• Tidak ada hasil yang ditemukan

Glucose Oleic Acid Synthesis using Microwave- Assisted Organic Synthesis (MAOS) Method

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Glucose Oleic Acid Synthesis using Microwave- Assisted Organic Synthesis (MAOS) Method"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS GLUKOSA OLEAT

DENGAN BERBANTUAN GELOMBANG MIKRO

HESTI YULIA RACHMAWATI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

HESTI YULIA RACHMAWATI. Sintesis Glukosa Oleat dengan Berbantuan Gelombang

Mikro. Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan MUHAMMAD FARID.

Ester karbohidrat asam lemak adalah surfaktan nonionik yang bersifat tidak

beracun, tidak berbau, tidak berasa, dan dapat terurai. Salah satunya adalah glukosa oleat.

Glukosa oleat dapat disintesis dengan mereaksikan glukosa pentaasetat (GPA) dan metil

oleat melalui metode pemanasan konvensional (refluks) selama 6 jam, yang memakan

waktu lama. Untuk itu, telah dikembangkan metode sintesis senyawa organik berbantuan

radiasi gelombang mikro (

Microwave-Assisted Organic Synthesis,

MAOS). Tujuan

penelitian ini mensintesis glukosa oleat, melalui sintesis GPA dan metil oleat, dengan

metode MAOS yang diharapkan reaksi dapat berlangsung lebih cepat dan rendemen lebih

banyak. Parameter yang diamati ialah titik leleh (untuk GPA), kadar asam lemak bebas

(untuk metil oleat), analisis gugus fungsi dengan spektrofotometri

Fourier Transform

Infrared

(FTIR) dan persen hasil. Reaksi yang terjadi pada sintesis GPA dan glukosa

oleat adalah reaksi transesterifikasi, sedangkan reaksi sintesis metil oleat merupakan

reaksi esterifikasi. Dengan metode MAOS, waktu reaksi yang lebih cepat, yakni 5

10

menit. GPA, metil oleat, dan glukosa oleat berhasil disintesis sebagaimana ditunjukkan

dari pencirian dengan spektrum FTIR. Persentase hasil sintesis GPA mencapai 68,52%

dengan titik leleh 94–111 °C. Persentase hasil sintesis metil oleat mencapai 95,69%.

Kadar asam lemak bebas metil oleat adalah 2,23%. Persentase hasil sintesis glukosa oleat

mencaai 47,18%.

ABSTRACT

HESTI YULIA RACHMAWATI. Glucose Oleic Acid Synthesis using

Microwave-Assisted Organic Synthesis (MAOS) Method. Supervised by ZAINAL ALIM MAS’UD

and MUHAMMAD FARID.

(3)

SINTESIS GLUKOSA OLEAT

DENGAN BERBANTUAN GELOMBANG MIKRO

HESTI YULIA RACHMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi

: Sintesis Glukosa Oleat dengan Berbantuan Gelombang Mikro

Nama

: Hesti Yulia Rachmawati

NIM

: G44203031

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA

Drs. Muhammad Farid

NIP 19560622 198601 1 001

NIP 19640525 199203 1 003

Mengetahui

Ketua Departemen Kimia

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

(5)

PRAKATA

Bismillahirrohamanirrohim.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Skripsi

ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2008 sampai

Agustus 2009. Tema yang diambil adalah sintesis, dengan judul Sintesis Glukosa Oleat

dengan Berbantuan Gelombang Mikro.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu selama

kegiatan penelitian dan penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain Dr. Zainal Alim

Mas’ud, DEA selaku pembimbing I, Drs. Muhammad Farid selaku pembimbing II, dan

M. Khotib, S.Si atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga disampaikan kepada

segenap staf pengajar di Departemen Kimia FMIPA IPB atas pengajaran yang diberikan,

seluruh staf Laboratorium Terpadu IPB yang telah membantu selama penelitian, dan

rekan-rekan Kimia 40 atas diskusi dan semangatnya. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak, Ibu, dan kakak-kakak (Mas Hani, Mbak Ria, dan Mbak Lusi)

atas segala doa, kasih sayang, dan dorongan semangat yang telah diberikan, serta kepada

keluarga besar B-14, MSC, Al-Ghifari, Yapis, dan FORMIS 89 atas doa, semangat, dan

ukhuwah

yang begitu indah.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 Juli 1985 dari ayah Abdul Rachman

dan ibu Dewi Kutiah. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMUN 89 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus

seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program

Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa ... 1

Glukosa Pentaasetat ... 2

Asam Oleat ... 2

Ester Karbohidrat Asam Lemak ... 2

Microwave Assisted Organic Synthesis

(MAOS) ... 3

Transesterifikasi ... 3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ... 4

Metode Penelitian ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Glukosa Pentaasetat ... 4

Sintesis FAME (Metil Oleat) ... 6

Sintesis Glukosa Oleat ... 8

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 9

Saran ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Struktur Haworth (a)

α

-D-glukosa dan (b)

β

-D-glukosa;

konformasi kursi (c)

α

-D-glukosa dan (d)

β

-D-glukosa ... 1

2 Struktur

α

-D-Glukosa Pentaaasetat ... 2

3 Struktur asam oleat (C

18

) ... 2

4 Skema

microwave oven

... 3

5 Skema transesterifikasi ... 3

6 Reaksi esterifikasi pada sintesis GPA ... 4

7 Produk GPA ... 5

8 Spektrum FTIR glukosa ... 5

9 Spektrum FTIR GPA hasil sintesis ... 6

10 Spektrum FTIR GPA (

Spectra Database for Organic Compound

SDBS) ... 6

11 Reaksi esterifikasi pada sintesis metil oleat ... 6

12 Produk metil oleat ... 7

13 Spektrum FTIR metil oleat hasil sintesis ... 7

14 Spektrum FTIR metil oleat (

Spectra Database for Organic Compound

SDBS) ... 8

15 Reaksi transesterifikasi pada sintesis glukosa oleat ... 8

16 Produk glukosa oleat ... 9

17 Spektrum FTIR glukosa oleat hasil sintesis ... 9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir penelitian ... 13

