mungkin
meraba- raba dan merasakan proses yang diperlihatkan oleh guru tersebut (
Roestiyah,N.K.,1991: 83).
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
berkesan secara mendalam, sehingga membentuk penertian dengan baik dan
commit to user
22
memehami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, dengan demonstrasi
siswa dapat mengamati bagian- bagian dari benda atau alat.
1) Kelebihan metode demonstrasi:
a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau
kerja suatu benda
b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, penggunaan bahasa dapat lebih
terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada
anak didik
c) Kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki
melalui pengamatan dan contoh kongkrit, dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
2) Kelemahan metode demonstrasi :
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau cara kerja
yang akan dipertunjukkan
b) Tidak semua benda dapat diperlihatkan
c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai
apa yang didemonstrasikan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 201).
c. Metode Informasi ( Ceramah )
Metode mengajar ceramah menekankan penjelasan guru kepada
siswa atau penjelasan siswa kepada siswa lain dalam membahas bahan
pelajaran. Tumpuan metodologi ada pada metode ceramah dan Tanya jawab (
Nana Sudjana, 1996: 79).
Dalam metode ini aktivitas ditekankan pada guru, maka guru harus
pandai memilih kata- kata sedemikian rupa sehingga dengan suara yang cukup
jelas dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Disini siswa bersikap
pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat mengambil
kesimpulan tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pelajaran itu.
1) Kelebihan metode ceramah :
a) Guru mudah menguasai kelas
b) Mudah dilaksanakan
commit to user
23
d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran dengan baik.
2) Kekurangan metode ceramah :
a) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata- kata belaka)
b) Bila terlalu lama bias membosankan
c) Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik
pada ceramahnya
d) Siswa memberi pengertian lain pada ucapan guru
e) Menyenbabkan anak menjadi pasif
f) Tidak memberi kesempatan berkembangnya self activity, self
expression, dan self selection
g) Murid berkecenderungan menghafal ( Roestiyah, N.K,,1991:69).
5. Sikap Ilmiah
a. Definisi Sikap Ilmiah
Menurut Berkowitz (1972) dalam Saifuddin Azwar (1987:5)
didefinisikan sebagai respon evaluatif. Respon itu sendiri hanya timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi
individual. Sikap sebagi respon evaluatif merupakan sikap yang didasari oleh
proses dalam individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap suatu stimulus
dalam bentuk baik atau buruk, positif atu negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap suatu obyek sikap. Potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam
individu pada situasi bebas akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan
sikap yang sebenarnya.
Sikap ilmiah biasa dikatkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah
dapat didefinisikan sebagai sikap yang diujudkan dalam bentuk perilaku aktual
yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu.
a. Aspek sikap ilmiah
Winner Harlen dalam Margono, dkk (1994:150), mengemukakan ada
commit to user
24
1) Sikap ingin tahu (curiosity)
2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
3) Sikap kerjasama (cooperative)
4) Sikap tidak putus asa (perseverance)
5) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)
6) Sikap mawas diri (self awareness)
7) Sikap bertanggungjawab (responsibility)
8) Sikap berfikir bebas (independence in thinking)
9) Sikap kedisiplinan (discipline)
Carin dan Sund dalam bukunya teaching Science Through Discovery,
seperti yang dikutip oleh Margono mengemukakan aspek sikap ilmiah yaitu:
1). Sikap ingin tahu (curiosity)
2). Kerendahan hati (humility)
3). Ketidakpercayaan (scepticism)
4). Tidak fanatik (avoidance of dogmatism or gullibility)
5). Tidak berprasangka (open midedness)
6). Pendekatan positif pada kegagalan (a positive approach to failure)
Pendapat lain tentang aspek ilmiah adalah seperti yang dikemukakan oleh
Gega dalam Saifuddin Azwar (1987):
1. Sikap ingin tahu (curiosity)
2. Menciptakan sesuatu yang baru (anvestiveness)
3. Berpikir kritis (critical thinking)
4. Ketekunan (persistence)
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil aspek sikap ilmiah
yang penting yakni keingintahuan, tidak berprasangka, daya cipta dan ketekunan.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Zainal Arifin
commit to user
25
bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988:700) Dalam hal ini yang telah dilakukan
adalah belajar. Prestasi yang dimaksud meliputi kemampuan, ketrampilan, dan
sikap dalam menyelesaikan suatu hal. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai yang diberikan guru.
Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhsilan belajar, dengan
demikian proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan prestasi belajar.
Menurut Zainal Arifin (1990: 3-4), prestasi belajar memiliki beberapa fungsi
utama,antara lain:
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak
didik.
