PERAN JURU KAMPANYE PKS DI KECAMATAN KOTAPINANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DALAM PROSES
PEMENANGAN PASANGAN GATOT PUJO NUGROHO DAN TENGKU ERRY NURADI PADA PEMILIHAN
KEPALA DAERAH TAHUN 2013
Oleh :
GORBY ABDILLAH P. 080906092
DOSEN PEMBIMBING : HUSNUL ISA HARAHAP, S.Sos, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nama : GORBY ABDILLAH P. (080906092)
Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013
ABSTRAK
Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Rumusan masalah pada penelitian adalah Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat dan bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, serta apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru kampanye saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Name : GORBY ABDILLAH P. (080906092)
The role of the Campaigner In Subdistrict Kotapinang South Labuhanbatu District In Process Winning Pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi In Local Elections In 2013
ABSTRACT
In every campaign agenda campaigners be representative for each pair of candidates for governor and vice governor in campaigning or communicate what the vision, mission and work program pair candidates for governor and vice governor. In addition, the jurkam also invites and encourages citizens to select the pair candidates for governor and vice governor in North Sumatra gubernatorial election of 2013 So campaigner or jurkam which plays an important role as a communicator to convey a political message pair candidates for governor and vice governor.
Formulation of the problem in research is a campaigner What role in influencing people's political choice to Gatot Pujo Nugroho and his partner Tengku Erry Nuradi on local elections in 2013 in Kotapinang Subdistrict Southern Labuhanbatu District. Boundary problem in this study is How the role of campaigners in influencing society and how the process winning pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi at the election of governor and deputy governor of North Sumatra in 2013 to choose Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi, and whether affected communities in ways that made by campaigners when the election for governor and vice governor of North Sumatra in 2013 to win the Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang
saya hormati:
1. Bapak Prof Dr Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA(K)selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Drs. Edward, M.SP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Pemerintahan
Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos., M.Siselaku dosen pembimbing yang
8. Bapak /Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU Medan yang telah banyak membantu saya dalam studi.
9. Bapak Ibrahim Munthe selaku Ketua DPC PKS Labuhanbatu Selatan dan Ibu
Nurbaidah Siagian selaku Humas DPC PKS Labuhanbatu Selatan yang telah
bersedia menjadi narasumber dan banyak membantu dengan memberikan
segala informasi yang telah dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10.Teristimewa kepada Orang Tua penulis, ayahanda Drs. H. Chairil Anwar
Padang dan ibunda Suryawati Br. Sembiring Meliala yang selalu mendoakan,
memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Terima kasih kepada Kiki Siregar yang selalu menemaniku dan memberikan
motivasi, dan dukungan moril serta doa demi terlesainya skripsi ini.
12.Buat sahabat–sahabatku Kevin, Dede, Ridho, Kia, Toank, Toing, Yudi dan teman-teman lain serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
terimakasih buat dukungan dan doanya kepada penulis semoga persahabatan
yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga dengan baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
GORBY ABDILLAH P.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Batasan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
1.6 Kerangka Teori ... 12
1.6.1 Partai Politik ... 12
1.6.2 Kampanye Politik ... 20
1.6.3 Komunikasi Politik ... 31
1.6.4 Juru Kampanye dan Pilihan Politik Masyarakat ... 36
1.7 Metodologi Penelitian ... 44
1.7.1 Jenis Penelitian ... 44
1.7.2 Objek Penelitian ... 45
1.7.3 Jenis Data ... 45
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
BAB II GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS) ... 48
2.1 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera ... 48
2.2 Landasan Filosofis, Karekteristik, Prinsip Dasar Visi, Misi dan Logo PKS ... 53
2.3 Profil Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi ... 60
2.4 Gambaran Umum Pemilhan Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 69
BAB III PERAN JURU KAMPANYE PKS DALAM PEMENANGAN PASANGAN GATOT PUJO NUGROHO DAN TENGKU ERRY NURADI ... 75
3.1 Kegiatan Konsolidasi PKS Dalam Memenangkan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi ... 75
3.2 Agenda Komunikasi Politik dan Kampanye Pasangan GANTENG ... 80
3.3 Peran Juru Kampanye Bagi Pasangan GANTENG ... 86
3.4 Mengkomunikasikan Visi dan Misi... 93
BAB IV PENUTUP ... 100
4.1 Kesimpulan ... 100
4.2 Saran ... 101
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 di Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nama : GORBY ABDILLAH P. (080906092)
Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013
ABSTRAK
Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Rumusan masalah pada penelitian adalah Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat dan bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, serta apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru kampanye saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Name : GORBY ABDILLAH P. (080906092)
The role of the Campaigner In Subdistrict Kotapinang South Labuhanbatu District In Process Winning Pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi In Local Elections In 2013
ABSTRACT
In every campaign agenda campaigners be representative for each pair of candidates for governor and vice governor in campaigning or communicate what the vision, mission and work program pair candidates for governor and vice governor. In addition, the jurkam also invites and encourages citizens to select the pair candidates for governor and vice governor in North Sumatra gubernatorial election of 2013 So campaigner or jurkam which plays an important role as a communicator to convey a political message pair candidates for governor and vice governor.
Formulation of the problem in research is a campaigner What role in influencing people's political choice to Gatot Pujo Nugroho and his partner Tengku Erry Nuradi on local elections in 2013 in Kotapinang Subdistrict Southern Labuhanbatu District. Boundary problem in this study is How the role of campaigners in influencing society and how the process winning pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi at the election of governor and deputy governor of North Sumatra in 2013 to choose Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi, and whether affected communities in ways that made by campaigners when the election for governor and vice governor of North Sumatra in 2013 to win the Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesadaran akan pentingnya demokrasi bagi warga negara saat ini sangat
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan
Pemilihan Umum baik yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Ada fenomena baru dalam suasana demokrasi di Indonesia yang
dimulai tahun 2004. Dalam Pemilihan Umum 2004 untuk pertama kalinya rakyat
Indonesia diberi kebebasan untuk memilih presiden dan wakil presiden secara
langsung. Setelah sukses dengan pemilihan presiden dan wakil presiden secara
langsung tahun 2004 maka pada tahun 2005 bangsa Indonesia memulai era baru
dalam pesta demokrasi yakni dengan diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada)
secara langsung.
Lahirnya UU Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah
dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah memberikan harapan baru bagi bangsa
Indonesia untuk perubahan sistem politik yang otoriter menjadi sistem politik yang
demokratis. Sebelum dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah serta Peraturan Pemerintah No.6/2005 tentang pemilihan Kepala Daerah
secara langsung, maka pemilihan kepala daerah (Gubernur, Walikota maupun
Bupati) mekanismenya diserahkan kepada DPRD di daerah masing-masing.
Walaupun telah menggunakan Undang-Undang No.22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaran Pemilu sebagai pedoman penyelenggaraan, akan tetapi Pilkada kali
ini tidak jauh berbeda dengan Pilkada yang berdasarkan Undang-Undang No.32
keberadaannya oleh KPUD (dalam hal ini KPUD SUMUT). Sehingga yang berhak
mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Sumatera Utara adalah sesuai dengan PP
No 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka yang menjadi peserta Pilkada adalah
sesuai dengan pasal 36 yaitu :
1. Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik
atau Gabungan Partai Politik secara berpasangan.
2. Partai Politik atau Gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat mendaftrakan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan
perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi
DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah
dalam pemilihan anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.
3. Dalam hal Partai Politik atau Gabungan partai politik dalam mengusulkan
pasangan calon menggunakan ketentuan memperoleh sekurang-kurangnya
15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), apabila hasil bagi jumlah kursi DPRD menghasilkan angka
pecahan, maka angka perolehan 15% dari jumlah kursi dihitung dengan
pembulatan keatas.
Oleh karena itu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ini diharapkan bisa
membawa rakyat Sumatera Utara kearah yang lebih demokratis, karena kita telah
diberikan otonomi, dalam kampanye Pilgubsu 2013 dimana kita telah diberikan
kebebasan untuk memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Pilkada langsung
terkait dengan kedaulatan rakyat mencukup hal-hal sebagai berikut:1
1
1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-hak pilihnya secara utuh.
Menjadi kewajiban Negara memberikan perlindungan terhadap hak pilih
rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon
pemimpin.
2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas.
Pertanggungjawaban (responsibility) dan akuntabilitas (accountability)
publik seorang pemimpin merupakan landasan yang amat penting guna
menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada
langsung, maka seorang Kepala Daerah harus mempertanggungjawabkan
kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat
kepada Kepala Daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi
politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan.
3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara
pemerintah dan rakyat. Pemerintah akan melaksanakan kehendaknya sesuai
dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara
keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya
suatu pemerintahan yang demokratis.
Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik
atau Gabungan Partai Politik secara berpasangan. Pasangan calon adalah yang paling
penting dalam Pilkada, dimana mereka yang akan bersaing merebut hati masyarakat
untuk mendukung mereka sehingga mereka dapat menduduki kursi jabatan.
Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang beribukota di Kota Pinang, Kota
Pinang adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu pada
tanggal 15 Juli 2009 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2008
masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kabupaten Labuhanbatu
Selatan merupakan pintu gerbang Provinsi Sumatera Utara ditinjau dari Provinsi
Riau.
Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah
3.596 Ha. Jumlah penduduk 310.141 jiwa, dan secara administrasi terdiri dari 5
kecamatan yaitu Kecamatan Sei Kanan, Kecamatan Torgamba, Kecamatan Kota
Pinang, Kecamatan Silangkitang dan Kecamatan Kamping Rakyat. Sebahagian besar
penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Suku Melayu 70%, Suku Batak
Mandailing 10%, Suku Jawa 7%, dan selebihnya suku-suku lain sekitar 13%. Jumlah
Pemilih perkecamatan di Labuhanbatu Selatan yaitu di Kec. Kotapinang 37.054
pemilih dan 134 TPS, Kec. Kampung Rakyat 34.951 pemilih dan 139 TPS, Kec.
Silangkitang 20.313 pemilih dan 76 TPS, Kec. Sungai Kanan 30.556 pemilih dan
126 TPS, Kec. Torgamba 62.473 pemilih dan 232 TPS. Pemilih tersebut tersebar di
54 Desa dan Kelurahan, dengan jumlah pemilih Laki-laki 94.773 pemilih, dan
Perempuan 90.574 pemilih. Maka jumlah keseluruhan dari masyarakat yang
memiliki hak pilih adalah 185.347 jiwa.2
Pada tanggal 7 Maret 2013, Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan
Pemilihan Gubernur secara langsung. Sejak Pengumuman Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Sumatera Utara Nomor.1551/KPUn Provsu-002/XI/2012 tanggal 8 November
2012 Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2013, sesuai dengan Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor
07/Kpts/KPU-Prov-002/2012 tanggal 24 September 2012 Tentang Perubahan Atas
Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor 01/Kpts/KPU-Prov-002/2012
Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur
2
dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013, Keputusan KPU Provinsi
Sumatera Utara Nomor.05/Kpts/KPU-Prov-002/2012 Tentang Jumlah Kursi dan
Jumlah Suara Sah Untuk Pasangan Calon Yang Diajukan Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Utara Tahun 2013 dan Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor
08/Kpts/KPU-Prov-002/2012 tentang Pedoman teknis Tata Cara Pendaftaran,
penelitian dan Penetapan Pasangan Calon Dari Partai Politik atau Gabungan Partai
Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gebernur Sumatera Utara
Tahun 2013, Pengumuman Pendaftaran bakal pasangan calon Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 mulai tanggal 10 s/d 16 November 2012 batas
terakhir pendaftaran tanggtal 16 November 2012 pendaftaran dilaksanakan dari
pukul 08.00 s/d 16.00 wib kecuali untuk hari terakhir pendaftaran tanggal 16
November 2012 sampai pukul 24.00 WIB.3 Sampai batas akhir pendaftaran, tanggal
16 November 2012 ada 5 pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon wakil
gubernur yang resmi mendaftar di KPUD Sumatera Utara. Ke-5 calon tersebut:4
1. Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman, yang diusung oleh Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang
Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai lain (23 partai).
2. Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, yang diusung oleh PDI Perjuangan,
Partai Peduli Rakyat Nasional dan Partai Damai Sejahtera.
3. Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal Pohan, yang diusung oleh Partai
Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Pemuda Indonesia, Partai
Buruh dan Partai Republika.
3
Ir lanta, 2012, Hari Pertama Pendaftaran Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Provsu Kosong,
http://www.suaranasionalnews.com/?p=15202, Diakses Tanggal 7 November 2013
4
4. Amri Tambunan dan Rustam Effendy Nainggolan, yang diusung oleh Partai
Demokrat.
5. Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, yang diusung oleh Partai
Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Patriot, Partai Bintang
Reformasi dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama.
Berdasarkan hasil perhitungan KPUD Sumatera Utara maka dapat dilihat
rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur
Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 di Kabupaten Labuhan Batu Selatan pada tabel
1.1 berikut ini.5
Tabel 1.1 Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kabupaten Labuhan Batu Selatan
No. Nama Pasangan Jumlah
Pemilih Persentase
1 Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman 22.524 22,3%
2 Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi 15.355 16,5%
3 Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal Pohan 14.390 14,8%
4 Amri Tambunan dan Rustam Effendy Nainggolan 5.782 6%
5 Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi 41.413 40,4%
Dengan jumlah suara yang sah sebanyak 99464 surat suara dan yang tidak
sak berjumlah 3554 surat suara maka total keseluruhannya berjumlah 103018 surat
suara.
Dalam agenda kampanye politik yang dilakukan setiap pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur juru kampanye memegang peranan yang sangat
penting. Dengan adanya penyampaian program kampanye yang tepat dan terarah
5
dari komunikator atau juru kampanye dari tiap pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur, maka pesan politik yang disampaikan kepada khalayak pasti akan diterima
dengan jelas sehingga tujuan dari apa yang disampaikan akan berhasil. Untuk dapat
menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan seorang komunikator atau juru
kampanye yang handal untuk menyampaikan pesan kampanye kepada masyarakat.
Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil
bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau
mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan
calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan
menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru
kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator
dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Karena peran atau tugasnya yang sangat besar, maka setiap Jurkam atau juru
kampanye perlu mendapatkan bekal materi, wawasan atau ilmu yang hendak
disampaikan dalam kampanye. Hal ini sangat penting sekali, karena materi yang
akan disampaikan oleh Jurkam harus bisa ditangkap dan dipahami oleh calon
pemilih. Dalam kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur terdapat
pembagian tugas, yakni antara jurkam pokok dan jurkam figur. Selain berbagai
kegiatan di atas upaya atau pendekatan yang dilakukan oleh juru kampanye tiap
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam merekrut massa adalah melalui
pendekatan psikologis kepada calon pemilih, baik yang berada di wilayah pedesaaan
maupun perkotaan. Bentuk nyata dari kegiatan ini adalah dengan mengadakan
antaranya adalah dengan mengadakan kegiatan bakti sosial maupun kunjungan ke
sentra industri kecil.
Walaupun rakyat yang menentukan siapa yang akan menduduki kursi
gubernur dan wakil gubernur, akan tetapi juru kampanye memiliki pengaruh yang
sangat besar, dikarenakan juru kampanye yang disiapkan oleh partai politik juga
memiliki peran yang sangat menentukan apakah setiap pasangan calon bisa dikenal
masyarakat dengan segala programnya.
Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
“Peran Juru Kampanye PKS Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo
Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi di
Sumatera Utara karena faktor tim sukses yang solid dan peran juru kampanye
sebagai mesin politik yang terus bekerja tanpa kenal lelah. Dengan mengusung
jargon GANTENG (Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi), pasangan yang
diusung oleh PKS, Hanura, dan Partai Patriot ini pada akhirnya berhasil memperoleh
suara terbanyak dengan perolehan suara 33%. Perolehan tersebut jauh diatas
pasangan Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang hanya mendapatkan suara sekitar
24,34%.
Untuk pemilu yang berlangsung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pasangan
Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi mendapatkan 40,4% suara. Hal ini
desa. Hal ini yang membuat masyarakat desa yang berada di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry
Nuradi.6
Sementara untuk Kecamatan Kota Pinang kemenangan pasangan Gatot Pujo
Nugroho dan Tengku Erry Nuradi terlihat dengan diraihnya 23% suara. Perolehan
suara ini karena juru kampanye memberitahukan tentang rencana program kerja dari
pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi yang sifatnya merakyat
untuk semua sektor seperti sektor pertanian.
Kemampuan para Cagubsu/Wagubsu untuk menarik calon pemilih untuk
terlibat dalam kampanye jelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan tim kampanye
mengemas kegiatan kampanye. Salah satu faktor penting adalah para juru
kampanyenya. Dalam bahasa Nimmo, disinilah pentingnya peran para komunikator
politik.7 Sebagai "wakil" dari para Cagubsu/Wagubsu. Tugas Komunikator Politik
adalah menyampaikan pesan-pesan politik atau melindungi tujuan-tujuan
kepentingan politik. Maka dengan jasa juru kampanye ini yang berusaha keras untuk
mempengaruhi (pemilih) untuk mendukung Cagubsu/Wagubsu yang diwakilinya.
Mereka ini bisa para legislator, pimpinan partai politik, ataupun menteri.
Ada tiga alasan mengapa penelitian tentang peran juru kampanye dalam
proses pemenangan dalam pemilihan gubernur Sumatera Utara tahun 2013 ini per
untuk dilakukan yaitu; Pertama karena juru kampanye merupakan ujung tombak dari proses pemenangan kandidat dalam pemilu; Kedua dengan adanya juru kampanye berarti masyarakat menjadi tahu apa yang menjadi program kerja dari
kandidat peserta pemilu; Ketiga juru kampanye merupakan orang yang ahli dan
6
http://gatotpujonugroho.com/mayoritas-warga-labusel-dukung-gatot-tengku-erry-pimpin-sumut/ Diakses Tanggal 3 Desember 2013
7
pandai dalam berbicara kepada masyarakat karena dipersiapkan untuk
memperkenalkan kandidat peserta pemilu kepada masyarakat.
Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa
masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan
perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang
menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja saja yang perlu dijawab atau
dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan
pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan
diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.8
Dari latar belakang penelitian tersebut, maka yang jadi rumusan masalah
adalah: Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik
masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada
pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan masalah agar dalam
penjelasannya nanti akan lebih mudah, terarah dan sesuai dengan yang diharapkan
serta terorganisir dengan baik. Pembuatan skripsi ini dibatasi hanya pada masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat pada
saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013
untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.
8
2. Bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku
Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera
Utara tahun 2013.
3. Apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru
kampanye pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara
tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku
Erry Nuradi.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendeskripsikan proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur
Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
2. Untuk mengetahui peran dari juru kampanye pasangan Gatot Pujo Nugroho
dan Tengku Erry Nuradi dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat
pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di
Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi instansi pendidikan diharapkan penelitian ini mampu memberikan
2. Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,
pemikiran, serta dapat bermanfaat dalam mempraktekan ilmu dan teori
tentang ilmu politik yang telah dipelajari.
3. Bagi Pembaca penelitian ini bermanfaat sebagai sebagai bahan masukan dan
referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah ilmu
politik khususnya tentang peran dari juru kampanye dan mampu memberikan
pemahaman tentang peran juru kampanye politik, khususnya pada kampanye
pemilihan gubernur dan wakil gubernur.
1.6 Kerangka Teori 1.6.1 Partai Politik
Sebuah negara dengan system demokrasi, membutuhkan sebuah organisasi
politik yang menjadi instrument demokrasi. Organisasi tersebut biasa disebut Partai
Politik. Secara definitive, Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai
kelompok manusia yang terorganisir untuk merebut atau mempertahankan
kekuasaan, dengan maksud mensejahterakan anggotanya, baik untuk kebijaksaanaan
keadilan, maupun untuk hal-hal yang bersifat materil. Sementara itu, R. H. Soltau
mengemukakan definisinya tentang partai politik sebagai kelompok warga negara
terorganisasi dan bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk memilih, dengan tujuan untuk menguasai pemerintahan dan
menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.9
Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi
tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita
9
yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.10
Jenis-jenis partai politik dikategorikan bermacam-macam oleh para ahli
politik. Max Weber mengkategorikan partai politik menjadi 2 jenis, yakni partai elit
dan partai massa. Secara tidak langsung, Max Weber mengkategorikannya berdasar
dari model pembiayaan partai, yang secara otomatis menunjukkan pemilihnya. Partai
elit didefinisikan sebagai partai yang didukung oleh kalangan elit dalam system
masyarakat, semisal pengacara, doctor, pengusaha, dan lain-lain. Partai massa
didefinisikan sebagai partai yang didukung oleh kalangan masyarakat bawah. Franz
Neumann mengkategorikan partai politik menjadi 2 jenis, yakni democratic
integrative party and the totalitarian integrative party. Franz Neumann
mengkategorikannya berdasar pada usaha partai dalam mengintegrasikan nilai-nilai
politiknya. Democratic integrative party didefinisikan sebagai partai yang
melakukan usaha-usaha pencapaian tujuan politik secara demokratis. Totalitarian
integrative party didefinisikan sebagai partai yang melakukan usaha-usaha
pencapaian tujuan politik tanpa melalui cara demokratis.11
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik
diIndonesia sejak masa merdeka adalah:12
1. Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1945)
2. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan
Penyederhanaan Kepartaian
10
Budiarjo, Miriam, 1989, "Dasar-Dasar Ilmu Politik", Jakarta: PT. Gramedia, Hal. 159.
11
János Simon, The Change of Function of Political Parties at the Turn of Millennium, http://www. slideshare.net/alafito/the-change-of-function-of-political-parties-at-the-turn-ofmillennium-2003, Diakses Tanggal 6 Februari 2014
12
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan,
dan Pembubaran Partai-Partai
4. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan
Karya
5. Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik
7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (berlaku saat ini)
Partai politik melaksanakan suatu tugas penting di dalam pemerintahan.
Partai politik bersama masyarakat berusaha mencapai kontrol pemerintahan,
menciptakan kebijakan yang baik sesuai kepentingan mereka atau kelompok yang
mendukung mereka, serta mengorganisir dan membujuk pemilih untuk memilih
calon mereka agar menempati jabatan tertentu. Walaupun sangat banyak yang
dilibatkan di dalam menjalankan pemerintahan pada semua tingkat, partai politik
bukanlah pemerintah. Tujuan dasar partai politik adalah mencalonkan orangnya
untuk jabatan publik, dan untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara pemilih.
Ketika terpilih, pejabat-pejabat tersebut akan berusaha mencapai tujuan Partai
mereka melalui proses legislasi dan inisiatif program. Terdapat beberapa fungsi
partai politik, yakni:13
1. Sarana komunikasi politik
Partai politik memiliki fungsi merumuskan berbagai usulan kebijakan yang
bertumpu pada aspirasi rakyat baik yang berada dalam kelompok yang sama
ataupun berbeda. Rumusan tersebut kemudian diartikulasikan dan
13
diagregasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah
kebijakan. Partai politik memiliki peran yang cukup strategis dalam
menjembatani komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.
Mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan rakyat ini menjadi
salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan agar eksistensi partai politik
tetap terjaga dalam kancah perpolitikan dan tidak ditinggalkan oleh rakyat
yang diwakilinya.
2. Sarana sosialisasi dan pendidikan politik
Partai politik mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan seluruh wacana
politiknya kepada rakyat. Wacana politik ini dituangkan dan dapat dilihat
melalui visi, misi, platform dan berbagai program yang diemban oleh partai
politik. Rakyat dalam hal ini harus diperlakukan tidak hanya sebagai subyek
tetapi sekaligus juga sebagai obyek. Dengan demikian rakyat akan tumbuh
menjadi semakin dewasa dan terdidik dalam berpolitik dan berdemokrasi.
3. Sarana rekruitmen politik
Partai politik mempunyai kewajiban untuk melakukan rangkaian kegiatan
seleksi dan rekruitmen dalam rangka mempersiapkan pengisian berbagai
posisi dan jabatan politik sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Diantaranya adalah jabatan presiden dan wakil presiden, menteri, gubernur,
anggota dewan dan sebagainya. Rekruitmen politik menjadi sangat penting
akan memberikan warna dan peluang bagi terjadinya dinamika politik yang
dapat menekan terjadinya otoriterisme, diktatorisme, kemandegan dan
4. Sarana peredam dan pengatur konflik
Partai politik dituntut untuk memiliki kepekaan dan sensitifitas yang tinggi
terhadap berbagai potensi konflik yang dari waktu kewaktu intensitasnya
semakin meningkat. Partai politik memiliki kewajiban untuk meredam dan
mengatur potensi konflik agar tidak meledak dan menimbulkan masalah baru.
Konflik memang secara alamiah ada, tetapi yang penting adalah bagaimana
mengelola potensi konflik yang ada agar menjadi energi, spirit dan support
dalam merumuskan sebuah kebijakan politik untuk semua yang
menguntungkan semua pihak.
Dalam literature lain, ada 3 fungsi partai politik, yakni:14
1. Representing groups of interests
Dalam partai politik dikenal istilah konstituen, yakni orang yang mendukung
atau mempercayakan hak pilihannya kepada Partai atau kandidat partai.
Partai politik menyajikan kelompok seperti halnya individu. Kelompok
kelompok kepentingan ini mempunyai perhatian khusus. Semisal, partai
politik yang merepresentasikan petani, partai politik yang merepresentasikan
buruh, dan lain sebagainya. Di Indonesia, beberapa partai berhasil
memposisikan dirinya. Sebagai salah satu contohnya adalah PDIP, yang
memposisikan dirinya sebagai partai politik yang merepresentasikan wong
cilik.
2. Simplying Choice
Di beberapa Negara, partai politik mampu menempatkan dirinya pada posisi
ideology, filosofi, ataupun nilai-nilai politik tertentu. Pemilih dapat melihat
partai politik tertentu berdiri pada sisi tertentu, walaupun dengan penilaian
14
secara sederhana. Sehingga pemilih tidak melihat partai politik sebagai
sesuatu yang semu tanpa perhatian khusus yang mencirikannya. Semisal di
Amerika Serikat, Partai Republik ditempatkan sebagai partai pendukung
kalangan bisnis, dan Partai Demokrat ditempatkan sebagai partai pendukung
masyarakat bawah.
3. Making Policy
Partai politik, secara organisasi, bukanlah pembuat kebijakan. Namun, partai
secara pasti mengambil posisi pada kebijakan-kebijakan penting, terutama
untuk menyediakan alternative-alternatif kepada siapapun Partai yang
berkuasa. Ketika sebuah partai berkuasa, partai tersebut mencoba untuk
meletakkan filosofinya ke dalam praktek perundang-undangan. Jika seorang
calon memenangkan jabatan dengan mayoritas besar, hal itu berarti bahwa
pemberi suara sudah memberikan suatu mandat untuk menyelesaikan
program yang dikampanyekan.
Jason Simon, seorang peneliti politik dari Institut Ilmu Politik Hungarian
Academy of Sciences, mengemukakan dalam tulisannya yang berjudul The Change
of Function of Political Parties at the Turn of Millennium, beberapa fungsi partai
politik.15
1. The Functions of Political Socialization
Sosialisasi politik adalah proses selama seseorang menjadi sadar dan
memperoleh norma-norma, nilai-nilai dan aturan tentang perilaku politik.
Selama proses ini, keluarga, sekolah, komunitas pertemanan, saluran
informasi (semisal ceramah kuliah, media, hubungan telepon, dll.), dan
15
peristiwa yang secara langsung dialami oleh individu, merupakan aspek yang
penting dalam sosialisasi politik. Proses sosialisasi juga dipengaruhi oleh
kebiasaan dari individu, terutama kemampuannya untuk menerima nilai-nilai
baru, dan berapa banyak nilai-nilai ini menjadi inclusif atau eksklusif
terhadap nilai-nilai lain. Faktor-faktor ini mendefinisikan ketertarikan dan
respon individu terhadap politik, toleransi politiknya, serta identitas partai
atau kelompok.
2. The Functions of Mobilization
Melalui mobilisasi politik (menghimbau untuk bertindak, mengerahkan)
partai politik melibatkan warganegara ke dalam kehidupan publik. Tujuan
mobilisasi politik meliputi tiga bidang: untuk mengurangi ketegangan sosial
yang dimunculkan oleh kelompok yang dikerahkan, untuk mengelaborasi
program dalam rangka memperoleh suara bagi partai, dan untuk membangun
suatu struktur kelompok yang dapat dijadikan referensi bagi partai politik.
Tujuan dari semua mobilisasi politik adalah untuk mencapai suatu efek baik
dari aspek-aspek diatas, sehingga dapat memastikan posisi yang lebih baik
untuk mobilisasi partai politik.
3. The Functions of Participation
Fungsi partisipasi politik yang dilakukan oleh partai politik dapat dibedakan
dari fungsi mobilisasi. Dengan memobilisasi warganegara, partai sedang
mengarah pada pembentukan dan pemengaruhan peristiwa-peristiwa politik
dengan bantuan dari lingkaran yang terlembagakan dan organisasi-organisasi
dalam sistem politik. Sedangkan Partisipasi memastikan perasaan dan
kemampuan demokrasi, serta kompetisi didalam partai politik. Partai politik
sebagai fungsi partai politik, partisipasi politik melibatkan dua dimensi, yakni
partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif meliputi instrumen
kerja partai (aktifitas konkret partai, pemilihan pemimpin) dan ketertampilan
kerja partai (demonstrasi, debat politik). Partisipasi pasif meliputi kepatuhan
partai terhadap hukum.
4. The Function of Legitimacy
Fungsi legitimasi mengacu pada bentuk opini publik. Hal tersebut didasarkan
pada kepercayaan dan dukungan Partai kepada pemerintah dan sistem,
melalui eksistensi partai tersebut. Fungsi legitimasi merupakan efek kolektif
dari sosialisasi politik, mobilisasi politik, dan partisipasi politik. Pengenalan
dan dukungan sistem pemerintahan tergantung pada berapa banyak warga
negara yang taat, menghormati norma, menerima perbedaan dan pemikiran
alternatif yang muncul dalam rangka menerima sistem institusi dan
mekanisme demokrasi. Partisipasi dan Mobilisasi memberikan kepercayaan
dan pengalaman bagi pemilih bahwa opini mereka, kepentingan mereka, dan
sistem nilai mereka, berperan dalam sistem demokrasi. Menurut beberapa
ahli, hal tersebut merupakan aspek yang membedakan antara demokrasi dan
non-party/singleparty dictatorship. Oleh karena itu, fungsi legitimasi adalah
fungsi utama dari partai politik.
5. The Function of Representation
Fungsi representasi merupakan hasil dari keikutsertaan partai pada pemilihan
umum. Sistem pemilihan umum pada negara demokrasi harus memenuhi dua
kriteria: representasi dan pemerintahan. Prinsip representasi menjamin
ekspresi keinginan pemilih, sebagai hasil akhir dari suara yang telah
1.6.2 Kampanye Politik
Kampanye politik yang dilakukan oleh calon Kepala Daerah ditujukan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang visi, misi serta berbagai program
yang ditawarkan oleh calon Kepala Daerah. Selain itu, Kampanye Politik yang
dibangun oleh calon kepala daerah tidak terlepas dari Tim pemenangan calon kepala
daerah yang bertugas untuk merancang strategi kampanye politik yang hendak
dijalankan oleh pasangan calon kepala daerah. Kampanye Politik pada dasarnya
merupakan salah satu bentuk dari komunikasi politik. Untuk dapat menyusun
sebuah kampanye politik yang efektif, maka kita harus dapat memahami komunikasi
politik terlebih dahulu. Komunikasi politik menjadi hal yang sangat penting yang
harus dilakukan oleh setiap elit politik. Karena komunikasi politik menjadi kunci
yang utama bagi partai politik maupun kandidat dalam menyampaiakan pesan
kepada massa maupun pendukungnya.
Identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi
suara yang akan diperoleh pada saat pencoblosan dan juga untuk mengidentifikasi
strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih.
Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan maupun partai politik, karena
pesaing juga secara intens melakukan upaya-upaya untuk memenangkan persaingan
politik.16
Banyak sekali definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah Rice dan Paisley yaitu “Someone’s intention to influence someone else’s beliefs or behavior using communicated appeals.” (Kampanye
diartikan sebagai keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan atau
tingkah laku orang lain dengan menggunakan daya tarik komunikasi). Sedangkan
16
menurut Kotler dan Roberto, “Campaign is an organized conducted by one group
(the change agent) which intends to persuadeothers (the target adopter), to accept,
modify, or abandon certains idea, attitudes practices and behavior.” (Kampaye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan
untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang
ide, sikap dan perilaku tertentu).17
Selain definisi di atas, maka Rogers dan Storey, menjelaskan bahwa
kampanye sebagai “ Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan
menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.”18
“A political campaign is an organized effort which seeks to influence the
decision making process within a specific group. In democracies, political
campaigns often refer to electoral campaigns, wherein representatives are chosen or
referendums are decided.” (Sebuah kampanye politik adalah usaha yang terorganisir
yang berusaha untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam suatu
kelompok tertentu. Dalam demokrasi, kampanye politik sering menyebut pemilu
kampanye, dimana wakil-wakil dipilih atau referendum yang memutuskan.)19
Merujuk pada definisi diatas, maka kita dapat melihat bahwa dalam setiap
aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan
kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah
khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui
serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Selain empat pokok ciri diatas,
17
Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 284
18
Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 7.
19
kampanye juga memiliki ciri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang
jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab
suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang
menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas
sumber pesan tersebut setiap saat.
Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan
gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselengarakannya kampanye juga
terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan
tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala
tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak
dn mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas
dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh
tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff dikatakan “Campaigns
generally exemplify persuasion in action”.20
Dari definisi di atas, maka setiap aktifitas kampanye konunikasi setidaknya
harus mengandung empat hal yakni :
1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak
tertentu.
2. Jumlah khalayak sasaran yang besar
3. Biasanya dipusatkan pada kurun waktu tertentu
4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
20
1. Efek Kampanye
Efek komunikasi dalam kampanye, merupakan bagian penting dalam
pencapain tujuan kampanye. Efek yang diharapkan timbul dari proses komunikasi
dalam kampanye adalah :
a. Dampak Kognitif
Komunikan mengetahui atau meningkat intelektualitasnya. Pesan ditujukan
kepada pikiran si komunikan. Tujuan komunikator berkisar pada upaya
mengubah pikiran komunikan.
b. Dampak Afektif
Komunikan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu, misalnya
sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c. Dampak Behavioral
Dampak ini adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, timbul pada diri
komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau tindakan. Di dalam konteks
antar partai maka terdapat tiga tujuan kampanye, yakni :
1) Ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu
partai dan agar mereka memilih sesuai dengan kesetiaan itu.
2) Ada kegiatan untuk menjajaki warga negara yang tidak terikat pada
partai dan menurut istilah Kenneth Burke untuk menciptakan
pengidentifikasi di antara golongan independen.
3) Ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk
meyakinkan rakyat bahwa keadaan lebih baik jika dalam kampanye
ini mereka memilih kandidat dari partai lain.21
2. Jenis dan Tipe Kampanye
Berbagai jenis maupun tipe kampanye pada dasarnya ditentukan oleh
motivasi yang melatar belakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye.
Dan motivasi inilah yang akan menentukan ke arah mana kampanye ini akan
digerakkan dan tujuan apa yang akan dicapai. Berdasarkan keterkaitan antara
motivasi dan tujuan kampanye tersebut, Charles U. Larson membagi jenis kampanye
ke dalam tiga kategori, yakni :22
a. Product Oriented Campaigns
Kampanye yang berorientasi pada produk. Motivasi yang mendasarinya
adalah memperoleh keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan
memperkenalkan produk dan melipat gandakan penjualan, sehingga
diperoleh keuntungan yang diharapkan. Kampanye jenis ini sering juga
disebut dengan commercial campaign atau coorporate campaigns.
b. Candidate Oriented Campaigns
Sebuah kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi
oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini antara
lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap
kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki
jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye
jenis ini sering juga disebut dengan political campaigns.
21
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, terjemahan : Tjun Surjaman, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. hal. 192
22
c. Ideologically or Cause Oriented Campaigns
Bentuk kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus
dan sering kali berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye ini ditujukan
untuk menangani masalah-masalah sosial melaui perubahan sikap dan
perilaku publik yang terkait. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan
social change campaigns.
Selain yang tertera diatas ada tipe kampanye yang lain yaitu tipe kampanye
berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004
Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua
jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu :
a. Pertemuan Terbatas
b. Tatap muka dan dialog
c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
d. Penyiaran melalui radio dan atau televise
e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
f. Pemasangan alat peraga di tempat umum
g. Rapat umum
h. Debat publik / debat terbuka antar calon
i. Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan
3. Strategi dan Teknik Dalam Kampanye Politik
Menjelang pelaksanaan pemilihan gubernur, maka partai politik atau
kandidat calon gubernur pasti selalu melakukan upaya atau strategi untuk
mendapatkan suara atau massa sebanyak-banyaknya. Upaya-upaya untuk
dan menerapkan strategi kampanye politik. Pemasaran politik merupakan
serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka
panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para
pemilih.23
Onong Uchjana Effendi, menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajenen (management) untuk mencapai suatu tujuan.
Demikian pula dengan Strategi komunikasi yang merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi yakni unuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi
dan kondisi.24
Agar dapat memenangkan persaingan dalam bidang politik, maka diperlukan
suatu strategi yang tepat. Strategi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan politik, tanpa adanya suatu strategi yang baik maka partai politik tidak
akan mampu bersaing dan memenangkan persaingan politik.25
Perencanaan kampanye merupakan cetak biru (blue print) yang lengkap dari
rangkaian tahap demi tahap kegiatan kampanye yang akan dilakukan oleh juru
kampanye dalam upaya untuk mencapai tujuan dan keberhasilan kampanye. Secara
sederhana, perencanaan kampanye dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses
yang bersifat terstruktur dari upaya kampanye atau pemasaran politik. Rangkaian
proses ini mencakup beberapa unsur pokok, yakni :
23
Adman Nursal, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan Umum, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. hal. 21
24
Onong Uchana, Effendi, 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, hal 32
25
a. Penelitian dan analisis mengenai kecenderungan–kecenderungan situasi dan masyarakat pemilih.
b. Analisis SWOT mengenai partai atau kandidat
c. Tujuan-tujuan kampaye, bersifat target dan tujuan dari kampanye dan
pemasaran politik dalam konteks pemilihan untuk memenangkan pemilihan.
d. Strategi-strategi kampanye atau pemasaran politik.
e. Program-program kegiatan beserta segala dukungan yang dibutuhkan,
termasuk dana.
f. Monitoring atau kontrol terhadap implementasi perencanaan.26
4. Faktor Penghambat dan Penunjang Keberhasilan Suatu Kampanye
Di dalam suatu kegiatan kampanye politik, baik kampanye pemilu legislatif,
pemilu presiden maupun pemilu kepala daerah pasti banyak terdapat faktor yang
dapat menghambat dan menunjang jalannya suatu kampanye. Di bawah ini pendapat
para ahli terkait faktor-faktor yang menjadi penghambat maupun penunjang jalannya
suatu kampanye.
a. Faktor–faktor penghambat dalam kampanye Menurut Kotler dan Roberto,
ketidakberhasilan sebagian besar kampanye biasanya disebabkan oleh :27
1) Program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya
secara tepat. Mereka mengalamatkan kampanye kepada semua orang,
hasilnya kampanye menjadi tidak fokus dan tidak efektif.
2) Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak mampu memotivasi
khalayak untuk menerima dan menerangkan gagasan yang diterima.
26
Pawito, 2008. Komunikasi Politik:Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta, hal. 219.
27
3) Pesan-pesan tersebut juga memberikan petunjuk bagaimana khalayak
harus mengambil tindakan yang diperlukan.
4) Pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa
menindaklanjutinya dengan komunikasi antar pribadi.
5) Anggaran untuk membiayai program kampanye tersebut tidak
memadai, sehingga pelaku kampanye tidak berbuat secara total.
b. Faktor-faktor Penunjang Keberhasilan dalam Kampanye
Menurut Rogers dan Storey, kesuksesan dalam sebuah kampanye ditandai
oleh empat hal, yakni :
1) Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisis
khalayak sasaran kampanye.
2) Pesan-pesan dalam kampanye dirancang secara segmentatif sesuai
dengan jenis khalayak yang dihadapi.
3) Penetapan tujuan yang realistis.
4) Kampanye lewat media massa akan mendatangkan keberhasilan jika
ditindaklanjuti dengan komunikasi interpersonal.
Sedangkan menurut Mendelsohn terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
oleh campaign makers jika menginginkan suatu kampanye dapat berjalan
dengan sukses, yakni :
1) Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai
dengan situasi masalah dan sumber daya yang tersedia.
2) Menyampaikan pesan kampanye hanya melalui media massa saja
tidak cukup, pemanfaatan berbagai saluran komunikasi secara terpadu
3) Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi
secara memadai. Khalayak sasaran tidak boleh diperlakukan sebagai
monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran
yang beragam.
Dalam suatu persaingan di dunia politik, suatu partai politik atau kontestan
membutuhkan suara dari para pemilih agar bisa berkiprah di dunia politik. Untuk itu,
maka kontestan politik harus bisa memahami pemilih mereka. Tanpa adanya
pemahaman ini, maka mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, sehingga akan
gagal untuk menyelenggarakan tujuan mereka di dunia politik.28
Selain beberapa hal di atas terdapat hal-hal yang dapat menunjang
keberhasilan seorang kandidat atau calon untuk dapat menjadi pemenang dalam
event Pilkada, yakni :
a. Popularitas
Di dalam event pemilihan gubernur secara langsung popularitas figur
memainkan peran yang sangat significant dalam mendulang perolehan suara.
Dalam ranah kajian voting behavior sendiri, popularitas adalah key success
factor yang tak dapat ditawar-tawar bagi seorang politisi untuk merintis jalan
menuju kekuasaan. Popularitas adalah modal dasar bagi seoarang kandidat
untuk terpilih (elektabilitas). Seorang calon atau kandidat yang memiliki
popularitas yang tinggi pasti akan memilki peluang terpilih yang tinggi bila
dibandingkan dengan calon atau kandidat yang tidak populer/terkenal di mata
publik.
28
b. Akseptabilitas
Selain faktor popularitas maka faktor lain yang harus diperhatikan oleh
seorang kandidat atau tim sukses adalah dengan mengukur akseptabilitas dari
calon yang hendak maju dalam sebuah pertarungan Pilkada. Saat ini
popularitas bukan satu-satunya faktor yang membuat seseorang bisa menjadi
pemenang dalam event pemilihan kepala daerah. Karena dalam era sekarang
masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilih seorang calon yang dianggap
memiliki kompetensi, integritas, kredibilitas, dan akseptabilitas yang tinggi.
Dengan adanya penerimaan yang tinggi dari masyarakat kepada calon atau
kandidat maka akan menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat untuk
menentukan pilihan politiknya.
c. Dana / Uang
Dana atau uang adalah salah satu sumber daya yang penting dan harus
dimiliki untuk kelancaran program kampanye. Jika kandidat memiliki
financial besar tentu saja tim bisa membuat program pemenangan yang lebih
fariatif, kreatif dan lebih banyak.
d. Strategi
Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi metode, teknik
dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari
proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka pencapaian
tujuan dan sasaran. Untuk dapat memenangkan sebuah pertarungan dalam
event Pilkada maka strategi komunikasi politik harus dikemas dengan baik.
Dengan menerapkan strategi komuniksi politik yang tepat maka seorang
juga harus didukung dengan faktor pendukung lainnya, seperti popularitas
kandidat, akseptabilitas dan dibantu dengan dana/anggaran yang mencukupi.
1.6.3 Komunikasi Politik
1. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian
suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan
komunikasi tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu
sanksi yang di tentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.29
Pengertian Komunikasi Politik tersebut disampaikan oleh Harmoko, yang
menekankan komunikasi politik dengan melihat pentingnya pengaruh yang
dihasilkan oleh komunikasi politik pada pencapaian hasil yang ditargetkan oleh
partai politik. Artinya jika partai hanya menargetkan perolehan suara pada saat
pemilu, maka komunikasi politik akan dikatakan berhasil jika partai tersebut menang
atau setidaknya dapat mendulang suara yang signifikan dalam pemilihan umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik
merupakan penyampaian pesan yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh
sedemikian rupa, sehingga masalah yang di bahas oleh jenis kegiatan komunikasi
tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu sanksi yang
di tentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.
2. Komponen-Komponen Komunikasi Politik
Komunikasi politik yang berkembang saat ini adalah sebagaimana yang
diungkapkan Nimmo dalam bukunya Komunikasi Politik yaitu Komunikator, Pesan
29
dan Media, Nimmo mengatakan bahwa tujuan komunikasi politik adalah
pembentukkan pendapat publik.
Dengan meminjam formula Harol Lasswel, “siapa mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dengan efek apa“ (who says what in which chanel to
whom with what effects?). Nimmo menjelaskan hubungan antara komunikasi politik
dan opini publik. Elemen who (siapa) dalam model itu adalah komunikator politik;
says what (mengatakan apa) adalah pesan politik yang memakai simbol-simbol
politik; in which chanel (saluran) adalah media yang digunakan untuk mengirimkan
pesan-pesan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan media massa; to
whom (kepada siapa) adalah khalayak atau publik dan with what effet (akibat apa)
adalah dampak dari komunikasi politik berupa opini publik.30
Dengan opini publik yang telah terbentuk, maka partisipasi politik yang
diharapkan dari konstituen akan diterima oleh komunikator. Partai akan punya
pemilih yang banyak jika opini yang dikembangkan sesuai dengan konstituen
tesebut.
a. Komunikator Politik
Nimmo membagi tiga jenis komunikator politik yaitu:
1) Politikus sebagai komunikator politik.
Orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah
harus dan memang berkomunikasi tentang politik. Manusia
menamakan calon atau pemegang jabatan ini politikus, tidak peduli
apakah yang dipilih, ditunjuk atau pejabat karir dan tidak
30
mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif maupun
yudikatif. Politikus mencari pengaruh melalui komunikasi.31
2) Profesional sebagai komunikator politik.
Profesional diartikan sebagai golongan yang independent dan
melakukan pekerjaan tanpa ada tendensi meraih kekuasaan layaknya
politikus. Golongan profesional ini tidak ada hubungan struktural
dengan politikus maupun partai politik. Profesional tidak memiliki
kepentingan untuk memperoleh jabatan di pemerintahan, sehingga
hanya konsentrasi untuk mengolah dan menyampaikan
lambang-lambang serta simbol-simbol politik kepada khalayak. Satu perangkat
profesional mencakup dua jenis yaitu jurnalis dan promotor.
Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukankepentingan
langganan tentu. Promotor ini adalah agen publitas tokoh masyarakat
yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi swasta
atau pemerintah, pejabat informasi baik pada jawatan pemerintah,
sekretaris pers kepresidenan personel periklanan perusahaan, manajer
kampanye dan pengarah publitas kandidat politik.32
3) Aktivis sebagai komunikator politik
Aktifis adalah juru bicara bagi kepentingan yang terorganisir yang
tidak memegang ataupun bercita-cita memegang jabatan pada
pemerintahan.33 Peranan aktivis ini sangat besar pada penyampaian
pesan politik, karena para aktivis ini murni menginginkan perubahan
keadaan bangsa yang lebih baik.
31
Dan Nimmo. 1993, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Penerj: Tjun Surjaman. Bandung : Remaja Rosdakarya, Hal. 30
32
Ibid, Hal. 30
33
b. Komunikan Komunikasi Politik
McQuil dan Windahl mendefinisikan khalayak sasaran atau komunikan
adalah sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah
melalui kegiatan kampanye.34
Komunikan