• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN Search Solve Create Share (SSCS) DAN Experimenting Demonstrating Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN

SIKAP ILMIAH SISWA SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN

NON ELEKTROLIT

Oleh :

NOVI HENDRASTUTI

NIM K 3302528

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Tri Redjeki, M.S. Endang Susilowati,S.Si., M.Si.

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Pada :

Hari :...

Tanggal : ...

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra.Hj. Kus Sri Martini, M.Si. …………....

Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, A.Pt, M.S. ………

Anggota I : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S .…………....

Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Novi Hendrastuti, PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Search Solve Create Share (SSCS) dan Experimenting Demonstrating

Information (EDI) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP ILMIAH SISWA

SMA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT, Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penerapan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) dan model pembelajaran Experimenting Demonstrating Information (EDI) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit (2) Model pembelajaran EDI memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran SSCS (3) Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit, (4) Interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD SMAN Ceper tahun pelajaran 2006/2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk aspek kognitif siswa, sedangkan metode angket untuk sikap ilmiah, aspek afektif dan aspek psikomotor. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi rerata pasca analisis variansi dengan metode Scheeffe.

(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Novi Hendrastuti, THE EFFECT OF SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) AND EXPERINTING DEMONSTRATING INFORMATION (EDI) LEARNING MODEL APPLICATION BY CONSIDERING THE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S SCIENTIFIC ATTITUDE ON THE LEARNING ACHIEVEMENT IN THE ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION SUBJECT MATTER, Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, April 2010.

The objective of this research are to find out: (1) the effect of Search Solve Create Share (SSCS) and Experimenting Demonstrating Information (EDI) learning model application on the student learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, (2) EDI learning model gives better effects on the student learning achievement than the SSCS model does (3) the effect of scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter, and (4) Interaction between SSCS and EDI learning models, and the scientific attitude on the students learning achievement in electrolyte and non electrolyte solution subject matter.

This research was taken place in SMA Negeri 1 Ceper. This research was done using experimental method with a 2x2 factorial design. The sample employed in this research was XC and XD graders of SMAN Ceper in the school year of 2006/2007. The sampling technique used was cluster random sampling. The data collection was done using test method for the student cognitive aspect, while questionnaire method was used for the scientific attitude, affective and psychomotor aspects. Technique of analyzing data used was a two-way anava with different cell frequency, followed by the average comparative test after the variance analysis using Scheeffe method.

(6)

commit to user

vi

MOTTO

“Keberhasilan bukan hanya sekedar pencapaian dari apa yang mau dicapai, tetapi

justru usaha mencapainya”.

(Andre Gide)

“Berharga atau tidak, hanya kita yang mampu membuatnya berbeda”

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tulisan ini untuk:

Ayah yang telah memberikan segala yang terbaik untuk anak-anaknya

(Almh) Ibuku di Peristirahatan abadinya. Adikku, Sang Nyawa Hidupku

Sahabat sekaligus saudaraku: Duix,Kris, Tiwi, Prily, Himagifo FC.

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, penelitian dan penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Sekecil tulisan ini banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala

bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang telah memberikan ijin dan selaku Pembimbing I atas waktu, bimbingan

dan petunjuk selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan skripsi ini.

3. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M. Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

4. Endang Susilowati, S.Si., M.si., selaku Pembimbing II atas sumbangan

pemikiran yang berharga selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Drs.Sri Harjana, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ceper yang

telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini.

6. Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Ceper atas

bimbingan dan petunjuknya dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi IPA 1, X C dan X D, atas kerjasamanya dalam penelitian ini.

8. Ayah yang selalu memberi dukungan dan bimbingan,(almh) Ibu yang

doa-doanya selalu bersamaku hingga saat terakhirnya. Adiku,kekuatan yang

membuatku bertahan sampai saat ini.

9. Dwi PDH, Kris, Tiwi, Prily yang telah memberiku semangat,bantuan dan

(9)

commit to user

ix 10.Teman-teman kimia '02

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan

langsung dan tidak langsung dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan pada umumnya dan bidang kimia pada khususnya.

Surakarta, April 2010

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Belajar ... 9

2. Model Pembelajaran ... 10

3. Model SSCS (Search, Solve, Create, Share) ... 11

4. Model EDI (Experimenting, Demonstrating, Information) 20 5. Sikap Ilmiah ... 23

6. Prestasi Belajar ... 24

(11)

commit to user

xi

B. Kerangka Berpikir ... 33

C. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

1. Variabel Bebas ... 39

2. Variabel Terikat ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

1. Instrumen Penilaian Kognitif ... 40

a. Taraf Kesukaran Suatu Item ... 41

b. Taraf pembeda Soal ... 42

c. Validitas Instrumen Penelitian ... 43

d. Reliabilitas Instrumen ... 44

2. Instrumen Penilaian Afektif ... 45

3. Instrumen Penilaian Psikomotor ... 48

4. Instrumen Sikap Ilmiah... . 49

G. Teknik Analisis Data... 50

1. Uji keseimbangan... 50

2. Uji Prasyarat... 51

3. Uji Hipotesis... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Deskripsi Data ... 56

1. Data Skor Sikap Ilmiah Siswa... 56

2. Data Prestasi Kognitif Siswa... 58

3. Data Prestasi Afektif Siswa... . 59

(12)

commit to user

xii

B. Hasil Penelitian dan Prasyarat Analisis ... 63

1. Uji Keseimbangan... 63

2. Uji Normalitas ... 64

3. Uji Homogenitas ... 65

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 66

1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... 66

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit ... 28

Tabel 2. Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya ... 30

Tabel 3. Rancangan Penelitian ... 37

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen

Penilaian Kognitif ... 42

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji taraf Pembeda Soal Instrumen

Penilaian Kognitif ... 43

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif . 44

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Penilaian Kognitif.. ... 45

Table 8. Skor Penilaian Afektif ... 46

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen

Penilaian Afektif ... 47

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Penilaian Afektif ... 48

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen

Angket Sikap Ilmiah ... 49

Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Sikap Ilmiah ... 50

Tabel 13. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah

Tinggi dan Rendah ... 56

Tabel 14. Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas

Eksperimen SSCS (eksperimen-1) dengan Kelas Eksperimen

EDI (eksperimen-2) ... 57

Tabel 15. Rerata Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit

dan Non Elektrolit ... 58

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan

(14)

commit to user

xiv

Metode SSCS (eksperimen-1) ... 59

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen- 2) ... 60

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model SSCS (eksperimen-1) ... 61

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Siswa Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Model EDI (eksperimen-1) ... 62

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas SSCS (eksperimen-1) dan Kelas EDI (eksperimen-2) ... 63

Tabel 21. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Siswa Pada Aspek Kognitif ... 64

Tabel 22. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa Pada Aspek Afektif ... 64

Tabel 23. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Siswa pada Aspek Psikomotor ... 65

Tabel 24. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ... 65

Tabel 25. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai afektif ... 65

Table 26. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Psikomotor ... 65

Tabel 27. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ... 65

Tabel 28. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif Ditinjau dari Sikap Ilmiah ... 66

Tabel 29. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Kognitif ... 66

Tabel 30. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Afektif ... 66

Tabel 31. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek Psikomotor ... 66

(15)

commit to user

xv

Aspek Kognitif ... 68

Tabel 33. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Aspek Kognitif ... 68

Tabel 34. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris

Aspek Afektif ... 68

Tabel 35. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

Aspek Afektif ... 69

Tabel 36. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris

Aspek psikomotor ... 69

Tabel 37. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Siklus SSCS ... 12

Gambar 2. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 28

Gambar 3. Proses Daya Hantar listrik Larutan Elektrolit ... 29

Gambar 4. Menguji Konduktivitas Larutan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Non Elektrolit ... 31

Gambar 5. Proses Pelarutan Garam Dapur ... 32

Gambar 6. Histogram Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Siswa Antara Kelas Eksperimen SSCS dan Kelas Eksperimen EDI ... 58

Gambar 7. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model SSCS ... 59

Gambar 8. Histogram Prestasi Kognitif Siswa dengan Model EDI ... 60

Gambar 9. HistogramPrestasi Afektif Siswa Dengan Model SSCS ... 61

Gambar 10. Histogram Prestasi Afektif Siswa dengan Model EDI ... 62

(17)

commit to user

xvii

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 75

Lampiran 2. Satuan Pelajaran ... 78

Lampiran 3. Skenario Model Pembelajaran SSCS dan EDI ... 89

Lampiran 4. Kisi- Kisi Instrumen Pokok Bahasaan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 93

Lampiran 5. Hubungan Indikator, Soal dan Jenjang Kemampuan Kognitif ... 94

Lampiran 6. Instrumen Kognitif ... 95

Lampiran 7. Instrumen Afektif ... 106

Lampiran 8. Instrumen Sikap Ilmiah ... 111

Lampiran 9. Daftar Cek Skala Unjuk Kerja ... 114

Lampiran 10. Lembar Kegiatan Siswa Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 118 Lampiran 11. Petunjuk Praktikum Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit 121 Lampiran 12. Data Induk Penelitian ... 123

Lampiran 13. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Kognitif ... 125

Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Afektif ... 127

Lampiran 15. uji Validitas dan Reliabilitas penilaian Psikomotor ... 128

Lampiran 16. Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap Ilmiah ... 129

Lampiran 17. Uji Normalitas... 131

Lampiran 18. Uji Keseimbangan (Uji-t Dua Pihak) Pretest kognitif Kelas EDI dan SSCS ... 160

Lampiran 19. Uji Homogenitas Pretest Kognitif ... 161

Lampiran 20. Uji homogenitas Posttest Kognitif ... 162

Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif ... 163

Lampiran 22. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 164

Lampiran 23. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor ... 165

(18)

commit to user

xviii

Lampiran 25. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari

Sikap Ilmiah ... 167

Lampiran 26. Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Antar Sel ... 168

Lampiran 27. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Ditinjau dari

Sikap Ilmiah ... 169

Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif Antar Sel... 170

Lampiran 29. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Ditinjau dari

Sikap Ilmiah ... 171

Lampiran 30. Uji Homogenitas Prestasi Psikomotor Antar Sel ... 172

Lampiran 31. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama

Prestasi Kognitif ... 173

Lampiran 32. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jalan

Prestasi Kognitif ... 177

Lampiran 33. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak sama Prestasi Afektif ... 178

Lampiran 34. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Prestasi Afektif ... 182

Lampiran 35. Analisis Variansi 2 Jalan Sel Tak Sama

Prestasi Psikomotor ... 183

Lampiran 36. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi 2 Jaln Sel Tak Sama

Prestasi Psikomotor ... 187

(19)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari hasil beberapa kajian masih banyak ditemui berbagai masalah yang

berkaitan dengan masalah implementasi pembelajaran. Salah satunya disebabkan

padatnya materi pembelajaran sehingga dapat mengakibatkan munculnya

kecenderungan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Situasi

belajar seperti ini mengakibatkan berkurangnya kreativitas siswa dan guru selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kondisi demikian dapat menyebabkan

siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa disertai

pemahaman yang memadai,karena mereka tidak dididik untuk berfikir

kritis,berlatih menemukan konsep atau prinsip maupun untuk mengembangkan

kreativitasnya.

Paradigma semacam itu harus bergeser ke arah pembelajaran yang

berorientasi pada pemberdayaan kreativitas siswa. Agar tujuan pemberdayaan

kreativitas tersebut dapat tercapai,maka peran guru perlu dialihkan dari peran

dominan sebagai fasilisator di kelas sehingga siswa merasa terlibat dalam proses

pembelajaran dan memperoleh sesuatu dari proses belajarnya.

Dalam proses pembelajaran,guru hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa

untuk melakukan eksplorasi sederhana, menguasai konsep-konsep sains dan

dalam aspek kecakapan berfikir rasional. Hal ini sesuai dengan jurnal Dilek Isik &

Kamuran Tarim (2009: 464) tentang peran guru dalam konsep konstruktivisme,

yang menyatakan:

“As constructivist approach suggest, the teacher is a facilitator or coach who

(20)

commit to user

2

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran

yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar seperti

yang diharapkan secara maksimal. Yaitu model pembelajaran yang memuat

kecakapan hidup dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

pada materi pembelajaran. Seperti yang disebutkan dalam jurnal Marian Mahat

(2008: 83) bahwa tujuan belajar sekarang ini berkembang meliputi aspek

multidimensi.

“ The purpose of the present study was to develop a multidimensional instrument that cuould effectively measure affective, cognitive and behavioural aspect of attitudes within the real of inclisive education that includes physical, social and curicular inclusion. While a number of studies have attempted to include one or the other”.

Pada penelitian ini ada dua macam model pembelajaran yang digunakan

yaitu model pembelajaran SSCS ( search, solve, create, share ) dan model

pembelajaran EDI ( Experimenting, Demonstrating,Information ).

Model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create Share) merupakan

model pembelajaran dengan sistem pemecahan masalah yang menekankan pada

penggunaan metode ilmiah atau berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti.

Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif,untuk

memecahkan masalah rasional, lugas dan tuntas. Model pembelajaran SSCS ini

melibatkan siswa dalam penelitian sains, sehingga siswa menjadi terlibat secara

aktif dalam penerapan isi, konsep, dan ketrampilan berfikir menjadi lebih tinggi.

Mereka dirangsang untuk menjadi seorang eksplorer, mencari penemuan terbaru,

inventor mengembangkan ide/gagasan dan pengujian-pengujian baru yang

inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambil keputusan

berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator

mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi

(Edward L.Pizzini, 1991: 6).

Model pembelajaran EDI (Experimenting Demonstrating Information)

merupakan kombinasi dari metode eksperimen, demonstrasi dan ceramah.

(21)

commit to user

3

demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan dalam upaya menjelaskan

hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum melakukan demonstrasi dan

eksperimen. Melalui eksperimen siswa diharapkan mampu mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan

melakukan percobaan/eksperimen sendiri. Dengan eksperimen siswa dapat

menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang dipelajarinya

(Roestiyah, N.K., 1991: 80).

Melalui demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik.

Penggunaan demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jalannya

proses atau kerja suatu hal.( Roestiyah, N.K., 1991: 83).

Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan

merangsang siswa untuk membelajarkan diri mereka sendiri. Mereka akan

berusaha mengaktualisasikan dan mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki

secara maksimal untuk mempelajari materi pelajaran/pelatihan yang tengah

dihadapinya. Dengan demikian diharapkan siswa akan mampu mencapai prestasi

belajar yang optimal.

Pembelajaran kimia harus sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang

menekankan pada ketrampilan proses. Agar pembelajaran kimia di SMA lebih

bermakna perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yaitu diterapkannya

model pembelajaran yang memberikan tekanan pada keterlibatan siswa dalam

proses yang aktif.

Proses mengajar di SMA Negeri 1 Ceper umumnya guru masih banyak

menggunakan metode yang didominasi metode konvensional yang menjadikan

guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini menyebabkan siswa

menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa umumnya

hanya mendengarkan, membaca, dan menghafal informasi yang diperoleh,

sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Dengan metode mengajar seperti ini

(22)

commit to user

4

pada siswa kurang terekplorasi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan

model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga mereka

akan berusaha meneksplorasi seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal

untuk menghadapi atau mempelajari materi yang dihadapinya.

Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut

siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya adalah pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit. Pembelajaran materi ini harus disesuaikan dengan

karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.

Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan

model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk

menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam

pembelajarannya perlu digunakan model pembelajaran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembentukan

konsep sehingga dapat meninggkatkan pencapaian hasil belajar.

Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran SSCS dan EDI dimana dengan model pembelajaran SSCS siswa

diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dan merangsang siswa untuk

membelajarkan dirinya. Dengan demikian mereka akan berusaha

menndayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mempelajari materi

yang sedang dipelajarinya. Sedangkan model pembelajaran EDI diharapkan

proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan terkesan secara mendalam

melalui proses demonstrasi dan juga siswa mampu mencari dan menemukan

jawaban atas permasalahan yang dihadapiny dengan melakukan eksperimen,

sehingga diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah juga akan memiliki sikap positif

terhadap kegiatan ilmiah. Sikap positif ini akan mendorong siswa untuk terlibat

aktif baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan ilmiah, seperti melakukan

percobaan di laboratorium dan menganalisis data percobaan, sehingga sikap

(23)

commit to user

5

bertindak, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti dan sanggup menerima

saran dan gagasan-gagasan baru dari orang lain.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran

SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit, maka dilakukan penelitian dengan judul:

“ Pengaruh Penenrapan Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create, Share)

dan EDI (Experimenting Demonstrating, Information) dengan Memperhatikan

Sikap Ilmiah Siswa SMA terhadap Prestasi Belajar Pokok Bahasan Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat berbagai

masalah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam

pembelajaran kimia di SMA. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI dapat

digunakan dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit

dan non elektrolit?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran EDI

dalam pembelajaran kimia pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non

elektrolit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

3. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa

dengan model SSCS dan model pembelajaran EDI pada pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran (SSCS dan EDI) dengan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan

(24)

commit to user

6

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah,maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS

(Search, Solve, Create, Share) dan model pembelajaran EDI (Experimenting,

Demonstrating, Information).

2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas XC dan XD semester 2 SMAN 1

Ceper tahun pelajaran 2006/2007.

3. Pokok bahasan yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini

adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.

4. Prestasi belajar yang dinilai meliputi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif

dan psikomotor.

5. Sikap ilmiah dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi sikap ilmiah tinggi

dan sikap ilmiah rendah.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit?

2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?

3. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada pokok

(25)

commit to user

7

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian

ini,tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan

elektrolit dan non elektrolit.

2. Apakah model pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan model pembelajaran EDI?

3. Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

larutan elektrolit dan non elektrolit.

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran SSCS dan model

pembelajaran EDI dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada

pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran

b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berfikir siswa dalam proses

pembelajaran.

(26)

commit to user

8

2. Bagi guru:

a. Sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran.

b. Mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi siswa.

c. Menambah kreativitas dalam menentukan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan yang dapat dikembangkan dalam

(27)

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang

melibatkan aktivitas berfikir. Hingga saat ini pengertian belajar masih sangat

kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan secara pasti apa sebenarnya belajar itu.

Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tentang arti belajar. Namun rumusan

yang dihasilkan berbeda satu dengan yang lainnya.

Sebagai landasan peruraian mengenai apa yang dimaksud dengan

belajar,Ngalim Purwanto (1990: 84) mengutip beberapa definisi sebagai berikut:

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan,

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan

seseorang.”

b. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:

“Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance)

berubah dari waktu sebelumnya ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia

mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, Dalam buku Introduction to Psycology (1978) mengemukakan :

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington dalam bukunya Educational Psycology mengemukakan,” Belajar

adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu

pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian

(28)

commit to user

10

Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,

proses tersebut terjadi dalam diri seseorang dalam usahanya memperoleh

hubungan-hubungan baru. Belajar menurut teori psikologi Gestalt terjadi jika ada

pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila seseorang setelah

beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba muncul suatu

kejelasan. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara

pengetahuan dengan pengalaman di dalam belajar, pribadi atau organisme

memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan secara sadar,bermotif

dan bertujuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman dan latihan dalam interaksi dengan

lingkungannya.

2. Model Pembelajaran

Dalam belajar mengajar terdapat berbagai macam penyajian agar proses

belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien yang disebut dengan

metode mengajar. Menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar

menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa sehingga

kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan

efisien dan bermakna bagi siswa, sedangkan menurut Mulyani S dan Johar P

(2001 : 114) mengatakan : “ metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh

guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan

mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak

yang memuaskan”.

Dari dua pengertian metode mengajar diatas, maka dapat disimpulkan

metode mengajar adalah cara yang ditempuh guru untuk mencapai tujuan

mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan

belajar. Agar proses belajar mengajar mencapai tujuan yang diharapkan maka

(29)

commit to user

11

kelebihan dan kekurangan sehingga dapat menentukan pemilihan terhadap metode

yang paling tepat dipakai pada pengajaran.

3. Model Pembelajaran SSCS (Search,Solve,Create and Share)

a. Pengertian Model Search Solve Create Share (SSCS)

Metode Search Solve Create Share (SSCS) merupakan suatu metode

pemecahan masalah yang menekankan pada penggunaan metode ilmiah atau

berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Metode SSCS merupakan model

strategi pemecahan masalah yang valid, karena dapat mengembangkan

pengetahuan yang ada dengan program melibatkan siswa di dalam suatu

penyelidikan. model SSCS, siswa dapat berpartisipasi aktif dan mereka dapat

bekerjasama untuk menyelidiki (search) pertanyaan, memecahkan (solve)

pertanyaan ini, kreasi (create) yang berarti mengkomunikasikan apa yang mereka

dapatkan dan berbagi (share) kesimpulan mereka.

Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan konsep

ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Dengan menggunakan model ini

membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif siswa. Metode SSCS

melibatkan siswa di dalam menyelidiki situasi yang baru, memikirkan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan, dan memecahkan masalah secara realistis. Dengan

menggunakan model SSCS, siswa dapat menjadi aktif terlibat dalam

mengaplikasikan materi, konsep dan ketrampilan berfikir yang lebih tinggi.

Model pembelajaran SSCS ini menuntut siswa untuk berfikir dan

bertindak kritis dan kreatif. Dengan menggunakan strategi pemecahan masalah

SSCS, siswa akan lebih bebas di dalam mengemukakan pendapat. Mereka dapat

menggali penyelidikan pada penemuan baru dan mengembangkan penemuan baru

tersebut, dengan mendesain kekreatifan rencana dan model baru, membuat

keputusan praktis yang bijaksana dan suatu metode untuk mengembangkan

komunikasi siswa sehingga dapat berkomunikasi dan berinteraksi.

Model pemecahan masalah SSCS didesain untuk mengembangkan dan

(30)

commit to user

12

menggunakan model ini membantu guru dalam meningkatkan pemikiran kreatif

siswa. Model SSCS melibatkan siswa menyelidiki situasi baru,memikirkan

sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah secara realistis.

Langkah-langkah model pembelajaran SSCS :

1) Siswa menyelidiki (search) pada suatu pertanyaan topik yang ada dan

menyelidiki dengan cara mereka sendiri.

2) Siswa mendesain dan mengimplementasikan penyelidikan untuk dipecahkan

sesuai dengan hasil penyelidikan.

3) Siswa menganalisis dan mengimpretasikan data dan mereka mengkreasikan

jawaban untuk mengkomunikasikan yang mereka dapatkan.

[image:30.612.129.505.201.492.2]

4) Siswa berbagi hasil jawaban dan mengevaluasi penyelidikan mereka.

Gambar 1. Siklus SSCS

Model SSCS menyediakan kerangka berfikir (framework) guru untuk:

1) Membuka luas minat siswa.

2) Mencurahkan ketrampilan berfikir.

3) Mengaktifkan seluruh siswa untuk berperan serta di dalam belajar.

4) Meningkatkan pengetahuan tentang keterikatan ilmu pengetahuan, teknologi

dan sosial (Pizzini, 1991: 6).

SEARCH

SOLVE

CREATE SHARE

Finding Fact

Skill

Learning

(31)

commit to user

13

b. Siklus Model SSCS

Model SSCS didesain untuk mengembangkan dan mempraktekkan

konsep ilmu pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis. Siklus SSCS adalah

sebagai berikut :

1) Search (Penyelidikan)

a) Mencari fakta: Membuat daftar informasi yang diketahui dan yang

berhubungan dengan situasinya.

b) Menganalisis fakta: Mengobservasi dan menganalisis informasi yang

diketahui, merumuskan pertanyaan dan mencari jawaban yang

berhubungan dengan permasalahan. Mengumpulkan data tambahan jika

dirasakan penting.

c) Merumuskan Masalah.

d) Brainstorm (tukar pendapat). Dalam brainstorm diusahakan membuat

bermacam-macam ide yang luas dan kreatif. (Pizzini, 1991: 7).

2) Solve (Pemecahan)

a) Mendeterminasi kriteria. Mengidentifikasikan dan mendaftar kriteria yang

digunakan dalam seleksi alternatif yang terbaik (solusi).

b) Memilih alternatif. Menggunakan sistem mengikat (grid) untuk

menimbang alternatif yang tak sesuai kriteria.

c) Menyelidiki solusi dan prosedur. Memikirkan terus solusinya, mencoba

memprediksi kesulitan apa yang harus diatasi.

d) Menetapkan rencana. Menanyakan kepada diri anda sendiri rencananya,

menempatkan kedalam perhitungan informasi baru yang telah diterima.

Rencana tersebut harus termasuk solusinya bahan yang dibutuhkan

orang-orang yang akan terlibat dalam pelaksanaan perlangkah masalah-masalah

beserta solusinya yang harus diatasi dan informasi yang tepat . Kumpulan

(32)

commit to user

14

3) Create (Kreasi)

a) Mengimplementasikan rencana. Menyatakan masalah anda dan solusi anda

seperti seorang penemu, desainer, penjelajah, si pembuat keputusan atau

komunikator.

b) Mengucapkan pikiran anda. Komunikasikan kepada anda sendiri misalnya

: mengapa anda melakukan hal itu, apa yang sedang anda lakukan.

c) Menampilkan data dan menganalisis.

d) Memilih audience untuk share (ambil bagian).

e) Memilih cara presentasi untuk share.

f) Persiapan Create (Pizzini, 1991: 9).

4) Share (ambil bagian/berbagi)

a) Mempromosikan solusi anda.

b) Menampilkan solusi anda.

c) Mengkomunikasikan solusi anda secara verbal (lisan atau tulisan) dan atau

secara visual (menggunakan gambar/model).

d) Mengevaluasi umpan balik dari orang lain.

e) Merefleksikan pada keefektifan anda sebagai pemecah masalah

(Pizzini, 1991: 9).

c. Peran Guru di dalam SSCS

Ketika mengimplementasikan model SSCS, guru mengerjakan berbagai

peran yang membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam

belajar. Peranan guru berikut direkomendasikan untuk digunakan bersama model

SSCS di dalam ruangan kelas:

a) Model strategi untuk penggunaan siswa.

b) Mengecek kepemilikan rencana investigasi siswa.

c) Memonitor kemajuan siswa.

Menantang siswa secara remain non jugmental untuk menemukan cara

(33)

commit to user

15

d. Peran Guru untuk Masing-masing Siklus

Pada penerapan metode SSCS guru mengerjakan berbagai peran yang

membantu memudahkan peningkatan pengalaman siswa dalam belajar. Peran

guru pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut :

1) Search

a) Menciptakan suasana yang beresiko rendah.

b) Memberikan pengalaman untuk membangkitkan pertanyaan.

c) Memimpin dan memastikan tersedianya catatan selama brainstorming (tukar

pendapat).

d) Membuat dan memelihara lingkungan yang tanpa prasangka.

e) Membantu menjelaskan dan menyempurnakan pertanyaan.

2) Solve

a) Menyediakan berbasai macam bantuan yang berhubugan dengan

keselamatan, sumber- sumber dan waktu.

b) Memberikan pertanyaan untuk membantu menjelaskan observasi siswa,

pemikiran, dan membantu mereka memikirkan alternatif.

c) Membimbing siswa dalam menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka

dengan ide- ide.

d) Menyediakan instruksi dalam penggunaan alat-alat baru serta teknik-tekniknya.

e) Membimbing siswa dalam mengembangkan metode untuk pengumpulan data

dan pencatatan hasil.

f) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh tambahan informasi dan data.

3) Create

a) Menyarankan hasil dan kemungkinan yang ada.

b) Menyediakan instruksi dalam analisa data dan teknik penyampaian.

c) Memberikan instruksi dalam persiapan produk.

4) Share

a) Menekankan suasana yang beresiko rendah.

(34)

commit to user

16

c) Membimbing dalam menemukan metode evaluasi penyelidikan dan

pengujiannya (Pizzini, 1991: 13).

e. Implementasi Model SSCS

a) SEARCH

a) Pengkatalisasian pertanyaan

Pertanyaan siswa merupakan masalah.perlu menyediakan iklim untuk

pemodelan pertanyaan siswa secara terus (secara teratur guru memberikan

pertanyaan ilmiah) dan penerimaan (menghargai keingintahuan siswa). Situasi

yang bervariasi mampu membuat siswa menggenerasikan pertanyaan, melalui :

1) Kejadian yang tak sesuai.

2) Koran dan majalah.

3) Penggalan alat ilmiah yang baru.

4) Bab dari buku teks atau umum.

5) Kejasian-kejadian khusus seperti rapat, kerja lapangan, atau pidato.

6) Topografi.

7) Investigasi laboratorium.

b) Strategi pengajaran untuk menggeneralisasikan pertanyaan.

1) Sebelum memulai unit baru, guru membantu siswa tentang apa yang mereka

ketahui mengenai topic yang baru dan apakah mereka ingin mencari tahu.

2) Sesion perumusan masalah berguna dalam menyusun ide yang dapat diteliti.

a) Semakin banyak semakin baik

b) Ide yang dirasa aneh tetap baik.

c) Piggybacking (pengembangan masing-masing ide yang lain) tetap bagus.

d) Menghormati pendapat sampai selesai sesi perumusan.

Beberapa ide menejemen yang dicoba guru untuk perumusan masalah termasuk:

a) Perumusan masalah dalam kelompok kecil, kemudian kelompok besar.

b) Menyuruh masing-masing siswa mencatat ide-ide yang terdengar menarik

(ini akan membantu di kemudian hari).

c) Meminta siswa secara individual menulis beberapa ide sebelum sesi

kelompok dimulai.

(35)

commit to user

17

e) Mengelilingi kelas dan ambil bagian.

f) Contoh model pertanyaan yang dapat diteliti oleh guru.

g) Pengumuman topik berikutnya pada sesi perumusan masalah yang lebih

sulit.

h) Memberi semangat kelompok individual, atau seluruh kelas untuk membuat

jaringan seputar topik yang khas

(Pizzini,1991 : 22)

c) Meringkas Daftar

1) Menyuruh siswa mernyusun daftar.

(a) Menghilangkan duplikat.

(b) Menyelesaikan item yang tidak selesai.

(c) Mengkombinasikan ide-ide.

(d) Menambahkan ide-ide baru.

(e) Mengkategorikan ide-ide tersebut.

2) Siswa dapat meringkas topik-topik dengan memfokuskan pada 1 bagian.

3) Memulai mengevaluasi daftar.

