• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan umum diskusi kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan umum diskusi kelas"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Umum Diskusi Kelas

Diskusi bukan merupakan model pengajaran sebenarnya, tetapi merupakan prosedur atau strategi mengajar yang bermanfaat dan banyak dipakai sebagai langkah dari banyak model pembelajaran yang lain.

1. Diskursus, Diskusi, dan Resitasi Kelas

Diskusi adalah situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan pendapat mereka. Pengertian diskursus dan diskusi menurut kamus hampir sama, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Diskursus dan diskusi merupakan komunikasi dimana khalayak berbicara dengan yang lain, saling membagi pemikiran dan pendapat.

Istilah diskusi lebih banyak digunakan oleh guru, karena diskusi menggambarkan prosedur yang digunakan para guru untuk mendorong antara para siswa saling tukar pendapat secara lisan. Sedangkan istilah diskursus lebih banyak digunakan oleh para ilmuwan dan peneliti, karena istilah ini mencerminkan perhatian para guru pada pola tukar pendapat dan komunikasi lebih luas yang terdapat dalam kelas. Istilah diskursus digunakan untuk menyajikan semua perspektif tentang komunikasi kelas. Sedangkan istilah diskusi digunakan bila menjelaskan prosedur pengajaran khusus.

Selain itu, diskusi juga sering dicampur adukan dengan resitasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk merangsang diskusi biasanya pada tingkat kognitif tinggi. Sedangkan resitasi sebaliknya, yakni pertanyaan-pertanyaan yang bertukar. Misalnya dalam pembelajaran langsung, dimana guru bertanya kepada siswa serangkaian pertanyaan pada tingkat rendah atau faktual dengan maksud mengecek seberapa baik mereka memahami gagasan atau konsep tertentu.

2. Tujuan Pembelajaran Umum dan Hasil Belajar Siswa

Diskusi digunakan oleh guru untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran khusus yang penting.

(2)

tentang suatu isi pelajaran kepada siswa tidak menjamin pemahaman mereka tentang sesuatu itu. Dengan mendiskusikan suatu topik akan membantu siswa memantapkan dan memperluas pengetahuan mereka tentang topik yang dibicarakan dan meningkatkan kemampuan berfikir mereka tentang topik itu. b) Diskusi menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa. Penelitian

menunjukkan bahwa untuk terjadinya belajar yang sesungguhnya para siswa harus bertanggung jawab untuk belajar sendiri dan tidak hanya bergantung pada guru. Diskusi memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan gagasan sendiri dan mendorong motivasi untuk terlibat percakapan dalam kelas.

c) Diskusi digunakan guru untuk membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berfikir yang penting. Diskusi merupakan suatu alat bagi guru mengetahui apa yang difikirkan siswanya dan bagaimana merka memproses gagasan dan informasi yang diajarkan.

Jadi, diskusi merupakan seting sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berfikir mereka dan mempelajari keterampilan komunikasi penting seperti merumuskan gagasan secara jelas, mendengarkan satu sama lain, menanggapi temannya dengan cara tepat, mempelajari bagaimana mengajukan pertanyaan yang baik.

3. Langkah-langkah Pembelajaran

Tabel 1. langkah-langkah guna menyelenggarakan diskusi

Tahapan Kegiatan Guru menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi

Tahap 3

Menyelenggarakan diskusi

(3)

melaksanakan aturan-aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri

Tahap 4

Mengakhiri diskusi

Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah diselenggarakan kepada siswa

Tahap 5

Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu

Guru menyuruh para siswa untuk memeriksa proses diskusi dan berfikir mereka

4. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen

Lingkungan guna pelaksanaan diskusi ditandai oleh proses keterbukaan dan peran siswa yang aktif. Pengajaran berdasarkan diskusi memerlukan banyak perhatian guru. Guru dapat mengatur bentuk tempat duduk yang bervariasi dan memusatkan perhatian guna diskusi tertentu, bergantung kepada sifat dari kelas dan tujuan pembelajaran. Namun demikian, dalam banyak hal para siswa sendiri mengendalikan antaraksi saat demi saat yang spesifik itu.

B. Dukungan Teoritis dan Empiris

Banyak dukungan teoritis untuk pemakaian diskusi berasal dari bidang ilmuan bahasa, proses komunikatif, dan pola pertukaran gagasan. Diskursus melalui bahasa merupakan penghubung apa yang terjadi di dalam kelas. Courtney Cazden, salah seorang ilmuwan mengenai topik diskursus kelas, menulis bahwa “bahasa lisan merupakan medium dimana banyak pengajaran terjadi dan dimana siswa menunjukkan kepada guru berapa banyak mereka telah belajar“.

Bahasa lisan merupakan alat bagi para siswa untuk menceritakan tentang apa yang telah mereka ketahui dan untuk membentuk makna dari pengetahuan baru sesuai dengan yang diperoleh. Bahasa lisan mempengaruhi proses berfikir siswa dan menjadikan mereka dengan identitas sebagai siswa dan sebagai anggota kelompok kelas.

1. Diskursus dan Pengertian

(4)

dan membuat kesimpulan secara benar berdasarkan pengetahuan. Diskursus merupakan salah satu cara untuk mempertinggi keterampilan itu.

Diskursus dapat dipandang sebagai eksternalisasi dari fikiran, yaitu pengungkapan pikiran tersembunyi seseorang guna diketahui oleh orang lain. Diskursus memberikan kesempatan bagi para siswa memantau daya fikir mereka sendiri dan bagi para guru mengoreksi penalaran yang salah. Melalui percakapan terbuka, guru diberikan kesempatan untuk mengetahui keterampilan berfikir siswa dalam suatu seting guna memberikan koreksi dan umpan balik kapan mereka mengobservasi pemikiran yang salah dan tidak sempurna.

Dengan banyak berfikir, maka juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan fikiran mereka sendiri dan untuk belajar bagaimana memantau proses berpikir mereka sendiri. Dengan demikian siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dengan mencatat informasi baru pada sehelai kertas kosong, namun mereka juga dapat secara aktif membangun bentuk pengetahuan selama suatu periode waktu ketika mereka menafsirkan pengetahuan baru dan memadukannya kedalam pengetahuan mereka sebelumnya.

2. Aspek Sosial Diskursus

Salah satu aspek diskursus kelas adalah kemampuan untuk mengembangkan pertumbuhan kogitif. Aspek yang lain adalah kemampuan untuk menghubungkan dan menyatukan aspek pembelajaran. Sitem diskursus kelas merupakan sentral untuk menciptakan lingkungan belajar positif. Diskursus membantu menetapkan pola partisipasi dan secara konsekuen memiliki dampak besar terhadap manajemen kelas. Pembicaraan antara guru dan para siswa menjadikan banyak ikatan sosial sehingga kelas menjadi hidup bersama. Pertalian antara kognitif dengan sosial terlihat jelas dalam hal partisipasi sosial yang mempengaruhi pertumbuhan pemikiran dan kognitif siswa.

Lauren Resnick dan Leopold Klopfer (1989) mengamati bahwa seting sosial merupakan kesempatan untuk permodelan strategi berfikir efektif. Selain itu, seting sosial juga menjadikan siswa mengetahui bahwa semua unsur berfikir kritis secara rasional dihargai.

(5)

3. Ceramah Guru

Para peneliti yang mempelajari masalah diskursus kelas menemukan bahwa para guru pada umumya banyak berbicara panjang lebar dan bahwa pola komunikasi dasar itu berlangsung didalam kebanyakan kelas. Pola ini bukan paling baik guna meningkatkan cara berfikir siswa. Pola dasar resitasi ini merupakan suatu aktivitas pengajaran dimana para siswa diseluruh seting kelas diuji guru mengenai penguasaan pelajaran mereka dengan cara tanya-jawab.

Lary Cuban (1982) mencatat bagaimana pola resitasi tumbuh sejak awal dalam sejarah persekolahan formal dan telah bertahan selama 20 abad di hampir semua tingkat sekolah dan meliputi semua bidang akademik. Dominasi guru dalam komunikasi sekolah telah banyak didokumentasikan oleh beberapa peneliti,

diataranya Flanders (1970) menyimpulkan bahwa dalam kebanyakan kelas, 2 3 dari waktu bicara didominasi ole guru. Selain itu Schmuck bersaudara (1989)

melaporkan bahwa guru berbicara 3

4 dari waktu pembelajaran mereka. Hal ini tentu saja lebih besar dari pada waktu bicara guru yang telah diamati oleh Flander dkk.

4. Pertanyaan Guru

Pengajaran resitasi bersandar kepada ceramah dan pertanyaan guru. Cara guru mengajukan pertanyaan dan jenis pertanyaan yang diajukan merupakan fokus penemuan dan perhatian yang penting untuk beberapa waktu yang lalu.

Stevens (1912) memperkirakan bahwa empat per lima jam sekolah diisi dengan resitasi tanya-jawab. Stevens mendapati bahwa sampel dari guru-guru sekolah menengah menyatakan rata-rata 395 pertanyaan setiap hari. Pertanyaan dengan frekwensi tinggi yang digunakan oleh para guru juga terdapat pada penelitian baru-baru ini.

Karena di dalam kelas pertanyaan disampaikan begitu sering, masalah yang kemudian timbul adalah apa pengaruh pertanyaan faktual dan tingkat tinggi terhadap belajar dan cara berfikir siswa. Untuk bertahun-tahun didapatkan kesepakatan bahwa pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi mengarah pertumbuhan kognitif lebih tinggi dari pada yang dihasilkan dari sekedar pertanyaan konkret faktual.

(6)

tidak benar dari siswa. Beberapa tahun kemudian, Redfield dan Rousseau (1981) melakukan telaah ulang dengan menentang kesimpulan mengenai penggunaan pertanyaan-pertanyaan faktual. Mereka melaporkan bahwa mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan membangkitkan daya pikir memiliki nilai positif terhadap hasil belajar daya pikir siswa.

Para peneliti meneruskan penelitiannya mengenai kontroversi pada pengaruh jenis pertanyaan terhadap hasil belajar dan daya fikir siswa. Timbul konsensus bahwa jenis pertanyaan yang diajukan guru seharusnya tergantung pada siswa dimana guru mengajar dan jenis tujuan pembelajaran yang hendak dicapai guru. Gall (1984) menafsirkan penelitian ini dengan cara berikut:

- Penekanan pada pertanyaan-pertanyaan fakta lebih ekfektif guna menimbulkan hasil belajar siswa yang lemah, yang terutama melibatkan penguasaan keterampilan dasar

- Penekanan pada pertanyaan-pertanyaan kognitif tinggi akan lebih efektif bagi siswa dari kemampuan rata-rata dan tinggi, terutama ketika mereka masuk sekolah menengah, dimana cara berfikir lebih bebas diperlukan.

Tingkat kesulitan menunjukkan pada kemampuan para siswa untuk menjawab pertanyaan secara benar tanpa memperhatikan tingkat kognitif. Jere Brophy dan Tom Good (1986) menyimpulkan bahwa ada tiga pokok yang harus diperhatikan guru bila menentukan bagaimana kesulitan pertanyaan-pertanyaan mereka dibuat.

- Sekitar tiga perempat pertanyaan guru seharusnya ada pada tingkat sehingga akan mendapatkan jawaban benar.

- Seperempat pertanyaan laian seharusnya ada pada tingakat kesulitan sehingga akan memperoleh beberapa tanggapan siswa, walaupun jika tanggapan ini tidak sempurna.

- Tidak diberikan pertanyaan yang begitu sulit, sehingga tidak ada sama sekali siswa yang dapat menjawabnya.

(7)

menghendaki diskursus di dalam kelas mereka untuk meningkatkan daya fikir tingkat tinggi.

5. Waktu Sela

Waktu sela adalah jeda antara pertanyaan guru dan tanggapan siswa dan antara jawaban itu dan reaksi guru atau pertanyaan berikutnya. Variabel ini pertama teramati pada 1960-an, ketika dilakukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kurikula hampir dalam semua bidang akademik. Kurikula baru ini dikembangkan untuk membantu para siswa belajar bagaimana memperoleh dan menemukan hubungan diantara fenomena sosial dan/atau alamiah. Metode yang direkomendasikan adalah diskusi perolehan atau berorientasikan penemuan. Namun demikian, para peneliti mendapati bahwa jenis diskusi ini tidak berjalan sepenuhnya. Penelitian oleh Marry Budd Rowe (1997a, 1974b) pada garis besarnya adalah bahwa waktu sela yang meningkat akan meningkatkan tanggapan siswa lebih baik.

