• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR DI UPT PUSKESMAS KOTABUMI II KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR DI UPT PUSKESMAS KOTABUMI II KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE USE OF INJECTED

CONTRACEPTIVES AND SEXUAL DYSFUNCTION IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE IN PUSKESMAS II, DISTRICT OF SOUTH

KOTABUMI, NORTH LAMPUNG REGENCY

By :

ZAHRA ZETTIRA

Sexual dysfunction in women is an important reproductive health issues as its relate to the continuity of a woman's reproductive function and influence on the harmony of marriage. More than half of women in a country may experience sexual dysfunction. Use of hormonal contraception method is one of the risk factors that may affect the incidence of sexual dysfunction in user. The aim of this study is to know the relationship between use of injected contraceptives to the incidence of sexual dysfunction by FSFI scoring at UPT Puskesmas II in Kotabumi.

This study is analitic correlative with the cross sectional approach with consequtive sampling technique. The study was conducted in October-November 2015, with 176 respondents. Results of this research is there a significant association between the use of injectable contraceptives to the incidence of sexual dysfunction with p value = 0,000.

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR DI

UPT PUSKESMAS KOTABUMI II KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh :

ZAHRA ZETTIRA

Disfungsi seksual pada wanita merupakan masalah kesehatan reproduksi yang penting karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi reproduksi seorang wanita dan berpengaruh besar terhadap keharmonisan hubungan suami isteri. Lebih dari separuh kaum wanita di dalam suatu negara berpotensi mengalami gangguan fungsi seksual. Penggunaan metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memengaruhi kejadian disfungsi seksual pada penggunanya. Tujuan penelitiian ini untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian disfungsi seksual menurut skoring FSFI pada akseptor kontrasepsi suntik di UPT Puskesmas II Kotabumi.

Desain penelitian menggunakan metode analitik-korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan teknik consequtive sampling.

(3)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR DI

UPT PUSKESMAS KOTABUMI II KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh Zahra Zettira

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR DI

UPT PUSKESMAS KOTABUMI II KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

( Skripsi )

Oleh

ZAHRA ZETTIRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kepentingan Seksual menurut Wanita ... 23

2. Arti Kepuasan Seksual bagi Wanita ... 24

3. Respon Seksual Wanita ... 26

4. Kerangka Teori ... 36

5. Kerangka Konsep ... 36

6. Bagan Alur Penelitian ... 44

7. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik ... 51

8. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Disfungsi Seksual ... 52

9. Distribusi Umur Responden berdasarkan Jenis Kontrasepsi ... 53

(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Keluarga Berencana ... 7

2.1.1.1. Definisi Keluarga Berencana ... 7

2.1.1.2. Manfaat Keluarga Berencana ... 8

2.1.2. Kontrasepsi ... 9

2.1.2.1. Pengertian Kontrasepsi ... 9

2.1.2.2. Macam-macam Metode Kontrasepsi ... 10

2.1.2.3. Tujuan Kontrasepsi ... 14

2.1.2.4. Syarat Kontrasepsi ... 14

(7)

ii

2.1.3. Kontrasepsi Suntik ... 15

2.1.3.1 Definisi... 15

2.1.3.3.Jenis KB Suntik... 16

2.1.3.3.Mekanisme Kerja... 16

2.1.3.4.Keuntungan atau Kelebihan... 17

2.1.3.5.Kerugian atau Efek Samping... 17

2.1.3.6.Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/ DMPA... 19

2.1.3.7.Yang Tidak BolehMenggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/ DMPA... 20

2.1.3.8.Cara Pemberian... 20

2.1.4. Seksualitas... 20

2.1.4.1. Fisiologi Organ Reproduksi Wanita ... 21

2.1.4.2. Pengertian Perilaku Seksual... 22

2.1.4.3. Fungsi Seksualitas ... 22

2.1.4.4. Siklus Respon Seksual Normal ... 24

2.1.5. Disfungsi Seksual pada Wanita ... 24

2.1.5.1. Pengertian Disfungsi Seksual pada Wanita ... 26

2.1.5.2. Etiologi ... 26

2.1.5.3. Kategori Disfungsi Seksual ... 28

2.1.6. Pengukuran FSFI ... 33

2.1.7. Patofisiologi Disfungsi Seksual akibat Pemakaian Kontrasepsi Suntik ... 34

2.2. Kerangka Teori ... 36

2.3. Kerangka Konsep... 38

(8)

iii

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.3.1. Populasi Penelitian ... 40

3.3.2. Sampel Penelitian ... 40

3.3.3. Teknik Sampel ... 41

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian ... 42

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 43

3.5.1. Definisi Operasional ... 43

3.10. Pengajuan Ethical Clearance ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Hasil Penelitian ... 50

4.1.1. Analisis Univariat ... 50

4.1.1.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik ... 50

4.1.1.2. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Disfungsi Seksual ... 51

(9)

iv

4.1.2. Analisis Bivariat ... 54 4.2.2.1. Analisis Hubungan antara Penggunaan Kontrasepsi

Suntik dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Usia Subur di UPT Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara... ... 54 4.2. Pembahasan ... 56 4.2.1. Analisis Univariat ... 56 4.2.1.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kontrasepsi

Suntik ... 56 4.2.1.2. Prevalensi Disfungsi Seksual pada Akseptor

Kontrasepsi Suntik di UPT Puskesmas

Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara ... 58 4.2.1.3. Distribusi Umur Responden berdasarkan Jenis Kontrasepsi

Suntik ... 59

4.2.2. Analisis Bivariat ... 60 4.2.2.1. Analisis Hubungan antara Penggunaan Kontrasepsi

Suntik dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Usia Subur di UPT Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara... ... 60 4.3.3. Keterbatasan Penelitian ... 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1. Kesimpulan ... 65 5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hubungan Efek Samping dan Kandungan Hormon ... 18 2. Definisi Operasional... 41 3. Skor Penilaian FSFI ... 42 4. Distribusi Responden berdasarkan Jenis

Kontrasepsi Suntik ... 50 5. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian

Disfungsi Seksual ... 52 6. Distribusi Umur Responden berdasarkan Jenis

Kontrasepsi ... 53 7. Prevalensi Disfungsi Seksual berdasarkan Jenis Kontrasepsi

(11)
(12)
(13)
(14)

Kupersembahkan Karya ini

untuk

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 29 September 1994, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak M. Luzirwan, S. E dan Ibu Riana, S. Pd.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Aisyah, Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan d SDN 04 Tj.Aman Kotabumi pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan d SMP N 07 Kotabumi pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2012.

(16)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Segalanya, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul “ Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan

Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Usia Subur di UPT Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara” adalah

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. dr. Muhartono, M. Kes, Sp. PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

(17)

3. Ibu dr. Novita Carolia, M.Sc, selaku pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed, selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terimakasih atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

5. Ibu Soraya Rahmanisa, S. Si, M. Sc selaku Pembimbing Akademik;

6. Papahku tercinta M. Luzirwan, S.E dan Mamahku Riana, S.Pd tersayang yang selalu mendoakan, menguatkan, dukungan moril dan materiil dan memberi motivasi di semua bidang;

7. Uda Achmad Zuhri Hamid (Ari), Kakakku tersayang di STAN nun jauh disana yang selalu memberikan dukungan walau hanya melalui SMS atau Line dan Adikku M. Zamzami (Aam) yang selalu memberikan keceriaan di sela-sela penatnya mengerjakan skripsi;

8. Oma Hj. Ermi dan Siti Hj. Qoiyimah yang selalu mendoakan dan mensupport melalui do’a;

9. Binda Rita, Bunda Baiti dan Umi Ratu yang turut membantu dalam menjalankan penelitian;

10. M. Sultan Tantra Dewantara yang selalu memberikan semangat dan perhatian serta membantu dipadatnya perkuliahan dan skripsi ini;

(18)

12. Seluruh Tata Usaha PSPD Unila dan pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya;

13. Bapak Iskandar, Pak Pangat, Mas Heri atas bantuannya menyiapkan alat-alat seminar dan ujian skripsi;

14. Teman-teman yang membantu penelitian Silvia Marischa, Indriasari Nurul Putri, Seffia Riandini dan Radita Dewi Prasetyani;

15. Teman-teman bermain dan belajar, Imelda Herman, Suci Widya, Nani Indah, Ratu Balqis Anasa, Aulia Rahma, Yvonne, Ria Janita, Zsazsa Febryana, Sartika Safitri, Ratna Agustina, Alyssa Fairudz, Lana Asfaradilla;

16.Teman-teman angkatan 2012 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan memberi motivasi belajar;

17. Sohib-sohib dari SMP hingga kuliah Fitri Sulistia, Elvionita, Zahra Wafiyatu Nisa, Anggit Vika Sari;

18. Teman-teman SD Islam Ibnurusyd, SDN 04 Tj. Aman Kotabumi, SMP 07 Kotabumi, SMA N 02 Bandar Lampung yang selalu memberikan keceriaan;

19. Seluruh penghuni Kost Arbenta, Kost Alysa Home dan Asrama Tiara yang selalu memberikan keceriaan;

(19)

Akhir kata, Penulis mensyukuri bahwa skripsi ini mash jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 28 Desember 2015

(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi. Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (BKKBN, 2006).

(21)

2

Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan prevalensi penggunaan kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012 sementara angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun yang melakukan KB sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional (SDKI, 2012).

Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Data menunjukkan bahwa ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan, IUD (7,75%), MOW (1,52%), MOP (0,25%), kondom (6,09%), implant (9,23%), dan pil (26,6%) (BKKBN, 2013).

Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenis-jenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang (40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), dan implant 20,713 orang (12,05%) (BKKBN Provinsi Lampung, 2008).

Adapun data BPS Kabupaten Lampung Utara menyebutkan jumlah pengguna alat kontrasepsi jangka panjang (MKPJ) terdiri dari IUD 8.695 orang, MOP 674 orang, dan MOW 1.315 orang. Sedangkan alat kontrasepsi non MKPJ terdiri atas suntik 30.166 orang dan pil 28.366 orang (BPS Kabupaten Lampung Utara, 2009).

(22)

3

semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang, untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok. Resiko efek samping juga dapat terjadi pada pemakai kontrasepsi seperti gangguan haid, perubahan berat badan dan perubahan libido atau masalah seksual (Saifuddin, 2006).

Masalah seksual termasuk gangguan keinginan, gairah seksual, lubrikasi, orgasme, dan rasa sakit. Masalah tersebut tanpa melihat faktor usia, dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi. Disfungsi seksual adalah penyakit yang umum dimana dua dari lima wanita memiliki setidaknya satu jenis disfungsi seksual, dan keluhan yang paling banyak terjadi adalah rendahnya gairah seksual/ libido (Michael & O’keane, 2007).

Pada penelitian sebelumnya, penurunan libido pada akseptor suntik KB 3 bulan di Kabupaten malang menunjukkan dari 84 akseptor suntik KB 3 bulan hampir seluruh responden (95,2%) mengalami penurunan libido dan (4,8%) responden mempunyai libido normal atau tidak mengalami penurunan libido. Tingginya angka penurunan libido menunjukkan bahwa efek samping tersebut adalah sesuatu yang lazim terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan. Penurunan libido pada akseptor suntik KB 3 bulan pada pemakaian jangka panjang dapat timbul karena faktor perubahan hormonal, pengeringan pada vagina yang menyebabkan nyeri saat bersenggama dan pada akhirnya menurunnya gairah seksual (Wahyu, 2008).

(23)

4

mempengaruhi psikologi untuk yang bekerja. Oleh karena itu mengingat pentingnya kehidupan seksual dalam kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual perlu mendapat penanganan yang benar (Prawirohardjo, 2005).

Belum adanya penelitian–penelitian yang mengkaji secara mendalam efek kontrasepsi suntik terhadap disfungsi seksual ibu-ibu di Lampung Utara, menjadi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian. Selain itu belum ada juga publikasi mengenai prevalensi disfungsi seksual di Indonesia, khususnya di Lampung Utara. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian disfungsi seksual, sebagai penelitian dasar yang diharapkan dapat digunakan dalam penelitan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

(24)

5

seksual pada wanita usia subur di Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur di Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran penggunaa kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik 1 bulan maupun kontrasepsi suntik 3 bulan pada wanita usia subur di Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.

b. Mengetahui gambaran kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur di Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.

(25)

6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan kemampuan peneliti tentang kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur pengguna kontrasepsi suntik. 2. Bagi institusi pendidikan, untuk menambah pengetahuan dan menambah

bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Bagi masyarakat, untuk menambah pengetahuan khususnya pengguna kontrasepsi suntik dan pihak terkait untuk meningkatkan kesehatan dalam bidang seksual pada wanita usia subur.

(26)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Keluarga Berencana

2.1.1.1 Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8) dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan, kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

(27)

8

Paradigma baru program KB ini, menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) misi, yaitu:

1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas.

2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 4. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan

hak-hak reproduksi.

5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender melalui program KB.

6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut (Saifuddin, 2006).

2.1.1.2 Manfaat Keluarga Berencana

Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:

a. Kehamilan terlalu dini.

(28)

9

Tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagi pula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.

b. Kehamilan terlalu terlambat.

c. Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai problem kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan kehamilan-kehamilan yang terlalu berdesakkan jaraknya. Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran maka berbagai masalah kesehatan bahkan bahaya kematian juga akan menghadang.

d. Terlalu sering hamil dan melahirkan.

Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan bersalin lagi (Prawirohardjo, 2007).

2.1.2 Kontrasepsi

2.1.2.1 Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah

(29)

10

adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun et al., 2008).

Kontrasepsi juga merupakan upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi (Wiknjosastro et al., 2006).

2.1.2.2 Macam-macam Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.

Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:

a. Metode kontrasepsi sederhana 1) Metode kalender

(30)

11

secara berurutan. Hari subur dapat diidentifikasi melalui pencatatan siklus menstruasi dengan durasi minimal enam siklus dan dianjurkan dua belas siklus. Demi menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya (Glaiser & Gebbie, 2005).

2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. Metode amenore laktasi efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).

3) Metode suhu tubuh

Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Glaiser & Gebbie, 2005).

4) Senggama terputus (koitus interuptus)

(31)

12

bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (angka kegagalan 4– 18 kehamilan per 100 wanita) (Saifuddin, 2006).

b. Metode Barrier 1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.

3) Spermisida

(32)

13

c. Metode Kontrasepsi Modern 1) Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung hormon progesteron (Rabe, 2003).

2) Kontrasepsi implant

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma (Suratun et al., 2008).

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopi (Saifuddin, 2006).

4) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

(33)

14

(wanita), atau menutup saluran mani laki-laki (Siswosudarmo et al., 2007).

5) Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo et al., 2007).

2.1.2.3. Tujuan Kontrasepsi

Adapun tujuan dari penggunaan kontrasepsi yaitu: untuk menunda, menjarangkan dan menghentikan/ mengakhiri kehamilan (Hartanto, 2004).

2.1.2.4. Syarat Kontrasepsi

(34)

15

2.1.2.5. Sasaran Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi memiliki beberapa sasaran, yaitu:

a. Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu: semua pasangan usia subur yang ingin menunda/ menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak. b. Ibu yang mempunyai banyak anak, dianjurkan menggunakan kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi karena faktor multiparitas (banyak melahirkan anak). c. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan, yaitu ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai kontrasepsi (Suratun et al., 2008).

2.1.3 Kontrasepsi Suntik

2.1.3.1Definisi

(35)

16

membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi reversibel) (Prawirohardjo, 2007).

2.1.3.2Jenis KB Suntik

Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain

(Prawirohardjo, 2007):

a. Suntikan/1 bulan (Golongan progestin dengan campuran estrogen propionat), cyclo provera (nama dagang: @cyclofem) mengandung 25 mg medroxy progesterone acetat dan 5 mg estradiol cypionate.

b. Suntikan/3 bulan (Kontrasepsi yang hanya mengandung progestin) yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA)

Mengandung 150 mg Depo Medroksi Progesterone Asetat. 2)Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)

Mengandung 200 mg Noretindron Enantat.

2.1.3.3Mekanisme Kerja

(36)

17

endometrium menjadi tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi

(Prawirohardjo, 2007).

2.1.3.4Keuntungan atau Kelebihan

Keuntungan dalam penggunaan kontrasepsi suntik, antara lain: sangat efektif, dapat mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang panjang, tidak memiliki pengaruh pada ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell), serta mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Prawirohardjo, 2007).

2.1.3.5Kerugian atau Efek Samping

Penggunaan kontrasepsi suntik tidak hanya memilki kelebihan namun memiliki kerugian juga, yaitu: gangguan haid (seperti siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

(37)

18

(densitas), menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat (Suratun et al., 2008).

Tabel 1. Hubungan efek samping dengan kandungan hormon.

Hormon Sistem - obat perdarahan dan

(38)

19

2.1.3.6Indikasi Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin/DMPA

(39)

20

2.1.3.7Kontraindikasi Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Progestin/DMPA

Kontrasepsi suntik tidak dapat digunakan oleh wanita yang memiliki salah satu atau lebih kriteria berikut: hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (terutama amenorea), menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus yang disertai komplikasi

(Prawirohardjo, 2007).

2.1.3.8Cara Pemberian

(40)

21

2.1.4 Seksualitas

2.1.4.1 Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Fisiologi organ reproduksi wanita merupakan sistem yang kompleks. Pada saat usia pubertas sekitar 13-16 tahun, dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon esterogen yaitu hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon menyebabkan pertumbuhan organ seks sekunder seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarke (Manuaba, 2010).

(41)

22

2.1.4.2 Pengertian Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah manisfestasi aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan seksual (intercourse; coitus) maupun masturbasi. Dorongan/ nafsu seksual adalah minat/ niat seseorang untuk memulai atau mengadakan hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan seksual (sexual excitement) adalah respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke daerah genital) (Chandra, 2005).

2.1.4.3 Fungsi Seksualitas

(42)

23

meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan. Selanjutnya, hampir separuh (47%) responden merasa bahwa seksual bertalian dengan kebanggaan diri, masing-masing 29% merasa memiliki daya tarik dan 18% merasa lebih percaya diri. Tidak kurang dari 47% responden berpandangan bahwa seksual berkontribusi positif buat fisik mereka, masing-masing 25% merasa mendapat kepuasan fisik dan 22% merasa seksual membuat dirinya lebih sehat (Bayer, 2006).

Gambar 1. Kepentingan seksual menurut wanita (Bayer, 2006)

(43)

24

Gambar 2. Arti kepuasan seksual bagi wanita (Bayer, 2006)

Berdasarkan data-data yang ditampilkan Gambar 1 dan Gambar 2 dijelaskan bahwa kaum wanita menempatkan kepuasan seksual sebagai sesuatu yang penting bagi hidup mereka. Dengan demikian kaum wanita menyadari bahwa kualitas fungsi seksualnya sebagai bagian tak terpisahkan dari kualitas hidupnya, khususnya dalam bidang kesehatan jiwa dan raga (rohani dan jasmani). Artinya, kualitas fisik dan psikologis seorang wanita tidak bisa disebut baik bila fungsi seksualnya terganggu (Sutyarso, 2011).

2.1.4.4. Siklus Respon Seksual Normal

Siklus respon seksual yang normal, merupakan suatu rangkaian proses yang dialami oleh setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini terjadi secara alamiah dan terdiri atas 4 tahap atau fase, yaitu:

(44)

25

Keinginan atau gairah tersebut dapat timbul dari dalam diri atau hasil rangsangan dari luar atau orang lain. Keinginan yang berasal dari diri sendiri adalah karena peran hormon (androgen dan estrogen), adanya motivasi serta harapan.

b. Fase terangsang (arousal), yaitu terdapatnya perasaan khas berupa ingin atau berhasrat melakukan hubungan seksual atau bersenggama, yang ditengarai oleh timbulnya cairan pada vagina (disebut sebagai lubrikasi).

c. Fase orgasme, yaitu tercapainya puncak dari siklus respon seksual setelah perangsangan yang memadai. Pada fase ini terjadi perubahan kesadaran selama beberapa detik hingga menit, disertai menegangnya otot-otot tubuh, antara lain vagina, otot-otot dasar panggul, dan hampir semua otot tubuh. Orgasme dapat terjadi pada orgasme klitoris dan orgasme otot-otot dasar panggul karena penekanan pada G-spot.

(45)

26

Gambar 3. Respon seksual wanita (Masters & Johnson , 1996)

2.1.5 Disfungsi Seksual pada Wanita

2.1.5.1 Pengertian

Disfungsi seksual adalah gangguan respon fungsi seksual. Pada wanita disfungsi seksual diartikan sebagai kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005).

2.1.5.2 Etiologi

(46)

27

a) Faktor fisik

Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).

Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama. Berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya disfungsi seksual adalah gangguan vaskuler pembuluh darah termasuk gangguan arteri koronaria, penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi), gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke (Tobing, 2006).

b) Faktor psikis

(47)

28

Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual, kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Pangkahila, 2005)

2.1.5.3 Kategori Disfungsi Seksual

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) menjabarkan tentang disfungsi seksual sebagai gangguan hasrat seksual dan atau di dalam siklus tanggapan seksual yang menyebabkan tekanan berat dan kesulitan hubungan antar manusia. Disfungsi seksual ini dapat terjadi pada satu atau lebih dari empat fase siklus tanggapan yaitu hasrat atau libido, bangkitan, orgasme atau pelepasan, dan pengembalian. Meskipun hampir sepertiga dari pasien yang mengalami disfungsi seksual terjadi tanpa pengaruh dari penggunaan obat, beberapa petunjuk mengarahkan bahwa antidepresan dapat mencetuskan atau membangkitkan disfungsi seksual. Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).

(48)

29

dari WHO, disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu :

a. Gangguan minat/ keinginan seksual (desire disorders)

Yaitu berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan tentang seks dan minat untuk melakukan hubungan seks, atau takut dan menghindari hubungan seks.

b. Gangguan birahi/ perangsangan (arousal disorder)

Yaitu ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan keterangsangan dan kenikmatan seksual secara subjektif, yang ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina (lubrikasi).

c. Gangguan orgasme (orgasmic disorder)

Yaitu sulit atau tidak dapat mencapai orgasme, walaupun telah ada rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal. d. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder)

(49)

30

Adapun beberapa gangguan seksual yaitu (Glaiser and Gebbie, 2005): a. Hilangnya kenikmatan

Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasanya ia rasakan. Apabila ia tidak terangsang, maka pelumasan normal vagina dan pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim pervagina dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan nyeri, yang semakin menghambat dirinya menikmati hubungan tersebut. Wanita yang mengalami hambatan nafsu seksual mungkin tidak menginginkan atau tidak menikmati seksual, tetapi dia mengijinkan pasangannya untuk bersenggama dengannya, sebagai suatu kewajiban. Wanita yang lain mungkin sangat cemas dengan gagasan bersenggama sehingga menolak atau membuat alasan menghindarinya.

b. Hilangnya minat seksual

(50)

31

Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami tahap siklus menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda dari satu wanita ke wanita lain. Tetapi mereka yang biasanya merasa murung sebelum menstruasi biasanya kehilangan minat seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa fase pasca menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka. Wanita yang menghadapi bentuk-bentuk kanker yang mengancam nyawa, misalnya kanker payudara atau ginekologis, dapat bereaksi secara psikologis terhadap stres penyakit dan dampak terapi (masektomi). Faktor-faktor fisik juga mungkin memiliki peran langsung. Hilangnya minat seksual adalah hal yang wajar dalam keadaan sakit dan hal ini mungkin secara spesifik disebabkan oleh kelainan status hormon. Testosteron tampaknya penting untuk gairah seksual pada banyak wanita, seperti halnya pada pria. Penurunan substansial testosteron, seperti terjadi setelah ovariektomi atau bentuk lain kegagalan atau supresi ovarium, dapat menyebabkan hilangnya gairah.

c. Keengganan seksual

(51)

