• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

DRAF WAWANCARA

A. INFORMAN PANGKAL Profil Informan

a. Nama : b. Alamat : c. Agama : d. Usia :

1. Menurut bapak / ibu apakah ada keluarga yang datang berkunjung untuk melihat perkembangan anak selama berada di dalam panti?

2. Menurut bapak / ibu dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada anaknya selama berada di dalam panti?

3. Berapa kali keluarga mengunjungi klien?

4. Apa saja yang dibawa keluarga ketika mengunjungi anaknya? 5. Apakah alasan keluarga untuk bertemu dengan anaknya di panti?

6. Bagaimana dukungan yang diberikan keluarga agar bermanfaat untuk meningkatkan keberfungsian sosial klien?

B. INFORMAN KUNCI Profil Informan

(2)

I. DUKUNGAN INFORMASI

a. Darimanakah keluarga anda mengetahui usulan untuk memasukkan anda ke dalam panti?

b. Menurut anda, apakah usulan yang diberikan keluarga anda bermanfaat dalam upaya meningkatkan keberfungsiaan sosial anda?

c. Setelah mendapatkan informasi tentang panti tersebut apakah anda langsung menyetujui untuk masuk ke dalam panti tersebut?

II. DUKUNGAN PENILAIAN

a. Apakah keluarga anda selalu mengajak anda ke acara keluarga atau acara lainnya?

b. Apakah ada salah satu anggota keluarga anda yang tidak memperdulikan anda c. Apakah anda diterima dalam keluarga anda?

d. Bagaimana perilaku keluarga terhadap anda?

e. Berapa kali anda diajak liburan bersama keluarga anda? III. DUKUNGAN INSTRUMENTAL

a. Jika anda sedang memerlukan bantuan, apakah keluarga anda mau membantu anda?

b. Bantuan yang seperti apa yang diberikan keluarga anda terhadap anda?

c. Apakah keluarga anda mau mengantar anda pergi saat anda membutuhkan bantuan transportasi?

d. Siapakah yang paling sering anda mintai pertolongan?

IV. DUKUNGAN EMOSIONAL

(3)

b. Masalah seperti apa yang sering anda ceritakan kepada keluarga anda? c. Siapakah yang paling sering mendengarkan masalah anda?

d. Bagaimana keluarga memberikan perhatian kepada anda?

V. KEBERFUNGSIAN SOSIAL

a. Apa yang sudah anda dapatkan setelah masuk ke dalam panti tersebut?

b. Apakah sudah ada perubahan yang anda alami selama anda tinggal di panti tersebut?

c. Apakah anda telah mampu memenuhi kebutuhan pribadi anda? d. Apakah anda telah berperan aktif didalam masyarakat sekitar anda? e. Apakah anda telah mampu memecahkan masalah anda sendiri?

f. Bagaimanakah peran panti di dalam membantu dalam memenuhi keberfungsian sosial anda?

INFORMAN BIASA

Profil Informan

a. Nama :

b. Alamat :

c. Agama :

d. Usia :

a. Apakah yang anda lakukan kepada anak anda dalam memenuhi kemampuan keberfungsian sosial?

b. Apakah anda telah memberikan dukungan yang baik terhadap anak anda?

(4)

d. Apakah anda telah melihat perubahan terhadap anak anda setelah masuk ke dalam panti?

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002, Psikologi Perkembangan Anak, Rineka Cipta: Jakarta

Ashriati, N. Alsa, A. Suprihatin, T. 2006, Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang tua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Disabilitas Cacat Fisik SLB – YPAC. Semarang, Jurnal Psikologi Proyeksi. Vol 1. No 1 Hal, 47

Baron, R.A dan Byrne, D. 2004, Psikologi Sosial. Jilid I. Edisi 10. Alih bahasa: Ratna Juwita, dkk. Erlangga: Jakarta

Daniel P. Hallahan, James M, Kauffman, Paige C. Pullen 2008, Exceptional Learners: Internasional Version : Introduction To Special Education : Pearson

Danim, Sudarmawan. 1995, Transformasi Sumber Daya Manusia, Analisis Fungsi Pendidikan, Dinamika Perilaku dan Kesejahteraan Sosial, PT. Angkasa: Bandung

Friedman, 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3, ECG:Jakarta Khairuddin, H. 1985, Sosiologi Keluarga, PT. Liberty Yogyakarta: Yogyakarta Kuncoro. 2002, Dukungan Sosial Pada Remaja

Kartono, K. 2002, Patologi Sosial 3. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta Lauster, Peter. 2001, Tes Kepribadian, Bumi Aksara: Jakarta

Moelang, Lexy J. 2007, Metodologi Penelitian Evaluatif, Rosda Karya:Bandung Muhidin, Syarif. 1992, Penganter Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial

Nurdin, Fadhil. 1989, Penganter Studi Kesejahteraan Sosial, PT. Angkasa Bandung Profil Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. 2011

Profil Pekerja Sosial Profesional Keluarga Indonesia Masa Depan, 2003 Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat dalam Keluarga, 2005 Rini, Jacinta F. 2002, Memupuk Rasa Percaya Diri :

http/www.e-psikologi.com/dewasa/16402.htm

Ryff, C.D. & Singer, B.H. 2006. Best News Yet On The Six-Factor Model of well being. Social Science Research

Santock, J, W. 2002, Libe Span Development (Perkembangan Masa Hidup) edisi kelima alih bahasa: Chausairi, A. Erlangga: Jakarta

(6)

Sumarnonunugroho, T. 1987. Sistem intervensi Kesejahteraan Sosial, PT. Hanindita: Yogyakarta

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik, EGC: Jakarta

Soerjono, Soekanto. 2004, Sosiologi keluarga tentang ikhwal keluarga, remaja dan anak, PT Rineka Cipta: Jakarta

Siagian, Matias. 2011, Metode Penelitian Sosial, PT. Grasindo Manoratama: Medan

Sumber Lain:

Undang – undang RI No. 23 Tahun 2002 Pasal 1 Tenatng Perlindungan Anak Undang – undang RI No.4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

United Nations, 2006

Pusat Pengkajian Data Pengolahan Data dan Informasi vol.III.no.2/II/P3DI/Desember/2011

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/02/03/76670/peduli_disabilitas/#.Uzwp EaIlmd diakses pada tanggal 3 april 2014 pukul 14.32

Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/penyandang-disabilitas.html diakses pada tanggal 31 maret pukul 1:09

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur – unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu antara lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata – kata. Penelitian deskriptif akan membuat gambaran secara menyeluruh tentang dukungan

keluarga bagi keberfungsian sosial penyandang disabilitas di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara yang

terletak di Jalan Willian Iskandar No. 377 Medan, Sumatera Utara Penulis mengambil lokasi penelitian di PSBD “Bahagia”. Selain itu penelitian juga dilakukan di daerah lingkungan

keluarga klien penyandang disabilitas .Adapun yang menjadi alasan saya melakukan penelitian ini dikarenakan ketertarikan saya untuk melihat bagaimana keluarga mendorong anak penyandang disabilitas untuk mendapatkan bimbingan didalam panti tersebut agar anak – anak penyandang disabilitas memiliki kepercayaan diri lagi dan bekal keterampilan

kelak.Selain itu PSBD “Bahagia” Sumatera Utara merupakan Panti yang resmi berada di dalam lingkungan Kementerian Sosial RI dan dengan status kelembagaan tersebut maka PSBD “Bahagia” Sumatera Utara meliputi 5 wilayah propinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

(8)

3.3.1 Unit Analisis

Pada penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan “populasi dan sampel” melainkan

“subjek penelitiannya”, istilah subjek penelitian menunjukkan pada orang, individu atau

kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang dianalisis. Unit analisis merupakan sosok (hal, entitas) amat penting ketika melakukan analisis data penelitian.Penentuan unit analisis menjadi faktor yang utama untuk mendapatkan informasi dan data penelitian.Penelitian unit analisis menjadi faktor yang utama untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat dilapangan.Adapun yang menjadi unit analisis atau subjek kajian dari penelitian ini adalah keluarga penyandang disabilitas klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta infornasi oleh pewawancara dan diperkirakan dapat memahami atau memberikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini selanjutnya akan menjadi informan penelitian yang diharapkan akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan dalam peneliatian ini terdiri atas tiga jenis yaitu informan pangkal, informan kunci, dan informan biasa.

1. Informan pangkal adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih banyak tentang masalah yang akan diteliti seperti Pihak Panti Sosial Bina Daksa”Bahagia” yang memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas;

2. Informan kunci dalam penelitian ini adalah klien penyandang disabilitas di dalam Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

(9)

disabiltas itu sendiri dan lingkungan bermain maupun lingkungan tempat tinggal penyandang disabilitas tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dala penelitian ini sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yan diteliti dengan memperlajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

b. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta – fakta yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

Dengan demikian, instrumen penelitian disini adalah alat – alat yang digunakan delam rangka studi lapangan, yang dalam penelitian sosial ini adalah wawacara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh, atau Tanya jawab yang dilakukan pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikian data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini( Siagian, 2011:206 - 207).

Data menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua: data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden), dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. Disini penulis memperoleh data primer dari responden yaitu keluarga dari klien penyandang disabilitas yang ada di PSBD ”Bahagia” Sumatera Utara.

(10)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuann, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeleong, 2002)

(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITAN

4.1LATAR BELAKANG

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara didirikan pada tahun 1994 melalui

bantuan anggaran LOAN/OECF 1994/1995 yang secara bertahap pembangunan dilaksanakan sampai dengan tahun 1998 yang bersumber dari dana APBN Departemen Sosial RI.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial Nomor 25/HUK/1998 tanggal 15 April 1998 secara resmi dikukuhkan menjadi salah satu Unit Pelaksanaan Teknis di lingkungan Kanwil Departemen Sosial Sumatera Utara dengan program rujukan regional pelayanan dan rehabilitasi sosial khusus bagu penyandang cacat tubuh dari Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau.

Setelah pelayanan selama kurang lebih 2 tahun, ternyata pelayanan tidak dapat berjalan secara optimal sesuai dengan kebijakan pemerintah berdasarkan Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Dengan kebijakan ini, status lembaga/UPT ini dialihkan ke Pemba Propinsi Sumatera Utara yang meliputi personil, sarana dan prasarana serta pembiayaan.

(12)

kurang memadai pada Pemda Sumatera Utara. Sehingga diupayakan pengambalian UPT PSBD “Bahagia” ke Departemen Sosial RI.

Melalui proses yang panjang dari sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 atas persetujuan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Sosial melalui Keputusan Nomor 163/HUK/2007 tanggal 5 Desember 2007 menetapkan tentang organisasi dan tata kerja Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dan sejak tahun 2008 kelembagaan Balai Bina Daksa Lau Bakeri beralih status kelembagaan menjadi UPT Kementerian Sosial di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Rehablitasi Sosial.

Setelah resmi berada di lingkungan Kementerin Sosia RI, atas pertimbangan dan kebijakan Menteri Sosial RI (Kepmensos Nomor : 09/HUK/2008) Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Kutalimbaru, kabupaten Deli Serdang dipindahkan ke

Jalan Williem Iskandar No. 377 Medan (Menempati gedung eks PSPP Insyaf Medan). Sehubungan dengan status kelembagaan ini, UPT PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

kembali fungsi perujukan pelayanan dan rehabilitasi sosial untuk wilayah Sumatera Bagian Utara meliputi wilayah Propinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara. Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

4.2 VISI, MISI dan TUJUAN

4.3.1. Visi

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran kesuksesan yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Kondisi ideal yang ingin diwujudkan sebagai visi PSBD “Bahagia” adalah sebagai pusat rujukan regional terbatas wilayah

(13)

pengalaman berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia dengan lingkungan yang bebas hambatan.

4.2.2. MISI

Misi adalah pernyataan mengenai hal – hal yang harus dicapai organisasi di masa yang akan datang. Oleh semua pihak yang berkepentingan dalam organisasi dan merupakan cerminan tentang segala sesuatunya untuk mencapai visi tersebut. Adapun misi PSBD “Bahagia” dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Melakukan perlindungan, peningkatan harkat dan martabat, serta kualitas hidup penyandang cacat.

2. Mencegah, meminimalisasikan, dan memperbaiki kondisi kecacatan.

3. Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pelayanan dab rehabilitasi dan rehabilitasi sosial penyandang cacat

4. Melaksanakan bantuan dan jaminan sosial penyandang cacat

5. Melakukan kajian pengembangan metode dan tata cara dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.

4.2.3. TUJUAN

Memulihkan kembali kondisi fisik, phisikis, mental, dan sosial serta pemberian keterampilan praktis kepada penyandang cacat, sehingga mereka mau dan berkemampuan melaksanakan fungsi sosial secara wajar dan baik di masyarakat.

4.3. KEADAAN UMUM

4.3.1. SARANA DAN PRASANA

(14)

1. Gedung Kantor 2. Wisma Tamu

3. Wisma Petugas ( 2 buah ) 4. Ruang Rapat

5. Aula

6. Asrama klien ( 4 buah ) dengan kapasitas 100 orang 7. Ruang Pendidikan

8. Ruang Keterampilan ( Workshop ) 9. Mushala, dan

10. Perpustakaan

Sarana Olahraga dan Kesenian

1. Lapangan Bola Volley 2. Lapangan Bulutangkis 3. Tenis Meja

4. Gym

5. Alat music band

4.3.2. PERSONIL

Untuk menunjang proses kinerja pelayanan dan bimbingan, PSBD “Bahagia”

(15)

NO TINGKAT PENDIDIKAN

LAKI – LAKI

PEREMPUAN JUMLAH

1. SLTA 2 4 6

2. DIPLOMA 3 (D3) 5 4 9

3. DIPLOMA 4 (D4) - 2 2

(16)

4.4. STRUKTUR ORGANISASI (KEPMENSOS RI NO. 163/HUK/2008)

4.4.1. TUGAS DAN FUNGSI UNIT ORGANISASI

SUBBAG TATA USAHA, Mempuyai tugas melakukan urusan umum,

penyiapan rencana dan program kegiatan, urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

SEKSI PROGRAM DAN ADVOKASI SOSIAL, Mempunyai tugas

melakukan penyusunan program rehabilitasi sosial, memberikan bantuan KEPALA

KASUB BAGIAN TATA

USAHA

KASI PROGRAM DAN

ADVOKASI SOSIAL

KASI REHABILITASI SOSIAL KASI PENYALURAN DAN BIMBINGAN LANJUT

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

(17)

perlindungan sosial dan advokasi sosial serta kerjasama, pengkajian dan penyiapan standarisasi pelayanan, pemantauan serta valuasi dan laporan.

SEKSI REHABILITASI SOSIAL, Mempunyai ttugas melakukan pendekatan awal berupa registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnose, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja, mental, sosial dan fisik

SEKSI PENYALURAN DAN BIMBINGAN LANJUT, Mempunyai tugas

memberikan bimbingan lanjut, kerjasama, pemberian informasi, praktek belajar kerja (PBK) dan penyaluran

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL, Sejumlah tenaga fungsional

yang bertugas membantu Kepala Panti sesuai dengan keahliannya.

4.5. SASARAN DAN JANGKA WAKTU PELAYANAN

4.5.1. PELAYANAN DALAM PANTI

1. Sasaran

a. Penyandang Disabilitas cacat tubuuh berusia 15 sampai dengan 35 tahun yang belum direhabilitasi.

b. Penyandang Disabilitas Cacat Tubuh berusia 15 sampai dengan 35 tahun rujukan dari lembaga lain ( LBK dan atau Lembaga Rehabilitasi Berbasis Masyarakat lainnya)

2. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu program pelayanan dan rehabilitasi sosial di UPT PSBD “

BAHAGIA” Sumatera Utara dilaksanakan selama 12 bulan (Januari sampai

(18)

4.5.2. PELAYANAN DI LUAR PANTI (PENJANGKAUAN)

1. Sasaran

Penyandang Disabilitasi Cacat Tubuh usia produktif yang tidak memiliki keterampilan dan belum mendapatkan program pelayanan dan rehabilitasi sosial.

2. Metode Pelaksanaan

Memberikan pelatihan keterampilan praktis (coaching clinic) dengan narasumber/tenaga ahli dalam bidang kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis.

4.6. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI UPT PSBD “BAHAGIA”

SUMATERA UTARA

4.6.1. KEDUDUKAN

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara adalah salah satu Panti

Rujukan Regiobal Terbatas Wilayah Sumatera Utara yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada penyandang disabilitas cacat tubuh. PSBD “Bahagia” Sumatera Utara merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

di lingkungan Kementerian Sosial RI yang berkedudukan di Propinsi Sumatera Utara dengan jangkauan pelayanan meliputi, Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Rian dan Sumatera Utara.

(19)

PSBD “Bahagia” mempunyai tugas melaksanakan perlindungan, advokasi,

pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberian informasi, rujukan, koordinasi dan kerjasama dengan instansi bagi penyandang cacat agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

4.6.3. FUNGSI

1. Menyusun rencana dan program, evaluasi dan laporan.

2. Melaksanakan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial dan perawatan.

3. Melakukan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental, sosial, fisik dan keterampilan.

4. Melaksanakan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

5. Melaksanakan pemberian perlindungan sosial, advokasi sosial, informasi dan rujukan.

6. Melaksanakan urusan tata usaha.

4.7. PROGRAM PSBD “BAHAGIA” SUMATERA UTARA

4.7.1. PROGRAM PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL

Program pelayanan dan rehabilitasi sosial pada PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

sesuai dengan Kepmensos RI nomor : 163/HUK/2007 yang menerangkan bahwa PSBD “Bahagia” mempunyai tugas melaksanakan pelindungan, advokasi, pelayanan dan

(20)

4.7.2. PROGRAM PELAYANAN DALAM PANTI

Program pelayanan dalam panti diperuntukan bagi calon penerima manfaat (klien) penyandang cacat yang berada di Wilayah Bagian Sumatera Utara dan direkrut oleh petugas PSBD bekerjasama dengan Dinas Sosial Propinsi, Kabupaten/Kota. Calon klien yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis akan di registrasi dan diasramakan.

1. Pendekatan Awal

Kegiatan yang mengawali proses rehabilitasi yang dilaksanakan dimasyarakat untuk mendapatkan kemudahan dan kerjasama dengan mengadakan kontak langsung dengan pemerintah daerah dan keluarga. Pendekatan awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas guna penetapan calon klien, serta menumbuhkan minat klieb untuk direhabilitasi dan termitivasinya program rehabilitasi di PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

2. Penerimaan

Tahapan dimana calon klien melakukan registrasi ulang yaitu mengenal :

a. Pencatatan identitas calon klien dalam buku induk

b. Penandatangan kontrak pelayanan antara klien dan PSBD “Bahagia” Sumatera Utara

c. Pengisian dan pemeriksaan berkas – berkas yang diperlukan. 3. Assesment

(21)

depan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah serta upaya lain untuk pengembangan potensi klien dan penempatan klien dalam jurusan keterampilan

4. Bimbingan Sosial, Mental, Fisik dan Keterampilan

Meliputi pembinaan fisik, mental psikologis dan mental keagamaan. Disamping itu, klien juga mendapatkan bimbingan keterampilan.

5. Resosialisasi

Dalam tahapan ini klien dipersiapkan untuk terjun ke masyarakat, keluarga maupun disalurkan ke lapangan kerja yang tersedia dan atau instansi pengiriman.

6. Bimbingan Lanjut

Tahap bimbingan lanjutan dilakukan setelah diadakan evaluasi sejak tahap input proses, output dan outcome maka telah mencapai titik akhir dala proses pelayanan sosial dalam UPT, pada gilirannya harus mengakhiri kegiatan pelayanan sosial, dengan pertimbangan tindak lanjut purna pelayanan sosial.

7. Terminasi

Terminasi merupakan bagian integrasi dari keseluruhan proses pelayanan sosial klien dalam UPT, yang terakhir dan telah disampaikan serta direncanakan oleh pihak panti untuk mengakhiri dan melepaskan dari psoses pertolongan secara profesional antara panti sebagai lembaga dan pelayanan rehabilitasi sosial dengan sistem klien, sistem kegiatan dan sistem sasaran.

(22)

4.8. BIMBINGAN

A. Bimbingan Fisik meliputi :

1. Kegiatan Senam 2. Kegiatan Olahraga

3. Pemeriksaan Kesehatan dan Pemeriksaan kesehatan 4. Fisioterapi

B. Bimbingan Mental meliputi :

1. Bimbingan mental spiritual keagamaan oleh pembiming agama, kepercayaan masing – masing

2. Bimbingan etika budi pekerti 3. Bimbingan psikologi sosial 4. Outbond di alam terbuka 5. Bimbingan pramuka

C. Bimbingan Keterampilan meliputi :

1. Penjahit pakaan wanita 2. Penjahit pakaian pria 3. Elektronika

4. Service telepon selular 5. Otomotif

Persyaratan

a. Persyaratan Umum

(23)

3. Berbadan sehat dan tidak mengida penyakit menular serta tidak ada indikasi paraplegia, dinyatakan dengan surat keterangan dokter sebanyak dua rangjap. 4. Tidak memiliki cacat ganda (mempunyai cacat tubuh dan mental).

5. Bisa membaca dan menulis

6. Tidak mempunyai tanggungan keluarga (belum menikah).

7. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan klien, orang tua/klien unutk mentaatai program rehabilitasi sosial.

8. Melampirkan surat pernyataan bahwa orang tua/ wali bersedia menerima kembali si anak, baik yang tamat maupun yang gagal dalam pembinaan.

9. Menyerahkan foto terbaru seluruh badan ukuran postcard yang memperlihatkan kecacatannya sebanyak tiga lembar

10.Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar. 11.Menyerahkan Fotocopy KTP orangtua/wali sebanyak 2 lembar.

12.Menyerahkan fotocopy KTP/Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah tentang status kependudukan sebanyak 2 lembar.

13.Menyerahkan fotocopy ijazah/STTB sebanyak 2 lembar.

b. Prosedur Pendaftaran

1. Orangtua/wali langsung menghubungi PSBD “Bahagia” Sumatera Utara dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan.

2. Orangtua/wali menguhubungi Dinas Sosial Propinsi dan atau Kabupaten/Kota setempat dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan.

(24)

4. Rujukan LBK (loka bina karya) atau lembaga – lembaga pelayanan sejenis, diupayakan melalui koordinasi degan pemerintah daerah setempat.

4.9. PAGU ANGGARAAN PSBD “Bahagia” Sumatera Utara Tahun 2009 – 2012

No TAHUN ANGGARAN PAGU ANGGARAN

1 2009 3.936.712.000

2 2010 4.885.930.000

3 2011 4.649.525.000

4 2012 5.622.393.000

(25)

BAB V

ANALISIS DATA

5.1Pengantar

Melalui hasil penelitian yang tekah dilakukan oleh peneliti di lapangan yaitu melakukan teknik wawancara yang mendalam dan observasi partisipasif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data informasi mengenai Dukungan Keluarga Bagi Keberfungsian Sosial Penyandang Disabilitas di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Peneliti dilakukan atau diawali dengan mengumpulkan dokumen dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara mengenai keluarga penyandang

disabilitas. Pengumpulan data tersebut case record yang meliputi biodata klien penyandang disabilitas, kondisi kecacatan klien, latar belakang keluarga klien dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan klien penyandang disabilitas. 2. Melakukan diskusi terbuka dengan staf Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara khususnya para pekerja sosial dalam proses penentuan informan dan mengetahui latar belakang keluarga klien.

3. Melakukan pengamatan dan observasi di lingkungan tempat tinggal klien. Dalam hal ini, peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui informasi mengenai dukungan keluarga bagi keberfungsian penyandang disabilitas.

(26)

biasa. Informan pangkal berperan sebagai penghubung antara peneliti dengan informan kunci dan informan biasa sekaligus sebagai sumber informasi mengenai latar belakang keluarga klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

Pada informan kunci dan informan biasa dilakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data mengenai dukungan keluarga bagi . keberfungsian penyandang disabilitas.

Informan pangkal dalam penelitian ini adalah staf Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara yaitu Bapak Andri, Ibu Wartinah dan Bapak Nobel.

Informan kunci dalam penelitian ini ada 4 orang klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Sukma Ayu

Lestari, Hariyati, Leonardo Situmorang dan Devi Nukita Ramayani. Selanjutnya yang menjadi informan biasa adalah Bibi dari Sukma Ayu Lestari, Ibu dari Hariyati, Kakak dari Leonardo Situmorang dan Ibu dari devi nukita ramayani.

5.2Informan Pangkal

Informan pangkal dalam penelitian ini adalah Bapak Andri selaku pekerja sosial, ibu wartinah juga selaku pekerja sosial dan bapak nobel silitonga dari seksi penyaluran dan bimbingan lanjutan.

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara memiliki tenaga profesi yang

terdiri dari 40 orang yaitu 1 Kepala Panti yang menanggung jawabi semua kegiatan – kegiatan yang berada di dalam panti maupun di luar panti. Kemudian Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara memiliki 4 seksi yang bertugas merancang program –

(27)

1. Seksi Sub Bag Tata Usaha bertugas melakukan urusan umum, penyiapan rencana dan program kegiatan, urusan surat menyuruat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

2. Seksi Program dan Advokasi Sosial bertugas melakukan penyusunan program rehabilitasi sosial, memberikan bantuan perlindungan sosial dan advokasi sosil serta kerjasama, pengkajian dan penyiapan standarisasi pelayanan, pemantauan serta evaluasi dan laporan.

3. Seksi Rehabilitasi sosial bertugas melakukan pendekatan awal berupa registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja, mental, sosial dan fisik

4. Seks Penyaluran dan Bimbingan Lanjutan bertugas memberikan bimbingan lanjut, kerja sama, pemberian informasi, praktek belajar kerja (PBK) dan penyaluran.

Sebelum para klien penyandang disabilitas mengikuti pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia” Sumatera Utara, mereka harus meregistrasikan diri dan

mengikuti beberapa prosedur yaitu :

a. Persyaratan Umum

1. Penyandang Disabilitas cacat tubuh 2. Usia 15 sampai dengan 35 tahun

(28)

5. Bisa membaca dan menulis

6. Tidak mempunyai tanggungan keluarga (belum menikah)

7. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan klien, orangtua/klien untuk mentaati program rehabilitasi sosial

8. Melampirkan surat pernyataan bahwa orangtua/wali bersedia menerima kembali si anak, baik yang tamat maupun yang gagal dalam pembinaan

9. Menyerahkan foto terbaru seluruh badan ukuran sebanyak 3 lembar 10.Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar

11.Menyerahkan fotocopy KTP/Surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah tentang status kependudukan sebanyak 2 lembar

12.Menyerahkan fotocopy KTP orangtua/wali sebanyak 2 lembar 13.Menyerahkan fotocopy ijazah/STTB sebanyak 2 lembar b. Prosedur pendaftaran

1. Orangtua/wali langsung menghubungi PSBD “Bahagia” Sumut dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan.

2. Orangtua/wali menghubungi Dinas Sosial Propinsi dan atau Kabupaten/Kota setempat dengan membawa seluruh berkas yang dipersyaratkan.

3. Pengiriman/pemberangkatan calon klien secara kolektif oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota (Dinas Sosial) setempat dengan terlebih dahulu ada pemberitahuan kepada PSBD

4. Rujukan LBK (Loka bina karya) atau lembaga – lembaga pelayanan sejenis, diupayakan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 163 HUK/2008 tentang Pembagian Struktur Organisasi pada Panti Sosial Bina Daksa “ Bahagia”

(29)

seperti terampil muda dan madya. Setiap jenjang memiliki indikatornya masing – masing sesuai dengan Buku Pedoman tentang Teknik, Jabatan Fungsional Pekerja Sosial. Bapak Nobel Silitongan mengatakan :

“ Para pekerja sosial sudah dibagi menurut jenjang yang mereka miliki tetapi

teknis di lapangan pembagian spesialisasi pekerja sosial dilakukan menurut kebutuhan di dalam panti tersebut. Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara tugas para pekerja sosial adalah melakukan pedampingan secara berkala kepada klien, melakukan assesment dalam rangka memahami dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan klien penyandnag disabilitas dan biasanya pekerja sosial dibagi menurut jumlah klien keseluruhan yang terdaftar pada panti. 1 pekerja sosial bisa bertanggun jawab atas 4 – 5 orang klien yang harus mereka pantau dan bina selama berada di dalam panti”.

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara melakukan case

conference yang dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam 1 tahun yaitu :

a. Awal, yaitu setelah dilakukan assessment penerimaan pada klien, case conference dilakukan untuk menetukan diterima atau tidaknya calon klien, kemudian ketika klien diterima klien ditentukan untuk masuk ke dalam kelas keterampilan sesuai dengan kemampuan fisik atau mental

b. Case conference dilakukan pada saat pekerja sosial menemukan adanya masalah pada klien dan mecari solusi dengan memusyawarahkan kepada pekerja sosial lainnya.

(30)

Case conference dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan para klien penyandang disabilitas secara menyeluruh. Bapak Andri mengatakan :

“case conference harus dilakukan agar semua staf mengetahui mengenai

perkembangan para klien penyandang disabilitas tidak hanya para pekerja sosial yang bertanggung jawab atas perkembangan para klien tetapi sebaiknya semua staf pekerja sosial dapat bertanggung jawab dan ikut serta ats perkemabangan klien penyandang disabilitas selama berada di panti”.

Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam melakukan pendaftaran bagi klien karena tanpa persetujuan dari keluargaa yaitu orang tua ataupun wali mereka klen tidak dapat menerima pelayanan di dalam panti. Ibu wartinah mengatakan :

“pihak panti tidak bisa menerima calon klien yang tidak memiliki orang tua atau

wali karena setiap bulannya kami harus melaporkan keadaan dan perkembangan klien, jika mereka tidak ada yang menanggung jawabi maka kepada siapa kami harus melaporka perkembangan klien tersebut”.

Kemudian pihak lain juga mempunyai keterlibatan di dalam mendaftarkan klien keterlibatan pihak lain meliputi :

1. Dinas sosial kabupaten/kota berkaitan masalah administrasi calon klien 2. TSKS terkait masalah perekrutan calon klien di setiap daerah.

3. Masyarakat terkait informan dalam sosialiasasi terhadap calon klien yang tidak dapat dijangkau oleh PSBD”Bahagia” Sumut.

Selama 1 tahun para klien menerima pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara keluarga di perbolehkan datang mengunjungi anaknya.

(31)

“Dalam sebulan ada keluarga yang datang berkunjung untuk melihat keadaan

dan perkambangan anaknya kemudian jika ada keluarga klien yang berasal dari luar kota mereka diperbolehkan untuk menginap 1 hari tetapi itu pun hanya orang tua saja yang diperbolehkan menginap”.

Dukungan keluarga yang diberikan untuk para klien penyandang disabilitas tidak hanya dengan datang berkunjung tetapi banyak cara yang keluarga lakukan untuk selalu memberikan dukungan. Dukungan seperti memberikan motivasi diberikan kepada klien ketika klien mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya selama berada di panti dan melakukan komunikasi dengan para pekerja sosial yang bertanggung jawab atas klien untuk selalu menanyakan keadaan dan perkembangan klien. Ibu Wartinah mengataka :

“Keluarga biasanya melakukan kunjungan maksimal sebulan sekali dan bahkan

ada juga yang tidak pernah mengunjungi klien selama berada di panti. Biasanya keadaan seperti ini dihadapi oleh klien, klien yang berasal dari luar Sumatera Utara seperti Aceh, Kepulauan Riau dan daerah lainnya tetapi keluarga selalu berkomunikasi melalui telepon langsung dengan anaknya dan juga dengan pekerja sosial yang bertanggung jawab atas klien tersebut”.

Keluarga yang akan berkunjung untuk melihat kondisi anaknya selalu mempersiapkan bekal dan kebutuhan sehari – hari klien tersebut seperti baju, makanan, serta uang saku selalu diberikan oleh keluarga yang berkunjung bahkan untuk keluarga tidak pernah datang berkunjung mereka sering mengirimi kebutuhan sandang, pangan serta uang saku. Cara – cara seperti itu keluarga menunjukkan dukungan kepada para klien penyandang disabilitas.

(32)

a. Untuk melihat perkembangan anakanya selama berada didalam panti b. Kangen dengan anaknya

c. Untuk melihat seperti apa proses rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh PSBD “Bahagia” Sumut

d. Dalam beberapa kasus keluarga datang untuk menjemput kembali anaknya terkait beberapa alasan seperti : klien dipulangkan karena terkait perkelahian dengan kemauan sendiri keluarga datang menjemput klien e. Pada saat pemulangan klien dilakukan pada bulan Desember.

Ibu Wartinah mengatakan :

“para klien memberikan motivasi untuk tetap bertahan di dalam kondisi

dengan kecacatannya itu, keluarga lah yang harus selalu memberikan dukungan terbesar untuk mereka”.

Bentuk dukungan yang diberikan keluarga kepada penyandang disabilitas dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan perssepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutukan bantuan.

2. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dalam persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas) (Serason dalam Kuncoro, 2003)

(33)

dukungan keluarga bagi keberfungsian sosial penyandang disabilitas yang diamati melalui observasi langsung oleh keluarga yang berkaitan dengan penyandang disabilitas. Selain itu, diperoleh data – data mengenai upaya – upaya yang dilakukan

keluarga dalam memenuhi keberfungsian sosial penyandang disabilitas. Serta tindakan – tindakan apa saja yang diharapkan oleh penyandang disabilitas maupun keluarga kepada pemerintah maupun lembaga – lembaga non pemerintah untuk membantu memenuhi keberfungsian sosial penyandang disabilitas baik upaya memberikan modal usaha kerja ataupun penempatan kerja yang sesuai dengan keadaan para penyandang disabilitas.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang terkumpul, penulis coba membagi dalam beberapa bagian terkait pembahasan yang ingin diuraikan dengan memasukkan petikan wawancara dari informan serta narasi penulis tentang data – data tersebut.

5.3Informan Kunci

5.3.1. Informan I

Nama : Sukma Ayu Lestari

Alamat : Jl. Pancing 1 lingkungan 1

Usia : 20 tahun

Agama : Islam

Kondisi kecacatan: kaki lumpuh karena sakit folio

(34)

berumur 8 tahun karena penyakit folio yang menyerangnya padahal waktu itu Ayu sudah bersekolah di kelas 3 Sekolah Dasar Muhammadiah di jalan Pancing dekat rumahnya.

Semenjak Ayu mengalami kelumpuhan tersebut Ayu sempat berhenti sekolah karena menjalani pengobatan. Keluarga Ayu berusaha semampu mereka agar Ayu dapat memiliki keadaan seperti dulu, tetapi sudah kemana – kemana mencari pengobatan tidak ada hasil yang terjadi pada diri Ayu, akhirnya keluarga pasrah dengan keadaan yang dialami Ayu.

Akhirnya keluarga memutuskan untuk menyekolahkan Ayu karena semangat Ayu yang masih ingin melanjutkan sekolah. Awalnya disekolah Ayu merasa malu dan minder untuk berteman dengan yang lain, Ayu yang kesehariannya menggunakan kursi roda selalu menyendiri karena merasa tidak ada teman yang mau berteman dengannya. Padahal kenyataannya, Ayu sendirilah yang berusaha menjauh dari temannya, temannya selalu berusaha mendekatkan diri kepada Ayudan juga selalu Ayu sadar bahwa banyak orang yang maau bermain dengannya dan teman – teman lainnya.

Sewaktu Ayu masuk kelas 4 SD, Ayu ditinggal oleh ayah dan ibunya pergi ke Malaysia untuk bekerja sebagai TKI disana, Ayu dan kedua adiknya dititip oleh orang tuanya kepada bibinya (adik dari ibunya) yang tinggal dekat dengan rumah Ayu. Ayu merasa sedih karena ditinggalkan ibunya dalam kondisi tubuh yang seperti itu, selama ibunya pergi ayu bersusah payah mempersiapkan kebutuhannya tersebut karena Ayu merasa segan meminta bantuan kepada bibinya tersebut. Dengan ditemani oleh kedua adiknya yang juga masih kecil Ayu menjalani hari – harinya dengan penuh

(35)

selalu mendapatkan perhatian dari bibi mereka. Selama hampir 14 tahun ibu dan ayah Ayu tidak pernah pulang ke Medan, maka Ayu lah yang berusaha mengurusi kedua adiknya dan dibantu oleh bibinya tersebut. Tetapi ayu juga sering berkomunkasi melalui telepon dengan ibu dan ayanya di Malaysia dan bahkan sewaktu liburan tiba Ayu dan kedua adikya juga datang mengunjungi ayah dan ibunya. Dengan kondisi seperti itu ayu mengurusi kedua adiknya membuat ayu dewassa dan juga menjadi mandiri. Ayu tidak pernah menyusahkan orang lain, dia selalu berusaha menyelesaikan segala urusannya sendiri tetapi kadang Ayu juga akan meminta bantuan kepada bibinya.

Setelah Ayu lulus di SMA, ayu diberikan saran oleh salah satu keluarganya (uwaknya) untuk mengikuti pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”

Sumatera Utara. Karena uwaknya itu juga bekerja sebagai staf di panti tersebut. Uwaknya juga menjelaskan kegiatan – kegiatan yang dilakukan di panti tersebut dan

jika Ayu menjadi klien maka Ayu akan mendapatkan pelatihan keterampilan kemudian Ayu dapat mengaplikasikan keterampilannya langsung ke dunia kerja, dengan pemaparan yang sangat jelas dari uwaknya itu Ayu pun dengan semangat yang tinggi langsung menyetujui untuk mengikuti pembinaan di panti. Dengan ditemani oleh bibinya yang juga sebagai walinya sekarang Ayu mendaftarakan diri ke Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Setelah Ayu sudah menjadi klien

di panti tersebut Ayu mengikuti semua kegiatan – kegiatan yang diberikan oleh panti dan juga harus mematuhi semua peraturan – peraturan Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

(36)

setiap hari Ayu selalu berhubungan melalui telepon dengan bibinya, sedangkan dengan Ibunya kadang ibunya sesekali juga menelepon dari Malaysia untuk menanyakan keadaan Ayu selama berada di panti.

Saat Ayu mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya Ayu selalu bercerita dengan bibinya, Ayu sudah sangat terbuka dengan bibinya itu dan menanggap sebagai ibu kandungnya, saat Ayu berkeluh kesah bibinya dengan senang hati mendengarkan dan juga membantu mencari jalan keluar dan juga bibinya selalu memberikan semangat kepada Ayu untuk tetap bersemangat dan jangan cepat menyerah.

Saar Ayu berada di rumah keluarga Ayu selalu mengajaknya ke acara keluarga atau acara lainnya terlebih lagi bibinya selalu mengajak Ayu pergi kemana pun saat bibinya hendak pergi. Keluarga Ayu sangat senang mengajak Ayu pergi karena Ayu orangnya periang membuat semua keluarga sangat senang berada di dekat Ayu. Karena Ayu memiliki sikap yang baik maka tidak ada keluarga yang tidak memperdulikan, malah keluarganya selalu mencari – cari Ayu kalau Ayu tidak ada diacara keluarga mereka. Ayu selalu diterima dalam keluarga biarpun keadaannya lumpuh tetapi tidak ada keluarga yang tidak menjauhinya.

Perlakuan keluarga terhadap Ayu sangat baik dan penuh perhatian, keluarga selalu memperhatikan kesehatannya, contohnya jika Ayu telat makan saja bibi Ayu panik, lalu keluarganya juga selalu diingatkan tentang ibadah jangan sampai tinggal sholat dan perlakuan – perlakuan yang lainnya. Terakhir kali Ayu merasakan liburan

(37)

ayah dan ibu nya jarang kembali ke Medan, tetapi biarpun keadaan keluarga mereka yang jauh tidak menjadi halangan bagi mereka untuk sering berkomunikasi satu sama lainnya.

Ayu selalu diakui keberadaan di masyarat luar, keluarga Ayu tidak pernah menutup – nutupi kondisi kecacatan Ayu, mereka malah merasa bangga kepada Ayu, karena dengan kecacatan seperti jarang Ayu merasa minder jika bertemu orang yang dikenalnya, bahkan orang yang baru mengenalnya pun banyak yang langsung bersikap baik kepada karena Ayu memiliki sifat periang.

Keluarga selalu memenuhi permintaannya ketika menurut keluarganya itu memang sangat diperlukan bagi dirinya. Ayu juga bukan tipekal orang yang selalu menggunakan alasan kecacatan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, Ayu selalu mengetahui hal – hal seperti apa yang pantas diminta dari keluarganya.

Perlindungan yang diberikan keluarganya seperti ketika Ayu diajak teman untuk pergi, bibinya selalu menanyakan hal yang sangat detail sampai benar – benar membuat bibinya yakin bahwa kalau Ayu sedang diluar tanpa pengawasan keluarga Ayu merasa tetap aman. Keluarganya sangat protektif terhadap Ayu tak jarang juga Ayu kesal dengan sifat keluarganya seperti itu tetapi pada akhirnya Ayu sadar bahwa itu semua karena kondisinya tersebut membuat keluarga sangat protektif dalam menjaganya.

(38)

tersebut adalah abang sepupu anak dari bibinya itu. Ayu selalu minta bantuan dengan bibinya tak jarang juga dia meminta bantuan dengan kedua adiknya .

Selama Ayu mengalami kececatan dari umur 8 tahun hingga 20 tahun belum pernah sekali pun ayu mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tetapi Ayu pun tidak pernah mengaharapkan bantuan – bantuan dari pemerintah, Ayu juga merasa bahwa dia hidup berkecukupan dan orang tuanya selalu mengirimi mereka uang yang ditransferkan ke bibinya.

Hubungan yang sangat dekat dapat dirasakan Ayu dengan bibi dan juga keluarganya. Mereka berbagi cerita bersama, tidak ada hal yang ditutupi dari percakapan kelurga padahal mereka bertiga hanya keponakan dari bibi tersebut tetapi bibinya juga menyamakan kedudukan mereka dengan anak bibi itu. Keluarganya selalu menjadi tempat curhat oleh Ayu, mereka mau mendengarkan cerita senang ayu bahkan cerita sedih Ayu selalu mengatakan dengan bibinya. Misalnya, Ayu memiliki masalah dengan teman – teman di panti maka Ayu dengan nyaman bercerita masalah yang sedang dialami.

Selama berada di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Ayu

mendapatkan pengalaman baru dan juga bisa dapat kawan dengan mudah. Ayu belajar bersabar atas sikap teman – teman lain yang memiliki kondisi yang sama seperti dirinya dan orang – orang sepert itu membuat Ayu lebih sabar karena mereka mempunyai sensitivitas yang tinggi.

(39)

membantu kegiatan masyarakat sekitar seperti bergotong rayong membersihkan selogakan. Tetapi untuk memecahkan masalah Ayu selalu bercerita dengan bibinya.

Setelah Ayu mendapatkan permbinaan selama berada di panti Ayu banyak sekali mendapatkan pelajaran – pelajaran yang sangat berguna bagi dirinya. Di panti Ayu mendapatkan program keterampilan ponsel, hanya Ayu satu – satu perempuan yang masuk ke dalam kelas keterampilan itu, dengan kemauannya sendiri dia lebih menyukai belajar keterampilan ponsel. Sekarang Ayu sudah mulai bisa memperbaiki ponsel, kadang staf – staf panti meminta pertolongan memperrbaiki handphone mereka dengan alasan perempuan lebih teliti dalam bekerja. Ayu pun mulai mendapatkan perubahan dalam dirinya, di panti ayu lebih displin akan waktu maupun sikap, Ayu belajar bagaimana berbagi dengan teman – teman yang lain. Sebelum Ayu memiliki keterampilan ponsel Ayu pernah membantu abang sepupunya berjualan kue bawang sehari – harinya ayu membantu memasukkan kue bawang ke dalam plastik, kadang Ayu pun disuruh mengupas bawang, Ayu mendapatkan upah dari abangnya sepupunya sebesar 300 ribu setiap bulannya dan Ayu selalu menabungkan uang tersebut. Ayu dari dulu anak yang sangat mandiri, dan perduli dengan lingkungan sekitarnya dia juga anak yang aktif. Jika di lingkungannya ada acaranya seperti 17 agustus, gotong royong ataupun acara islam lainnya Ayu selalu ikut serta untuk membantu dalam acara – acara tersebut.

Setelah Ayu selesai mendapatkan pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Ayu berencana membuka usaha di dekat rumahnya. Ayu

(40)

5.3.2. Informan II

Nama : Devi Nukita Ramayani

Alamat : Jln. Harapan Pasti Timur gg Rangkuti No. 3

Usia : 20 tahun

Agama : Islam

Kondisi kecacatan : tangan kanan diamputasi karena kecelakan

Devi adalah anak kedua dari tiga bersaudara.Dia dibesarkan dari keluarga yang sederhana tetapi termasuk dalam kategori yang berkecukupan.Ayahnya yang bekerja sebagai mandor di sebuah pabrik minyak di daerah Tanjung Morawa sedangkan ibunya membuka usaha kecil di rumah berjualan sayur – mayur dan lainnya. Mereka memiliki kehidupan yang

bahagia, dengan di temani seorang kakak dan adik perempuan devi tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keluarga tersebut.Setelah devi menyelesaikan pendidikannya di SMA sambil – sambil mengikuti ujian masuk perguruan tinggi devi selalu menghabiskan waktunya

(41)
(42)

tersebut terjadi tepat pada 2 hari awal ramadhan tahun 2012. Sebelum keadaan itu terjadi, ibu nya devi memang sudah memiliki firasat yang tidak baik, karena devi sampai pukul 22.00 malam tidak kunjung menelepon keluarga untuk meminta mereka menjemputnya sampai pukul 02.00 pagi keluarga devi menerima kabar dari rumah sakit bahwa anaknya sedang sekarat dan akan dilakukan operasi pemotongan tangan kanannya, ibu nya sangat terkejut dan meminta kepada pihak rumah sakit bahwa untuk menunggu kedatangannya. Sangat pilu yang dirasakan ibu nya saat itu, anak perempuan yang dilahirkannya dengan keadaan normal dan membesarkannya dari kecil sampai sedewasa ini tak ada memiliki kekurangan sedikit pun tiba – tiba mengalami ujian yang sangat berat seperti ini. Sampai di rumah sakit akhirnya tangan devi pun diamputasi sampai lebih dari separuh, seluruh keluarga besar sangat terkejut dan merasa kasihan kepada devi, Devi orang yang sangat periang dan ramah kepada siapapun setiap dia menerima gaji dari hasil kerjanya dia tidak pernah lupa memberikan sesuatu kepada kakeknya. Selama 1 bulan devi menerima perawatan secara intensif, dan di rumah sakit semua keluarga bahkan teman – teman yang lain turut merasakan kesedihan yang sangat mendalam atas kejadian yang dihadapinya.

(43)

agama kelak nanti keluarganya berharap devi bisa menjadi guru ngaji dan menjadikan dirinya motivasi kepada yang lainnya. Tetapi begitu pun devi masih merasa kan adanya tidak percaya diri dengan keadaan dia yang sekarang ini, padahal banyak teman – teman yang berusaha mendekatkan diri padanya, mereka semua selalu memberikan semangat kepada nya mereka sering mengajak devi untuk belajar bersama, jalan – jalan bersama, bahkan berkunjung ke kerumah teman yang lainnya tetapi devi selalu menolak ajakan – ajakan seperti itu devi memilih langsung pulang ke rumah ketika kuliahnya telah selesai kadang pun di kampus devi jarang sekali berinteraksi dengan yang lainnya devi hanya sendiri saat teman – teman yang lain ingin bermain bersamanya devi selalu menolaknya begitu juga hal yang sama terjadi di lingkungan rumahnya devi selalu berada di dalam kamar ketika tetangga – tetangganya ingin

(44)

melihat terlebih dahulu panti sosial yang diberitahukan kepadanya. Sampailah ibu devi ke panti sosial tersebut dan bertemu dengan salah satu pegawai disana, mereka pun memberikan banyak informasi mengenai panti tersebut bahwa anak – anak penyandang disabilitas akan dibina menurut keahlian dan bakatnya masing dan selalu diberikan motivasi – motivasi setiap harinya. Ibunya devi pun menceritakan semua informasi yang telah didapatkan ibunya kepada devi, awalnya devi menolaknya dia hanya ingin berada dirumah saja, ibunya pun merasa sangat kecewa merasa hal – hal yang diusahakan semua keluarganya tidak mendapatkan tanggapan yang baik dari devi. Seluruh keluarga besar devi selalu membujuk – bujuk devi agar mau mengikuti pembinaan di panti sosial tersebut dan hanya 1 tahun jauh dari ibu dan anggota keluargnya lainnya, sangat lama devi berpikir sangat lama sekali sampai akhirnya ibunya pun pasrah dan menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada devi tetapi setelah pertimbangan yang sangat lama akhirnya devi pun menyetujui masukan tersebut dan dia pun mendaftar diri ke Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Selama sebulan devi

masih tidak nyaman dan hanya berdiam diri saja banyak pekerja sosial yang berusaha mendekatkan diri padanya begitu juga teman – teman yang lain, selama sebulan devi selalu meminta keluarganya untuk membawanya pulang lagi tetapi hal itu tidak disetujui pihak keluarga maupun pihak panti devi harus tetap mengikuti pembinaan selama 1 tahun. Berbulan – bulan devi tinggal di panti dan selalu mendapatkan pengawasan dari pekerja sosial yang

bertanggung jawab atas dirinya dan staf – staf yang lain, lama kelamaan devi sudah mulai terbiasa berinteraksi dengan semua orang yang ada di panti dan mulai bergaul dengan teman – teman lainnya. Selama devi di dalam panti devi masih tetap berhubungan dengan keluarga

(45)

mendapatkan masalah devi selalu bercerita kepada ibunya dan ibunya selalu memberikan saran – saran untuk membantu mengurangi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi devi.

Saat devi masih tinggal dengan keluarganya devi selalu diajak keluarganya ke acara – acara agar devi merasa terbiasa dengan keadaaan sekitar dan tidak merasakan malu lagi dengan keadaannya tersebut, awalnya devi tidak pernah mau kalau diajak keluarganya untuk datang ke acara lain tetapi dengan bujukan keluarganya bahwa devi harus tetap berinteraksi dengan masyarakat luar paling tidak berinteraksi dengan keluarga besar lainnya. Tidak ada satu orang keluarga pun yang mengacuhkannya, Devi sangat disayangi keluarganya dan pasti diterima dalam keluarganya di rumah maupun saudara – saudara yang lainnya. Perilaku keluarga devi sangat baik terhadapnya, kapan ada waktu kosong Devi selalu diajak berlibur bersama saudara yang lainnya. Semua sepupu Devi sangat dekat padanya, bahkan mereka juga selalu mengajak Devi untuk jalan – jalan ke Mall dan hal lainnya. Semua keluargnya juga mengakui keberadaannya dari lingkungan luar, kemana pun Devi selalu dibawa dan diajak untuk diperkenalkan dengan keluarga lainnya dan masyarakat luar. Ketika ada orang lain yang mengejek – ejek kondisi tubuhnya ayah devi selalu memarahi orang itu dan juga ayahnya selalu memberikan semangat kepada Devi untuk tetap semangat dan tidak putus asa. Keluarganya juga selalu memenuhi permintaan yang benar – benar dia perlukan, keluarganya

tidak mau selalu memenuhi semua permintaannya agar Devi tidak seenaknya. Perlindungan yang diberikan keluarganya terhaadapnya misalnya menjauhkan devi dari orang – orang yang

belum bisa menerima keadaanya devi dan masih mengejek – ejek dirinya, saat sakit pun keluarga Devi sangat mengkhawatirkan keadaannya dan selalu cepat – cepat dibawa unutk periksa ke dokter.

(46)

dengan satu tangan Devi selalu meminta ibu atau kakaknya untuk membantu, saat devi membutuhkan transportasi juga semua keluarga devi mau mengatarkan Devi ke tujuannya itu.

Sewaktu Devi mengalami kecelakaan, dia mendapatkan asuransu kerja dari perusahaannya tersebut. Devi terbebas dari biaya rumah sakit dan juga mendapatkan tangan palsu yang semuanya di tanggung oleh perusahaannya tersebur. Dari pemerintah sendiri pernah mendapatkan sejumlah uang untuk semua penyandang cacat. Bantuan – bantuan seperti itu sangat membantu Devi.

Hubungan keluarganya antara dirinya sendiri sangat lah dekat. Dia selalu menceritakan keluh kesahnya dengan ibu nya, dan ibu nya sangat sabar mendengarkan semua cerita – cerita anaknya itu. Misalnya devi memiliki masalah dengan temannya dia selalu bercerita dengan ibunya dan menanyakan solusi kepada ibunya. Devi sangat nyaman menceritakan semua masalah dengan ibunya. Tak ada satu pun hal yang disembunyikan Devi dari ibunya. Apalagi keluarga nya sangat perhatian dengan dirinya.

Setelah Devi menjadi klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara devi mendapatkan banyak hal seperti mendapatkan keterampilan kerja, mendapatkan pengajaran moral, dan lagi mendapatkan banyak temanan yang sama seperti dirinya. Perubahan sudah mulai terlihat dari dirinya, Devi menjadi lebih menerima keadaan yang menimpa dirinya, lebih rajin ibadahnya dan perduli akan lingkungan sekitar. Dan Devi sekarang sudah belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Apalagi peran panti sangat besar untuk dirinya, Staf – staf panti selalu mengajarkan hal – hal yang baik untuk semua para klien.

(47)

5.3.3. Informan III

Nama : Leonardo Situmorang

Alamat : Seda Negara, Tanjung Morawa

Usia : 25 tahun

Agama : Kristen

Kondisi Kecacatan : sakit folio dari bayi.

Leonardo Situmorang yang akrab dipanggil Leo dari balita menderita penyakit folio dan menyebabkan tangan kirinya mengecil dan kaki kanannya membengkok. Loe anak kedua dari 2 bersaudara yang mempunyai kakak yang bernama Lensia dan sudah berumah tangga. Anak dari ibu Sihotang dan ayahnya Husman Situmorang ini memiliki semangat yang besar, dia tidak pernah malu dengan keadaaan yang dialaminya. Dari kecil hingga sekarang dia selalu senang berman dengan temannya di sekolag maupun di lingkungan rumahnya. Leo mempunyai hobi bermain gitar dan sangat suka bernyanyi.

Hidup dari keluarga sederhana, leo tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri. Walaupun kehidupan disekolahnya sangat sulit Leo masig mempunyai semangat yang besar untuk terus bersekolah demi meraih cita – cita yang diinginkannya. Di sekolah tak jarang juga teman – temannya suka mengejek kondisi tubuhnya. Tetapi Leo selalu berbesar hati karena kondisi ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan Leo percaya bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang indah untuknya.

(48)

juga mendapatkan prestasi yang sangat bagus di sekolahnya dan mendapatkan juara 1, dengan keadaan seperti itu tak menyurutkan semangatnya untuk belajar dengan giat.

Sampai Leo sudah lulus darii SMA nya, orang tua Leo bingung apa yang akan dilakukan Leo sehabisi ini. Leo tidak ingin melanjutkan kuliah, dia hanya ingin bekerja untuk membantu keuangan keluarganya. Kesana – kemari Leo mencari pekerjaan tetapi tidak ada yang dapat menerimanya dengan kondisi seperti itu. Leo sangat sedih dan putus asa, dia merasa bahwa pendidikan yang dia terima sia – sia tida ada pekerjaan yang dapat menerima keadaan seperti itu.

Akhirnya Leo bercerita dengan kakaknya atas kesedihan yang sedang dialaminya. Kakaknya pun ikut terpukul melihat kesedihan adiknya. Kakak dan suami nya itu berusaha mencari pekerjaan untuk Leo, Tetapi juga tidak membuahkan hasil. Sampai teman suami kakaknya memberika tahu bahwa di medan ada panti untuk membina anak – anak penyandang disabilitas. Kakaknya pun mengetahui kegiatan – kegiatan yang dilakukan di dalam panti tersebut. Kakaknya menyampaikan saran bahwa sebaiknya Leo mengikuti pelatian disana, awalnya Leo menolak karena dia akan jauh dengan orang tuanya tetapi akhirnya Leo berpikir bahwa dia akan mendapatkan keterampilan disana dan dari keterampilan yang sudah dia dapatkan dia akan membuka usahanya sendiri.

(49)

Saat acara keluarga dia selalu ikut serta, ibunya pasti mengajak dia untuk hadir dalam acara tersebut. Tidak ada keluarga yang tidak memperdulikan nya, kehadirannya selalu ditunggu oleh keluarga besarnya dan dia juga diterima baik oleh mereka. Setiap ada kesempatan berlibur, keluarganya akan selalu mengajaknya untuk liburan bersama. Tetapi Leo lebih suka liburan dengan teman – temannya. Karena dengan teman – temannya Leo bisa

bebas.

Leo selalu diakui dari lingkungan dan masyarakat luar, keluarganya tidak pernah malu meiliki anak seperti itu. Sewaktu kecil jika ada orang yang mengejek Leo keluarganya pasti memarahi anak tersebut tetapi sekarang Leo dapat menyelesaikan hal – hal seperti itu dengan mendiamkan dan membiarkan orang yang mengejek kondisinya tersebut. Keluarganya selalu memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi jika Leo meminta sesuatu kepada ibunya, ibu nya juga sering mengabulkan permintaan tersebut. Tetapi tidak semua permintaan dapat dituruti dan pasti melihat kebutuhannya.

Ketika Leo memerlukan bantuan, keluarganya selalu siap membantu dirinya. Contohnya saat Leo meminta bantuan karena kondisi Leo yang tidak memungkinkan untuk mengerjakannya sendiri Leo selalu meminta pertolongan dengan ibunya. Syukurnya Leo masih bisa mengendari sepeda motor sendiri, jadi mau kemana pun Leo atau kadang Leo lebih memilih menggunakan angkot jdi dia tidak akan menyusahkan ayah ataupun ibunya. Leo paling sering meminta bantuan dengan kakaknya, dan tidak ada keluarga yang tidak ingin menolong dirinya.

(50)

Leo sanagat dekat dengan keluarga, tetapi Leo jarang menceritakan keluh kesahnya kepada keluarga. Sampai benar – benar merasa bahwa Leo tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut barulah Leo menceritakan masalah yang sedang dialaminya. Leo jarang menceritakan kehidupan pribadinya kepada keluarganya tetapi dia selalu membicarakan tentang kehidupannya ke depannya bagaimana. Leo merasa sangat nyaman menceritakan semua kehidupannya kepada keluarga karena Leo percaya bahwa keluarganya akan membantu jika dia memerlukan bantuan. Dan Leo sangat diperhatikan dalam keluarganya.

Setelah masuk menjadi klien di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

Leo mendapatkan banyak pelajaran. Seperti pelajaran keterampilan memperbaiki ponsel dan sekarang Leo sudah bisa memainkan alat musik keybord. Leo jadi memiliki 2 hobi yang baru yaitu bermain gitar dan keybord. Selama berasa di panti Leo menjadi orang yang disiplin, sekarang Leo sering bangun pagi dan mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh staf di panti.Dari dulu Leo selalu aktif mengikuti kegiatan lingkungan rumahnya dan selama di panti dia juga aktif ikut menjadi panitian yang doadakan di panti. Sekarang Leo juga dapat memecahkan masalah sendiri dan juga memenuhi kebutuhannya. Leo menjadi orang yang lebih mandiri lagi.

Peran panti sangat besar yang diberikan kepadanya. Keterampilan ponsel yang diajarkan kepada nya sangat membantu dirinya. Kedepannya, jika Leo sudah menyelesaikan pembinaan di panti tersebut, Leo akan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan langsung dengan masyarakat dan juga Leo ingin membuka usaha ponsel miliknya sendiri.

5.3.4. Informan IV

Nama : Hariyati

(51)

Agama : islam

Alamat : Jl. Percut

Kondisi kecacatan : Kaki pincang karena umur 9 tahun jatuh dari sepeda motor

. . Hariyari adalah informan terakhir dari penelitian ini. Haryati seotang anak perempuan berumur 22 tahun. Anak kedua dari 6 bersaudara ini mempunyai ibu bernama Masulia dan ayahnya bernama Katium berasal dari keluarga yang kurang mampu dengan pekerjaan membajak sawah.

Haryati hanya bersekolah sampai kelas 3 SD saja, karena Hariyati memiliki sifat yang pendiam dan pemalu Hariyati merasa malu dengan keadaannya dan karena takut di ejek – ejek teman disekolahnya. Keluarganya sudah berusaha untuk membujuknya untuk meneruskan sekolahnya karena menurut orang tuanya pendidikan itu sangat penting dan mereka akan berusaha mencari biaya pendidikan keenam anak mereka. Tetapi hariyati tetap tidak ingin melanjutkan sekolahnya karena Hariyati pernah diejek – ejek temannya sewaktu itu maka dia pun memilik untuk tidak bersekolah lagi

Kegiatan yang Haryati lakukan dari kecil sampai dewasa hanya berada di dalam rumah. Dirumah Haryati dibantu oleh abangnya untuk mengajarinya baca dan menulis. Haryati tidak mempunyai teman bermain, dia hanya bermain dengan saudara – sauadaranya di dakan rumah. Keluarganya sangat bersedih dengan keadaab yang dialaminy. Haryati baru mulai berkomunikasi dengan masyarakat luar dari berumur 10 tahun, diumur itulah Haryati memberanikan dirinya untuk berkomunikasi dengan mereka itupun atas bujukan seluruh keluarganya

(52)

rumahnya dan menawarkan kepada Haryati untuk mengikuti pembinaan khusus penyandang disabilitas di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Awalnya Haryati menoak karena dia tidak berani berada jauh dari orang tua dan saudara – saudaran yang lain apalagi

dengan sifat dan sikap yang dimilki Haryati sulit bagi Haryati untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap ada kesempatan seluruh keluarga membujuknya agar mau mengikuti pembinaan di panti tersebut agar hidupnya dapat lebih berkembang lagi.

Akhirnya, setelah bujukan yang sangat lama, Haryati pun menyetujui untuk ikut dalam kegiatan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Keluarga sangat

senang dan berharap agar haryati menjadi orang yang lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan memiliki bekal untuk memenuhi keberfungsian sosialnya.

Usulan yang diberikan oleh tetangganya itu ternyata sangat bermanfaat, sebelumnya tetangganya tersebut juga mengikuti pembinaan di panti tersebut dan tetangganya menjelaskan kegiatan – kegiatan yang akan diterima Haryati. Setelah Haryati terdaftar menjadi salah satu klien di panti itu, Haryati masih berkomunikasi dengan keluarganya, melalui handphone Haryati selalu berkomunikasi dengan keluargnya. Setiap ada kesempatan, Haryati sering juga pulang ke rumahnya, dengan mendapatkan izin dari pekerja sosial yang bertanggung jawab atas dirinya.

(53)

berusaha membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi haryati. Tetapi Haryati lebih memilik untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Keluarga Haryati selalu mengajak dirinya untuk pergi ke acara keluarga atau acara –

acara lain. Agar Haryati terbiasa berkomunikasi dengan orang lain. Tak jarang Haryati menolak ajakan keluarganya, tetapi ibunya selalu mendesak untuk ikut. Di dalam keluargnya Haryati sangat diperdulikan aaoalagi abangnya itu, hampir setiap hari abangnya menanyakan keadaaanya, apakah sakit atau sudahnya haryati makan, abangnya selalu menanyakan hal – hal seperti itu.

Kecacatan yang dialami Haryati, tidak membuat ia diabaikan dalam keluarnya., karena semua keluarga menanggap bahwa itu sudah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa maka mereka tidak pernah menyesali apa yang terjadi dalam hidupnya. Perilaku keluarganya pun sangat baik terhadapnya, tetapi di rumah ia selalu dihajilin oleh adiknya yaang bernama Ika. Ika sangat sering mengusili Haryati tetapi biar begitu pun Ika sangat menyanyangi kakaknya itu.

Saat hari libur mereka sekeluarga selalu berlibur bersama. Keluarga mereka sangat dekat, Haryati selalu diakui oleh keluargnya dan ketika ada yang mengejek – ejenya dirinya dari orang luar, keluarganya selalu menyemangat dirinya. Haryati selalu meminta sesuatu dengan abangnya, karena abangnya sudah menghasilkan uangnya sendiri Haryati tidak segan untuk minta uang kepada abangnya. Keluarga Haryati sangat melindunginya, saat ada orang luar yang smenjahatinya keluarga pasti memarahi orang tersebut.

(54)

Karena Haryati dan abangnya sangat dekat dan abangnya sangat menyayangi Haryati, jika abangnya masih bisa membantu Haryati, maka abangnya pasti akan membantunya.

Sayangnya, Haryati dan keluarganya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, padahal keluargnya dalam kategori yang kurang mampu. Ayah dan ibunya memiliki tanggungan yang banyak tetapi keluarga tidak pernah menerima bantuan untuk penyandang disabilitas seperti Haryati.

Hubungan yang terjalin anatara Haryati dengan ibunya sangat dekat apalagi dengan abangnya itu. Abangnya selalu mendengarkan keluh kesahnya, misalnya saat di panti ada masala dengan teman sekamarnya, Haryati menceritakan hal tersebut dengan abangnya dan Haryati sangat nyaman bercerita dengan abangnya. Keluarganya selalu memberikan perhatian kepadanya.

Setelah berada di dalam panti, Haryati mendapatkan keterampilan menjahit. Apalagi haryati juga mendapatkan banyak teman disana. Haryati sudah berubah, tidak perndiam lagi dan Haryati juga dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain. Haryati juga sudah memenuhi kebutuhnya, di panti Haryati menjadi orang yang mandiri. Dulu di lingkungan rumahnya Haryati tidak pernah ikut serta dala perayaan yang diadakan tetapi sekarang selama berada di panti Haryati ikut berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan yang diadakan panti dan haryati sudah mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan bijaksana.

Peran Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara sangat besar. Para staf

(55)

5.4Informan Biasa

Informan biasa yang penulisan jadikan dalam penelitian ini adalah salah satu perwakilan dari keluarga masing – masing informan utama yaitu bibi dari Sukma Ayu Lestari, Ibu dari Devi Nukita Ramayani, kakak dari Leonardo Situmorang dan Ibu dari Haryati.

Hubungan keluarga tergabung antara cinta, hormat dan rasa sayang yang disertai dengan martabat. Ada tiga hubungan dasar manusia yang pertama adalah hubungan antara suami dan istri, kemudia antara orang tua dan anak, lalu hubungan antara saudara laki – laki dan saudara perempuan. Segala jenis hubungan lainnya berdasarkan pada ketiga hubungan tersebut. Bagi penyandang disabilitas keluarga adalah sosok yang paling penting dan mereka jadikan panduan dalam bermasyarakat.

Keterbukaan keluarga atas adanya anggota keluarga yang merupakan anak penyandang disabilitas dapat membentuk mereka menjadi sosok yang lebih baik dan membentuk kepercayaan diri mereja dan beranggapan bahwa masih ada orang yang peduli atas mereka. Pendidik yang paling pertama dan penting adalah berasal dari ayah dan ibu dalam sebuah keluarga. Ibu dari Devi Nukita mengatakan bahwa

“Kedekatan hubungan yang keluarga kami bangun dari dulu adalah dengan keterbukaan

pada setiap anggota keluarga. Semua hal kami ceritakan bersama, khususnya untuk devi yang lebih sensitif kami

Referensi

Dokumen terkait

Telkom telah mengalami begitu banyak kemajuan terutama apabila dilihat dari teknologi yang digunakan, yang mana salah satunya adalah MDF. Dimana MDF ini adalah salah satu

(1) Walikota berwenang memberikan izin gangguan kepada setiap orang atau badan yang mendirikan dan/atau memperluas/merubah tempat usaha/kegiatan/jenis usaha di lokasi

Dengan batasan yang telah ditentukan, Alat uji ini akan bekerja sebagai mana mestinya dengan menghasilkan output nilai secara acak/random yang akan ditunjukan dengan beberapa

Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi

Dalam penulisan ilmiah ini,penulis juga menggunakan sumber energi listrik sebagai media utamanya.Prinsip rangkaian ini cukup sederhana.Rangkaian ini akan mengakhiri perlunya

[r]

Pengaruh Pemberdayaan dan kebutuhan untuk berprestasi terhadap Organizational Citizenship Behavior dengan Kebutuhan untuk berprestasi sebagai Variabel Pemoderasi.

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Status Siaga Darurat Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Bantul;.. Mengingat :