• Tidak ada hasil yang ditemukan

Training on Preparation of Operational Plan for Restoration, Rehabilitation and Agroforestry (RRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Training on Preparation of Operational Plan for Restoration, Rehabilitation and Agroforestry (RRA)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 27 MODULE PELATIHAN

PEMBUATAN RENCANA OPERASIONAL

RESTORASI, REHABILITASI HUTAN

DAN AGROFORESTRY

Oleh : Sri Wilarso Budi R

(2)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 28 PENDAHULUAN

Di dalam modul 1 tentang Restorasi, Agroforesty dan Rehabilitasi telah dijelaskan manfaat hutan, tingkat kerusakan hutan besrta dampak hutan yang rusak bagi kehidupan manusia. Hutan yang sudah rusak tersebut perlu dikembalikan fungsinya sehingga manfaat langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan kembali.

Manfaat hutan maupun dampak kerusakan hutan akan menimpa seluruh komponen bangsa baik Pemerintah maupun masyarakat yang paling dekat dengan hutan, bahkan sebenarnya yang paling banyak menerima manfaat sekaligus paling banyak menderita kerugian apabila hutannya rusak adalah masyarakat yang paling dekat dengan hutan. Oleh karena itu kegiatan perbaikan hutan-hutan yang rusak sudah selayaknya menjadi tanggung jawab bersama baik masyarakat, pemerintah, pengusaha, lembaga swadaya masyarakat maupun perguruan tinggi.

Kegiatan perbaikan hutan yang rusak dilakukan melaui tahapan proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan serta evaluasi keberhasilan. Pengalaman masa lampau menunjukkan bahwa pada umumnya kegiatan perencanaan tidak melibatkan secara aktif masyarakat yang ada di daerah tersebut, karena itu sering terjadi kesalah fahaman antara masyarakat dengan pemerintah, misalnya bibit yang akan ditanam tidak disenangi oleh masyarakat. Pada tahapan pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi juga masih banyak yang tidak melibatkan masyarakat secara aktif dan sebagai pelaku utama, karena itu masyarakat tidak merasa memiliki dan tidak merasa menikmati hasil dikemudian hari, sehingga akhirnya tidak timbul rasa peduli terhadap kegagalan maupun keberhasilan kegiatan Pemulihan manfaat hutan baik yang dilakukan melalui kegiatan Restorasi, Agroforestry maupun Rehabilitasi.

(3)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 29 kegiatan tersebut dilaksanakan di hutan Negara, tapi masyarakat berhak memiliki manfaat keberhasilan dari kegiatan tersebut.

Melalui kegiatan ini, masyarakat akan diajak bagaimana cara membuat rencana operasional Restorasi, Rehabilitasi dan Agroforestry.

MENYUSUN RENCANA DEFINITIF KEGIATAN KELOMPOK (RDKK)

Rencana Kegiatan Kelompok merupakan rencana tertulis tentang kegiatan bersama atau kegiatan kerjasama kelompok yang disusun dan ditetapkan berdasarkan kesepakan bersama oleh seluruh anggota kelompok. Kegiatan tersebut direncanakan bersama sebagai acuan kerjasama kelompok untuk saling membantu dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Di dalam rencana kegiatan kelompok ini mencakup; jenis dan tahapan kegiatannya, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, penanggungjawab dan pelakunya, waktu, tempat/lokasi, biaya, volume pekerjaan, target pekerjaan, kemampuan kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan dan lain-lain.

Dalam pekerjaan Restorasi, Rehabilitasi maupun Agroforestry, terdapat berbagai macam kegiatan yang harus diketahui dan difahami bersama oleh masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini secara garis besar meliputi; Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan dan Evaluasi, masing-masing kegiatan tersebut perlu dijabarkan lebih rinci dan dimasukkan dalam Daftar Rencana Kegiatan.

Dari daftar rencana yang telah dibuat, maka perlu ditekankan kembali apakah kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh dan melalui kerjasama kelompok? Dan apakah kegiatan tersebut sudah benar-benar menjadi kesepakatan bersama, artinya semua anggota bersedia untuk melakukannya?

(4)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 30 1. APA jenis kegiatan kelompok tersebut. Bagaimana tahapan atau

langkah-langkah pelaksanannya, uraikan secara rinci. Pastikan bahwa semua anggota memahami kegiatan dan tahapan-tahapan tersebut.

2. UNTUK APA atau TUJUAN APA yang ingin dicapai melalui kegiatan itu?

3. APA CIRI-CIRI atau TANDA-TANDA atau INDIKATOR bila tujuan itu dapat dicapai)

4. SIAPA penaggungjawabnya, pelaku/pesertanya, dengan siapa atau lembaga mana harus berhubungan/bermitra/bekerjasama untuk mengerjakan setiap tahapan tersebut.

5. BERAPA BIAYA yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dari mana sumber biayanya, swadaya/swadana kelompok? Melaui iuran anggota? Dari kas kelompok? Dari sumber lain?

6. DIMANA/LOKASI tempat kegiatan ini akan dilaksanakan?

7. KAPAN/WAKTU pelaksanaan kegiatan tersebut? Kapan dimulainya dan kapan kegiatan tersebut akan berakhir dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjawab ini maka prestasi kelompok untuk mengerjakan volume pekerjaan tertentu harus dihitung secara matang. Contoh berapa ha kemampuan satu kelompok untuk mempersiapkan lahan sampai siap tanam?

Tahap Kegiatan Dalam RESTORASI :

I. PENATAAN AREAL

a. Pengukuran Lapangan b. Pembagian Blok

c. Perencanaan Jaringan Jalan d. Penggambaran di Peta

(5)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 31 a. Inventarisasi Lokasi Kosong

b. Pembuatan Jalan Pemeriksaan/Rintisan

c. Pembersihan areal dan Pembuatan Lubang Tanam d. Pemasangan Ajir

III. PENGADAAN BIBIT

a. Pemilihan Jenis b. Lokasi Pembibitan

c. Pengadaan Benih/Bibit (Cabutan/puteran/stek/beli dll) d. Pemeliharaan bibit (Penyiraman, Pemupukan)

IV. PENANAMAN

a. Pemberian Pupuk dasar

b. Pengangkutan bibit ke lapangan c. Penanaman

V. PEMELIHARAAN

a. Penyiangan dan Pendangiran b. Penyulaman

c. Pemupukan

d. Pemberantasan hama dan penyakit

VI. MONITORING DAN EVALUASI

Tahap Kegiatan Dalam REHABILITASI :

I. PENATAAN AREAL

(6)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 32 II. PERSIAPAN LAPANGAN

a. Pembuatan Jalan Pemeriksaan

b. Pengolahan Tanah (Mekanis? Manual?) c. Pembuatan Lubang Tanam

d. Pemasangan Ajir

III. PENGADAAN BIBIT

a. Pemilihan Jenis b. Lokasi Pembibitan

c. Pengadaan Benih/Bibit (Cabutan/puteran/stek/beli dll) d. Pemeliharaan bibit (Penyiraman, Pemupukan)

IV. PENANAMAN

a. Pemberian Pupuk dasar

b. Pengangkutan bibit ke lapangan c. Penanaman

V. PEMELIHARAAN

a. Penyiangan dan Pendangiran b. Penyulaman

c. Pemupukan

d. Pemberantasan hama dan penyakit

VI. MONITORING DAN EVALUASI

Tahap Kegiatan Dalam AGROFORESTRY :

I. PENATAAN AREAL

(7)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 33 II. PERSIAPAN LAPANGAN

a. Pembuatan Jalan Pemeriksaan/Rintisan

b. Pengolahan Tanah dan pembuatan lubang tanam c. Pemasangan Ajir

d. Pembuatan Pola Tanam (Campuran tanaman pertanian dan hutan)

III. PENGADAAN BIBIT

a. Pemilihan Jenis (Tanaman Pertanian dan Hutan) b. Lokasi Pembibitan

c. Pengadaan Benih/Bibit (Cabutan/puteran/stek/beli dll) d. Pemeliharaan bibit (Penyiraman, Pemupukan)

IV. PENANAMAN

a. Pemberian Pupuk dasar

b. Pengangkutan bibit ke lapangan c. Penanaman

V. PEMELIHARAAN

a. Penyiangan dan Pendangiran b. Penyulaman

c. Pemupukan

d. Pemberantasan hama dan penyakit

VI. MONITORING DAN EVALUASI

(8)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 34 Tabel : Rencana Kegiatan Kelompok

Kegiatan : Restorasi/Rehabilitasi/Agroforestry

Desa :... Nama Kelompok :... Ketua Kel :... Jumlah Anggota :...

No. Kegiatan Tujuan Ciri Keberhasilan

Tahap Kegiatan

Pelaku*) Lokasi Volume Kegiatan

Biaya**) Waktu

*) Pelakau : Penanggung Jawab, Peserta, Mitra

(9)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 35 Rencana Kegiatan di atas perlu di monitoring dan dievalusi apakah sesuai target atau tidak, dengan membuat Alat Monitoring & evaluasi atau sering desebut Instrumen-Monev.

DFATAR PUSTAKA

(10)
(11)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 37 C. Photos

Gambar 2. Para Peserta Pelatihan sedang melakukan praktek pengukuran lapangan calon lokasi Agroforestry di Senami Baru dengan Bimbingan Narasumber.

(12)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 38

(13)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 39

(14)
(15)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 14 MODULE PELATIHAN

PENGUKURAN DAN PEMETAAN

LOKASI RESTORASI,

REHABILITASI DAN

AGROFORESTRY

PERBENIHAN

Sumber :ESP 2006

Oleh :

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R

(16)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 15 PANDUAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN PARTISIPATIF

I. PENDAHULUAN

Salah satu kegiatan ITTO PD 210/03 Rev 3. (F) adalah pembangunan Plot Contoh Restorasi, Rehabilitasi dan Agroforestry di TAHURA Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi. Lokasi Plot Contoh secara definitif telah ditetapkan masing-masing untuk kegiatan Restorasi seluas 200 ha di desa Sri Dadi, kegiatan Rehabilitasi seluas 100 ha di Desa Sri Dadi dan 100 ha di desa Bungku, Kegiatan Agroforestry seluas 50 ha di Desa Bungku dan 50 ha di Desa Senami Baru.

Lokasi Plot Contoh yang telah dipilih perlu diberi batas-batas untuk membatasi lokasi Plot Contoh dan batas luar. Untuk Plot Rehabilitasi dan Agroforestry, disamping batas luar juga perlu dibuat batas andil/pemilik lahan Agroforestry dan batas petak tanaman Rehabilitasi. Sebagai tanda batas digunakan patok-patok yang terbuat dari kayu ataupun beton yang panjangnya kurang lebih 2 m. Pada ujung atas dari patok tersebut diberi cat merah sepanjang 30 cm. Untuk patok yang terbuat dari kayu, pada ujung lainnya dibuat runcing agar memudahkan dalam menancapkannya. Sebagai alasan teknis dan keseragaman, pemancangan batas patok pertama dimulai dari arah barat laut dan patok berikutnya dipasang searah putaran jarum jam. Jarak antar patok disesuaikan dengan kondisi lapangan dan maksimal 50 m.

Pengukuran lapangan diperlukan untuk mendapatkan data-data calon lokasi Plot Contoh. Hasil pengukuran ini akan dipergunakan untuk menggambar peta lokasi masing-masing Plot Contoh dan juga luasannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran lapangan adalah ketelitian menggunakan dan pembacaan alat. Penggunaan kompas dan alat pengukur kelerengan harus dikuasai dengan benar, demikian juga pembacaan azimuthnya.

(17)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 16 I. Alat dan bahan:

1. Tally sheet Pengukuran Lapangan (Tabel 1)

2. Flip board (papan landasan untuk mencatat pengukuran di lapangan) untuk kertas ukuran A4

3. Pensil HB, Rautan pensil dan Karet penghapus 4. Kompas, untuk mengukur arah (azimuth) 5. Klinometer, untuk mengukur lereng.

6. Rol Pita meter, panjang 50 meter, untuk mengukur jarak

II. Pengukuran di lapangan

Metoda Pengukuran:

Hal yang harus dilakukan pertama kali di lapangan adalah mencari ”titik ikat”, yaitu tanda batas permanen yang paling dekat dengan lokasi plot contoh. Titik ikat ini dapat berupa Pal BPN atau Pohon besar, Pos Jaga dll. Dari titik ikat kemudian diukur jarak dan azimut ke titik awal dimana lokasi Plot Contoh tersebut berada.

Pengukuran lahan selanjutnya dilakukan dengan cara menentukan titik-titik posisi pengukuran yaitu; (1) posisi dimana terdapat perubahan arah batas lahan (sudut lahan), (2) di posisi terdapat perubahan kecuraman lereng dan (3) di posisi dengan jarak yang sudah direncanakan dari posisi sebelumnya. Selanjutnya pada titik-titik tersebut dilakukan pengamatan dan pencatatan setiap tanda yang berada di sekitarnya.

Pengukuran lahan sebaiknya dilakukan oleh kelompok yang sekurang-kurangnya mempunyai 4 orang anggota. Tugas masing-masing yaitu sebagai berikut;

§ Ketua : bertugas memimpin pelaksanaan pengukuran, termasuk mengamati dan menentukan titik-titk posisi yang harus dicatat dan diukur untuk ditampilkan dalam peta.

§ Pembaca Alat, bertugas membaca alat ukur yang terdiri dari; Kompas, Klinometer dan Pita meter.

§ Penarik meteran, bertugas menarik ujung pita meter dari posisi awal ke posisi yang diukur dan menjadi target bidikan Pembaca alat ukur pada pembacaan Pita meter, Kompas dan Klinometer. Penarik meteran sekaligus sebagai perintis jalan

(18)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 17 Langkah-langkah Pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Mula-mula pengukur berdiri di belakang patok No. 0

2. Bidikkan kompas dari Patok No.0 ke Patok No. 1, ukur azimut-nya dan catat pada kolom No.2.

3. Bidikkan alat pengukur lereng dari Patok No. 0 ke Patok No.1. Bagian patok yang dibidik tingginya harus sama dengan mata pembidik. Lihat dan Catat sudut kemiringan (dalam prosen atu derajat), masukan ke kolom No.3. Beri tanda (+) bila lereng naik dan (-) bila lereng turun.

4. Ukur jarak dari Patok No.0 ke Patok No.1, catat di kolom No.4

5. Ulangi pekerjaan tersebut dari Patok No. 1 ke Patok No.2 dan seterusnya sampai kembali lagi ke Patok No. 1.

6. Buat sketsa pada kertas mili meter blok, sesuai dengan arah azimuth dan jaraknya.

7. Isikan data-data pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Pengukuran Lapangan Lokasi Restorasi/Rehabilitasi/Agroforestry

(19)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 18 P2 – P3

P3 – P4

P4 – P5

P5 – P6

P6 – P7

P7 – P8

P8 – P9

P10 – P11

P11 – P12

P12 – P13

P13 – P14

P14 – P 15

P15 – P1

III. Menggambar peta lahan Bahan dan Alat yang diperlukan:

(20)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 19 Langkah persiapan:

1. Siapkan kertas gambar millimeter block, semua peralatan yang tersebut di atas dan tallysheet hasil pengukuran lahan di lapangan.

2. Tarik garis untuk membuat garis tepi peta dengan ballpoint/spidol hitam serta membagi ruangan peta dan komponen peta lain dengan ukuran pembagian ruangan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1. selajutnya tarik garis Grid dengan jarak 5 cm dengan menggunakan pensil

3. Rencanakan skala peta yang akan digambar, pada umumnya skala peta lahan dapat dibuat dalam tiga skala, yaitu 1 : 2 500, 1 : 1 000 dan 1 : 500. Pemilihan skala tergantung luasan-luasan petak yang akan digambar. Apabila petak-petak yang akan digambar mempunyai luasan yang kecil, peta sebaiknya digambar dalam skala 1 : 500, sebaliknya bila luasannya besar maka peta dapat dibuat dalam skala 1 : 2 500. Sementara itu bila luasan petak-petaknya sedang, maka peta dapat dibuat dalam skala 1 : 1 000.

(21)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 20 4. Tuliskan setiap garis Grid dimulai dari nilai 0 (nol) pada sudut kiri bawah peta dan tambahkan nilai setiap garis Grid dengan interval nilai tergantung dengan skala peta, yaitu sebesar:

- 125 meter untuk skala 1 : 2 500 - 50 meter untuk skala 1 : 1 000 - 25 meter untuk skala 1 : 500 Lihat contoh, pada gambar 4

Gambar 2. Interval nilai grid sesuai skala peta

0

1. Posisikan diri seolah menghadap ke arah UTARA.

2. Pada kertas gambar atau kertas milimeter yang akan dipakai untuk menggambar peta, terlebih dahulu ditentukan arah utara dengan menggambar arah panah pada kanan atas.

3. Tentukan skala yang akan digunakan, misalkan 1 : 500, berarti 500 cm (=5 m) di lapangan sama dengan 1 cm dipeta.

(22)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 21 5. Tentukan titik patok No. 1 pada kertas gambar/ kertas milimeter tersebut pada

tempat yang telah diperkirakan tadi (ad. C diatas).

6. Buatlah garis silang tipis pada titik patok No.1 tadi, garis yang tegak lurus ke atas merupakan arah utara. Perlu diingat saat menggunakan busur derajat, posisi 0° pada busur derajat harus selalu berada di bagian atas (titik 0° mewakili arah utara).

7. Untuk meletakan titik potong No. 2 buatlah garis lurus melalui titik patok No. 1 kearah titik sudut sehingga terbentuk sudut yang besarnya sama dengan azimuth dalam pengukuran.

Contoh :

U

Pada gambar disamping : No.2 - azimuth = 45°

- No. 1 = titik patok No. 1 45° - No. 2 = titik patok No. 2

- No. 1 – No. 2 : jarak datar antara patok No. 1 dan patok

No. 2.

8. Pada garis yang dibuat tadi (7) ukurlah jarak antara titik No. 1 dengan titik No. 2; sehingga titik No. 2 sudah didapat.

9. Dengan cara yang sama dapat ditentukan titik-titik yang lain (titik No. 3, dan No. 4, No. 5 dan seterusnya sampai titik terakhir), maka di atas kertas akan tergambarkan bentuk lahan yang diukur di lapangan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3

(23)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 22 Gambar 3. Contoh Penggambaran Peta (ESP, 2006)

1. Penggambaran peta lahan dilanjutkan dengan melengkapi dengan menggambarkan unsur-unsur yang ada dan ketika telah dianggap sesuai dengan kondisi lapangan, maka garis-garis gambar peta dapat di tegaskan dengan menggunakan spidol, dan di warnai sesuai dengan warna-warna yang cocok dengan unsur yang digambarkan. 2. Selanjutnya peta dilengkapi dengan ANOTASI dan LEGENDA, serta

keterangan-keterangan yang diperlukan berdasarkan persyaratan teknis peta.

Koreksi kesalahan pemetaan

(24)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 23 b. Untuk mengatasi ini perlu diadakan koreksi dengan methode Diagram, dengan cara

sebagai berikut :

- Tarik garis lurus AB dengan panjang sama dengan panjang dari titik No. 1 a/d titik terakhir, sesuai dengan sekala pada peta (A= titik No. 1 dan B = titik No. 1a).

x

1a

Gambar 4. Peta sebelum dikoreksi 1

2

3

4

5

6

7 8

9 10

A B

(25)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 24 - Pada garis AB letakkan titik No. 2,3,4 dan seterusnya, masing-masing jarak

antara dua titik sesuai dengan jarak pada peta (kolom 6).

- Pada titik B (titik 1a) tarik garis BC yang tegak lurus AB, dengan panjang BC = jarak titik 1 –1a (=x). Beri 1a pada titik C tersebut. Kemudian tarik garis A – C.

- Dari titik 2,3,4, dan seterusnya pada garis AB tarik garis-garis yang tegak lurus AB sehingga memotong A – C.

- Beri nomor titik patok pada AC tersebut : 2; 3; 4; dan seterusnya. Jarak-jarak tersebut (1a-1a ; 2-2a dst) merupakan jarak-jarak yang digunakan untuk

mengoreksi letak titik-titik No. 2, 3, 4, dan seterusnya pada peta.

- Cara pembuatan/penggambaran koreksi pada peta yang telah ada dilakukan dengan cara sbb :

- Tarik garis tipis (pembantu) dari titik-titik 2, 3, 4, dan seterusnya sejajar garis x (1-1a).

- Pada garis-garis yang sejajar diatas masing-masing ukurkan jarak 2-2 (dan titik 2) ; 3-3 (dan titik 3) dan seterusnya.

- Hubungkan titik No. 1 dengan titik 2; 3; 4; dan seterusnya. Maka garis-garis baru tersebut adalah garis-garis peta yang telah terkoreksi.

x

1a

(26)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 25 Legenda yang ditampilkan dalam peta:

Peta yang digambar akan menampilkan yang dapat memberikan informasi tentang kondisi lahan secara lengkap, adapun unsur-unsur yang ditampilkan adalah sebagai berikut

1. Unsur Batas yang terdiri dari: Batas Penggunaan Lahan, Batas Penggarapan Lahan, Batas Kepemilikan Lahan dan Batas Administrasi, dll.

2. Unsur Komunikasi yang terdiri dari; Jalan Aspal, Jalan Batu, Jalan Tanah, Jalan Setapak, Rel kereta api, dll.

3. Unsur Air yang terdiri dari; Mata air, Sungai, Parit, Saluran, Danau, Waduk, Situ, Kolam, Bendungan, Pintu air, dll.

4. Unsur Bangunan yang terdiri dari: Rumah, Gardu, Saung, dll.

5. Unsur Sarana-Prasarana yang terdiri dari; Tiang listrik dan Jaringan listrik, Tiang telepon dan Jaringan telepon, Tiang pemancar/relay telepon selular, dll.

6. Unsur Penggunaan lahan yang terdiri dari; Pekarangan, Kebun, Sawah Irigasi, Sawah Tadah hujan, dll.

7. Unsur Tanaman yang terdiri dari, jenis dan letak tanaman pangan dan jenis dan letak tanaman pepohonan

Persyaratan teknis peta:

Suatu peta harus digambar mengikuti kaidah teknis, sehingga setiap pembaca peta akan dengan mudah memahami setiap informasi yang digambarkan pada peta tersebut, diantaranya adalah;

1. Peta harus digambar dengan mempertimbangkan arah mata angin, di mana ketika peta dibaca, maka pembaca peta akan merasa seolah-olah dalam posisi berdiri menghadap ke arah Utara. Jadi arah mata angin di gambar peta adalah sbb: Utara ada di bagian ATAS, Timur ada di bagian KANAN, Selatan ada di bagian BAWAH sedang Barat ada di bagian KIRI.

2. Unsur-unsur yang diletakkan pada peta digambar dengan simbol-simbol yang umum dipergunakan sehingga dapat dimengerti oleh setiap pembaca peta.

3. Peta harus dilengkapi dengan ANOTASI yaitu keterangan tentang unsur-unsur yang terdapat pada peta, di mana keterangan tersebut diletakkan langsung di dekat unsur yang digambarkan. misalnya; wilayah, sungai, gunung/bukit, puncak ketinggian dll.

(27)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 26 bawah ke atas (Lintang) ke kanan (Bujur). GRID berguna untuk mempermudah dalam memperkirakan jarak antar unsur yang digambarkan oleh pembuat peta 5. Peta harus memiliki petunjuk SKALA peta yang dapat digambarkan dalam bentuk

balok skala atau dalam bentuk angka. Skala adalah perbandingan ukuran unsur SESUNGGUH-nya di lapangan dengan ukuran GAMBAR yang mewakilinya di peta, sebagai contoh; unsur jalan yang mempunyai panjang 100 m (10,000 cm) pada peta yang mempunyai skala 1 : 1 000 digambar 10 cm.

6. Sekalipun peta digambar dengan mempertimbangkan arah mata angin (No. 1 di atas), peta tetap harus dilengkapi dengan simbol arah UTARA yang dapat digambar menjadi satu dengan petunjuk skala, sebagai contoh dapat dilihat Gambar 6,

Gambar 6. Contoh penggambaran simbol utara dan petunjuk skala peta

7. Peta harus memiliki LEGENDA, yaitu daftar keterangan tentang simbol-simbol yang mewakili unsur-unsur yang digambar dan dilengkapi dengan informasi tentang pembuat dan tanggal pembuatannya serta judul peta.

DAFTAR PUSTAKA

0 250 500

meter Skala1 : 1000

(28)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 8 MODULE PELATIHAN

RESTORASI, AGROFORESTRY DAN

REHABILITASI HUTAN

Annex 2. The Training Modules

Oleh : Sri Wilarso Budi R

(29)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 9 PENDAHULUAN

Bila kita berbicara tentang hutan, maka gambaran yang muncul adalah suatu hamparan yang luas, ditumbuhi oleh pohon-pohon yang besar dan rimbun, di dalamnya terdapat berbagai macam binatang baik binatang yang ada di darat seperti kijang, kancil, babi hutan, harimau, gajah dan lain-lain, maupun binatang yang hidup di pohon-pohon seperti lebah, berbagai jenis burung, tupai dan lain-lain. Disamping berbagai satwa, di hutan juga bisa dijumpai jenis-jenis tumbuhan lain yang bisa digunakan sebagai sumber kehidupan manusia diantaranya adalah jenis umbi-umbian, rotan, tumbuhan obat dan lain sebagainya. Disamping itu, apabila kita masuk ke hutan maka akan terasa sekali kondisi udara yang sejuk dan sangat berbeda sekali dengan kondisi udara di luar hutan, dan juga dijumpai banyak sekali mata air yang mengalir ke dalam sungai-sungai yang airnya tetap jernih sehingga ikan-ikan banyak hidup dan berkembang.

Semua gambaran diatas memang benar adanya dan itu diberikan oleh hutan yang masih bagus artinya hutan tersebut belum rusak. Kerusakan hutan dapat disebabkan oleh berbagai macam factor diantaranya adalah karena alam ataupun karena ulah manusia. Kerusakan hutan karena alam misalnya terjadi bencana alam atau kebakaran secara alam. Kerusakan karena ulah manusia bisa terjadi karena penebangan kayu secara besar-besaran, diubah menjadi peruntukan lain, misalnya untuk pertanian, pemukiman atau perkebunan, dibakar dan lain-lain.

Hutan yang sudah rusak tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia seperti digambarkan di atas, malah akan memberikan bencana yang besar bagi manusia seperti yang telah terjadi akhir-akhir ini yaitu banyaknya banjir dimusim penghujan, tanah longsor, udara yang semakin panas, sumber-sumber makanan semakin berkurang misalnya madu dan sumber makanan lainnya.

(30)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 10 tahun kedepan Indonesia sudah tidak mempunyai hutan lagi dan artinya bencana yang lebih besar akan mengancam kehidupan masyarakat Indonesia.

Agar hutan-hutan yang fungsinya sudah mengalami gangguan, maka perlu dilakukan usaha-usaha pemulihan atau perbaikan. Kegiatan perbaikan atau pemulihan fungsi hutan dapat dilakukan melalui Restorasi, Rehabilitasi ataupun Agroforestry tergantung dari tingkat kerusakan hutannya.

Dalam makalah ini akan dijelaskan perbedaan antara Restorasi Hutan, Rehabilitasi Hutan maupun Agroforestry.

PERUBAHAN HUTAN DAN PENANGANANNYA

Hutan Primer: adalah hutan yang tidak pernah mengalami gangguan baik oleh alam maupun manusia, atau gangguannya sangat kecil sekali sehingga strukturnya, fungsinya dan manfaatnya tidak mengalami perubahan. Hutan Primer ini pada saat ini sebagian besar adalah terdapat pada hutan-hutan konservasi seperti Taman Nasional, Cagar Alam maupun Hutan Wisata. Hutan primer yang seperti ini akan memberikan manfaat yang ekologi, ekonomi dan jasa yang optimal bagi manusia.

Perubahan Hutan Alam : Hutan primer yang dikelola oleh manusia untuk diambil kayunya atau hasil hutan non kayu lainnya atau untuk tujuan lain banyak mengalami perubahan struktur dan komposisi hutan tersebut. Tergantung dari tingkat perubahannya/kerusakannya, maka hutan primer dapat menjadi Hutan Primer Terdegradasi, Hutan Sekunder dan Lahan Hutan Terdegradasi.

Hutan Primer Terdegradasi:

(31)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 11 primer terdegradasi kemungkinan tidak dijumpai anakan alam sedangkan pohonnya ada, karena itu untuk mempertahankan struktur dan komposisi jenisnya diperlukan pencarian anakan dari luar. Sebagai contoh, pada mulanya hutan di Tahura banyak dijumpai Pohon Bulian sebagai jenis asli di hutan primer, tetapi pada saat dilakukan survey, Pohon Bulian sudah jarang sekali dijumpai, karena itu untuk mengembalikan ke kondisi awal diperlukan usaha pencarian bibit bulian untuk ditanam di hutan tersebut. Kegiatan penanaman pohon di hutan primer yang terdegradasi disebut Restorasi.

Hutan Sekunder :

Merupakan suatu kondisi hutan dimana sebagian besar kayunya sudah ditebang dan hanya tersisa kurang dari 10 % dari kondisi awal. Hutan sekunder pada umumnya terbentuk setelah adanya kegiatan perladangan berpindah, kegiatan pertanian menetap atau bekas hutan tanaman yang gagal. Kondisi hutan seperti ini perlu diperbaiki fungsinya, salah satunya adalah melalui kegiatan Agroforestry. Bentuk Agroforestry dipilih karena melihat dari penyebab terjadinya hutan sekunder pada umumnya di daerah tersebut ada masyarakat yang mengusahakan lahan, sehingga untuk memberikan pendapatan kepada masyarakat dalam jangka pendek, menengah dan panjang, system Agroforestry sangat tepat.

Agroforestry adalah suatu perpaduan usaha pertanian dengan usaha kehutanan. Jelasnya, kita mengusahakan tanaman keras yang menghasilkan kayu, buah, getah dan sebagainya di lahan pertanian yang biasanya ditanami dengan tanaman penghasil pangan, seperti jagung, umbi-umbian, sayuran, palawija dan sebagainya.

(32)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 12 Secara umum fungsi agroforestry adalah:

1. Suplai kayu bangunan, kayu bakar, dan pakan ternak. 2. Penggunaan lahan secara optimal.

3. Pemanfaatn energi matahari dalam luasan yang maksimal.

4. Mencegah aliran air permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. 5. Pemanfaatan sumberdaya air dan hara lebih efisien.

Adapun keuntungan bagi masyarakat adalah:

1. Kayu bangunan yang tersedia dapat memperbaiki dan meningkatkan standar perumahan.

2. Kayu bakar yang dihasilkan dapat menjaga keamanan energi rumah tangga. 3. Bahan pangan dan pakan ternak, dapat memberikan keamanan pangan dan

pakan.

4. Konservasi tanah dan air, dapat mencegah erosi, pemeliharaan dan pemulihan produktivitas lahan.

5. Bahan baku industri, menjamin ketersediaan bahan baku industri dan perkakas.

6. Hasil bumi untuk perdagangan, dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga.

7. Diversifikasi perekonomian desa, dapat memuculkan adanya diversifikasi pekerjaan.

Tujuan agroforestry adalah:

1. Penghutanan kembali.

(33)

ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 24th-26th August 2006 13 Lahan Hutan Terdegradasi

Kondisi hutan dimana karena mendapat gangguan secara drastis dan berulang-ulang sehingga menghilangkan seluruh tegakan hutan/pohon-pohonan, menghilangkan lapisan permukaan tanah dan mengubah iklim mikro. Penyebab gangguan ini karena over-exploitasi kayu, terjadi kebakaran yang berulang, erosi tanah dan pengelolaan yang jelek. Lahan hutan terdegradasi dicirikan oleh tidak adanya vegetasi hutan, tumbuhan pionir atau semak hanya sedikit atau tidak ada. Untuk mengembalikan fungsi hutan seperti ini maka perlu dilakukan kegiatan penanaman dan kegiatan ini disebut Rehabilitasi Hutan.

DAFTAR PUSTAKA

(34)
(35)

ii

PROCEEDINGS

Training on Preparation of Operational Plan

for Restoration, Rehabilitation and

Agroforestry (RRA)

ITTO PD 210/03 Rev 3. (F)

PARTICIPATORY ESTABLISHMENT OF COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI

FACULTY OF FORESTRY BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY (FoF- IPB)

INTERNATIONAL TROPICAL TIMBER ORGANIZATION (ITTO)

DIRECTORATE GENERAL OF LAND REHABILITATION AND SOCIAL FORESTRY, MINISTRY OF FORESTRY (DG-LRSF)

Editors: Hardjanto Yulius Hero

(36)

iii

JUNE 2007

PROCEEDINGS

ITTO PD 210/03 Rev 3. (F)

PARTICIPATORY ESTABLISHMENT OF COLLABORATIVE SUSTAINABLE

FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI

National Expert/Project Management Unit (PMU)

1. Project Leader : Dr. Hardjanto

2. Co Project Leader : Dr. Upik Rosalina Wasrin

3. Secretary : Dr. Sri Wilarso Budi R

4. Treasurer : Dra. Sri Rahayu M Si

National Consultants

1. Prof. Dr. Dudung Darusman 2. Dr. Hariadi Kartodihardjo 3. Dr. Ulfah Yuniarti Siregar 4. Dr. Nurheni Wijayanto

Program Coordinator

1. Dr. Iskandar Zulkarnaen FoF- IPB

2. Dr. Didik Suharjito FoF- IPB

3. Ir. Yulius Hero, MScF. FoF- IPB

Faculty of Forestry- Bogor Agricultural University Kampus IPB Darmaga, Bogor, Indonesia 16680

Phone/Fax : +62 251 629011; +62 251 621677 Faximile : +62 251 621 256

E-mail : lmgc-ipb@indo.net.id

ISBN No. 978-979-9261-52-6

(37)

iv

Proceedings

Training on Preparation of Operational Plan

for Restoration, Rehabilitation and

Agroforestry (RRA)

August 24

th

26

th

, 2006

Organized by

Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University (IPB)

Editors: Hardjanto1

Yulius Hero1

(38)

v Foreword

One of the main problems in un-sustainability of the forest management is caused by lack of skills and knowledge and inappropriate forest management practice on the restoration, management and rehabilitation approaches resulting in degraded primary forests, unproductive secondary forests, and severed forest lands.

This training Report describes the implementation of training on Preparation of Operational Plan for Restoration, Rehabilitation and Agroforestry (RRA) which is prepared to support Activity 1.2 and 1.3: Preparation of training Module and to

hold training within the framework of ITTO Project PD 210/03 Rev. 3 (F) entitled

Participatory Establishment of Collaborative Sustainable Forest Management in Dusun Aro, Jambi.

We would like to express our sincere appreciation and gratitude to our colleagues from Provincial Forest Services of Jambi, District Forest Services of Batanghari, Village Communities of Senami Baru, Sridadi and Bungku. Our gratefulness is also conveyed to the members of Project Steering Committee for strategic decision and constructive comments and suggestions. This report was carried out by consultants and project management staff. Sincere thanks and and credits should go to the following team members: Dr. Iskandar Z. Siregar, Dr. Ulfah J. Siregar, Dr. Nurheni WIjayanto, Dr. Sri Wilarso, and Dr. Didik Suharjito.

We are also greatly indebted to the International Tropical Timber Organization (ITTO), Directorate General of Land Rehabilitation and Social Forestry, Ministry of Forestry and Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University for financially supporting the activity as well as the publication.

Dr. Hardjanto Project Leader

(39)

vi Brief Information of the Project

The project ITTO PD 210/03 Rev. 3 (F) entitled Participatory Establishment of Collaborative Sustainable Forest Management In Dusun Aro, Jambi is continuation

of ITTO Project PPD 20/01 Rev.2 (F) “Participatory Rural Appraisal In The Planning and Establishment of Sustainable Community Base Forest Management Model

“The idea underlying the pre-project document emerged from the fact that sustainability of Indonesia forest is now seriously questioned due to over-exploitation and extensive conversion by some stakeholders or others who feel as having claims on the resources.

The development objective is to achieve sustainable forest management through establishment of collaborative forest management system. Meanwhile, the general objective is closely related to the 8 main objectives stated in the ITTO Guidelines for The Restoration, Management and Rehabilitation of Degraded and Secondary Tropical Forests. However, since the project duration will be effective for 30 months only, the project will focus on some of the objectives, namely a) to attain commitment to the management and restoration of degraded and secondary forest landscape, b) to take an adaptive and holistic approach to forest management, emphasizing environmental and social values, c) to guarantee a participatory monitoring and evaluation as a basis for adaptive management, and lastly d) to utilize an appropriate ecological and silviculture knowledge and efficient management practices. The specific objective of the project is to restore the degraded primary forest, to manage the secondary forests and to rehabilitate the degraded forest lands.

Overall, the project consists of two outputs, which will be achieved completely after 30 months. Basically, to achieve each of the final output, the activities will be breakdown into 2.5 consecutive years. For the first year of the project, activity will focus on to hold training, to perform mutual understanding and agreements, and to strengthen local institution through participative process.

Initially the Project is located at the area of Industrial Timber Plantation (HTI) owned by PT. Wira Karya Sakti at Batang Hari, Jambi. The Project has been relocated to Grand Forest Park Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi in accordance to the Second PSC meeting held in Jakarta on 23 March 2006. The relocation was thoroughly discussed by the PSC taking into account the objectives of the project and the work plan, as well as the circumstances facing the initial and the new proposed sites. The PSC considered the relocation of the demonstration site will not jeopardize the achievement of planned outputs and objectives of the project.

(40)

vii Contents

Page

Foreword……… iv

Brief Information of the Project……… v

I. INTRODUCTION………. 1

A. Rationale ………...………. 1

B. The Objectives ..……… 1

II. THE TRAINING PROCESS……… 2 A. The Training Method ……… 2

B. The Participants and Resource Person……….. 2

C. The Training Process ……… 3

APPENDICES ………. 1. List of Participants………... 5

2. Training Modules………. 8

Gambar

Tabel :  Rencana Kegiatan Kelompok
Tabel Instrumen Monev
Gambar 2. Para Peserta Pelatihan sedang
Gambar 4.  Pada akhir kegiatan Pelatihan, para peserta mengunjungi Persemaian di Kabupaten Batang Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Multiple linear regression model will be used for the modeling of plant weight in the four different locations and cultivars, namely location 094D with

Dalam pemompaan dikenal istilah julang (head), yaitu energi yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin besar debit air yang

I wish to express my greatest gratitude for all the guidance and wonderful opportunity extended to me in gaining invaluable experience at the

Berdasarkan pertimbangan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecukupan energi protein dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran dan

Saudara, saat kita menerima Kristus, kita menerima hidup yang kekal, seperti Yesus sendiri katakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar

Wujud keseluruhan adat dari Sedekah Bumi ini memunculkan pesan yang dalam akan pentingnya penanman pendidikan karakter anak, mengajak anak supaya mampu berkhidupan sosial

Pandangan ‘Abduh dan Rasyi>d Rid}a> tentang konsep na>sikh-mansu>kh yang tertuang dalam tafsir mereka yaitu tafsir al-Mana>r, bisa dilihat dari tiga hal,

Gabungan beberapa model telah membentuk satu kerangka model yang baru yang mana ia jelas mempunyai hubungan antara faktor intrapersonal iaitu motivasi berubah terhadap