C. Pelaksanaan Pengajaran Diskusi Kelas

Serupa dengan model pengajaran yang lain, model diskusi mengisyaratkan agar para guru melakukan tugas-tugas seperti sederet perencanaan, antaraktif, manajemen, dan penilaian.

1. Tugas Perencanaan

Ada dua miskonsepsi umum yang terdapat pada banyak guru, anggapan yang pertama bahwa perencanaan untuk suatu diskusi kurang memerlukan upaya dibandingkan perencanaan untuk jenis pengajaran yang lain. Sedangkan anggapan yang kedua bahwa diskusi itu tidak dapat direncanakan sama sekali karena diskusi bersifat antaraksi spontan dan tak dapat diramalkan yang terjadi diantara para siswa. Dua anggapan ini tidak benar. Perencanaan diskusi memerlukan upaya yang lebih, seperti perencanaan untuk jenis pelajaran yang lain, dan walaupun spontanitas dan fleksibilitas suatu hal yang penting dalam diskusi, dan perencanaan itu merupakan tugas utama dari guru agar kegiatan terlaksana dengan sukses.

a. Mempertimbangkan Tujuan

(8)

Langkah pertama yaitu menentukan apakah diskusi itu cocok untuk

suatu pelajaran tertentu

Langkah berikutnya yaitu menyiapkan pelajaran dan menentukan jenis

apa diskusi yang akan dilakukan, serta memilih strategi khusus untuk digunakan.

Walaupun diskusi dapat berdiri sendiri sebagai sutu strategi pengajaran, namun diskusi lebih sering digunakan dalam kaitannya dengan model pengajaran yang lain. Meskipun pemakaian khusus diskusi secara praktis adalah tertentu, para guru lazimnya menghendaki diskusi mereka untuk memenuhi satu dari tiga tujuan pembelajaran khusus yang telah diuraikan, yaitu untuk mengecek pemahaman siswa mengenai tugas membaca atau penyajian melalui resitasi, untuk mengajar keterampilan berpikir, atau untuk saling bertukar pengalaman.

b. Mempertimbangkan siswa

Mengenali pengetahuan awal para siswa dalam merencanakan suatu diskusi merupakan hal yang sama pentingnya seperti merencanakan dalam jenis pelajaran yang lain. Guru yang sudah berpengalaman mengetahui bahwa mereka juga harus mempertimbangkan keterampilan diskusi dan komunikasi siswanya. Misalnya, guru harus mempertimbangkan bagaimana didalam kelas siswa yang khusus akan menanggapi secara berbeda berbagai jenis pertanyaan, guru meramalkan bagaimana beberapa siswa ingin bicara sepanjang waktu sedang siswa yang lain malas untuk mengatakan sebuah katapun.

Dalam merencanakan diskusi, maka penting sekali guru menilai cara-cara untuk mendorong partisipasi siswa sebanyak mungkin tidak hanya siswa yang pintar saja, dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan gagasan-gagasan yang akan membangkitkan minta dari kelompok berbagai siswa yang berbeda.

c. Memilih Pendekatan

(9)

 Pertukaran resitasi

Walaupun resitasi, kebanyakan dikaitkan dengan pelajaran langsung, sering kali digunakan berlebihan, namun demikian resitasi memiliki manfaat tersendiri. Salah satu pemakaian yang penting adalah bila guru menyuruh siswa untuk mendengarkan atau membaca informasi/pelajaran suatu topik tertentu. Pada umumnya guru menyuruh siswa atau mendengarkan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi penting dimana pada saat lain perlunya untuk mengenali pengarang buku tertentu, suatu jenis literatur khusus, atau suatu pokok pandangan atau penafsiran khusus. Sesi tanya jawab singkat (Diskusi Resitasi) tentang tugas materi bacaan atau suatu ceramah dapat memnberikan alat pengecekan guru terhadap pemahaman siswa maupun memberikan motivasi siswa untuk menyempurnakan tugas bacaaan mereka atau untuk mendengarkan baik baik ketika guru sedang berbicara.

 Diskusi Berdasarkan Masalah

(10)

siswa menjadi sadar akan proses penalarannya sendiri dan mengajar untuk memantau dan mengvealuasi strategi belajar mereka sendiri.

 Diskusi Berdasarkan Berbagi Pendapat

Seringkali guru melaksanakan diskusi dengan maksud membantu siswa mengembangkan pengertian bersama dari pengalaman biasa atau untuk mempertentangkan pendapat seorang siswa dengan siswa lainnya.

Berbeda dengan diskusi resitasi dan diskusi berdasar masalah, diskusi berdasar berbagi pendapat membantu siswa membentuk dan mengungkapkan fikiran dan pendapatnya secara bebas. Melalui dialog dengan berbagai pengalaman ini, pemikiran akan ditingkatkan dan dikembangkan serta pertanyaan-pertanyaan akan muncul untuk pertemuan selanjutnya.

d. Membuat Rencana Pelajaran

Suatu rencana pelajaran diskusi terdiri atas sederetan tujuan pembelajaran khusus dan garis besar isi pelajaran. Rencana itu seharusnya tidak hanya mengandung sasaran isi pelajaran tetapi juga suatu rumusan fokus yang dipahami benar, uraian peristiwa yang tidak dapat dijelaskan, dan sebuah daftar pertanyaan. Jika diskusi itu harus menunjang suatu pelajaran, maka guru benar-benar menyiapkan isi pelajaran dalam fikirannya dan telah menggali hubungan konseptual yang penting. Bila diskusi itu berkaitan dengan tugas baca, guru yang berpengalaman mengetahui bahwa mereka harus telah membaca sendiri materinya, telah membuat catatan-catatan secara luas.