(a) Membuat pertanyaan yang tidak resertabel.

(b) Membuang pertanyaan yang tidak mungkin dibahas pada waktu itu.

(c) Menyeleksi pertanyaan yang mengudang minat yang tinggi

(Pizzini, 1991:23).

d) Penyeleksian Permasalahan-permasalahan Terakhir.

Penggunaan kriteria membantu para siswa dalam penyelesaian

masalah akhir terbaik mereka. Para siswa harus menyeleksi dan menggunakan

kriteria yang relevan dengan topik yang sedang diinvestigasi.

Kriteria yang mungkin untuk pemilihan permasalahan:

1) Minat

2) Fasilitas dan peralatan

3) Waktu

4) Keamanan

5) Kepraktisan

(36)

commit to user

18

7) Pengetahuan dari narasumber

8) Latar belakng peneliti/ ketrampilan peneliti

9) Keetersediaan literatur

e) Penyempurnaan Pertanyaan.

1) Pernyataan permasalahan harus jelas, sederhana dan ringkas.

2) Pernyataan tersebut harus menjelaskan secara pasti apa yang peneliti

inginkan untuk diketahui.

3) Semua kondisi dan parameter yang penting dikhususkan.

4) Semua istilah yang tidak jelas harus didefinisikan (Pizzini,1991:2).

b)SOLVE

a. Tipe Investigasi

Pertanyaan-pertanyaan dapat diinvestigasikan dengan menggunakan

variasi metode penelitian. Tiga metode penelitian akan dijabarkan sebagai

berikut:

1) Penelitian deskriptif berarti pengukuran sampel secara sistematik.

Contoh : survey, studi observasi, interview.

2) Penelitian korelasional melibatkan perbandingan 2 set pengukuran

sampel untuk menentukan jika terdapat hubungan antar variabel

(contohnya hubungan antara tinggi dan berat, ukuran dan angka

kecepatan jantung atau merokok dan lamanya hidup).

3) Penelitian eksperimental meneliti sebab akibat. Variabelnya harus

benar-benar dikontrol.

b. Pengembangan rencana

1) Merumuskan semua kemungkinan cara untuk memecahkan masalah.

2) Menulis langkah demi lamgkah.

3) Menyerahkan rencana guru untuk persetujuan.

4) Menyerahkan rencana untuk kelompok lain untuk dikritik.

5) Mengembangkan rencana kelas, kemudian diselesaikan secara

(37)

commit to user

19

c. Penemuan perlengkapan kebutuhan

Masing-masing kelompok harus:

1) Membuat permintaan peralatan sebelum memulai tahap solve.

2) Membuat daftar kebutuhan bahan secara tertulis untuk tahap solve.

3) Mengindikasikan item untuk disuplay oleh guru dan masing-masing

anggota kelompok.

4) Menunjuk salah satu anggota kelompok yang berwenang untuk

memperbaiki dan mengemblikan bahan untuk penyediaa tempat

diruang kelas.

d. Pengumpulan data dan organisasi

Siswa harus:

1) Memprediksi hasil sebelum menyimpulkan data.

2) Mendesain data sebelum mengumpulkannya

3) Menyerahkan desain untuk mendapat perdsetujuan guru atau kritik

dari kelompok lain

4) Menanyakan kepada diri sendiri, “apakah hasil tersebut memberikan

perubahan?”

5) Siswa mungkin membutuhkan bantuan dalam menjaga jarak

investigasi (Pizzini, 1991:27).

c) CREATE

a. Menganalisis data dan mendispaly

1) Mengukur tendensi sentral

2) Mengukur variable

3) Korelasi (hubungan)

4) Memilih audience untuk presentasi

5) Memilih tempat untuk presentasi

6) Menyiapkan presentasi (Pizzini, 1991:30).

d)SHARE

a) Praktek

1) Ketika siswa pada tahap create, dia dapat memulai praktek di depan

(38)

commit to user

20

2) Siswa harus berkonsentrasi pada presentator ketika mempresentasikan

3) Siswa harus menyatakan /mengeluarkan pendapat pada session ini dan

mengkritik.

b) Presentasi

1) Guru melihat kelakuan/perbuatan dan mengevaluasi pada kelompok yang

presentasi

2) Guru memberi semangat kepada presenter untuk membawa serta

audience dengan:

a) Menyimulasikan penyelidikan

b) Menanyakan pada audience untuk memprediksi kesimpulan

c) Membuat pre test/pos test

3) Setelah presentasi, guru memberi waktu untuk berdiskusi dengan cara:

a). Memberi komentar positif tentang presentasinya dan investigasi

b) Menghubungkan pertanyaan dengan yang di investigasi

4) Evaluasi topik yang dipresentasikan dan mengambil keputusan

(Pizzini,1991:36).

4. Model Pembelajaran EDI

(Experimenting, Demonstrating, Information)

Model pembelajaran EDI merupakan kombinasi dari metode eksperimen,

demonstrasi dan ceramah. Tekanan utama dari ketiga metode ini terletak pada

metode eksperimen dan demonstrasi, sedangkan metode ceramah digunakan

dalam upaya menjelaskan hakekat bahan pelajaran (sebagai pengantar) sebelum

melakukan demonstrasi dan eksperimen.

a. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa

melakukan suatu percobaan, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya, kemudian hasil pengamatannya itu disampaikan ke kelas dan di

evaluasi oleh guru. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar

siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan

(39)

commit to user

21

siswa menemukan bukti kebenaran dari teori tentang sesuatu yang sedang

dipelajarinya.. (Roestiyah,N.K.,1991: 80).

1) Kelebihan metode eksperimen:

Menurut Mulyati Arifin (1995: 111), keuntungan menggunakan metode

eksperimen adalah sebagai berikut :

a) Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa

b) Siswa dapat mengamati proses

c) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri

d) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah

e) Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan

efisien.

2) Kelemahan metode eksperimen

a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik mendapat

kesempatan untuk mengadakan eksperimen

b) Eksperimen kadang memerlukan waktu yang relative lama

c) Kurangnya persiapan dan pengalaman anak didik akan menimbulkan

kesulitan dadalam melakukan eksperimen.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ialah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran

(Syiful Bahri Djamarah,2000:201). Metode ini digunakan bila ingin

memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik.

Demonstrasi dapat juga diartikan sebagai cara mengajar dimana seorang

instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses sehingga

seluruh siswa dalam kelas dapat mengamati, melihat, mendengar mungkin

meraba- raba dan merasakan proses yang diperlihatkan oleh guru tersebut (

Roestiyah,N.K.,1991: 83).

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan

berkesan secara mendalam, sehingga membentuk penertian dengan baik dan

(40)

commit to user

22

memehami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, dengan demonstrasi

siswa dapat mengamati bagian- bagian dari benda atau alat.

1) Kelebihan metode demonstrasi:

a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau

kerja suatu benda

b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan, penggunaan bahasa dapat lebih

terbatas. Hal ini dengan sendirinya dapat mengurangi verbalisme pada

anak didik

c) Kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki

melalui pengamatan dan contoh kongkrit, dengan menghadirkan objek

sebenarnya.

2) Kelemahan metode demonstrasi :

a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda atau cara kerja

yang akan dipertunjukkan

b) Tidak semua benda dapat diperlihatkan

c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai

apa yang didemonstrasikan ( Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 201).

c. Metode Informasi ( Ceramah )

Metode mengajar ceramah menekankan penjelasan guru kepada

siswa atau penjelasan siswa kepada siswa lain dalam membahas bahan

pelajaran. Tumpuan metodologi ada pada metode ceramah dan Tanya jawab (

Nana Sudjana, 1996: 79).

Dalam metode ini aktivitas ditekankan pada guru, maka guru harus

pandai memilih kata- kata sedemikian rupa sehingga dengan suara yang cukup

jelas dapat dimengerti dan menarik perhatian siswa. Disini siswa bersikap

pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat mengambil

kesimpulan tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pelajaran itu.

1) Kelebihan metode ceramah :

a) Guru mudah menguasai kelas

b) Mudah dilaksanakan

(41)

commit to user

23

d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran dengan baik.

2) Kekurangan metode ceramah :

a) Mudah menjadi verbalisme ( pengertian kata- kata belaka)

b) Bila terlalu lama bias membosankan

c) Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik

pada ceramahnya

d) Siswa memberi pengertian lain pada ucapan guru

e) Menyenbabkan anak menjadi pasif

f) Tidak memberi kesempatan berkembangnya self activity, self

expression, dan self selection

g) Murid berkecenderungan menghafal ( Roestiyah, N.K,,1991:69).

5. Sikap Ilmiah

a. Definisi Sikap Ilmiah

Menurut Berkowitz (1972) dalam Saifuddin Azwar (1987:5)

didefinisikan sebagai respon evaluatif. Respon itu sendiri hanya timbul apabila

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi

individual. Sikap sebagi respon evaluatif merupakan sikap yang didasari oleh

proses dalam individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap suatu stimulus

dalam bentuk baik atau buruk, positif atu negatif, menyenangkan atau tidak

menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

reaksi terhadap suatu obyek sikap. Potensi reaksi yang sudah terbentuk dalam

individu pada situasi bebas akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan

sikap yang sebenarnya.

Sikap ilmiah biasa dikatkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah

dapat didefinisikan sebagai sikap yang diujudkan dalam bentuk perilaku aktual

yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu.

a. Aspek sikap ilmiah

Winner Harlen dalam Margono, dkk (1994:150), mengemukakan ada

(42)

commit to user

24

1) Sikap ingin tahu (curiosity)

2) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

3) Sikap kerjasama (cooperative)

4) Sikap tidak putus asa (perseverance)

5) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)

6) Sikap mawas diri (self awareness)

7) Sikap bertanggungjawab (responsibility)

8) Sikap berfikir bebas (independence in thinking)

9) Sikap kedisiplinan (discipline)

Carin dan Sund dalam bukunya teaching Science Through Discovery,

seperti yang dikutip oleh Margono mengemukakan aspek sikap ilmiah yaitu:

1). Sikap ingin tahu (curiosity)

2). Kerendahan hati (humility)

3). Ketidakpercayaan (scepticism)

4). Tidak fanatik (avoidance of dogmatism or gullibility)

5). Tidak berprasangka (open midedness)

6). Pendekatan positif pada kegagalan (a positive approach to failure)

Pendapat lain tentang aspek ilmiah adalah seperti yang dikemukakan oleh

Gega dalam Saifuddin Azwar (1987):

1. Sikap ingin tahu (curiosity)

2. Menciptakan sesuatu yang baru (anvestiveness)

3. Berpikir kritis (critical thinking)

4. Ketekunan (persistence)

Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat diambil aspek sikap ilmiah

yang penting yakni keingintahuan, tidak berprasangka, daya cipta dan ketekunan.

6. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Menurut Zainal Arifin

(43)

commit to user

25

bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar

adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988:700) Dalam hal ini yang telah dilakukan

adalah belajar. Prestasi yang dimaksud meliputi kemampuan, ketrampilan, dan

sikap dalam menyelesaikan suatu hal. Biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau

nilai yang diberikan guru.

Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhsilan belajar, dengan

demikian proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan prestasi belajar.

Menurut Zainal Arifin (1990: 3-4), prestasi belajar memiliki beberapa fungsi

utama,antara lain:

1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak

didik.

2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi

bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi

keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk

kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3) Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa

prestai belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan

mutu pendidikan.

4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Sebagai indikator terhadap daya serap siswa.

Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan (hasil belajar) sesuai

dengan tuntutan penerapan kuurikulum berbasis kompetensi yang mencakup tiga

ranah yaitu:

1) Ranah kognitif

Berhubungan dengan kemampuan berfikir,termasuk di dalamnya

kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

(44)

commit to user

26

2) Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi dan nilai.( Depdiknas 2003:1 )

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik.

(Depdiknas 2003:1)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut W.S. Winkel (1983: 309), pencapaian prestasi belajar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan

faktor dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi faktor

psikis yang terdiri dari faktor psikis yang intelektual dan faktor psikis yang non

intelektual. Faktor psikis yang intelektual misalnya taraf intelegensi, kemampuan

belajardan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual misalnya motivasi

belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi keadaan sosial dan juga

kultural. Faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah faktor fisik, yaitu kondisi

fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar.

Faktor yang berasal dari diri siswa yaitu faktor lingkungan sekolah yang

meliputi faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar di sekolah, misalnya

kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar

dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah faktor

sosial sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor

lingkungan sekolah yang terakhir adalah faktor situasional sekolah, misalnya

keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 238), prestasi belajar dipengaruhi

oleh faktor intern dan faktor ekstern.

1) Faktor intern meliputi:

Sikap siswa terhadap belajar, kreativitas, konsentrasi belajar, kemampuan

(45)

commit to user

27

kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, kemampuan

berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi, kebiasaan belajar.

2) Faktor ekstern antara lain :

Guru pembimbing belajar siswa, sarana dan prasarana belajar, kondisi

pembelajaran, kebijakan penilaian, kurikulum yang diterapkan, lingkungan

sosial siswa.

Menurut Ngalim Purwanto (1990: 102), prestasi belajar dipengaruhi oleh

faktor individu, dan faktor sosial.

1) Faktor individu adalah faktor yang ada dalam diri individu. Misalnya:

kematangan, kecerdasan, motivasi, kesiapan belajar dan faktor pribadi.

2) Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar diri individu. Misalnya: keluarga,

metode mengajar dan motivasi sosial.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan kecakapan nyata sebagai hasil dari pengalaman belajar yang dapat

diukur secara langsung dan dapat dihitung hasilnya selama periode tertentu.

7. Pokok Bahasan larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit mulai diajarkan di

Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester II. Berdasarkan pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) disebutkan bahwa kompetensi dasar

pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit adalah “mengidentifikasi

sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data hasil percobaan”.

a. Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi dua

macam, yaitu: Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit

adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non

(46)

commit to user

28

Membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit dapat dilakukan

dengan pengujian menggunakan rangakaian listrik sederhana seperti gambar di

bawah ini.

[image:46.612.131.508.172.508.2]

Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit

Berdasarkan pengujian, jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan elektrolit

maka lampu akan menyala. Ini menandakan bahwa larutan tersebut

menghantarkan arus listrik. Tetapi jika elektroda dicelupkan ke dalam larutan non

elektrolit, maka lampu tidak menyala. Ketidakmampuan larutan tersebut untuk

menyalakan lampu menandakan bahwa larutan tersebut tidak dapat

menghantarkan arus listrik. Hal lain yang dapat diamati untuk membedakan

larutan elektrolit dan non elektrolit adalah ada tidaknya gelembung gas pada saat

pengujian menggunakan rangkaian listrik sederhana. Larutan elektrolit

bergelembung sedangkan larutan non elektrolit tidak menghasilkan

gelembung.(Muchtaridi dan Sandri justiana, 2006:216).

b. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan

yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit

1. Dapat menghantarkan listrik.

2. Terjadi proses ionisasi (terurai

1. Tidak dapat menghantarkan listrik

(47)

commit to user

29

menjadi ion-ion)

3. Lampu dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas

Contoh :

Garam dapur (NaCl), Cuka dapur (CH3COOH), Air accu (H2SO4)

Garam magnesium (MgCl2)

3. Lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas

Contoh :

Larutan gula (C12H22O11)

Larutan urea (CO(NH2)2)

Alkohol /etanol (C2H5OH)

Pada saat elektroda yang terhubung dengan rangkaian listrik dicelupkan ke

dalam larutan elektrolit, ion- ion yang bergerak bebas akan menuju ke elektroda

bermuatan. Ion- ion positif akan menuju elektroda negatif (katoda) dan ion- ion

negatif akan menuju elektroda positif (anoda). Proses daya hantar listrik suatu

larutan elektrolit dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Proses daya hantar listrik larutan elektrolit

Sebagai contoh, jika larutan dalam bejana di atas adalah larutan HCl, maka

dalam larutan akan terjadi reaksi sebagai berikut :

Reaksi di katoda : 2H+(aq) + 2e → H2(g)

Reaksi di anoda : 2Cl-(aq)→Cl2(g) + 2e

(48)

commit to user

30

Larutan HCl di dalam air terurai menjadi kation (H+) dan anion (Cl-).

Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H+ menangkap

elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl

-melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin.

Proses di atas akan terus berjalan sehingga terbentuk aliran elektron (arus

listrik) dari anoda ke katoda. Aliran listrik ini akan terhenti jika semua ion dalam

larutan telah berubah menjadi partikel netral. Artinya, tidak ada lagi ion negatif

yang dapat memberikan elektron dan ion positif yang dapat menerima elektron.

[image:48.612.129.522.211.578.2]

c. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya

Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya

Jenis Larutan

Sifat dan Pengamatan

Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi

Elektrolit kuat

-terionisasi sempurna -menghantarkan arus listrik listrik

-lampu menyala terang -terdapat gelembung gas

Gambar

Gambar 1. Siklus SSCS
Gambar 2. Menguji konduktivitas larutan elektrolit dan non elektrolit
Tabel 2. Pengelompokan Larutan Berdasarkan Jenisnya
Gambar 4. Menguji konduktivitas larutan elektolit kuat ,elektrolit lemah
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk melakukan pengujian mengenai pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, dalam skripsi

Praktik Pengalaman Lapangan merupakan kegiatan mahasiswa yang diadakan dalam rangka menerapkan keterampilan dan berbagai ilmu pengetahuan ynag diperoleh serta

Sebutan sayang ( pet name ) seperti Honey digunakan dalam hunungan yang lebih akrab lagi. Dalam lingkungan manapun ketika seseorang dihadapkan pada struktur hirarkis,

Scanned by CamScanner... Scanned

Dengan laporan ini, kinerja BAPPEDA dapat tergambar dalam mengambil berbagai langkah strategis sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya sebagai satuan kerja

This study explored the features of a Moodle-site used in teaching how to write narrative texts in English as a foreign language (EFL) context at the eighth grade level of

LAKIP Tahun 2013 yang merupakan bagian dari informasi pengukuran kinerja dalam melaksanakan Rencana Strategis BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 adalah dokumen

Aplikasi Cakewalk 8.0 dapat digunakan untuk membuat atau mengubah suatu ilustrasi musik dengan dibantu oleh suatu perangkat musik yang masih sederhana seperti gitar akustik, hingga