2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi
bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi
keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
3) Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa
prestai belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan (hasil belajar) sesuai
dengan tuntutan penerapan kuurikulum berbasis kompetensi yang mencakup tiga
ranah yaitu:
1) Ranah kognitif
Berhubungan dengan kemampuan berfikir,termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
commit to user
26
2) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi dan nilai.( Depdiknas 2003:1 )
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
(Depdiknas 2003:1)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut W.S. Winkel (1983: 309), pencapaian prestasi belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan
faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi faktor
psikis yang terdiri dari faktor psikis yang intelektual dan faktor psikis yang non
intelektual. Faktor psikis yang intelektual misalnya taraf intelegensi, kemampuan
belajardan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual misalnya motivasi
belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi keadaan sosial dan juga
kultural. Faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah faktor fisik, yaitu kondisi
fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar.
Faktor yang berasal dari diri siswa yaitu faktor lingkungan sekolah yang
meliputi faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar di sekolah, misalnya
kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar
dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah faktor
sosial sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor
lingkungan sekolah yang terakhir adalah faktor situasional sekolah, misalnya
keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 238), prestasi belajar dipengaruhi
oleh faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor intern meliputi:
Sikap siswa terhadap belajar, kreativitas, konsentrasi belajar, kemampuan
commit to user
27
kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, kemampuan
berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi, kebiasaan belajar.
2) Faktor ekstern antara lain :
Guru pembimbing belajar siswa, sarana dan prasarana belajar, kondisi
pembelajaran, kebijakan penilaian, kurikulum yang diterapkan, lingkungan
sosial siswa.
Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor individu, dan faktor sosial.
1) Faktor individu adalah faktor yang ada dalam diri individu. Misalnya:
kematangan, kecerdasan, motivasi, kesiapan belajar dan faktor pribadi.
2) Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar diri individu. Misalnya: keluarga,
metode mengajar dan motivasi sosial.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan kecakapan nyata sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dapat
diukur secara langsung dan dapat dihitung hasilnya selama periode tertentu.
7. Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit mulai diajarkan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester II. Berdasarkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) disebutkan bahwa kompetensi dasar
pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah “mengidentifikasi
sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”.
a. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non
commit to user
28
Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilakukan
dengan pengujian menggunakan rangakaian listrik sederhana seperti gambar di
bawah ini.
[image:46.612.131.508.172.508.2]
Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit
Berdasarkan pengujian, jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit
maka lampu akan menyala. Ini menandakan bahwa larutan tersebut
menghantarkan arus listrik. Tetapi jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan non
elektrolit, maka lampu tidak menyala. Ketidakmampuan larutan tersebut untuk
menyalakan lampu menandakan bahwa larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Hal lain yang dapat diamati untuk membedakan
larutan elektrolit dan non elektrolit adalah ada tidaknya gelembung gas pada saat
pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana. Larutan elektrolit
bergelembung sedangkan larutan non elektrolit tidak menghasilkan
gelembung.(Muchtaridi dan Sandri justiana, 2006:216).
b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1. Dapat menghantarkan listrik.
2. Terjadi proses ionisasi (terurai
1. Tidak dapat menghantarkan listrik
commit to user
29
menjadi ion-ion)
3. Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas
Contoh :
Garam dapur (NaCl), Cuka dapur (CH3COOH), Air accu (H2SO4)
Garam magnesium (MgCl2)
3. Lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
Contoh :
Larutan gula (C12H22O11)
Larutan urea (CO(NH2)2)
Alkohol /etanol (C2H5OH)
Pada saat elektroda yang terhubung dengan rangkaian listrik dicelupkan ke
dalam larutan elektrolit, ion- ion yang bergerak bebas akan menuju ke elektroda
bermuatan. Ion- ion positif akan menuju elektroda negatif (katoda) dan ion- ion
negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Proses daya hantar listrik suatu
larutan elektrolit dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 3. Proses daya hantar listrik larutan elektrolit
Sebagai contoh, jika larutan dalam bejana di atas adalah larutan HCl, maka
dalam larutan akan terjadi reaksi sebagai berikut :
Reaksi di katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)
Reaksi di anoda : 2Cl-(aq)→Cl2(g) + 2e
commit to user
30
Larutan HCl di dalam air terurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-).
Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap
elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl
-melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.
Proses di atas akan terus berjalan sehingga terbentuk aliran elektron (arus
listrik) dari anoda ke katoda. Aliran listrik ini akan terhenti jika semua ion dalam
larutan telah berubah menjadi partikel netral. Artinya, tidak ada lagi ion negatif
yang dapat memberikan elektron dan ion positif yang dapat menerima elektron.
[image:48.612.129.522.211.578.2]c. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Jenis Larutan
Sifat dan Pengamatan
Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Elektrolit kuat
-terionisasi sempurna -menghantarkan arus listrik listrik
-lampu menyala terang -terdapat gelembung gas