Kadang-kadang guru mendapati pemakaian tekhnik peta konsep suatu alat perencanaan yang bermanfaat. Suatu peta memberikan gambaran visual dari karakteristik dan hubungan sekitar suatu gagasan sentral. Untuk membuat suatu peta konsep guru mengidentifikasi gagasan kunci yang terkait dengan suatu topik khusus dan menyusunnya dalam beberapa pola logis.

(11)

bertanya guru perlu mempertimbangkan tingkat pertanyaan dan tingkat kesulitan kognitif mereka.

Selama tiga dekade yang lalu, banyak sistem telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan tingkat pertanyaan kognitif guru. Kebanyakan sistem klasifikasi itu memiliki keserupaan, semuanya mempertimbangkan pertanyaan dari sudut proses kognitif yang menghendaki siswa untuk melakukannya. Taksonomi tujuan pemblajaran Bloom adalah salah satu alat yang digunakan guru untuk merancang pertanyaan-pertanyaan di dalam diskusi kelas.

Tabel 1 Enam Jenis Pertanyaan sesuai dengan Taksonomi Bloom

Tingkat Contoh Pertnyaan Proses Kognitif

Tingkat 1

(pengetahuan) Apa rumus luas lingkaran ? Mengingat kembali

Tingkat 2

Mengapa terjadi gerhana bulan?

Bagaimana pendapat Anda tentang pupuk kompos ?

Membuat penilaian atau menyampaikan pendapat

(12)

Pada saat menyiapkan rencana pelkajaran dan strategi pertanyaan guru harus sellu memikirkan dalam-dalam isu yang terkait dengan tingkat kesulitan pertanyaan. Pengalaman membantu guru untuk mengenali siswa dan untuk menyusun pertanyaan yang sesuai tingkat kesulitannya. Keputusan mengenai jenis-jenis dan kesulitan pertnyaan lebih baik jika disusun saat menyiapkan rencana pelajaran daripada selama pelaksanaan diskusi berlangsung.

e. Mengatur Ruang Belajar Secara Tepat

Tugas perencaan yang lain meliputi penyusunan penggunaan secara tepat. Pola tempat duduk yang berbeda mempengaruhi pola komunikasi dalam kelas. Pengaturan tempat duduk terbaik untuk diskusi adalah berbentuk – U dan berbentuk melingkar seperti yang dilukiskan pada gambar a dan gambar b. Kedua pola tempat duduk itu memudahkan siswa untuk melihat satu sama lain, suatu kondisi penting guna antraksi lisan. Keduanya dapat disusun didalam kebanyakan ruang belajar. Tetapi masing-masing memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan yang harus dipertimbangkan.

Pola tempat duduk berbentuk U dengan guru berada diujung U yang terbuka, menjadikan guru sedikit lebih otorita, suatu ciri jika bekerja dalam kelompok siswa yang kuarang terampil dalam berdiskusi atau dimana manajemen merupakan suatu masalah. Bentuk U memberikan kebebasan pula bagi guru untuk bergerak. Guru memiliki ruang ke papan tulis yang mungkin penting selama pelajaran berlangsung, dan guru dapat bergerak dalam bentuk U untuk membuat kontak lebih dekat dengan siswa tertentu jika dibutuhkan. Kelemahan dari bentuk U dalah bahwa bentuk ini menjadikan beberapa jarak

Guru

Depan

Guru

Gambar a. Susunan tempat duduk U

(13)

emosional diantara guru, sebagai pemimpin diskusi dan siswa. Bentuk ini juga menjadikan jarak fisik yang nyata diantara siswa yang duduknya pada tengah-tengah U dan yang diujung U.

Pola duduk melingkar terjadi sebaliknya, meminimalkan baik jarak emosional maupun fisik diantara siswa dn memaksimalkan kesempatan bagi siswa untuk berbicara bebas satu dengan yang lain. Kelemahan pola melingkar bahwa pola melingkar ini mengurangi kebebasan bergerak guru ke papan tulis atau diantara para siswanya.

2. Tugas Antarataktif

Agar Diskusi Seluruh kelas memperoleh sukses dibutuhkan komunikasi yang hidup dan keterampilan antaraksi baik guru maupun pada siswa. Diskusi memerlukan pula aturan-aturan yang mendukung pertukaran pendapat secara terbuka dan saling menghargai. Sebagai pemimpin diskusi guru seharusnya memfokuskan diskusi, menjaga pada jalur, mendorong partisipasi, mencatat hal-hal yang penting selama diskusi.

a. Memantapkan kelas dan mengarahkan diskusi

Suatu diskusi akan efektif bila fokusnya sangat jelas dan langsung pada masalahnya. Pada awalnya para guru harus menjelaskan tujuan diskusi dan mengajak siswa ikut berpartisipasi. Para guru melemparkan pertanyaan spesifik, memunculkan isu yang tepat, atau mengetengahkan situasi yang membingungkan terkait dengan topiknya. Aktivitas ini harus dapat dipahami dan ditanggapi. Menyatakan pertanyaan yang terfokus atau isu yang jelas merupakan kunci untuk memulai diskusi yang baik. Cara lain untuk memantapkan seting dan menggerakkan minat siswa adalah dengan mengkaitkan pertanyaan awal diskusi atau memfokuskan pada pengetahuan atau pengalaman siswa sebelumnya.

b. Melaksanakan Diskusi

(14)

membicarakan tentang pertandingan sepak bola jumat yang lalu daripada sebab sebab perang dunia 1.suatu contoh penyimpangan kedua ialah bila seorang siswa mengungkapkan gagasan atau mengajukan pertanyaan dengan siswa yang membuat masalah di sekolah. Dalam kedua hal seperti itu, guru yang efektif memperingatkan dengan apa yang sedang dikerjakan oleh siswa tersebut,dan kemudian memfokuskan ulang tujuan pelajaran pada topik.

1) Membuat Catatan

Kebanyakan guru yang berpengalaman menegetahui bahwa pertukaran lisan selama suatu diskusi berlangsung akan lebih literatur jika mereka membuat beberapa jenis catatan tertulis dari diskusi ketika diskusi itu dikembangkan. Namun suatu dilema dihadapi oleh guru-guru muda dalam membuat catatan suatu diskusi ialah seberapa rinci catatan yang akan dibuat. Bila seorang guru memimpin suatu kelompok yang kurang percaya diri dalam keterampilan diskursus, guru itu sebaiknya mencatat sebanyak mungkin.

Jika guru telah mengajukan kepada siswa terutama tentang teori tau pemikiran mengenai suatu topik, dalah penting sekali bila guru menyusun daftar pemikiran dan memperlakukannya secara sama, tanpa memperhatikan kualitasnya. Sebaliknya, jika pertanyaan memfokuskan pada jawaban yang langsung benar salah, maka jawaban yang benar saja yang dicatat.

2) Mendengar Pemikiran Siswa

Apabila tujuan guru adalah ingin membantu siswa memahami suatu pelajaran dan memperluas cara berfikir mereka, maka seharusnya guru mendengar sungguh-sungguh terhadap pemikiran siswa. Sebaiknya guru tetap beorientasi tdak memberikan pendapat dan minta keterangan, daripada bertentangan dan berselisih dengan siswa.

3) Menggunakan Sela Waktu

(15)

Meskipun begitu, guru tetap disarankan untuk mempraktekkan menunggu sedikitnya 3 detik terhadap tanggapan siswa, kemudian mengajukan pertanyaan itu lagi atau dengan sedikit cara berbeda jika tidak ada tanggapan dengan tidak beralih dari jawaban yang pertama. Untuk pertanyaan hafalan sebaiknya jumlah waktu sela kurangdari 3 detik, dan untuk pertanyaan yang ditujukan kepada pemikiran yang tinggi danisi yang lebih sulit sebainya jumlah waktu selanya lebih dari 3 detik.

4) Menanggapi Jawaban Siswa

Kebanyakan guru dalam memberikan tanggaan terhadap jawaban yang benar tidaklah sulit. Namun dalam menanggapi jawaban yang salah atau tidak sempurna merupakan situasi yang sulit. Pedoman yang diarahkan oleh Madeline Hunter (1982) adalah sebagai berikut:

a. Hargailah jawaban atau penampilan yang tidak benar dengan memberikan pertanyaan agar jawaban itu akan menjadi benar.

b. Bantulah siswa itu dengan mmberikan dorongan. c. Berikan kepada siswa itu rasa bertanggung jawab.

5) Menanggapi Pemikiran dan Pendapat Siswa

Seni mengajukan pertanyaan merupakan hal yang penting, namun perilaku verbal lain oleh guru juga sama pentingnya, terutama perilaku untuk menanggapi terhadap pemikiran dan pendapat siswa. Tanggapan tersebut ditunjukkan agar siswa berusaha memperluas daya nalar mereka dan menjadi menyadari atas proses daya nalar mereka.

Pernyataan tersebut seperti pernyataan untuk mencerminkan pemikiran siswa, mengusahakan siswa mencari alternatif, mencari penjelasan, dan menanamka proses pemikiran dan minta bukti pendukungnya.

6) Mengungkapkan Pendapat

Guru membuat model proses penalarannya sendiri dan munjukkan kepada siswa bahwa guru itu menempatkan dirinya sebagai bagian masyarakat belajar yang tertarik akan saling berbagi pemikiran dan penemuan pengetahuan.

c. Menutup Diskusi

(16)

d. Melaporkan Singkat Proses Diskusi

Biasanya diskusi diakhiri dengan laporan singkat yang fokusnya bukan pada isi diskusi melainkan pada cara diskusi itu berlangsung.

D. LINGKUNGAN BELAJAR DAN TUGAS-TUGAS MENGELOLA DISKUSI 1. Memperlambat Langkah dan Meningkatkan Prestasi

Untuk meningkatkan partisipasi dalam diskusi, maka langkah atau tahap pembelajaran harus diperlambat, dan pemberian giliran serta norma pertanyaan haus dimodifikasi. Berikut ini adalah beberapa strategi yang sering dilakukan oleh gruru-guru yang berpengalaman.

a. Strategi TPS (Think-Pair-Share)

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan partisispasi siswa. TPS merupakan jalan yang efektif dalam memperlambat langkah dan menngkatkan prestasi. Karena prosedurnya telah disusun sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir serta mereson sehingga dapat membangkitkan partisipasi siswa.

b. Kelompok Aktif ( Buzz Group)

Penggunaan Buzz Group adalah suatu bentuk pembelajaran yang memliki tujuan untuk mengefektifkan partisipasi siswa. Bzz Group dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa yang dikelompokkan dalam 3 sampai 6 siswa untuk membahas topik tertentu. Setiap kelompok menugas seorang anggotanya untuk mendaftar ide-ide yang muncul dan beberapa saat kemudian guru menanyakan hasil catatan ide ide yang muncul itu dan menyampaikannya di dalam diskusi kelas sebagai ide kelompok.

Buzz Group memberikan lebih banyak partisipasi siswa dalam pembelajaran serta mengurangi adanya dominasi partsisipasi oleh berberapa orang siswa. Penggunaan Buzz Group dapat mengubah dinamika dan dasar pembelajaran skursus secara klasikal serta sangat udah untuk dilaksanakan. c. Bola Pantai ( Beach Ball)

Teknik Beach Ball ini sangat efektif untuk meningkatkan partisipasi siwa yang masih muda dan untuk mengenalkan pribadi anak. Guru memberikan bola kepada salah satu siswa untuk mengawali diskusi, dengan peraturan hanya siswa yang mendapatkan bola yang berbicara, sedangkan siswa yang lain harus berusaha mendapatkan bola dulu agar mendapatkan giliran berbicara, biasanya dengan mengangkat tangan mereka.

(17)

Jalannya diskusi di dalam kelas dapat dipengaruhi sepenuhnya oleh guru, khususnya jika mengajarkan keterampilan tersebut dalam menumbuhkan komunikasi yang baik, yaitu dengan menghargai secara positif pendapat dan partisipasi siswa.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan, sehingga komunikasi yang efektif mempersyaratkan adanya pengirim pesan yang dapat mengekspresikan secara jelas apa yang dimaksudkan. Sedangkan

communication gap berkembang jika penerima pesan salah menginterpretasikan pesan karena dia menggunakan ekspresi yang kurang jelas.

Pada tahun 1970-an John Wallen, dalam psikologi organisasi sebuah perusahaan besar elektronik dan konsultan pada Pasific Northwest, menggambarkan keterampilan orang-orang dapat digunakan dalam membuat suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan lebih efektif untuk mengurangi kesenjangan dalam komunikasi.

a. Keterampilan Proses Mengirim Pesan 1) Paraphrase

Paraphrase atau penyampaian pesan adalah suatu keterampilan untuk mngecek apakah seseorag penerma mengerti atau tidak tentang suatu ide yang dikomunikasikan kepadanya. Paraphrase bukan hanya sekedar mengatakan kembali apa yang dikatakan orang lain, tetapi paraphrase justru merupakan jawaban dari suatu pertanyaan : Apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh pengirim pesan tersebut ? Paraphrase menghendaki pengirim untuk memverifikasi kebenaran dari implementasi penerima.

2) Menggambarkan perilaku (Describe Behaviour)

Seseorang melaporkan tentang perilaku khas orang lain yang dapat diamati , tanpa mengevaluasinya.

b. Keterampilan Proses Menerima Pesan

1) Menggambarkan perasaan (Describe Fellingi)

Apabila kita berpikir bahwa orang lain gagal dalam mengartikan perasaan kita sepenuhnya, ini mengisyaratkan pertolongan dari kita yaitu merubah perasaan tersebut dalam bentuk kata-kata.

2) Mengecek pesan ( Checking Impression)

Mengecek pesan merupakan keterampilan yang melengkapi gambaran perasaanmu dan melibatkan pegecekan perasaan seseorang yang sedang terjadi terhadap perasaan orang lain. Guru dapat belajar dan memodelkan keterampilan ini di dalam kelas dan dapat juga mengajari siswanya secara langsung, sebagaimana mengajarkan keterampilan yang lainnya.

Bentuk pembelajarannya seperti terlihat di bawah ini.

(18)

L

Langkah 2 : Atur siswa berkelompok, masing-masing beranggotakan 3 siswa. Setiap anggota diber tugas secara bergantian sebagai pengirim(mencoba menyampaikan suatu ide), penerima ( mencoba mendeskripsikan apa yang mereka dengar) dan pengamat( mencatat segala ketermpilan komunikasi serta semua hambatannya).

Langkah 3 : Peranan berubah , siswa bergantian peran.

Langkah 4 : Guru membawanya ke dalm diskusi kelas untuk membahasa keterampilan yang mudah dan yang sulit dipelajar, serta bagaimana keterampilan tersebut dapat digunakan dalam diskusi kelas.

3. Piranti untuk Menyoroti Diskursus dan Keterampilan Berpikir

Frank Lyman dan James Mc.Tighe telah menulis dengan ekstensif tentang penggunaan piranti pengajaran, khususnya media visual yang membantu guru dan siswa belajar dengan diskursus dan keterampilan berpikir (Lyman, 19986, Mc. Tighe & Lyman, 1986).

a. Isyarat Bergambar (visual) untuk Think-Pair-Share

Strategi diskusi Think-Pair-Share telah digambarkan sebelumnya. Strategi ini tidak mudah digunakan bagi siswa kegiatan pertama kali diskusi. Pada umumnya kebiasaan lama, atau asal menjawab tanpa menunggu, merupakan suatu kebiasaan yang sulit untuk diubah.

Isyarat-isyarat “ Listen – Think – Pair- Share” :

(19)

Lyman dan kelompoknya telah mengembangkan berbagai cara mengajar siswa, bagaimana menggunakan Think-Pair-Share, khususnya kapan dan bagaimana berpindah dari model satu ke model yang lain. Salah satu strategi yang favorit adalah penggunaan isyarat.seperti diilustrasikan di atas

b. Matriks Berpikir

Mc. Tighe dan Lyman (1988) juga mempelajari bagaimana mendapatkan mahasiswa dan guru dapat bertanya lebih banyak yang memperkenalkan berpikir lebih tinggi dan menganalisa berbagai respon alami dari berbagai macam pertanyaan.

Mereka menciptakan sebuah piranti, yang mereka sebut dengan Matriks Berpikir Lyman (1986). Piranti ini merekomendasikan guru-guru membuat simbol-simbol yang menggambarkan berbagai proses berpikir yang telah digambarkan oleh taksonomi Bloom, dan kemudian membuat kartu-kartu simbol yang dapat ditempatkan di dinding atau dipegang guru.

R : Recall, berupa fakta, hal yang hafalan

= : Mencocokkan (Compare, Ratio, Comparison, Similarity)

≠ : Membandingkan (Contrast, Difference, Distinction, Descrinination)

: Sebab dan akibat (Cause and effect, prediction, hypothesis, inference)

: Alur Berfikir Deduksi (Analogy, Deduction,Categorization)

: Alur Berpikir Induksi (Classification, Induktion, Conclution, Generalization, Finding Essence)

: Evaluasi (Value, Evaluation, Judment, Rating)

Gambar 5.6 Simbol-simbol Pembelajaran Keterampilan Berpikir dengan Respon Pertanyaan

Contoh:

Recall : Bilangan berapakah yang merupakan identitas penjumlahan ? Ex

(20)

Mencocokkan : Apakah persamaan antara jajar genjang dengan persegi panjang?

Membandingkan : Apakah perbedaan antara prisma dengan limas itu?

Sebab dan akibat : Apakah yang menyebabkan

(

4 2

−6 −3

)

tidak memiliki invers?

Dapatkah ditentukan inversnya apabila unsur pada baris ke-2 kolom pertama diubah menjadi -5?

Deduksi : Dari definisi prisma tadi, sebutkan contoh-contoh benda yang berbentuk prisma

Induksi : Daerah suatu lingkaran akan terbagi menjadi dua apabila terdapat sutu diameter, dan akan terbagi menjadi empat daerah apabila terdapat dua diameter, akan terdapat berapah daerahkah apabila lingkaran tersebut terdapan n diameter?

Evaluasi : Apakah betul, untuk melukis suatu fungsi linear cukup dengan menentukan 2 titik koordinat pada fungsi dan kemudian menarik garis lurus yang melalui kedua titik koordinat tersebut ? Mengapa?

Selama diskusi guru menunjukkan simbol-simbol itu. Mereka juga mendorong siswa untuk mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan mereka menjawab dengan menggunakan kartu-kartu simbol seperti terlihat pada gambar 5.6 tersebut yang dikembangkan oleh Lyman dan guru-guru.

Keterampilan diskursus secara khusus tidaklah berbeda dengan keterampilan khas pembelajaran materi/isi (teaching content specific skill). Seperti telah diuraikan sebelumnya, model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menghendaki agar guru mendemonstrasikan dan membuat model keterampilan yang diajarkan, menerima umpan balik dari apa yang telah mereka lakukan (modelkan), dan sesudahnya diikuti praktek keterampilan tersebut oleh siswa-siswanya.

E.PENGUKURAN DAN PENILAIAN

(21)

Sebagaimana dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lain, ada penilaian dan evaluasinya. Pemberian angka/nilai tugas untuk guru sebagai tindak lanjut yang harus diikuti dari suatu diskusi sebagai bagian dari suatu pembelajaran diantaranya adalah pemberiaan angka (grading) seperti diuraikan di bawah ini.

1. Mengikuti diskusi

Guru yang berpengalam membuat catatan baik formal dan mentalnya dalam mengikuti diskusi. Suatu ketika catatannya dapat menyinggung materi diskusi, dan dimaksudkan untuk menolong dalam memperjelas bagian materi pelajarannya. Contohnya, suatu diskusi mengidentifikasi tentang adanya gap pemahaman yang cukup serius dalam suatu topik. Pembelajaran ini mungkin merupakan jawaban yang paling tepat seorang guru dalam merencanakan penyajian salah satu topik yang harus diikuti di dalam diskusi, atau memberikan tugas membaca dari suatu literatur tertentu sebagai tugas siswa. Diskusi dapat juga mengidentifikasi aspek-aspek dari suatu topik, dimana siswa tertarik pada hal-hal yang bersifat khusus. Membimbing diskusi itu sendiri akan memberikan informasi pada guru tentang kekuatan dan kelemahan siswanya dalam proses berpikir dan kemampuan lainnya seperti kemampuan kelompok untuk menyampaikan/mengikuti diskusi atau pembicaraannya. Pembelajaran selanjutnya dapat lebih dikembangkan dan diperkuat perencanaannya.

2. Penilaian diskusi kelas (Grading Classroom Discussions)

Pemberian nilai dalam diskusi kelas dapat dipakai untuk menentukan sikap dari permasalahan yang mungkin dapat membingungkan seorang guru. Di satu pihak jika partisipasi tidak diberi nilai akan memberikan kesan kepada siswa bahwa akan merendahkan perlunya partisipasi dari kegiatan yang lain yang diberi nilai. Sebaliknya pemberian nilai diskusi ini secara praktis tidak mungkin dapat memberikan nilai (mengkuantifikasi) peran serta siswa dalam diskusi dengan semua cara yang memuaskan.

Pertanyaan-pertanyaan para guru dikonfirmasikan ketika mereka mencoba memberikan dalam hal nilai dari suatu diskusi: Apakah saya memberikan penghargaan tersebut atas kuantitas atau kualitasnya? Apakah yang memberikan sumbangan dalam kualitas? Bagaimanakah dengan siswa yang sepanjang diskusi berbicara terus tetapi tidak berisi? Bagaimanakah jika ada siswa pemalu tetapi sebenarnya idenya bagus?

(22)

tampak selalu siap berdiskusi, dan memberikan sumbangan pemikiran yang relevan. Jika cara ini digunakan, perlu adanya diskusi dengan baik dengan kelas dan persyaratan yang tepat yang diperlukan siswa agar mendapatkan nilai/bonus yang dikehendaki.

Cara kedua untuk memberikan nilai diskusi sebagai batu loncatan dari refleksi tugas menulis. Pemberian nilai pada kegiatan ini bukan untuk partisipasinya, tetapi untuk kemampuan siswa dalam merefleksi diskusi ke dalam kata-kata, apa arti diskusi baginya. Berikan tugas kepada siswa dalam bentuk laporan, agar dapat diketahui bagaimana siswa merefleksi secara essay setelah diskusi selesai, hal ini dapat meningkatkan perhatian siswa selama diskusi dan memperpanjang pemikiran siswa tentang diskusi setelah diskusi selesai. Kerugian yang nyata dengan penggunaan diskusi ini sebagai tugas adalah persyaratan waktu untuk membaca dan pemberian nilai tugas-tugas essay (laporan)nya.

3. Menggunakan tes uraian dalam ujian

Beberapa guru dan ahli evaluasi setuju bahwa tes essay sangat baik dilakukan kepada siswa untuk membuka proses berpikir tingkat tinggi dan kreativitas siswa. Jadi jelasnya cara ini merupakan penentu keputusan yang efektif jika guru mencobanya bagi siswa-siswa yang telah selesai melakukan diskusi. Dalam hal ini tes essay lebih unggul dibandingkan tes obyektif. Keuntungan lain dari tes essay adalah tes essay memerlukan waktu yang lebih cepat dalam penyusunan/pembuatan tesnya, jika dibanding tes obyektif. Bagaimanapun, dalam waktu persiapannya, suatu catatan yang perlu diperhatikan dalam penyusunannya bahwa untuk penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang bagus, jelas juga memerlukan waktu. Guru perlu mempertimbangkan waktu dalam menyusun soal, memberikan contoh jawaban, waktu untuk membaca, dan memberikan nilai tes essay tersebut. Mungkin sebagai sesuatu yang sangat kritis, bahwa tes essay tidak dapat mencakup keseluruhan materi jika dibandingkan tes obyektif. Kekritisan tersebut dapat secara parsial diatasi dengan menggunakan kombinasi atau gabungan antara tes obyektif dan tes essay dalam suatu ujian. Penggunaan tes obyektif untuk pengukuran pemahaman siswa tentang pengetahuan yang dasar dan menggunakan tes essay untuk mengukur pemahaman tinggkat tinggi.

(23)

a) Tulislah pertanyaan essay sejelas-jelasnya, dan jelaskan apa yang harus tercakup dalam jawaban siswa.

Sebagai contoh :

Jika guru menginginkan siswa mengaplikasikan informasi, pernyataan harus dinyatakan sehingga dapat meminta siswa benar-benar memberikan jawaban yang tentang aplikasinya.

Jika guru menginginkan siswa membandingkan dua pengertian dasar, pertanyaan harus menyatakan hal itu secara jelas.

Ambillah contoh sebagai berikut “Diskusikan peran saudara tersebut”. Pertanyaan ini terlalu umum dan tidak menyebutkan informasi apa yang sedang dicari/ditanyakan guru. Konsekuensinya, jawaban sangat bervariasi dan guru akan mengalami kesulitan dalam memberi nilai, sebaliknya jika pertanyaannya sebagai berikut: “Deskripsikan dan bandingkan ekonomi daerah Utara dan Selatan selama tahun 1840 dan tahun 1850-an, dan jelaskan bagaimana keadaan ekonomi tersebut mempengaruhi keputusan masing-masing pihak untuk melakukan perlawanan dalam perang saudara tersebut!”

Pertanyaan tersebut menggambarkan secara lebih jelas pada topik-topik yang relevan, dan bentuk pemikiran siswa yang diinginkan guru.

b) Tulislah dahulu contoh-contoh jawaban dari beberapa pertanyaan, dan waktu serta bagian jawaban yang bervariasi

Menuliskan contoh jawaban dapat menjadikan kriteria penentuan nilai dari tes essay. Bentuk-bentuk penugasan dalam aspek-aspek yang bentuk jawabannya bervariasi (misalnya diorganisasikan dalam 5 macam; 5 macam jawaban untuk menjawab secara utuh dan mungkin 5 macam keseluruhan) membantu aturan kualitas permasalahan yang ganjil. Jika teknik tersebut digunakan, segala sesuatu yang mungkin muncul sepanjang jawaban siswa, siswa harus diberi tahu bentuk-bentuk distribusinya.

c) Gunakan teknik-teknik untuk mengurangi efek-efek harapan

(24)

banyak guru yang sudah tahu lebih dahulu hasil kesiapan tulisan siswa-siswa tertentu.

Jika tes essay mempunyai 2 atau 3 pertanyaan, pembacaan dari semua jawaban untuk salah satu pertanyaan tertentu dan kemudian bergeser/membalik kertas sebelum membaca jawaban dari pertanyaan berikutnya yang lain, adalah salah satu yang digunakan guru untuk mengurangi efek-efek harapan. Jika guru mengajar dalam bentuk tim, pengecekan pemberian nilai masing-masing juga sangat menolong.

d) Mempertimbangkan pemberian nilai secara keseluruhan (holistic scoring) Beberapa ahli evaluasi berpendapat bahwa prosedur yang terbaik untuk memberikan nilai untuk pertanyaan essay dan bentuk tulisan siswa yang lain (laporan, essay, dan lain-lain) adalah satu-satunya yang disebut “holistic scoring”. Sesuatu yang logis yang mendasarinya adalah bahwa keseluruhan tulisan siswa tersebut lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagian tulisannya, tetapi perlu mendapatkan pertimbangan dengan sebaik-baiknya. Guru-guru yang menggunakan pendekatan ini pada umumnya melihat sepintas dari keseluruhan hasil tulisan siswa, dan memilih sampel-sampel yang mana tulisan yang dipertimbangkan sebagai tulisan yang baik, sedang, dan sangat kurang. Sampel-sampel tersebu takhirnya menjadi model untuk menentukan kriteria terhadap tulisan-tulisan yang lain. Beberapa guru menggunakan proses yang sama, tetapi menambahkan prosedur yang kedua, yaitu menumpuk tulisan-tulisan dalam kelompok yang tepat sebagaimana mereka membacanya, misalnya kelompok A, kelompok B, dan seterusnya. Mereka kemudian membaca ulang dari pilihan masing-masing kelompok yang berbeda-beda tadi, untuk mengecek pertimbangan awal dan mengecek perbandingannya dengan tulisan dalam kelompok yang sama sesuai yang diberikan.

MEREFLEKSIKAN BENTUK PEMBELAJARAN DIKELAS (REFLECTION BOX)

(25)

kelas mengatakan bahwa hal ini tidak terjadi, dimana guru-guru melanjutkan mendominasi pembicaraan di dalam kelas, dengan memberikan arahan-arahan dan informasi yang harus diikuti oleh siswa.

Jika mereka bertanya kepada siswa, banyak di antara siswa yang menjawabnya dengan jawaban yang bersifat pengulangan (recall), dan bukan pemikiran tingkat tinggi, dan jika siswa tidak menjawab dengan cepat, pertanyaan yang lain dilontarkan, atau pertanyaan ditanyakan pada siswa lain. Semua ditangani dalam tahap-tahap yang cepat. Kita tahu dari hasil penelitian, bahwa guru mendominasi dalam kelas, tahapan singkat hal ini berbahaya.

Kita juga tahu bahwa memperlambat tahapan ceramah, dan menggunakan ceramah yang berbeda, misalnya dengan menggunakan TPS (think – pair -share), akan menghasilkan pemikiran siswa yang baik.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel 1 Enam Jenis Pertanyaan sesuai dengan Taksonomi Bloom

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengembangan produk bahan pembelajaran geometri dan pengukur- an dengan model penemuan terbim- bing berbantuan komputer yang dikem- bangkan dalam penelitian ini

Kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD untuk indikator tertinggi yaitu regulasi diri sebesar 68,60% dengan kategori tinggi, indikator analisis sebesar 66,30% dengan

dap pemanasan selama 1 menit pada 92 o o C dalam kondisi asam atau pada makanan C dalam kondisi asam atau pada makanan yang diasamkan. Akan tetapi untuk mencapai konsistensi yang

(1) Setiap orang atau badan hukum berhak menyelenggarakan pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Bandung sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlakuc. (2)

kooperatif dan minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS siswa SDN 1 Banjarjo Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo adalah sebesar 79%. Sedangkan

Saran yang dapat diberikan adalah current ratio, return on assets, dan return on equity memiliki pengaruh dan hubungan erat serta memberikan kontribusi yang

Bahwa memperhatikan kronologis pencalonan Bakal Pasangan Calon yang diusung oleh PKP Indonesia di Kabupaten Dogiyai sebagai Laporan KPU Provinsi Papua, serta mencermati proses