• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF SUPERVISION BY VILLAGE COUNCIL TOWARD PERFORMANCE OF VILLAGE CHIEF (Study on Daya Sakti Village Tumijajar District West Tulang Bawang Regency)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE INFLUENCE OF SUPERVISION BY VILLAGE COUNCIL TOWARD PERFORMANCE OF VILLAGE CHIEF (Study on Daya Sakti Village Tumijajar District West Tulang Bawang Regency)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SUPERVISION BY VILLAGE COUNCIL TOWARD PERFORMANCE OF VILLAGE CHIEF

(Study on Daya Sakti Village Tumijajar District West Tulang Bawang Regency)

By

ROSDALINA PITASARI

The main issue of this research is democratization process phenomenon on village

governance level as consequence of local autonomy in Indonesia. Village Government in this

context not absolutely becomes a major of governance, but working under the supervision by

Village Council. During this supervision, Village Government should be presented maximal

performance suitable with main duty and function. The purpose of this research is to describe

the influence of supervision by Village Council toward performance of Village Chief on

Daya Sakti Village Tumijajar District West Tulang Bawang Regency.

The type of this research is quantitative descriptive. Research sample are people of Daya

Sakti Village Tumijajar District West Tulang Bawang Regency counted 69 people. Data

collecting technique conducted by questioner and documentation. Data analysis conducted by

Determinacy Coefficient Formula.

The result of this research presented that the influence value of The supervision by Village

Council toward performance of Village Chief on Daya Sakti Village Tumijajar District West

Tulang Bawang Regency is 61,9%. It means, supervision by Village Council was very

important factor in presenting democratization at Village Government and increasing

(2)

influence is positive, it means if supervision by Village Council increased, than performance

of Village Chief will be increased too.

(3)

PENGARUH PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG TERHADAP KINERJA KEPALA KAMPUNG

(Studi pada Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Oleh

ROSDALINA PITASARI

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya fenomena demokratisasi pada

tingkat pemerintahan desa atau kampung sebagai konsekuensi diberlakukannya otonomi

daerah di Indonesia. Pemerintah Kampung dalam konteks ini tidak secara mutlak menjadi

satu-satunya pelaksana pemerintahan, tetapi diawasi oleh lembaga lain yaitu Badan

Permusyawaratan Desa atau Kampung. Melalui pengawasan tersebut, kepala kampung

diharapkan mampu melaksanakan kinerja pemerintahan secara maksimal sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh

pengawasan Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap Kinerja Kepala Kampung

Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Tulang Bawang Barat.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian

adalah Kepala Keluarga (KK) di Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Tulang Bawang

Barat yang berjumlah 69 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner dan

dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya nilai pengaruh pengawasan Badan

Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap kinerja Kepala Kampung Daya Sakti Kecamatan

Tumijajar Tulang Bawang Barat adalah sebesar 61,9%. Maknanya adalah pengawasan yang

(4)

penting dalam merealisasikan kehidupan demokrasi pada pemerintahan desa serta dapat

meningkatkan kinerja kepala kampung secara signifikan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya. Pengaruh tersebut bernilai positif, artinya apabila pengawasan oleh BPK

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kampung atau desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya saling mengenal,

hidup bergotong-royong, adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata cara

sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya.

Desa sebagai daerah otonomi yang bulat dan utuh serta bukan pemberian dari

pemerintah, sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli

yang dimiliki desa tersebut. Otonomi desa diakui secara nyata sehingga

menjadi daerah yang bersifat istimewa dan mandiri, memiliki identitas sendiri.

Desa bukan merupakan unsur pelaksana administratif kabupaten atau

kecamatan (Widjaya, HAW 2008: 164). Secara administratif desa berada di

bawah Pemerintahan Kabupaten, hal ini sesuai dengan Pasal 200

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan daerah, desa merupakan

(6)

2

Pemerintah Desa dalam menjalankan pemerintahannya merupakan subsistem

penyelenggaraan pemerintah daerah, yang memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara berdaya guna dan

berhasil guna sesuai dengan perkembangan pemerintahan. Upaya untuk

memperbaiki sistem pemerintahan desa terus diupayakan dengan penetapan

berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Daerah. Hal ini dapat diketahui dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Berbagai peraturan mengenai pemerintahan desa tersebut berimplikasi pada

terjadinya pergeseran kewenangan, sehingga Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah tidak lagi campur tangan secara langsung akan tetapi

hanya bersifat fasilitator yaitu memberikan pedoman, arahan, bimbingan,

pelatihan dan termasuk pengawasan representatif terhadap Peraturan Desa dan

Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Pemerintah Desa

menyelenggarakan pemerintahan dan mengelola segala urusan sesuai dengan

aspirasi dan keinginan masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa

proses demokratisasi telah bergulir sampai pada tingkat Pemerintahan Desa.

Proses demokratisasi pada tingkat Pemerintahan Desa merupakan fenomena

yang sangat menarik dan strategis, karena dalam konteks ini aparat desa tidak

secara mutlak menjadi satu-satunya agen pelaksana pemerintahan, tetapi ada

lembaga lain yaitu Badan Perwakilan Desa yang memegang peranan penting

(7)

3

Badan Perwakilan Desa berupaya mewujudkan demokrasi di tingkat desa

yang berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (Pasal 209

Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah). Badan Perwakilan Desa

tampil sebagai lembaga yang terpisah dari kekuasaan eksekutif dan legislatif,

berperan sebagai badan pengawas dan kontrol terhadap Pemerintah Desa

mewakili masyarakat. Badan yang beranggotakan wakil-wakil dari

masyarakat ini menampung aspirasi masyarakat untuk kemajuan dan

kesejahteraan desa dan masyarakat yang disesuaikan dengan keterwakilan

wilayah yang ditetapkan melalui cara musyawarah dan mufakat. Peranan

legislasi dilakukan bersamaan dengan Pemerintah Desa dalam merumuskan

dan menetapkan Peraturan Desa. Dengan demikian penerapan nilai-nilai

demokrasi memang harus dilakukan dan sangat penting dalam kemajemukan

masyarakat Indonesia.

Badan Perwakilan Desa untuk setiap kabupaten diatur berdasarkan Peraturan

Daerah yang diterbitkan oleh Bupati selaku Kepala Daerah. Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama Bupati/

Walikota. Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa setiap daerah kabupaten dalam

penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat desa dilakukan oleh Kepala Desa

dan perangkatnya serta Lembaga Perwakilan Desa atau nama lain sesuai

(8)

4

Secara khusus pada Kabupaten Tulang Bawang Barat, Badan Permusyaratan

Desa disebut Badan Permusyawaratan Kampung (BPK), sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 19 Tahun 2006

Tentang Badan Permusyawaratan Kampung. Pasal 4 Peraturan Daerah ini

menyebutkan bahwa kedudukan, tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan

Kampung adalah:

1) Berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah

2) Mempunyai tugas menyalurkan aspirasi masyarakat kampung dalam setiap

rencana yang diajukan Kepala Kampung sebelum dijadikan Peraturan

Kampung

3) Berfungsi menetapkan Peraturan Kampung bersama Kepala Kampung,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Pasal 13 menyebutkan bahwa kewenangan Badan Permusyawaratan Kampung

adalah melaksanakan pengawasan tehadap pelaksanaan peraturan-Peraturan

Kampung dan peraturan Kepala Kampung.

Sesuai dengan peraturan tersebut maka diketahui bahwa penyelenggara

Pemerintah Kampung diawasi oleh Badan Permusyawaratan Kampung (BPK),

sebagai lembaga perwakilan masyarakat kampung dan mitra kerja Pemerintah

Kampung dalam menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan yang berfungsi sebagai badan legislasi, pengawasan, dan

menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat kampung. Badan

Permusyawaratan Kampung (BPK) merupakan lembaga yang terpisah dan

(9)

5

Pengawasan oleh Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap Kepala

Kampung bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja Kepala Kampung

dalam melaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat

kampung. Pengawasan ini bersifat preventif akan tetapi mengikat bagi Kepala

Kampung karena peran BPK secara substansi merupakan bagian dari

pemerintahan kampung.

Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) merupakan representasi dari

masyarakat kampung sehingga harus menjalankan tugas pokok dan fungsinya

sesuai dengan undang-undang. Untuk menjamin bahwa anggota Badan

Permusyawaratan Kampung (BPK) adalah benar-benar wakil dari masyarakat,

keanggotaan BPK harus berasal dari masyarakat setempat dan bertanggung

jawab secara terbuka terhadap seluruh masyarakat kampung, sebagaimana

diamanatkan Pasal 210 Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan

Daerah.

Badan Permusyawaratan Kampung yang berfungsi menampung aspirasi

masyarakat, serta menetapkan Peraturan Kampung bersama Kepala Kampung

harus berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat kampung merasa

terlindungi oleh para wakil-wakilnya di BPK. Keanggotaan BPK dipilih

berdasarkan hasil musyawarah mufakat para tokoh masyarakat, tokoh adat dan

tokoh agama (Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 19

(10)

6

Keanggotaan Badan Permusyawaratan Kampung terdapat pada Pasal 11

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 19 Tahun 2006, yaitu:

1) Pimpinan BPK terdiri dari 1(satu) orang ketua, 1(satu) orang wakil ketua,

dan 1 (satu) orang sekretaris.

2) Pimpinan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh

anggota BPK secara langsung dalam rapat BPK secara khusus.

3) Rapat pemilihan pimpinan BPK untuk pertama kali dipimpin oleh anggota

tertua dan dibantu oleh anggota termuda

Jumlah anggota BPK di tetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5(lima)

orang dan paling banyak 11(sebelas) orang, dengan memperhatikan luas

wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan kampung (Pasal 12

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 19 Tahun 2006 Tentang

Badan Permusyawaratan Kampung).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan dengan tegas bahwa pada

dasarnya dalam konteks penyelenggaraan demokratisasi desa, perangkat

penyelenggara pemerintahan di seluruh kampung dalam wilayah Kabupaten

Tulang Bawang, termasuk di Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar telah

terbentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara

ideal, aparat Pemerintahan Kampung Daya Sakti yang terdiri dari Kepala

Kampung dan Perangkat Kampung dapat menyelenggarakan tugas-tugas

pemerintahan secara maksimal, sementara itu Badan Permusyawaratan

Kampung (BPK) melaksanakan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan

(11)

7

Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah adanya indikasi

kurang maksimalnya Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Daya Sakti

dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap Pemerintah Kampung. Hal

ini didasarkan pada hasil prariset yang penulis lakukan dengan melakukan

wawancara dengan Bapak Edi Sumarno, salah satu Anggota Badan

Permusyawaratan Kampung (BPK) Daya Sakti yang menyatakan bahwa

selama ini proses pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan Kepala

Kampung Daya Sakti tidak terprogram dan hanya bersifat insidental.

Selain itu menurut salah satu aparat kampung, Bapak Susamto pelaksanana

fungsi pengawasan oleh Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Daya Sakti

terkesan lebih lemah dibandingkan dengan pelaksanaan fungsi dalam bidang

penganggaran keuangan kampung, misalnya dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Kampung. Fungsi pengawasan ini juga dirasakan

kurang optimal dibandingkan dengan fungsi legislasi atau penyusunan

Peraturan Kampung. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa BPK Daya Sakti

kurang memiliki konsep dan pelaksanaan pengawasan yang terencana dan

terarah terhadap pelaksanaan pemerintahan oleh Pemerintah Kampung,

padahal secara ideal Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Daya Sakti

dapat secara proporsional dan profesional melaksanakan semua fungsinya,

baik fungsi legislasi (Penyusunan Peraturan Kampung), fungsi anggaran

(Penyusunan APBDes) maupun fungsi kontrol (pengawasan terhadap

penyelenggaraan Pemerintahan oleh Pemerintah Kampung)

(12)

8

Tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Daya Sakti

sebagai mitra kerja dan melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah

Kampung dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung.

Kinerja Kepala Kampung Daya Sakti yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi fungsi dan tugas Kepala Kampung. Menurut Pasal 10 Ayat (2)

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Kampung dan Lembaga

Kemasyarakatan. Tulang Bawang, fungsi Kepala Kampung adalah melakukan

pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan yang ada di Kampung,

bersama-sama dengan BPK melaksanakan peraturan Kampung sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Melakukan

koordinasi terhadap jalannya pemerintah Kampung, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

Kinerja Kepala Kampung sesuai dengan ketentuan Pasal 10 Ayat (3) Peraturan

Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 5 Tahun 2008, adalah membina

perekonomian Kampung, mendamaikan perselisihan masyarakat Kampung

melakukan tertib administrasi pemerintahan ditingkat Kampung sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengajukan Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (RAPBK), Program Kerja

Tahunan dan Program Kerja Lima Tahunan sebagai dasar pelaksanaan tugas

(13)

9

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dengan

kajian mengenai pengaruh pengawasan Badan Permusyawaratan Kampung

(BPK) terhadap Kinerja Kepala Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar

Tulang Bawang Barat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Seberapa besarkah pengaruh

pengawasan Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap Kinerja

Kepala Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Tulang Bawang Barat?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh pengawasan

Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap Kinerja Kepala Kampung

Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Tulang Bawang Barat

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan

disiplin Ilmu Pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan

fungsi pengawasan oleh Badan Permusyawaratan Kampung (BPK)

terhadap kinerja Kepala Kampung dalam menyelenggarakan pemerintahan

(14)

10

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan

kontribusi ilmiah kepada Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) untuk

meningkatkan fungsi pengawasan terhadap pemerintahan kampung. Selain

itu diharapkan dapat berguna sebagai salah satu referensi bagi pihak-pihak

yang akan melakukan penelitian dengan kajian mengenai fungsi

pengawasan Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) terhadap

(15)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

besarnya nilai pengaruh pengawasan Badan Permusyawaratan Kampung

(BPK) terhadap kinerja Kepala Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar

Tulang Bawang Barat adalah sebesar 61,9%. Maknanya adalah pengawasan

yang dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) merupakan

faktor yang sangat penting dalam merealisasikan kehidupan demokrasi pada

pemerintahan desa serta dapat meningkatkan kinerja kepala kampung secara

signifikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pengaruh tersebut

bernilai positif, artinya apabila pengawasan oleh BPK ditingkatkan maka

kinerja kepala kampung juga akan mengalami peningkatan.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Badan Permusyawaratan Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar

Tulang Bawang Barat hendaknya meningkatkan koordinasi dan

profesionalisme dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala

Kampung, hal ini didasarkan pada banyaknya jawaban responden yang

menyatakan bahwa koordinasi dan profesionalisme BPK dalam melakukan

(16)

107

2. Kepala Kampung Daya Sakti Kecamatan Tumijajar Tulang Bawang Barat

hendaknya meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan perselisihan

masyarakat kampung dengan cara melakukan pendekatan secara lebih

intensif dengan para tokoh adat, tokoh masyarakat atau tokoh pemuda

setempat, karena hasil penelitian ini menunjukkan kemampaun kepala

kampung dalam menyelesaikan perselisihan masyarakat kampung adalah

Referensi

Dokumen terkait

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Perwalian dalam Pernikahan di Tiyuh Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hukum Islam Mengatur

(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa seluler terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat hingga kawasan

Penunjukan Pejabat Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Se-Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

1. Daerah adalah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bupati adalah Bupati Tulang Bawang Barat.. Tiyuhadalah sebutan nama

Penelitian yang dilakukan pada rawa Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, diperoleh terdapat 5 spesies vegetasi rawa yang diklasifikasikan sebagai rumput

Didownload dari : https://dicariguru.com PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI 25 TUMIJAJAR Alamat :Kampung Sumber Rejo, Kecamatan

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN KARET PETANI ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA UPPB DI KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT ANALYSIS OF INCOME AND MARKETING OF