LAPORAN TUGAS AKHIR
TENTANG
PENGAWASAN PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
ORANG PRIBADI PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH
O L E H
NAMA : AGI FERNAN JUNANTA BANGUN
NIM : 112600022
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan kasih karunia yang begitu melimpah kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan
baik.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada
Program studi D-III Administrasi Perpajakan, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini berjudul : ”PENGAWASAN
PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG
PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
PETISAH”.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan dan partisipasi
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program
Studi D-III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum. Selaku Sekretaris Program Diploma III
Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina S.H, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan masukan pada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Agustinus Tarigan. Selaku Supervisor lapangan saya yang telah
banyak memberi saran dan masukkan pada penulis sehingga laporan ini
dapat terselesaikan.
6. Seluruh staff pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staff pengajar yang terlibat dalam proses perkuliahan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2011 FISIP USU.
8. Teristimewa yang paling utama buat kedua Orangtua ku tercinta, Bapak
Simon Bangun dan Ibu Pimasion Ginting yang selalu mendukung penulis
dalam membuat laporan ini, memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat,
doa yang luar biasa, dukungan baik berupa moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Juga buat saudaraku
Hari Gusti Bangun, A.md yang selalu memberi dukungan, semangat
kepada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
9. Teman- temanku semua, seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2011
terkhususnya anak- anak Tax A 2011, anggota kepengurusan Improsaja
periode 2013-2014, Kepanitiaan Dies Natalis Improsaja ke- 18, makasih
buat semua kebersamaan kita selama 3 tahun ini, suka dan duka kita
jalanin bersama dan takkan pernah bisa kulupakan. Juga buat adik- adikku
seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2021 dan 2013, kalian luar
biasa.
10.Teman-teman seperjuanganku Angga Prianta, T denny Rifky, Sri Hariyati,
TM Shakir Bey, Syafrizal Harahap, zulfadli, bryan agitha sembiring,
bachron ridho, bachrein ridho, Alvi Kurnia, Iqrar Arristiawan, Titok
Wicaksono, Tri Adji, Edy Syahputra, Angelina Sinambela, Mayarina
Limbong, Rivai Arvan RZ. Terima kasih juga buat adek-adek kelasku
yaitu agus Feisal halim, Anggi, Dela Dahaka, Ziah, dan Smayana dan
masih banyak teman-temanku yang ada dalam kehidupanku yang tidak
bisa disebutin satu persatu. Intinya terimakasih semua buat kebersamaan
selama ini, baik susah maupun senang, saling ngelece, ngelawak, makan-
makan, minum-minum, jalan-jalan bersama. Juga tidak lupa buat Bang
Windra Baren Dasdo Pinindo Saragih, A.md , Berman Sinurat a.k.a
bermain. Terimakasih atas doa dan dukungan kalian. Kitanya itu. Kalau
11.Tax Centre FISIP USU yang selama ini telah jadi sekret kami selama
kepanitian Dies Natalis Improsaja ke- 18 dan mengerjakan tugas akhir,
buat Bang Firman Logos Tarigan, A. Md yang gak pernah pelit dan kak
Singgih S. Sos yang hanya selalu tersenyum yang tidak pernah marah
padahal sering kami buat repot dan kerusuhan di Tax Centre.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
terdapat kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya.. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan laporan
tugas akhir ini. Namun demikian penulis telah berusaha dengan keterbatasan
kemampuan dan ilmu pengetahuan penulis miliki.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang ikut serta dalam membantu penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Medan, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR… ... i
DAFTAR ISI ... .v
DAFTAR TABEL BAGAN……. ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3
1. Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 5
1. Pengertian Pajak ... 5
2. Fungsi Pajak ... 7
3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 7
4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8
5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)…... 8
6. pengertian Pengawasan ... 9
D. Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM ... 10
2. Studi Literatur ... 10
3. Observasi Lapangan ... 10
4. Pengumpulan Data ... 11
5. Analisis Data dan Evaluasi ... 11
F. Metode Penelitian ... 11
1. Metode Wawancara (Interview) ... 11
2. Metode Dokumentasi ... 12
3. Metode Pengamatan (Observasi) ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM ... 14
A... S ejarah singkat kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 14
B. ... V isi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah ... 18
1. ... V isi KPP Pratama Medan Petisah. ... 18
2. ... M isi KPP Pratama Medan Petisah… ... 18
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 19
E. ... U
raian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 23
1... K
epala Kantor.. ... 23
2. ... S
ub. Bagian Umum ... 24
3. ... S
eksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 24
4. ... S
eksi Pelayanan ... 25
5. ... S
eksi Penagihan ... 26
6. ... S
eksi Pemeriksaan ... 26
7. ... S
eksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 26
8. ... S
eksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 27
F. ... G
ambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah. ... 27
A. ... K
ajian Teoritis ... 29
1. ... P
engertian Pajak ... 29
2. ... F
ungsi Pajak dan Jenis Pajak ... 30
3. ... S
istem Pemungutan Pajak ... 32
4. ... P
engertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan
Objek Pajak ... 33
5. ... S
urat Pemberitahuan (SPT) ... 38
B. ... M
ekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 41
C. ... D
ata Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)
Orang Pribadi ... 42
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 44
A. ... P
engawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
B. ... A
nalisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 47
C. ... P
ersentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah….. ... 49
D. ... H
ambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Rendahnya Jumlah Wajib
Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Oragn Pribadi Pada KPP
Pratama Medan Petisah ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
A. ... K
esimpulan ... 53
B. ... S
aran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel II.1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang bernaung di Lingkungan Direktorat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatera Utara I ... 15
Bagan II.2 Sruktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah .. 22
Tabel III.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah ... 42
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan
seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara non
migas, untuk menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber
penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.
Menurut dasar hukum undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang
perubahan ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tata cara
pemungutan pajak juga telah diatur oleh pemerintah dengan tidak memberatkan
rakyat yang nantinya disebut sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikian, tidak
semua rakyat dijadikan sebagai wajib pajak. Dalam artian hanya orang pribadi atau
badan usaha yang mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai
wajib pajak.
Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu :
ketahui bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat diharapkan lagi
hasilnya karena persediaan minyak dan gas bumi negara kita dari hari ke hari semakin
menipis sehingga perlu dicari sumber- sumber lain untuk mengisi keuangan negara.
Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan penerimaan dari sektor
nonmigas yang kebanyakan diperoleh dari pungutan- pungutan berupa pajak.
Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya
adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Penghasilan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Menurut dasar hukum undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang
perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
di terima atau di peroleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat di pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Pajak
Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berasaskan
keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus
dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak.
Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak
adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada
jatuh tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya
sanksi- sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan yaitu
fiskus. Untuk menghindari hal- hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui
mekanisme pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sehingga dapat
dipastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai peraturan-
peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin
mengetahui seberapa jauh peranan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam
pembayaran pajak tersebut, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada
pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan
Pratama Medan Timur dengan judul sebagai berikut “Pengawasan Pelaksanaan
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
ini adalah :
1.1 Memperdalam pengetahuan mengenai pengawasan pelaksanaan
1.2 Untuk mengetahui gambaran data pengawasan pelaksanaan pelaporan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Pajak Penghasilan Orang Pribadi, dan
1.3 Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam
pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dan disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mempelajari perilaku- perilaku dan keahlian baru,
b. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama,
c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,
d. Meningkatkan kemampuan berhubungan satu dengan yang lainnya,
e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi
f. Merangsang aktifitas dan efisiensi.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara (FISIP USU),
b. Memperoleh ide- ide baru,
c. Mempromosikan image yang baik kepada masyarakat khususnya
d. Meningkatkan pemikiran- pemikiran baru,
e. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang
tidak patuh/ kurang patuh, dan
f. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,
khususnya mahasiswa yang sedang mengadakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU
a. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang
tidak patuh/ kurang patuh,
b. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah,
c. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak kantor pelayanan pajak
dengan perguruan tinggi khususnya program Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU,
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.
C. Uraian Teoritis
Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut :
1. Pengertian Pajak
Menurut P. J. A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarkan menurut peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan
prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan (Mardiasmo, 2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar
hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso
Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan
bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan
kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan
berdasarkan undang- undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran umum (Sihaloho, 2001 : 51).
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang
berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran,
Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang
dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi
biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum (Mardiasmo, 2003 : 5).
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi”
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang
diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan (Markus, 2005 : 80).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28
Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren.
Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara
dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum
maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat
pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi,
perdagangan, dan perkembangan harga.
3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007,
pengertian Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemeritahuan (SPT)
Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007,
batasan waktu penyampaian SPT adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak,
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun
Pajak,
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007,
sanksi administrasi tidak menyampaikan SPT adalah :
a. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
c. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan
Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
6. Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengawasi
pelaksanaan pencapaian tujuan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana-rencana,
instruksi-instruksi, saran-saran, dan sebagainya yang telah di tetapkan. Jadi dengan
adanya pengawasan yang baik maka tujuan yang di harapkan akan tercapai
secara efektif dan efisien (Handayaningrat, 1980 : 143).
Jadi, pengawasan juga mengandung arti tindakan-tindakan yang di
lakukan untuk mengetahui atau menguji kepatuhan wajib pajak melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :
1.Prosedur pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
2.Untuk mengetahui gambaran data pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak
Penghasilan Orang Pribadi, dan
3.Faktor- faktor yang menghambat pelaksanaan dan upaya mengatasi hambatan
dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sumber- sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung
pembuatan laporan ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pembuatan dan pencarian bahan proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen
pembimbing sehingga ada konsultasi dengan pihak dosen, dan penentuan
tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber- sumber seperti buku- buku, majalah,
undang- undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai
pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
Penulis mengumpulkan data- data yang diperlukan untuk penyusunan
laporan akhir berkaitan dengan target melalui :
a. Data Primer : - Wawancara
- Pengamatan
b. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan
- Dokumentasi
5. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis menganalisis data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, maka penulis menggunakan analisa yang bersifat kualitatif
yakni teknik analisa data yang bersifat pada pemikiran, pengetahuan, dan
penjelasan dengan kata- kata yang sistematis atau teori yang ada, sehingga
permasalahan dapat terungkap secara objektif dan analisa yang bersifat
kuantitatif.
F. Metode Penelitian
Penulis menggunakan tiga metode penelitian, yaitu : metode interview, metode
dokumentasi dan metode pengamatan.
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu melakukan interview langsung kepada kepala seksi dan
karyawan seksi pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dianggap
mampu memberikan masukan.
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat
daftar dokumentasi yang berhubungan dengan pelaporan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi.
3. Metode Pengamatan (Observasi)
Yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
melengkapi penulisan laporan ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Setiap laporan yang baik harus memiliki sistematika yang teratur dan baik
sehingga mudah dimengerti dan setiap orang yang membaca dapat memahami isi
daripada laporan tersebut secara tahap demi tahap, mulai dari awal hingga akhir dari
laporan ini. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dibagi
atas beberapa bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Perincian mengenai isi
bab demi bab dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar
pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis data dan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan fenomena yang terjadi di masyarakat, keadaan
dan permasalahan, ruang lingkup kegiatan, dan struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang datanya diperoleh dari Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang
kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data- data yang sudah dikumpulkan
melalui proses analisis dan evaluasi selama masa penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran- saran penulis sehubungan dengan
BAB II
GAMBARAN UMUM/OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
yang semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian
diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan
dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP),
maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan
keberatan.
Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah meliputi :
1. Kecamatan Medan Petisah
2. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kecamatan Medan Sunggal
Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Petisah meliputi antara lain :
1. Kelurahan Petisah Tengah
2. Kelurahan Sei Putih Tengah
3. Kelurahan Sei Putih Timur
4. Keluraha Sei Putih Barat
5. Kelurahan Sekip
6. Kelurahan Cinta Damai
7. Kelurahan Simpang Tanjung
8. Kelurahan Sei Sikambing
9. Kelurahan Tanjung Rejo
10. Kelurahan Tanjung Gusta
11. Kelurahan Helvetia Tengah
12. Kelurahan Helvetia Timur
14. Kelurahan Lalang
15. Kelurahan Sunggal
16. Kelurahan Dwikora
KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada
dibawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan dan pelayanan pajak
dibidang Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi da Bangunan yang saat ini hanya
menangani sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Perikanan (P3) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah 01 Januari 2014 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah Per 01 Januari 2014
Jenis WP Jumlah
Orang Pribadi 80.212 Orang
Badan 10.608 Orang
Bendaharawan 606 Orang
Jumlah 91.426Orang
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
penerapan praktek-praktek good governance pada institusi pemerintah secara
keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi KPP Pratama Medan Petisah
Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem admisitrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
dan profisionalisme yang tinggi.
2. Misi KPP Pratama Medan Petisah
a. Misi Fiskal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang
mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang
tinggi.
b. Misi Ekonomi : Mendukung kebijaksanaan pemerintahan dalam mengatasi
permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan dengan
meminimalkan distorsi.
d. Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan
aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan
mutakhir.
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/ atau Bangunan
14. Pelaksanaan administrasi Kantor
D. Struktur Organisasi dan Tugas KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal
Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari 11 (sebelas) seksi
yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Kelompok Jabatan Fungsional
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada kantor
E. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama
No. 7 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:
1. Kepala KPP (Kepala Kantor)
Kepala kantor mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan
rencana strategi kantor wilayah
b. Menkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi, keuangan, dan
realsisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai
arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka
intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial
f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau
pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan
ketetapan pajak.
g. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
h. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan Pph,
pembayaran masa PPN/PPnBM dan PBB sektor Perkebunan, Perhutanan, dan
Perikanan (P3) untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta
mengndalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan uruasan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,
m. Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya
d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi: .
a.Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b.Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c.Penagihan aktif
d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e.Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
6.Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b.Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak.
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam.
menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak
d. Menganalisis kinerja wajib pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi
dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan
g. Melakukan evaluasi hasil banding
h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi
F. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah
Telah dijelaskan diatas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, dan
KPP Medan Petisah adalah sebanyak 81 Orang, dengan perincian sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pendidikan:
a. Master (S2) 5 Orang.
b. Sarjana 27 Orang.
c. D-IV 1 Orang.
d. D-III/Sarjana Muda 18 Orang.
e. D-1 19 Orang.
f. SLTA 9 Orang.
g. SLTP 2 Orang.
2. Berdasarkan Pangkat :
a. Golongan IV 2 Orang.
b. Golongan III 45 Orang.
c. Golongan II 35 Orang.
3. Berdasarkan Esselon :
a. Eselon III 1 Orang.
b. Eselon IV 9 Orang.
c. Fungsional 12 Orang.
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Menurut P. J. A. Andriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul
Afdi Ardian dalam Bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut
peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Mardiasmo, 2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam
bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang- undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum. (Sihaloho, 2001 : 51)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964
berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan
jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi”
menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
(Markus, 2005 : 80)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi
budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur
kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan,
Jenis pajak ditinjau dari berbagai segi antara lain :
2.1 Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi
(status) wajib pajak dalam hal menentukan besarnya pajak terutang.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya :
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.2 Menurut Golongannya
Menurut golongannya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara periodik menurut
daftar piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain/ pihak lain.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pengenaannya/
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya :
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.3 Menurut Lembaga Pemungutannya
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat adalah pajak yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contohnya : PPh,
PPN, PPnBM, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
hasil pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contohnya : Pajak restoran, pajak hotel dan lain- lain.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Beberapa sistem pemungutan pajak yang masih berlaku sampai sekarang ada
tiga sistem pemungutan yaitu :
3.1 Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang.
3.2 Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar.
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
4. Pengertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan Objek
Pajak
4.1Subjek Pajak
Menurut pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
a. 1) Orang Pribadi dan
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak.
b. Badan
c. Bentuk usaha tetap
4.2Wajib Pajak
Menurut Undang- undang No. 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
4.3Objek Pajak
Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), yang
menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak.
4.4Bukan Objek Pajak
Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) terdapat
penghasilan yang tidak termasuk kategori penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan yaitu :
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah.
keturunan lurus satu derajat badan keagamaan; badan sosial;
termasuk yayasan; koperasi atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan/ atau
berdasarkan peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
diantara pihak- pihak yang bersangkutan.
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara
final atau Wajib Pajak yang yang menggunakan norma penghitungan
khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
Undang- Undang Pajak Penghasilan.
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia, dengan syarat :
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi Perseroan Terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
(perhatikan huruf “g”) dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;
j. Dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut :
1) merupakan perusahaan mikro kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangakan di bursa efek di Indonesia
Perusahaan Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan
usahanya membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha)
dalam bentuk penyertaan modal untuk suatu jangka waktu
tertentu.
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Menteri Keuangan;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan/ atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Surat Pemberitahuan (SPT)
5.1Pengertian SPT
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 11 Undang-
Undang KUP No. 28 Tahun 2007, Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah
Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
5.2Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/
atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu)
Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak;
c. Harta dan kewajiban; dan/ atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
perpajakan.
5.3 Jenis- Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi
a. SPT 1770
Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari
usaha dan/ atau pekerjaan bebas, seperti : dokter praktek, pengacara, biro jasa,
konsultan, dan lain- lain.
b. SPT 1770 S
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu
atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari
kegiatan usaha dan/ atau pekerjaan bebas, seperti : karyawan, PNS, TNI,
POLRI yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah, honor
pembicara dan lain- lain.
c. SPT 1770 SS
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi
kerja (sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp
60.000.000,- setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali
penghasilan dari bunga bank atau bunga koperasi.
Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007,
batasan waktu penyampaian SPT adalah :
d. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak,
e. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir
Tahun Pajak,
f. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
5.5Sanksi Administrasi Denda Keterlambatan atau Tidak Menyampaikan
SPT
Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007,
sanksi administrasi keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT adalah :
d. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
e. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa lainnya,
f. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
B. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
Menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 10 ayat (1) dan
ayat (2) menyebutkan pada ayat (1) berisikan, wajib pajak membayar atau
menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan dan pada ayat (2) berisikan, tata cara pembayaran,
penyetoran pajak dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan menunda
pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sudah jelas dikatakan semua mekanisme pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) Orang Pribadi berdasarkan oleh Peraturan Menteri Keuangan.
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi dilakukan dengan
mengisi SPT, berdasarkan formulir 1721-A1 dan/ atau 1721-A2 yang disebut
bukti potong. SPT yang disetor terbagi tiga jenis, yaitu : 1770, 1770 S dan 1770
SS. Penggunaan SPT tersebut berbeda- beda, tergantung darimana sumber
penghasilan dan jumlah penghasilan bruto.
Untuk wajib pajak yang melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S, tidak
diwajibkan melaporkan SPT Masa. Hanya melaporkan SPT Tahunan pada akhir
melaporkan SPT Masa pada akhir Masa Pajak dan SPT Tahunan pada akhir
Tahun Pajak.
C. Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang
Pribadi
Penelitian dilakukan di KPP Pratama Medan Petisah untuk mengetahui
perbandingan gambaran data antara wajib pajak yang terdaftar dengan jumlah
wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
diproses mulai tahun 2011 s.d 2013 dengan melakukan wawancara terhadap
Pelaksana seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada tanggal 14 Juni
[image:51.595.146.482.526.661.2]2014
Tabel III.1
Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah
KETERANGAN 2011 2012 2013
WP OP Efektif 67.821 74.459 78.484
WP OP Non- Efektif (NE)
2.988 2.988 2.988
Jumlah Wajib Pajak OP Terdaftar
70.809 77.447 81.472
Tabel III. 2
Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
di KPP Pratama Medan Petisah
KETERANGAN 2011 2012 2013
SPT Tahunan Orang Pribadi yang dilaporkan
1.Nihil
2.Kurang Bayar
3.Lebih Bayar
20.225 20.680 8.608
16.560 17.101 6.512
3.643 3.569 2.029
22 10 67
SPT Tahunan OP yang
tidak dilaporkan 50.584 56.767 72.864
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Untuk mengoptimalkan pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi, maka pihak fiskus harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Adil dan Merata
Dalam pengawasan pajak harus berdasarkan peraturan perundang- undangan
perpajakan. Dengan demikian pihak fiskus harus bersifat adil. Maksudnya
pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Perlu diperhatikan
dalam pengawasan pajak harus secara adil dan merata.
2. Langsung
Dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi
secara lagsung, Kantor Pelayanan Pajak diberikan hak untuk meminta data-
data dan bukti wajib pajak orang pribadi yang diperlukan dan wajib pajak
tersebut menyampaiakan data- data dan bukti tersebut secara tertulis maupun
tidak tertulis secara lagsung ke Kantor Pelayananan Pajak Pratama dimana
wajib pajak tersebut terdaftar.
Sistem pengawasan yang sederhana tetapi tegas akan memudahkan wajib
pajak untuk memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan. Sikap tegas yang
dimaksud adalah pihak fiskus tetap memberikan sanksi yang tegas jika wajib
pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya secara benar, jelas dan tepat
waktu
4. Tepat Sasaran
Pengawasan harus dilakukan kepada wajib pajak yang tepat, yaitu kepada
wajib pajak yang memiliki potensi hutang pajak yang besar dan wajib pajak
yang tidak patuh. Hal ini dilakukan karena tidak semua wajib orang pribadi
memiliki hutang pajak yang besar dan tidak patuh. Disamping itu karena
minimnya jumlah fiskus melakukan pengawasan terhadap wajib pajak orang
pribadi.
Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di
KPP dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Menyusun dan mementukan daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi
KPP Pratama serta seluruh WP bagi KPP lingkungan Kanwil DJP Wajib
Pajak Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP
Madya yang akan dilakukan pengawasan.
2. Dalam melakukan kegiatan pengawasan pelaporan pajak penghasilan
orang pribadi setiap Account Representative (AR) diharuskan menyusun
1) Perbandingan data tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
2) Melakukan analisa kewajaran serta melakukan tindak lanjut atas
pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi yang meliputi :
a) Pelaporan PPh OP Nihil;
b) Pelaporan PPh OP Kurang Bayar
c) Pelaporan PPh OP Lebih Bayar
3) Melakukan tindak lanjut atas pengawasan pelaporan pajak penghasilan
orang pribadi yang meliputi :
a) Himbauan dan konseling;
b) Tindak lanjut himbauan dan konseling;
i. Usulan pemeriksaan
ii. Memantau realisasi pelaporannya
3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) kompilasi kegiatan
AR sesuai tabelaris tersebut, melakukan analisa dan membuat laporan
evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor dalam mengambil
keputusan mengenai pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang
pribadi terkait pengamanan penerimaan pajak.
4. Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan laporan evaluasi
yang dibuat Kepala Seksi Waskon
5. Kepala KPP melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan
penentuan kebijakan dalam rangka pengamanan penerimaan dan
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.
B. Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi
Dari data tabel 3.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah bahwa :
1. Tahun 2011 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 70.809 yang
terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 67.821 dan wajib
pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
2. Tahun 2012 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 77.447 yang
terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 74.459 dan wajib
pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
3. Tahun 2013 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 81.472 yang
terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 78.484 dan wajib
pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
Dapat dilihat dari data diatas bahwa bentuk pelaksanaan pengawasan
pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah dengan
mengkategorikan wajib pajak menjadi, Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak non
efektif (NE). Wajib pajak efektif adalah wajib pajak yang benar dan seharusnya
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan perundang- undangan
aktif lagi namun NPWP nya tidak dihapuskan atau masih terdaftar dan tidak akan
dikenakan sanksi jika tidak memnuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan perundang- undangan perpajakan. NPWP dapat aktif kembali jika ada
melakukan transaksi dan penghasilannya diatas PTKP.
Dari data tabel 3.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah bahwa :
1. Tahun 2011 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 20.225 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 16.560, SPT Tahunan
Kurang Bayar sebesar 3.643 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar
22. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 50.584.
2. Tahun 2012 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 20.680 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 17.101, SPT Tahunan
Kurang Bayar sebesar 3.569 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar
10. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 56.767.
3. Tahun 2013 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 8.608 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 6.512, SPT Tahunan
Kurang Bayar sebesar 2.029 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar
67. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 72.864.
Dari data diatas wajib pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Petisah lebih banyak yang tidak melaporkan SPT Tahunan OP daripada yang
C. Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
Medan Petisah.
Berdasarkan data pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang
pribadi di BAB IV bagian B dapat kita ketahui persentase tingkat kepatuhan wajib
pajak Orang Pribadi dalam hal melaporkan SPT Tahunan OP di KPP Pratama Medan
[image:58.595.125.499.355.599.2]Petisah antara lain :
Grafik Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah
Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pengawasan yang dilakukan KPP
Pratama Medan Petisah dapat kita ketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada
Tingkat Kepatuhan = WP yang melapor SPT x 100 % WP Efektif
dan di tahun 2012 sebesar 27,77% mengalami penurunan sebesar 16,81% di tahun
2013 sehingga menjadi 10,96%.
Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Petisah perkembangan
tingkat kepatuhan wajib pajak mengalami pergerakan penurunan dari 3 tahun terakhir.
Data ini disajikan dengan menggunakan rumus :
D. Hambatan dan Upaya Mengatasi Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang
Melaporkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan
Petisah
Dalam melakukan upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib pajak yang
melaporkan pajak penghasilan orang pribadi pihak fiskus menghadapi hambatan-
hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Eksternal (dari pihak wajib pajak)
a. Masyarakat yang masih awam dalam hal perpajakan, yaitu masyarakat
yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan perundang- undangan
perpajakan. Masyarakat seperti ini belum mengetahui hak dan kewajiban
perpajakan.
b. Masyarakat pada umumnya, yaitu masyarakat yang sudah mengetahui
memahami petunjuk teknis perpajakan sehingga mengalami kesulitan
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
c. Wajib Pajak, masyarakat yang sudah mengetahui hak dan kewajiban
perpajakan untuk melaporkan pajak penghasilanya tetapi tingkat
kepatuhan wajib pajaknya masih rendah dengan cara sengaja tidak
melaporkan pajak yang terutang.
