• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops Versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops Versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU

(

Gyrinops versteegii

(Gilg) Domke)

MELALUI TEKNIK EX VITRO

CITRA BETRIANINGRUM

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

Halaman Persembahan

Tulisan ini Ku dedikasikan untuk kedua orang tua dan kakak ku. Atas Segala Kasih Sayang yang selalu menjadi sumber semangat dan kebanggaan.

(3)

RINGKASAN

CITRA BETRIANINGRUM. E34104031. Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro. Dibimbing oleh EDHI SANDRA dan WA ODE HAMSINAH BOLU.

Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton, namun eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali telah mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan dan untuk mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) yang optimal bagi pertumbuhan perakaran eksplan pucuk G.versteegii melalui teknik ex vitro. Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh informasi tentang media tumbuh yang sesuai dan konsentrasi hormon yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan pucuk G.versteegii (Gilg) Domke, sehingga dapat diterapkan guna mendukung pelestarian plasma nutfah.

Dalam pelaksanaan penelitian, alat yang digunakan box mika, aqua gelas 240 ml, cutter, gunting tanaman, sungkup, paranet, papan iris, steples, speryer, dan kertas label. Bahan yang digunakan antara lain eksplan pucuk G.versteegii, hormon IBA (400, 450, 500, 550, 600 ppm), Vitamin B1, bakterisida, fungisida, media (tanah, pasir, dan kompos), Antracol, zat perekat, CaCo3. Semua eksplan yang sudah direndam pada larutan (vitamin B1, sterilisasi, dan hormon dengan berbagai konsentrasi), serta dioles dengan pasta pada bagian pangkal eksplan, langsung ditanam pada masing-masing media (tanah tunggal, pasir tunggal, dan campuran tanah-pasir-kompos) yang sudah dimasukkan pada box mika. Selanjutnya box ditutup rapat dan disteples, kemudian simpan dalam sungkup.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah presentase hidup pada perlakuan sebesar 66,67%, sedangkan pada kontrol sebesar 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan hormon berpengaruh pada presentase hidup eksplan. Pertumbuhan tinggi pada eksplan sangat dipengaruhi oleh jenis media. Sedangkan hormon sangat berpengaruh terhadap perakaran. Persentase berakar pada perlakuan hormon sebesar 61,78% dan pada kontrol sebsesar 53,33%. Dilihat dari persentase berakar berdasarkan konsentrasi hormon, yang paling tinggi pada konsentrasi 550 ppm yaitu 14,22%. Namun, tidak jauh berbeda dengan konsentrasi 450 ppm dengan persentase berakarnya sebesar 13,11%.

Dari hasil sebelumnya dapat disimpulkan bahwa komposisi media yang baik untuk pertumbuhan eksplan gaharu adalah media tanah dengan persentase hidup 89,33%. Sedangkan hormon yang optimal untuk perakaran eksplan pucuk gaharu adalah dengan konsentrasi 550 ppm. Namun konsentrasi 450 ppm juga baik untuk perakaran, walaupun tidak seoptimal konsentrasi 550 ppm. Tetapi konsentarsi hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya.

(4)

SUMMARY

CITRA BETRIANINGRUM. E34104031. Study of Explan Growth Gaharu Sprout (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Trhoug a Technique of Ex Vitro. Under Supervision EDHI SANDRA and WA ODE HAMSINAH BOLU.

In the year 1985, amount export of the gaharu Indonesia reach about 1487 ton, but exploit the tropical experienced forest and gaharu hunt which do not in control have resulted the species-species of gaharu become the rareness. As for this research target is to get the appropriate material composition for the growth of explan and to get the hormone concentration grow the IBA (Indole Butyric Acid) optimal for growth of root the eksplan sprout G. versteegii of through technique of ex vitro. Assorted of material grow and various concentration of IBA hormone can yield the growth which different each other, knowable so that composition of material and best hormone concentration for the growth of explan of gaharu sprout by ex vitro. Expected from this research result is obtained by information of about material grow appropriate and best hormone concentration for the growth of explan of sprout G.Versteegii (Gilg) Domke, applicable to so that utilize to support the continuation of plasma nutfah.

In research implementation, appliance used : box mica, glass aqua 240 ml, cutter, cut the crop, mulch, paranet, board slice, steples, speryer, and lable paper. Substance used by for example explan of sprout Gyrinops versteegii, IBA hormone ( 400, 450, 500, 550, 600 ppm), growquick, benstar 50 WP, agrept 20 WP, material (land, sand, and compost), antracol, agristik, calcium carbonate. All eksplan is soaked at condensation (vitamin B1, sterilization, and hormone by various concentration), and also pasta oles of shares of jetty explan, direct planted each material (single land, single sand, and mixture land-sand-compost) is entered at box mica. Call a meeting to order and disteples and keep in mulch.

Result of research the obtained percentage live equal treatment to 66,67%, while at control equal to 83,33%. This matter indicate that living of hormone not have an in with percentage live explan. High growth explan is also influenced by media type. While hormone very having an effect on to root. Seen from percentage take root pursuant to hormone concentration, concentration highest 550 ppm that is 95,52%. But, not far different from concentration 450 ppm with percentage take root to equal 95,16%. If evaluated from level of fifth concentration hormone, all concentration represent optimal concentration for the root of gaharu explan

From previous result can be concluded that media composition which good to growth of gaharu explan is ground land single media with percentage live 89,33%. While hormone which optimal for the root of gaharu explan with concentration 550 ppm. But concentration 450 ppm also good to root, although not as optimal as concentration 550 ppm. But 450 ppm hormone concentration this can be efficient expense.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro adalah benar-benar hasil dari karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

(6)

Judul Penelitian : Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro

Nama : Citra Betrianingrum

NIM : E34104031

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ketua,

Ir. Edhi Sandra, M.Si NIP. 132 055 229

Anggota,

Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, M.Sc NIP. 680 003 228

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan. Penelitian dilaksankan pada bulan Agustus-Oktober 2008, yang berjudul ”Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu dan kakak tercinta yang telah memberi doa, dorongan, dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, MSc, yang telah membimbing dan memberi masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, ungkapan penghargaan ditujukan kepada Bapak Drs. Minaldi yang telah membimbing penulis dalam berbagai kegiatan teknis lapang selama penulis melaksanakan penelitian, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Harun dari Kebun Raya Bogor yang telah membantu dalam penyediaan eksplan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Bogor, Januari 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muara Bungo pada tanggal 28 Desember 1986 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Rum Herayitno (ayah) dan Hj.Elizabet (ibu). Penulis telah lulus dari SMU N 3 Solok, pada tahun 2004. Dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di dalam organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Himakova tahun kepengurusan 2005-2006, dan penulis bergabung dalam Kelompok Pemerhati Flora (KPF). Penulis menajabat sebaga sekretaris dalam kegiatan EXPO Himakova yang dilaksanakan pada bulan Mei 2007. Pada bulan Juli-Agustus 2007 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Hutan di Baturraden dan Cilacap, serta Praktek Pengelolaan Hutan yang dilaksanakan di Getas, Jawa Timur. Bulan Februari tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis berupa Skripsi yang berjudul “Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro “ ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta (Rum Herayitno dan Hj. Elizabet) dan kakak tersayang (Suci Betrianingrum dan Yusra) atas doa, dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi. Selain itu, kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penelitian Skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan ungkapan rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas segala fasilitas dan kesempatan belajar bagi penulis selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni MSc.F. selaku ketua Departemen Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan dorongan dan semangat.

3. Ibu Dr. Lina Karlina, S.Hut, M.ScF dari Departemen Hasil Hutan dan Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda , M.Sc dari Departemen Silvikultur sebagai dosen penguji dan telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis.

(10)

5. Sahabat yang selalu bersama penulis (Rofa, Denny, Heru K,) dan teman-teman PKLP Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Okta, Ari, Dwi, Aan, Rofa, dan Nira).

6. Seluruh staf KPAP Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata khususnya ibu Evan dan ibu Titin.

7. Kepada pihak Biotek, khususnya: Drs. Minaldi, Pak Pramono, Pak Wahyu, Bu Karianti, Mas Yusuf, Mas Alkindi, Mas Dwi H, Pak Parjo, Mas Firman, Mas Hilman dan Mas Hendrik.

8. Semua teman-teman KSH 41 atas segala kebersamaan mengejar studi, khususnya: Hermi, Yandi, Oki, Tice, Ivan, Zulfan, Ucenk, Tikul, Toa. Semoga kita dapat meraih segala cita-cita dan dapat bertemu lagi disuatu waktu.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi dan penyajian. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(11)

KAJIAN PERTUMBUHAN EKSPLAN PUCUK GAHARU

(

Gyrinops versteegii

(Gilg) Domke)

MELALUI TEKNIK EX VITRO

CITRA BETRIANINGRUM

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(12)

Halaman Persembahan

Tulisan ini Ku dedikasikan untuk kedua orang tua dan kakak ku. Atas Segala Kasih Sayang yang selalu menjadi sumber semangat dan kebanggaan.

(13)

RINGKASAN

CITRA BETRIANINGRUM. E34104031. Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro. Dibimbing oleh EDHI SANDRA dan WA ODE HAMSINAH BOLU.

Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton, namun eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali telah mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan dan untuk mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) yang optimal bagi pertumbuhan perakaran eksplan pucuk G.versteegii melalui teknik ex vitro. Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh informasi tentang media tumbuh yang sesuai dan konsentrasi hormon yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan pucuk G.versteegii (Gilg) Domke, sehingga dapat diterapkan guna mendukung pelestarian plasma nutfah.

Dalam pelaksanaan penelitian, alat yang digunakan box mika, aqua gelas 240 ml, cutter, gunting tanaman, sungkup, paranet, papan iris, steples, speryer, dan kertas label. Bahan yang digunakan antara lain eksplan pucuk G.versteegii, hormon IBA (400, 450, 500, 550, 600 ppm), Vitamin B1, bakterisida, fungisida, media (tanah, pasir, dan kompos), Antracol, zat perekat, CaCo3. Semua eksplan yang sudah direndam pada larutan (vitamin B1, sterilisasi, dan hormon dengan berbagai konsentrasi), serta dioles dengan pasta pada bagian pangkal eksplan, langsung ditanam pada masing-masing media (tanah tunggal, pasir tunggal, dan campuran tanah-pasir-kompos) yang sudah dimasukkan pada box mika. Selanjutnya box ditutup rapat dan disteples, kemudian simpan dalam sungkup.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah presentase hidup pada perlakuan sebesar 66,67%, sedangkan pada kontrol sebesar 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan hormon berpengaruh pada presentase hidup eksplan. Pertumbuhan tinggi pada eksplan sangat dipengaruhi oleh jenis media. Sedangkan hormon sangat berpengaruh terhadap perakaran. Persentase berakar pada perlakuan hormon sebesar 61,78% dan pada kontrol sebsesar 53,33%. Dilihat dari persentase berakar berdasarkan konsentrasi hormon, yang paling tinggi pada konsentrasi 550 ppm yaitu 14,22%. Namun, tidak jauh berbeda dengan konsentrasi 450 ppm dengan persentase berakarnya sebesar 13,11%.

Dari hasil sebelumnya dapat disimpulkan bahwa komposisi media yang baik untuk pertumbuhan eksplan gaharu adalah media tanah dengan persentase hidup 89,33%. Sedangkan hormon yang optimal untuk perakaran eksplan pucuk gaharu adalah dengan konsentrasi 550 ppm. Namun konsentrasi 450 ppm juga baik untuk perakaran, walaupun tidak seoptimal konsentrasi 550 ppm. Tetapi konsentarsi hormon 450 ppm ini dapat mengefisienkan biaya.

(14)

SUMMARY

CITRA BETRIANINGRUM. E34104031. Study of Explan Growth Gaharu Sprout (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Trhoug a Technique of Ex Vitro. Under Supervision EDHI SANDRA and WA ODE HAMSINAH BOLU.

In the year 1985, amount export of the gaharu Indonesia reach about 1487 ton, but exploit the tropical experienced forest and gaharu hunt which do not in control have resulted the species-species of gaharu become the rareness. As for this research target is to get the appropriate material composition for the growth of explan and to get the hormone concentration grow the IBA (Indole Butyric Acid) optimal for growth of root the eksplan sprout G. versteegii of through technique of ex vitro. Assorted of material grow and various concentration of IBA hormone can yield the growth which different each other, knowable so that composition of material and best hormone concentration for the growth of explan of gaharu sprout by ex vitro. Expected from this research result is obtained by information of about material grow appropriate and best hormone concentration for the growth of explan of sprout G.Versteegii (Gilg) Domke, applicable to so that utilize to support the continuation of plasma nutfah.

In research implementation, appliance used : box mica, glass aqua 240 ml, cutter, cut the crop, mulch, paranet, board slice, steples, speryer, and lable paper. Substance used by for example explan of sprout Gyrinops versteegii, IBA hormone ( 400, 450, 500, 550, 600 ppm), growquick, benstar 50 WP, agrept 20 WP, material (land, sand, and compost), antracol, agristik, calcium carbonate. All eksplan is soaked at condensation (vitamin B1, sterilization, and hormone by various concentration), and also pasta oles of shares of jetty explan, direct planted each material (single land, single sand, and mixture land-sand-compost) is entered at box mica. Call a meeting to order and disteples and keep in mulch.

Result of research the obtained percentage live equal treatment to 66,67%, while at control equal to 83,33%. This matter indicate that living of hormone not have an in with percentage live explan. High growth explan is also influenced by media type. While hormone very having an effect on to root. Seen from percentage take root pursuant to hormone concentration, concentration highest 550 ppm that is 95,52%. But, not far different from concentration 450 ppm with percentage take root to equal 95,16%. If evaluated from level of fifth concentration hormone, all concentration represent optimal concentration for the root of gaharu explan

From previous result can be concluded that media composition which good to growth of gaharu explan is ground land single media with percentage live 89,33%. While hormone which optimal for the root of gaharu explan with concentration 550 ppm. But concentration 450 ppm also good to root, although not as optimal as concentration 550 ppm. But 450 ppm hormone concentration this can be efficient expense.

(15)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro adalah benar-benar hasil dari karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

(16)

Judul Penelitian : Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro

Nama : Citra Betrianingrum

NIM : E34104031

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Ketua,

Ir. Edhi Sandra, M.Si NIP. 132 055 229

Anggota,

Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, M.Sc NIP. 680 003 228

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan. Penelitian dilaksankan pada bulan Agustus-Oktober 2008, yang berjudul ”Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak, ibu dan kakak tercinta yang telah memberi doa, dorongan, dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, MSc, yang telah membimbing dan memberi masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, ungkapan penghargaan ditujukan kepada Bapak Drs. Minaldi yang telah membimbing penulis dalam berbagai kegiatan teknis lapang selama penulis melaksanakan penelitian, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Harun dari Kebun Raya Bogor yang telah membantu dalam penyediaan eksplan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Bogor, Januari 2009

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muara Bungo pada tanggal 28 Desember 1986 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Rum Herayitno (ayah) dan Hj.Elizabet (ibu). Penulis telah lulus dari SMU N 3 Solok, pada tahun 2004. Dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di dalam organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Himakova tahun kepengurusan 2005-2006, dan penulis bergabung dalam Kelompok Pemerhati Flora (KPF). Penulis menajabat sebaga sekretaris dalam kegiatan EXPO Himakova yang dilaksanakan pada bulan Mei 2007. Pada bulan Juli-Agustus 2007 penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Hutan di Baturraden dan Cilacap, serta Praktek Pengelolaan Hutan yang dilaksanakan di Getas, Jawa Timur. Bulan Februari tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat.

(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis berupa Skripsi yang berjudul “Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) melalui Teknik Ex vitro “ ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta (Rum Herayitno dan Hj. Elizabet) dan kakak tersayang (Suci Betrianingrum dan Yusra) atas doa, dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi. Selain itu, kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi dan Ibu Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penelitian Skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan ungkapan rasa hormat kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor atas segala fasilitas dan kesempatan belajar bagi penulis selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni MSc.F. selaku ketua Departemen Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan dorongan dan semangat.

3. Ibu Dr. Lina Karlina, S.Hut, M.ScF dari Departemen Hasil Hutan dan Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda , M.Sc dari Departemen Silvikultur sebagai dosen penguji dan telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi penulis.

(20)

5. Sahabat yang selalu bersama penulis (Rofa, Denny, Heru K,) dan teman-teman PKLP Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Okta, Ari, Dwi, Aan, Rofa, dan Nira).

6. Seluruh staf KPAP Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata khususnya ibu Evan dan ibu Titin.

7. Kepada pihak Biotek, khususnya: Drs. Minaldi, Pak Pramono, Pak Wahyu, Bu Karianti, Mas Yusuf, Mas Alkindi, Mas Dwi H, Pak Parjo, Mas Firman, Mas Hilman dan Mas Hendrik.

8. Semua teman-teman KSH 41 atas segala kebersamaan mengejar studi, khususnya: Hermi, Yandi, Oki, Tice, Ivan, Zulfan, Ucenk, Tikul, Toa. Semoga kita dapat meraih segala cita-cita dan dapat bertemu lagi disuatu waktu.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi dan penyajian. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Gaharu ... 4

2.1.1 Taksonomi ... 4

2.1.2 Morfologi ... 4

2.1.3 Penyebaran dan Habitat Gaharu ... 5

2.1.4 Pemanfaatan ... 5

2.1.5 Status Tumbuhan ... 6

2.2 Perbanyakan secara Vegetatif ... 7

2.2.1 Definisi Stek ... 8

2.2.2 Faktor yang Berpengaruh dalam Pertumbuhan Stek ... 9

2.3 Zat Pengatur Tumbuh ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.2Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.3Prosedur Penelitian... 14

(22)

3.3.1.1 Pengambilan Eksplan ... 14 3.3.1.2 Pembuatan Media ... 15 3.3.1.3 Pembuatan ZPT ... 15 3.3.2 Penanaman ... 15 3.3.2.1 Media ... 15 3.3.2.2 Sterilisasi Eksplan ... 15 3.3.2.3 Penanaman Eksplan... 16 3.3.3 Pemeliharaan ... 16 3.3.4 Pengamatan dan pengambilan data ... 16 3.3.4.1 Tinggi ... 16 3.3.4.2 Persentase hidup eksplan Gyrinops versteegii ... 16 3.3.4.3 Jumlah dan panjang akar ... 17 3.3.4.4 Persentase yang berakar ... 17 3.3.5 Analisis Data ... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Media Perakaran ... 20 4.1.1 Pengaruh Jenis Media Terhadap Persen Esplan Hidup ... 21 4.1.2 Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Pucuk Eksplan ... 29 4.2Konsentrasi Hormon IBA terhadap Perakaran ... 34

4.2.1 Persentase eksplan yang berakar ... 35 4.2.2 Jumlah akar eksplan Gyrinops versteegii (Gilg) Domke ... 41 4.2.2.1. Jumlah Akar Primer (JAP) ... 41 4.2.2.2 Panjang Akar Primer (PAP) ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 48 5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ...49

(23)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Persentase jumlah eksplan yang hidup pada perlakuan dengan

hormon dan tanpa hormon (kontrol) ... 21 2. Rekapitulasi kemampuan hidup eksplan G. versteegii selama

10 minggu ... 22 3. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase hidup

eksplan pucuk G.versteegii ... 26 4. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase hidup stek Estimasi kepadatan populasi orangutan ... 26 5. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon terhadap persentase hidup stek yang memberikan pengaruh terbesar ... 27 6. Jenis dan kandungan unsur hara dalam kompos ... 31 7. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap pertambahan tinggi

eksplan pucuk G.versteegii ... 33 8. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap pertambahan

tinggi Eksplan ... 34

9. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase berakar eksplan pucuk Gyrinops versteegii ... 39 10. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) hormon terhadap

persentase berakar eksplan ... 39 11. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon

terhadap persentase berakar stek yang memberikan pengaruh terbesar ... 40 12. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap jumlah akar primer

(24)

13. Uji Duncan hormon terhadap jumlah akar primer (JAP) eksplan pucuk G. versteegii ... 43

14. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon terhadap JAP eksplan yang memberikan pengaruh terbesar ... 44 15. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap PAP ... 45 16. Uji Duncan jenis media terhadap persentase hidup eksplan ... 46 17. Rekapitulasi pengaruh media dan hormon untuk berbagai parameter ... 47 18. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh media dan hormon untuk setiap

(25)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gyrinops versteegii (dok. Citra, 2008) . ... 4 2. Eksplan yang terserang jamur ... 22 3. Jumlah eksplan hidup per media tanam ... 23 4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2 .. 24 5. Pucuk yang tumbuh pada media campuran ... 30 6. Rata-rata tinggi eksplan berdasarkan ulangan waktu pengamatan

(a) perlakuan tanah, (b) perlakuan pasir, (c) perlakuan media campuran ....32 7. Persentase berakar ekspal berdasarkan konsentrasi hormon ...36 8. Persentase eksplan berakar berdasarkan jenis media ...37 9. Persentase berakar pada kontrol ...37 10. Diagram pengaruh jenis media dan hormon terhadap persen eksplan

berakar Gyrinops versteegii ...38 11. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap JAP eksplan pucuk

Gyrinops versteegii ...42

12. Diagram pengaruh media dan hormon terhadap PAP eksplan pucuk

Gyrinops versteegii ...45

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Jumlah eksplan hidup pada perlakuan ... 52 2. Jumlah eksplan hidup pada kontrol ... 52 3. Tinggi eksplan dengan perlakuan hormon ... 53 4. Tinggi eksplan tanpa perlakuan hormon (kontrol) ... 54 5. Jumlah eksplan yang berakar pada perlakuan ... 54 6. Jumlah eksplan yang berakar pada kontrol ... 55 7. Rekapitulasi jumlah akar dan rata-rata panjang akar pada perlakuan

hormon ... 56 8. Rata-rata jumlah akar pada perlakuan ... 64 9. Rata-rata jumlah akar pada kontrol ... 64 10. Rekapitulasi jumleh eksplan yang mengalami rontok daun pada

(27)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah produsen gaharu terbesar di dunia dan menjadi tempat tumbuh endemik beberapa species gaharu komersial (Situmorang dan Yupi, 2006). Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton, namun eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali telah mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Sejak saat itu ekspor gaharu dibatasi oleh kuota yaitu hanya 250 ton/tahun. Namun sejak tahun 2000, total ekspor gaharu dari Indonesia terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota CITES. Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan semua pohon gaharu (Aquilaria spp. dan Gyrinops spp., penghasil utama gaharu) dimasukkan dalam Apendix II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok. Gaharu mambutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan regenerasi. Dilihat perbandingannnya lebih besar permintaan dibandingkan pertumbuhan gaharu itu sendiri. Karena kekhawatiran akan punahnya species gaharu di Indonesia, maka sejak tahun 2005 Departemen Kehutanan telah menurunkan kuota ekspor menjadi hanya 125 ton/tahun.

Gaharu merupakan salah satu jenis flora yang memiliki berbagai manfaat dan komoditas elit hasil hutan bukan non kayu (HHBK) karena bernilai tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat. Menurut Sumarna (2007), jenis ini banyak diminati karena mengandung damar wangi berupa oleoresin yang akan mengeluarkan aroma khas bila dibakar.

(28)

Kurangnya pengetahuan dalam membedakan pohon berisi dan tidak berisi gubal gaharu mengakibatkan masyarakat pemungut gaharu menebang pohon secara spekulatif. Pohon gaharu yang telah ditebang ternyata tidak mengandung gaharu setelah dikupas dan dicacah, kemudian akan diterlantarkan begitu saja. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus dan tidak adanya upaya pelestarian ataupun kebijakan tentang pemanenan gaharu, maka populasi gaharu akan semakin terancam punah.

Untuk mengatasi kelangkaan, dibutuhkan upaya konservasi melalui kegiatan pemanfaatan secara lestari dan pelestarian jenis beserta ekosistemnya. Alasan lain untuk dilakukannya upaya konservasi gaharu adalah substansi aromatik yang terkandung dalam gubal gaharu ini termasuk dalam golongan sesquiterpena. Substansi ini memiliki struktur kimia yang sangat spesifik, sehingga sampai saat ini belum dapat dibuat secara sintetis.

Dalam upaya pelestarian plasma nutfah jenis gaharu dilakukan dengan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan gaharu dengan menggunakan cara generatif masih belum optimal, karena di Indonesia belum tersedia kebun induk pohon penghasil biji gaharu yang terpelihara dengan baik yang disiapkan oleh pemerintah, pengusaha, maupun oleh masyarakat. Upaya pelestarian gaharu dapat dilakukan dengan kegiatan in vitro dan ex vitro. Selain untuk mempertahankan kelestarian gaharu, konservasi plasma nuftah gaharu baik secara in vitro maupun ex vitro juga akan memberikan peluang dihasilkannya bibit unggul.

Ex vitro merupakan salah satu kegiatan dalam pelestarian jenis dengan cara

(29)

bahan tanam dapat disediakan dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, sehingga dapat mendukung pelestarian plasma nutfah gaharu.

Kegiatan ex vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Dalam kajian ini akan dititik beratkan pada faktor eksternal yaitu konsentrasi zat pengatur tumbuh dan media yang digunakan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendapatkan komposisi media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan pucuk Gyrinops versteegii melalui teknik ex vitro.

2. Mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) yang optimal bagi pertumbuhan perakaran eksplan pucuk Gyrinops versteegii melalui teknik ex vitro.

1.3 Hipotesis

Kajian pertumbuhan eksplan pucuk dari jenis Gyrinops versteegii pada berbagai macam media tumbuh dan berbagai konsentrasi hormon IBA dapat menghasilkan pertumbuhan yang berbeda-beda.

1.4 Manfaat

Dapat memberikan informasi tentang media tumbuh yang sesuai dan informasi konsentrasi hormon yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan pucuk Gyrinops versteegii, sehingga dapat diterapkan guna mendukung pelestarian plasma

(30)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaharu

2.1.1 Taksonomi

Menurut Gilg (1932), taksonomi dari jenis gaharu ini adalah: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiospermae Class : Dicotyledone

Sub-Class : Magnoliopsida Famili : Thymelaeaceae Genus : Gyrinops

Species :Gyrinops versteegii (Gilg) Domke

Gambar 1. Gyrinops versteegii (dok. Citra, 2008)

2.1.2 Morfologi

Jenis tumbuhan penghasil gaharu dari famili Thymelaeaceae memiliki ciri dan sifat morfologis yang relatif sama.Tumbuhan ini biasanya berupa semak belukar atau pohon kecil, selalu hijau atau berganti daun setiap tahun. Pertulangan daun berbentuk alternate, oposite dengan ujung daun berbentuk runcing. Tumbuhan ini merupakan

jenis tumbuhan biseksual dan kadang-kadang dioecious. Susunan bunga di tangkai atau subterminal lebih sering berupa susunan axillary dan kadang-kadang berupa susunan brachyblasts, sessile atau pedunculate, yang pada dasarnya racemose. Susunan bunga berupa capitate, spicate, umbelliform, atau fascicled. Bunga pada umumnya actinomorphic, biseksual atau uniseksual dan kebanyakan dioecious, bracteate (daun kecil pada bunga yang membentuk suatu involucre atau ebracteate,

(31)

berbentuk caducous, namun kadang-kadang circumscissile atau gigih, atau juga berbentuk seperti cuping yang menutupi. Benang sari berjumlah 2 atau lebih dan pada umumnya sebanding dengan jumlah kelopak. Kepingan hypognous pada umumnya mengarah ke dasar indung telur, seperti mengelupas, cup-shaped atau berbentuk gelang. Indung telur superior terdiri dari 1 atau 2 lokus, sessile atau ovules solitary pada setiap lokus. Buah kebanyakan berbentuk indehiscent atau gemuk,

sedangkan pada Aquilaria berbentuk suatu loculicidal kapsule. Benih dengan atau tanpa endosperm, embrio lurus atau langsung.

Phloem berisi serat yang sangat kuat, menjadikan jenis ini sangat baik sebagai pelapis kertas untuk menghasilkan kertas dengan kualitas terbaik. Kebanyakkan jenis adalah beracun dan beberapa bersifat medicinally yang dapat digunakan sebagai obat.

2.1.3 Penyebaran dan Habitat

Penyebaran gaharu di Indonesia antara lain terdapat di kawasan hutan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, dan Jawa. Secara ekologis jenis-jenis gaharu di Indonesia tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 – 2400 mdpl. Umumnya gaharu yang memiliki kualitas sangat baik, tumbuh pada daerah beriklim panas dengan suhu 28o – 34o C, kelembaban 60% - 80%, dengan curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun (Sumarna, 2007).

Gaharu dapat tumbuh baik pada kondisi tanah yang beragam. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan struktur dan tekstur yang subur, sedang, maupun ekstrem. Tumbuhan ini pun dapat dijumpai pada kawasan hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah, atau hutan pegunungan dengan tekstur tanah berpasir.

2.1.4 Pemanfaatan

Berdasarkan hasil analisis kimia, gaharu memiliki enam komponen utama berupa furanoid sesquiterpene, di antaranya adalah a-agarofuran, b-agarofuran, dan agarospirol. Komponen minyak atsiri yang dikeluarkan gaharu berupa

(32)

Gaharu mengeluarkan aroma keharuman yang khas, dimanfaatkan untuk bahan baku industri parfum, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris. Pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk produk bahan baku, yaitu bahan kayu bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang sudah terkubur. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi industri, gaharu pun bukan hanya bermanfaat sebagai bahan industri pengharum, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Dari hasil penelitian yang ada, gaharu dikenal mampu mengobati penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang usus, rhematik, tumor dan kanker (Anonim, 2003). Beberapa negara seperti Singapura, Cina, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat sudah mengembangkan gaharu tersebut sebagai bahan obat-obatan, seperti penghilang stres, gangguan ginjal, sakit perut, asma, hepatitis, sirosis, pembengkakan liver dan limfa, bahan antibiotika untuk TBC, reumatik, kanker, malairia, serta radang lambung. Di Papua gaharu sudah digunakan secara tradisional oleh masyarakatnya untuk pengobatan. Daun, kulit batang, dan akar digunakan sebagai bahan pengobatan malaria. Sementara air sulingan (limbah dari proses destilasi gaharu untuk menghasilkan minyak atsiri) sangat bermanfaat untuk merawat wajah dan menghaluskan kulit (Sumarna, 2007).

2.1.5 Status Tumbuhan

Aquilaria dan Gyrinops adalah dua genus dari famili Thymelaeceae yang

dikenal sebagai penghasil gaharu yang tumbuh dan tersebar di Indonesia. Eksploitasi yang tak terkendali telah mengancam kelestarian kedua kelompok tumbuhan tersebut. Oleh karena itu, upaya perlindungan telah dilakukan dengan memasukkan A. malaccensis, jenis penghasil gaharu utama di Indonesia, kedalam daftar Appendix II

CITES (Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) pada bulan November 1994. Selanjutnya, pada Oktober 2004 menyusul

Gyrinops spp, dimasukkan dalam daftar tersebut.

(33)

sebagai respon terhadap ancaman penebangan secara berlebihan terhadap berbagai jenis pohon penghasil gaharu. Namun dewasa ini, kemampuan untuk menjangkau jumlah kuota yang diijinkan semakin menurun akibat kelangkaan gaharu akibat pemanenan yang berlebihan.

2.2 Perbanyakan secara Vegetatif

Menurut Darmawan dan Baharsjah (1983), pembiakan vegetatif merupakan perbanyakkan tanaman tanpa melibatkan proses perkawinan dan dapat mempertahankan sifat-sifat asli induknya. Selanjutnya menurut Sumarna (2007), perbanyakkan vegetatif merupakan cara perbanyakkan dengan memanfaatkan bagian dari tanaman induk seperti tunas, cangkok dan stek pucuk.

Harahap (1972) menyatakan bahwa secara garis besar, pembiakan vegetatif dibagi dua, antara lain:

3. Allelovegetative propagation, merupakan pembiakan vegetatif dari dua jenis genotif yang berbeda seperti pada sambungan dan okulasi.

4. Autovegetative propagation, merupakan pembiakan genotif yang sama seperti kegiatan cangkok dan stek.

Kegiatan perbanyakkan secara vegetatif dapat mengantisipasi kendala yang timbul dari perbanyakkan yang dilakukan secara generatif. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), banyak tumbuhan tidak memiliki sifat yang sama ataupun menyerupai sifat induknya apabila dibiakkan dengan biji. Selain itu, alasan lain dilakukannya perbanyakkan secara vegetatif adalah:

1. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang memiliki biji namun sulit untuk berkecambah.

2. Tumbuhan yang menghasilkan biji dalam jumlah yang sedikit bahkan tidak menghasilkan biji.

3. Tumbuhan yang tumbuh dari akar-akar pohon induk, akan lebih rentan terhadap hama dan penyakit.

(34)

5. Tumbuhan akan memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap hama dan penyakit bila disambungkan.

6. Pembiakan secara vegetatif untuk jenis-jenis tertentu akan lebih ekonomis.

Perbanyakkan secara vegetatif (asexual propagation) merupakan perbanyakkan dari bagian-bagian vegetatif tumbuhan. Setiap sel tumbuhan mempunyai informasi genetik yang berguna untuk membentuk individu tumbuhan yang lengkap. Perbanyakkan ini dapat terjadi melalui bakal akar dan tunas atau melalui bakal akar, batang, daun dan tunas atau melalui penyatuan bagian vegetatif seperti pada grafting dan okulasi (Hartman dan Kester, 1983).

Supriyanto (1997), menyatakan bahwa perbanyakkan vegetatif memiliki keuntungan-keuntungan, antara lain:

1. Secara genetik, bibit yang dihasilkan memiliki sifat keturunan yang sama dengan sifat induknya.

2. Tumbuhan yang diperbanyak secara vegetatif lebih cepat berbuah. 3. Tidak tergantung terhadap musim.

4. Dapat diperbanyak dalam jumlah besar.

5. Dapat dikombinasikan dengan jenis tumbuhan yang lain.

2.2.1 Definisi Stek

Perbanyakkan secara vegetatif dapat dilakukan berbagai kegiatan yaitu stek (cutting), cangkok (layering), penempelan (budding), dan sambungan (grafting) (Soerianegara dan Djamhuri, 1979). Stek merupakan bagian dari tumbuhan dengan adanya titik tumbuh, yang dipotong atau pisahkan dari induknya dan kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Tjitrosoepomo, 2001). Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penyetekan merupakan suatu perlakukan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tumbuhan seperti batang, akar, daun dan tunas dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.

(35)

Bahan stek dipotong pada bagian dekat daun, karena di lokasi tersebut berkumpul banyak cadangan makanan. Hal ini memudahkan terbentuknya akar pada bagian tersebut. Pemotongan bahan stek sebaiknya menggunakan pisau yang tajam (Atjung, 1975).

Berdasarkan bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan stek, stek dapat dibedakan menjadi stek akar, stek batang, stek daun atau stek tunas daun, dan stek tunas atau stek mata tunas. Stek yang menggunakan batang sebagai bahan stek sangat menguntungkan karena mempunyai persediaan makanan yang memadai (Wattimena, 1988). Stek yang dilakukan pada bagian atas tumbuhan seperti stek pucuk, stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tumbuhan (Rochiman dan Harjadi, 1973; Hartmann dan Kester, 1983).

Adapun keuntungan perbanyakkan vegetatif melalui stek dapat menghasilkan tumbuhan yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya (Rochmin dan Harjadi, 1973). Namun permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan tumbuhan dengan cara stek meliputi berbagai macam aspek, diantaranya adalah pemilihan bahan stek, pemilihan bibit, jenis dan konsentrasi hormon yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimal, serta aplikasinya dalam penanaman di lapangan (Subiakto, 1988).

2.2.2 Faktor yang Berpengaruh dalam Pertumbuhan Stek

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) tanaman (Hartmann dan Kester, 1983).

Faktor Dalam

a. Jenis tanaman

(36)

b. Bahan stek

Faktor dari bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung didalamnya, ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek, bebas dari hama dan penyakit, serta umur pohon induk. Selain itu, kondisi bagian bahan stek yang akan digunakan untuk penanaman.

Faktor Luar

a. Suhu

Kisaran suhu yang baik untuk pembentukan perakaran adalah 21-270C. Setiap jenis akan mempunyai suhu yang berbeda-beda dalam kisaran 21-270C untuk merangsang pembentukan primordia masing-masing jenis. Temperatur media juga mempunyai pengaruh dalam pembentukan akar. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Tetapi pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum adalah 290 C, sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya berada pada suhu 240 C, karena pada temperatur ini pembelahan sel pada akar akan distimulir. Sedangkan menurut Smith dan Yasman (1987), suhu dan kelembaban yang baik untuk mendukung pertumbuhan eksplan dengan baik adalah 25oC – 28oC dengan kelembaban diusahakan stabil di atas 90%.

b. Media perakaran

Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan stek agar tetap berada pada tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek dan untuk membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek (Mahlstede dan Haber, 1957).

Menurut Hartmann dan Kester (1978), kriteria media yang baik adalah sebagai berikut :

1. Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang stek atau benih selama perkecambahan atau pertumbuhan

(37)

4. Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagai organisme penyebab penyakit

5. Tidak memiliki salinitas yang tinggi

6. Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek terhadap unsur-unsur penting bagi pertumbuhan stek

Media yang sering digunakan untuk stek antara lain dapat terdiri dari campuran dari tanah, pasir, gambut, sphagnum, vermiculite dan perlite. Perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Menurut Purwowidodo (1998), tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah lapisan atas banyak mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan menghisap dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik, presentase pembentukan akar pada stek lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik (Hartmann dan Kester, 1983).

Pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih sering. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik. Kekasaran dan sistem aerasi pasir harus diperhatikan, supaya dapat memberikan hasil yang baik (Yasman dan Smith, 1988).

c. Kelembaban udara

(38)

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), kelembaban udara termasuk salah satu faktor penting yang mempengaruhi stek sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, stek akan cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar.

d. Intensitas Cahaya

Cahaya dibutuhkan tanaman sebagai salah satu komponen dalam proses fotosintesis, untuk itu intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman akan menentukan keberhasilan stek. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan dengan pengaturan intensitas naungan.

e. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), selain faktor dalam dan faktor luar (lingkungan), faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah faktor pelaksanaan. Stek pada umumnya akan berakar bila ditanam pada musim dimana kelembaban udara cukup tinggi dan pada saat tak terjadi pertumbuhan karena pada masa ini tanaman banyak mengandung karbohidrat (Djamhuri et al, 1986). Pelaksanaan penyetekan, mulai dari pemotongan bahan stek, penanaman sampai pemeliharaan akan mempengaruhi keberhasilan stek. Selain itu dalam penyetekan dibutuhkan peralatan yang bersih dan steril sehingga memperkecil kemungkinan stek terserang oleh hama dan penyakit.

(39)

2.3. Zat Pengatur Tumbuh

Menurut Sinaga (1987), zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa-senyawa organik selain nutrisi tumbuhan, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, serta dapat mempengaruhi setiap proses fisiologis tumbuhan. Hormon tumbuhan (plant hormone) merupakan zat organik yang dihasilkan oleh tumbuhan atau buatan (hormon sintetis), yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju kebagian tanaman lainnya (Abidin, 1983).

Pemberian zat pengatur tumbuh ini dimaksudkan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar dalam stek batang dan stek pucuk. Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin. Jenis auksin yang sering digunakan untuk keperluan tersebut adalah IAA (Indole Asetat Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan NAA (Naftelenasetat). Jenis auksin yang dipergunakan secara luas dan merupakan bahan terbaik dibandingkan dengan jenis auksin lainnya adalah IBA (Hartmann dan Ketser, 1983). IAA memiliki kelebihan karena dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghalangi perkembangan serta pertumbuhan tunas-tunas tersebut. Di dalam praktek pemakaian, IBA dan NAA lebih stabil sifat kimianya dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah. Kelemahan NAA yaitu kisaran konsentrasi yang sempit, sehingga penggunaanya harus hati-hati agar konsentrasi optimum tidak terlampaui. IBA bersifat lebih baik dari pada IAA dan NAA, karena kandungan kimianya lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan relatif lebih lambat ditranslokasikan di dalam tanaman, sehingga memungkinkan memperoleh respon yang lebih baik terhadap perakaran stek (Kusumo, 1984).

(40)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), berlokasi di Kawasan PUSPIPTEK (Pusat Pengkajian Ilmu Penegtahuan dan Teknologi), Serpong, Tangerang, Provinsi Banten. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai Oktober 2008.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: a. Timbangan

Untuk bahan, yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Eksplan Gyrinops versteegii

b. Media (tanah, pasir, dan kompos) c. IBA (indole butyric acid) sintetic d. Aquadest

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan

3.3.1.1 Pengambilan eksplan

(41)

sehat dan berasal dari pohon gaharu yang sehat serta belum diinjeksi patogen untuk pembentukan gubal dari pohon gaharu tersebut.

3.3.1.2 Pembuatan Media

Media merupakan salah satu faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan eksplan. Pada kajian ini, campuran media yang akan digunakan adalah tanah, pasir dan kompos.

A1 : Tanah A2 : Pasir

A3 : Campuran tanah, pasir, dan kompos (1:1:1)

3.3.1.3Pembuatan ZPT

Zat pengatur tumbuh yang akan digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid) dengan konsentrasi 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm yang berupa cairan/larutan. Larutan yang telah dibuat, disimpan di dalam botol dan dibungkus dengan aluminium foil, simpan di dalam lemari pendingin.

3.3.2 Penanaman

3.3.2.1Media

Media yang digunakan dalam penanaman eksplan adalah tanah, pasir, dan kompos. Untuk media pertama menggunakan media tunggal yaitu media tanah. Wadah yang digunakan untuk penanaman adalah box mika, tanah diisi ke dalam box mika sebanyak setengah box atau enam kali aqua gelas yang berukuran 240 ml. Setelah itu, media baik tanah, pasir, dan campuran (tanah + pasir + kompos) disemprot dengan menggunakan antracol (bakterisida) hingga rata, tidak hanya dipermukaannya saja, melainkan sampai bagian bawah media. Selanjutnya mnenyiapkan lubang tanam sebanyak sepuluh lubang tiap boxnya.

3.3.2.2Sterilisasi Eksplan

(42)

anti jamur dan bakteri. Larutan tersebut merupakan campuran dari Benstar, Agristik, dan Agrept, perendaman eksplan di dalam larutan sterilan dilakukan selama 15 menit.

3.3.2.3Penanaman

Eksplan yang telah direndam di dalam larutan sterilan ditiriskan/dikering anginkan. Pilih eksplan dengan kondisi batang eksplan yang baik, direndam dalam larutan hormon 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm, masing-masing 30 eksplan untuk tiga box mika, dimana masing-masing box ditanam sepuluh eksplan. Eksplan direndam selama 15 menit. Selama perendaman, siapkan pasta kalsium karbonat (CaCO3), dan dalam pembuatan pasta tersebut pelarut yang digunakan masing-masing konsentrasi hormon.

Setelah 15 menit, eksplan ditanam pada media. Sebelum ditanam, bagian pangkal eksplan diolesi pasta hingga sayatan pada bagian pangkal eksplan tertutup. Kemudian eksplan ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia. Setelah itu eksplan dan media yang telah ditanam, disiram/disemprot dengan air hingga basah secara merata. Selanjutnya box mika ditutup dan disteples secara rapat, box tersebut disimpan di dalam sungkup plastik.

3.3.3Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan penyiraman pada lantai sungkup agar tetap lembab. Selain itu, dilakukan penyiangan untuk mengatasi gulma yang terdapat di dalam sungkup.

3.3.4Pengamatan dan Pengambilan Data

3.3.4.1 Tinggi

(43)

3.3.4.2 Jumlah eksplan yang hidup dan laju kematian

Keberhasilan tumbuh eksplan yang hidup diamati tiap dua minggu. Selain eksplan yang hidup, jumlah eksplan yang mati ataupun yang mengalami daun rontok juga diamati. Sehingga hasil akhir akan diperoleh data persentase hidup eksplan.

Setiap minggu terdapat eksplan yang mati, maka dapat dihitung laju kematian eksplan tiap minggunya dengan rumus:

3.3.4.3 Jumlah dan panjang akar

Parameter lain untuk mengkaji pertumbuhan eksplan adalah jumlah akar yang keluar dan pengukuran akar dari tiap eksplan. Pengukuran ini dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada pengamatan ke-5 (minggu ke-10).

3.3.4.4Persentase eksplan yang berakar

Pengamatan persentase berakar dilakukan pada minggu ke-10 (pengamatan ke-5). Dari jumlah eksplan yang hidup dapat, namun belum tentu memiliki akar. Maka, dapat dipersentasekan jumlah eksplan yang berakar dengan rumus:

3.3.5Analisis Data

Penelitian dengan menggunakan rancangan Percobaan Faktorial 3 x 5 dalam Rancangan Acak Kelompok. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut : Faktor A : Jenis media, terdiri dari :

A1 : Media berupa tanah A2 : Media berupa pasir

(44)

Faktor B : Konsentrasi hormon IBA, terdiri dari : B1 : IBA dengan konsentrasi 400 ppm B2 : IBA dengan konsentrasi 450 ppm B3 : IBA dengan konsentrasi 500 ppm B4 : IBA dengan konsentrasi 550 ppm B5 : IBA dengan konsentrasi 600 ppm

Jumlah yang digunakan sebanyak 3 kelompok, dengan tiap kelompok terdiri dari 150 eksplan, serta masing-masing perlakuan terdiri dari 10 eskplan. Dengan demikian jumlah eksplan yang digunakan sebanyak 450 eksplan. Pembagian kelompok ini berdasarkan atas jenis media perlakuan.

Menurut Yitnosumarto 1993, kondisi tempat/lokasi dapat dikatakan relatif sama, namun secara statistik homogenitas sulit dicapai karena tidak ada dua tempat yang berdekatan sekalipun memiliki persamaan seratus persen untuk berbagai keadaan baik fisik, kimia maupun kondisi lingkungannya.

Model statistik yang digunakan adalah :

Yij = µ + Rk + Ai + Bj + (AB)ij +Eijk

Rk = Pengaruh perbedaan kelompok

Ai = Pengaruh faktor A taraf ke-i Bj = Pengaruh faktor B taraf ke-j

(AB)ij = Interaksi antar faktor A taraf ke-i dengan faktor B taraf ke-j Eijk = Pengaruh acak (galat percobaan)

Hipotesa dalam uji F adalah sebagai berikut :

Ho : Perbedaan jenis media, dan konsentrasi hormon serta kombinasinya tidak akan berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup, tinggi, jumlah eksplan berakar, jumlah dan panjang akar primer

(45)

Pengambilan keputusan dengan uji F adalah : F hitung > F tabel : Terima H1

F hitung < F tabel : Terima Ho

Uji selanjutnya setelah H1 diterima yaitu dilakukan uji wilayah berganda Duncan (Gaspersz, 1994). Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun nilai tengah perlakuan dalam urutan menaik

2. Menghitung galat baku dari nilai tengah perlakuan percobaan dengan perlakuan-perlakuan untuk percobaan dengan perlakuan-perlakuan yang mempunayai ulangan yang sama : sỸ = (s2

/r)1/2 =(KTG/r)1/2, dimana s2 = nilai kuadrat tengah galat dan r adalah jumlah ulangan

3. Menghitung wilayah nyata terpendek untuk berbagai wilayah/ranges dari nilai tengah sebagai berikut : Rp = rp sỸ

(46)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan perakaran eksplan gaharu (G.versteegii) didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal dari bahan tanaman. Faktor internal dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, sedang faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan tumbuh. Bahasan ini menitikberatkan pada faktor eksternal, dalam hal ini komposisi media dalam pembentukan perakaran pada eksplan pucuk dan hormon IBA (Indole Butyric Acid) sebagai perangsang akar dengan beragam konsentrasi. Faktor eksternal lainnya,

yakni suhu dan kelembaban, juga berpengaruh dalam pembentukan perakaran. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menstimulasi berkembangnya bagian pucuk dorman, agar tumbuh dan dapat mendukung pertambahan tinggi eksplan.

4.1 Jenis Media Perakaran

Media tanam merupakan suatu media yang digunakan untuk menumbuhkan eksplan, serta sebagai tempat tumbuh atau berkembanganya akar atau bakal akar. Media tanam adalah faktor eksternal penting dalam pembentukan perakaran dan stimulasi berkembangnya pucuk. Akar-akar eksplan yang berkembang akan mengikat media, sehingga eksplan dapat berdiri kokoh di atas media. Media juga menyediakan bahan makanan atau unsur hara bagi eksplan tanaman yang akan diserap oleh akar dan didistribusikan ke seluruh bagian eksplan. Dari bahan makanan tersebut, eksplan akan tumbuh dan hidup dengan memproduksi bahan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.

(47)

digunakan untuk tempat tumbuh dan berkembangnya akar eksplan adalah masing-masing media tanah, media pasir, dan media yang terdiri atas campuran tanah, pasir dan kompos.

4.1.1 Pengaruh jenis media terhadap persentase eksplan yang hidup

Jenis media mempengaruhi persentase jumlah eksplan yang hidup. Pengaruh ini berbeda antara eksplan yang tanpa diberi hormon dan dengan perlakuan hormon. Tanpa perlakuan hormon, persentase eksplan hidup pada media tanah dan media pasir masing-masing sebesar 100%, sedang pada media campuran tanah, pasir dan kompos sebesar 50% (Tabel 1). Dengan pelakuan hormon, persentase eksplan hidup pada media tanah dan media pasir menjadi lebih rendah, berturut-turut sebesar 89,33% dan 33,33%. Hanya pada media campuran tanah, pasir dan kompos perlakuan hormon menunjukkan perbaikan persentase eksplan hidup lebih baik, yakni 77,33%.

Tabel 1. Persentase jumlah eksplan yang hidup tanpa hormon (kontrol) dan dengan perlakuan hormon berdasarkan jenis media

Media % hidup

Tanpa hormon Dengan Hormon

Tanah 100 89,33

Pasir 100 33,33

Tanah+pasir+kompos 50 77,33

(48)

Tabel 2. Rekapitulasi jumlah eksplan hidup selama 10 minggu

Keterangan: laju kematian eksplan adalah 15 eksplan per minggu dari 450 eksplan atau sekitar 3,33%

Jumlah kematian eksplansampai akhir pengamatan adalah 150 eksplan dari 450 eksplan dengan laju kematian sebesar 15 eksplan/minggu atau sekitar 3,33% per minggu (Tabel 2). Kematian lebih banyak terjadi pada media pasir dan terjadi juga hampir disetiap perlakuan (Lampiran 1). Kematian diawali dengan membusuknya bagian tanaman yang terluka oleh pemotongan pada tangkai daun dan kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman. Selain itu juga diawali dari pangkal eksplan yang bersentuhan langsung dengan media lalu menyebar ke seluruh bagian tanaman. Beberapa tanaman yang mati berwarna hitam seperti terbakar dan batang eksplan bagian luar ditumbuhi jamur.

Gambar 2. Eksplan yang terserang jamur

(49)

perlakuan hormon (100%) maupun dengan perlakuan hormon (89,33%). Pada Gambar 3 dapat dilihat jumlah eksplan hidup diberbagai media tanam secara keseluruhan pada perlakuan hormon. Jumlah eksplan hidup pada media tanah paling tinggi yaitu 134 eksplan.

Gambar 3. Jumlah eksplan hidup dalam berbagai media tanam perlakuan

Tanah merupakan media yang paling banyak digunakan sebagai media perakaran karena sudah mengandung butiran-butiran mineral, air, udara serta bahan organik. Menurut Purwowidodo (1998), tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah yang digunakan berjenis latosol merah yang kompak, memiliki tekstur halus dan pH 4,5 (bersifat asam). Tanah latosol memiliki kandungan besi (Fe) yang sangat tinggi, sehingga tanah ini berwarna merah. Selain itu, tanah latosol ini masuk ke dalam golongan tanah oxisol yang memiliki penampang tanah berwarna merah yang sangat dalam.

Tanah latosol merah ini memiliki drainase sedang dan bentuk wilayah yang berombak dengan punggung-punggung yang cembung dan berbahan induk Tuf andest. Jenis tanah yang memiliki aerasi dan drainase baik dapat mengatur kelembaban maupun suhu di dalam box mika pada tahap aklimatisasi/hardening-off. Selama 77 hari, eksplan yang ditanam dalam media tanah masih segar (Gambar 4).

134

50 116

Jumlah Hidup

Tanah

Pasir

(50)

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2

Salah satu syarat media tanam yang baik adalah bersifat remah. Media yang remah memiliki pori-pori dan tidak padat secara keseluruhan. Hal lain yang dimiliki oleh sifat remah ini adalah dapat membuang air yang berlebihan. Hal ini dibuktikan pada media ini memiliki jumlah eksplan hidup yang paling banyak (Gambar 3). Dalam tahap awal, eksplan yang ditanam pada media ini akan mengalami tahap adaptasi, yaitu dengan menggugurkan daun pada MST 2.

Pada umumnya tanah mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, sehingga disebut juga dengan tanah mineral atau tanah inorganik (mengandung 1-6 % bahan organik). Tanah mineral terdiri dari empat penyusun utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan erat. Jika eksplan yang ditanam pada tanah yang memiliki komposisi unsur-unsur diatas secara tepat, maka tanaman akan tumbuh dengan baik.

Jumlah eksplan yang paling kecil persentase hidupnya adalah pada jenis media pasir dengan perlakuan hormon, yakni 33,33%. Kebanyakan eksplan yang mati karena terjadi pembusukan. Pasir yang digunakan merupakan pasir berlempung, sehingga air tidak cepat menyebar/mengalir dan terjadi pengendapan pada dasar wadah penanaman. Hal ini menimbulkan perendaman pada bagian pangkal eksplan sampai akhirnya membusuk ke seluruh bagian eksplan. Perlu diketahui bahwa penyiraman dilakukan setiap dua minggu. Ukuran pasir yang terlalu kecil dan bertekstur halus memungkinkan untuk memperlambat aliran air sehingga terjadi pengendapan.

(51)

Bagian pangkal yang terendam larutan hormon menjadi pemicu terjadinya pembusukan eksplan. Pada eksplan tanpa perendaman hormon, persentase eksplan yang hidup mencapai 100%.

Dibandingkan dengan jenis media tanah, pasir memiliki pori-pori yang lebih sempit. Jika dibasahi, pasir akan memadat sehingga mempersempit ruang mengalir air. Selain memiliki kekurangan pada drainase, aerasi media pasir pun kurang baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Sumantri (1995) dalam penelitiannya, bahwa campuran tanah latosol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 belum mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi eksplan. Diduga karena terjadinya pemadatan media setelah penyiraman. Menurut Sumantri (1995) pemadatan akan mengurangi jumlah pori-pori sebagai tempat oksigen dalam media. Kurangnya kandungan udara di dalam media akan menghambat pergerakan dan penyerapan air serta unsur hara. Selain itu dapat menahan aktifitas mikroba tanah sehingga proses-proses biologis yang berhubungan dengan kesuburan tanah akan terhambat. Dilihat dari hasil penelitian pada minggu ke-2, eksplan pada media pasir sudah banyak yang mati dan masih mengalami kerontokan daun (Lampiran 10).

Media campuran tanah, pasir dan kompos dengan perlakuan hormon memiliki persentase hidup 77,33%. Media campuran ini memiliki semua yang dibutuhkan eksplan untuk melakukan pertumbuhan, baik untuk pertumbuhan akar maupun pertumbuhan pucuk. Unsur kompos meningkatkan hara mineral di dalam media untuk pertumbuhan eksplan. Unsur pasir dapat menjamin drainase dan aerasi yang baik, sedangkan pada unsur tanah memiliki sifat remah, sehingga memiliki pori-pori yang dapat mengatur air dan udara dalam media.

(52)

Hasil sidik ragam pada Table 3 menunjukan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang sangat nyata terhada persentase hidup eksplan. Interaksi diantara jenis media dengan pemberian hormon memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup eksplan, sedang pemberian hormon semata tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap kedua faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat persentase hidup eksplan, yaitu faktor jenis media dan interaksi diantara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada masing-masing tanaman, menunjukkan bahwa untuk faktor jenis media berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase hidup eksplan

A3 = Media Campuran (Tanah-Pasir-Kompos)

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa :

2

A A3 A1

10 23,2 26,8

Gambar

Tabel 1. Persentase jumlah eksplan yang hidup tanpa hormon (kontrol) dan dengan perlakuan hormon berdasarkan jenis media
Tabel 2. Rekapitulasi jumlah eksplan hidup selama 10 minggu
Gambar 3 dapat dilihat jumlah eksplan hidup diberbagai media tanam secara
Gambar 4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pompa dan kolam tampungan dapat menghabiskan biaya yang besar untuk investasi dan operasionalnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan dan hasilnya

Maka dari itu dengan penulisan agar dalam kapal ini mempunyai sistem pengolah limbah domestik grey water yang bertujuan mengolah kembali dari limbah untuk menjadi

Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan responden dari segi rasa, harga, bentuk dan kemasan memiliki hubungan yang kuat (62%) dalam mempengaruhi keputusan

Nanun jika dilihat dari pendidikan anak nelayan cukup memprihatinkan.ada beberapa fenomena yang penulis amati waktu observasi lapangan pada umumnya anak nelayan

Oleh yang demikian, dengan adanya projek ini secara tidak langsung menggambarkan bahawa masyarakat Pulau Tuba telah menerima arus perubahan yang baik dan berpotensi menjadi

Gayo Lues Tahun Anggaran 2015 yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Gayo Lues Nomor : 600/32/ULP/2015 tanggal 15 Juni 2015

I could have gone home on time but the bus was late last night.. 

Dan terakhir untuk data keefekitifan diperoleh rata-rata respon mahasiswa dari semua item (aspek) modul pembelajaran yaitu 3,40 artinya respon mahasiwa berada dalam