• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1.1 Pengambilan eksplan

Eksplan yang akan diambil berasal dari pohon induk koleksi dari Kebun Raya Bogor. Pucuk yang diambil merupakan dari pucuk stak (pucuk dorman) dengan ciri batang putih kemerahan sepanjang 15 - 20 cm. Pengambilan eksplan dalam kondisi

sehat dan berasal dari pohon gaharu yang sehat serta belum diinjeksi patogen untuk pembentukan gubal dari pohon gaharu tersebut.

3.3.1.2 Pembuatan Media

Media merupakan salah satu faktor eksternal yang mendukung pertumbuhan eksplan. Pada kajian ini, campuran media yang akan digunakan adalah tanah, pasir dan kompos.

A1 : Tanah A2 : Pasir

A3 : Campuran tanah, pasir, dan kompos (1:1:1)

3.3.1.3Pembuatan ZPT

Zat pengatur tumbuh yang akan digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid) dengan konsentrasi 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm yang berupa cairan/larutan. Larutan yang telah dibuat, disimpan di dalam botol dan dibungkus dengan aluminium foil, simpan di dalam lemari pendingin.

3.3.2 Penanaman 3.3.2.1Media

Media yang digunakan dalam penanaman eksplan adalah tanah, pasir, dan kompos. Untuk media pertama menggunakan media tunggal yaitu media tanah. Wadah yang digunakan untuk penanaman adalah box mika, tanah diisi ke dalam box mika sebanyak setengah box atau enam kali aqua gelas yang berukuran 240 ml. Setelah itu, media baik tanah, pasir, dan campuran (tanah + pasir + kompos) disemprot dengan menggunakan antracol (bakterisida) hingga rata, tidak hanya dipermukaannya saja, melainkan sampai bagian bawah media. Selanjutnya mnenyiapkan lubang tanam sebanyak sepuluh lubang tiap boxnya.

3.3.2.2Sterilisasi Eksplan

Pemotongan eksplan dilakukan sampai 3-4 buku, kemudian daun dipotong dan disisakan sepanjang ± 1 cm. Bagian pangkal eksplan disayat dengan kedalaman ± 2 mm. Eksplan yang sudah dipotong, kemudian direndam dalam larutan vitamin B1 (Growquick). Setelah itu, eksplan disterilisasi dengan menggunakan bahan sterilan

anti jamur dan bakteri. Larutan tersebut merupakan campuran dari Benstar, Agristik, dan Agrept, perendaman eksplan di dalam larutan sterilan dilakukan selama 15 menit.

3.3.2.3Penanaman

Eksplan yang telah direndam di dalam larutan sterilan ditiriskan/dikering anginkan. Pilih eksplan dengan kondisi batang eksplan yang baik, direndam dalam larutan hormon 400 ppm, 450 ppm, 500 ppm, 550 ppm, dan 600 ppm, masing-masing 30 eksplan untuk tiga box mika, dimana masing-masing box ditanam sepuluh eksplan. Eksplan direndam selama 15 menit. Selama perendaman, siapkan pasta kalsium karbonat (CaCO3), dan dalam pembuatan pasta tersebut pelarut yang digunakan masing-masing konsentrasi hormon.

Setelah 15 menit, eksplan ditanam pada media. Sebelum ditanam, bagian pangkal eksplan diolesi pasta hingga sayatan pada bagian pangkal eksplan tertutup. Kemudian eksplan ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia. Setelah itu eksplan dan media yang telah ditanam, disiram/disemprot dengan air hingga basah secara merata. Selanjutnya box mika ditutup dan disteples secara rapat, box tersebut disimpan di dalam sungkup plastik.

3.3.3Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan penyiraman pada lantai sungkup agar tetap lembab. Selain itu, dilakukan penyiangan untuk mengatasi gulma yang terdapat di dalam sungkup.

3.3.4Pengamatan dan Pengambilan Data 3.3.4.1 Tinggi

Panjang eksplan awal diukur terlebih dahulu setelah dilakukan penanaman. Hal ini untuk pengamatan tinggi eksplan setelah ditanam, dan pengukuran dilakukan dua minggu sekali. Tinggi bahan stek tersebut diukur secara konsisten dari pangkal hingga ujung batang (pucuk).

3.3.4.2 Jumlah eksplan yang hidup dan laju kematian

Keberhasilan tumbuh eksplan yang hidup diamati tiap dua minggu. Selain eksplan yang hidup, jumlah eksplan yang mati ataupun yang mengalami daun rontok juga diamati. Sehingga hasil akhir akan diperoleh data persentase hidup eksplan.

Setiap minggu terdapat eksplan yang mati, maka dapat dihitung laju kematian eksplan tiap minggunya dengan rumus:

3.3.4.3 Jumlah dan panjang akar

Parameter lain untuk mengkaji pertumbuhan eksplan adalah jumlah akar yang keluar dan pengukuran akar dari tiap eksplan. Pengukuran ini dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada pengamatan ke-5 (minggu ke-10).

3.3.4.4Persentase eksplan yang berakar

Pengamatan persentase berakar dilakukan pada minggu ke-10 (pengamatan ke-5). Dari jumlah eksplan yang hidup dapat, namun belum tentu memiliki akar. Maka, dapat dipersentasekan jumlah eksplan yang berakar dengan rumus:

3.3.5Analisis Data

Penelitian dengan menggunakan rancangan Percobaan Faktorial 3 x 5 dalam Rancangan Acak Kelompok. Untuk masing-masing faktor dirinci sebagai berikut : Faktor A : Jenis media, terdiri dari :

A1 : Media berupa tanah A2 : Media berupa pasir

Faktor B : Konsentrasi hormon IBA, terdiri dari : B1 : IBA dengan konsentrasi 400 ppm B2 : IBA dengan konsentrasi 450 ppm B3 : IBA dengan konsentrasi 500 ppm B4 : IBA dengan konsentrasi 550 ppm B5 : IBA dengan konsentrasi 600 ppm

Jumlah yang digunakan sebanyak 3 kelompok, dengan tiap kelompok terdiri dari 150 eksplan, serta masing-masing perlakuan terdiri dari 10 eskplan. Dengan demikian jumlah eksplan yang digunakan sebanyak 450 eksplan. Pembagian kelompok ini berdasarkan atas jenis media perlakuan.

Menurut Yitnosumarto 1993, kondisi tempat/lokasi dapat dikatakan relatif sama, namun secara statistik homogenitas sulit dicapai karena tidak ada dua tempat yang berdekatan sekalipun memiliki persamaan seratus persen untuk berbagai keadaan baik fisik, kimia maupun kondisi lingkungannya.

Model statistik yang digunakan adalah :

Yij = µ + Rk + Ai + Bj + (AB)ij +Eijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3, 4... j = 1, 2, 3, 4...

Yij = Nilai pengamatan perlakuan dari faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke- j

µ = Nilai rata-rata umum

Rk = Pengaruh perbedaan kelompok

Ai = Pengaruh faktor A taraf ke-i Bj = Pengaruh faktor B taraf ke-j

(AB)ij = Interaksi antar faktor A taraf ke-i dengan faktor B taraf ke-j Eijk = Pengaruh acak (galat percobaan)

Hipotesa dalam uji F adalah sebagai berikut :

Ho : Perbedaan jenis media, dan konsentrasi hormon serta kombinasinya tidak akan berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup, tinggi, jumlah eksplan berakar, jumlah dan panjang akar primer

H1 : Perbedaan jenis media, dan konsentrasi hormon serta kombinasinya akan berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup, tinggi, jumlah eksplan berakar, jumlah dan panjang akar primer

Pengambilan keputusan dengan uji F adalah : F hitung > F tabel : Terima H1

F hitung < F tabel : Terima Ho

Uji selanjutnya setelah H1 diterima yaitu dilakukan uji wilayah berganda Duncan (Gaspersz, 1994). Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyusun nilai tengah perlakuan dalam urutan menaik

2. Menghitung galat baku dari nilai tengah perlakuan percobaan dengan perlakuan-perlakuan untuk percobaan dengan perlakuan-perlakuan yang mempunayai ulangan yang sama : sỸ = (s2

/r)1/2 =(KTG/r)1/2, dimana s2 = nilai kuadrat tengah galat dan r adalah jumlah ulangan

3. Menghitung wilayah nyata terpendek untuk berbagai wilayah/ranges dari nilai tengah sebagai berikut : Rp = rp sỸ

4. Mengelompokkan nilai tengah perlakuan menurut nyata secara statistik dengan menggunakan nilai tengah terbesar terhadap wilayah nyata terpendek Rp dari p terbesar kemudian membandingkan hasil semua nilai tengah perlakuan dengan nilai tengah perlakuan terbesar.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan perakaran eksplan gaharu (G.versteegii) didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal dari bahan tanaman. Faktor internal dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman, sedang faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan tumbuh. Bahasan ini menitikberatkan pada faktor eksternal, dalam hal ini komposisi media dalam pembentukan perakaran pada eksplan pucuk dan hormon IBA (Indole Butyric Acid) sebagai perangsang akar dengan beragam konsentrasi. Faktor eksternal lainnya, yakni suhu dan kelembaban, juga berpengaruh dalam pembentukan perakaran. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menstimulasi berkembangnya bagian pucuk dorman, agar tumbuh dan dapat mendukung pertambahan tinggi eksplan.

4.1 Jenis Media Perakaran

Media tanam merupakan suatu media yang digunakan untuk menumbuhkan eksplan, serta sebagai tempat tumbuh atau berkembanganya akar atau bakal akar. Media tanam adalah faktor eksternal penting dalam pembentukan perakaran dan stimulasi berkembangnya pucuk. Akar-akar eksplan yang berkembang akan mengikat media, sehingga eksplan dapat berdiri kokoh di atas media. Media juga menyediakan bahan makanan atau unsur hara bagi eksplan tanaman yang akan diserap oleh akar dan didistribusikan ke seluruh bagian eksplan. Dari bahan makanan tersebut, eksplan akan tumbuh dan hidup dengan memproduksi bahan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.

Fungsi lain dari media adalah sebagai tempat hidupnya eksplan yang ditanam. Dalam teknik ex vitro, eksplan pucuk yang digunakan harus dalam keadaan segar/hidup. Jika eksplan mati, maka perakaran tidak akan tumbuh. Dengan demikian, eksplan sehat merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan untuk mendukung perakaran. Selain itu, pertumbuhan pucuk eksplan yang awalnya dalam kondisi dormansi juga dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan, yang mana akan berpengaruh secara langsung terhadap tinggi eksplan. Media yang

digunakan untuk tempat tumbuh dan berkembangnya akar eksplan adalah masing-masing media tanah, media pasir, dan media yang terdiri atas campuran tanah, pasir dan kompos.

4.1.1 Pengaruh jenis media terhadap persentase eksplan yang hidup

Jenis media mempengaruhi persentase jumlah eksplan yang hidup. Pengaruh ini berbeda antara eksplan yang tanpa diberi hormon dan dengan perlakuan hormon. Tanpa perlakuan hormon, persentase eksplan hidup pada media tanah dan media pasir masing-masing sebesar 100%, sedang pada media campuran tanah, pasir dan kompos sebesar 50% (Tabel 1). Dengan pelakuan hormon, persentase eksplan hidup pada media tanah dan media pasir menjadi lebih rendah, berturut-turut sebesar 89,33% dan 33,33%. Hanya pada media campuran tanah, pasir dan kompos perlakuan hormon menunjukkan perbaikan persentase eksplan hidup lebih baik, yakni 77,33%.

Tabel 1. Persentase jumlah eksplan yang hidup tanpa hormon (kontrol) dan dengan perlakuan hormon berdasarkan jenis media

Media % hidup

Tanpa hormon Dengan Hormon

Tanah 100 89,33

Pasir 100 33,33

Tanah+pasir+kompos 50 77,33

Dari data pada Tabel 1 dapat disimpulkan, bahwa pada media tanah dan media pasir, perlakuan pemberian hormon pada eksplan tidak berpengaruh terhadap jumlah eksplan hidup. Hanya pada media campuran tanah, pasir dan kompos pemberian hormon menunjukkan perbaikan tingkat persentase hidup eksplan.

Tabel 2. Rekapitulasi jumlah eksplan hidup selama 10 minggu Minggu ke-Setelah Tanam Jumlah Eksplan Hidup Jumlah Eksplan Mati (Kumulatif) Persentase Eksplan Hidup (%) 2 442 8 98,22 4 367 83 81,56 6 349 101 77,56 8 305 145 67,77 10 300 150 66,67

Keterangan: laju kematian eksplan adalah 15 eksplan per minggu dari 450 eksplan atau sekitar 3,33%

Jumlah kematian eksplansampai akhir pengamatan adalah 150 eksplan dari 450 eksplan dengan laju kematian sebesar 15 eksplan/minggu atau sekitar 3,33% per minggu (Tabel 2). Kematian lebih banyak terjadi pada media pasir dan terjadi juga hampir disetiap perlakuan (Lampiran 1). Kematian diawali dengan membusuknya bagian tanaman yang terluka oleh pemotongan pada tangkai daun dan kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman. Selain itu juga diawali dari pangkal eksplan yang bersentuhan langsung dengan media lalu menyebar ke seluruh bagian tanaman. Beberapa tanaman yang mati berwarna hitam seperti terbakar dan batang eksplan bagian luar ditumbuhi jamur.

Gambar 2. Eksplan yang terserang jamur

Pada penjelasan sebelumnya, persentase hidup pada kontrol eksplan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan. Persentase hidup eksplan sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis media. Dari penelitian ini diketahui bahwa media tanah adalah media tumbuh yang memberikan hasil persentase hidup eksplan yang terbaik, baik tanpa

perlakuan hormon (100%) maupun dengan perlakuan hormon (89,33%). Pada Gambar 3 dapat dilihat jumlah eksplan hidup diberbagai media tanam secara keseluruhan pada perlakuan hormon. Jumlah eksplan hidup pada media tanah paling tinggi yaitu 134 eksplan.

Gambar 3. Jumlah eksplan hidup dalam berbagai media tanam perlakuan

Tanah merupakan media yang paling banyak digunakan sebagai media perakaran karena sudah mengandung butiran-butiran mineral, air, udara serta bahan organik. Menurut Purwowidodo (1998), tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara. Berhasil tidaknya pertumbuhan tanaman banyak ditentukan oleh sifat-sifat tanah, karena sifat-sifat tanah menentukan kesesuaian lingkungan akar tanaman. Tanah yang digunakan berjenis latosol merah yang kompak, memiliki tekstur halus dan pH 4,5 (bersifat asam). Tanah latosol memiliki kandungan besi (Fe) yang sangat tinggi, sehingga tanah ini berwarna merah. Selain itu, tanah latosol ini masuk ke dalam golongan tanah oxisol yang memiliki penampang tanah berwarna merah yang sangat dalam.

Tanah latosol merah ini memiliki drainase sedang dan bentuk wilayah yang berombak dengan punggung-punggung yang cembung dan berbahan induk Tuf andest. Jenis tanah yang memiliki aerasi dan drainase baik dapat mengatur kelembaban maupun suhu di dalam box mika pada tahap aklimatisasi/hardening-off. Selama 77 hari, eksplan yang ditanam dalam media tanah masih segar (Gambar 4).

134 50 116

Jumlah Hidup

Tanah Pasir Campuran

(a) (b)

Gambar 4. Kondisi eksplan yang masih segar pada media tanah (a) A1B5 (b) A1B2

Salah satu syarat media tanam yang baik adalah bersifat remah. Media yang remah memiliki pori-pori dan tidak padat secara keseluruhan. Hal lain yang dimiliki oleh sifat remah ini adalah dapat membuang air yang berlebihan. Hal ini dibuktikan pada media ini memiliki jumlah eksplan hidup yang paling banyak (Gambar 3). Dalam tahap awal, eksplan yang ditanam pada media ini akan mengalami tahap adaptasi, yaitu dengan menggugurkan daun pada MST 2.

Pada umumnya tanah mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, sehingga disebut juga dengan tanah mineral atau tanah inorganik (mengandung 1-6 % bahan organik). Tanah mineral terdiri dari empat penyusun utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan erat. Jika eksplan yang ditanam pada tanah yang memiliki komposisi unsur-unsur diatas secara tepat, maka tanaman akan tumbuh dengan baik.

Jumlah eksplan yang paling kecil persentase hidupnya adalah pada jenis media pasir dengan perlakuan hormon, yakni 33,33%. Kebanyakan eksplan yang mati karena terjadi pembusukan. Pasir yang digunakan merupakan pasir berlempung, sehingga air tidak cepat menyebar/mengalir dan terjadi pengendapan pada dasar wadah penanaman. Hal ini menimbulkan perendaman pada bagian pangkal eksplan sampai akhirnya membusuk ke seluruh bagian eksplan. Perlu diketahui bahwa penyiraman dilakukan setiap dua minggu. Ukuran pasir yang terlalu kecil dan bertekstur halus memungkinkan untuk memperlambat aliran air sehingga terjadi pengendapan.

Selain itu, perlakuan hormon yang menggunakan metode perendaman dan pengolesan zat pengatur tumbuh pada pangkal eksplan turut pula mempengaruhi.

Bagian pangkal yang terendam larutan hormon menjadi pemicu terjadinya pembusukan eksplan. Pada eksplan tanpa perendaman hormon, persentase eksplan yang hidup mencapai 100%.

Dibandingkan dengan jenis media tanah, pasir memiliki pori-pori yang lebih sempit. Jika dibasahi, pasir akan memadat sehingga mempersempit ruang mengalir air. Selain memiliki kekurangan pada drainase, aerasi media pasir pun kurang baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Sumantri (1995) dalam penelitiannya, bahwa campuran tanah latosol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 belum mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi eksplan. Diduga karena terjadinya pemadatan media setelah penyiraman. Menurut Sumantri (1995) pemadatan akan mengurangi jumlah pori-pori sebagai tempat oksigen dalam media. Kurangnya kandungan udara di dalam media akan menghambat pergerakan dan penyerapan air serta unsur hara. Selain itu dapat menahan aktifitas mikroba tanah sehingga proses-proses biologis yang berhubungan dengan kesuburan tanah akan terhambat. Dilihat dari hasil penelitian pada minggu ke-2, eksplan pada media pasir sudah banyak yang mati dan masih mengalami kerontokan daun (Lampiran 10).

Media campuran tanah, pasir dan kompos dengan perlakuan hormon memiliki persentase hidup 77,33%. Media campuran ini memiliki semua yang dibutuhkan eksplan untuk melakukan pertumbuhan, baik untuk pertumbuhan akar maupun pertumbuhan pucuk. Unsur kompos meningkatkan hara mineral di dalam media untuk pertumbuhan eksplan. Unsur pasir dapat menjamin drainase dan aerasi yang baik, sedangkan pada unsur tanah memiliki sifat remah, sehingga memiliki pori-pori yang dapat mengatur air dan udara dalam media.

Tabel 3. Sidik Ragam pengaruh media dan hormon terhadap persentase hidup eksplan pucuk Gyrinops versteegii

Sumber Db JK KT F-Hit F-Tab

Kelompok 2 344,40 172,2 2,3 3,33 Media 2 1134,09 567,0 7,5 3,33 Hormon 4 131,33 32,8 0,4 2,70 Media+Hormon 7 3810,75 544,4 7,2 2,35 Sisa 29 2205,16 76,0 Total 44 7625,73

Hasil sidik ragam pada Table 3 menunjukan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang sangat nyata terhada persentase hidup eksplan. Interaksi diantara jenis media dengan pemberian hormon memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup eksplan, sedang pemberian hormon semata tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil uji lanjutan melalui Uji Duncan terhadap kedua faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat persentase hidup eksplan, yaitu faktor jenis media dan interaksi diantara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada masing-masing tanaman, menunjukkan bahwa untuk faktor jenis media berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) jenis media terhadap persentase hidup eksplan JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 2, 29) x (KTG/3)0,5 = 16,77 1 A A2 A3 26,8 10 23,2 P 2 3 4 5 rp 2,897 3,044 3,139 3,207 RP 14,581 15,321 15,799 16,142

Keterangan : A1 = Media Tanah A2 = Media Pasir

A3 = Media Campuran (Tanah-Pasir-Kompos)

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa :

2

A A3 A1

10 23,2 26,8

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 16,80 sehingga jika diurutkan persentase hidup eksplan dari yang terkecil sampai terbesar terlihat perbedaan jarak 16,77, yaitu perlakuan dengan jenis media berupa pasir 33,33%, campuran antara tanah-pasir-kompos (TPK) dengan persentase hidup eksplan sebesar 77,33%, dan media berupa tanah dengan persentase hidup eksplan mencapai 89,33%. Jenis media berupa tanah dan campuran antara

tanah-pasir-kompos (TPK) berdasarkan nilai sidik ragam dan uji Duncan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan persentase hidup eksplan yang cukup besar. Sedangkan untuk media berupa pasir menghasilkan persentase hidup yang lebih rendah serta berbeda nyata terhadap jenis media berupa tanah maupun media campuran (TPK).

Untuk faktor interaksi antara jenis media dan konsentrasi hormon yang diberikan pada masing-masing tanaman berdasarkan uji beda nyata Duncan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Uji Duncan (Uji Jarak Nyata Terkecil) interaksi jenis media dan hormon terhadap persentase hidup eksplan yang memberikan pengaruh terbesar JNT (α, d, v) = JNT (0.05, 7, 29) x (KTG/8)0,5 = 7,24 A1B4 A2B4 A3B4 28,40 20,20 27,80 P 2 3 4 5 rp 2,897 3,044 3,139 3,207 RP 8,929 9,382 9,675 9,885

Keterangan : A1B4 = Tanah dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm A2B4 = Pasir dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

A3B4 = Tanah-Pasir-Kompos dan hormon dengan konsentrasi 550 ppm

Dengan membandingkan wilayah-wilayah nyata terkecil itu dengan selisih-selisih rata-rata contoh yang telah diurutkan, kita sampai pada kesimpulan bahwa :

4 1B

A A2B4 A3B4

28,40 20,20 27,80

Dari uji Duncan menunjukan bahwa jarak terkecil untuk beda nyata adalah 11,40 sehingga jika diurutkan persentase hidup eksplan terbaik dari yang terkecil sampai terbesar terlihat perbedaan jarak 7,24 yaitu perlakuan jenis media pasir dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar 67,33%, perlakuan jenis media yang merupakan campuran antara tanah-pasir-kompos (TPK) dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar 92,67% perlakuan jenis media tanah dengan pemberian hormon 550 ppm dengan persentase hidup eksplan sebesar 94,67%. Antara A1B4 dan A3B4 tidak berbeda nyata, sedangkan perlakuan A2B4 memberikan pengaruh terhadap besarnya persentase hidup eksplan yang berbeda nyata dengan A1B4 dan A3B4.

Pada umumnya eksplan yang mati mengalami pembusukan pada pangkal batang, diawali dengan mengeringnya batang. Beberapa eksplan terserang jamur berwarna putih dan hitam. Jamur yang menyerang batang terdapat pada tumpuan daun dari daun yang rontok, meski tidak menyerang media. Pada umumnya, media yang selalu lembab akan memicu tumbuhnya jamur dan bakteri, sehingga dapat menyerang eksplan sampai menimbulkan kematian pada eksplan. Hal ini dikemukakan oleh Juhardi (1995) kelembaban yang terlalu tinggi di dalam bak penanaman yang menyebabkan banyak eksplan yang busuk.

Eksplan ditanam pada boks mika yang tertutup rapat. Sebelum ditutup media dan eksplan disiram dengan air secara merata. Di dalam boks yang ditutup akan terlihat titik-titik air yang menandakan masih adanya persediaan air di dalam boks. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban di dalam boks mika. Media harus selalu dijaga kelembabannya. Eksplan yang ditanam dalam wadah, tingkat kelembaban medianya bisa dilihat dari titik-titik air yang menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya air pada tempat itu menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media (Wudianto 1993). Dalam pelaksanaan penelitian, suhu yang diukur adalah suhu luar dan suhu dalam sungkup. Pengukurun ini dihasilkan bahwa suhu dalam sungkup lebih tinggi dibandingkan suhu luar.

Dari hasil pengukuran suhu yang diukur mulai pukul 08.00-15.00, kisaran suhu adalah 27,3 – 37,3oC untuk suhu di dalam sungkup dan 26,4 – 36,9oC suhu lingkungan. Suhu tertinggi terjadi pada pukul 14.00 WIB. Kemudian suhu mulai turun pada pukul 15.00 WIB. Menurut Sumantri (1995), jika kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban baik, maka eksplan akan tumbuh dengan baik pada berbagai jenis media.

Pengukuran kelembaban di dalam sungkup berkisar antara 68-90%. Menurut Smith dan Yasman (1987), kisaran suhu untuk pertumbuhan eksplan adalah 25-27oC dengan kelembaban di atas 90%. Namun dengan kisaran suhu 27,3 – 37,3oC ini eksplan masih segar dan dapat tumbuh dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa terjadinya pembusukan pada eksplan di media pasir disebabkan oleh drainase yang kurang baik.

Dengan kelembaban yang berkisar antara 68-90% dan suhu yang cukup tinggi untuk eksplan yang belum berakar, tidak dijumpai adanya jamur ataupun bakteri pada media yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh media yang digunakan telah disterilisasi. Sterilisasi media dilakukan dengan menggunakan autoclave dengan tekanan mencapai 15 psi (pound square inchi). Kegiatan ini dinamakan juga dengan teknik steaming yang merupakan memasukkan uap air yang panas ke dalam pori-pori di dalam media, sehingga uap tersebut memanaskan media beberapa waktu yang lamanya diperhitungkan dapat mematikan bibit-bibit hama atau penyakit yang ada di dalam media. Metode ini merupakan yang paling baik dan paling efektif untuk membunuh patogen-patogen (organisme penyebab penyakit) dalam tanah.

Dokumen terkait