• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI RASIO MOL 4-METOKSIBENZALDEHIDA–SIKLOHEKSANON PADA SINTESIS 2-(4'-METOKSIBENZILIDEN)SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN METODE MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH VARIASI RASIO MOL 4-METOKSIBENZALDEHIDA–SIKLOHEKSANON PADA SINTESIS 2-(4'-METOKSIBENZILIDEN)SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN METODE MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI RASIO MOL 4-METOKSIBENZALDEHIDA–SIKLOHEKSANON PADA SINTESIS 2-(4'-METOKSIBENZILIDEN)SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN

METODE MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh: Elga Riesta Puteri NIM 13307141052

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH VARIASI RASIO MOL 4-METOKSIBENZALDEHIDA–SIKLOHEKSANON PADA SINTESIS 2-(4'-METOKSIBENZILIDEN)SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN

METODE MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)

Oleh: Elga Riesta Puteri NIM 13307141052

Pembimbing: Dr. Sri Handayani

ABSTRAK

Telah dilakukan optimasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon pada sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon menggunakan metode MAOS. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh variasi rasio mol dan rasio mol yang menghasilkan rendemen maksimal.

Sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dilakukan melalui reaksi kondensasi Claissen Schmidt dengan katalis NaOH. Variasi rasio mol 4-metoksi-benzaldehida:sikloheksanon yang digunakan adalah 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, dan 1:8. Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon menggunakan metode MAOS dibutuhkan waktu 120 detik. Senyawa hasil sintesis diidentifikasi menggunakan KLT, KLT scan, spektroskopi IR dan 1H NMR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida: sikloheksanon berpengaruh pada sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Hal tersebut ditunjukkan dari perbedaan rendemen yang dihasilkan. Variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, dan 1:8 menghasilkan rendemen 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon secara berurutan 0%; 59,272%; 64,122%; 46,782%; dan 45,555%. Rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang memberikan rendemen maksimal adalah 1:4.

(3)

iii

THE EFFECT OF 4-METHOXYBENZALDEHYDE–CYCLOHEXANONE MOLE RATIO VARIATION ON THE SYNTHESIS OF

2-(4'-METHOXYBENZYLIDENE)CYCLO-HEXANONE USING MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) METHODS

By:

Elga Riesta Puteri NIM 13307141052

Supervisor: Dr. Sri Handayani

ABSTRACT

Optimization mole ratio of 4-methoxybenzaldehyde:cyclohexanone on the synthesis of 2-(4'-methoxybenzylidene)cyclohexanone was done by MAOS methods. This research aims to determine the effect of mole ratio variation and mole ratio which produce maximum yield.

Synthesis of 2-(4'-methoxybenzylidene)cyclohexanone was done through Claissen Schmidt condensation with NaOH as catalyst. Variation of 4-methoxy-benzaldehyde:cyclohexanone mole ratio were 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, and 1:8. 2-(4'-methoxybenzylidene)cyclohexanone could be synthezied using MAOS methods for 120 seconds. Synthesis product was identified by TLC, TLC scan, spectroscopy IR, and spectroscopy 1H NMR.

The result of this research showed that the variation of 4-methoxy-benzaldehyde:cyclohexanone mole ratio had an effect on the synthesis of 2-(4'-methoxybenzylidene)cyclohexanone. It was proven by the different of yields which have been produced. Variation of 4-methoxybenzaldehyde:cyclohexanone mole ratio 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, and 1:8 produced 2-(4'-methoxybenzylidene)cyclohexanone 0%; 59.272%; 64.122%; 46.782%; and 45.555% in yields respectively. The mole ratio of 4-methoxybenzaldehyde:cyclohexanone which gives the maximum yield is 1:4.

(4)
(5)
(6)

vi

(7)

vii

MOTTO

Hasbunallah Wani’mal Wakil Ni’mal Maula Wani’man Nasir.

"Cukuplah Allah sebaik-baiknya penolong dan pelindung kami."

The right path is not the easiest one

You can’t predict the outcome, you can only do your best

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, saya ucapkan rasa syukur kepada Allah SWT

yang telah memberikan saya kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini

terselesaikan.

Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Keluarga saya. Bapak Sumarna, Ibu Sri Kumayawati, Mas Rizki Fauzi

Oktiawan, dan Dek Alfian Putra Pamungkas. Terimakasih atas doa dan

dukungan yang tidak pernah putus untuk saya.

 Bu Sri Handayani, sebagai Penasehat Akademik dan Pembimbing Tugas

Akhir Skripsi. Terimakasih atas bimbingan Ibu selama ini.

 Nindyashinta Maharani Darnasmara sahabat terbaik saya dari awal

perkuliahan. Thank you for always being there for me when no one else does.

 Quattro (Rizky Ifandriani, Ismu Rohmah R., Nindyashinta M. D.)

sahabat-sahabat yang selalu memberi motivasi, sahabat-sahabat-sahabat-sahabat terbaik saya.

 Asiah Nurul Fajri, teman satu pembimbing dan teman diskusi selama

penelitian dan penyusunan skripsi.

 Teman-teman penelitian Kimia Organik (Novia, Linda, Maya, Devry, Lilin,

Safrina, Eka, Shinta, Hajar, Amel, Fitri) yang saling menghibur,

menyemangati, bertukar pendapat selama penelitian.

 Teman-teman seperjuangan di Kimia E 2013 yang telah menjadi keluarga

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobilalamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Rasio Mol 4-Metoksibenzaldehida–

Sikloheksanon pada Sintesis 2-(4'-Metoksibenziliden)sikloheksanon menggunakan

Metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)” dengan lancar.

Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Sains di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta. Pada penyusunan karya tulis ini, penyusun

mendapatkan bantuan, dorongan dan kerja sama dari berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Sri Handayani, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

arahan, nasihat, dan motivasi sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Cornelia Budimarwanti, M.Si., selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Dr.

Amanatie, selaku Dosen Penguji Pendamping yang telah memberikan saran

untuk Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph. D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia dan

Koordinator Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

(10)

x

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara moral

maupun material dalan penyelesaian tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat

penyusun sebut satu-persatu.

Semoga semua bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penyusun

mendapat balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak di masa yang akan datang.

Penyusun menyadari bahwa karya ini masih terdapat kekurangan, oleh karena

itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kebaikan penelitian yang lebih lanjut.

Yogyakarta, Juli 2017

Penyusun,

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

1. Senyawa 4-Metoksibenzaldehida... 8

2. Senyawa sikloheksanon ... 8

3. Katalis Natrium hidroksida (NaOH) ... 10

4. Kondensasi Aldol Silang... 10

5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 15

6. Spektroskopi Inframerah (IR) ... 16

7. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (1H NMR) ... 18

8. Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS) ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Alat dan Bahan Penelitian ... 22

1. Alat Penelitian ... 22

2. Bahan Penelitian ... 22

B. Prosedur Kerja ... 23

1. Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ... 23

2. Karakterisasi Senyawa Hasil Sintesis ... 23

C. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Hasil Penelitian ... 25

(13)

xiii

2. Hasil KLT dan KLT Scanner ... 26

3. Hasil Karakterisasi menggunakan Spektrofotometer IR... 30

4. Hasil Karakterisasi menggunakan Spektrometer 1H NMR ... 31

B. Pembahasan ... 32

1. Identifikasi Hasil Sintesis 2-(4-Metoksibenziliden)sikloheksanon ... 32

a. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan KLT dan KLT Scanner ... 32

b. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi IR ... 34

c. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi 1H NMR ... 35

2. Reaksi Kondensasi Claissen Schmidt antara 4-Metoksibenzaldehida dengan Sikloheksanon ... 39

3. Pengaruh Variasi Rasio Mol 4-Metoksibenzaldehida:Sikloheksanon pada Sintesis 2-(4-Metoksibenziliden)sikloheksanon ... 43

BAB V PENUTUP ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkiraan daerah serapan gugus fungsi dalam spektrum IR senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ... 16

Tabel 2. Perkiraan daerah pergeseran (δ) dalam spektrum 1H NMR senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ... 17

Tabel 3. Data hasil sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon pada setiap variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon ... 24

Tabel 4. Data KLT scanner senyawa pembanding dan hasil sintesis pada setiap variasi rasio mol... 29

Tabel 5. Hasil analisis gugus fungsi pada spektrum IR sampel B ... 31

Tabel 6. Hasil analisis spektrum 1H NMR sampel B ... 32

Tabel 7. Hasil analisis spektrum 1H NMR senyawa target pada sampel B ... 37

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur 4-metoksibenzaldehida ... 8

Gambar 2. Struktur sikloheksanon ... 9

Gambar 3. Pembentukan ion enolat sikloheksanon ... 9

Gambar 4. Struktur enol dan enolat ... 11

Gambar 5. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang benzalaseton dengan katalis basa ... 12

Gambar 6. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dibenzalaseton dengan katalis basa ... 13

Gambar 7. Reaksi sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ... 23

Gambar 8. Senyawa hasil sintesis ... 24

Gambar 9. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dengan eluen kloroform: n-heksan (3:2) ... 25

Gambar 10. Hasil KLT Scanner ... 25

Gambar 11. Hasil KLT scanner senyawa pembanding 2,6-bis-(4'-metoksi- benziliden)sikloheksanon ... 26

Gambar 12. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksi- benzaldehida:sikloheksanon (1:1) ... 26

Gambar 13. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksi- benzaldehida:sikloheksanon (1:2) ... 27

Gambar 14. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksi- benzaldehida:sikloheksanon (1:4) ... 27

Gambar 15. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksi- benzaldehida:sikloheksanon (1:6) ... 28

Gambar 16. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksi- benzaldehida:sikloheksanon (1:1) ... 28

(16)

xvi

Gambar 18. Hasil KLT Scanner sampel B setelah rekristalisasi ... 30

Gambar 19. Spektrum Inframerah Sampel B ... 30

Gambar 20. Spektrum 1H NMR Sampel B ... 31

Gambar 21. Kode posisi proton senyawa target 2-(4'-metoksibenziliden)-

Sikloheksanon ... 35

Gambar 22. Perkiraan daerah serapan proton senyawa 2-(4'-metoksi-

benziliden)sikloheksanon menggunakan software chemdraw ... 36

Gambar 23. Perkiraan spektrum 1H NMR proton senyawa 2-(4'-metoksi-

benziliden)sikloheksanon software chemdraw... 36

Gambar 24. Kode posisi proton senyawa hasil samping 2,6-bis-(4'-metoksi-

benziliden)sikloheksanon ... 37

Gambar 25. Perkiraan daerah serapan proton senyawa 2,6-bis-(4'-metoksi-

benziliden)sikloheksanon menggunakan software chemdraw ... 37

Gambar 26. Perkiraan spektrum 1H NMR proton senyawa 2,6-bis-(4'-metoksi- benziliden)sikloheksanon software chemdraw... 38

Gambar 27. Mekanisme reaksi sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dengan katalis NaOH ... 40

Gambar 28. Mekanisme pembentukan senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)- sikloheksanon ... 42

Gambar 29. Grafik hubungan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon terhadap persen rendemen ... 43

Gambar 30. Mekanisme reaksi self-aldol condensation antar sikloheksanon ... 45

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan jumlah bahan yang digunakan ... 53

Lampiran 2. Perhitungan rendemen setiap variasi rasio mol bahan ... 55

Lampiran 3. Prosedur kerja sintesis ... 59

Lampiran 4. Hasil KLT scanner ... 62

Lampiran 5. Hasil spektrofotometer IR sampel B ... 68

Lampiran 6. Hasil spektrometer 1H NMR sampel B... 69

Lampiran 7. Hasil GC-MS sampel B ... 72

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini telah banyak senyawa organik yang berhasil disintesis dari

penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul yang lebih besar melalui

berbagai reaksi kimia. Berbagai modifikasi dalam sintesis dapat dilakukan,

misalnya dengan memvariasi bahan awal, yaitu dengan memodifikasi gugus-gugus

fungsional, atau mengganti dengan bahan lain yang setipe (Budimarwanti, 2009).

Tidak hanya untuk menguji teori-teori kimia yang ada, sintesis juga dapat bertujuan

untuk menghasilkan zat-zat baru yang bermanfaat bagi manusia.

Senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon merupakan senyawa

turunan benzilidenketon. Senyawa ini dapat diperoleh dengan mereaksikan 4-

metoksibenzaldehida dan sikloheksanon menggunakan katalis NaOH. Reaksi yang

terjadi pada sintesis ini adalah reaksi kondensasi Claissen Schmidt. Reaksi

kondensasi Claissen Schmidt merupakan kondensasi aldol silang yang melibatkan

senyawa aldehida atau keton aromatik sebagai reaktannya (Fessenden dan

Fessenden, 1999).

Dalam proses sintesis suatu senyawa, jumlah reaktan yang digunakan dapat

berpengaruh terhadap senyawa hasil sintesis. Nurcahyo (2014) melaporkan bahwa

rasio mol sinamaldehida-aseton berpengaruh terhadap rendemen senyawa

sinamalaseton yang dihasilkan. Variasi rasio mol sinamaldehida-aseton 1:1, 1:5,

1:10, 1:15 dan 1:20 menghasilkan rendemen sinamalaseton berturut-turut 7,269%;

29,810%; 54,530%; 22,443% dan 9,411%. Handayani dan Arty (2008) telah

(19)

2

turunannya (1:1) menghasilkan benzalaseton, anisalaseton, veratralaseton dan

sinamalaseton. Sedangkan, dengan rasio mol aseton:benzaldehida dan turunannya

(1:2) menghasilkan dibenzalaseton, dianisalaseton, diveratralaseton dan

disinamal-aseton. Yuliyani (2016) memaparkan bahwa ada pengaruh variasi rasio mol

sikloheksanon:benzaldehida pada sintesis benzilidensikloheksanon yang

ditunjukkan dari hasil rendemen yang dihasilkan. Sintesis ini menggunakan katalis

NaOH dengan variasi rasio mol reaktan yang digunakan adalah

sikloheksanon:benzaldehida 1:1, 2:1, 4:1, 6:1, dan 8:1. Rendemen yang dihasilkan

berturut-turut adalah 4,54%; 8,52%; 9,95%; 12,73%; dan 2,79%. Rendemen

maksimal senyawa benzilidensikloheksanon yang dihasilkan yaitu pada rasio

sikloheksanon:benzaldehida 6:1. Octovianto (2015) telah berhasil melakukan

sintesis 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dengan perbandingan bahan

sikloheksanon:4-metoksibenzaldehida (1:2). Sintesis dilakukan dengan memvariasi

katalis NaOH yang digunakan yaitu 0,0025; 0,005; 0,001; 0,2; dan 0,04 mol.

Rendemen maksimal adalah menggunakan 0,04 mol NaOH yaitu sebesar 86,97%.

Pada tahun 2015, Hasanah et al. berhasil mensintesis suatu senyawa kurkumin dari

senyawa 1-metil-4-piperidinon:2-hidroksibenzaldehida (1:2) dengan katalis NaOH

menggunakan metode irradiasi microwave. Reaksi ini dilakukan selama 1 menit

dengan menggunakan daya 180 watt. Sintesis ini menghasilkan rendemen sebesar

72%.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa rasio mol reaktan

berpengaruh terhadap jumlah produk. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

(20)

2-(4'-metoksi-3

benziliden)sikloheksanon dari senyawa 4-metoksbenzaldehida dan sikloheksanon.

Rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang digunakan adalah 1:1, 1:2,

1:4, 1:6 dan 1:8. Variasi bahan dasar dengan melebihkan jumlah sikloheksanon

dilakukan dengan harapan diperoleh senyawa target yaitu

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon dan meminimalisir terbentuknya hasil samping berupa

senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

Menurut Sardjiman et al. (2003), senyawa turunan benzilidensikloheksanon,

benzilidensiklopentanon, dan benzilidenaseton merupakan senyawa yang

menunjukkan adanya aktivitas antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi sehingga

dapat digunakan sebagai obat. Pada penelitian ini diinginkan senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon karena dimungkinkan memiliki manfaat sebagai

antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi. Senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon memiliki ukuran senyawa yang lebih kecil dibandingkan

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dengan kemungkinan manfaat yang sama.

Sehingga diharapkan senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dapat

memberikan manfaat sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi dengan

ukuran senyawa yang lebih sederhana.

Berbagai metode sintesis telah dikembangkan, mulai dari yang sederhana

(konvensional) sampai yang menggunakan peralatan mutakhir (modern). Hal

tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan senyawa-senyawa kimia sintesis yang

kualitas dan kuantitasnya lebih baik serta efektif dan efisien, terutama dari sisi

(21)

4

proses sintesis karena memiliki kelebihan dibandingkan metode sintesis secara

konvensional.

Pemanasan dengan memanfaatkan energi gelombang mikro kini telah diakui

di kalangan akademisi maupun industri sebagai salah satu teknik modern yang

berguna dalam sintesis organik dan penemuan obat. Pada sintesis organik,

penggunaan irradiasi gelombang mikro dalam proses sintesis mampu menghasilkan

produk dengan cepat serta rendemen yang tinggi (Liu and Zhang, 2011). Menurut

Sekhon (2010) penggunaan teknologi microwave dapat mengurangi waktu reaksi

kimia dengan pemanasan langsung dan merata. Selain itu, memungkinkan

menghasilkan produk yang bebas pelarut.

Metode Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS) merupakan metode

sintesis menggunakan teknik pemanasan dengan memanfaatkan energi dari

gelombang mikro yang dapat dikontrol sehingga pemanasan dapat merata (Kuhnert,

2002). Metode tersebut didasarkan pada prinsip Green Chemistry yang merupakan

suatu prinsip dalam proses kimia bertujuan untuk mengurangi dampak terhadap

lingkungan dengan merancang proses dan produk kimia. Prinsip ini dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam proses sintesis untuk mengurangi penggunaan

dan pembentukan zat-zat kimia berbahaya. Green chemistry merupakan prinsip

yang memuat duabelas pilar yang dikenalkan oleh Anastas dan Warner yang saat

ini banyak diterapkan dalam proses sintesis sebagai prinsip yang ramah lingkungan

(Wardencki et al., 2005).

Pambudi (2013) telah membandingkan efektifitas metode sintesis

(22)

5

sonokimia pada sintesis hidroksikalkon dengan katalis NaOH. Pada metode

konvensional dibutuhkan waktu sintesis selama 3 jam dengan rendemen 10,37%;

pada metode sonokimia dibutuhkan waktu sintesis selama 30 menit dengan

rendemen 31,62%; serta pada metode MAOS dibutuhkan waktu sintesis selama

30-50 detik dengan rendemen 40,35%. Pada tahun 2016 Akbar berhasil mensintesis

senyawa 2,6-dibenzilidensikloheksanon dengan metode MAOS. Sintesis dilakukan

dengan memvariasi mol katalis NaOH yaitu 0,0025 mol; 0,0050 mol; 0,0075 mol;

0,0100 mol; dan 0,0125 mol. Rendemen 2,6-dibenzilidensikloheksanon yang

dihasilkan secara berurutan 84,93%; 82,48%; 97,76%; 115,93% dan 61,79%. Pada

tahun 2006, Nichols et al. berhasil mensintesis senyawa kurkumin

(1,7-diaril-1,6-heptadien-3,5-dinon) dan 15 senyawa analog kurkumin dengan kisaran rendemen

71-92% dalam waktu 1 menit dengan metode MAOS. Dari berbagai literatur di atas,

maka dalam penelitian ini dilakukan sintesis

2-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon dari 4-metoksibenzaldehida dan siklo2-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon menggunakan metode

Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bahan dasar dan metode yang digunakan dalam sintesis senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

2. Variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang digunakan

(23)

6

3. Metode identifikasi dan analisis struktur senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang melebar, penelitian ini dibatasi

sebagai berikut:

1. Bahan dasar yang digunakan dalam sintesis senyawa

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon adalah 4-metoksibenzaldehida p.a, sikloheksanon

p.a, dan katalis NaOH dengan menggunakan metode MAOS.

2. Variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang digunakan

dalam sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon adalah 1:1,

1:2, 1:4, 1:6 dan 1:8.

3. Metode identifikasi senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

menggunakan KLT, spektroskopi IR, dan spektroskopi 1H NMR.

D. Perumusan Masalah

Dari masalah yang telah dibatasi dapat dirumuskan masalah yang diteliti

sebagai berikut:

1. Dapatkah senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon disintesis dari

senyawa 4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon dengan katalis NaOH

menggunakan metode MAOS?

2. Bagaimana pengaruh variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon

(24)

7

3. Pada rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon berapakah dihasilkan

rendemen senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon yang maksimal?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dari

4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon dengan katalis NaOH menggunakan

metode MAOS.

2. Menentukan pengaruh variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:

sikloheksanon pada sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

3. Menentukan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang

menghasilkan rendemen senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

maksimal.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai

berikut:

1. Hasil sintesis dapat bermanfaat khususnya pada bidang kimia.

2. Mempelajari teknik sintesis senyawa kimia dengan metode MAOS pada

reaksi kondensasi aldol silang.

3. Mengetahui rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Senyawa 4-metoksibenzaldehida

Senyawa 4-metoksibenzaldehida atau p-anisaldehida dengan rumus molekul

C8H8O2 adalah salah satu senyawa turunan benzaldehida yang memiliki gugus

aromatik, gugus fungsi aldehida (-CHO), dan gugus metoksi (-OCH3) yang terikat

sebagai subtituen posisi para terhadap gugus -CHO. Berdasarkan data dari Material

Safety Data Sheet (MSDS) memaparkan bahwa 4-metoksibenzaldehida merupakan

senyawa dengan bobot molekul sebesar 136,16 g/mol, tidik didih 2480C, dan titik

leleh -10C. Senyawa 4-metoksibenzaldehida tidak memiliki Hα sebab letak gugus

aldehida yang terikat langsung pada salah satu atom C aromatik yang berikatan

rangkap terkonjugasi. Struktur senyawa 4-metoksibenzaldehida adalah sebagai

berikut.

C O

H

H3CO

Gambar 1. Struktur 4-metoksibenzaldehida

2. Senyawa sikloheksanon

Gugus karbonil dalam senyawa sikloheksanon terdiri dari sebuah atom

karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma

(26)

9

rumus molekul C5H10CO dengan bobot molekul 98,15 g/mol. Senyawa ini

merupakan senyawa tidak berwarna yang mudah terbakar. Sikloheksanon

mempunyai titik didih 155,6 0C dan titik leleh -310C. Struktur sikloheksanon

digambarkan pada Gambar 2 berikut.

O

Gambar 2. Struktur sikloheksanon

Pada sikloheksanon terdapat empat atom hidrogen yang terikat pada atom

karbon sebelah gugus karbonil (Hα). Ikatan atom Cα dengan Hα merupakan ikatan

yang lemah karena adanya penarikan elektron dari gugus karbonil sehingga

kerapatan elektronnya berkurang. Hal tersebut menyebabkan atom Hα mudah

disubtitusi (Wade, 2010). Dalam penelitian ini, sikloheksanon bertindak sebagai ion

enolat yaitu suatu anion terstabilisasi resonansi yang terbentuk karena deprotonasi

atom karbon sebelah gugus karbonil (karbon α). Ion enolat yang terbentuk dari

sikloheksanon disajikan pada Gambar 3 berikut.

O

OH

O

H O

ion enolat

(27)

10

3. Katalis Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida atau soda kaustik merupakan senyawa basa kuat

berbentuk padatan berwarna putih, mudah larut dalam air dan etanol, tetapi tidak

larut dalam eter. Menurut Material Safety Data Sheet (MSDS) natrium hidroksida

memiliki titik didih 1388°C dan titik leleh 3230C.

Dalam penelitian ini NaOH berperan sebagai katalis basa homogen, dimana

katalis tersebut mempunyai fasa yang sama dengan reaktan dalam reaksi

kondensasi aldol silang dari sintesis senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon. Ion enolat dapat terbentuk jika suatu senyawa aldehida atau keton

memiliki atom Hα dan terjadi dalam suasana basa. Katalis basa tersebut digunakan

untuk meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi.

4. Kondensasi Aldol Silang

Suatu senyawa karbonil dapat bertindak sebagai neuklofil apabila memiliki

atom hidrogen α. Neuklofil yang biasanya terlibat dalam kondensasi aldol adalah

enol dan enolat. Terdapat dua mekanisme reaksi kondensasi aldol silang yang

didasarkan pada katalis yang digunakan. Apabila reaksi menggunakan katalis asam

maka reaksi melalui mekanisme enol. Apabila reaksi menggunakan katalis basa

maka reaksi melalui mekanisme enolat. Ion enolat jauh lebih reaktif dibandingkan

enol karena ion enolat membawa penuh muatan negatif. Sehingga membuat ion

(28)

11

Gambar 4. Struktur enol dan enolat

Pada reaksi kondensasi aldol silang akan lebih efektif jika hanya ada satu

reaktan yang dapat membentuk ion enolat sehingga senyawa lain akan bereaksi

dengan ion enolat tersebut. Jika hanya salah satu reaktan yang memiliki hidrogen

α, maka hanya terbentuk satu ion enolat dalam larutan. Sehingga, jika ada reaktan

lain berupa senyawa karbonil, ion enolat akan menyerang senyawa karbonil

tersebut membentuk produk berupa senyawa aldol. Kemudian, hasil reaksi

kondensasi aldol silang berupa senyawa aldol tersebut akan mengalami dehidrasi

menghasilkan senyawa keton tak jenuh α,β (Wade, 2010).

Handayani (2009) menjelaskan mekanisme reaksi pada sintesis benzalaseton

dan dibenzalaseton. Pada sintesis benzalaseton hanya terjadi satu tahap reaksi

kondensasi aldol silang dengan rasio reaktan aseton:benzaldehida (1:1). Sedangkan

pada sintesis dibenzalaseton mengalami dua tahap reaksi dengan rasio reaktan

aseton:benzaldehida (2:1). Pembentukan dibenzalaseton terjadi karena

benzalaseton hasil reaksi tahap pertama masih memiliki Hα dapat bertindak sebagai

neuklofil yang akan menyerang satu bagian benzaldehida. Mekanisme reaksi yang

terjadi menggunakan katalis basa yaitu ion hidroksida disajikan pada Gambar 5

(29)

12

c. Pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi

H3C C

Gambar 5. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang benzalaseton dengan katalis basa

Benzalaseton yang terbentuk pada tahap pertama reaksi masih memiliki Hα

akan bertindak sebagai neuklofil yang selanjutnya pada tahap kedua akan bereaksi

(30)

13

Mekanisme reaksi sintesis dibenzalaseton dengan katalis basa disajikan pada

Gambar 6 berikut.

c. Pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi

C

(31)

14

5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang dikembangkan pada tahun 1938 oleh

Schraiber dan Izmailoff merupakan salah satu bentuk kromatografi planar

(Khopkar, 2010). Metode pemisahan senyawa dalam suatu campuran yang

didasarkan pada perpindahan fasa gerak dalam fasa diam. Dalam KLT fasa diam

yang digunakan berupa lapisan seragam pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik. Metode pemisahan

dengan KLT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode

pemisahan yang lain karena merupakan metode pemisahan sederhana, cepat, dan

tidak mahal. Metode KLT ini dapat digunakan untuk identifikasi dan pemurnian

senyawa organik dalam jumlah yang kecil (Ibrahim dan Sitorus, 2013:24).

Prinsip kerja dari metode pemisahan KLT ini adalah campuran senyawa yang

akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut tertentu, senyawa tersebut diletakkan

pada suatu plat. Setelah pelarut tersebut menguap, kemudian dielusi dalam chamber

yang berisi campuran pelarut. Dalam hal ini sampel yang diletakan dalam plat

sebagai fasa diam sedangkan pelarut yang digunakan sebagai fasa gerak (eluen).

Eluen yang berupa pelarut berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen

dalam sampel campuran. Plat yang tercelup pada eluen akan menunjukkan

pergerakan hingga batas tertentu. Absorben yang sangat umum digunakan dalam

kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan alumina serta kalium sulfat sebagai

perekat gel pada plat kaca. Namun, plat KLT terbuat dari aluminium lebih efisien

karena mudah digunting sesuai kebutuhan analisis (Ibrahim dan Sitorus,

(32)

15

Identifikasi senyawa organik dapat ditentukan dengan harga Rf (Retardation

factor). Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan

dengan Rf.

Harga Rf pada KLT didefinisikan sebagai berikut.

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa dari titik asal Jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai Rf antara lain adalah ketebalan

lapisan plat, kejenuhan chamber, kelembaban udara, campuran pelarut, dan

sebagainya (Stahl, 1969). Harga Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan harga

standard (Sastrohamidjojo, 2007). Jarak yang telah ditempuh fase gerak dapat

diukur dengan mudah, sedangkan jarak tempuh senyawa diukur pada pusat bercak,

jika noda tidak tampak dapat dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang

254 nm dan 366 nm.

6. Spektroskopi Inframerah (IR)

Suatu cuplikan senyawa organik bila dilewatkan sinar inframerah, maka

sejumlah frekuensi akan diserap, sedangkan frekuensi lain diteruskan/

ditransmisikan. Sinar inframerah berada pada panjang gelombang sekitar 1-100

µm, dimana daerah 0,7-2,5 µm merupakan inframerah dekat dan daerah 14,3-50

µm merupakan inframerah jauh. Identifikasi gugus-gugus fungsional dalam suatu

molekul senyawa organik dapat dilakukan menggunakan spektroskopi inframerah

(IR Spectroscopy). Daerah yang paling berguna untuk mengidentifikasi suatu

(33)

16

Energi pada puncak-puncak yang muncul dalam spektrum absorbsi sebanding

dengan frekuensi vibrasi dari suatu bagian dalam molekul sampel. Radiasi

inframerah yang digunakan untuk analisis pada rentang bilangan gelombang antara

4000-679 cm-1. Hanya pada frekuensi tertentu suatu molekul dapat menyerap

radiasi inframerah. Pada proses absorbsi, frekuensi inframerah yang sesuai dengan

frekuensi vibrasi suatu molekul akan diserap dan energi yang diserap akan

meningkatkan jumlah vibrasi ikatan molekul tersebut. Namun, tidak semua ikatan

dapat menyerap energi radiasi inframerah walaupun frekuensi radiasinya sesuai

dengan frekuensi vibrasi ikatan tersebut (Pavia et al, 2001: 14-15).

Senyawa yang diinginkan dalam penelitian ini adalah

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon. Perkiraan gugus fungsi yang akan muncul dalam

spektrum spektroskopi inframerah disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perkiraan daerah serapan gugus fungsi dalam spektrum IR senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

Gugus Fungsi Daerah serapan (cm-1) Intensitas

C=O keton 1725-1705 Kuat

C=C alkena 1680-1600 Sedang-lemah

C-H aromatik 3150-3050 Sedang-lemah

C=C aromatik 1600 dan 1475 Sedang-lemah

C-H alifatik didukung

Aromatik tersubtitusi para 900-690 Kuat

7. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (1H NMR)

Spektroskopi resonansi magnet inti (NMR) merupakan metode analisis yang

dapat digunakan untuk mengetahui tentang jumlah setiap tipe hidrogen dan sifat

lingkungan dari setiap tipe atom hidrogen. Spektroskopi 1H NMR memiliki prinsip

(34)

17

organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat. Hal ini

disebabkan karena proton dikelilingi oleh elektron-elektron dan menyebabkan

adanya perbedaan lingkungan elektronik antara satu proton dengan proton lainnya

(Sastrohamidjojo, 2007).

Suatu inti atom dalam keadaan ground state memiliki nilai spin tertentu yang

akan menyerap radiasi elektromagnetik pada medan magnet eksternal yang kuat.

Resonansi magnet inti dapat terjadi apabila inti yang searah dengan medan magnet

eksternal yang mengabsorpsi radiasi elektromagnetik sehingga berubah arah

spin-nya. Perubahan terjadi dari searah menjadi berlawanan arah dengan medan magnet

eksternal. Hal ini menyebabkan elektron pada proton tersebut dapat terlindungi

(shielding) atau tidak terlindungi (deshielding) dari medan magnet eksternal (Bo).

Berdasarkan struktur 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon, maka dapat

diperkirakan puncak yang akan muncul dalam spektrum 1H NMR disajikan pada

Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Perkiraan daerah pergeseran (δ) dalam spektrum senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

Jenis proton δ (ppm)

Proton aromatik 6,5-8

Proton C=C alkena 5,0-6,5

Proton C-C alkana 1,0-2,0

Proton –OCH3 3-4

8. Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS)

Dalam spektrum elektromagnetik, microwave berada di antara gelombang

inframerah dan radio yaitu memiliki panjang gelombang 1 mm-1 m, dan frekuensi

(35)

18

organik sudah diterapkan sejak pertengahan tahun 1980-an. Alasan utama

penerapan tersebut adalah sintesis yang bebas pelarut sehingga merupakan teknik

sintesis yang aman dan membutuhkan waktu relatif lebih cepat (Lidström et al.,

2001).

Metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) merupakan metode

modern yang saat ini banyak diterapkan dalam sintesis. Metode ini menggunakan

teknik pemanasan yang dapat dikontrol sehingga pemanasan dapat merata dengan

memanfaatkan energi dan gelombang mikro. Kelebihan dari metode MAOS adalah

dapat menyingkat waktu sintesis dan mampu mengoptimalkan zat reaktan karena

menggunakan pemanasan yang merata saat sintesis. Sehingga memungkinkan

untuk memperoleh rendemen yang maksimal dalam waktu yang singkat (Kuhnert,

2002).

Apabila dibandingkan dengan pemanasan secara konvensional, pemanasan

dengan memanfaatkan gelombang mikro diketahui bekerja lebih efisien. Reaksi

kondensasi aldol umumnya dapat menjadi alternatif untuk hasil yang maksimal.

Selain itu, metode MAOS juga memiliki kelebihan dalam mengurangi penggunaan

(36)

19

B. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, ada beberapa penelitian yang relevan telah dilakukan oleh

para peneliti sebagai berikut:

1. Nurcahyo (2014) telah berhasil mensintesis senyawa sinamalaseton dari

berbagai variasi rasio mol reaktan sinamaldehida dan aseton menggunakan

katalis basa NaOH. Reaksi sintesis dilakukan dengan metode MAOS. Variasi

rasio mol sinamaldehida-aseton yang digunakan berturut-turut adalah 1:1,

1:5, 1:10, 1:15, 1:20 dan menghasilkan rendemen sinamalaseton

berturut-turut 7,269; 29,810; 54,530; 22,443 dan 9,411%.

2. Yuliyani (2016) melakukan sintesis benzilidensikloheksanon dengan

memvariasi rasio mol bahan benzaldehida dan sikloheksanon yang

digunakan. Variasi rasio mol sikloheksanon:benzaldehida yang digunakan

adalah 1:1, 2:1, 4:1, 6:1, dan 8:1. Rendemen yang dihasilkan berturut-turut

adalah 4,54; 8,52; 9,95; 12,73; dan 2,79%. Rendemen maksimal senyawa

benzilidensikloheksanon yang dihasilkan yaitu pada rasio

sikloheksanon:benzaldehida 6:1.

3. Pambudi (2013) telah berhasil melakukan penelitian tentang efektivitas

sintesis senyawa hidroksikalkon dengan katalis NaOH melalui metode

konvensial, Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS), dan sonokimia.

Pada metode konvensional dibutuhkan waktu sintesis selama 3 jam dengan

rendemen 10,37%; pada metode sonokimia dibutuhkan waktu sintesis selama

30 menit dengan rendemen 31,62%; serta pada metode MAOS dibutuhkan

(37)

20

C. Kerangka Berfikir

Reaksi kondensasi Claisen Schmidt dapat digunakan untuk mensintesis

senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dari reaksi antara

4-metoksi-benzaldehida dan sikloheksanon dengan menggunakan katalis basa natrium

hidroksida (NaOH). Pada reaksi sintesis rasio mol reaktan yang digunakan dapat

mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, variasi mol

4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon dilakukan untuk menentukan rasio mol

dengan rendemen maksimal. Secara teori, 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

akan terbentuk pada perbandingan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon

1:1. Variasi rasio mol yang digunakan pada sintesis senyawa

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon berturut-turut adalah 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, dan 1:8. Pada

penelitian ini jumlah sikloheksanon yang digunakan lebih besar dari jumlah

4-metoksibenzaldehida agar tidak terjadi reaksi yang berkelanjutan membentuk

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Sintesis

2-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon menggunakan metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis)

dengan memanfaatkan energi gelombang mikro. Hasil sintesis yang memiliki kadar

tertinggi berdasarkan KLT Scanner dimurnikan dengan rekristalisasi kemudian

(38)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Erlenmeyer i. Neraca analitik q. Lampu sinar UV

b. Krus j. Kertas saring r. Spektrofotometer IR

c. Kaca arloji k. Spatula s. Spektrometer 1H NMR

d. Pengaduk gelas l. Chamber t. Gelas beaker

e. Pipet volum m. Plat KLT u. Penyaring panas

f. Pipet tetes n. KLT scanner v. Corong gelas

g. Aluminium foil o. Microwave oven

h. Penyaring buchner p. Lampu pengering

2. Bahan Penelitian

a. 4-Metoksibenzaldehida p.a e. Kloroform p.a

b. Sikloheksanon p.a f. n-Heksana p.a

c. NaOH p.a g. Aseton teknis

(39)

22

B. Prosedur Kerja

1. Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

Sebanyak 0,2 gram (0,005 mol) NaOH dimasukkan ke dalam krus kemudian

ditambahkan dengan 2 mL pelarut etanol dan diaduk hingga larut. Sintesis pertama

menggunakan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon 1:1. Sebanyak 0,49

gram (0,005 mol) sikloheksanon dan 0,68 gram (0,005 mol) 4-metoksibenzaldehida

secara berturut-turut ditambahkan ke dalam krus berisi NaOH, diaduk hingga

bercampur. Krus yang berisi campuran ditutup menggunakan aluminium foil dan

diberi lubang sebagai jalur sirkulasi udara. Setelah itu menyalakan microwave oven

SIGMATIC SMO-25SSG yang digunakan. Campuran dalam krus dimasukkan ke

dalam microwave oven dalam waktu 120 detik. Krus berisi endapan dikeluarkan

dari microwave oven dan dibiarkan dalam suhu kamar. Setelah dingin krus berisi

campuran ditimbang hingga berat konstan. Prosedur di atas diulangi dengan

mengganti rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon 1:2, 1:4, 1:6 dan 1:8.

2. Karakterisasi Senyawa Hasil Sintesis

Senyawa hasil sintesis diidentifikasi menggunakan KLT Scanner untuk

menentukan kemurnian dan randemen. Kemudian, senyawa hasil sintesis dengan

kemurnian tertinggi direkristalisasi dan dikarakterisasi menggunakan spektroskopi

(40)

23

C. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif

Senyawa hasil sintesis untuk setiap reaksi dianalisis dengan KLT & KLT

Scanner untuk mengetahui kemurniannya, kemudian senyawa hasil sintesis dengan

kemurnian tertinggi direkristalisasi dan dikarakterisasi menggunakan spektroskopi

IR dan 1H NMR.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung rendemen senyawa hasil

sintesis. Rendemen dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Randemen (%) = Massa hasil percobaan (gram)

Massa teoritis (gram) x % kemurnian KLT scanner

Persamaan reaksi sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

adalah sebagai berikut.

(41)

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Hasil SintesisPada Setiap Variasi Rasio Mol

Data hasil sintesis senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon pada

setiap variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon disajikan pada Tabel

3 dan produk hasil sintesis disajikan pada Gambar 8 berikut.

Tabel 3. Data hasil sintesis pada setiap variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon

Keterangan M = 4-metoksibenzaldehida S = Sikloheksanon

Gambar 8. Senyawa hasil sintesis

A B C

(42)

25

2. Hasil KLT dan KLT Scanner

Hasil kromatogram senyawa hasil sintesis menggunakan lampu UV disajikan

pada Gambar 9 berikut.

Gambar 9. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dengan eluen kloroform:n-heksan (3:2)

Keterangan Gambar:

X : senyawa pembanding 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

Hasil KLT Scanner senyawa pembanding

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon dan produk sintesis pada setiap variasi rasio mol

4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon disajikan pada Gambar 10, 11, 12, 13, 14

dan 15 berikut.

Gambar 10. Hasil KLT Scanner

B

(43)

26

Gambar 11. Hasil KLT scanner senyawa pembanding 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

(44)

27

Gambar 13. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon (1:2)

(45)

28

Gambar 15. Hasil KLT Scanner sintesis dengan rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon (1:6)

(46)

29

Data KLT scanner senyawa pembanding dan hasil sintesis pada setiap variasi

rasio mol disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Data KLT scanner senyawa pembanding dan hasil sintesis pada setiap variasi rasio mol

Kode Keterangan M = 4-metoksibenzaldehida

S = Sikloheksanon

X = Senyawa pembanding 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)siklo-heksanon

Berdasarkan Tabel 4. produk II memiliki pola puncak kromatogram yang

berbeda dengan senyawa pembanding. Sehingga, diperkirakan produk II

merupakan senyawa target. Produk II dengan kadar tertinggi yaitu sampel B

direkristalisasi untuk karakterisasi lebih lanjut dengan spektroskopi IR dan 1H

NMR. Data KLT scanner sampel B sebelum dan sesudah direkristalisasi disajikan

pada Gambar 17 dan 18 berikut.

(47)

30

Gambar 18. Hasil KLT Scanner sampel B setelah rekristalisasi

3. Hasil Karakterisasi menggunakan Spektrofotometer Inframerah (IR)

Hasil karakterisasi sampel B menggunakan spektrofotometer inframerah

(IR) disajikan pada Gambar 19 berikut.

Gambar 19. Spektrum Inframerah Sampel B

1

2

3

4 5

(48)

31

Tabel 5. Hasil analisis gugus fungsi pada spektrum IR sampel B No. Bilangan gelombang (cm-1) Gugus Fungsi

1. 2939,52 C-H alifatik

2. 1658,78 C=C alkena

3. 1597,06 C=O karbonil

4. 1512,19 dan 1458,18 C=C aromatik

5. 1249,87 dan 1033,85 C-O eter

6. 833,25 Aromatik para

4. Hasil Karakterisasi menggunakan spektrometer 1H NMR

Hasil karakterisasi sampel B menggunakan spektrometer 1H NMR disajikan

pada Gambar 20 berikut.

(49)

32

Tabel 6. Hasil analisis spektrum 1H NMR sampel B

No. δ (ppm) ΣH Multiplisitas

1. Identifikasi Hasil Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

a. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan KLT dan KLT Scanner

Identifikasi senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam hasil

sintesis. Identifikasi ini dilakukan dengan menotolkan sampel dengan jarak 1 cm

antar totolannya pada suatu plat silika yang telah diberi tanda batas atas dan batas

bawah. Eluen yang digunakan dipilih secara trial and error dengan memperhatikan

tingkat polaritas serendah mungkin untuk mengurangi serapan setiap komponen,

sehingga sampel akan lebih terikat pada fasa diam daripada fasa geraknya. Pada

penelitian ini, eluen yang digunakan adalah kloroform:n-heksana (3:2). Sampel

yang telah ditotolkan pada plat KLT dielusi dalam chamber yang berisi eluen

(50)

33

Berdasarkan identifikasi hasil KLT scanner terdapat satu puncak dominan

pada rasio mol 1:1 sedangkan pada perbandingan lain 1:2, 1:4, 1:6 dan 1:8 muncul

lebih dari satu puncak. Yuliyani (2016) mengidentifikasi senyawa hasil sintesis

reaksi kondensasi aldol silang yaitu benzilidensikloheksanon dan

dibenzilidensikloheksanon berdasarkan pola puncak kromatogram yang

bersebelahan. Senyawa tersebut teridentifikasi berdasarkan perbedaan polaritas

keduanya sehingga dilakukan pengelompokan Rf mejadi dua. Senyawa

benzilidensikloheksanon merupakan senyawa yang lebih polar dibandingkan

senyawa dibenzilidensikloheksanon sehingga Rf benzilidensikloheksanon akan

lebih rendah bila dibandingkan senyawa dibenzilidensikloheksanon.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengelompokan produk

menjadi produk I dan produk II. Pengelompokan dilakukan berdasarkan nilai Rf

yang bersebelahan. Produk I memiliki nilai Rf 0,65-0,78 sedangkan produk II

memiliki nilai Rf 0,57-0,68. Berdasarkan pengelompokan tersebut, produk I

memiliki nilai Rf yang lebih tinggi dibandingkan nilai Rf produk II, sehingga produk

I bersifat lebih non polar daripada produk II.

Berdasarkan hasil KLT scanner, produk I memiliki pola puncak kromatogram

yang hampir sama dengan senyawa pembanding

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Sedangkan produk II memiliki perbedaan.

Sehingga diperkirakan produk II merupakan senyawa target. Hasil ini masih perlu

dianalisis lebih lanjut dengan spektroskopi IR dan 1H NMR. Produk II dengan kadar

(51)

34

Berdasarkan hasil KLT scanner sampel B pada Gambar 17 dan 18, setelah

direkristalisasi kadar produk II pada sampel B meningkat menjadi 83,81%.

b. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi Inframerah (IR)

Berdasarkan spektrum IR senyawa hasil sintesis pada Gambar 19 dapat

diidentifikasi bahwa terdapat serapan kuat pada daerah 2931,80 cm-1 yang

menunjukan adanya gugus C-H alkana. Serapan pada daerah 1597,06 cm-1 dengan

intensitas kuat yang merupakan serapan khas C=O karbonil. Menurut Silverstein et

al. (2005) umumnya serapan gugus C=O pada senyawa keton berada pada daerah

sekitar 1715 cm-1 tetapi berdasarkan hasil, daerah serapannya bergeser ke daerah

serapan yang lebih rendah. Pergeseran tersebut dapat terjadi karena adanya

pengaruh lingkungan gugus C=O yang menyebabkan penurunan daerah serapan.

Adanya konjugasi dengan sebuah ikatan C=C menyebabkan adanya pergeseran

daerah serapan lebih rendah (panjang gelombang lebih panjang) dan konjugasi

lebih lanjut akan menghasilkan sedikit lagi penurunan daerah serapan. Serapan pada

daerah 1512,19 dan 1458,18 cm-1 menunjukan adanya gugus C=C aromatik.

Serapan pada daerah 1249,87 dan 1033,85 cm-1menunjukan adanya gugus C-O

eter. Serapan pada daerah 833,25 cm-1menunjukan adanya aromatik tersubtitusi

para.

Hasil karakterisasi tersebut menunjukan bahwa senyawa hasil sintesis dapat

berupa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ataupun

2,6-bis-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon. Hal ini disebabkan gugus fungsi yang dimiliki kedua

senyawa sama. Dengan demikian perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

(52)

35

c. Identifikasi Senyawa Hasil Sintesis dengan Spektroskopi 1H NMR.

Berdasarkan spektrum 1H NMR sampel B pada Tabel 6 diketahui bahwa

muncul puncak-puncak serapan selain puncak-puncak senyawa target

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon sehingga diperkirakan senyawa hasil sintesis

masih berupa senyawa campuran. Senyawa lain yang teridentifikasi diperkirakan

adalah hasil samping berupa senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya serapan khas dari proton metoksi (-OCH3)

yang muncul lebih dari satu puncak serta puncak-puncak lain yang mendukung.

Selain itu muncul puncak-puncak kecil pada daerah sekitar 1 ppm yang

diperkirakan adanya sisa bahan sikloheksanon atau hasil reaksi self-aldol

condensation antar sikloheksanon dalam suasana basa. Puncak-puncak serapan dari

sikloheksanon tersebut merupakan puncak multiplet yang saling tumpang tindih

dikarenakan adanya proton dengan lingkungan yang tidak jauh berbeda satu sama

lain.

Berikut ini adalah kode posisi proton senyawa target

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon disajikan pada Gambar 21 berikut.

O

(53)

36

Estimasi spektrum 1H NMR senyawa target dapat dibuat menggunakan

software chemdraw. Spektrum tersebut dapat digunakan sebagai referensi

daerah-daerah serapan yang muncul untuk memudahkan karakterisasi senyawa. Berikut

adalah estimasi spektrum 1H NMR senyawa target dengan software chemdraw yang

disajikan pada Gambar 22 dan 23 berikut.

O

Gambar 22. Perkiraan daerah serapan proton senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon menggunakan software chemdraw

Gambar 23. Perkiraan spektrum 1H NMR proton senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon software chemdraw

Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi senyawa target

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon. Data spektrum 1H NMR yang disajikan pada Tabel 7

(54)

37

Tabel 7. Hasil analisis spektrum 1H NMR senyawa target pada sampel B

Kode Chemdraw Target ΣH Multiplisitas Perkiraan proton

Kode posisi proton senyawa hasil samping

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon disajikan pada Gambar 24 berikut.

O

Gambar 24. Kode posisi proton senyawa hasil samping 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

Berikut adalah estimasi spektrum 1H NMR senyawa hasil samping

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dengan software chemdraw yang disajikan

pada Gambar 25 dan 26 berikut.

O

Gambar 25. Perkiraan daerah serapan proton senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanonmenggunakan software

(55)

38

Gambar 26. Perkiraan spektrum 1H NMR proton senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon software chemdraw

Hasil karakterisasi puncak-puncak yang muncul pada spektrum 1H NMR

selain puncak-puncak senyawa target diperkirakan adalah senyawa hasil samping

yaitu 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Karakterisasi disajikan pada

Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil analisis spektrum 1H NMR senyawa hasil samping pada sampel B

Kode Chemdraw Target ΣH Multiplisitas Perkiraan proton

Berdasarkan karakterisasi data spektrum 1H NMR di atas, diperkirakan

senyawa hasil sintesis merupakan senyawa campuran antara senyawa target

(56)

2,6-bis-(4'-metoksi-39

benziliden)sikloheksanon dan sisa bahan sikloheksanon. Perkiraan ini diperkuat

dengan munculnya puncak-puncak senyawa target

2-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon yang menunjukan adanya 8 jenis proton dan selain senyawa target

yang teridentifikasi sebagai senyawa hasil samping senyawa

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dengan 6 jenis proton. Perkiraan adanya puncak

sikloheksanon atau hasil dari reaksi self aldol condensation yang muncul

diperkirakan karena pada penelitian ini jumlah sikloheksanon yang digunakan

berlebih sehingga produk sintesis masih terdapat sisa bahan sikloheksanon.

2. Reaksi Kondensasi Claissen Schmidt antara 4-Metoksibenzaldehida dengan Sikloheksanon

Pada sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon terjadi reaksi

kondensasi aldol silang antara sikloheksanon dan 4-metoksibenzaldehida dengan

katalis basa kuat NaOH. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa sehingga

mengalami mekanisme enolat. Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

terjadi karena adanya reaksi antara sikloheksanon yang memiliki Hα dengan 4

-metoksibenzaldehida menggunakan katalis basa NaOH.

Pada tahap pertama terjadi pembentukan enolat dari sikloheksanon yang

direaksikan dengan larutan basa NaOH. Reaksi terjadi melalui serangan ion -OH

terhadap Hα pada sikloheksanon sehingga menghasilkan ion enolat. Ion enolat yang

terbentuk akan bertindak sebagai neuklofil yang akan bereaksi dengan gugus

karbonil pada 4-metoksibenzaldehida membentuk ion alkoksida. Selanjutnya

terjadi pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi dan terbentuk

(57)

40

Mekanisme reaksi sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

ditunjukkan pada Gambar 27 berikut.

a) Pembentukan ion enolat

O

c) Pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi

CH

(58)

41

Senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon yang dihasilkan masih

memiliki Hα sehingga dapat mengalami reaksi lebih lanjut. Oleh karena itu, pada

penelitian ini jumlah sikloheksanon yang digunakan dibuat berlebihan yaitu dengan

variasi rasio mol sikloheksanon:4-metoksibenzaldehida yang digunakan 1:1, 1:2,

1:4, 1:6, dan 1:8 untuk menghalangi terbentuknya hasil samping berupa senyawa

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

Senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon yang dihasilkan masih

memiliki Hα dapat mengalami reaksi lebih lanjut melalui serangan ion -OH dari

katalis basa NaOH terhadap Hα pada 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

membentuk ion enolat. Ion enolat bertindak sebagai neuklofil menyerang gugus

karbonil pada 4-metoksibenzaldehida sehingga membentuk ion alkoksida.

Selanjutnya terjadi pembentukan aldol dari protonasi ion alkoksida dan dilanjutkan

dehidrasi membentuk 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

Mekanisme reaksi terbentuknya senyawa hasil samping

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ditunjukkan pada Gambar 28 berikut.

(59)

42

c) Pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi

-H2O Gambar 28. Mekanisme pembentukan senyawa

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

(60)

43

Sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon ini menggunakan variasi

rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon 1:1, 1:2, 1:4, 1:5, 1:6, dan 1:8.

Tujuan dilakukan variasi rasio mol bahan adalah untuk mengetahui hasil maksimal

produk pada rasio mol bahan tertentu. Pada penelitian ini, rasio mol bahan yang

digunakan mengacu pada penelitian Yuliyani (2016) pada sintesis

benzilidensikloheksanon namun bahan benzaldehida yang digunakan diganti

dengan 4-metoksibenzaldehida. Sintesis dilakukan dengan metode Microwave

Assisted Organic Synthesis (MAOS) menggunakan reaksi kondensasi Claissen

Schmidt dengan katalis basa NaOH dan pelarut etanol.

Berdasarkan hasil penelitian, pada Tabel 4 dicantumkan bahwa terbentuk

produk I dan produk II. Berdasarkan hasil identifikasi, dapat dijelaskan bahwa

produk I merupakan senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dan

produk II merupakan 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Produk pada setiap

rasio mol tersebut dapat dibuat grafik pada Gambar 29 yang menunjukan hubungan

antara variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida - sikloheksanon dengan persen

rendemen hasil sebagai berikut.

Gambar 29. Grafik perbandingan rasio mol 4-metoksibenzaldehida: sikloheksanon terhadap persen rendemen

(61)

44

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rendemen senyawa

2-(4'-metoksi-benziliden)sikloheksanon maksimal pada rasio mol 4-metoksibenzaldehida:

sikloheksanon (1:4) sebesar 64,122%. Produk berupa serbuk berwarna kuning.

Rendemen maksimal senyawa 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon pada

rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon (1:1) sebesar 58,836%. Produk

berupa serbuk berwarna kuning.

Berdasarkan grafik hubungan rasio mol dengan rendemen pada Gambar 29

dapat dijabarkan bahwa senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon tidak

terbentuk pada rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon (1:1) sedangkan

secara teoritis seharusnya 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dapat dihasilkan

dengan menggunakan rasio mol tersebut. Pembentukan produk samping

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon tidak dapat dihindari karena senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon hasil sintesis masih memiliki Hα. Senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dapat bereaksi kembali dalam suasana basa

membentuk 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Oleh karena itu,

penambahan jumlah sikloheksanon dapat mengurangi pembentukan hasil samping

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Senyawa

2-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon bersifat lebih polar jika dibandingkan dengan

2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon. Nilai Rƒ 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon

lebih rendah dibandingkan dengan 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon.

Rendemen senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon mengalami

peningkatan dari rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon 1:1 hingga 1:4

(62)

45

rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang menghasilkan rendemen

maksimal adalah 1:4. Peningkatan rendemen hasil terjadi karena pada sintesis

senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon, bahan sikloheksanon yang

digunakan berlebih sehingga pembentukan hasil samping dapat diminimalisir.

Namun, penggunaan sikloheksanon berlebih juga memungkinkan terjadi reaksi

self-aldol condensation atau produk sintesis yang dihasilkan masih terdapat sisa

sikloheksanon. Secara teori, reaksi yang dapat terjadi karena penggunaan keton

berlebih dalam suasana basa adalah reaksi kondensasi aldol antar senyawa keton

(self-aldol condensation) menghasilkan keton tak jenuh α,β. Pada reaksi ini,

sikloheksanon bertindak sebagai elektrofil dan neuklofil dalam suatu reaksi

kondensasi aldol. Mekanisme reaksi self-aldol condensation yang terjadi antar

sikloheksanon disajikan pada Gambar 30 berikut.

a) Pembentukan ion enolat

O

c) Pembentukan aldol dilanjutkan dehidrasi

(63)

46

Reaksi ini berlangsung lebih lambat karena senyawa keton memiliki efek

sterik yang lebih besar sehingga lebih sulit diserang oleh neuklofil bila

dibandingkan dengan senyawa aldehida. Produk berupa β-hidroksiketon dapat

mengalami dehidrasi membentuk keton tak jenuh α,β jika dilakukan pemanasan

produk adisi aldol (Bruice, 2007). Produk ini diperkirakan muncul pada spektrum

1H NMR di daerah sekitar 1 hingga 2 ppm pada Gambar 18 (Pavia, 2001)

Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah reaksi Cannizzaro. Reaksi

Cannizzaro adalah reaksi oksidasi reduksi aldehida aromatik dan alifatik yang tidak

memiliki Hα direaksikan dengan basa kuat. Satu molekul aldehida teroksidasi

menjadi asam dan yang lainnya tereduksi menjadi alkohol primer. Bahan

4-metoksibenzaldehida yang digunakan dalam sintesis merupakan senyawa aldehida

aromatik yang tidak memiliki Hα sehingga dapat mengalami reaksi Cannizzaro jika

direaksikan dengan basa kuat. Putri (2009) berhasil melakukan reaksi Cannizzaro

metoksibenzaldehida tanpa pelarut dengan basa KOH menghasilkan asam

4-metoksibenzoat dan (4-metoksifenil)metanol.

Dalam penelitian ini, basa yang digunakan adalah NaOH. Ion hidroksi dari

NaOH menyerang karbonil 4-metoksibenzaldehida membentuk ion

hidroksi-lalkoksida. Ion hidroksilalkoksida bertindak sebagai penyumbang ion hidrida ke

4-metoksibenzaldehida yang lain membentuk (4-metoksifenil)metanol (hasil reduksi)

dan asam 4-metoksibenzoat (hasil oksidasi).

Mekanisme reaksi Cannizzaro antar 4-metoksibenzaldehida disajikan pada

(64)

47

4-metoksibenzaldehida ion hidroksilalkoksida

H3CO

Gambar 31. Mekanisme reaksi Cannizzaro antar 4-metoksibenzaldehida (Putri, 2009)

Pada penelitian ini, senyawa yang dihasilkan masih berupa senyawa

campuran. Oleh karena itu, dilakukan karakterisasi menggunakan GC-MS

(Lampiran 7) produk sintesis pada rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon

1:2 untuk mengetahui komponen-komponen senyawa hasil sintesis. Namun

kromatogram menunjukkan tidak ada puncak yang muncul sehingga karakterisasi

senyawa hasil dengan GC-MS bukan metode yang tepat. Hal tersebut dapat

disebabkan karena senyawa hasil sintesis diperkirakan tidak menguap pada

pemanasan maksimal alat instrumen GC-MS sehingga komponen-komponen

(65)

48

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon dapat disintesis dari

senyawa 4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon dengan katalis NaOH

menggunakan metode MAOS dengan waktu reaksi 120 detik.

2. Variasi rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon berpengaruh pada

rendemen produk yang dihasilkan. Rendemen rasio mol

4-metoksi-benzaldehida:sikloheksanon 1:1, 1:2, 1:4, 1:6, dan 1:8 secara berurutan

adalah 0%; 59,272%; 64,122%; 46,782%; dan 45,555%.

3. Rasio mol 4-metoksibenzaldehida:sikloheksanon yang menghasilkan

rendemen 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon maksimal adalah 1:4.

B. Saran

1. Alat microwave oven yang digunakan dilengkapi pengatur suhu dan tekanan.

2. Perlu dilakukan pemisahan dan pemurnian antara

2-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon dengan 2,6-bis-(4'-metoksibenziliden)2-(4'-metoksibenziliden)-sikloheksanon.

3. Karakterisasi senyawa hasil sintesis lebih lanjut dengan instrumen yang

Gambar

Gambar 6 berikut.
Gambar 7. Reaksi sintesis 2-(4'-metoksibenziliden)sikloheksanon
Tabel 3. Data hasil sintesis pada setiap variasi rasio mol 4-
Gambar 9. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dengan eluen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendapatkan kondisi reaksi yang sesuai untuk sintesis MDAG dari FHPKO menggunakan metode gliserolisis kimia meliputi rasio mol

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis derivat senyawa khalkon melalui bahan 4-metoksiasetofenon dengan benzaldehid dan 2-nitrobenzaldehid menggunakan metode

Htay dan Oo 2008 telah melakukan sintesis zeolit Y menggunakan metode hidrotermal dengan rasio molar SiO2/Al2O3 3,3 dengan proses aging pemeraman pada suhu 50 oC selama 24 jam

Penelitian ini mengacu pada studi rasio mol SiO 2 /Al 2 O 3 dan sifat geopolimer dari bahan dasar abu layang yang telah dilakukan oleh Kusumastuti (2009), yang

memberikan produk optimum adalah 0,04 mol dengan rendemen 115,98 %, dan pada hasil spektra FTIR dan. H-NMR dapat disimpulkan bahwa hasil sintesis adalah

Sintesis senyawa metil β-(p-hidroksifenil)akrilat dari asam β-(p-hidroksifenil)akrilat dan metanol menggunakan metode Dean Stark Trap telah berhasil dilakukan.. Sintesis senyawa ini

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis derivat senyawa khalkon melalui bahan 4-metoksiasetofenon dengan benzaldehid dan 2-nitrobenzaldehid menggunakan metode

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS DAN KARAKTERISASI DIBENZALASETON MENGGUNAKAN METODE KONDENSASI ALDOL Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Praktikum Isolasi dan Sintesis