32

d. Disfungsi orgasme

Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapai orgasme, baik dengan kehadiran pasangannya atau pada semua situasi. Hal ini mungkin merupakan bagian dari hilangnya kenikmatan seksual secara umum, atau relatif spesifik, yaitu manusia masih dapat terangsang dan menikmati seksual tetapi gagal mencapai orgasme. Walaupun obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita, namun pada sebagian kasus faktor psikologis tampaknya menjadi penyebab.

e. Vaginismus

(52)

33

f. Dispareunia

Dispareunia berarti nyeri alat kelamin yang menetap atau berulang, yang berkaitan dengan hubungan seksual (masuknya penis ke vagina) atau upaya memasukkan objek ke vagina (baik sebagian atau keseluruhan), yang menyulitkan diri sendiri atau menimbulkan ketidaknyamanan. Makna lain dispareunia adalah sensasi nyeri saat vagina sedang atau telah lengkap dimasuki, 4 pengalaman nyeri selama persetubuhan (sexual intercourse) dan/atau nyeri nonseksual dengan penetrasi vagina, atau nyeri alat kelamin yang dialami sebelum, selama, atau setelah senggama. Secara singkat, dispareunia ialah hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri pada kelamin atau sekitar kelamin.

2.1.6 Pengukuran FSFI

(53)

34

atau fantasi (bayangan seksual). Skor domain individu dan skor keseluruhan dapat diperoleh dari tabel yang sudah ditetapkan pada FSFI. Untuk skor domain individual diperoleh dari penambahan skor masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk skor keseluruhan diperoleh dari penjumlahan pada skor masing-masing domain. Skor yang tinggi pada tiap domain menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik. Wanita dengan skor FSFI ≤26,5 dinyatakan mengalami disfungsi seksual (Rosen et al.,

2000).

2.1.7 Patofisiologi Disfungsi Seksual Akibat Pemakaian Kontrasepsi Suntik

(54)

35

dan menurunnya sekresi hormon terutama estrogen (Guyton & Hall, 2008).

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker, kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Bila sudah dua tahun, kita harus pindah ke sistem KB yang lain, seperti KB kondom, spiral, atau kalender (Saifuddin, 2006).

Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual (Yetti et al., 2011).

Mekanisme kerja suntikan DMPA yang merupakan long-acting

progestational steroid (progesterone) menekan produksi Follicle

Stimulating Hormone (FSH) sehingga menghambat peningkatan kadar

(55)

36

dengan perubahan mood dan berkurangnya keinginan seksual bagi penggunanya (Ningsi, 2012).

Penurunan libido adalah menurunnya gairah seks, yang sering disebabkan oleh kondisi yang sifatnya sementara seperti kelelahan, bahkan ada penyebab lain. Gairah seks yang terus menurun dapat membuat stress wanita ataupun pasangannya. Hormon yang berperan terhadap tinggi rendahnya libido wanita adalah hormon androgen dan estrogen, produksi hormon androgen dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen. Pada keadaan stres berat, dimana jumlah estrogen menjadi berkurang, maka androgen pun menurun. Di situlah libido ikut 'loyo'. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi turunnya libido adalah pemberian suntik KB yang mengandung hormon progesteron terutama yang berisi 19-norsteroid yang menyebabkan keadaan vagina kering. Namun demikian, faktor psikis dapat juga berpengaruh dalam hal ini. Pemberian progesteron secara berkala (3 bulan sekali) itu diduga dapat menyebabkan tertekannya produksi estrogen (Kasdu, 2008).

2.1 Kerangka Teori

(56)

37

Salah satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi hormonal adalah disfungsi seksual. Disfungsi seksual, tanpa melihat faktor usia, dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi. Disfungsi seksual pada wanita adalah penyakit yang umum, di mana dua dari lima wanita memiliki setidaknya satu jenis disfungsi seksual, dan keluhan yang paling banyak terjadi adalah rendahnya gairah seksual/libido (Michael & O’keane, 2007).

Gejala klinis disfungsi seksual terbagi menjadi gangguan gairah, gangguan perangsangan, gangguan lubrikasi, gangguan orgasme dan nyeri seksual (Elvira, 2006).

Gambar 4. Kerangka teori hubungan alat kontrasepsi dengan disfungsi seksual

(Modifikasi dari Kasdu Dini, 2008) Gangguan

vaskuler pembuluh darah

Penyakit sistemik

Disfungsi seksual

Gangguan neurologis Kontrasepsi

Hormonal

(57)

38

2.3 Kerangka Konsep

Konsep yaitu suatu uraian dan visualisasi hubungan/kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya atau antara variabel satu dengan variabel lainnya. Konsep hanya bisa diamati/diukur melalui variabel. Variabel adalah sesuatu yang dgunakan sebaga ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu (Notoadmojo, 2010). Berdasarkan teori tersebut, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 5. Kerangka konsep tentang hubungan penggunaan kontrasepsi suntik

dengan disfungsi seksual

Prevalensi disfungsi seksual pada wanita adalah suatu konsep, dan untuk mengukur suatu disfungsi seksual pada wanita harus melalui variabel gangguan hasrat seksual, gangguan perangsangan seksual, gangguan basah, gangguan orgasme gangguan kepuasan dan gangguan nyeri seksual yang dialami oleh seorang wanita.

2.4 Hipotesis

Terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur di UPT Puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.

(58)

39

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian non eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor -faktor, risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data baik variabel terikat maupun variabel bebas dilakukan secara bersamaan (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun 2015. 3.2.2 Tempat Penelitian

(59)

40

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (WUS) berumur 18-50 tahun akseptor suntik yang berada di Puskesmas Kotabumi II Kelurahan Kota Alam Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara pada bulan Oktober tahun 2015 sejumlah 2.415 akseptor (Dinkes Lampung Utara, 2015).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lameshow sebagai berikut:

Ket :

d = Tingkat penyimpangan yang diinginkan 0,05 atau 0,01

Z 21-/2= Standar deviasi normal pada derajat kepercayaan (kemaknaan

95% adalah 1,96)

P = Proporsi sifat populasi (0,68) (Saputra, 2011) N = Besarnya populasi

(60)

41

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut:

Dibulatkan menjadi 160 responden

Untuk mencegah terjadinya drop out maka sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yaitu perhitungan 160 + (10% x 160) = 176 responden. Jadi jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 176 responden.

3.3.3 Teknik Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, yaitu pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2003). Penentu kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2003).

Kriteria inklusi:

(61)

42

3. Wanita yang seksual aktif. 4. Bersedia menjadi responden. Kriteria eksklsusi:

1. Menderita penyakit diabetes melitus/ hipertensi/ stroke/ penyakit jantung/ masalah psikis.

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

(62)

43

3.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi operasional Tabel 2. Definisi operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala lebih dari 2 tahun hingga pada saat

Tabel 3. Skor Penilaian FSFI

(63)

44

3.6Instrumen Penelitian

a) Kuisioner disfungsi seksual FSFI b) Alat tulis

c) Lembar persetujuan d) Form data isian subyek

3.7 Cara pengumpulan data

(64)

45

Didapatkan jawaban responden berdasarkan kuesioner FSFI melaluli wawancara terpimpin dan mendalam

Kesimpulan

Pengajuan Ethical Clearance kepada Komisi Etik Penelitian FK Unila

3.8 Alur Penelitian

Membuat surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Unila untuk mengambil data di Puskesmas Kotabumi II

Mendapatkan izin penelitian di Puskesmas Kotabumi II

Menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden di Puskesmas Kotabumi II

Meminta kesedian calon responden untuk menjadi sample penelitian melalui pengisian kertas informed consent

Menjelaskan kuesioner secara terpimpin dan mendalam kepada calon responden di Puskesmas Kotabumi II

Pengolahan data

Analisis data

(65)

46

3.9 Pengolahan dan Analisis data

3.9.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel - tabel, kemudian data diolah menggunakan program statistik. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah:

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

b. Scoring, yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban yang diterima dari responden.

c. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

d. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan kedalam komputer.

(66)

47

3.9.2 Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik:

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Uji Chi square

Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal.

(67)

48

1. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count ("Fh") kurang dari 5.

2. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell deng an frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square karena mencari hubungan variabel kategorik dengan kategorik. Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α=0,05) yang artinya apabila diperoleh p<α, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan bila nilai p>α, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Apabila uji chi-square tidak memenuhi syarat uji chi square (nilai expected count >20%) maka dilakukan uji alternatif Fisher (Dahlan, 2014).

2) Uji Fisher Exact

(68)

49

3.10. Pengajuan Ethical Clearance

(69)

65

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari 176 reponden di UPT puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara didapatkan sebanyak 46,6% menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan dan sebanyak 53,4% menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

2. Dari 176 responden di UPT puskesmas Kotabumi II Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara didapatkan 45,45 % wanita usia subur mengalami disfungsi seksual.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian disfungsi seksual dengan nilai p value = 0,000.

(70)

66

5.2. Saran

Dari hasil penelitian, peneliti menyarankan agar:

1. Kepada peneliti lain agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian disfungsi seksual pada wanita usia subur.

2. Kepada akseptor KB agar selalu mengidentifikasi perubahan-perubahan fisik psikologis sehubungan penggunaan kontrasepsi dan segera mencari bantuan.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Afni N. 2005. Gambaran efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu-ibu usia 20-35 tahun di kecamatan jelai kabupaten sukamara kalimantan tengah. [Skripsi]. Semarang: FKM Undip.

Arum DNS & Sujiyatini. 2009. Panduan lengkap pelayanan KB terkini. Yogyakarta: Nuha Medika.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Penggunaan akseptor bagi pasangan subur. Retrieved March 19, 2015, from http://www.demografi.bps.go.id.

Bayer Healthcare. 2006. Sex and the modern woman: report findings. USA: Bayer Healthcare.

Baziad A. 2008. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

BKKBN. 2006. Buku saku bagi petugas lapangan program KB nasional materi konseling. Jakarta: BKKBN.

BKKBN Provinsi Lampung. 2008. Penduduk dan ketenagakerjaan. Retrieved July 29, 2015, from http://lampung.bkkbn.go.id.

BKKBN Provinsi Lampung. 2013. Penduduk dan ketenagakerjaan. Retrieved March 21, 2015, from http://lampung.bkkbn.go.id.

Chandra L. 2005. Gangguan fungsi atau perilaku seksual dan penanggulangannya. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

(72)

David D. 2012. Depo Provera (Medroxyprogrestone Acetate). Retrieved November 28, 2015 , from http:// www. Netdoctor.co.uk/sexandrelationships/medicines/depo provera. html.

Dinas Kesehatan Lampung Utara. 2015.

Elvira D. 2006. Disfungsi seksual pada perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Glaiser A & Gebbie A. 2005. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.

Guyton AC & Hall JE. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hartanto H. 2004. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Jomima, Hamidah, Mardiana. 2015. Penggunaan Metode Kontrasepsi Suntik DMPA Berhubungan dengan Disfungsi Seksual Wanita pada Akseptor KB Suntik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 2 (2): 49 – 6.

Kasdu D. 2008. Solusi problem wanita dewasa. Jakarta: Puspa Sehat.

Laumann EO, Paik A, Rosen RC. 1999. Sexual dysfunction in the united states. JAMA, 28 (6): 537-44.

Manuaba IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Masters WH & Johnson VE. 1996. Human sexual response. New York: Bantam Books.

(73)

Ningsih A. 2012. Pengaruh penggunaan metode kontrasepsi suntikan DMPA terhadap kejadian disfungsi seksual. Retrieved July 29, 2015, from http://pasca.unhas.ac.id/jurnal.

Notoatmodjo S. 2010. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pangkahila W. 2005. Disfungsi Seksual Pria. Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Prawirohardjo S. 2005. Obstetri dan ginekologi sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo S. 2007. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rabe T. 2003. Ilmu kandungan. Jakarta: Hipokrates.

Rosen R, Brown C, Heiman J, Leiblum S, Meston C, Shasigh R, et al. 2000. The Female Sexual Function Index (FSFI). J sex marital ther, 26: 191-208.

Saifuddin AB. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Santoso B. 2007. Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : SKP Publishing.

(74)

Siswosudarmo HR, Anwar H, Emilia O. 2007. Teknologi kontrasepsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suratun, Maryani S, Hartini T, Rusmiati, Pinem S. 2008. Pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Tren pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin, indonesia 1991-2012. Retrieved March 24, 2015 , from http://surveidemografidankesehatanindonesiaSDKI.com.

Sutyarso & Kanedi M. 2011. Disfungsi seksual wanita dan kemungkinan dampaknya pada kinerja professional mereka providing nasional symposium and workshop on sexology 2011. Asosiasi Seksologi Indonesia. Jakarta 28-29 Oktober: 9-13.

Tobing L. 2006. Seks Tuntunan bagi Pria. Jakarta: EMK.

Wahyu MU. 2008. Gambaran penurunan libido pada akseptor suntik KB 3 bulan di desa kenongo kecamatan jabung kabupaten malang. Jakarta: Graha Cendikia.

Walwiener M, Walwiener L, Seeger H, Mueck A, Zipfel S, Bitzer J, et al. 2010. Effect of Sex Hormones in Oral Contraceptives on the Females Sexual Function Score : A Study in German Female Medical student. In Contraception (Ed) New York, Springerverlag.

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, & Rachimhadhi T. 2006. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gambar

Gambar Halaman
Tabel Halaman
Tabel 1. Hubungan efek samping dengan kandungan hormon.
Gambar 1. Kepentingan seksual menurut wanita (Bayer, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

TEKNIS YUSTISIAL PERADILAN AGAMA SEJAWA TIMUR 1999 -727 PELATIHAN YUSTISIAL PENINGKATAN PENGETAHUAN HUKUM. HAKIM PERADILAN AGAMA

Lokasi penelitian ini adalah di Koperasi Pegawai Negeri Praja Kantor Gubernur Bali dengan objek penelitiannya adalah pengaruh dimensi kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah

IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberkan setelah selesai IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang

Kehandalan waktu pelayanan yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indra Indragiri Hulu dalam memberikan penanganan pelanggan tepat waktu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS SEBAGAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL (STUDI DI YAYASAN CENTER FOR IMPROVING QUALIFIED ACTIVITIES IN LIVE OF

Penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai peranan guru dalam peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris melalui Spelling Games, metode Spelling Games yang merupakan

berkhidmat dalam menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Penerapan Metode Weighted Product untuk Menentukan Anggota Baru Resimen.. Mahasiswa Satuan 908 “Sawer

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow , dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang