• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN JURU KAMPANYE PKS DI KECAMATAN KOTAPINANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DALAM PROSES

PEMENANGAN PASANGAN GATOT PUJO NUGROHO DAN TENGKU ERRY NURADI PADA PEMILIHAN

KEPALA DAERAH TAHUN 2013

Oleh :

GORBY ABDILLAH P. 080906092

DOSEN PEMBIMBING : HUSNUL ISA HARAHAP, S.Sos, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : GORBY ABDILLAH P. (080906092)

Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013

ABSTRAK

Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Rumusan masalah pada penelitian adalah Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat dan bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, serta apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru kampanye saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : GORBY ABDILLAH P. (080906092)

The role of the Campaigner In Subdistrict Kotapinang South Labuhanbatu District In Process Winning Pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi In Local Elections In 2013

ABSTRACT

In every campaign agenda campaigners be representative for each pair of candidates for governor and vice governor in campaigning or communicate what the vision, mission and work program pair candidates for governor and vice governor. In addition, the jurkam also invites and encourages citizens to select the pair candidates for governor and vice governor in North Sumatra gubernatorial election of 2013 So campaigner or jurkam which plays an important role as a communicator to convey a political message pair candidates for governor and vice governor.

Formulation of the problem in research is a campaigner What role in influencing people's political choice to Gatot Pujo Nugroho and his partner Tengku Erry Nuradi on local elections in 2013 in Kotapinang Subdistrict Southern Labuhanbatu District. Boundary problem in this study is How the role of campaigners in influencing society and how the process winning pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi at the election of governor and deputy governor of North Sumatra in 2013 to choose Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi, and whether affected communities in ways that made by campaigners when the election for governor and vice governor of North Sumatra in 2013 to win the Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan skripsi ini.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama kepada yang

saya hormati:

1. Bapak Prof Dr Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA(K)selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Bapak Drs. Edward, M.SP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Pemerintahan

Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos., M.Siselaku dosen pembimbing yang

(5)

8. Bapak /Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik USU Medan yang telah banyak membantu saya dalam studi.

9. Bapak Ibrahim Munthe selaku Ketua DPC PKS Labuhanbatu Selatan dan Ibu

Nurbaidah Siagian selaku Humas DPC PKS Labuhanbatu Selatan yang telah

bersedia menjadi narasumber dan banyak membantu dengan memberikan

segala informasi yang telah dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

10.Teristimewa kepada Orang Tua penulis, ayahanda Drs. H. Chairil Anwar

Padang dan ibunda Suryawati Br. Sembiring Meliala yang selalu mendoakan,

memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Terima kasih kepada Kiki Siregar yang selalu menemaniku dan memberikan

motivasi, dan dukungan moril serta doa demi terlesainya skripsi ini.

12.Buat sahabat–sahabatku Kevin, Dede, Ridho, Kia, Toank, Toing, Yudi dan teman-teman lain serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

terimakasih buat dukungan dan doanya kepada penulis semoga persahabatan

yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga dengan baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua

dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, Agustus 2014

Penulis,

GORBY ABDILLAH P.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Kerangka Teori ... 12

1.6.1 Partai Politik ... 12

1.6.2 Kampanye Politik ... 20

1.6.3 Komunikasi Politik ... 31

1.6.4 Juru Kampanye dan Pilihan Politik Masyarakat ... 36

1.7 Metodologi Penelitian ... 44

1.7.1 Jenis Penelitian ... 44

1.7.2 Objek Penelitian ... 45

1.7.3 Jenis Data ... 45

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

(7)

BAB II GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

(PKS) ... 48

2.1 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera ... 48

2.2 Landasan Filosofis, Karekteristik, Prinsip Dasar Visi, Misi dan Logo PKS ... 53

2.3 Profil Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi ... 60

2.4 Gambaran Umum Pemilhan Gubernur Sumatera Utara 2013 ... 69

BAB III PERAN JURU KAMPANYE PKS DALAM PEMENANGAN PASANGAN GATOT PUJO NUGROHO DAN TENGKU ERRY NURADI ... 75

3.1 Kegiatan Konsolidasi PKS Dalam Memenangkan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi ... 75

3.2 Agenda Komunikasi Politik dan Kampanye Pasangan GANTENG ... 80

3.3 Peran Juru Kampanye Bagi Pasangan GANTENG ... 86

3.4 Mengkomunikasikan Visi dan Misi... 93

BAB IV PENUTUP ... 100

4.1 Kesimpulan ... 100

4.2 Saran ... 101

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 di Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 6

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Nama : GORBY ABDILLAH P. (080906092)

Peran Juru Kampanye PKS Di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2013

ABSTRAK

Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Rumusan masalah pada penelitian adalah Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat dan bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, serta apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru kampanye saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

Name : GORBY ABDILLAH P. (080906092)

The role of the Campaigner In Subdistrict Kotapinang South Labuhanbatu District In Process Winning Pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi In Local Elections In 2013

ABSTRACT

In every campaign agenda campaigners be representative for each pair of candidates for governor and vice governor in campaigning or communicate what the vision, mission and work program pair candidates for governor and vice governor. In addition, the jurkam also invites and encourages citizens to select the pair candidates for governor and vice governor in North Sumatra gubernatorial election of 2013 So campaigner or jurkam which plays an important role as a communicator to convey a political message pair candidates for governor and vice governor.

Formulation of the problem in research is a campaigner What role in influencing people's political choice to Gatot Pujo Nugroho and his partner Tengku Erry Nuradi on local elections in 2013 in Kotapinang Subdistrict Southern Labuhanbatu District. Boundary problem in this study is How the role of campaigners in influencing society and how the process winning pair Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi at the election of governor and deputy governor of North Sumatra in 2013 to choose Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi, and whether affected communities in ways that made by campaigners when the election for governor and vice governor of North Sumatra in 2013 to win the Gatot Pujo Nugroho and Tengku Erry Nuradi.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesadaran akan pentingnya demokrasi bagi warga negara saat ini sangat

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan

Pemilihan Umum baik yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Ada fenomena baru dalam suasana demokrasi di Indonesia yang

dimulai tahun 2004. Dalam Pemilihan Umum 2004 untuk pertama kalinya rakyat

Indonesia diberi kebebasan untuk memilih presiden dan wakil presiden secara

langsung. Setelah sukses dengan pemilihan presiden dan wakil presiden secara

langsung tahun 2004 maka pada tahun 2005 bangsa Indonesia memulai era baru

dalam pesta demokrasi yakni dengan diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada)

secara langsung.

Lahirnya UU Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah

dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah memberikan harapan baru bagi bangsa

Indonesia untuk perubahan sistem politik yang otoriter menjadi sistem politik yang

demokratis. Sebelum dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah serta Peraturan Pemerintah No.6/2005 tentang pemilihan Kepala Daerah

secara langsung, maka pemilihan kepala daerah (Gubernur, Walikota maupun

Bupati) mekanismenya diserahkan kepada DPRD di daerah masing-masing.

Walaupun telah menggunakan Undang-Undang No.22 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaran Pemilu sebagai pedoman penyelenggaraan, akan tetapi Pilkada kali

ini tidak jauh berbeda dengan Pilkada yang berdasarkan Undang-Undang No.32

(12)

keberadaannya oleh KPUD (dalam hal ini KPUD SUMUT). Sehingga yang berhak

mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Sumatera Utara adalah sesuai dengan PP

No 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka yang menjadi peserta Pilkada adalah

sesuai dengan pasal 36 yaitu :

1. Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik

atau Gabungan Partai Politik secara berpasangan.

2. Partai Politik atau Gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dapat mendaftrakan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan

perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi

DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah

dalam pemilihan anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.

3. Dalam hal Partai Politik atau Gabungan partai politik dalam mengusulkan

pasangan calon menggunakan ketentuan memperoleh sekurang-kurangnya

15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), apabila hasil bagi jumlah kursi DPRD menghasilkan angka

pecahan, maka angka perolehan 15% dari jumlah kursi dihitung dengan

pembulatan keatas.

Oleh karena itu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ini diharapkan bisa

membawa rakyat Sumatera Utara kearah yang lebih demokratis, karena kita telah

diberikan otonomi, dalam kampanye Pilgubsu 2013 dimana kita telah diberikan

kebebasan untuk memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Pilkada langsung

terkait dengan kedaulatan rakyat mencukup hal-hal sebagai berikut:1

1

(13)

1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-hak pilihnya secara utuh.

Menjadi kewajiban Negara memberikan perlindungan terhadap hak pilih

rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon

pemimpin.

2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas.

Pertanggungjawaban (responsibility) dan akuntabilitas (accountability)

publik seorang pemimpin merupakan landasan yang amat penting guna

menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada

langsung, maka seorang Kepala Daerah harus mempertanggungjawabkan

kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat

kepada Kepala Daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi

politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan.

3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara

pemerintah dan rakyat. Pemerintah akan melaksanakan kehendaknya sesuai

dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara

keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya

suatu pemerintahan yang demokratis.

Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik

atau Gabungan Partai Politik secara berpasangan. Pasangan calon adalah yang paling

penting dalam Pilkada, dimana mereka yang akan bersaing merebut hati masyarakat

untuk mendukung mereka sehingga mereka dapat menduduki kursi jabatan.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang beribukota di Kota Pinang, Kota

Pinang adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu pada

tanggal 15 Juli 2009 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2008

(14)

masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kabupaten Labuhanbatu

Selatan merupakan pintu gerbang Provinsi Sumatera Utara ditinjau dari Provinsi

Riau.

Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah

3.596 Ha. Jumlah penduduk 310.141 jiwa, dan secara administrasi terdiri dari 5

kecamatan yaitu Kecamatan Sei Kanan, Kecamatan Torgamba, Kecamatan Kota

Pinang, Kecamatan Silangkitang dan Kecamatan Kamping Rakyat. Sebahagian besar

penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Suku Melayu 70%, Suku Batak

Mandailing 10%, Suku Jawa 7%, dan selebihnya suku-suku lain sekitar 13%. Jumlah

Pemilih perkecamatan di Labuhanbatu Selatan yaitu di Kec. Kotapinang 37.054

pemilih dan 134 TPS, Kec. Kampung Rakyat 34.951 pemilih dan 139 TPS, Kec.

Silangkitang 20.313 pemilih dan 76 TPS, Kec. Sungai Kanan 30.556 pemilih dan

126 TPS, Kec. Torgamba 62.473 pemilih dan 232 TPS. Pemilih tersebut tersebar di

54 Desa dan Kelurahan, dengan jumlah pemilih Laki-laki 94.773 pemilih, dan

Perempuan 90.574 pemilih. Maka jumlah keseluruhan dari masyarakat yang

memiliki hak pilih adalah 185.347 jiwa.2

Pada tanggal 7 Maret 2013, Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan

Pemilihan Gubernur secara langsung. Sejak Pengumuman Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Sumatera Utara Nomor.1551/KPUn Provsu-002/XI/2012 tanggal 8 November

2012 Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera

Utara Tahun 2013, sesuai dengan Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor

07/Kpts/KPU-Prov-002/2012 tanggal 24 September 2012 Tentang Perubahan Atas

Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor 01/Kpts/KPU-Prov-002/2012

Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur

2

(15)

dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013, Keputusan KPU Provinsi

Sumatera Utara Nomor.05/Kpts/KPU-Prov-002/2012 Tentang Jumlah Kursi dan

Jumlah Suara Sah Untuk Pasangan Calon Yang Diajukan Partai Politik atau

Gabungan Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur

Sumatera Utara Tahun 2013 dan Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor

08/Kpts/KPU-Prov-002/2012 tentang Pedoman teknis Tata Cara Pendaftaran,

penelitian dan Penetapan Pasangan Calon Dari Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gebernur Sumatera Utara

Tahun 2013, Pengumuman Pendaftaran bakal pasangan calon Gubernur dan Wakil

Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 mulai tanggal 10 s/d 16 November 2012 batas

terakhir pendaftaran tanggtal 16 November 2012 pendaftaran dilaksanakan dari

pukul 08.00 s/d 16.00 wib kecuali untuk hari terakhir pendaftaran tanggal 16

November 2012 sampai pukul 24.00 WIB.3 Sampai batas akhir pendaftaran, tanggal

16 November 2012 ada 5 pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon wakil

gubernur yang resmi mendaftar di KPUD Sumatera Utara. Ke-5 calon tersebut:4

1. Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman, yang diusung oleh Partai Gerakan

Indonesia Raya (Gerindra), Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang

Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai lain (23 partai).

2. Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, yang diusung oleh PDI Perjuangan,

Partai Peduli Rakyat Nasional dan Partai Damai Sejahtera.

3. Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal Pohan, yang diusung oleh Partai

Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Pemuda Indonesia, Partai

Buruh dan Partai Republika.

3

Ir lanta, 2012, Hari Pertama Pendaftaran Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Provsu Kosong,

http://www.suaranasionalnews.com/?p=15202, Diakses Tanggal 7 November 2013

4

(16)

4. Amri Tambunan dan Rustam Effendy Nainggolan, yang diusung oleh Partai

Demokrat.

5. Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi, yang diusung oleh Partai

Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Patriot, Partai Bintang

Reformasi dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama.

Berdasarkan hasil perhitungan KPUD Sumatera Utara maka dapat dilihat

rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur

Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 di Kabupaten Labuhan Batu Selatan pada tabel

1.1 berikut ini.5

Tabel 1.1 Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kabupaten Labuhan Batu Selatan

No. Nama Pasangan Jumlah

Pemilih Persentase

1 Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman 22.524 22,3%

2 Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi 15.355 16,5%

3 Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal Pohan 14.390 14,8%

4 Amri Tambunan dan Rustam Effendy Nainggolan 5.782 6%

5 Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi 41.413 40,4%

Dengan jumlah suara yang sah sebanyak 99464 surat suara dan yang tidak

sak berjumlah 3554 surat suara maka total keseluruhannya berjumlah 103018 surat

suara.

Dalam agenda kampanye politik yang dilakukan setiap pasangan calon

gubernur dan wakil gubernur juru kampanye memegang peranan yang sangat

penting. Dengan adanya penyampaian program kampanye yang tepat dan terarah

5

(17)

dari komunikator atau juru kampanye dari tiap pasangan calon gubernur dan wakil

gubernur, maka pesan politik yang disampaikan kepada khalayak pasti akan diterima

dengan jelas sehingga tujuan dari apa yang disampaikan akan berhasil. Untuk dapat

menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan seorang komunikator atau juru

kampanye yang handal untuk menyampaikan pesan kampanye kepada masyarakat.

Dalam setiap agenda kampanye para juru kampanye (Jurkam) menjadi wakil

bagi tiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam berkampanye atau

mengkomunikasikan apa yang menjadi visi, misi maupun program kerja pasangan

calon gubernur dan wakil gubernur. Selain itu, para jurkam juga mengajak dan

menghimbau agar masyarakat bisa memilih pasangan calon gubernur dan wakil

gubernur dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013. Jadi juru

kampanye atau jurkam memegang peranan penting yakni sebagai komunikator

dalam menyampaikan pesan politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Karena peran atau tugasnya yang sangat besar, maka setiap Jurkam atau juru

kampanye perlu mendapatkan bekal materi, wawasan atau ilmu yang hendak

disampaikan dalam kampanye. Hal ini sangat penting sekali, karena materi yang

akan disampaikan oleh Jurkam harus bisa ditangkap dan dipahami oleh calon

pemilih. Dalam kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur terdapat

pembagian tugas, yakni antara jurkam pokok dan jurkam figur. Selain berbagai

kegiatan di atas upaya atau pendekatan yang dilakukan oleh juru kampanye tiap

pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam merekrut massa adalah melalui

pendekatan psikologis kepada calon pemilih, baik yang berada di wilayah pedesaaan

maupun perkotaan. Bentuk nyata dari kegiatan ini adalah dengan mengadakan

(18)

antaranya adalah dengan mengadakan kegiatan bakti sosial maupun kunjungan ke

sentra industri kecil.

Walaupun rakyat yang menentukan siapa yang akan menduduki kursi

gubernur dan wakil gubernur, akan tetapi juru kampanye memiliki pengaruh yang

sangat besar, dikarenakan juru kampanye yang disiapkan oleh partai politik juga

memiliki peran yang sangat menentukan apakah setiap pasangan calon bisa dikenal

masyarakat dengan segala programnya.

Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :

“Peran Juru Kampanye PKS Dalam Proses Pemenangan Pasangan Gatot Pujo

Nugroho dan Tengku Erry Nuradi Di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi di

Sumatera Utara karena faktor tim sukses yang solid dan peran juru kampanye

sebagai mesin politik yang terus bekerja tanpa kenal lelah. Dengan mengusung

jargon GANTENG (Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi), pasangan yang

diusung oleh PKS, Hanura, dan Partai Patriot ini pada akhirnya berhasil memperoleh

suara terbanyak dengan perolehan suara 33%. Perolehan tersebut jauh diatas

pasangan Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang hanya mendapatkan suara sekitar

24,34%.

Untuk pemilu yang berlangsung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pasangan

Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi mendapatkan 40,4% suara. Hal ini

(19)

desa. Hal ini yang membuat masyarakat desa yang berada di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry

Nuradi.6

Sementara untuk Kecamatan Kota Pinang kemenangan pasangan Gatot Pujo

Nugroho dan Tengku Erry Nuradi terlihat dengan diraihnya 23% suara. Perolehan

suara ini karena juru kampanye memberitahukan tentang rencana program kerja dari

pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi yang sifatnya merakyat

untuk semua sektor seperti sektor pertanian.

Kemampuan para Cagubsu/Wagubsu untuk menarik calon pemilih untuk

terlibat dalam kampanye jelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan tim kampanye

mengemas kegiatan kampanye. Salah satu faktor penting adalah para juru

kampanyenya. Dalam bahasa Nimmo, disinilah pentingnya peran para komunikator

politik.7 Sebagai "wakil" dari para Cagubsu/Wagubsu. Tugas Komunikator Politik

adalah menyampaikan pesan-pesan politik atau melindungi tujuan-tujuan

kepentingan politik. Maka dengan jasa juru kampanye ini yang berusaha keras untuk

mempengaruhi (pemilih) untuk mendukung Cagubsu/Wagubsu yang diwakilinya.

Mereka ini bisa para legislator, pimpinan partai politik, ataupun menteri.

Ada tiga alasan mengapa penelitian tentang peran juru kampanye dalam

proses pemenangan dalam pemilihan gubernur Sumatera Utara tahun 2013 ini per

untuk dilakukan yaitu; Pertama karena juru kampanye merupakan ujung tombak dari proses pemenangan kandidat dalam pemilu; Kedua dengan adanya juru kampanye berarti masyarakat menjadi tahu apa yang menjadi program kerja dari

kandidat peserta pemilu; Ketiga juru kampanye merupakan orang yang ahli dan

6

http://gatotpujonugroho.com/mayoritas-warga-labusel-dukung-gatot-tengku-erry-pimpin-sumut/ Diakses Tanggal 3 Desember 2013

7

(20)

pandai dalam berbicara kepada masyarakat karena dipersiapkan untuk

memperkenalkan kandidat peserta pemilu kepada masyarakat.

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa

masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan

perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang

menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja saja yang perlu dijawab atau

dicari pemecahannya. Atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan

pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan

diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.8

Dari latar belakang penelitian tersebut, maka yang jadi rumusan masalah

adalah: Apa saja peran juru kampanye dalam mempengaruhi pilihan politik

masyarakat terhadap pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi pada

pemilihan kepala daerah tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan masalah agar dalam

penjelasannya nanti akan lebih mudah, terarah dan sesuai dengan yang diharapkan

serta terorganisir dengan baik. Pembuatan skripsi ini dibatasi hanya pada masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana peran para juru kampanye dalam mempengaruhi masyarakat pada

saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013

untuk memilih pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi.

8

(21)

2. Bagaimana proses pemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku

Erry Nuradi pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera

Utara tahun 2013.

3. Apakah masyarakat terpengaruh dengan cara-cara yang dilakukan oleh juru

kampanye pada saat pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara

tahun 2013 untuk memenangkan pasangan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku

Erry Nuradi.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mendeskripsikan proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur

Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

2. Untuk mengetahui peran dari juru kampanye pasangan Gatot Pujo Nugroho

dan Tengku Erry Nuradi dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat

pada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di

Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi instansi pendidikan diharapkan penelitian ini mampu memberikan

(22)

2. Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pemikiran, serta dapat bermanfaat dalam mempraktekan ilmu dan teori

tentang ilmu politik yang telah dipelajari.

3. Bagi Pembaca penelitian ini bermanfaat sebagai sebagai bahan masukan dan

referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah ilmu

politik khususnya tentang peran dari juru kampanye dan mampu memberikan

pemahaman tentang peran juru kampanye politik, khususnya pada kampanye

pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

1.6 Kerangka Teori 1.6.1 Partai Politik

Sebuah negara dengan system demokrasi, membutuhkan sebuah organisasi

politik yang menjadi instrument demokrasi. Organisasi tersebut biasa disebut Partai

Politik. Secara definitive, Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai

kelompok manusia yang terorganisir untuk merebut atau mempertahankan

kekuasaan, dengan maksud mensejahterakan anggotanya, baik untuk kebijaksaanaan

keadilan, maupun untuk hal-hal yang bersifat materil. Sementara itu, R. H. Soltau

mengemukakan definisinya tentang partai politik sebagai kelompok warga negara

terorganisasi dan bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan

kekuasaannya untuk memilih, dengan tujuan untuk menguasai pemerintahan dan

menjalankan kebijakan umum yang mereka buat.9

Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi

tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita

9

(23)

yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan

merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusionil untuk

melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.10

Jenis-jenis partai politik dikategorikan bermacam-macam oleh para ahli

politik. Max Weber mengkategorikan partai politik menjadi 2 jenis, yakni partai elit

dan partai massa. Secara tidak langsung, Max Weber mengkategorikannya berdasar

dari model pembiayaan partai, yang secara otomatis menunjukkan pemilihnya. Partai

elit didefinisikan sebagai partai yang didukung oleh kalangan elit dalam system

masyarakat, semisal pengacara, doctor, pengusaha, dan lain-lain. Partai massa

didefinisikan sebagai partai yang didukung oleh kalangan masyarakat bawah. Franz

Neumann mengkategorikan partai politik menjadi 2 jenis, yakni democratic

integrative party and the totalitarian integrative party. Franz Neumann

mengkategorikannya berdasar pada usaha partai dalam mengintegrasikan nilai-nilai

politiknya. Democratic integrative party didefinisikan sebagai partai yang

melakukan usaha-usaha pencapaian tujuan politik secara demokratis. Totalitarian

integrative party didefinisikan sebagai partai yang melakukan usaha-usaha

pencapaian tujuan politik tanpa melalui cara demokratis.11

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik

diIndonesia sejak masa merdeka adalah:12

1. Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1945)

2. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan

Penyederhanaan Kepartaian

10

Budiarjo, Miriam, 1989, "Dasar-Dasar Ilmu Politik", Jakarta: PT. Gramedia, Hal. 159.

11

János Simon, The Change of Function of Political Parties at the Turn of Millennium, http://www. slideshare.net/alafito/the-change-of-function-of-political-parties-at-the-turn-ofmillennium-2003, Diakses Tanggal 6 Februari 2014

12

(24)

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan,

dan Pembubaran Partai-Partai

4. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan

Karya

5. Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya

6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik

8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (berlaku saat ini)

Partai politik melaksanakan suatu tugas penting di dalam pemerintahan.

Partai politik bersama masyarakat berusaha mencapai kontrol pemerintahan,

menciptakan kebijakan yang baik sesuai kepentingan mereka atau kelompok yang

mendukung mereka, serta mengorganisir dan membujuk pemilih untuk memilih

calon mereka agar menempati jabatan tertentu. Walaupun sangat banyak yang

dilibatkan di dalam menjalankan pemerintahan pada semua tingkat, partai politik

bukanlah pemerintah. Tujuan dasar partai politik adalah mencalonkan orangnya

untuk jabatan publik, dan untuk mendapatkan sebanyak mungkin suara pemilih.

Ketika terpilih, pejabat-pejabat tersebut akan berusaha mencapai tujuan Partai

mereka melalui proses legislasi dan inisiatif program. Terdapat beberapa fungsi

partai politik, yakni:13

1. Sarana komunikasi politik

Partai politik memiliki fungsi merumuskan berbagai usulan kebijakan yang

bertumpu pada aspirasi rakyat baik yang berada dalam kelompok yang sama

ataupun berbeda. Rumusan tersebut kemudian diartikulasikan dan

13

(25)

diagregasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah

kebijakan. Partai politik memiliki peran yang cukup strategis dalam

menjembatani komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.

Mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan rakyat ini menjadi

salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan agar eksistensi partai politik

tetap terjaga dalam kancah perpolitikan dan tidak ditinggalkan oleh rakyat

yang diwakilinya.

2. Sarana sosialisasi dan pendidikan politik

Partai politik mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan seluruh wacana

politiknya kepada rakyat. Wacana politik ini dituangkan dan dapat dilihat

melalui visi, misi, platform dan berbagai program yang diemban oleh partai

politik. Rakyat dalam hal ini harus diperlakukan tidak hanya sebagai subyek

tetapi sekaligus juga sebagai obyek. Dengan demikian rakyat akan tumbuh

menjadi semakin dewasa dan terdidik dalam berpolitik dan berdemokrasi.

3. Sarana rekruitmen politik

Partai politik mempunyai kewajiban untuk melakukan rangkaian kegiatan

seleksi dan rekruitmen dalam rangka mempersiapkan pengisian berbagai

posisi dan jabatan politik sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Diantaranya adalah jabatan presiden dan wakil presiden, menteri, gubernur,

anggota dewan dan sebagainya. Rekruitmen politik menjadi sangat penting

akan memberikan warna dan peluang bagi terjadinya dinamika politik yang

dapat menekan terjadinya otoriterisme, diktatorisme, kemandegan dan

(26)

4. Sarana peredam dan pengatur konflik

Partai politik dituntut untuk memiliki kepekaan dan sensitifitas yang tinggi

terhadap berbagai potensi konflik yang dari waktu kewaktu intensitasnya

semakin meningkat. Partai politik memiliki kewajiban untuk meredam dan

mengatur potensi konflik agar tidak meledak dan menimbulkan masalah baru.

Konflik memang secara alamiah ada, tetapi yang penting adalah bagaimana

mengelola potensi konflik yang ada agar menjadi energi, spirit dan support

dalam merumuskan sebuah kebijakan politik untuk semua yang

menguntungkan semua pihak.

Dalam literature lain, ada 3 fungsi partai politik, yakni:14

1. Representing groups of interests

Dalam partai politik dikenal istilah konstituen, yakni orang yang mendukung

atau mempercayakan hak pilihannya kepada Partai atau kandidat partai.

Partai politik menyajikan kelompok seperti halnya individu. Kelompok

kelompok kepentingan ini mempunyai perhatian khusus. Semisal, partai

politik yang merepresentasikan petani, partai politik yang merepresentasikan

buruh, dan lain sebagainya. Di Indonesia, beberapa partai berhasil

memposisikan dirinya. Sebagai salah satu contohnya adalah PDIP, yang

memposisikan dirinya sebagai partai politik yang merepresentasikan wong

cilik.

2. Simplying Choice

Di beberapa Negara, partai politik mampu menempatkan dirinya pada posisi

ideology, filosofi, ataupun nilai-nilai politik tertentu. Pemilih dapat melihat

partai politik tertentu berdiri pada sisi tertentu, walaupun dengan penilaian

14

(27)

secara sederhana. Sehingga pemilih tidak melihat partai politik sebagai

sesuatu yang semu tanpa perhatian khusus yang mencirikannya. Semisal di

Amerika Serikat, Partai Republik ditempatkan sebagai partai pendukung

kalangan bisnis, dan Partai Demokrat ditempatkan sebagai partai pendukung

masyarakat bawah.

3. Making Policy

Partai politik, secara organisasi, bukanlah pembuat kebijakan. Namun, partai

secara pasti mengambil posisi pada kebijakan-kebijakan penting, terutama

untuk menyediakan alternative-alternatif kepada siapapun Partai yang

berkuasa. Ketika sebuah partai berkuasa, partai tersebut mencoba untuk

meletakkan filosofinya ke dalam praktek perundang-undangan. Jika seorang

calon memenangkan jabatan dengan mayoritas besar, hal itu berarti bahwa

pemberi suara sudah memberikan suatu mandat untuk menyelesaikan

program yang dikampanyekan.

Jason Simon, seorang peneliti politik dari Institut Ilmu Politik Hungarian

Academy of Sciences, mengemukakan dalam tulisannya yang berjudul The Change

of Function of Political Parties at the Turn of Millennium, beberapa fungsi partai

politik.15

1. The Functions of Political Socialization

Sosialisasi politik adalah proses selama seseorang menjadi sadar dan

memperoleh norma-norma, nilai-nilai dan aturan tentang perilaku politik.

Selama proses ini, keluarga, sekolah, komunitas pertemanan, saluran

informasi (semisal ceramah kuliah, media, hubungan telepon, dll.), dan

15

(28)

peristiwa yang secara langsung dialami oleh individu, merupakan aspek yang

penting dalam sosialisasi politik. Proses sosialisasi juga dipengaruhi oleh

kebiasaan dari individu, terutama kemampuannya untuk menerima nilai-nilai

baru, dan berapa banyak nilai-nilai ini menjadi inclusif atau eksklusif

terhadap nilai-nilai lain. Faktor-faktor ini mendefinisikan ketertarikan dan

respon individu terhadap politik, toleransi politiknya, serta identitas partai

atau kelompok.

2. The Functions of Mobilization

Melalui mobilisasi politik (menghimbau untuk bertindak, mengerahkan)

partai politik melibatkan warganegara ke dalam kehidupan publik. Tujuan

mobilisasi politik meliputi tiga bidang: untuk mengurangi ketegangan sosial

yang dimunculkan oleh kelompok yang dikerahkan, untuk mengelaborasi

program dalam rangka memperoleh suara bagi partai, dan untuk membangun

suatu struktur kelompok yang dapat dijadikan referensi bagi partai politik.

Tujuan dari semua mobilisasi politik adalah untuk mencapai suatu efek baik

dari aspek-aspek diatas, sehingga dapat memastikan posisi yang lebih baik

untuk mobilisasi partai politik.

3. The Functions of Participation

Fungsi partisipasi politik yang dilakukan oleh partai politik dapat dibedakan

dari fungsi mobilisasi. Dengan memobilisasi warganegara, partai sedang

mengarah pada pembentukan dan pemengaruhan peristiwa-peristiwa politik

dengan bantuan dari lingkaran yang terlembagakan dan organisasi-organisasi

dalam sistem politik. Sedangkan Partisipasi memastikan perasaan dan

kemampuan demokrasi, serta kompetisi didalam partai politik. Partai politik

(29)

sebagai fungsi partai politik, partisipasi politik melibatkan dua dimensi, yakni

partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif meliputi instrumen

kerja partai (aktifitas konkret partai, pemilihan pemimpin) dan ketertampilan

kerja partai (demonstrasi, debat politik). Partisipasi pasif meliputi kepatuhan

partai terhadap hukum.

4. The Function of Legitimacy

Fungsi legitimasi mengacu pada bentuk opini publik. Hal tersebut didasarkan

pada kepercayaan dan dukungan Partai kepada pemerintah dan sistem,

melalui eksistensi partai tersebut. Fungsi legitimasi merupakan efek kolektif

dari sosialisasi politik, mobilisasi politik, dan partisipasi politik. Pengenalan

dan dukungan sistem pemerintahan tergantung pada berapa banyak warga

negara yang taat, menghormati norma, menerima perbedaan dan pemikiran

alternatif yang muncul dalam rangka menerima sistem institusi dan

mekanisme demokrasi. Partisipasi dan Mobilisasi memberikan kepercayaan

dan pengalaman bagi pemilih bahwa opini mereka, kepentingan mereka, dan

sistem nilai mereka, berperan dalam sistem demokrasi. Menurut beberapa

ahli, hal tersebut merupakan aspek yang membedakan antara demokrasi dan

non-party/singleparty dictatorship. Oleh karena itu, fungsi legitimasi adalah

fungsi utama dari partai politik.

5. The Function of Representation

Fungsi representasi merupakan hasil dari keikutsertaan partai pada pemilihan

umum. Sistem pemilihan umum pada negara demokrasi harus memenuhi dua

kriteria: representasi dan pemerintahan. Prinsip representasi menjamin

ekspresi keinginan pemilih, sebagai hasil akhir dari suara yang telah

(30)

1.6.2 Kampanye Politik

Kampanye politik yang dilakukan oleh calon Kepala Daerah ditujukan untuk

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang visi, misi serta berbagai program

yang ditawarkan oleh calon Kepala Daerah. Selain itu, Kampanye Politik yang

dibangun oleh calon kepala daerah tidak terlepas dari Tim pemenangan calon kepala

daerah yang bertugas untuk merancang strategi kampanye politik yang hendak

dijalankan oleh pasangan calon kepala daerah. Kampanye Politik pada dasarnya

merupakan salah satu bentuk dari komunikasi politik. Untuk dapat menyusun

sebuah kampanye politik yang efektif, maka kita harus dapat memahami komunikasi

politik terlebih dahulu. Komunikasi politik menjadi hal yang sangat penting yang

harus dilakukan oleh setiap elit politik. Karena komunikasi politik menjadi kunci

yang utama bagi partai politik maupun kandidat dalam menyampaiakan pesan

kepada massa maupun pendukungnya.

Identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi

suara yang akan diperoleh pada saat pencoblosan dan juga untuk mengidentifikasi

strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih.

Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan maupun partai politik, karena

pesaing juga secara intens melakukan upaya-upaya untuk memenangkan persaingan

politik.16

Banyak sekali definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya adalah Rice dan Paisley yaitu “Someone’s intention to influence someone else’s beliefs or behavior using communicated appeals.” (Kampanye

diartikan sebagai keinginan seseorang untuk mempengaruhi kepercayaan atau

tingkah laku orang lain dengan menggunakan daya tarik komunikasi). Sedangkan

16

(31)

menurut Kotler dan Roberto, “Campaign is an organized conducted by one group

(the change agent) which intends to persuadeothers (the target adopter), to accept,

modify, or abandon certains idea, attitudes practices and behavior.” (Kampaye ialah sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan

untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang

ide, sikap dan perilaku tertentu).17

Selain definisi di atas, maka Rogers dan Storey, menjelaskan bahwa

kampanye sebagai “ Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan

menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara

berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.”18

“A political campaign is an organized effort which seeks to influence the

decision making process within a specific group. In democracies, political

campaigns often refer to electoral campaigns, wherein representatives are chosen or

referendums are decided.” (Sebuah kampanye politik adalah usaha yang terorganisir

yang berusaha untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam suatu

kelompok tertentu. Dalam demokrasi, kampanye politik sering menyebut pemilu

kampanye, dimana wakil-wakil dipilih atau referendum yang memutuskan.)19

Merujuk pada definisi diatas, maka kita dapat melihat bahwa dalam setiap

aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan

kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah

khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui

serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Selain empat pokok ciri diatas,

17

Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik, Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 284

18

Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 7.

19

(32)

kampanye juga memiliki ciri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang

jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab

suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang

menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas

sumber pesan tersebut setiap saat.

Selain itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan

gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselengarakannya kampanye juga

terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan

tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala

tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak

dn mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas

dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh

tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff dikatakan “Campaigns

generally exemplify persuasion in action”.20

Dari definisi di atas, maka setiap aktifitas kampanye konunikasi setidaknya

harus mengandung empat hal yakni :

1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak

tertentu.

2. Jumlah khalayak sasaran yang besar

3. Biasanya dipusatkan pada kurun waktu tertentu

4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.

20

(33)

1. Efek Kampanye

Efek komunikasi dalam kampanye, merupakan bagian penting dalam

pencapain tujuan kampanye. Efek yang diharapkan timbul dari proses komunikasi

dalam kampanye adalah :

a. Dampak Kognitif

Komunikan mengetahui atau meningkat intelektualitasnya. Pesan ditujukan

kepada pikiran si komunikan. Tujuan komunikator berkisar pada upaya

mengubah pikiran komunikan.

b. Dampak Afektif

Komunikan tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu, misalnya

sedih, gembira, marah dan sebagainya.

c. Dampak Behavioral

Dampak ini adalah dampak yang paling tinggi kadarnya, timbul pada diri

komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau tindakan. Di dalam konteks

antar partai maka terdapat tiga tujuan kampanye, yakni :

1) Ada upaya untuk membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu

partai dan agar mereka memilih sesuai dengan kesetiaan itu.

2) Ada kegiatan untuk menjajaki warga negara yang tidak terikat pada

partai dan menurut istilah Kenneth Burke untuk menciptakan

pengidentifikasi di antara golongan independen.

3) Ada kampanye yang ditujukan pada oposisi, bukan dirancang untuk

(34)

meyakinkan rakyat bahwa keadaan lebih baik jika dalam kampanye

ini mereka memilih kandidat dari partai lain.21

2. Jenis dan Tipe Kampanye

Berbagai jenis maupun tipe kampanye pada dasarnya ditentukan oleh

motivasi yang melatar belakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye.

Dan motivasi inilah yang akan menentukan ke arah mana kampanye ini akan

digerakkan dan tujuan apa yang akan dicapai. Berdasarkan keterkaitan antara

motivasi dan tujuan kampanye tersebut, Charles U. Larson membagi jenis kampanye

ke dalam tiga kategori, yakni :22

a. Product Oriented Campaigns

Kampanye yang berorientasi pada produk. Motivasi yang mendasarinya

adalah memperoleh keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan

memperkenalkan produk dan melipat gandakan penjualan, sehingga

diperoleh keuntungan yang diharapkan. Kampanye jenis ini sering juga

disebut dengan commercial campaign atau coorporate campaigns.

b. Candidate Oriented Campaigns

Sebuah kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi

oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini antara

lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap

kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki

jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye

jenis ini sering juga disebut dengan political campaigns.

21

Dan Nimmo, Komunikasi Politik, terjemahan : Tjun Surjaman, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. hal. 192

22

(35)

c. Ideologically or Cause Oriented Campaigns

Bentuk kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus

dan sering kali berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye ini ditujukan

untuk menangani masalah-masalah sosial melaui perubahan sikap dan

perilaku publik yang terkait. Kampanye jenis ini sering juga disebut dengan

social change campaigns.

Selain yang tertera diatas ada tipe kampanye yang lain yaitu tipe kampanye

berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004

Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua

jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu :

a. Pertemuan Terbatas

b. Tatap muka dan dialog

c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik

d. Penyiaran melalui radio dan atau televise

e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum

f. Pemasangan alat peraga di tempat umum

g. Rapat umum

h. Debat publik / debat terbuka antar calon

i. Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

3. Strategi dan Teknik Dalam Kampanye Politik

Menjelang pelaksanaan pemilihan gubernur, maka partai politik atau

kandidat calon gubernur pasti selalu melakukan upaya atau strategi untuk

mendapatkan suara atau massa sebanyak-banyaknya. Upaya-upaya untuk

(36)

dan menerapkan strategi kampanye politik. Pemasaran politik merupakan

serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka

panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para

pemilih.23

Onong Uchjana Effendi, menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajenen (management) untuk mencapai suatu tujuan.

Demikian pula dengan Strategi komunikasi yang merupakan paduan dari

perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi yakni unuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan

bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa

pendekatan (approach) bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi

dan kondisi.24

Agar dapat memenangkan persaingan dalam bidang politik, maka diperlukan

suatu strategi yang tepat. Strategi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

kehidupan politik, tanpa adanya suatu strategi yang baik maka partai politik tidak

akan mampu bersaing dan memenangkan persaingan politik.25

Perencanaan kampanye merupakan cetak biru (blue print) yang lengkap dari

rangkaian tahap demi tahap kegiatan kampanye yang akan dilakukan oleh juru

kampanye dalam upaya untuk mencapai tujuan dan keberhasilan kampanye. Secara

sederhana, perencanaan kampanye dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses

yang bersifat terstruktur dari upaya kampanye atau pemasaran politik. Rangkaian

proses ini mencakup beberapa unsur pokok, yakni :

23

Adman Nursal, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan Umum, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. hal. 21

24

Onong Uchana, Effendi, 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, hal 32

25

(37)

a. Penelitian dan analisis mengenai kecenderungan–kecenderungan situasi dan masyarakat pemilih.

b. Analisis SWOT mengenai partai atau kandidat

c. Tujuan-tujuan kampaye, bersifat target dan tujuan dari kampanye dan

pemasaran politik dalam konteks pemilihan untuk memenangkan pemilihan.

d. Strategi-strategi kampanye atau pemasaran politik.

e. Program-program kegiatan beserta segala dukungan yang dibutuhkan,

termasuk dana.

f. Monitoring atau kontrol terhadap implementasi perencanaan.26

4. Faktor Penghambat dan Penunjang Keberhasilan Suatu Kampanye

Di dalam suatu kegiatan kampanye politik, baik kampanye pemilu legislatif,

pemilu presiden maupun pemilu kepala daerah pasti banyak terdapat faktor yang

dapat menghambat dan menunjang jalannya suatu kampanye. Di bawah ini pendapat

para ahli terkait faktor-faktor yang menjadi penghambat maupun penunjang jalannya

suatu kampanye.

a. Faktor–faktor penghambat dalam kampanye Menurut Kotler dan Roberto,

ketidakberhasilan sebagian besar kampanye biasanya disebabkan oleh :27

1) Program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya

secara tepat. Mereka mengalamatkan kampanye kepada semua orang,

hasilnya kampanye menjadi tidak fokus dan tidak efektif.

2) Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak mampu memotivasi

khalayak untuk menerima dan menerangkan gagasan yang diterima.

26

Pawito, 2008. Komunikasi Politik:Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta, hal. 219.

27

(38)

3) Pesan-pesan tersebut juga memberikan petunjuk bagaimana khalayak

harus mengambil tindakan yang diperlukan.

4) Pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa

menindaklanjutinya dengan komunikasi antar pribadi.

5) Anggaran untuk membiayai program kampanye tersebut tidak

memadai, sehingga pelaku kampanye tidak berbuat secara total.

b. Faktor-faktor Penunjang Keberhasilan dalam Kampanye

Menurut Rogers dan Storey, kesuksesan dalam sebuah kampanye ditandai

oleh empat hal, yakni :

1) Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisis

khalayak sasaran kampanye.

2) Pesan-pesan dalam kampanye dirancang secara segmentatif sesuai

dengan jenis khalayak yang dihadapi.

3) Penetapan tujuan yang realistis.

4) Kampanye lewat media massa akan mendatangkan keberhasilan jika

ditindaklanjuti dengan komunikasi interpersonal.

Sedangkan menurut Mendelsohn terdapat tiga hal yang harus diperhatikan

oleh campaign makers jika menginginkan suatu kampanye dapat berjalan

dengan sukses, yakni :

1) Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai

dengan situasi masalah dan sumber daya yang tersedia.

2) Menyampaikan pesan kampanye hanya melalui media massa saja

tidak cukup, pemanfaatan berbagai saluran komunikasi secara terpadu

(39)

3) Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi

secara memadai. Khalayak sasaran tidak boleh diperlakukan sebagai

monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran

yang beragam.

Dalam suatu persaingan di dunia politik, suatu partai politik atau kontestan

membutuhkan suara dari para pemilih agar bisa berkiprah di dunia politik. Untuk itu,

maka kontestan politik harus bisa memahami pemilih mereka. Tanpa adanya

pemahaman ini, maka mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, sehingga akan

gagal untuk menyelenggarakan tujuan mereka di dunia politik.28

Selain beberapa hal di atas terdapat hal-hal yang dapat menunjang

keberhasilan seorang kandidat atau calon untuk dapat menjadi pemenang dalam

event Pilkada, yakni :

a. Popularitas

Di dalam event pemilihan gubernur secara langsung popularitas figur

memainkan peran yang sangat significant dalam mendulang perolehan suara.

Dalam ranah kajian voting behavior sendiri, popularitas adalah key success

factor yang tak dapat ditawar-tawar bagi seorang politisi untuk merintis jalan

menuju kekuasaan. Popularitas adalah modal dasar bagi seoarang kandidat

untuk terpilih (elektabilitas). Seorang calon atau kandidat yang memiliki

popularitas yang tinggi pasti akan memilki peluang terpilih yang tinggi bila

dibandingkan dengan calon atau kandidat yang tidak populer/terkenal di mata

publik.

28

(40)

b. Akseptabilitas

Selain faktor popularitas maka faktor lain yang harus diperhatikan oleh

seorang kandidat atau tim sukses adalah dengan mengukur akseptabilitas dari

calon yang hendak maju dalam sebuah pertarungan Pilkada. Saat ini

popularitas bukan satu-satunya faktor yang membuat seseorang bisa menjadi

pemenang dalam event pemilihan kepala daerah. Karena dalam era sekarang

masyarakat sudah cukup cerdas untuk memilih seorang calon yang dianggap

memiliki kompetensi, integritas, kredibilitas, dan akseptabilitas yang tinggi.

Dengan adanya penerimaan yang tinggi dari masyarakat kepada calon atau

kandidat maka akan menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat untuk

menentukan pilihan politiknya.

c. Dana / Uang

Dana atau uang adalah salah satu sumber daya yang penting dan harus

dimiliki untuk kelancaran program kampanye. Jika kandidat memiliki

financial besar tentu saja tim bisa membuat program pemenangan yang lebih

fariatif, kreatif dan lebih banyak.

d. Strategi

Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi metode, teknik

dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan faktor-faktor dari

proses komunikasi untuk kegiatan operasional dalam rangka pencapaian

tujuan dan sasaran. Untuk dapat memenangkan sebuah pertarungan dalam

event Pilkada maka strategi komunikasi politik harus dikemas dengan baik.

Dengan menerapkan strategi komuniksi politik yang tepat maka seorang

(41)

juga harus didukung dengan faktor pendukung lainnya, seperti popularitas

kandidat, akseptabilitas dan dibantu dengan dana/anggaran yang mencukupi.

1.6.3 Komunikasi Politik

1. Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian

suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan

komunikasi tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu

sanksi yang di tentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.29

Pengertian Komunikasi Politik tersebut disampaikan oleh Harmoko, yang

menekankan komunikasi politik dengan melihat pentingnya pengaruh yang

dihasilkan oleh komunikasi politik pada pencapaian hasil yang ditargetkan oleh

partai politik. Artinya jika partai hanya menargetkan perolehan suara pada saat

pemilu, maka komunikasi politik akan dikatakan berhasil jika partai tersebut menang

atau setidaknya dapat mendulang suara yang signifikan dalam pemilihan umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik

merupakan penyampaian pesan yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh

sedemikian rupa, sehingga masalah yang di bahas oleh jenis kegiatan komunikasi

tersebut dapat mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu sanksi yang

di tentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.

2. Komponen-Komponen Komunikasi Politik

Komunikasi politik yang berkembang saat ini adalah sebagaimana yang

diungkapkan Nimmo dalam bukunya Komunikasi Politik yaitu Komunikator, Pesan

29

(42)

dan Media, Nimmo mengatakan bahwa tujuan komunikasi politik adalah

pembentukkan pendapat publik.

Dengan meminjam formula Harol Lasswel, “siapa mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dengan efek apa“ (who says what in which chanel to

whom with what effects?). Nimmo menjelaskan hubungan antara komunikasi politik

dan opini publik. Elemen who (siapa) dalam model itu adalah komunikator politik;

says what (mengatakan apa) adalah pesan politik yang memakai simbol-simbol

politik; in which chanel (saluran) adalah media yang digunakan untuk mengirimkan

pesan-pesan tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan media massa; to

whom (kepada siapa) adalah khalayak atau publik dan with what effet (akibat apa)

adalah dampak dari komunikasi politik berupa opini publik.30

Dengan opini publik yang telah terbentuk, maka partisipasi politik yang

diharapkan dari konstituen akan diterima oleh komunikator. Partai akan punya

pemilih yang banyak jika opini yang dikembangkan sesuai dengan konstituen

tesebut.

a. Komunikator Politik

Nimmo membagi tiga jenis komunikator politik yaitu:

1) Politikus sebagai komunikator politik.

Orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah

harus dan memang berkomunikasi tentang politik. Manusia

menamakan calon atau pemegang jabatan ini politikus, tidak peduli

apakah yang dipilih, ditunjuk atau pejabat karir dan tidak

30

(43)

mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif maupun

yudikatif. Politikus mencari pengaruh melalui komunikasi.31

2) Profesional sebagai komunikator politik.

Profesional diartikan sebagai golongan yang independent dan

melakukan pekerjaan tanpa ada tendensi meraih kekuasaan layaknya

politikus. Golongan profesional ini tidak ada hubungan struktural

dengan politikus maupun partai politik. Profesional tidak memiliki

kepentingan untuk memperoleh jabatan di pemerintahan, sehingga

hanya konsentrasi untuk mengolah dan menyampaikan

lambang-lambang serta simbol-simbol politik kepada khalayak. Satu perangkat

profesional mencakup dua jenis yaitu jurnalis dan promotor.

Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukankepentingan

langganan tentu. Promotor ini adalah agen publitas tokoh masyarakat

yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi swasta

atau pemerintah, pejabat informasi baik pada jawatan pemerintah,

sekretaris pers kepresidenan personel periklanan perusahaan, manajer

kampanye dan pengarah publitas kandidat politik.32

3) Aktivis sebagai komunikator politik

Aktifis adalah juru bicara bagi kepentingan yang terorganisir yang

tidak memegang ataupun bercita-cita memegang jabatan pada

pemerintahan.33 Peranan aktivis ini sangat besar pada penyampaian

pesan politik, karena para aktivis ini murni menginginkan perubahan

keadaan bangsa yang lebih baik.

31

Dan Nimmo. 1993, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Penerj: Tjun Surjaman. Bandung : Remaja Rosdakarya, Hal. 30

32

Ibid, Hal. 30

33

(44)

b. Komunikan Komunikasi Politik

McQuil dan Windahl mendefinisikan khalayak sasaran atau komunikan

adalah sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan perilakunya akan diubah

melalui kegiatan kampanye.34

Komunikan

Gambar

Tabel 1.1 Perolehan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Tabel 1.2 Daftar Nama Narasumber
Gambar : Logo Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Referensi

Dokumen terkait