2 Diagram alir sintesis glukosa pentaasetat metode MAOS ... 14

3 Diagram alir sintesis metil oleat ... 15

4 Diagram alir sintesis glukosa oleat metode MAOS ... 16

5 Perhitungan persentase hasil GPA ... 17

6 Perhitungan persentase hasil metil oleat ... 18

7 Penentuan kadar asam lemak bebas (%FFA) ... 19

(9)

PENDAHULUAN

Ester karbohidrat asam lemak adalah surfaktan nonionik yang menarik perhatian para ahli kosmetika, farmasi, surfaktan, dan gizi, karena sifatnya yang multifungsi, tidak berbau, tidak berasa, dan dapat terurai secara biologis, serta memiliki kemampuan yang baik dalam mengaktifkan permukaan. Sejauh ini, sintesis ester karbohidrat asam lemak menggunakan pelarut yang bersifat racun,

seperti dimetilformamida dan

dimetilsulfoksida. Hal ini dapat menjadikan ester karbohidrat asam lemak berbahaya dalam pengaplikasiannya. Beberapa metode yang dikembangkan untuk proses asilasi

polihidroksilat dalam pembuatan ester

karbohidrat asam lemak masih menghadapi

tiga masalah yang mendasar, yakni

menemukan pelarut yang tidak bersifat racun untuk asam lemak dan gula, menghindari karamelisasi gula pada suhu reaksi, dan biaya

pembuatan (Kuang et al. 2000).

Nugraha (2006) dan Rahmawaty (2008) telah melakukan sintesis glukosa oleat dengan mereaksikan glukosa pentaasetat (GPA) dan metil oleat melalui metode pemanasan konvensional (refluks) selama 6 jam. Rerata persentase glukosa oleat yang didapat,

beturut-turut

, sebe

sar 64,65 dan 20,04%.

Teknik pemanasan dalam proses sintesis mengalami perkembangan. Pada awalnya,

reaksi dilakukan dengan menggunakan

sumber panas eksternal (seperti oil bath, water

bath, dan sand bath). Prinsip dasar metode

pemanasan konvensional ini adalah transfer panas. Metode tersebut relatif lambat dalam mentransfer energi ke dalam sistem karena sangat bergantung kepada konduktivitas termal dari suatu material yang digunakan, dan biasanya hal yang terjadi adalah suhu dari campuran reaksi masih lebih rendah daripada suhu penangasnya. Selain itu teknik ini terkadang mengalami kelebihan panas dan mendekomposisi bahan serta produk yang dihasilkan (Liu 2002). Untuk itu, para peneliti

mulai mengembangkan metode sintesis

senyawa organik, yakni menggunakan radiasi

gelombang mikro atau Microwave-Assisted

Organic Synthesis (MAOS).

El-Ashry et al. (2007) mensintesis

turunan tioimidazol dengan pemanasan

menggunakan radiasi gelombang mikro. Reaksi yang ramah lingkungan ini lebih

menghemat waktu, yakni 2−3 menit.

Sementara itu, pemanasan konvensional

membutuhkan waktu 3−4 jam. Barbosa et al.

(2006) juga telah melakukan reaksi

esterifikasi bebas pelarut dengan

menggunakan radiasi gelombang mikro. Rerata produk yang didapat meningkat dari 83% menjadi 88,5%, sementara waktu reaksi berkurang dari 1 jam menjadi 1−2 menit.

Energi gelombang mikro diketahui

berpengaruh pada penurunan waktu berbagai jenis reaksi, peningkatan rendemen, dan reaksi kimia yang lebih bersih. Saat ini, energi tersebut telah banyak digunakan sebagai

alternatif dari proses pemanasan

konvensional.

Penelitian ini mensintesis salah satu ester karbohidrat asam lemak, yakni glukosa oleat, dari glukosa pentaasetat (GPA) dan asam

oleat dengan metode Microwave-Assisted

Organic Synthesis (MAOS) bebas pelarut.

Dengan metode ini diharapkan reaksi dapat berlangsung lebih cepat dan rendemen yang diperoleh lebih banyak.

TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Senyawa ini disebut juga gula

darah, gula anggur, atau dekstrosa. Glukosa

merupakan salah satu hasil utama fotosintesis (Fessenden 1982).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1 Struktur Haworth (a) α-D-glukosa

dan (b) β-D-glukosa; konformasi

kursi (c) α-D-glukosa dan (d) β -D-glukosa.

Glukosa (C6H12O6, bobot molekul 180,18

g/mol) adalah monosakarida yang

(10)

2

cincin tersebut mengikat gugus hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya yang mengikat atom karbon keenam di luar cincin

membentuk suatu gugus −CH2OH (Gambar

1).

Glukosa Pentaasetat

Gambar 2 α-D-Glukosa Pentaasetat.

Nama IUPAC dari glukosa pentaasetat

adalah 1,2,3,4,6-penta-O-asetil-α

,ß-D-glukopiranosa, sedangkan nama trivialnya

adalah α-D-glukosa pentaasetat (Gambar 2),

β-D-glukosa pentaasetat, dan α,ß-D-glukosa

pentaasetat. Glukosa pentaasetat berbentuk serbuk kristalin putih serta tidak larut dalam air, namun larut dalam etanol dan kloroform. Senyawa ini biasanya digunakan pada reaksi biokimia dan sebagai obat antara.

Asam Oleat

Asam oleat adalah asam lemak tak jenuh omega 9 (memiliki ikatan rangkap pada C-9), yang tersusun dari 18 atom C. Asam oleat memiliki rumus kimia sebagai berikut, yaitu CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH (Gambar 3), dengan berat molekul 282,46 g/mol. Asam oleat dapat ditemukan pada berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Ester trigliserida dari asam oleat paling banyak terdapat pada minyak zaitun, walaupun hanya kurang dari 2% sebagai asam bebas pada minyak zaitun murni. Asam oleat terdapat pada minyak biji

anggur sebanyak 15−20% dan buah kelapa

sawit Brazil sebanyak 56% pada daging buahnya.

Gambar 3 Struktur asam oleat (C18).

Asam oleat memiliki titik lebur 16,3 °C dan titik didih 360 °C sehingga pada suhu ruang berwujud cairan kental berwarna kuning

pucat atau kuning kecoklatan (MSDS 2004). Asam oleat larut dalam larutan basa,

menghasilkan garam yang disebut oleates.

Hidrogenasi ikatan rangkap menghasilkan turunan yang jenuh, yakni asam stearat. Oksidasi pada ikatan rangkap terjadi lambat pada udara terbuka yang dikenal sebagai

ketengikan pada bahan makanan dan

pengeringan pada lapisan. Reduksi pada gugus asam karboksilat menghasilkan oleil alkohol. Dalam bidang farmasi, asam oleat digunakan sebagai pengemulsi.

Ester Karbohidrat Asam Lemak

Senyawa ester karbohidrat asam lemak merupakan suatu surfaktan nonionik yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengaktifkan permukaan dan memiliki sifat

yang mudah terurai secara biologis (Kasori et

al. 1999). Ester karbohidrat asam lemak

bersifat tidak beracun, tidak berbau, tidak berasa, dan dapat terurai. Senyawa tersebut dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi, tetapi seringkali dibutuhkan suhu yang tinggi dan pelarut yang bersifat racun, seperti

dimetilformamida dan dimetilsulfoksida.

Pelarut bersifat racun ini digunakan untuk membentuk larutan yang homogen agar menghasilkan produk dalam jumlah banyak. Akan tetapi, produk yang dihasilkan melalui proses tersebut memiliki keterbatasan sebagai bahan tambahan pada pembuatan makanan.

Sejauh ini, beberapa metode yang

dikembangkan untuk proses asilasi

polihidroksilat masih menghadapi tiga

masalah yang mendasar, yakni menemukan pelarut yang tidak bersifat racun untuk asam lemak dan gula, menghindari karamelisasi gula pada suhu reaksi, serta biaya pemrosesan

(Kuang et al. 2000). Untuk mengatasi hal

tersebut, dapat digunakan metode sintesis bebas-pelarut. Feuge et al. (1970) melakukan reaksi esterifikasi antara sukrosa dan asam lemak tanpa menggunakan pelarut dengan katalis litium, natrium, dan kalium pada suhu

170−187 °C. Reaksi ini terbatas dengan

adanya kecenderungan terjadinya karamelisasi glukosa pada suhu yang lebih besar dari 185 °C.

Gugus asetat pada sukrosa oktaasetat adalah gugus pergi yang baik sekaligus gugus

pelindung untuk menghindari proses

(11)

3

asam karboksilat B asam karboksilat A sukrosa oktaasetat, metil ester asam lemak,

dan 1−2% katalis logam Na pada suhu 105 oC

selama dua jam dalam kondisi vakum dengan

tekanan 0−5 mmHg. Persentase hasil yang

diperoleh dari metode tersebut adalah

99,6−99,8%.

Kuang et al. (2000) memodifikasi metode

sintesis yang dilakukan Akoh dan Swanson (1990) melalui reaksi interesterifikasi antara

glukosa pentaasetat (GPA) dan Fatty Acid

Methyl Esters (FAME) dari Palm Kernel Oil

(PKO) menggunakan katalis logam Na pada suhu 80−100 °C selama 4−6 jam. Produk utama yang dihasilkan adalah ester mono- dan

di-glukosa asam lemak, masing-masing

sebesar 60,5% dan 20,2%.

Microwave Assisted Organic Synthesis

(MAOS)

Sejak beberapa dekade lalu, terjadi perkembangan yang signifikan dalam kimia

organik, salah satunya dalam teknik

pemanasan. Dari sejumlah program penelitian dan pengembangan sintesis kimia organik,

telah diperoleh alternatif pemanasan

konvensional, yakni pemanasan dengan

menggunakan radiasi gelombang mikro.

Energi gelombang mikro diketahui

berpengaruh pada penurunan waktu reaksi, peningkatan rendemen, dan reaksi kimia yang

lebih bersih. Hal ini menjadikan

Microwave-Assisted Organic Synthesis (MAOS) sebagai

alternatif utama dalam sintesis kimia organik (El-Ashry et al. 2007).

Prinsip dasar dari MAOS adalah efisiensi

dalam memanaskan material (campuran

reaksi) dengan menggunakan efek panas

dielektrik gelombang mikro. Radiasi

gelombang mikro dapat memicu timbulnya panas melalui dua mekanisme, yaitu polarisasi dipolar dan konduksi ionik. Dipol dari suatu pelarut polar akan terlibat dalam memberikan efek polarisasi. Sementara itu muatan ion timbul melalui efek konduksi ionik (Ambara 2007).

Alat yang digunakan pada metode MAOS

ini ialah microwave oven (Gambar 4).

Microwave oven beroperasi dengan pelepasan

gelombang mikro oleh tabung elektron sehingga molekul-molekul air dalam makanan akan teragitasi, yang kemudian menimbulkan getaran, dan akhirnya akan memproduksi panas. Dalam oven ini, gelombang mikro akan masuk melalui bagian atas ruang oven yang dilengkapi dengan kipas pemutar yang berfungsi untuk menyebarkan panas yang dihasilkan tadi ke seluruh bagian oven.

Kombinasi panas berintensitas tinggi dengan

putaran tersebut menyebabkan cepatnya

proses pemasakan.

Gambar 4 Skema microwave oven (sumber:

Microsoft Encarta ’96).

Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah proses perubahan gugus alkoksi dari suatu senyawa ester dengan

senyawa lainnya, yaitu alkohol, asam

karboksilat, atau senyawa ester lainnya (Gambar 5). Reaksi ini sering terkatalisis dengan penambahan asam atau basa. Reaksi

transesterifikasi ini beranalogi langsung

dengan hidrolisis dalam asam atau basa. Asam

dapat mengkatalisis reaksi dengan

memberikan proton ke gugus karbonil, sehingga membuatnya lebih reaktif, sementara basa dapat mengkatalisis reaksi dengan memindahkan proton dari alkohol, sehingga membuatnya lebih reaktif. Karena reaksi itu reversibel, biasanya digunakan alkohol awal secara berlebihan (Fessenden 1982).

ester A ester B ester A’ ester B’

ester A alkohol B ester B alkohol A

ester A ester B

(12)

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan yaitu alat-alat

gelas, neraca analitik, oven microwave

(Panasonic NN-S215WF), dan

spektrofotometer FTIR (Perkin-Elmer). Bahan-bahan yang akan digunakan yaitu glukosa, anhidrida asetat, ZnCl2 anhidrat, asam oleat, metanol, NaCl jenuh, heksana, NaOH, asam asetat glasial, asetonitril, akuades.

Metode

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah sintesis GPA melalui reaksi transesterifikasi antara glukosa dan anhidrida asetat menggunakan katalis

ZnCl2. Tahap kedua adalah sintesis metil oleat

melalui reaksi antara asam oleat dengan metanol menggunakan katalis NaOH. Tahap ketiga sintesis glukosa oleat melalui reaksi transesterifikasi antara GPA dan metil oleat dengan katalis NaOH. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sintesis Glukosa Pentaasetat Metode

MAOS (Modifikasi Furniss 1989)

Sebanyak 0,5 g ZnCl2 dan 13,5 g

anhidrida asetat dimasukkan ke dalam vial kaca. Kemudian ditambahkan 2,5 g bubuk glukosa sedikit demi sedikit. Campuran diiradiasi gelombang mikro dengan skala

rendah selama 10 menit, kemudian

didinginkan pada suhu ruang dan ditambahkan air dingin 125 ml. Campuran kembali disimpan dalam suhu ruang. Padatan disaring dan dicuci dengan sedikit air dingin. Padatan

dikeringudarakan, kemudian ditimbang,

diukur titik lelehnya serta dilakukan analisis FTIR (Lampiran 2).

Sintesis Metil Oleat (FAME) (Modifikasi AOAC 1999)

Metil oleat disintesis melalui reaksi esterifikasi antara 10 g asam oleat dan 35,4 ml NaOH dalam metanol 1 N selama 20 menit

dengan suhu 80 oC pada penangas air.

Kemudian ditambahkan 70 ml BF3 di ruang

asam dan direfluks kembali selama 20 menit

dengan suhu 80 oC. Setelah didinginkan dalam

suhu ruang, larutan ditambahkan NaCl jenuh dan heksana. Larutan diekstraksi dengan corong pisah. Lapisan heksana dipisahkan kemudian diuapkan. Metil oleat yang didapat diukur kadar asam lemak bebasnya dan dilakukan analisis FTIR (Lampiran 3).

Sintesis Glukosa Oleat Metode MAOS (Modifikasi Kuang et al. 2000)

Campuran metil oleat (15,0 mmol), GPA (5,0 mmol) dan katalis NaOH (0,12 gram) dimasukkan ke dalam vial dan diiradiasi gelombang mikro dengan skala rendah selama 10 menit, kemudian didinginkan dalam suhu

ruang. Produknya dinetralisasi dengan 1−3 ml

asam asetat glasial, didinginkan dalam suhu ruang, dan dilarutkan dengan asetonitril. Kemudian dilakukan analisis FTIR (Lampiran 4).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Glukosa Pentaasetat (GPA)

Glukosa pentaasetat (GPA) disintesis dari glukosa dan anhidrida asetat (Gambar 6). Asetilasi antara glukosa dan anhidrida asetat

dilakukan dengan katalis ZnCl2 dengan radiasi

gelombang mikro. Dengan menggunakan gelombang mikro, sintesis GPA dapat

berjalan lebih cepat, yakni 5−10 menit.

Sementara dengan cara konvensional,

Nugraha (2006) dan Rahmawaty (2008)

membutuhkan waktu 1−2 jam untuk

mensintesis GPA.

(13)

5

Anhidrida asetat berperan sebagai donor asetil. Gugus asetil pada anhidrida asetat diharapkan dapat menggantikan hidrogen pada gugus hidroksil glukosa. Hal ini bertujuan menghindari terjadinya proses karamelisasi pada glukosa saat dilakukan sintesis glukosa oleat.

Produk hasil sintesis GPA berupa padatan berwarna putih (Gambar 7). Persentase hasil sintesis GPA dari tiga kali ulangan adalah 56,05; 68,52; dan 60,14% (Lampiran 5).

Gambar 7 Produk GPA.

Produk GPA yang dihasilkan diuji titik lelehnya. Nilai titik leleh yang didapat berkisar antara 108−111 °C (bagian atas) dan

94−108 °C (bagian bawah). Nilai tersebut

tidak jauh berbeda dengan nilai titik leleh

GPA dari literatur, yakni 109−111 °C (MSDS

1999). Nilai titik leleh yang tidak jauh berbeda dengan nilai titik leleh pada literatur membuktikan bahwa sintesis GPA telah terbentuk.

Tabel 1 Data titik leleh produk GPA

No Titik Leleh GPA (°C)

Bagian atas Bagian bawah

1 109-111 103-108

2 108-110 94-102

3 108-110 96-100

Pada saat penambahan air es, produk GPA terpisah menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Adanya bagian atas dan bagian bawah maksudnya, pada saat sintesis GPA, produk yang dihasilkan ada yang mengendap di bagian bawah vial dan ada yang ikut melayang pada air. Keduanya diyakini sebagai GPA karena memiliki bentuk yang sama, yakni padatan berwarna putih. Namun untuk GPA bagian bawah, harus dilakukan pemurnian, karena titik lelehnya berkisar antara 94–108 °C. GPA yang diambil untuk analisis FTIR dan sintesis glukosa oleat adalah GPA bagian atas, karena titik lelehnya lebih dekat dengan titik leleh GPA literatur.

Selain dilakukan pengujian titik leleh,

produk sintesis GPA juga dilakukan

pengambilan spektrum analisis FTIR-nya, kemudian hasilnya dibandingkan dengan spektrum FTIR glukosa dan GPA literatur (Gambar 8, 9, dan 10). Spektrum tersebut menunjukkan spektrum yang berbeda antara glukosa dan GPA. Spektrum FTIR glukosa (Gambar 8) memiliki serapan gugus hidroksil

pada 3200–3600 cm-1, sementara pada

spektrum FTIR GPA (Gambar 9) serapannya melemah. Melemahnya serapan vibrasi ulur –

OH (3200–3600 cm-1) menunjukkan bahwa

gugus hidroksil glukosa telah digantikan oleh gugus asetil dari anhidrida asetat. Hal tersebut juga didukung dengan adanya serapan yang sangat tajam dari vibrasi ulur C=O (1735– 1750 cm-1) dan vibrasi ulur C−O ester (1200

cm-1) pada GPA. Perbedaan lain kedua

spektrum tersebut terlihat pada bilangan

gelombang 2800–3000 cm-1 dan 1370–1450

cm-1 yang berturut-turut menunjukkan vibrasi ulur C–H dari –CH3 dan –CH2– rantai alkil

serta vibrasi tekuk C–H dari CH3C=O.

Gambar 8 Spektrum FTIR glukosa (www.asdlib.org).

(14)

6

ulur C-O ester tekuk

C-H

4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0 -1.5

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 35.4

cm-1 %T

1742.85

1372.31

1224.05 1137.12

1038.31 947.98

913.88 607.64

548.29

486.36

Gambar 9 Spektrum FTIR GPA hasil sintesis.

Gambar 10 Spektrum FTIR GPA (Spectra Database for Organic Compound SDBS).

Sementara antara spektrum FTIR GPA hasil sintesis (Gambar 9) dan literatur (Gambar 10) terdapat persamaan, yakni pada bilangan gelombang 1735–1750, 1200, 2800–

3000 dan 1370–1450 cm-1 yang berturut-turut

menunjukkan vibrasi ulur C=O, vibrasi ulur

C−O ester, vibrasi ulur C–H dari –CH3 dan –

CH2– rantai alkil, serta vibrasi tekuk C–H dari CH3C=O (Silverstein et al. 1981).

Sintesis Metil Oleat

Metil oleat disintesis dari asam oleat dan metanol (Gambar 11). Prinsip reaksinya adalah esterifikasi antara asam karboksilat dan alkohol. Asam oleat berperan sebagai asam karboksilat. Esterifikasi asam oleat menjadi metil oleat bertujuan memaksimalkan reaksi

glukosa oleat, karena gugus metoksi

merupakan gugus pergi yang lebih baik dibandingkan dengan gugus hidroksil.

Gambar 11 Reaksi esterifikasi pada sintesis metil oleat. ulur C=O ester

ulur C-H

tekuk C-H

ulur C=O ester ulur C-H

CH

3

OH

BF

3
(15)

7

Larutan NaCl jenuh dan heksana dapat memisahkan FAME dari campuran reaksi

sehingga dihasilkan FAME dengan

kandungan asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Larutan NaCl jenuh berfungsi sebagai elektrolit yang memberikan efek garam dan menarik molekul air yang merupakan hasil samping reaksi sehingga proses solvasi FAME oleh heksana berlangsung lebih baik.

Gambar 12 Produk metil oleat.

Produk sintesis metil oleat berupa cairan

berwarna kuning terang (Gambar 12).

Persentase hasil sintesis metil oleat dari tiga kali ulangan adalah 48,89; 38,02; dan 95,69% (Lampiran 6). Penentuan kadar asam lemak bebas (%FFA) dilakukan untuk mengetahui

terbentuknya metil oleat. Dari hasil

perhitungan, kadar asam lemak bebas metil oleat hasil sintesis adalah 4,85; 2,23; dan 4,40% (Lampiran 7).

Spektrum FTIR metil oleat hasil sintesis dan literatur (Gambar 13 dan 14) sama-sama memperlihatkan serapan vibrasi ulur dan tekuk C–H dari CH3, –CH2– rantai alkil, berturut-turut pada 2800–3000 dan 1370–

1450 cm-1. Serapan pada 1745 cm-1

menunjukkan vibrasi ulur C=O dan 1170 cm-1

vibrasi ulur C–O ester. Hal ini sesuai dengan

Silverstein et al. (1981) yang menyatakan

bahwa ester metil asam lemak rantai panjang memiliki tiga pita serapan dengan serapan yang kuat pada bilangan gelombang sekitar

1175 cm-1. Hasil analisis FTIR juga

memperlihatkan bahwa gugus −OH asam oleat telah tersubstitusi oleh gugus metil dari metanol. Hal ini didasarkan pada hilangnya

pita serapan −OH (3000–3400 cm-1) pada

spektrum metil oleat.

4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0

4.0 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 56.5

cm-1 %T

2925.32 2854.81

1743.50

1436.30 1362.23

1171.39

723.31

Gambar 13 Spektrum FTIR metil oleat hasil sintesis.

ulur C-O ester

ulur C-H ulur C=O ester

(16)

8

Gambar 14 Spektrum FTIR metil oleat (Spectra Database for Organic Compound SDBS).

Sintesis Glukosa Oleat

Glukosa oleat disintesis dari GPA dan metil oleat, dengan katalis NaOH (Gambar 15). Reaksi ini dilakukan dengan radiasi gelombang mikro. Dengan menggunakan

gelombang mikro, sintesis dapat berjalan lebih cepat yakni 10 menit. Sementara dengan cara

konvensional, Nugraha (2006) dan

Rahmawaty (2008) membutuhkan waktu 6 jam untuk mensintesis glukosa oleat.

Gambar 15 Reaksi transesterifikasi pada sintesis glukosa oleat.

Sintesis glukosa oleat merupakan reaksi transesterifikasi antara GPA dan metil oleat. Pertukaran gugus pada reaksi transesterifikasi ini terjadi antara gugus asetat dari GPA dengan gugus asil dari metil oleat. Reaksi ini termasuk jenis substitusi nukleofilik (gugus

asil) dengan mekanisme adisi-eliminasi.

Nukleofil (atom O dari gugus −OCH3 FAME)

menyerang atom C gugus karbonil GPA lalu melepas gugus pergi untuk membentuk gugus karbonil dari ester yang baru.

ulur C-H

ulur C=O ester tekuk C-H

(17)

Produk sintesis glukosa oleat berupa padatan putih kekuningan yang sangat lunak (Gambar 16). Persentase hasil sintesis glukosa oleat adalah 47,18 dan 14,85% (Lampiran 8).

Gambar 16 Produk glukosa oleat.

Glukosa oleat dihasilkan karena substitusi gugus asetil GPA oleh gugus asil metil oleat

[CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-C=O]. Hal

tersebut menyebabkan spektrum FTIR

glukosa oleat (Gambar 17) dan GPA hasil

sintesis berbeda pada serapan 2800–3000 cm-1

yang menunjukkan vibrasi ulur C–H dari gugus CH3 dan –CH2– pada rantai alifatik asam lemak (Silverstein et al. 1981). Apabila dibandingkan dengan pita spektrum GPA hasil sintesis, pita serapan ini lebih kuat karena gugus asetil GPA tergantikan oleh gugus asil FAME. Pada bilangan gelombang 3200–3600

cm-1 terdapat serapan vibrasi ulur –OH

(walaupun lebih lemah dibandingkan pada spektrum FTIR glukosa, gambar 8), padahal jika dilihat dari spektrum FTIR GPA (Gambar 9) serapannya sangat lemah. Hal ini terjadi karena tidak semua gugus asetil GPA tersubstitusi oleh gugus asil metil oleat, melainkan tersubstitusi oleh –OH dari katalis NaOH.

4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0 -1.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21.2 cm-1 %T 3430.02 2922.03 1561.75 1425.16 1024.97 721.91

Gambar 17 Spektrum FTIR glukosa oleat hasil sintesis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Reaksi yang terjadi pada sintesis GPA

dan glukosa oleat adalah reaksi

transesterifikasi, sedangkan reaksi sintesis metil oleat merupakan reaksi esterifikasi. Sintesis GPA dan glukosa oleat dilakukan

dengan metode Microwave-Assisted Organic

Synthesis (MAOS), dengan waktu reaksi yang

lebih cepat yakni 5−10 menit. Sintesis GPA

dan glukosa oleat dengan metode MAOS dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis spektrum FTIR-nya. Selain itu, nilai titik leleh GPA hasil sintesis hampir mendekati titik leleh GPA dalam literatur, yakni 108–111 °C.

Persentase hasil sintesis GPA dari tiga kali ulangan adalah 56,05; 68,52; dan 60,14%. Persentase hasil sintesis metil oleat dari tiga kali ulangan adalah 48,89; 38,02; dan 95,69%. Persentase hasil sintesis glukosa oleat adalah 47,18 dan 14,85%.

(18)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk optimasi faktor waktu dan jumlah pada sintesis ester glukosa oleat melalui metode

Microwave-Assisted Organic Synthesis

(MAOS).

DAFTAR PUSTAKA

[MSDS] Material Safety Data Sheet. 2004. MSDS O3596: Oleic Acid. [terhubung

berkala]. http://www.jtbaker.com/msds/

englishhtml/o3596.htm [15 Mei 2009].

Akoh CC dan Swanson BG. 1990.

Carbohydrate Fatty Acid Esters. New

York: Marcell Dekker Inc.

Ambara P. 2007. Microwave Synthesis

[terhubung berkala].

http://ambarapradipta.wordpress.com/7-microwave-synthesis.html [3 Apr 2009].

Barbosa SL et al. 2006. Solvent Free

Esterification Reactions using Lewis Acids in Solid Phase Catalysis. Science

Direct (313):146-150 [terhubung

berkala].linkinghub.elsevier.com/retrieve/ pii/S0926860X06005564 [3 Apr 2009]

El-Ashry ESH et al. 2007. MAOS versus

Conventional Synthesis of 4,5-di- and

3,4,5-triphenylimidazole-2-thione and

Their Derivatives. Arkivoc (vii):30-40

[terhubung berkala].

www.arkat-usa.org/get-file/18706 [13 Des 2007]

Fessenden RJ dan Fessenden JS. 1982. Kimia

Organik. Jilid 2. Ed ke-3. Terjemahan

Alloyssus Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.

Feuge RO, Zeringue Jr HJ, Weiss TJ, Brown M. 1970. Preparation of Sucrose Ester by

Interesterification. Am J Oil Chem Soc

(33):424 [terhubung berkala].

http://ci.nii.ac.jp/naid/10009959390 [15

Mei 2009]

Furniss BS, et al. 1989. Vogel’s Textbook of

Practical Organic Chemistry. Ed ke-5.

New York: John Willey & Sons, Inc.

Harvey D. 2000. Modern Analytical

Chemistry. New York: Mc Graw Hill.

Kasori Y dan Kashiwa K. 1999. Method for Producing A Sucrose Fatty Acid Ester

[terhubung berkala].

www.patentstorm.us/patents/5908922.ht ml [13 Des 2007]

Kuang D, Obaje OJ, dan Ali AM. 2000.

Synthesis and Characterization of

Acetylated Glucose Fatty Esters from Palm and Palm Kernel Oil Fatty Methyl

Esters. Journal of Oil Palm Research.

12(2):14-19 [terhubung berkala].

palmoilis.mpob.gov.my/publications/jopr v12n2-p2.pdf [13 Des 2007].

Liu C. 2002. Microwave Assisted Organic

Synthesis [terhubung berkala].

http://bama.ua.edu/~chem/seminars/stude

ntseminars/fall02/liu-semf02.pdf [13

Desember 2007].

Nugraha A. 2006. Sintesis Ester Glukosa

Oleat dari Glukosa Pentaasetat dan Metil

Oleat [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Petkewich R. 2008. Chemical & Engineering

News [terhubung berkala].

http://pubs.acs.org/cen/news/86/i37/8637 notw9.html [15 Mei 2009].

Rahmawaty M. 2008. Sintesis Glukosa Oleat

dari Metil Oleat dan Glukosa Pentaasetat

Menggunakan Katalis Zeolit Alam

Cikembar [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Silverstein RM, Bassler GC, Morrill TC.

1981. Penyidikan Spektrometrik Senyawa

Organik. Ed ke-4. Terjemahan AJ

Hartomo dan Anny Victor Purba. Jakarta: Erlangga.

Tarigan J. 2002. Ester Asam Lemak

[terhubung berkala].

http://library.usu.ac.id/download/fmipa/K imia-Juliati.pdf [13 Desember 2007].

Varma RS. 2001. Solvent-free Accelerated Organic Syntheses using Microwaves.

Pure Appl. Chem 73(1):193-198

[terhubung berkala].

www.iupac.org/publications/pac/2001/pdf

(19)

11

Vogel AI. 1974. A Text-Book of Practical

Organic Chemistry; including Qualitative

Organic Analysis. Ed ke-3. London:

(20)
(21)

13

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Sintesis GPA

Analisis FTIR

Sintesis Metil Oleat

Sintesis

Glukosa Oleat

Titik Leleh

Analisis FTIR

(22)

14

Lampiran 2 Diagram alir sintesis glukosa pentaasetat metode MAOS

disaring dan dicuci dengan

sedikit air dingin

didinginkan

ditambahkan air es 125 ml

2.5 g glukosa

0.5 g ZnCl

2

13.5 g

anhidrida asetat

Radiasi dengan gelombang mikro

selama 10 menit

Padatan (minyak mengeras)

Rekristalisasi

GPA

(23)

15

Lampiran 3 Diagram alir sintesis metil oleat (modifikasi AOAC 1999)

Refluks

20 menit, 80

o

C

10 g asam oleat

35.4 ml NaOH

dalam metanol 1 N

didinginkan dalam suhu ruang

ditambahkan NaCl jenuh dan heksana

ditambahkan 70 mL BF

3

di ruang asam

Ekstraksi

Evaporasi

Refluks

20 menit, 80

o

C

lapisan heksana dipisahkan

Metil Oleat

(24)

16

Lampiran 4 Diagram alir sintesis glukosa oleat metode MAOS

didinginkan

Metil Oleat

(15,0 mmol)

GPA

(5,0 mmol)

katalis NaOH

(0,12 gram)

Radiasi dengan gelombang mikro

selama 10 menit

didinginkan

dilarutkan dengan asetonitril

Netralisasi dengan 1−3 ml asam asetat glasial

Glukosa Oleat

(25)

17

Lampiran 5 Perhitungan persentase hasil GPA

Data persentase hasil sintesis GPA

No

Bobot (g)

Bobot GPA (g)

Persen

Hasil (%)

ZnCl

2

anhidrida

asetat

glukosa

bagian

atas

bagian

bawah

total

1

0,5060

13,5421

2,5137

0,1079

2,9552

3,0631

56,05

2

0,5068

13,5309

2,5111

0,2232

3,5211

3,7443

68,52

3

0,5183

13,5314

2,5170

0,3517

2,9347

3,2684

60,14

Keterangan:

Adanya bagian atas dan bagian bawah maksudnya, pada saat sintesis GPA, produk yang

dihasilkan terdiri atas 2 fase. Keduanya diyakini sebagai GPA karena memiliki bentuk

yang sama, yakni padatan berwarna putih. Namun untuk GPA yang bagian bawah, harus

dilakukan pemurnian, karena titik lelehnya berkisar antara 94

108

°C.

Contoh perhitungan persentase hasil sintesis GPA:

Bobot glukosa

= 2,5137 g

Bobot anhidrida asetat

= 13,5421 g

Bobot GPA

= 3,0631 g

BM glukosa

= 180,0954 g/mol

BM anhidrida asetat

= 102,0249 g/mol

BM GPA

= 390,3393 g/mol

Mol glukosa

=

)

/

(

)

(

mol

g

BM

g

bobot

=

mol

g

g

/

0954

,

180

5137

,

2

= 0,0140 mol

Mol anhidrida asetat

=

)

/

(

)

(

mol

g

BM

g

bobot

=

mol

g

g

/

0249

,

102

5421

,

13

= 0,1327 mol

Reaksi:

glukosa +

5 anhidrida asetat

GPA +

5 asam asetat

Mol glukosa

Mol anhidrida

asetat

Mol GPA

Mol asam

asetat

Mula-mula

0,0140

0,1327

-

-

Bereaksi

0,0140

0,0698

0,0140

0,0698

Sisa

-

0,0629

0,0140

0,0698

Bobot teoritis = mol GPA (mol) x BM GPA (g/mol)

= 0,0140 mol x 390,3393 g/mol

= 5,4648 g

Persentase hasil =



×

100

%



teoritis

bobot

contoh

bobot

=

100

%

4648

,

5

0631

,

3

×





g

g

(26)

18

Lampiran 6 Perhitungan persentase hasil metil oleat

Data persentase hasil sintesis metil oleat

No

Bobot (gram)

Volume Metanol

(ml)

Persen Hasil (%)

Asam Oleat

Metil Oleat

1

10,0375

5,1600

35

48,89

2

10,0049

3,9900

35

38,02

3

10,0261

10,0717

35

95,69

Contoh perhitungan persentase hasil sintesis metil oleat:

Bobot asam oleat

= 10,0375 g

Bobot metil oleat

= 5,1600 g

Volume metanol

= 35,0000 ml

ρ

metanol

= 0,79 g/ml

BM asam oleat

= 282,2864 g/mol

BM metil oleat

= 296,4879 g/mol

BM metanol

= 32,0317 g/mol

Mol asam oleat

=

)

/

(

)

(

mol

g

BM

g

bobot

=

mol

g

g

/

2864

,

282

0375

,

10

= 0,0356 mol

Mol metanol

=

)

/

(

(g/ml)

)

(

mol

g

BM

ml

volume

×

ρ

=

mol

g

ml

g

ml

/

0317

,

32

/

79

,

0

0000

,

35

×

= 0,8632 mol

Reaksi:

asam oleat

+ metanol

metil oleat +

H

2

O

Mol asam oleat

Mol metanol

Mol metil oleat

Mula-mula

0,0356

0,8632

-

Bereaksi

0,0356

0,0356

0,0356

Sisa

-

0,8276

0,0356

Bobot teoritis = mol metil oleat (mol) x BM metil oleat (g/mol)

= 0,0356 mol x 296,4900 g/mol

= 10,5550 g

Persentase hasil =



×

100

%



teoritis

bobot

contoh

bobot

=

100

%

5550

,

10

1600

,

5

×





g

g

(27)

19

Lampiran 7 Penentuan kadar asam lemak bebas (%FFA) (SNI 01-3555-1994)

Sebanyak 2,5 ml (

ρ

= 0,86 g/ml) metil oleat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250

ml, kemudian ditambahkan 25 ml etanol dan direfluks selama 15 menit. Larutan

ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH sampai titik

akhir tercapai yang ditandai dengan timbulnya warna merah jambu tetap selama 15 detik.

%

100

)

(

)

(

%

=

×

×

×

mg

contoh

bobot

oleat

asam

BM

NaOH

N

ml

NaOH

V

FFA

Keterangan:

BM asam oleat = 282,2864 g/mol

Data persentase asam lemak bebas metil oleat hasil sintesis

1)

Metil oleat 1

Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N

Bobot asam oksalat

= 0,6360 gram

Volume larutan

= 100 ml

Normalitas asam oksalat percobaan

=

Volume

oksalat

as

BE

oksalat

as

bobot

.

.

=

L

ekiv

g

g

1

,

0

0350

,

63

6360

,

0

= 0,1009 N

Standardisasi larutan NaOH 1 N oleh asam oksalat 0,1009 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

Normalitas

NaOH (N)

1

21,8

22,3

0,5

1,0090

2

22,3

22,8

0,5

1,0090

3

22,8

23,3

0,5

1,0090

Rerata

1,0090

Contoh perhitungan:

Normalitas NaOH (N) =

NaOH

V

oksalat

asam

N

V

)

(

×

=

ml

N

ml

5

,

0

1009

,

0

5

×

= 1,0090 N

Titrasi Metil oleat 1 oleh NaOH 1,0090 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

%FFA

1

20,5

21,0

0,5

6,62

2

21,0

21,3

0,3

3,97

3

21,3

21,6

0,3

3,97

Rerata

4,85

Contoh perhitungan:

%

100

2150

/

2864

,

282

0090

,

1

3

,

0

%

=

×

×

×

mg

mol

g

N

ml

(28)

20

Lanjutan Lampiran 7

2)

Metil oleat 2

Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N

Bobot asam oksalat

= 0,6360 gram

Volume larutan

= 100 ml

Normalitas asam oksalat percobaan

= 0,1009 N

Standardisasi larutan NaOH 1 N oleh asam oksalat 0,1009 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

Normalitas

NaOH (N)

1

19,0

19,5

0,5

1,0090

2

19,5

20,1

0,6

0,8408

3

20,1

20,6

0,5

1,0090

Rerata

0,9529

Titrasi Metil oleat 2 oleh NaOH 0,9529 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

%FFA

1

20,6

20,8

0,2

2,43

2

20,8

20,95

0,15

1,82

3

20,95

21,15

0,2

2,43

Rerata

2,23

3)

Metil oleat 3

Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N

Bobot asam oksalat

= 0,6336 gram

Volume larutan

= 100 ml

Normalitas asam oksalat percobaan

= 0,1005 N

Standardisasi larutan NaOH 1 N oleh asam oksalat 0,1005 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

Normalitas

NaOH (N)

1

13,0

14,1

1,1

0,9145

2

14,1

15,2

1,1

0,9145

3

15,2

16,3

1,1

0,9145

Rerata

0,9145

Titrasi Metil oleat 3 oleh NaOH 0,9145 N

No

Volume

awal (ml)

Volume

akhir (ml)

Volume

NaOH

(ml)

%FFA

(29)

21

Lampiran 8 Perhitungan persentase hasil glukosa oleat

Data persentase hasil sintesis glukosa oleat

No

Bobot (g)

Persen hasil

(%)

GPA

Metil oleat (FAME)

Glukosa oleat

1

0,4506

2,2322

0,8178

47,18

2

0,2311

1,1230

0,1320

14,85

Contoh perhitungan persentase hasil sintesis GPA:

Bobot GPA

= 0,4506 g

Bobot metil oleat

= 2,2322 g

Bobot glukosa oleat

= 0,8178 g

BM GPA

= 390,3393 g/mol

BM metil oleat

= 296,4879 g/mol

BM glukosa oleat

= 1501,4718 g/mol

Mol GPA

=

)

/

(

)

(

mol

g

BM

g

bobot

=

mol

g

g

/

3393

,

390

4506

,

0

= 1,1544 x 10

-3

mol

Mol metil oleat

=

)

/

(

)

(

mol

g

BM

g

bobot

=

mol

g

g

/

4879

,

296

2322

,

2

= 7,5288 x 10

-3

mol

Reaksi:

GPA +

metil oleat

glukosa oleat

Mol GPA

Mol metil oleat

Mol glukosa oleat

Mula-mula

1,1544 x 10

-3

7,5288 x 10

-3

-

Bereaksi

1,1544 x 10

-3

1,1544 x 10

-3

1,1544 x 10

-3

Sisa

-

6,3744 x 10

-3

1,1544 x 10

-3

Bobot teoritis = mol glukosa oleat (mol) x BM glukosa oleat (g/mol)

= (1,1544 x 10

-3

)

mol x 1501,4718 g/mol

= 1,7333 g

Persentase hasil =



×

100

%



teoritis

bobot

contoh

bobot

=

100

%

7333

,

1

.

8178

,

0

×





g

g

Gambar

Gambar 1 Struktur Haworth (a) α-D-glukosa β
Gambar 4 Skema microwave oven (sumber: Microsoft Encarta ’96).
Tabel 1  Data titik leleh produk GPA
Gambar 10  Spektrum FTIR GPA (Spectra Database for Organic Compound SDBS).
+4

Referensi

Dokumen terkait