2. Faktor Internal (dari pihak fiskus)
a. Kurangnya memberi Informasi dari pihak fiskus mengenai peraturan
perpajakan yang baru kepada wajib pajak orang pribadi.
b. Kurangnya sosialisasi dari pihak fiskus tentang hak dan kewajiban
perpajakan kepada wajib pajak dalam pengawasan pelaksanaan
pelaporan pajak penghasilan orang pribadi .
c. Kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan
pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi untuk
meningkatkan potensi penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak
sehingga penerimaan pajak menjadi kurang maksimal.
Upaya yang dilakukan pihak fiskus untuk mengoptimalkan hambatan-
hambatan rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang
pribadi , yaitu :
1. Memperbanyak Sosialisasi, Memberi Himbauan dan Penyuluhan.
Sosialisasi, himbauan dan penyuluhan perpajakan penting dilakukan
berkesinambungan kepada masyarakat tentang perpajakan guna meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk memperoleh hak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Upaya ini diberikan kepada
masyarakat pada umumnya, wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang
belum terdaftar serta kepada aparatur negara.
2. Meningkatkan Pengawasan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
Pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi, fiskus lebih
mengintensifkan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi
dalam pengawasan pelaporan Surat Pemberitahuan, pengawasan terhadap
kebenaran Surat Pemberitahuan, dan pengawasan pemberian sanksi
administrasi denda terhadap wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh
dalam melaporkan Surat Pemberitahuan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
Untuk mempermudah para wajib pajak dalam menjalankan
kesadarannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan maka
pihak fiskus perlu membuat tim untuk mempermudah wajib pajak dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab- bab
sebelumnya, yaitu :
1. Cara Pengawasan yang benar ialah adil dan merata, langsung, sederhana
tetapi tegas, dan tepat sasaran.
2. Langkah- langkah dalam melakukan Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan
Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Menyusun dan menentukan prioritas daftar 1.500 WP penentu penerimaan
bagi KPP selanjutnya Account Representative (AR) melakukan
pengawasan pelaporan pajak penghasilan dengan menyusun tabelaris
pengawasan, kemudian Kepala Seksi Waskon melakukan kompilasi
kegiatan AR sesuai tabelaris, menganalisa dan membuat laporan evaluasi
sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor, kemudiaan Kepala Seksi PDI
melakukan kompilasi berdasarkan evaluasi Kepala Seksi Waskon,
selanjutnya Kepala Kantor melakukan evaluasi secara keseluruhan atas
pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk pengamanan
3. dapat kita ketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2011
sebesar 29,82%, mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,74%,
dan di tahun 2012 sebesar 27,77% mengalami penurunan sebesar 16,81%
di tahun 2013 sehingga menjadi 10,96% .Dapat kita simpulkan bahwa di
KPP Pratama Medan Petisah perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak
mengalami pergerakan penurunan dari 3 tahun terakhir.
B. Saran
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin
memberikan saran- saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme
Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran- saran tersebut antara
lain:
1. Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus lebih bijak serta teliti
melakukan analisa dan evaluasi dalam melakukan pengawasan pelaksanaan
pelaporan pajak penghasilan untuk peningkatan kepatuhan wajib pajak.
2. Terhadap Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi diharapkan kepada KPP Pratama Medan Petisah
agar kinerja pengawasan pajak penghasilan orang pribadi lebih
ditingkatkan serta memberi sanksi yang tegas apabila wajib pajak tersebut
pajak dan penerimaan pajak setiap tahunnya semakin meningkat oleh
Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Medan Petisah.
3. Dengan adanya hambatan serta upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib
pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi diharapkan kepada
pegawai KPP Pratama Medan Petisah untuk lebih memperbanyak
sosialisasi, memberi himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat serta
menambah sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan pengawasan
dan menambah pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak agar tingkat
kepatuhan semakin meningkat dan penerimaan potensi pajak semakin
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta
Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta
Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta
Sihaloho, Cyrus, 2001, Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Handayaningrat, Soewarno, 1980, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,CV Haji Masagung, Jakarta
Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-758/KMK.01/1993 tentang Organisasi dan atau Kerja Direktorat Jenderal Pajak
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak