• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA LIM MADANI 18 Hal-Hal Ghaib

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TA LIM MADANI 18 Hal-Hal Ghaib"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TA’LIM MADANI 18

“Hal-Hal Ghaib”

LANDASAN HUKUM (AL-Qur’an & Hadits)

Dalam Alquran dijelaskan dengan gamblang bahwa salah satu bentuk keimanan manusia kepada Allah adalah mempercayai hal­hal gaib. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perkara lain yang paling petama disebut Allah dalam Alquran dari ciri orang bertakwa selain beriman kepada perkara gaib. Ini sekali lagi menunjukkan pentingnya beriman kepada hal gaib. Dalam firman Allah:

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

shalat, dan menafkahkan sebgaian rezeki yang kami anugerahkan kepada

mereka.”

(Q.S Al-Baqarah 2: 3)

“Shibghah Allah. Siapakah yang lebih baik shibgahnya dari Allah?

KepadaNya lah kami menyembah.”

(Q.S Al-Baqarah 2:138)

“Sesungguhnya orang-orang yang sebenarnya beriman hanyalah orang

yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudianmereka tidak ragu-ragu

dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka

itulah orang-orang yang benar.”

(Q.S Al-Hujarat 49 :15)

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman

dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk

(munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan

memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih

siapa yang dikehendakiNya dianatara rasul-rasulNya. Karena itu, berimanlah

kepada Allah dan rasul-rasulNya dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka

bagimu pahala yang besar.”

(Q.S Ali Imran 3: 179)

“(Dia adalah Tuhan) Yang Maha mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak

memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada

Rasulullah yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan

penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan dibelakangnya.”

(Q.S Al-Jin 72: 26-27)

(2)

Rasulullah bersabda:

Dari Abu Hurairah dari Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam

beliau bersabda, “

Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau seorang tukang ramal,

kemdian membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir

terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wa sallam

.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 9252; At-Tirmidzi no. 135; Abu Dawud no. 2904; dan Ibnu Majah no. 639. Dan disahihkan oleh Al-Albani).

ASBABUN NUZUL

(Q.S Al-Baqarah 2: 3) Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama dari surat ini adalah membicarakan sifat-sifat dan perbuatan kamu mu’minin, dan dua ayat berikutnya tentang kaum kafirin, yang menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup, diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman. Dan tiga belas ayat selanjutnya lagi menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.

LANDASAN TEORI

Mengapa hal-hal ghaib wajib diimani? Karena, apabila kita perhatikan dengan saksama, inti ajaran Islam bertumpu kepada keimanan akan hal yang ghaib. Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir termasuk surga dan neraka, juga qadha dan qadar. Semuanya adalah perkara gaib. Lalu, apa yang dimaksud dengan gaib itu? Dan, bagaimana kita bisa beriman pada hal-hal gaib itu dengan benar?

Secara bahasa, gaib berarti segala sesuatu yang tidak tampak dari Anda (

kullu ma ghaba ‘ank

), atau segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata, sekalipun sampai ke hati (

ma ghaba ‘anil ‘uyun wa in kana muhasshalan fil

qulub

). Seseorang yang hanya mendengar suara, tanpa melihat sumber suara, secara bahasa dikatakan gaib (Ibnu Manzhur, 1998).

Iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa,

(3)

akan tetapi ia diketahui oleh wahyu yang idterima oleh para nabi dan Rasulullah saw. iman kepada yang ghaib adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin.

Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan gaib dalam ayat di atas. Ibnu Katsir menuturkan tujuh pendapat ulama salaf. Semua pendapat tersebut, menurut Ibnu Katsir, adalah benar dan semuanya adalah masuk dalam kategori gaib yang dimaksud dalam ayat di atas. Di antaranya adalah riwayat Abul ‘Aliyah yang merupakan pendapatnya Qatadah bin Da’amah, yaitu beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, surga, neraka, hari pertemuan dengan Allah, mengimani adanya kehidupan setelah kematian, juga hari kebangkitan

Bentuk percaya kepada alam ghaib bukan berarti boleh meminta-minta kepada makhluk halus, jin, setan, iblis dan sebagaianya. Ini pengertian percaya yang keliru. Percaya disini meyakini keberadaan dan eksistensi alam dan makhluk ghaib, termasuk surga, neraka, malaikat, alam kubur, alam barzakh, padang mahsyar dan seterusnya.

Hal-hal ghaib yang harus diyakini adalah beriman kepada akan terjadinya hari kiamat, beriman kepada surga dan neraka. Dalam penjelasan lain, yang dimaksud dengan beriman kepada yang ghaib adalah termasuk di dalamnya beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, menundukkan diri serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh iman itu. Tanda keiman seseorang, ialah melaksanakan semua yang diperintahkan oleh imannya itu.

Pangkal iman kepada yang ghaib adalah iman kepada Allah swt. iman kepada Allah adalah dasar pembuktian watak dan sifat-sitat seorang manusia agar ia menjadai manusia yang sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia. Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah adalah celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.

Salah satu sunnatullah kepada hambaNya yang tidak dapat dirubah-rubah ialah bahwa dia tidak akan membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya peperangan uhud. Allah akan

(4)

memisahkan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik dan akan memperbaiki keadaan orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Di dalam keadaan sulit dan susah, dapat dinilai dan dibedakan orang-orang yang lemah imannya.

Kaum muslim diuji sampai dimana iman dan kesungguhan mereka menghadapi kaum kafir. Setelah kaum muslimin menghadapi kesulitan dalam peperangan Uhud karena dipukul mundur oleh musuh, dan mereka hampir-hamir patah semangat, di kala itulah diketahui bahwa diantara kaum muslimin ada orang-orang munafik yang menyeleweng, berpihak kepada musuh. Orang-orang yang lemah imannya mengalami kebingungan. Berlainan halnya dengan orang-orang yang kuat imannya, kesulitan yang dihadapinya itu, mendorong mereka untuk benambah kekuatan iman dan semangat mereka. Hal-hal ghain dan hikmah tersembunyi dalam peristiwa ini, tidak diperlihatkan kecuali kepada orang-orang tertentu, seperti kepada Rasulullah yang telah dipilih Allah swt.

Jika manusia beriman kepada Allah terutama mengenai hal-hal yang ghaib and bertakwa kepada Allah dengan menjauhi larangan-laranganNya, mematuhi segala perintah-perintahNya, maka mereka akan memperoleh pahala yang amat besar.

HIKMAH

Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman. Yang ghaib adalah yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Percaya kepada yang ghaib yaitu, mempercayai dan meyakini adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seprti adanya Allah, malaikat-malaikat, hari kiaman dan lain sebagainya.

Inti dari kepercayaan kepad semua itu tidak lain bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk mati dan masuk kea lam ghaib itu serta mempertanggung jawabkan semua amal kita di dunia. Sedangkan percaya pada adanya setan dan iblis tidak lain tujuannya agar kita selalu meminta

(5)

perlingdungan kepada Allah dari semua godaan makhluk-makhluk laknat itu. Serta selalu menjauhi bisikan mereka serta ajakan dan rayuannya. Kita percaya bahwa kita sebagai manusia, mudah diperdaya oleh makhluk itu. Karena itu kita wajib membentengi diri dan keluarga dari ‘serangan’ setan dan iblis sesuai dengan petunjuk yang telah Rasulullah saw ajarkan kepada kita. Dan percaya pada adanya malaikat tidak lain tujuannya adalah agar kita selalu merasa diawasi gerak-gerik dan perilaku kita setiap saat. Bahwa para malaikat itu tidak pernah luput dari pengawasan serta selalu mencatat tindakan positif dan negative sepanjang hayat kita. Bahwa para malaikat itu ada yang membantu orang-orang yang berjuang di jalan Allah, ada yang bertugas mencabut nyawa dan lain-lainnya.

Kehidupan manusia memang untuk ujian banyak hal yang Allah swt berikan kepada manusia melalui kitab suci Al-Qur’an dan informasi-informasi Rasulullah saw dan manusia hanya diminta sebagai orang yang beriman untuk meyakininya sedangkan manusia tidak pernah melihatnya dan tidak bisa membuktikannya nanti. Karena informasi itu dari Allah swt melalui rasul-rasulNya, maka manusia beriman dan meyakini kebenarannya. Berbeda dengan orang atheis yang menolak hal seperti itu.

Iman membentuk manusia menjadi makhluk individu dan makhluk yang jadi anggota masyarakatnya, suka memberi, menolong, berkorban, berjihad dan sebagainya. Dalam mencari arti iman itu hendaklah mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw merenungkan ciptaan Allah, menggunakan akal pikiran dan mempelajari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan rusak bila amal seseorang rusak dan akan bertambah bila nilai dan jumlah amal ditingkatkan. Di dalam Al-Qur’an sering diusulkan kata takwa sesudah kata iman sebagaimana halnya zakat sesudah shalat. Itu menunjukkan bahwa iman itu barulah sempurna jika disertai takwa, sebagaimana hanya shalat barulah sempurna jika zakat dikeluarkan.

Dari segi ini dapatlah kita maklumi bahwasannya mendapatkan petunjuk sehingga menjadi manusia yang beriman, adalah seagaung-agungnya kenikman yang dimiliki oleh seseorang. Serta semulia-mulia karunia

(6)

Allah swt yang dilimpahkan kepada hambaNya serta mutlak. Wallahu'alam.

DAFTAR PUSTAKA

Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an”. K.H.Q Shaleh; H.A.A Dahlan. Prof. DR. H.M.D Dahlan. CV. Diponogoro. Bandung. 1993 Aqidah Islam “Pola Hidup Manusia Beriman”. Sayid Sabiq. CV. Diponogoro. Bandung. 2005

Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an & Hadits. Tim Baitu Kilmah. Kamil Pustaka. Jakarta. 2013

http://www.dakwatuna.com/2015/02/23/64407/mengintip­alam­gaib­rahasia­malaikat­ jin­dan­setan­menurut­alquran­dan­sunnah/#ixzz3tperce9J

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, diikuti penimbunan sisa metabolisme

yang menarik untuk disoroti berkaitan dengan pemanfaatan keterampilan Abad 21 sebagai sarana implementasi sikap spiritual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ketiga cara tersebut telah diemplementasikan ke dalam peraturan melalui Peraturan Menteri Ke- lautan dan Perikanan Republik Indonesia No- mor Per.12/Men/2012 tentang

Dengan diselesaikannya Kebijakan dan Strategi Daerah Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (KSDP-SPAM) Kabupaten Banjar ini sebagai amanat dari Peraturan Pemerintah

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perermpuan dalam rangka mewujudkan suatu

Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa NIM Hari Mulai Berakhir Ruang

Kali ini Sahabat Peduli akan menyelenggarakan penyaluran hewan qurban dan sunatan massal untuk 100 anak kurang mampu di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi..

Melihat secara langsung terhadap penerapan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan faktor yang mempengaruhinya pada pembelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah