PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN
UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR
BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT
(TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT)
YASA ISMAIL ADIE
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN
UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR
BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT
(TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT)
YASA ISMAIL ADIE
G24101011
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Pada
Program Studi Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
YASA ISMAIL ADIE.
Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama di Kabupaten Cianjur Berdasarkan Profil Ketinggian Tempat (Tinjauan pada Empat Ketinggian Tempat)dibimbing oleh ABUJAMIN AHMAD NASIR DAN DODDY ARMANDO
Kabupaten Cianjur memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan kultur masyarakat Cianjur yang sebagian besar petani. Salah satu sumber daya alam Kabupaten Cianjur memiliki sejumlah tanaman pertanian yang komparatif dan kompetitif. Untuk melakukan pengembangan tanaman pertanian menjadi tanaman pertanian utama diperlukan suatu pertimbangan. Melihat kondisi topografi Kabupaten Cianjur yang beragam, maka salah satu pertimbangan yang digunakan dalam pengembangan tanaman pertanian utama adalah berdasarkan ketinggian tempat. Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor pengendali iklim yang berpengaruh terhadap suhu udara. Suhu udara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang pada dasarnya akan mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas tanaman. Penelitian ini melihat pengaruh ketinggian tempat terhadap produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, kedelai dan kacang tanah di empat kecamatan (Kecamatan Sindangbarang, Pagelaran, Sukaresmi dan Pacet).
Secara umum, produktivitas tanaman padi meningkat seiring dengan bertambahnya ketinggian. Produktivitas padi Optimum terdapat pada ketinggian 600 – 900 m dpl, sedangkan untuk jagung, kedelai dan kacang tanah produktivitas akan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya ketinggian tempat.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, kedelai dan kacang tanah dilakukan dengan cara peningkatan penerapan teknologi pertanian. Dari tahun 1999-2003 dan 2004-2005 terjadi peningkatan penerapan teknologi pertanian rata-rata sebesar 8 % di tiap kecamatan.
Pada berbagai ketinggian tempat produktivitas tanaman padi selalu berada diatas produktivitas nasional, sedangkan untuk kedelai, jagung dan kacang tanah tidak demikian. Pada ketinggian tertentu produktivitasnya masih dibawah produktivitas nasional. Hal tersebut menjadikan tanaman padi sebagai tanaman pertanian utama untuk Kabupaten Cianjur, sedangkan untuk kedelai, kacang tanah dan jagung hanya sebagai tanaman rotasi bagi tanaman padi. Berdasarkan analisis pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas ternyata bertambahnya ketinggiaan tiap 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1.6 oC akan berpengaruh terhadap produktivitas rata-rata tanaman pertanian utama di Kabupaten Cianjur.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama
di Kabupaten Cianjur Berdasarkan Profil Ketinggian Tempat
(Tinjauan pada Empat Ketinggian Tempat)
Nama
: Yasa Ismail Adie
NRP
: G24101011
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Abujamin A Nasir
Doddy Armando, SP
NIP 130 210 38
NIP 480 076 676
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131 473 999
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 8 mei 1983 sebagai anak sulung dari tiga besaudara dari pasangan Drs. Duding Kh Adie, BcAN, MM dan Rohayati.
Pada tahun 1995 penulis tamat dari SDN Perumnas I. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMPN 1 Karangtengah dan tamat pada tahun 1998. Setelah itu, pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Sukaresmi dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilimiah ini dapat diselesaikan dengan baik tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selama ini selalu membantu dan memberikan motivasi-motivasi yang berharga. Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Abujamin Ahmad Nasir selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu berharganya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Bapak Doddy Armando, SP selaku pembimbing kedua yang senantiasa sabar dalam
memberikan masukan – masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Special ku persembahkan rasa terimakasih dan ‘karya ini’ buat Bapak, Ibu dan Kedua Adikku yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tiada akhir kepada penulis ( maafkan ananda karena tidak menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya) 4. Ua di Cipanas, terimakasih atas segala nasehat, perhatian dan dukungannya.
5. Seluruh staf di Dinas Pertanian dan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur yang telah memberikan penulis pengalaman kerja yang berharga selama disana.
6. Bapak Camat di Kecamatan Sindangbarang, Sukaresmi, Pagelaran dan Pacet atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan selama melakukan penelitian.
7. Seluruh angkatan GFM 38 atas segala kebersamaannya.
Serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI ……….. ii
DAFTAR GAMBAR ………. iii
DAFTAR TABEL ……….. iii
DAFTAR LAMPIRAN ………. iii
I. PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Tujuan ………... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 1
2.1. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur ………. 1
2.2. Tanaman Padi (Oryza spp.) ... 1
2.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.) ... 2
2.4. Tanaman Kedelai (Glycine max L.) ... 2
2.5. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) ... 2
2.6. Klasifikasi Iklim Schmidth-Ferguson ... 2
2.7. Klasifikasi Iklim Oldeman ... 2
III.BAHAN DAN METODE ... 3
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 3
3.2. Alat dan Bahan ... 3
3.3. Metode Penelitian ………. 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3
4.1. Analisis Perubahan Suhu Udara Terhadap Ketinggian Tempat Di Kabupaten Cianjur ……….. 3
4.2. Analisis Pembagian Ketinggian Tempat Berdasarkan Potensi Lahan Pertanian .. 4
4.3. Keadaan Khusus di Empat Lokasi Contoh Ketinggian ... 4.3.1. Kecamatan Sindangbarang (0 – 280 m dpl) ………. 4
4.3.2. Kecamatan Pagelaran (300-1650 m dpl) ... 5
4.3.3. Kecamatan Sukaresmi (560-920 m dpl) ... 5
4.3.4. Kecamatan Pacet (920-2962 m dpl) 6 4.4. Hubungan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama dengan Ketinggian Tempat ... 6 4.4.1. Padi ... 6
4.4.2. Jagung ……… 7
4.4.3. Kedelai ... 7
4.4.4. Kacang Tanah ... 8
V. KESIMPULAN ………. 8
DAFTAR PUSTAKA ... 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Sindangbarang Tahun 2000-2004 ... 4
2 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pagelaran Tahun 2000-2004 ... 5
3 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Sukaresmi Tahun 2000-2004 …….. 5
4 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pacet Tahun 2000-2004 ………….. 6
5 Grafik Rata - rata Produktivitas Padi pada empat ketinggian Tempat ... 7
6 Grafik Rata - rata Produktivitas Jagung pada empat ketinggian Tempat ... 7
7 Grafik Rata - rata Produktivitas Kedelai pada empat Ketinggian Tempat ... 7
8 Grafik Rata - rata Produktivitas Kacang Tanah pada empat Ketinggian Tempat ... 8
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kelas Empat Ketinggian Tempat ... 4
2 Penggunaan Lahan Sindangbarang ... 4
3 Penggunaan Lahan Pagelaran ... 5
4 Penggunaan Lahan Sukaresmi ……….. 5
5 Penggunaan Lahan Pacet ... 6
6 Rata – rata tingkat penerapan teknologi pertanian komoditas tanaman pangan dan sayuran ... 6
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ………. 10
2 Peta Ketinggian Kabupaten Cianjur ……… 11
3 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Tahun 2003 ……….. 12
4 Jenis Tanah Menurut Sistem Klasifikasi dan Lokasi Kecamatan ………... 13
5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur Tahun 2001-2002 ……….. 14
6 Perkembangan Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2002 dan Tahun 2003 …………... 15
7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 ………. 16
8 Peta Administrasi Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran ………. 17
9 Peta Administrasi Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ………... 18
10 Peta Ketinggian Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran ……… 19
11 Peta Ketinggian Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ……….. 20
12 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sindangbarang dan Pegelaran ……….. 21
13 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ………. 22
14 Data Curah Hujan Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran Tahun 2000-2004 ……... 23
15 Data Curah Hujan Kecamatan Sukaresmi dan Pacet 2000-2004 ……… 24
16 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Tahun 1999-2003 . 25 17 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Tahun 2004-2005 . 26 18 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Tahun 1999-2003 ……. 27
19 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Tahun 2004-2005 ……. 28
20 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 1999-2003 …… 29
21 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 2004-2005 …… 30
22 Luas Tanam,Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1999-2003 31 23 Luas Tanam,Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 2004-2005 32 24 Tabel Suhu Udara (oC) Stasiun Klimatologi Balai Penelitian Teh dan Kina Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 1993 – 2003 (ketinggian = 1250 m dpl) ………... 33
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Cianjur memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan kultur masyarakat Cianjur yang sebagian besar petani. (BPS Kabupaten Cianjur, 2003). Untuk itu perlu dilakukan pengembangan di berbagai sektor, terutama sektor pertanian. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dalam Renstra tahun 2001-2005 adalah melakukan pengembangan agribisnis tanaman pertanian utama di wilayah sentra produksi. Dengan demikian, Kabupaten Cianjur diharapkan menjadi salah satu andalan untuk terwujudnya Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata Jawa Barat (Dinas Pertanian Cianjur, 2004).
Kabupaten Cianjur memiliki sejumlah tanaman pertanian utama yang komparatif dan kompetitif. Mengingat jumlah tanaman pertanian utama cukup banyak, maka tidak mungkin dikembangkan seluruhnya, sehingga perlu dilakukan pemilihan berdasarkan berbagai pertimbangan, salah satunya ketinggian tempat.
Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor pengendali iklim yang berpengaruh kuat terhadap suhu udara. Suhu udara berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme terutama fotosintesis dan respirasi tanaman. Pada suhu lingkungan lebih rendah daripada suhu dasar maka pertumbuhan tanaman berhenti (dorman), sedangkan apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari pada suhu maksimum maka tanaman akan mati (letal). Dari aspek hubungan iklim-tanaman dikenal suhu kardinal meliputi kisaran kesesuaian suhu minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tiap kultivar menyebabkan kisaran toleransi terhadap ketinggian tempat yang berbeda-beda pula untuk tiap jenis kultivar (Nasir, 2003).
Perubahan suhu udara terhadap ketinggian tempat di Indonesia menurut Braak (1929) yaitu -0,61oC untuk setiap kenaikan ketinggian tempat 100 meter. Perubahan suhu udara terhadap ketinggian tempat di Indonesia berdasarkan suhu rata-rata pantai 26,3 oC. Berdasarkan lapse rate suhu tersebut maka dapat dituliskan persamaan Braak sebagai berikut :
Tz1 = (26,3 – 0,61 x h ) o
C
Tz1 :suhu udara rata - rata tahunan pada suatu
tempat
h :ketinggian tempat diatas permukaan laut dalam hektometer (1hm = 100 m.) Kabupaten Cianjur memiliki ketinggian tempat 0-2962 m dpl (meter diatas permukaan laut) memanjang dari arah selatan sampai utara. Dari ketinggian tersebut, yang ditanami tanaman pertanian berkisar antara 0-1500 m dpl (potensi Kecamatan Pacet, 2004).
Berdasarkan ketinggian tersebut
memungkinkan bervariasinya tanaman pertanian utama di tiap wilayah Cianjur. Dengan demikian, memungkinkan dilakukan penelitian ini di Kabupaten Cianjur.
1.2. Tujuan
1) Mendapatkan gambaran mengenai
kondisi khusus tempat studi kasus di Kabupaten Cianjur.
2) Mempelajari pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas tanaman utama di tiap wilayah Kabupaten Cianjur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur berada ditengah propinsi Jawa Barat pada jarak sekitar 65 Km dari ibukota Propinsi (Bandung) dan 120 Km dari ibukota negara (Jakarta) dan terletak diantara 6 o21’LS – 7 o25’LSdan 106 o42’BT – 107 o25’BT. Keadaan topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit – bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 meter sampai dengan 2.962 meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 1 sampai 40 %.
Wilayah Kabupaten Cianjur meliputi areal seluas 350.148 Ha terdiri dari 26 kecamatan, 6 kelurahan dan 341 desa. Masing – masing wilayah mempunyai kondisi khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Dilihat dari sifat morfologis berdasarkan azas – azas pembentukannya tanah dan relasi antara tanah, tanaman dan aktifitas manusia, maka tanah di Kabupaten Cianjur dibagi menjadi beberapa jenis (soil group).
2.2. Tanaman Padi (Oryza spp.)
tropis atau subtropis pada 45o LU sampai 45o LS dengan cuaca panas, kelembaban tinggi, musim hujan 4 bulan dan memerlukan rata-rata curah hujan 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan suhu 22-27 oC, sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 oC (Siregar, 1981)
Pada tahun 2005 luas panen padi Indonesia mencapai 11.839.060 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 4,57 ton/ha/tahun, serta produksi padi nasional adalah 54.151.097 ton. Pada tahun yang sama hampir 18% produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/sector/
agri/pangan/tables.shtml).
2.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung berasal dari Amerika. Jagung masuk ke Indonesia sekitar abad ke-16
orang Portugal. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Jagung tumbuh di daerah 50o LU sampai 40o LS. Pada lahan tidak beririgasi, jagung memerlukan curah hujan 85-200 mm/bulan. Jagung memerlukan suhu antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimumnya antara 23-27 oC. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2005)
Pada tahun 2005 luas panen jagung di Indonesia mencapai 3.625.987 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 3,45 ton/ha/tahun, serta produksi jagung nasional adalah 12.523.894 ton. Pada tahun yang sama hanya 5 % produksi jagung nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/
sector/agri/pangan/ tables. shtml).
2.4. Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Tanaman kedelai berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Kedelai tumbuh di daerah dengan curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Kedelai memerlukan suhu antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimumnya 23-27 oC. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Adisarwanto, 2005)
Pada tahun 2005 luas panen kedelai di Indonesia mencapai 621.541 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 1,3 ton/ha/tahun, serta produksi kedelai nasional adalah 808.353 ton. Pada tahun yang sama hanya 3 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/sector/agri/
pangan/tables.shtml).
Pertanaman kedelai di Indonesia umumnya diusahakan secara rotasi dengan tanaman padi. Varietas umur genjah sangat ditekankan agar kedelai dapat masuk dalam pola rotasi tanaman. Tanaman kedelai produksinya lebih tinggi di dataran rendah. (Sumarno dan Harnoto, 1983 dalam Karsono, 1984).
2.5 Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L.)
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Bahasa Inggris dari kacang tanah adalah "peanut" atau "groundnut".
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah sekitar 28-32 oC. Ketinggian tempat yang baik untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian sekitar 500 m dpl
2.6. Klasifikasi Iklim Schmidth - Ferguson Sistem klasifikasi ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Penentuan tipe iklim menurut klasifikasi ini hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun (Koesmaryono dan Handoko, 1995). Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:
• Bulan kering (BK): Bulan dengan C < 60 mm.
• Bulan Lembab (BL : Bulan dengan CH antara 60 – 100 mm.
• Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 100 mm
2.7. Klasifikasi Iklim Oldeman
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN
UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR
BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT
(TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT)
YASA ISMAIL ADIE
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN
UTAMA DI KABUPATEN CIANJUR
BERDASARKAN PROFIL KETINGGIAN TEMPAT
(TINJAUAN PADA EMPAT KETINGGIAN TEMPAT)
YASA ISMAIL ADIE
G24101011
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Pada
Program Studi Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
YASA ISMAIL ADIE.
Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama di Kabupaten Cianjur Berdasarkan Profil Ketinggian Tempat (Tinjauan pada Empat Ketinggian Tempat)dibimbing oleh ABUJAMIN AHMAD NASIR DAN DODDY ARMANDO
Kabupaten Cianjur memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan kultur masyarakat Cianjur yang sebagian besar petani. Salah satu sumber daya alam Kabupaten Cianjur memiliki sejumlah tanaman pertanian yang komparatif dan kompetitif. Untuk melakukan pengembangan tanaman pertanian menjadi tanaman pertanian utama diperlukan suatu pertimbangan. Melihat kondisi topografi Kabupaten Cianjur yang beragam, maka salah satu pertimbangan yang digunakan dalam pengembangan tanaman pertanian utama adalah berdasarkan ketinggian tempat. Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor pengendali iklim yang berpengaruh terhadap suhu udara. Suhu udara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang pada dasarnya akan mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas tanaman. Penelitian ini melihat pengaruh ketinggian tempat terhadap produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, kedelai dan kacang tanah di empat kecamatan (Kecamatan Sindangbarang, Pagelaran, Sukaresmi dan Pacet).
Secara umum, produktivitas tanaman padi meningkat seiring dengan bertambahnya ketinggian. Produktivitas padi Optimum terdapat pada ketinggian 600 – 900 m dpl, sedangkan untuk jagung, kedelai dan kacang tanah produktivitas akan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya ketinggian tempat.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, kedelai dan kacang tanah dilakukan dengan cara peningkatan penerapan teknologi pertanian. Dari tahun 1999-2003 dan 2004-2005 terjadi peningkatan penerapan teknologi pertanian rata-rata sebesar 8 % di tiap kecamatan.
Pada berbagai ketinggian tempat produktivitas tanaman padi selalu berada diatas produktivitas nasional, sedangkan untuk kedelai, jagung dan kacang tanah tidak demikian. Pada ketinggian tertentu produktivitasnya masih dibawah produktivitas nasional. Hal tersebut menjadikan tanaman padi sebagai tanaman pertanian utama untuk Kabupaten Cianjur, sedangkan untuk kedelai, kacang tanah dan jagung hanya sebagai tanaman rotasi bagi tanaman padi. Berdasarkan analisis pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas ternyata bertambahnya ketinggiaan tiap 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1.6 oC akan berpengaruh terhadap produktivitas rata-rata tanaman pertanian utama di Kabupaten Cianjur.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama
di Kabupaten Cianjur Berdasarkan Profil Ketinggian Tempat
(Tinjauan pada Empat Ketinggian Tempat)
Nama
: Yasa Ismail Adie
NRP
: G24101011
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Abujamin A Nasir
Doddy Armando, SP
NIP 130 210 38
NIP 480 076 676
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131 473 999
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 8 mei 1983 sebagai anak sulung dari tiga besaudara dari pasangan Drs. Duding Kh Adie, BcAN, MM dan Rohayati.
Pada tahun 1995 penulis tamat dari SDN Perumnas I. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMPN 1 Karangtengah dan tamat pada tahun 1998. Setelah itu, pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Sukaresmi dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program studi Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilimiah ini dapat diselesaikan dengan baik tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selama ini selalu membantu dan memberikan motivasi-motivasi yang berharga. Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Abujamin Ahmad Nasir selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu berharganya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Bapak Doddy Armando, SP selaku pembimbing kedua yang senantiasa sabar dalam
memberikan masukan – masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
3. Special ku persembahkan rasa terimakasih dan ‘karya ini’ buat Bapak, Ibu dan Kedua Adikku yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang tiada akhir kepada penulis ( maafkan ananda karena tidak menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya) 4. Ua di Cipanas, terimakasih atas segala nasehat, perhatian dan dukungannya.
5. Seluruh staf di Dinas Pertanian dan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur yang telah memberikan penulis pengalaman kerja yang berharga selama disana.
6. Bapak Camat di Kecamatan Sindangbarang, Sukaresmi, Pagelaran dan Pacet atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan selama melakukan penelitian.
7. Seluruh angkatan GFM 38 atas segala kebersamaannya.
Serta masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI ……….. ii
DAFTAR GAMBAR ………. iii
DAFTAR TABEL ……….. iii
DAFTAR LAMPIRAN ………. iii
I. PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Tujuan ………... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 1
2.1. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur ………. 1
2.2. Tanaman Padi (Oryza spp.) ... 1
2.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.) ... 2
2.4. Tanaman Kedelai (Glycine max L.) ... 2
2.5. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) ... 2
2.6. Klasifikasi Iklim Schmidth-Ferguson ... 2
2.7. Klasifikasi Iklim Oldeman ... 2
III.BAHAN DAN METODE ... 3
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 3
3.2. Alat dan Bahan ... 3
3.3. Metode Penelitian ………. 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3
4.1. Analisis Perubahan Suhu Udara Terhadap Ketinggian Tempat Di Kabupaten Cianjur ……….. 3
4.2. Analisis Pembagian Ketinggian Tempat Berdasarkan Potensi Lahan Pertanian .. 4
4.3. Keadaan Khusus di Empat Lokasi Contoh Ketinggian ... 4.3.1. Kecamatan Sindangbarang (0 – 280 m dpl) ………. 4
4.3.2. Kecamatan Pagelaran (300-1650 m dpl) ... 5
4.3.3. Kecamatan Sukaresmi (560-920 m dpl) ... 5
4.3.4. Kecamatan Pacet (920-2962 m dpl) 6 4.4. Hubungan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama dengan Ketinggian Tempat ... 6 4.4.1. Padi ... 6
4.4.2. Jagung ……… 7
4.4.3. Kedelai ... 7
4.4.4. Kacang Tanah ... 8
V. KESIMPULAN ………. 8
DAFTAR PUSTAKA ... 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Sindangbarang Tahun 2000-2004 ... 4
2 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pagelaran Tahun 2000-2004 ... 5
3 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Sukaresmi Tahun 2000-2004 …….. 5
4 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pacet Tahun 2000-2004 ………….. 6
5 Grafik Rata - rata Produktivitas Padi pada empat ketinggian Tempat ... 7
6 Grafik Rata - rata Produktivitas Jagung pada empat ketinggian Tempat ... 7
7 Grafik Rata - rata Produktivitas Kedelai pada empat Ketinggian Tempat ... 7
8 Grafik Rata - rata Produktivitas Kacang Tanah pada empat Ketinggian Tempat ... 8
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kelas Empat Ketinggian Tempat ... 4
2 Penggunaan Lahan Sindangbarang ... 4
3 Penggunaan Lahan Pagelaran ... 5
4 Penggunaan Lahan Sukaresmi ……….. 5
5 Penggunaan Lahan Pacet ... 6
6 Rata – rata tingkat penerapan teknologi pertanian komoditas tanaman pangan dan sayuran ... 6
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ………. 10
2 Peta Ketinggian Kabupaten Cianjur ……… 11
3 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Tahun 2003 ……….. 12
4 Jenis Tanah Menurut Sistem Klasifikasi dan Lokasi Kecamatan ………... 13
5 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur Tahun 2001-2002 ……….. 14
6 Perkembangan Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2002 dan Tahun 2003 …………... 15
7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 ………. 16
8 Peta Administrasi Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran ………. 17
9 Peta Administrasi Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ………... 18
10 Peta Ketinggian Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran ……… 19
11 Peta Ketinggian Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ……….. 20
12 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sindangbarang dan Pegelaran ……….. 21
13 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sukaresmi dan Pacet ………. 22
14 Data Curah Hujan Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran Tahun 2000-2004 ……... 23
15 Data Curah Hujan Kecamatan Sukaresmi dan Pacet 2000-2004 ……… 24
16 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Tahun 1999-2003 . 25 17 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Tahun 2004-2005 . 26 18 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Tahun 1999-2003 ……. 27
19 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Tahun 2004-2005 ……. 28
20 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 1999-2003 …… 29
21 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Tahun 2004-2005 …… 30
22 Luas Tanam,Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1999-2003 31 23 Luas Tanam,Luas Panen,Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 2004-2005 32 24 Tabel Suhu Udara (oC) Stasiun Klimatologi Balai Penelitian Teh dan Kina Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 1993 – 2003 (ketinggian = 1250 m dpl) ………... 33
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Cianjur memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan kultur masyarakat Cianjur yang sebagian besar petani. (BPS Kabupaten Cianjur, 2003). Untuk itu perlu dilakukan pengembangan di berbagai sektor, terutama sektor pertanian. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dalam Renstra tahun 2001-2005 adalah melakukan pengembangan agribisnis tanaman pertanian utama di wilayah sentra produksi. Dengan demikian, Kabupaten Cianjur diharapkan menjadi salah satu andalan untuk terwujudnya Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata Jawa Barat (Dinas Pertanian Cianjur, 2004).
Kabupaten Cianjur memiliki sejumlah tanaman pertanian utama yang komparatif dan kompetitif. Mengingat jumlah tanaman pertanian utama cukup banyak, maka tidak mungkin dikembangkan seluruhnya, sehingga perlu dilakukan pemilihan berdasarkan berbagai pertimbangan, salah satunya ketinggian tempat.
Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor pengendali iklim yang berpengaruh kuat terhadap suhu udara. Suhu udara berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme terutama fotosintesis dan respirasi tanaman. Pada suhu lingkungan lebih rendah daripada suhu dasar maka pertumbuhan tanaman berhenti (dorman), sedangkan apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari pada suhu maksimum maka tanaman akan mati (letal). Dari aspek hubungan iklim-tanaman dikenal suhu kardinal meliputi kisaran kesesuaian suhu minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tiap kultivar menyebabkan kisaran toleransi terhadap ketinggian tempat yang berbeda-beda pula untuk tiap jenis kultivar (Nasir, 2003).
Perubahan suhu udara terhadap ketinggian tempat di Indonesia menurut Braak (1929) yaitu -0,61oC untuk setiap kenaikan ketinggian tempat 100 meter. Perubahan suhu udara terhadap ketinggian tempat di Indonesia berdasarkan suhu rata-rata pantai 26,3 oC. Berdasarkan lapse rate suhu tersebut maka dapat dituliskan persamaan Braak sebagai berikut :
Tz1 = (26,3 – 0,61 x h ) o
C
Tz1 :suhu udara rata - rata tahunan pada suatu
tempat
h :ketinggian tempat diatas permukaan laut dalam hektometer (1hm = 100 m.) Kabupaten Cianjur memiliki ketinggian tempat 0-2962 m dpl (meter diatas permukaan laut) memanjang dari arah selatan sampai utara. Dari ketinggian tersebut, yang ditanami tanaman pertanian berkisar antara 0-1500 m dpl (potensi Kecamatan Pacet, 2004).
Berdasarkan ketinggian tersebut
memungkinkan bervariasinya tanaman pertanian utama di tiap wilayah Cianjur. Dengan demikian, memungkinkan dilakukan penelitian ini di Kabupaten Cianjur.
1.2. Tujuan
1) Mendapatkan gambaran mengenai
kondisi khusus tempat studi kasus di Kabupaten Cianjur.
2) Mempelajari pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas tanaman utama di tiap wilayah Kabupaten Cianjur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan Umum Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur berada ditengah propinsi Jawa Barat pada jarak sekitar 65 Km dari ibukota Propinsi (Bandung) dan 120 Km dari ibukota negara (Jakarta) dan terletak diantara 6 o21’LS – 7 o25’LSdan 106 o42’BT – 107 o25’BT. Keadaan topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit – bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 meter sampai dengan 2.962 meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 1 sampai 40 %.
Wilayah Kabupaten Cianjur meliputi areal seluas 350.148 Ha terdiri dari 26 kecamatan, 6 kelurahan dan 341 desa. Masing – masing wilayah mempunyai kondisi khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Dilihat dari sifat morfologis berdasarkan azas – azas pembentukannya tanah dan relasi antara tanah, tanaman dan aktifitas manusia, maka tanah di Kabupaten Cianjur dibagi menjadi beberapa jenis (soil group).
2.2. Tanaman Padi (Oryza spp.)
tropis atau subtropis pada 45o LU sampai 45o LS dengan cuaca panas, kelembaban tinggi, musim hujan 4 bulan dan memerlukan rata-rata curah hujan 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan suhu 22-27 oC, sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 oC (Siregar, 1981)
Pada tahun 2005 luas panen padi Indonesia mencapai 11.839.060 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 4,57 ton/ha/tahun, serta produksi padi nasional adalah 54.151.097 ton. Pada tahun yang sama hampir 18% produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/sector/
agri/pangan/tables.shtml).
2.3. Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung berasal dari Amerika. Jagung masuk ke Indonesia sekitar abad ke-16
orang Portugal. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Jagung tumbuh di daerah 50o LU sampai 40o LS. Pada lahan tidak beririgasi, jagung memerlukan curah hujan 85-200 mm/bulan. Jagung memerlukan suhu antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimumnya antara 23-27 oC. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2005)
Pada tahun 2005 luas panen jagung di Indonesia mencapai 3.625.987 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 3,45 ton/ha/tahun, serta produksi jagung nasional adalah 12.523.894 ton. Pada tahun yang sama hanya 5 % produksi jagung nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/
sector/agri/pangan/ tables. shtml).
2.4. Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Tanaman kedelai berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Kedelai tumbuh di daerah dengan curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Kedelai memerlukan suhu antara 21-34 oC, akan tetapi suhu optimumnya 23-27 oC. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Adisarwanto, 2005)
Pada tahun 2005 luas panen kedelai di Indonesia mencapai 621.541 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 1,3 ton/ha/tahun, serta produksi kedelai nasional adalah 808.353 ton. Pada tahun yang sama hanya 3 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat (http://www.bps.go.id/sector/agri/
pangan/tables.shtml).
Pertanaman kedelai di Indonesia umumnya diusahakan secara rotasi dengan tanaman padi. Varietas umur genjah sangat ditekankan agar kedelai dapat masuk dalam pola rotasi tanaman. Tanaman kedelai produksinya lebih tinggi di dataran rendah. (Sumarno dan Harnoto, 1983 dalam Karsono, 1984).
2.5 Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L.)
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Bahasa Inggris dari kacang tanah adalah "peanut" atau "groundnut".
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah sekitar 28-32 oC. Ketinggian tempat yang baik untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian sekitar 500 m dpl
2.6. Klasifikasi Iklim Schmidth - Ferguson Sistem klasifikasi ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Penentuan tipe iklim menurut klasifikasi ini hanya memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun (Koesmaryono dan Handoko, 1995). Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:
• Bulan kering (BK): Bulan dengan C < 60 mm.
• Bulan Lembab (BL : Bulan dengan CH antara 60 – 100 mm.
• Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 100 mm
2.7. Klasifikasi Iklim Oldeman
Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:
• Bulan kering (BK): Bulan dengan C < 100 mm.
• Bulan Lembab (BL : Bulan dengan CH antara 100-200 mm.
• Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 200 mm
III.BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur pada bulan Mei 2005 sampai November 2006. Pengumpulan data dilakukan di Dinas Pertanian dan survey dilakukan di lokasi studi sebagai pembanding. 3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data produksi dan produktivitas tanaman pertanian utama tiap kecamatan tahun 1999-2005 (Sumber: Dinas Pertanian)
2. Data ketinggian seluruh kecamatan di kabupaten Cianjur
(Sumber : BPS Cianjur, 2003) 3. Data curah hujan bulanan tahun
2000-2004 untuk Kecamatan
Sindangbarang, Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Pacet
(Sumber: BPP, Kecamatan) 4. Data potensi kecamatan Alat yang digunakan:
1. Altimeter
2. Seperangkat komputer 3.3. Metode Penelitian.
Penelitian ini secara umum terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan data sekunder yang diperlukan diantaranya data produksi (ton) dan produktivitas (ton/ha/tahun) tanaman pertanian, data potensi kecamatan, data curah hujan, dan data ketinggian tempat (m dpl) tiap kecamatan dicatat dari monografi BPS dan dilakukan pengukuran langsung dengan menggunakan altimeter. Tahapan kedua adalah melakukan analisis ketinggian tempat berdasarkan potensi lahan pertanian. Tahap ketiga adalah melakukan observasi lapang (survey) untuk mengetahui kondisi dilapangan yang digunakan sebagai pembanding dan pelengkap data. Tahap keempat adalah analisis data diantaranya analisis kondisi iklim
lokasi studi dan pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas tanaman pertanian utama.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Perubahan Suhu Udara Terhadap Ketinggian Tempat di Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan hasil penelitian Sakaida Kiyotaka, Heny Suharsono dan Arifin Hadi Susilo pada tahun 1999 – 2001 Lapse Rate di kabupaten Cianjur pada musim kering (Mei-September) sebesar 0,59oC/100m dan pada musim hujan (Oktober-Februari) sebesar 0,47oC/100m. Jadi rata-rata lapse rate untuk Cianjur sebesar 0,53oC/100m.
Suhu rata-rata tahunan di kabupaten Cianjur 21oC, sedangkan suhu rata-rata musim kering dan musim hujan sama sebesar 21oC pada ketinggian 1250 mdpl (lampiran 24).
Persamaan Brak (1929) Tz1 = (26,3 – 0,61 x h ) oC
Jika Tz1 = 21 0
C (Suhu rata-rata tahunan) Lapse rate = 0,53oC/100m
h = 1250 m dpl = 12,5 hm dpl
Maka suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur adalah (Tt)
21 = (Tt – 0,53 x 12,5) o
C 21 = (Tt – 6,625)
o
C Tt = 21 + 6,625 oC
Tt = 27,625 oC
Jadi berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur sebesar 27,6 oC, sehingga
dapat dibuat persamaan sebagai berikut (hanya berlaku di kabupaten Cianjur) :
Tz1 = (27,6 – 0,53 x h ) oC
Jika Tz2 = 210C (Suhu rata-rata musim kering)
Lapse rate = 0,59oC/100m h = 1250 m dpl = 12,5 hm dpl
Maka suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur adalah (Tk)
21 = (Tk – 0,59 x 12,5) oC
21 = (Tk – 7,375) o
C Tk = 21 + 7,375
o
C Tk = 28,375
o
C
Jadi berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur sebesar 28,4 oC, sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut (hanya berlaku di kabupaten Cianjur) :
Jika Tz3 = 210C (Suhu rata-rata musim hujan)
Lapse rate = 0,47oC/100m h = 1250 m dpl = 12,5 hm dpl
Maka suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur adalah (Th)
21 = (Th – 0,47 x 12,5) o
C 21 = (Th – 5,875)
o
C Th = 21 + 5,875
o
C Th = 26,875
o
C
Jadi berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa suhu rata-rata pantai di kabupaten Cianjur sebesar 26,9 oC, sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut (hanya berlaku di kabupaten Cianjur) :
Tz1 = (26,9 – 0,47 x h ) oC
4.2.Analisis Pembagian Ketinggian Tempat Berdasarkan Potensi Lahan Pertanian.
Menurut Potensi Kecamatan Pacet (2004), ketinggian tempat maksimum yang dapat ditanami tanaman pertanian utama di Kabupaten Cianjur adalah 1500 m dpl. Oleh karena itu, ketinggian yang ditanami tanaman pertanian berkisar antara 0-1500 m dpl. Dari hasil yang diperoleh ternyata, data sekunder dan data primer ketinggian tempat tiap kecamatan di kabupaaten Cianjur tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan data ketinggian tempat tersebut, kecamatan-kecamatan di Cianjur dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
Tabel 1. Kelas Empat Ketinggian Tempat
No
Kelas Ketinggian
(m dpl )
Kecamatan Luas
(ha)
1 0 – 300
Agrabinta Sindangbarang Cidaun 29.477 16.795 32.073
2 301 – 600
Karangtengah Cianjur Pagelaran 3.925 2.344 23.550
3 601 – 900
Sukaresmi, Sukanagara Campaka 11.331 16.484 13.930
4 > 900 Campaka Mulya Pacet
5.611 11.204
Pengelompokan ketinggian selang 300 m dpl dengan lapse rate 0,53o C/100 m akan menyebabkan perbedaan suhu udara 1,6 o C. Hal ini telah mulai memberikan pengaruh terhadap proses metabolisme dan membawa dampak pada perbedaan produksi.
4.3. Keadaan Khusus di Empat Lokasi Contoh Ketinggian
4.3.1. Kecamatan Sindangbarang (0 – 280 m dpl)
Kecamatan Sindangbarang terletak di daerah pantai selatan dengan jarak 110 km
dari ibukota kabupaten Cianjur. Batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara Kecamatan Cibinong Sebelah Timur Kecamatan Cidaun Sebelah Selatan Samudera Indonesia Sebelah Barat Kecamatan Agrabinta
Luas wilayah sindangbarang 16.795 ha mencakup 9 desa, yang terdiri dari 932 ha sawah dan lahan darat 15.863 ha. Jenis tanah di Sindangbarang sebagian besar asosiasi regosol, dengan tingkat keasaman tanah pH 4,5-6,5. ketinggian tempat 0-275 mdpl serta topografi 50% datar, 26% bergelombang dan
24% berbukit. Jumlah penduduk
Sindangbarang terdapat 48.168 orang, terdiri dari 24.270 orang laki-laki dan 23.898 orang
perempuan. Dari jumlah penduduk
Sindangbarang terdapat 11.111 KK (Kepala Keluarga) tani dan 1.621 KK non tani.
Beberapa pola tanam di Sindangbarang: a) Padi-Padi-Bera
b) Padi- Palawija-Bera c) Palawija- Palawija-Bera
Tabel 2. Penggunaan Lahan Sindangbarang
Pengunaan Tanah Luas (Ha)
Luas Sawah
pengairan teknis -
pengairan ½ teknis -
pengairan pedesaan 88
sawah tadah hujan 844
Lahan darat
pekarangan 886
tegal/kebun 9.708
perkebunan rakyat 2.797
hutan rakyat 2.463
kolam 9
Sumber: BPP Sindangbarang, 2005
0 100 200 300 400 500 600 700
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BULAN
m
m
CH
Gambar 1. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Sindangbarang Tahun 2000-2004
Sedangkan menurut Oldeman terdapat 4 Bulan Basah dan 4 Bulan Kering (gambar 1). 4.3.2. Kecamatan Pagelaran
(300-1650 m dpl)
Kecamatan Pagelaran terletak di wilayah bagian tengah kabupaten Cianjur. Jarak dari ibukota kabupaten Cianjur 60 km. batas wilayah Pagelaran sebagai berikut :
Sebelah Utara Kecamatan Sukanagara Sebelah Timur Kabupaten Bandung Sebelah Selatan Kecamatan Tanggeung Sebelah Barat Kecamatan Kadupandak
Jumlah penduduk kecamatan Pagelaran sebanyak 83.108 orang dengan jumlah laki-laki 42.897 orang dan perempuan 40.211 orang. Luas wilayahnya 23.550 ha yang terdiri dari luas sawah 5651 ha dan luas lahan darat 17.899 ha. Topografi daerah Pagelaran 15% datar, 45% miring, dan 40% bergelombang. Jenis tanah Pagelaran 65% merupakan podsolik merah kuning, 20% grumosol dan 15% latosol. Tingkat penerapan pola tanam satu tahun :
a) padi-padi-padi b) padi-padi-palawija c ) padi-palawija-palawija
Tabel 3. Penggunaan Lahan Pagelaran
Pengunaan Tanah Luas (Ha)
Luas Sawah
pengairan teknis 1.095
pengairan ½ teknis 1.612
pengairan pedesaan 1.251
sawah tadah hujan 1.693
Lahan darat
pekarangan 698
tegal/kebun 3.022
perkebunan rakyat 5.910
hutan rakyat 1.914
kolam 999
lainnya 5356
Sumber: BPP Pagelaran, 2005
0 100 200 300 400 500 600 700
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BULAN
m
m
CH
Gambar 2. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pagelaran Tahun 2000-2004
Kecamatan Pagelaran sepertinya termasuk dalam kategori pola hujan jenis lokal. Perbedaan jumlah curah hujan bulanan di Pagelaran tidak terlalu signifikan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain. Rata-rata jumlah curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November dan terendah pada
bulan Juli. Berdasarkan Schmidth-Ferguson curah hujan rata-rata dari tahun 2000 – 2004 di Pagelaran terdapat 10 BB dan 1 BK. Sedangkan menurut Oldeman terdapat 8 Bulan Basah dan 1 Bulan Kering (gambar 2). 4.3.3. Kecamatan Sukaresmi
(560-920 m dpl)
Kecamatan Sukaresmi terletak di wilayah bagian utara kabupaten Cianjur. Wilayah ini meliputi 11 desa dan 60 kedusunan dengan batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara Kabupaten Bogor Sebelah Timur Kec. Cikalong Kulon Sebelah Selatan Kecamatan Mande Sebelah Barat Kecamatan Pacet
Kecamatan Sukaresmi merupakan
dataran tinggi dengan ketinggian antara 560-920 m dpl, topografi dataran sebagian berbukit dengan luas daerah keseluruhan 13.331 ha yang terdiri dari lahan sawah 2601 ha dan lahan darat 10.730 ha (sawah 20% dan darat 80%). Jenis tanah alluvial assosiasi latosol (5% : 95%). Jumlah penduduk di kecamatan Sukaresmi pada bulan Desember 2004 tercatat 75.457 orang yang terdiri dari laki-laki 38.304 orang dan perempuan 37.153, dengan jumlah KK seluruhnya 17.915 KK. Dari jumlah tersebut terdiri dari 12.580 KK tani dan 5.335 KK non tani. Tingkat penerapan pola tanam satu tahun :
a) Padi-padi-palawija b) Padi-palawija/sayuran c) Palawija-sayuran
Tabel 4. Penggunaan Lahan Sukaresmi
Pengunaan Tanah Luas (Ha)
Luas Sawah
pengairan teknis 263
pengairan ½ teknis -
pengairan pedesaan 2.177
sawah tadah hujan 161
Lahan darat
pekarangan 268
tegal/kebun 4.636
perkebunan rakyat 910
Kolam 58
Lainnya 3.792
Sumber BPP Sukaresmi, 2005
0 100 200 300 400 500 600 700
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES BULAN
m
m CH
Kecamatan Sukaresmi termasuk dalam kategori pola hujan jenis monsun. Perbedaan jumlah curah hujan bulanan di Sukaresmi cukup signifikan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain. Rata-rata jumlah curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus. Berdasarkan Schmidth - Ferguson curah hujan rata-rata dari tahun 2000 – 2004 di Pagelaran terdapat 9 BB dan 2 BK. Sedangkan menurut Oldeman terdapat 8 Bulan Basah dan 2 Bulan Kering (gambar ).
4.3.4. Kecamatan Pacet (920-2962 m dpl)
Kecamatan Pacet terletak di wilayah bagian utara kabupaten Cianjur. Jarak dari ibukota kabupaten Cianjur 20 km. batas wilayah Pacet sebagai berikut :
Sebelah Utara Kabupaten Bogor Sebelah Timur Kecamatan Sukaresmi Sebelah Selatan Kecamatan Cugenang Sebelah Barat Kabupaten Sukabumi
Jumlah penduduk kecamatan Pacet sebanyak 182.278 orang dengan jumlah laki-laki 93.527 orang dan perempuan 88.751 orang. Luas wilayahnya 11.204 ha yang terdiri dari luas sawah 760 ha dan luas lahan darat 10.444 ha. Topografi daerah Pacet 15% datar,
50% miring, dan 35% bergelombang. Wilayah ini memiliki ketinggian tempat diatas 880 mdpl. Jenis tanah Pacet alluvial dan latosol. Tingkat penerapan pola tanam satu tahun : a) padi-padi-palawija
b) palawija-sayuran c) sayuran-sayuran
Kecamatan Pacet termasuk dalam kategori pola hujan jenis monsun. Perbedaan jumlah curah hujan bulanan di Pacet cukup signifikan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain. Rata-rata jumlah curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April dan terendah pada bulan Agustus. Berdasarkan Schmidth-Ferguson curah hujan rata-rata dari
tahun 2000 – 2004 di Pagelaran terdapat 10 BB dan 1 BK. Sedangkan menurut Oldeman terdapat 8 Bulan Basah dan 1 Bulan Kering (gambar 4).
Tabel 5. Penggunaan Lahan Pacet
Pengunaan Tanah Luas (Ha)
Luas Sawah
pengairan teknis 280
pengairan ½ teknis 390
pengairan pedesaan 90
sawah tadah hujan -
Lahan darat
pekarangan 855
tegal/kebun 3.059
perkebunan rakyat 1.512
hutan rakyat 1.169
kolam 103
lainnya 3.746
Sumber: BPP Pacet, 2005
0 100 200 300 400 500 600 700
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOP DEC BULAN
m
m CH
Gambar 4. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kecamatan Pacet Tahun 2000-2004
4.4. Hubungan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian Utama dengan Ketinggian Tempat
4.4.1. Padi
lahan sawah paling luas jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Dengan demikian, Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata padi kecamatan Sindangbarang sebesar 7.573 ton (1999-2003) dan 8.898 ton (2004-2005), kecamatan sukaresmi sebesar 13.218 ton (1999-2003) dan 22.096 ton (2004-2005), dan kecamatan Pacet sebesar 3.486 ton (1999-2003) dan 2.854 ton (2004-2005).
Produktivitas tanaman padi di kabupaten Cianjur mengalami peningkatan dengan bertambahnya ketinggian tempat sampai pada ketinggian maksimum yaitu dengan ketinggian antara 560 – 920 m dpl di kecamatan Sukaresmi (gambar 5). Produksi turun kembali dengan bertambahnya ketinggian tempat. Dengan demikian, bertambahnya ketinggian tiap 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1,6oC memberikan perbedaan produktivitas rata-rata padi di tiap tingkat ketinggian tempat sebesar 0,12 ton/ha/tahun.
4.40 4.60 4.80 5.00 5.20 5.40 5.60
0 - 300 301 - 600 601 - 900 > 901 m dpl T o n /H a /T a h u n Rat 99-03 Nasional rat 04-05
Gambar 5. Grafik Rata- rata Produktivitas Padi pada empat ketinggian Tempat
Untuk tanaman padi di Cianjur dengan bertambahnya ketinggian sampai ke ketinggian maksimum tidak menyebabkan produktivitasnya menjadi maksimum. Hasil Padi optimum terdapat pada ketinggian rata-rata 750 mdpl, yaitu di kecamatan Sukaresmi. Jika dilihat dari gambar diatas secara keseluruhan produktivitas tanaman padi di tiap ketinggian tempat Cianjur berada diatas rata-rata produktivitas nasional 4,57 ton/ha/tahun. Tanaman padi di Kabupaten Cianjur merupakan tanaman pertanian utama. 4.4.2. Jagung
Produktivitas tanaman jagung di Cianjur tidak terjadi perbedaan yang cukup signifikan dengan berubahnya ketinggian tempat pada daerah dataran rendah, sedangkan pada dataran tinggi terjadi perubahan signifikan (gambar 6). Berdasarkan hasil survei di lapangan di temukan perbedaan pemanfaatan hasil produksi jagung. Pada daerah dataran rendah merupakan jagung jenis hibrida yang digunakan untuk pembuatan makanan ternak
dan jagung dalam bentuk pipilan. Di daerah dataran tinggi jagung manis biasanya dikonsumsi manusia dalam bentuk tongkol. Jika dilihat dari tahun 1999-2003 dan 2004-2005 terjadi peningkatan produktivitas yang disebabkan peningkatan penerapan teknologi, akan tetapi perubahan tersebut tidak mengubah bentuk kurva produktivis pada tahun 1999-2003 dan 2004-2005. Meskipun terjadi perbedaan jenis dan bentuk pengukuran, ketinggian tempat cukup memberikan pengaruh terhadap produktivitas tanaman jagung di Cianjur.
2.00 2.30 2.60 2.90 3.20 3.50 3.80 4.10
0 - 300 301 - 600 601 - 900 > 901 m dpl T o n /H a /T a h u n Rat 99-03 Nasional Rat 04-05
Gambar 6. Grafik Rata- rata Produktivitas Jagung Pada empat ketinggian Tempat
Dengan demikian, penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1,6oC atau perubahan ketinggian tempat 300 m cukup memberikan pengaruh di dataran tinggi dan dataran rendah terhadap produktivitas rata-rata tanaman jagung di Cianjur. Tanaman jagung di Cianjur biasanya merupakan bagian dari rotasi tanaman padi di dataran rendah dan sayuran di dataran tinggi. Tanaman jagung di Cianjur tidak dijadikan sebagai tanaman pertanain utama. 4.4.3. Kedelai 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40
0 - 300 301 - 600 601 - 900 > 901 m dpl T o n /H a /T a h u n Rat 99-03 Nasional Rat 04-05
Gambar 7. Grafik Rata- rata Produktivitas Kedelai Pada empat Ketinggian Tempat
kecamatan. Hal tersebut karena adanya peningkatan penerapan teknologi pertanian secara menyeluruh di tiap kecamatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahun
2004-2005 di kabupaten Cianjur
bertambahnya ketinggian tempat sebesar 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1,6oC menyebabkan penurunan tingkat produktivitas tanaman kedelai. Hal yang sama terjadi pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, ketinggian tempat memberikan pengaruh terhadap perubahan produktivitas tanaman kedelai di Cianjur. Produktivitas tanaman kedelai tertinggi terdapat di daerah dataran rendah tepatnya berada di kecamatan Sindangbarang sebesar 1,32 ton/ha/tahun. Dan hanya di kecamatan
Sindangbarang dan Sukanagara
produktivitasnya diatas produktivitas nasional. Secara keseluruhan produktivitas tanaman kedelai di Cianjur masih dibawah rata-rata produktivitas nasional sebesar 1,3 ton/ha/tahun. Hal tersebut menyebabkan perlunya usaha yang lebih dalam meningkatkan penerapan teknologi pertanian untuk tanaman kedelai agar dapat dijadikan sebagai tanaman pertanian utama.
4.4.4. Kacang Tanah
1.10 1.13 1.16 1.19 1.22 1.25 1.28
0 - 300 301 - 600 601 - 900 > 900 m dpl T o n /H a /T a h u n Rat 99-03 Kabupaten Rat 04-05
Gambar 8. Grafik Rata- rata Produktivitas Kacang Tanah Pada empat Ketinggian Tempat
Produktivitas kacang tanah berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat. Bertambahnya ketinggian tiap 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1,6oC memberikan penurunan produktivitas
rata-rata kacang tanah di tiap tingkat ketinggian tempat sebesar 0,06 ton/ha/tahun (gambar 8). Peningkatan penerapan teknologi pertanian untuk kacang tanah tidak mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan. Pada ketinggian diatas 900 m dpl kacang tanah tidak dilakukan penanaman. Pada daerah tersebut para petani dan ppl sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa kacang tanah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada dataran tinggi. Jika dilihat dari produktivitasnya hanya di kecamatan Sindangbarang produktivitas kacang tanah
diatas rata-rata kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, kecamatan Sindangbarang dijadikan sentra penanaman kacang tanah di kabupaten Cianjur.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis iklim baik menurut Schmidth-Ferguson maupun Oldeman, Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang sangat berpotensi untuk ditanami tanaman pertanian utama. Hal ini dapat dilihat dari segi ketersediaan airnya, dimana Kabupaten Cianjur memiliki jumlah bulan kering yang relatif sedikit.
Kabupaten Cianjur memiliki topografi yang sangat beragam. Ketinggian tempat maksimum yang dapat ditanami tanaman pertanian utama di Kabupaten Cianjur berkisar antara 0 – 1500 m dpl. Analisis pengaruh produktivitas tanaman pertanian utama terhadap ketinggian di Kabupaten Cianjur dapat diwakili oleh empat kecamatan diantaranya: Sindangbarang, Pagelaran, Sukaresmi dan Pacet.
Secara umum, produktivitas tanaman padi meningkat sering dengan bertambahnya ketinggian. Produktivitas padi Optimum terdapat pada ketinggian 600 – 900 m dpl, sedangkan untuk jagung, kedelai dan kacang tanah produktivitas akan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya ketinggian tempat.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi, jagung, kedelai dan kacang tanah dilakukan dengan cara peningkatan penerapan teknologi pertanian. Dari tahun 1999-2003 dan 2004-2005 terjadi peningkatan penerapan teknologi pertanian rata-rata sebesar 8 % di tiap kecamatan.
Pada berbagai ketinggian tempat produktivitas tanaman padi selalu berada diatas produktivitas nasional, sedangkan untuk kedelai, jagung dan kacang tanah tidak demikian. Pada ketinggian tertentu produktivitasnya masih dibawah produktivitas nasional. Hal tersebut menjadikan tanaman padi sebagai tanaman pertanian utama untuk Kabupaten Cianjur, sedangkan untuk kedelai, kacang tanah dan jagung hanya sebagai tanaman rotasi bagi tanaman padi. Berdasarkan analisis pengaruh ketinggian tempat terhadap produktivitas ternyata bertambahnya ketinggiaan tiap 300 m atau penurunan suhu rata-rata tahunan sebesar 1.6
o
rata-rata tanaman pertanian utama di Kabupaten Cianjur.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta
Badan Pusat Statistik Cianjur. 2002. Cianjur Dalam Angka 2002.
Badan Pusat Statistik Cianjur. 2004. Monografi Kabupaten Cianjur. Cianjur Dalam Angka 2004
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2005. Indonesia Dalam Angka 2005.
BPP Kecamatan Pacet. 1999-2005. Program penyuluhan Pertanian. BPP Kecamatan Pacet. Cianjur. Jawa Barat
BPP Kecamatan Pagelaran. 1999-2005. Program penyuluhan Pertanian. BPP Kecamatan Pagelaran. Cianjur. Jawa Barat
BPP Kecamatan Sindangbarang. 1999-2005. Program penyuluhan Pertanian. BPP Kecamatan Sindangbarang. Cianjur. Jawa Barat
BPP Kecamatan Sukaresmi. 1999-2005. Program penyuluhan Pertanian. BPP Kecamatan Sukaresmi. Cianjur. Jawa Barat
Karsono, S. 1984. Penggunaan Metode Jumlah Panas Untuk Menentukan Umur Kedelai. Tesis. Pasca Sarjana. IPB. Tidak dipublikasikan
Koesmaryono, Y dan Handoko. 1995. Klasifikasi Iklim dalam Klimatologi Dasar. Handoko (ed). Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Nasir, A. 2003. Pengaruh cuaca dan iklim terhadap tanaman. Pelatihan Dosen PT Se Jawa-Bali dalam Bidang Pemodelan dan Simulasi Komputer untuk Pertanian di Bogor pada tanggal 4 – 16 Agustus 2003. Bogor.
Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Sakaida, K, H.Suharso, and H.S. Arifin. 2001. Altitudinal Changes of Thermal Condition in the Watershed of West Java. Proceedings of 1st Seminar: Toward Harmonization between Development and Environmental Conservation in Biological Production. Graduate School of Agricultural and Life Sciencies, University of Tokyo, Japan. 301 pp. Sakaida, K, H.Suharso, and H.S. Arifin. 2003.
Seasonal Changes of Air Temperature Lapse Rate in the Watersheds of West Java. Proceedings of 2nd Seminar:
Toward Harmonization between
Development and Environmental
Conservation in Biological Production. University of Tokyo, Japan. 545 pp. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi.
Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. IPB. Sastra Hudaya. Jakarta
http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table
s.shtml). 17 Februari 2007
Lampiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Tahun 2003
No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa
1. Cianjur 2.344 11
2. Cilaku 6.046 10
3. Warungkondang 9.535 19
4. Cibeber 13.096 18
5. Ciranjang 3.752 12
6. Sukaluyu 4.310 10
7. Bojongpicung 12.353 16
8. Karangtengah 3.925 16
9. M a n d e 10.520 12
10. P a c e t 11.204 14
11. Sukaresmi 11.331 11
12. Cugenang 6.537 16
13. Cikalongkulon 12.602 18
14. Sukanagara 16.484 10
15. Takokak 13.576 9
16. Campaka 13.930 11
17. Pagelaran 23.550 17
18. Tanggeung 11.415 16
19. Kadupandak 15.460 21
20. Sindangbarang 16.795 9
21. Agrabinta 29.477 17
22. Cibinong 24.333 12
23. Cidaun 32.073 13
24. Naringgul 24.378 10
25. Campaka Mulya 5.611 5
26. Cikadu 15.504 8
Jumlah 350.148 341
Lampiran 4. Jenis Tanah Menurut Sistem Klasifikasi dan Lokasi Kecamatan
No
Sistem Dudal / Soepraptohardjo (1957-1961) **)
Modifikasi Sistem D/S (1978) **)
FAO / Unesco (1970)
USDA Soil Taxonomy (1975) **)
Kecamatan
1 Tanah Aluvial - Tanah Aluvial
- Fluvisol - Entisol Pacet, Cugenang,
Sukaresmi, Cilaku, Naringgul, Cianjur.
2 Andosol - Andosol - Andosol - Inceptisol Pagelaran,
Tanggeung.
3 Brown Forest Soil - Brunizem - Cambisol - Inceptisol Campaka,
Takokak, Sukanagara, Cugenang.
4 Grumosol - Grumosol - Vertisol - Vertisol Cikadu, Cibinong.
5 Latosol - Kambisol - Cambisol - Inceptisol Sukanagara,
Campakamyula.
- Latosol - Nitosol - Ultisol Cikalongkulon,
Mande. - Oxisol /
Lateritik
- Ferralsol - Oxisol
6 Litosol - Litosol - Lithosol - Entisol
Lithic sub gruop
7 Mediteran - Mediteran - Luvisol - Alfisol/
Inceptisol
8 Organosol - Organosol - Histosol - Histosol
9 Podsol - Podsol - Podsol - Spodosol
10. Podsolik Merah Kuning
- Podsolik - Acrisol - Ultisol Cibinong,
Agrabinta, Sindangbarang, Kadupandak
- Arenosol - Arenosol - Entisol Tanggeung,
Cidaun, Naringgul.
11 Regosol - Regosol - Regosol - Entisol
12 Renzina - Renzina - Redzina - Rendoll Wr.kondang
Lampiran 6. Perkembangan Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2002 dan Tahun 2003
No. Jenis Penggunaan 2002 2003
1. Tanah Sawah
- Pengairan Teknis 14.048 14.256
- Pengairan ½ Teknis 8.262 7.393
- Pengairan Sederhana 9.738 11.225
- Pengairan Non PU 16.744 16.482
- Tadah Hujan 10.031 12.415
- Pasang Surut 0 0
- Lebak 0 0
- Polder dan lainnya 0 0
Jumlah 1 (Ha) 58.823 61.771
2. Tanah Darat
- Pekarangan 25.272 25.958
- Tegal / Kebun 63.342 61.572
- Ladang / Huma 33.599 33.589
- Penggembalaan 1.763 1.408
- Rawa – Rawa 394 412
- Tambak / Kolam / Empang 1.957 1.120
- Tidak Diusahakan 1.666 2.031
- Hutan Rakyat 27.577 27.654
- Hutan Negara 59.223 59.223
- Perkebunan 54.592 54.381
- Lain – lain 21.940 21.029
Jumlah 2 (Ha) 291.325 288.377
Jumlah 1 + 2 (Ha) 350.148 350.148
Lampiran 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003
No. Kecamatan Laki – Laki Perempuan Jumlah
1. Cianjur 72.691 73.134 145.825
2. Cilaku 43.797 43.407 87.204
3. Warungkondang 53.896 53.417 107.313
4. Cibeber 58.588 55.988 112.576
5. Ciranjang 45.207 39.463 84.670
6. Sukaluyu 34.272 31.811 66.083
7. Bojongpicung 51582 49.487 101.069
8. Karangtengah 60.236 59.346 119.582
9. M a n d e 31.563 30.391 61.954
10. P a c e t 93.527 88.751 182.278
11. Sukaresmi 38.304 37.153 75.457
12. Cugenang 46.005 46.272 92.277
13. Cikalongkulon 45.411 44.617 90.028
14. Sukanagara 22.417 22.688 45.105
15. Takokak 24.583 23.853 48.436
16. Campaka 30.473 29.609 60.082
17. Pagelaran 42.251 40.798 83.049
18. Tanggeung 31.606 30.280 61.886
19. Kadupandak 39.794 38.794 78.588
20. Sindangbarang 24.270 23.898 48.168
21. Agrabinta 35.805 33.869 69.674
22. Cibinong 28.782 27.919 56.701
23. Cidaun 31.527 30.064 81.591
24. Naringgul 22.236 21.431 43.667
25. Campaka Mulya 12.097 11.275 23.372
26. Cikadu 17.731 16.765 34.496
Jumlah 1.036.651 1.004.480 2.041.131
Sumber :BPS Kab.Cianjur, 2003
Lampiran 8. Peta Administrasi Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran
Peta Administrasi Kecamatan Sindangbarang
Lampiran 9. Peta Administrasi Kecamatan Sukaresmi dan Pacet
Peta Administrasi Kecamatan Sukaresmi
Lampiran 10. Peta Ketinggian Kecamatan Sindangbarang dan Pagelaran
Peta Ketinggian Kecamatan Sindangbarang
Lampiran 11. Peta Ketinggian Kecamatan Sukaresmi dan Pacet
Peta Ketinggian Kecamatan Sukaresmi
Lampiran 12. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sindangbarang dan Pegelaran
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sindangbarang
Lampiran 13. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sukaresmi dan Pacet
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Sukaresmi