• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas hulu Malang dalam kaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas di sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas hulu Malang dalam kaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas di sekitarnya"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI-SUNGAI

DI KAWASAN DAS BRANTAS HULU MALANG

DALAM KAITANNYA DENGAN TATA GUNA LAHAN

DAN AKTIVITAS DI SEKITARNYA

Elvi Yetti

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT

PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

SURAT

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul:

Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan

para Komisi Pembirnbing, kecuali dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenaramya.

Bogor, Maret 2007

Elvi Yetti

(3)

ABSTRAK

ELVI YETTI. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di

Sekitarnya. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA

dan

SIGID HARIYADI.

Sungai Brantas saat ini sedang mengalami pencemaran termasuk di bagian

hulunya. Hal ini ditandai dengan tercemarnya Waduk Karangkates dan Waduk

Sengguruh. Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu yang cukup pesat sejak tahun 2000 dari segi jumlah penduduk dan industri yang tumbuh di sekitarnya, mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai sekaligus peningkatan pencemaran terutarna pencemar organik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas air sungai yang berada di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan mengacu pada baku mutu air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 serta dilihat keterkaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas yang berlangsung di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003 dengan mengambil sampel air sungai di 18 stasiun pengamatan di Kabupaten clan Kota Malang, Jawa Timur. Pengarnatan kualitas air dilakukan dengan mengukur nilai parameter fisika yaitu suhu, konduktivitas, kekeruhan, d m total padatan tersuspensi serta parameter kimia yaitu pH, DO, BOD, COD, N-nitrat, total nitrogen, ortofosfat dan total fosfor.

(4)

ABSTRACT

ELVI YETTI. The Water Quality Evaluation of Rivers at Malang Upper Brantas River Basin Area in Relation to Land Use System and Its Surroundings Activity.

Under Direction of DEDI SOEDHARMA and SIGID HARIYADI.

Brantas River has been polluting including in the upper area.This is signed by the pollution of Karangkates and Sengguruh Reservoir. The fast development of people and industries since 2000 around this area, leading to increasing of river water utility and pollution particularly that come from organic pollutant.

The objective of this research was to evaluate the water quality of rivers at Malang Upper Brantas River Basin Area, referred to water quality standard

inserted on Government Regulation Number 82 1 2001 (PP No. 82 tahun 2001)

and to observe its relation to land use system and its surrounding activity. This research is conducted in 2003, by taking sample of rivers water at 18 monitoring station in District and Municipality of Malang, East Java. Water quality observation was conducted by measuring the physical parameters values such as temperature, conductivity, total suspended solid, and turbidity and also chemical parameters such as pH, DO, BOD, COD, N-nitrate, total nitrogen, orthophosphate and total phosphorous.

(5)

EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI-SUNGAI

DI KAWASAN DAS BRANTAS HULU MALANG

DALAM KA~*ANNYA DENGAN TATA G m A LAHAN

DAN

A~TIVITAS

DI SEKITARNYA

Elvi Yetti

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis

Nalma

m

Program Studi

: Evaluasi ~ u a f i t a s Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malzing dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya

: Elvi Yetti : PO25010351

: Ilmu Pengelolaafi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Stimberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Suriono H. SuQahio.MS

/

(7)

PERSEMBAHAN

Sesungguhnya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu (Al-Quran).

Tiada kesulitan dan penderitaan yang menimpa orang-orang yang beriman, melainkan mereka mendapat ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa mereka (Al-Hadits).

Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (QS. Al-lnsyirah: 6)

Kupersembahkan karya ini untuk:

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tesis ini berjudul Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2003.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma,

DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc

selaku Anggota Komisi Pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Hefhi Effendi. M. Phil

selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi saran untuk perbaikan tesis ini.

Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan atas dorongannya agar penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tak lupa penghargaan tulus penulis persembahkan buat Suamiku tercinta Brillian Nugraha atas do'a dan dorongannya sehingga penulis &pat terus maju menyelesaikan tesis ini. Ungkapan terimakasih juga penulis sarnpaikan kepada Almarhum Papa, Mama, adik-adik di Pekanbaru dan Mama, Ayah serta saudara- saudara di Bekasi atas do'anya.

Semoga karya tulis ini bermanfaat

Bogor, Maret 2007

(9)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 25 Januari 1977 dari ayah Alm. Dafiis. N dan ibu Nurmisal. Penulis merupakan anak pertarna dari 11 bersaudara.

Penulis menarnatkan pendidikan SD, SMP, SMA di Pekanbaru. Penulis

lulus SMA pada tahun 1995 dan melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas

MIPA Jurusan Kimia Universitas Riau Pekanbaru. Pada tahun 1999-200 1 penulis

beke j a sebagai tentor Lembaga Pendidikan Primagama Pekanbaru. Kemudian

pada pertengahan tahun 2001 penulis mendapatkan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan magister di Program Studi PSL Sekolah Pascasarjana IPB

Bogor. Saat ini penulis bekerja sebagai staf di Puslit Bioteknologi LIP1 sejak

(10)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR ISI..

. . . .

.

.

. . .

. .

. . .

. .

. . .

.

.

. .

. . .

.

.

. . .

. . .

. . .

.

. . .

.

. .

. . .

. . . .

.-. v

...

DAFTAR TABEL..

. . .

.

.

.

. . .

..

. . . .

.

.

. . .

..

.

. . . .. . .

. .

.

. . .

viii

DAFTAR GAMBAR..

. . . .

. .

. . .

.

. . .

. .

.

.

. .

. . .

.

.

. . .

.

. . .

. .

. . .

. .

. . . . ...

DAFTAR LAMPIRAN..

. . .

.

. . .

. .

. . .

. . .

. . . .

. . .

.

.

.

. . .

. . .

.

.

.

. . .

. .

. .

I. PENDAHULUAN..

.

.

. . .

.

. . . .

.

. . .

. .

. . . .

.. .

....

. .

.

. .

. .. . .

..

. . . .

.

.

. . .

. .

.

1.1. Latar Belakang..

. . .

.

. . .

.

. .

.

. . .

. .

. . . .. . .

.

. . .

.

. . ... . . .

.

.

.

. . ...

. .

1.2. Kerangka Pem~kiran.

.

.

. . .

.

. . .

.

.

.

.

.

. . .

. .

. . .

.

. . .

.

.. .

1.3. Perurnusan Masalah..

.

. . .

. . .

. .

.

. . . .

.

.

. . .

...

. . .

...

..

.. . . .

.

. .

. .

..

.. ..

...

. .. ... . .

. . .

....

. .

1.4. Tujuan Penelitian

....

.

.

.

. . .

.

. . .

.

..

. ...

..

.

....

.. . . .

,

.

.

. .

. ..

....

...

... . .

.

.

.

. .

. ...

. .

1.5. Manfaat Penelitian

...

.

.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian..

.

. . .

. . ..

..

. .. .

...

. . .

.

. . .. ....

...

. . ... . . .

,

. . .

11. TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Konsep Dasar Ekosistem

...

2.2. Morfologi Sungai

...

. .

2.2.1

.

Definisi..

. . . .

. . .

.

.

. . .

.

. . .

. . ,

. . .

.

. . .. . .

. . .

. . .. . . .. .

.

. . .. . . .

,

. . . ..

2.2.2.Daerah Aliran Sungai (DAS)

...

. . .

...

. . . ... . .

.

... . .

.

. . .

2.3. Profil Sungai Brantas dan Kawasan DAS Brantas Hulu Malang.

..

...

2.4. Air dan Kualitas Air

...

2.5. Pencemaran Air.. .

. .

. .

. . .

.

.

. .

.

. .

. . .

. . . .

. . .

. . .

. . .

. . .

.

.

.

. . .-

2.6. Sifat Fisik dan Kimia Perairan Sungai..

.

. .

. . .

.

.

.

. . .

.

.

.

.

. . ...

2.6.1. Sifat Fisika Perairan..

... .

.

..

.

... .

. .

...

.

...

2.6.1.1. Suhu

...

.

...

2.6.1.2. Kekeruhan (turbiditas).

. . .

..

.. . . .

...

.

. . .

.

.

. . .

.. . . .... . .

.. . .

..

. . .

. .. ..

2.6.1.3. Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL)

...

2.6.1.4. Total Padatan Tersuspensi.

...

. .... .

. . . .. .

... ...

.

. . .. . ..

. .

2.6.2. Sifat Kimia Perairan..

. .

. . .

. .

.

. . .

. . .

. . . .

. .

. .. . .

. .

.

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. .

.

. . .

(11)

2.6.2.2. Oksigen Terlarut

...

18

...

2.6.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 19

2.6.2.4. Kebutuhan Oksigeil Kimia (COD)

...

20

...

2.6.2.5. Nitrat dan Total Nitrogen (TN) 21

2.6.2.6. Ortofosfat dan Total Fosfor (TP)

...

21

I11

.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

...

23

3.1. Letak dan Luas DAS Brantas llulu Malaqg

...

3.2. Topografi

...

...

3.3. Keadaan Tanah

3.4. Iklim

...

. .

3.5. Kondisi Sosial Ekonomi

...

IV

.

METODA PENELITIAN

...

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

...

4.2. Bahan d m Alat

...

. .

4.3. Rancangan Penelitian

...

4.3.1. Metoda Pengumpulan Data

...

...

4.3.2. Penentuan Stasiun Pengarnatan

...

4.3.3. Pengambilan Sampel Air

4.3.4. Metoda Analisis Data

...

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

5.1. Kondisi Fisik Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS

...

Brantas Hulu Malang

5.2. Evaluasi Kualitas Air di Sungai-sungai pada Kawasan DAS

Brantas Hulu Malang

...

5.2.1. Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai pada Kawasan DAS

...

Brantas Hulu Malang

5.2.2. Evaluasi Kualitas Air Berdasarkan Masing-masing

Karakteristik

...

5.2.2.1. Suhu

...

5.2.2.2.Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)

...

5.2.2.3. Total Padatan Tersuspensi (Total suspended solid, TSS) .

(12)

5.2.2.5. pH

...

47

...

5.2.2.6. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) 49

...

5.2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 51 5.2.2.8. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

...

53

...

5.2.2.10. Total Nitrogen 56 5.2.2. 12

.

Total Fosfor

...

59

5.2.3. Evaluasi Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS

...

Brantas Hulu Malang 61 5.2.4. Klasifikasi Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu B e r k k a n Kegiatan yang . Berlangsung di Sekitarnya

...

65

5.3. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya

...

66

5.3.1. Kondisi Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitar Kawasan

...

DAS Brantas Hulu Malang 66 5.3.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Berkaitan dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya

...

71

5.3.3. Identifikasi Faktor-faktor Doininan yang Mempengaruhi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasm- DAS Brantas Hulu Malang

...

83

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

86

6.1. Kesimpulan

...

86

6.2.Saran

...

86

DAFTAR PUSTAKA

...

88

...

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tujuh kriteria dari h g s i das yang berrhubungan dengan karakteristik lokasi dan aliran sungai, relevansinya dengan multi pihak yang tinggal di daerah aliran hilir serta beberapa

. .

...

mdlkatornya..

2. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air

...

3. Beberapa komponen primer air buangan dari sistem buangan air

...

kota

4. Kelarutan jenuh oksigen dalam air pa& berbagai temperatur di bawah tekanan udara 760 mm Hg

...

5. Perbandingan beberapa tipe nilai BOD

...

6. Sebaran luas daerah dengan berbagai bentuk permukaan di daerah

tangkapan Bendungan Irigasi Sutami DAS Brantas Hulu

...

7. Penyebaran Penduduk DAS Brantas Hulu

...

8. Parameter yang diukur, alat, dan metoda analisis

...

9. Cara penanganan sample untuk masing-masing parameter

...

10. Evaluasi Nilai PIi untuk menentukan status mutu air

...

11. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 1 15 tahun 2003) berdasarkan Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987

...

12. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep.

Men. LH No. 115 tahun 2003) berdasarkan PP No. 82 tahun

...

200 1

13. Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu

...

14. Daftar industri yang menghasilkan limbah cair pada DAS Brantas

Hulu..

...

(14)

1 6. Si fat-sifat air buangan pembuatan pulp pada bermacarn-macm proses dari berbagai negara di dunia

...

17. Buangan polutan yang dikeluarkan oleh pabrik kertas di Indonesia..

18. Karakteristik limbah cair pada berbagai industri tapioka

...

19. Kandungan rata-rata kualitas air tiap tahap proses produksi industri penyamakan kulit di India

...

20. Karakteristik rata-rata limbah domestik

...

...

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 .Diagram alir kerangka pemikiran

...

2

.

Daerah Aliran Sungai

...

3

.

Peta wilayah DAS Brantas

...

4

.

Peta kawasan DAS Brantas Hulu

...

5

.

Titik -titik lokasi pengamatan dan pengambilan sampel

...

6

.

Grafik parameter suhu setiap stasiun pengamatan dari hulu kehilir Bulan September 2003

...

7

.

Grafik parameter konduktivitas setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

8

.

Grafik perubahan nilai konduktivitas pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003

...

9

.

Grafik parameter total padatan tersuspensi setiap stasiun pengamatan

dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

10

.

Grafik perubahan nilai padatan tersuspensi pada beberapa

lokasi penelitian tahun 2002-2003

...

11 Grafik parameter kekeruhan setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

12

.

Grafik Parameter pH setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

13

.

Grafik perubahan nilai pH pada 2 (dua) lokasi penelitian

...

14

.

Grafik perubahan nilai pH beberapa lokasi penelitian tahun 2002-

...

2003

15

.

Grafik parameter oksigen terlarut setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

.

Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada 2 (dua) lokasi

pengamatan

...

17

.

Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada beberapa lokasi

penelitian tahun 200 1-2003

...

18

.

Grafik parameter COD setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

Halarnan

4

10

24

30

(16)

19

.

Grafik perubahan nilai COL) di beberapa lokasi penelitian tahun 200 1-2003

...

;

...

20

.

Grafik parameter nilai BOD setiap stasiun pengamatan Bulan

September 2003

...

. .

21

.

Grafik perubahan nilai BOD beberapa lokasi penelitian tahun 2001-

22

.

Grafik parameter nitrat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

23 Grafik perubahan nilai nitrat 2 (dua) lokasi penelitian

...

24

.

Grafik parameter total nitrogen setiap stasiun pengamatan dari hulu

ke hilir Bulan September 2003

...

...

25

.

Grafik perubahan nilai total nitrogen beberapa lokasi peneliti an

26

.

Grafik parameter fosfat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

...

27

.

Perubahan nilai fosfat 2 (dua) lokasi penelitian

28 Grafik parameter total fosfor setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003

...

29

.

Grafik perubahan nilai total fosfor beberapa lokasi penelitian

...

30

.

Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu

...

3 1

.

Lokasi industri di sepanjang DAS Brantas Hulu

...

32

.

Perbandingan nilai COD dan BOD sungai-sungai di kw~asan DAS
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halarnan 1. Hasil Analisis Kualitas Air Menururt Kep. Gub. Jatirn Tahun1987

dan PP No. 82 tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS

Brantas hulu Malang

...

9 1

2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS

Brantas Hulu Malang Dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep.

Men. LH no. 1 15 tsahun 2003) (Air Golongan C).

...

100

3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS

Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep

Men LH No. 115 Tahun 2003) Berdasarkan PP No. 82 Tahun

2001 (Air Golongan 111)

...

108

4.. Rata-rata tahunan Kualitas Air

untuk

Total Nitrogen & Fosfor Kali
(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan. Pepatah tersebut tidaklah berlebihan

karena kenyataan telah membuktikan bahwa hidup tidak dapat berlangsung tanpa

adanya air sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas hidup

manusia sangat ditentukan oleh kualitas air. Namun, masalah yang muncul saat ini

adalah justru penurunan kualitas air itu sendiri. Bila ditinjau kernbali, penurunan

kualitas air dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia, sampah

organik dan anorganik serta partikel-partikel yang mengakibatkan kekeruhan.

Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting bagi manusia karena

dipergunakan qmtuk berbagai keperluan seperti air minum, kegiatan domestik

rumah tangga, transportasi dan lain-lain. Namun sayangnya, semakin meningkat

kebutuhan manusia, maka semakin sering pula terjadi pencemaran sungai. Sungai

Brantas atau yang sering disebut Kali Brantas merupakan salah satu sungai yang

berperan penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur.

Keberadaan Kali Brantas diakui sangat vital oleh masyarakat karena merupakan

pemasok bahan baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang. Pada

zaman kolonial, Kali Brantas juga berfungsi sebagai sarana transportasi kota.

Sungai Brantas saat ini merupakan salah satu sungai di Indonesia yang mengalami

pencemaran cukup parah, baik Sungai Brantas yang melewati Kota Surabaya

maupun yang melewati Kota Malang. Kawasan Sungai Brantas di Kota Malang

menunjukkan kemunduran kualitas air akibat limbah domestik mengingat

sebagian besar penduduk di pinggiran Sungai Brantas mengandalkan air sungai

tersebut untuk surnber kebutuhan airnya disamping adanya penurunan kualitas

lingkungan sungai itu sendiri (Pyerwianto, 1998). Selain itu pabrik-pabrik yang

berada dekat dengan pinggir sungai turut juga membuang limbahnya ke dalam

sungai. Tercatat sedikitnya ada 10 pabrik yang di duga membuang limbahnya ke

dalam sungai (Sinar Harapan, 2002).

Sungai Brantas yang melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang pada

kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu saat ini sedang mengalami

(19)

Sutami) dan Waduk Sengguruh. Pusat Penelitian Sumberdaya Air LIP1

bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta I Malang (2002) melaporkan bahwa Waduk

Karangkates telah tercemar akibat p e n g a d dari surnber air yang mengalir ke

dalam waduk tersebut. Pencemaran Waduk ini sudah cukup parah sehingga

menyebabkan banyak ikan mati dan pingsan (Suara Merdeka, 2004). Waduk

Karangkates merupakan waduk andalan terbesar di DAS Brantas Hulu yang

membendung sungai-sungai dalam kawasan tersebut seperti Sungai Brantas, Kali

Lesti dan Kali Metro. Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu Malang yang

cukup pesat sejak tahun 2000 dari segi jumlah penduduk clan industri yang

tumbuh di sekitarnya mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai

sekaligus peningkatan pencemaran terutama pencemar organik. Sarnpah-sampah

organik ini sebagian besar berasal dari kegiatan domestik penduduk dan

pembuangan limbah industri di sekitar sungai.

Dalam penelitian ini dievaluasi kualitas air sungai yang berada di

kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan mengacu pada baku mutu air

sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

.

Evaluasi kualitas air

sungai-sungai pada DAS Brantas Hulu Malang juga dilakukan dengan melihat

kaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas yang berlangsung di sekitar sungai, sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan yang m e m p e n g d i kondisi

kualitas air di kawasan tersebut.

1.2. Kerangka Pemikiran

Kawasan DAS Brantas Hulu Malang saat ini telah mengalami penurunan

kualitas lingkungan baik daerah di sepanjang pinggiran sungai maupun air Sungai

Brantas sendiri. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat sejauh mana

penurunan tersebut, namun perlu dilakukan suatu evaluasi kualitas air, penentuan

status mutu air dan melihat sejauh mana pengaruh tata guna lahan di sub DAS

Brantas Hulu mempengaruhi kualitas air sungai. Untuk mendukung penelitian ini,

maka digunakan beberapa analisis diantaranya adalah analisis kualitas air yang

dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi kualitas air pada sungai-sungai yang

(20)

(dm) parameter yaitu parameter fisik dan kimia. Selanjutnya analisis status mutu air dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran dari Sungai Brantas dan

sungai-sungai lainnya di kawasan DAS Brantas Hulu dengan menggunakan

Metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

(Kep. Men. LH) No. 115 tahun 2003. Metoda Indeks pencemaran merupakan

suatu metoda untuk menentukan status mutu air yang urnum digunakan. Dengan

metoda Indeks Pencemaran ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah

memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda ini adalah

menbandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan

dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Indeks ini dinyatakan

sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Indeks) yang digunakan untuk menentukan

tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks

ini memiliki konsep yang berlainan dengan dengan Indeks Kualitas Air (Water

Quality Indeh). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan,

kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian

badan air atau sebagian dari suatu sungai. Evaluasi juga dilakukan dengan melihat

kemungkinan adanya penurunan kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS

Brantas Hulu dengan membandingkan data yang diperoleh dalarn penelitian ini

dengan data-data kualitas air tahun-tahun sebelurnnya. Diagram alir kerangka

(21)

Perlu adanya evaluasi kualitas air sungai- sungai di DAS Brantas Hulu berkaitan dengan tata guna lahan dan aktivitas di

sekitarnya

1

Penduduk Yota Malang dan

Kabupaten Malang semakin padat

v

*

Sebagai modal

dominan ymg mempengaruhi kualitas untuk pengelolaan

air sungai di DAS Brantas Hulu DAS Brantas yang

berkesinambungan

[image:21.540.89.494.44.591.2]

c

J \

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran. Peningkatan beban

pencemaran dari

limbah domestik

Peningkatan beban pencemaran dari berbagai kegiatan di DAS (industri, pertanian dan lain-lain)

v

v

Adanya peningkatan

kebutuhan masyarakat

terhadap air yang

berkualitas yang baik Kualitas air sungai Brantas dan

sungai-sungai lain di DAS Brantas Hulu makin menurun

I

(22)

1.3. Perurnusan Masalah

Sungai Brantas yang melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang

termasuk ke dalam kawasan DAS Brantas Hulu. Di kawasan ini terdapat Waduk

Karangkates yang merupakan waduk andalan terbesar di Kota Malang dan

Kabupaten Malang. Mengingat besarnya peranan waduk ini terhadap masyarakat,

maka perlu adanya perhatian terhadap kualitas airnya. Menurut laporan Pusat

Penelitian Sumberdaya Air LIP1 bekerjasarna dengan Perurn Jasa Tirta I Malang

(2002), Waduk Karangkates saat ini tengah mengalami pencemaran oleh

masuknya sumber nutrisi dan zat organik yang mengendap pada dasar waduk.

Pada dasarnya karakteristik kualitas air 'Waduk Karangkates dipengaruhi

oleh surnber-swnber air yang mengalir ke &lam waduk tersebut, yaitu Kali

Metro, Kali Brantas dan Kali Lesti. Di bagian hulu waduk ini juga terdapat

Waduk Senggud4 yang membendung dua sungai yaitu Kali Brantas dan Kali

Lesti. Waduk Sengguruh berfimgsi sebagai waduk harian dan airnya dikeluarkan

setiap 12 jam.

Kualitas air Sungai Brantas, Metro, dan Lesti yang mengalir dan

bermuara di Waduk Karangkates kemungkinan sangat dipengaruhi oleh aktivitas

yang terdapat di sepanjang sungai. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi

kualitas air sungai yang berada pada kawasan DAS Brantas Hulu Malang

sehubungan dengan berbagai kegiatan yang berlangsung di sekitarnya. Di

samping itu diidentifikasi juga faktor-faktor dominan yang mempengaruhi

penurunan kualitas sungai di kawasan tersebut.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi

kualitas air dan tingkat pencemaran dari sungai-sungai yang berad~l pada kawasan

DAS Brantas Hulu Malang dibandingkan dengan peraturan pemerintah yang

(23)

Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas air secara fisik dan kimia dari sungai-sungai yang

berada dalam kawasan DAS Brantas Hulu Kota dan Kabupaten Malang

sehubungan dengan tata guna lahan dan berbagai aktivitas yang berlangsung

di sekitarnya.

2. Untuk menentukan tingkat pencemaran sungai-sungai di kawasan DAS

Brantas Hulu Malang.

3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang menyebabkan p e n m a n

kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu berkaitan dengan tata guna

lahan dan aktivitas di sekitarnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai

informasi bagi stake holders Sungai Brantas tentang kualitas air di sungai-sungai

pada kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan faktor dominan apa saja yang

menyebabkan penurunan kualitas air sungai di kawasan tersebut. Dengan hasil

penelitian diharapkan stake holder yang terlibat dalam pengelolaan DAS Brantas

Hulu khususnya dan DAS Brantas urnumnya dapat melakukan langkah konkret

untuk perbaikan kualitas sungai sekaligus pengelolaan DAS Brantas secara

berkesinambungan..

1.6. Ruang Lhgkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah evaluasi kualitas air pada sungai-

sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya diwakili oleh 18

stasiun. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air sungai dengan

menggunakan parameter fisika dan kimia. Selanjutnya hasil pengukuran

dibandingkan dengan menggunakan dua acuan yaitu Surat Keputusan Gubernur

Jawa Timur (SK. Gub. Jatim) No. 41 3 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No.

82 tahun 200 1. Dari hasil perbandingan tersebut ditentukan status mutu air untuk

melihat sejauh mana tingkat pencemaran sungai-sungai di kawasan DAS Brantas

(24)
(25)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Ekosistem

Odum (1996) mendefinisikan ekosistem sebagai satuan yang mencakup

semua organisme di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan

lingkungan fisiknya, sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan,

keanekaragaman biotik dan daur-daur bahan yang jelas di dalam sistem.

Sedangkan menurut Amsyari (1986), ekosistem diartikan sebagai kesatuan

dari daerah tertentu (abiotic community) di mana di dalamnya tinggal suatu

komposisi dari organisme hidup (biotic community) yang diantara keduanya

terjalin suatu interaksi yang harmonis dan stabil, terutarna dalam jalinan bentuk-

bentuk sumber enersi kehidupan. Suatu kesatuan ekosistem senantiasa mengarah

kepada keadaan seimbang ("equilibrium") yakni bahwa seluruh komponen dalam

ekosistem tersebut berada dalam suatu ikatan-ikatan interaksi yang harmonis dan

stabil, sehingga keseluruhan ekosistem itu berbentuk suatu proses yang teratur dan

terus-menerus.

2.2. Morfologi Sungai 2.2.1. Definisi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah

RI

Nomor 35 Tahun 1991 tentang

Sungai, pengertian sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan

pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan krinya

serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Menurut Sunaryo (2001),

suatu sungai dalam artian daerah pengaliran sungai merupakan suatu kesatuan

wilayah hidrologis yang dapat mencakup beberapa wilayah adrninistratif yang

ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah pembinaan yang tidak dapat dipisah-

pisahkan. Air yang mengalir di dalam sungai dapat berasal dari:

a. air hujan

b. mata air (surnber, spring)

c. air tanah yang merembes di sepanjang tebing sungai

(26)

Air yang mengalir di dalam sungai bukanlah air murni. Bahan yang

terkandung di dalamnya tergantung pada kondisi daerah alirannya. Bahan yang

diangkut dapat berupa bahan yang larut dan yang tidak larut atau berupa material

padat (batu, kerikil, pasir). Sungai yang bermata air di gunung berapi airnya dapat

mengandung belerang; yang mengalir di daerah aliran yang kritis akan banyak

mengadung~lurnpur yang kaya akan unsur hara sebagai hasil pengikisan (erosi)

lapisan tanah yang subur (Sunaryo, 2001).

Menurut Memed dan Sadeli (1988), sebagai salah satu wadah air yang

penting di daratan, maka sungai memiliki banyak manfaat antara lain:

1. Sebagai wadah dam untuk menampung air dari daerah alirannya dan

kemudian mengalirkannya secara gravitasi ke daerah yang lebih rendah

samgai dengan ke laut.

2. Sebagai sumber air yang dapat digunakan untuk keperluan irigasi, pertanian,

air minum, industri, pembangkit tenaga, perikanan, perkebunan, peternakan

dan sebagainya.

3. Pembawa air buangan dari daerah aliran, untuk pencegahan banjir, saluran drainase alamiah, mengangkut air sampai ke laut.

4. Pembawa kotoran untuk dibuang ke laut.

5. Memperbaiki air tanah di daerah kiri kanan sungai.

6. Mendesak air asin ke hilir.

7. Sumber material bahan pembangunan (pasir, kerikil, batu atau material lain).

8. Prasarana transportasi

9. Batas wilayah teknis atau administratif.

2.2.2. Daerah Aliran Sungai @AS)

Daerah aliran snngai adalah suatu luasan dimana aliran permukaan

mengalir menuju ke suatu titik konsentrasi tertentu. Suatu daerah aliran sungai

dibatasi oleh garis imajiner, yang dapat ditentukan di peta topografi dengan cara

menghubungkan titik-titik tertinggi disekeliling daerah tersebut. Daerah aliran

sungai didefinisikan oleh Environmental Protection Agency (EPA) sebagai daerah

geografis dimana air, sediinen dan material terlarut mengalir ke dalam saluran

(27)

aliran air tanah (AGWA, 2004). Menurut Reynold dan Peter in Lundqvist et al.

(1985), daerah aliran sungai atau daerah tangkapan air adalah sistem terintegrasi

yang dapat mengubah presipitasi, radiasi sinar matahari, variabel lingkungan lain

menjadi modal untuk produk perkayuan, peternakan, kehidupan liar, rekreasi,

keindahan dam dan air. Salah satu tipe sistem Daerah aliran sungai diperlihatkan

pada Gambar 2.

Daerah aliran sungai mempunyai peranan penting yaitu sebagai daerah

tangkapan hujan yang fhgsinya antara lain:

1. Penyediaan air pada musim kemarau

2. Pengendali sedimentasi waduk

3. Pengendali banjir (Sunaryo, 200 1).

Menurut Noordwijk et al. (2004), kriteria f h g s i DAS tersebut berbeda

relevansinya bagi setiap multi pihak sesuai dengan kepentingan dan sudut

pandang masing-masing (Tabel 1).

[image:27.532.61.471.30.733.2]

I\ typical wrrlcnhtd ryslrm (-1 S w d Wnkr Qlulily Ac~Loriry. L%?t.

(28)

Tabel 1. Tujuh Kriteria dari fimgsi DAS yang berhubungan dengan karakteristik lokasi dan aliran sungai, relevansinya dengan multi pihak yang tinggal di daerah hilir serta beberapa indikatornya (Noordwijk et al., 2004)

Karakteristik Fungsi DAS yang Relevansi dengan Indikator urnum Alami dipengaruhi oleh penggunaan dan pihak

alih guna lahan terkait lainnya (kriteria)

A. Curah Hujan 1. Transmisi air Semua pengguna air, Hasil air per curah hujan B. Bentuk Lahan terutama masyarakat yang tahunan

C. Jenis Tanah berada di daerah hilir

2. Menyangga pada Masyarakat yang tinggal Kejadian banjir relatif kejadian puncak dan bergantung pada terhadap kejadian hujan hujan bantaran sungai dan

bantaran banjir

3.Pelepasan air Masyarakat yang tidak Ketersediaan air selama secara bertahap memilki sistem musim kemarau

penyimpanan air untuk ketersediaan air pada musim kemarau (water

reservoir: misalnya

danau, waduk, embung atau tandom air)

4.Memelihara Masyarakat yang tidak Ketersediaan air bersih kualitas air memiliki sistem sepanjang waktu

purifikasi Keberadaan jenis ikan Petani dan nelayan tertentu

Biodiversitas dan bioindikator (adanya bentos, nirnfa bangsa

Plecoptera

D. Akar vegetasi 5.Mengurangi Masyarakat yang Intensitas kejadian alami sebagai longsor tinggal di kaki bukit longsor

jangkar tanah yang berpotensi tinggi

te jadi (tertimpa) aliran lumpur, banjir dan tanah longsor

PLTA sehubungan dengan umur paruh waduk

E. Iklim Makro 6. Mengurangi erosi Petani Ketebalan seresah dan ketebalan lapisan tanah

atas

7. Mempertahankan Petani dan wisatawan Suhu clan kelembaban

iklim mikro udara

2.3. Profil Sungai Brantas dan Kawasan DAS Brantas Hulu Malang

Sungai Brantas merupakan sungai terbesar keduz di Pulau Jawa dan terbesar

pertama di Jawa Timur dengan panjang L- 320 m2, curah hujan rata-rata 2000 rnrn

dan limpasan perrnukaan (surface run off) sebesar 12 miliar m3 pertahun. Luas daerah aliran sungai (DAS) Brantas meliputi kurang lebih seperempat luas

(29)

dan Gunung Andjasmoro di daerah dengan ketinggian

+

1500-1600 m diatas

permukaan laut (Trihardono dan Rachimoellah, 1988).

Sungai Brantas yang merupakan sungai utama Daerah Aliran Sungai (DAS)

Brantas mengalir dari Surnber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji,

Kabupaten Malang. Asal muasal sumbernya terletak di lereng sebelah tenggara

Gunung Andjasmoro. Sungai ini mengalir mula-mula ke tenggara ke arah Kota

Malang, terus menuju selaian. Sctelab melampaui Kota Blitar dan Tulungagung,

alirannya membelok melingkari Gunung Kelud hingga Kota Kediri. Dari Kota

Kediri, Sungai Brantas mengalir ke timur menuju Kota Kertosono. dari sana

mengalir hingga Mlirip dimana alirannya bercabang menjadi dua sungai, yaitu

Kali Surabaya dan Kali Porong, keduanya bermuara di Selat Madura. Panjang

total Sungai Brantas, termasuk Sungai Mas dan Sungai Porong dilaporkan secara

bervariasi yaitu 252 km dan 300

km

(Djuharsa and Erftemeijer, 1988).

Berdasarkan rencana pengembangan Kali Brantas secara menyeluruh, di

DAS Kali Brantas ada 6 (enarn) bendungan besar yaitu Sutami (Karangkates,

Selorejo, Bening, Labor, Wlingi dan Sengguruh, 3 (tiga) bendungan bergerak

yaitu Ladoyo, Mrican dan Lengkong Barn serta beberapa bendungan irigasi.

Diantara bendungan-bendungan tersebut Sutami atau Karangkates adalah

bendungan terbesar yang digunakan untuk keperluan irigasi dan PLTA terdapat di

DAS Brantas Hulu Malang, salah satu dari sekian banyak sub DAS Brantas

(Sunarhadi et al., 200 1).

Bagian hulu tersebut terletak di daerah Kabupaten Malang, tepatnya daerah

Kotatif Batu yang terletak di dataran tinggi (up land), dengan kondisi topografis

yang tidak merata dan mempunyai ketinggian > 500 meter. Daerah Aliran Sungai

Brantas dan sekitar Arboretum Sumber Brantas merupakan kawasan yang

seharusnya terjaga konservasinya dan terbebas dari aktivitas manusia. Sebagai

daerah konservasi, maka bagian hulu Sungai Brantas mempunyai peranan yang

penting bagi masyarakat di sepanjang sungai sehingga rusaknya kawasan ini akan

menyebabkan rusaknya ekosistem yang mengalir di bawahnya (Sunarhadi et al.,

(30)

2.4. Air dan Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, air adalah semua air

yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali laut dan air fosil.

Surnber air adalah wadah air yan terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk,

dan muara. Sedangkan pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air

sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk

menjamin agar kualitas tetap dalam kondisi ilmiahnya.

Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk

dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82

tahun 200 1, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minurn, clan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

air untuk pertanaman, dan atau peruntulian lain yang mensyaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mensyarztkan mutu air dengan kegunaan

tersebut.

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air sama

dengan kegunaan tersebut.

Pengertian kualitas lingkungan (perairan) adalah sebagai faktor biofisika-

kimia yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan dalam ekosistemnya.

Air yang kita pergunakan h m s memenuhi kualitas sesuai dengan peruntukannya

(Soemanvoto, 200 1). Menurut Wardoyo (1 98 I), perairan yang ideal adalah

(31)

2.5. Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun

2001 adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi tidak dapat berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya. Air dapat tercemar oleh bahan-bahan kimia

yang bersifat organik, anorganik, unsur-unsur renik dan lain-lain. Klasifikasi

secara umum dari zat pencemar air diperlihatkan dalam Tabel 2.

Salah satu fenomena yang sering dijumpai dalam perairan adalah

eutrofikasi. Menurut Achmad (2004), istilah eutrofikasi berasal dari bahasa

Yunani yang berarti nutrisilhara baik, yang menjelaskan suatu kondisi danau atau

penampungdsumber air yang menyebabkan kemerosotan kualitas airnya.

Langkah pertama dalam eutrofikasi adalah adanya masukan dari hara-hara

tanaman yang berasal dari buangan hara atau nutrien, mencapai badan air yang

kemudian menghasilkan sejumlah besar biomassa tanaman melalui fotosintesis.

Biomassa yang mati terakumulasi di dasar danau yang sedikit demi sedikit

mengalami pembusukan, dan menghasilkan kembali gas C 0 2 , fosfor, nitrogen,

dan kalium. Bila danau tidak terlalu dalam, aka-akar tanaman di dasar danau

mulai tumbuh, meningkatkan akumulasi dari material padat dalam danau atau

kolam.

Tabel 2. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air

Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya

Unsur-unsur renik Kesehatan. biota akuatik

Senyawa organ logam Transpor logam

Polutan anorganik Toksisitas. biota akuatik

Asbestas Kesehatan manusia

Hara-ganggang Eutrofikasi

Radionuklida Toksisitas

Asiditas, alkalinitas, salinitas tinggi Kualitas air. kehidupan akuatik Zat pencemar organik renik Toksisitas

Pestisida Toksisitas. biota akuatik, satwa liar

PCB Kesehatan manusia

Karsinogen Penyebab kanker

Limbah minyak Satwa liar. estetik

Patogen Kesehatan

Detergen Introfikasi. estetik

Sedimen Kualitas air. estetik

Rasa, bau, dan warna Estetik

(32)

Buangan domestik, komersial, proses pembuatan makanan, dan industri

merupakan sumber yang mengandung bahan-bahan polutan yang cukup banyak,

termasuk jenis bahan pencemar organik seperti diperlihatkan dalam Tabel 3.

Sebagian dari bahan pencemar ini terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen

seperti minyak, gemuk, dan beberapa padatan yang dikeluarkan dari proses

pengolahan , air primer dan sekunder. Sedangkan bahan-bahan pencemar lain

seperti garam-garam, logam-logam berat dan bahan-bahan orgznik yang tahaii

urai dapat dihilangkan dengan efisiensi (Achmad, 2004).

Tabel 3. Beberapa komponen primer air buangan dari sistem buangan air kota

Komponen (Konstituen) Sumber potensial Efek dalam air Zat-zat yang Bahan-bahan organik terutama Mengurangi oksigen terlarut membutuhkan oksigen feses

Bahan organik tidak Buangan industri, produk-produk Toksik terhadap kehidupan

terdegradasi rumah tangga akuatik

Virus Buangan manusia Menyebabkan penyakit

Deterjen Rumah tangga Terganggunya estetika,

menghambat penghilangan minyak, toksik terhadap kehidupan akualtik

Minyak dan lemak Proses pembuatan makanan dan Estetika, berbahaya bagi limbah industri kehidupan akuatik

Fosfat Dete rjen Nutrisi bagi ganggang

Garam-garam Buangan manusia, pelunakan air, Meningkatnya salinitzs limbah industri

Logam berat Limbah industri Toksisitas

Agen chelat Laboratorium kimia, beberapa Pelarutan logam berat deterjen, limbah industri transportasinya

Padatan Semua sumber Estetika, kehidupan akuatik

Sumber: Manahan (1 994) dalam Achmad (2004).

2.6. Sifat Fisik dan Kimia Perairan Sungai

Air adalah pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan sehingga air

merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan atau

sampah yang dihasilkan oleh proses kehidupan. Hal ini mengakibatkan air di bumi

tidak pernah dijumpai dalam keadaan murni. Pencemaran air dapat ditunjukkan

oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisika dan kimia badan air sangat

(33)

2.6.1. Sifat Fisika Perairan

Menurut Mays (1996), sifat-sifat atau karakteristik fisika air secara kualitatif

ditentukan oleh temperatur (suhu) melalui sentuhan; kecepatan arus, kekeruhan,

dan padatan tersuspensi melalui penglihatan serta rasa dan bau melalui perasa dan

penciuman Selanjutnya sifat fisika perairan ini dapat mempengaruhi sifat kimia

maupun biologis suatu perairan dan nilai manfaat dari perairan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardoyo, 198 1).

2.6.1.1. Suhu

Suhu normal air bervariasi antara 0-35 'C tergantung pada sumber,

kedalaman, dan musirn. Suhu air mempengaruhi beberapa sifat dan karakteristik

air seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan, kapasitas termal, entalpi,

tekanan, konduktivitas jenis, salinitas, dan kelaritan gas seperti oksigen dan

karbon dioksida. Kecepatan reaksi kimia dan biologis meningkat dengan adanya

kenaikan suhu. Kecepatan reaksi biasanya meningkat dua kali lipat jika suhu naik

10 O C (Mays, 1996).

Perubahan suhu akan mempengaruhi proses kimia dan biologi. Perubahan

suhu yang besar akan berakibat terhadap kelangsungan hidup biota perairan

seperti ikan dan lainnya. Baku mutu air yang peruntukannya digunakan untuk

pembudidayaan ikan, peternakan, dan pertanaman tidk boleh melebihi kisaran

*

3

OC dari kondisi alaminya (PP. No. 82 tahun 2001).

2.6.1.2. Kekeruhan (turbiditas)

Kekeruhan adalah suatu ukuran dari sifat biasan cahaya oleh air yang

disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan padatan koloid dari suatu

pencemar. Kekeruhan atau turbiditas berbanding terbalik dengan kecerahan.

Kekeruhan mendukung kehidupan mikroorganisme (Mays, 1996). Sebaliknya air

yang keruh kurang disukai oleh bentos disebabkan pengendapan partikel tanah

yang berlebihan. Kekeruhan juga mengharnbat penetrasi cahaya secara mencolok

sehingga menyebabkan penurunan aktivitas fotosintesis alga dan fitoplankton.

(34)

2.6.1.3. Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL)

Konduktivitas atau daya hantar listrik menunjukkan adanya ion-ion dalam

suatu perairan. Konduktivitas sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis limbah

yang masuk ke dalam suatu perairan. Ion-ion yang biasanya terkandung dalam air

antara lain 'adalah ion sulfat, klorida, kalsium dan lain-lain (Wardoyo, 1981).

Menurut Mays (1 996), konduktivitas mengukur kapasitas air terhadap arus listrik

yang dapat dihantarkan. Konduktivitas meningkat bila konsentrasi padatan terlarut

meningkat dalam air. Peningkatan padatan terlarut dan konduktivitas

mempengaruhi kelarutan senyawa seperti CaC03 dan gas 02. Hal ini berakibat

timbulnya perkaratan.

2.6.1.4. Total Padatan Tersuspensi

Menurut Turk and Turk (1984), partikel tersuspensi adalah partikel yang

mempunyai diameter lebih dari 1 mikrometer. Keberadaan total padatan

tersuspensi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah dan jenis limbah yang

masuk ke dalamnya. Padatan tersuspensi sangat mcmpengaruhi penetrasi cahaya

matahari ke dalam perairan, sehingga mempengauhi proses pada perairan

tersebut. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh padatan tersuspensi adalah

mengurangi daya pemurnian alami dengan mengurangi proses fotosintesis dan

menutupi organisme dasar (Wardoyo, 198 1). Menurut Mays (1 996), padatan

tersuspensi dapat berupa bahan organik dan a~organik yang berasal dari berbagai

surnber seperti pembusukan alga, padatan dari limbah industri, limpasan

pertanian, perkotaan, dan degradasi fisik dari batu-batuan.

2.6.2. Sifat Kimia Perairan 2.6.2.1. pH

Nilai pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan

encer dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya. pH tidak mengukur seluruh

keasaman atau seluruh alkalinitas. Secara langsung organisme perairan

(35)

terlalu tinggi atau terlampau rendah dapat mematikan organisme, demikian pula

dengan perubahannya. Umumnya organisme perairan dapat hidup pada kisaran pH 6,7-9 (Mays, 1996). Penambahan suatu senyawa ke dalam perairan hendaknya

tidak menyebabkan perubahan pH menjadi lebih kecil dari 6,7 atau lebih besar

dari 8,5 (Achrnad, 2004).

2.6.2.2. Oksigen Terlarut

Lohani (1 98 1); Mays (1 996) menyatakan bahwa oksigen terlarut (dissolved

oksigen) yang sering disebut DO adalah parameter hidrobiologis yang dianggap

sangat penting karena keberadaannya menentukan hidup matinya organisme.

Selain itu dinarnikanya berkaitan dengan parameter yang lain. Organisme perairan

tidak selalu nyaman hidup pada air dengan kandungan oksigen tinggi. Air dengan

oksigen terlarut hingga 20% jenuh, bahkan dapat membahayakan organisme.

Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu (persamaan Clasius-

Claplyron), tekanan parsial oksigen dalam atmosfer dan kandungan garam dalam

air. Pengaruh suhu ini sangat berarti penting dalam kasus oksigen (Achmad,

2004).

Konsentrasi oksigen terlarut dalam air di berbagai sungai di dunia berkisar

antara 3-9 mg/L dengan kondisi saturasi pada suhu 20 OC. Sedangkan kisaran

konsentrasi oksigen terlarut dalam air sungai di dunia adalah 0 mg/L (kondisi

anoksik) dan 19 mg/L (kondisi supersaturasi). Kondisi supersaturasi disebabkan

oleh blooming alga dan biasanya terjadi menjelang malam pada musim panas.

Sedangkan pada malam hari terjadi konsumsi oksigen oleh alga dan bakteri

sehingga mengakibatkan kondisi anoksik atau anaerobik. Kondisi ini disebut juga

dengan periode oksigen terlarut no1 (Mays, 1996). Kelarutan oksigen dalam air

(36)

Tabel 4. Kelarutan jenuh oksigen dalam air pada berbagai temperatur di bawah tekanan udara 760 mrn Hg

Temperatur (0 OC) Kelarutan Oksigen ( m a ) Tekanan uap air (mm Hg)

0 14,6 5

Sumber: Manahan (1994) dalam Achrnad (2004).

2.6.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jurnlah oksigen terlarut

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi

bahan-bahan organik buangan dalam air (Wardoyo, 1981). Nilai BOD juga

didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

selama penghancumn bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 OC.

Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis

memerlukan reaksi sempurna (95-99%) dalam waktu 20 (duapuluh) hari

sedangkan dalam waktu 5 (lima) hari seperti yang unlurn digunakan untuk

pengakuran BOD kesempurnaan oksidasinya rnencapai 60-70%. Suhu 20 OC

digunakan karena merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di

[image:36.532.49.466.78.446.2]
(37)

yang berbeda pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia

tergantung dari suhu (Achrnad, 2004).

Nilai BOD biasanya diukur dalam milligram oksigen per liter air. Air murni

tersaturasi dengan udara pada suhu 25' C mengandung 0,0085 g atau 8,4 mg

oksigen per liter air (Turk and Turk, 1984). Tabel 5 menunjukkan perbandingan

nilai BOD pada beberapa tipe air.

Tabel 5. Perbandingan beberapa tipe nilai BOD

Tipe Air BOD (mg/L)

Air Murni 0

Air alami segar 2-5

Lirnbah domestik Ratusan

Limbah setelah purifikasi 10-20

primer dan sekunder

Sumber: Turk and Turk, (1984).

2.6.2.4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik di

dalam air secara kimiawi (Mays, 1996). Nilai COD merupakan h a n dari

pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi

melalui proses kimia dan mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen

terlarut dalam air. COD merupakan ukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan

dalam kondisi khusus untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi

(Wardoyo, 1981). Menurut Achmad (2004), COD yaitu kebutuhan ~ksigen untuk

mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi dengan menggunakan

kaliumbikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat.

Turk and Turk (1984) menyatakan bahwa beberapa bahan organik seperti

hidrokarbon klorida yang dihasilkan dalam proses industri tidak dapat digunakan

sebagai makanan oleh bakteri sehingga tidak teroksidasi dan tidak terakarnodasi

oleh nilai BOD. Hal ini mengakibatkan uji COD urnumnya menghasilkan nilai

kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena jumlah senyawa kimia

yang dapat dioksidzsi lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologis (Achrnad,

(38)

2.6.2.5. Nitrat dan Total Nitrogen (TN)

Senyawa nitrogen terdapat dalam beberapa bentuk terlarut atau tersuspensi

dalam air. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2), yang

berlipat ganda jumlahnya, nitrit (Nod, nitrat (NO3-) dan amoniak (NH~'),.

Nitrogen memiliki peranan yang sangat penting dalarn daur organik dalam

menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam ha1 ini jaringan

organik yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk di dalarnnya bakteri

pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekuler menjadi bentuk-bentuk

gabungan (NO2, NO3, N h ) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan ha1

sebaliknya (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Nitrogen perairan merupakan penyebab utarna perturnbuhan ymg sangat

cepat dari ganggang yang mengakibatkan eutrofikasi. Pada umumnya. nitrogen

anorganik dalam perairan aerobik terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5,

yaitu sebagai NO3-, dan dengan bilangan oksidasi +3 dalarn keadaan anaerobik

sebagai N H ~ + yang stabil. Pada proses pengolahan limbah terjadi reaksi oksidasi

metanol oleh ion nitrat dalam kondisi anaerob. Reaksi tersebut disebut

denitrifikasi. Dalam kondisi ini te rjadi perubahan semua senyawa tersebut

menjadi ion N&' (Achmad, 2004).

2.6.2.6. Ortofosfat dan Total Fosfor (TP)

Di dalam perairan alami, fosfor berada dalam berbagai senyawa-senyawa

yang umum terdapat dalam senyawaan dengan unsur Fe, Al, dan Ca; kekuatan

ikatannya tergantung pada pH. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999),

sebagian fosfor terdapat dalam senyawa organik seperti protein dan gula, sebagian

dalam butiran-butiran kalsiurn fosfat (Capo4) dan besi fosfat (FeP04) anorganik,

dan sebagian terlarut sebagai fosfat anorganik.

Ortofosfat (Orthophosphate) adalah senyawa fosfat anorganik yang teramat

berlimpah dalam daur fosfor. Senyawa ini dihasilkan dari proses pemecahan

fosfat organik oleh bakteri dari pembusukan jaringan organik. Proses ini relatif

mudah dan sederhana dan sering terjadi di dalam kolom air sehingga dihasilkan

(39)

fosfor kadarnya jauh di bawah nitrogen, namun unsur ini mudah diperoleh dari

tempat yang tembus cahaya matahari (Romihtarto dan Juwana, 1999).

Fosfor merupakan suatu komponen penting sekaligus sering menimbulkan

permasalahan lingkungan dalarn air. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa

unsur yang esensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan

ganggang yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air. Sumber fosfor

adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan

organik, dan mineral fosfat. Sejumlah industri dapat membuang polifosfat berupa

(40)

111. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Letak dan Luas DAS Brantas Hulu Malang

Secara geografis DAS Brantas Hulu terletak antara 5°20'-6018 'LU dan 7'-

8'15 'BT, meliputi 30 kecarnatan di Kabupaten Malang dan 3 (tiga) kecarnatan

dalarn Kota Malang. Secara terperinci batas-batas DAS Brantas Hulu adalah

sebagai berikut:

a. Di sebelah barat laut dibatasi oleh Gunung Anjasmoro, Gunung ArJuno

(3.339 m dpl), Gunung Bedukasu (1 -450 m dpl), Gunung Serayu (1.103 m

dpl), Gunung Tunggangan (1.208 m dpl), Gunung Gendis (1.284 m dpl),

Gunung Dukutan (1.260 m dpl), Gunung Manggungan, Gunung Kukuan

(1.481 m dpl), Gunung Keciri (2.305 m dpl), dam kompleks Pegunungan

Tengger (2.432 m dpl) yang meliputi Gunung Pucungcentong (2.331 m

dpl), Gunung Ijo (2.413 m dpl) dan Gunung Pusungkutan (2.320 m dpl).

b. Di sebelah timur dibatasi oleh kompleks Pegunungan Tengger (2.432 m

dpl) dan kompleks Pegunungan Semeru (3.675 m dpl) yang meliputi

Gunung Ayek-ayek (2.819 m dpl), Gunung Pangerancilik, Gunung

Kukusan dan Gunung Jembangan (3.020 m dpl).

c. Di sebelah selatan dibatasi oleh sederetan pegunungan sepanjang pantai

selatan Pulau Jawa (Pegunungan Kapur Selatan).

d. Di sebelah barat dan barat laut dibatasi oleh Gunung Pitrang (2.540 m

dpl), Gunung Panjeran (2.037 m dpl), Gunung Kawi (2.561 m dpl),

Gunung Gendonggowak (2.171

m

dpl), Gunung Butak (2.868 m dpl).

Gunung Waturjuwadah (1.629 m dpl), Gunung Argogayang (2.158 rn dpl),

(41)
[image:41.532.45.480.53.746.2]

Gambar 3. Peta wilayah DAS Brantas.

Luas daerah aliran sungai (DAS) Brantas meliputi kurang lebih 12.000 km2

atau seperempat luas wilayah Provinsi Jawa Timur (Pyenvianto, 1998). Adapun

luas DAS Brantas Hulu adalah:

Sub DAS Sumber Brantas : 55.084,94 ha (27,51 %)

Sub DAS Bango : 24.546,89 ha (1 1,97 %)

Sub DAS Amprong : 33.616,50 ha (16,40 %)

Sub DAS Metro : 49.3 13,09 ha (24,06 %)

Sub DAS Lesti : 46.3 18,33 ha (22,59 %)

3.2. Topografi

Keadaan topografi DAS Brantas Hulu bagian tengah pada umumnya datar

(42)

Tabel 6. Sebaran luas daerah dengan berbagai bentuk permukaan di daerah tangkapan Bendungan Irigasi Sutarni DAS Brantas Hulu

-

No. Bentuk Permukaan Luas

Ha %

1. Datar 129.406 63,lO

2. Berombak 36.1 11 17,72

3. Berbukit 6.868 335

4. Bergelombang 13.085 6,40

5. Bergunung-gunung 19.380 9,43

Jumiah 205.000 100

Surnber: Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1966

Di lereng kompleks Pegunungan Tengger dengan puncaknya Gunung

Bromo (2.303 m dpl) dan Gunung Semeru (3.675 m dpl ) bentuk lapangan

berombak pada ketinggian 650-850 m dpl, bergelombang pada ketinggian 850-

1.050 m dpl, berbukit pada ketinggian 1.050-1.250 m dpl dan di atas ketinggian

1.350 m dpl sudah bergunung-gunung. DAS Brantas Hulu memiliki bentuk

perrnukaan tanah yang bervariasi seperti di perlihatkan dalam Tabel 6.

3.3. Keadaan Tanah

Berdasarkan peta tanah tinjauan dari Pusat Penelitian Tanah tahun 1966

skala 1:250.000, pada DAS Brantas Hulu dijumpai tanah dari jenis alluvial,

litosol, regosol, mediteren, andosol, glei humus, latosol dan brown forest soil,

yang diuraikan penyebarannya sebagai berikut:

a) Komples alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabu-kelabuan, terdapat

membujur dari Singosari ke selatan melalui Malang, Gadang, Kepanjen sampai Sengguruh membelok ke timur menyusuri Kali Lesti sampai

Sunderejo.

b) Aluvial coklat kekelabuan, terdapat di sekitas Slorok.

c) Asosiasi litosol dan mediteren coklat kemerahan, di sekitar Kali Lesti sebelah

selatan.

d) Regosol kelabu, terdapat di kompleks Pegunungan Tengger ke selatan sampai

Gunung Semeru.

(43)

f) Regosol coklat, terdapat di sebelah selatan Batu sampai ke Cakung melebar ke barat di kaki Gunung Kawi. Terdapat pula mulai dari Pakis, Turnpang,

Watesbetung, Wajak ke arah barat sampai Bululawang da ke selatan sampai

Gondanglegi dan Turen.

g) Brown Forest Soil, terdapat di sebelah utara Pakis, ke timur sampai Jabung, ke

barat sampai sebelah timur Karanglo dan ke utara sampai Manggis dan Bedali.

h) Asosiasi andosol dan regosol kelabu, terdapat sebaran terpencar di sisi sebelah

timur Punten, Junggo sampai Sumber Brantas.

i) Asosiasi andosol coklat dan glei humus, di sepanjang aliran Kali Brantas dari

Batu di sebelah selatan Karanglo sampai Sengkaling.

j) Andosol coklat, di Seta dan sekitarnya.

k) Asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, terdapat di hulu Kali Amprong

mulai dari Gubukklakah, hulu Kali Lesti, hulu Kali Aranaran dan hulu Kali

Bambang.

1) Kompleks andosol coklat dan litosol, terdapat di sekitar Gunung Butak sampai

Gunung Argowayang.

m) Mediteren coklat kemerahan, mulai dari Sengkaling ke selatan sarnpai Wagir,

Ngajum, dan Bangelan. Terdapat pula di sekitar Kedali.

n) Latosol coklat, terdapat di sebelah tenggara Punten, di sebelah utara

Karangploso dan Klampok. Juga terdapat di sebelah tenggara Malang sarnpai

Tj inan dan sekitarnya.

o) Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu, terdapat mulai dari Cakung,

Sengkaling ke selatan sampai Sengon, Patungsewu dan Bumirejo.

p) Latosol coklat kemerahan, terdapat di hilir Aranaran sampai Surnberwungu

(codo), hilir Kali Bambang, Kali Genteng dan meliputi daerah Darnpit dan

sekitarnya.

q) Latosol merah kekuningan, terdapat mulai dari sebelah timur Manggis ke

selatan sampai Kemiri, sebelah barat Gubukklakah, Poncokusuma dan

(44)

3.4. Iklim

Iklim DAS Brantas secara urnum terutama dipengaruhi oleh pergeseran

tahunan dari "The Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ)" dan perubahan

musim dari angin muson. Data iklim terutama dikurnpulkan Badan Meterologi

dan Geofisika (BMG), kantor Proyek Irigasi Jawa Timur, dan kantor Proyek

pengembangan DAS Brantas, disamping oleh kantor-kantor Dinas Pertanian.

Musim hujan terjadi Bulan November dan April bersamaan dengan berhembusnya

angin muson barat laut, sedangkan musim kemarau terjadi Bulan Mei dan Oktober

bersamaan dengan angin muson tenggara. Perbedaan musim ini biasanya cukup

mencolok dengan 80% dari hujan tahunan rata-rata pada musim hujan, dan musim

kemarau dicirikan oleh hari-hari tanpa hujan.

Seperti umumnya di wilayah-wilayah khatulistiwa, suhu udara memiliki

fluktuasi musimam yang kecil. Di Malang, rata-rata suhu harian adalah 23.8 OC,

dan di Mojosari dalam delta Brantas suhunya adalah 27,5 OC. Sugakan

kelembabannya cukup tinggi dengan kelembaban nisbi harian rata-rata mencapai

puncaknya 84% pada Bulan Maret, dan minimum 76% pada Bulan agustus.

Variasi ~ ~ u s i m a n demikian lazim dijumpai di seluruh wilayah DAS. Rata-rata laju

angin tahunan adalah 1,86 mls. Di daerah ini juga sering terjadi evatranspirasi

yang potensial untuk tanaman acuan (Eto) yang dihitung dengan Metoda

Modifield Penman memberikan angka rata-rata tahunan untuk Malang 1300 mrn

dan 1650 untuk untuk daerah delta. Nilai tertinggi terjadi selama bulan September

dan Oktober. Zonasi agroklimatik wilayah DAS Brantas secara keseluruhan

menunjukkan bahwa daerah pegunungan agak basah dan sebagian dataran rendah

mengalami musim kemarau selama empat bulan (Proyek Pengembangan Rencana

Pengelolaan DAS terpadu, 1992).

3.5. Kondisi Sosial Ekonomi

Kota Malang sendiri memiliki luas 124.456 km2, dihuni oleh

*

700.000

warganya. Kepadatan penduduk mencapai 5.000

-

12.000 jiwa per kilometer

persegi dengan tingkat pertumbuhan 3.9 % per tahun. Sedangkan penduduk yang

tersebar di Daerah Aliran Brantas Hulu f 2.500.000 jiwa seperti yang ditunjukkan

(45)

keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA).

Komposisi penduduk asli berasal dari berbagai etnik terutama suku Jawa, Madura,

sebagian kecil keturunan Arab dan Cina. Masyarakat Malang sebagian besar

adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan

Budha. Malang juga banyak didatangi oleh pendatang. Kebanyakan pendatang

adalah pedagang, pekerja dan pelajar atau mahasiswa yang tidak menetap dan

dalarn kurun waktu tertentu kembali ke daerah asalnya.

Sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan DAS Brantas Hulu Malang

mempunyai mata pencaharian dari pertanian sawah hingga tanaman semusim jenis

hortikultura. Adanya perubahan di lapangan tentang tata guna lahan DAS Brantas

Hulu salah satunya disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang membuka usaha

pertanian di kawasan ini.

Masyarakat bahkan banyak yang tidak hanya menjalankan usaha tani

berskala kecii tetapi terdapat pula usaha tani berskala besar seperti industri jamur dan peternakan. Para petani banyak yang mengusahakan tanaman sayuran yang

sebelumnya merupakan kawasan hutan ataupun milik mereka sendiri. Selain

pertanian, masyarakat banyak juga yang mempunyai mata pencaharian sebagai

buruh di pabrik-pabrik yang memang banyak berdiri di sepanjang pinggiran

(46)
[image:46.538.68.469.89.682.2]

Tabel 7. Penyebaran penduduk DAS Brantas Hulu

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Kab & Malang

1. Batu 75.53 1

2. Bumiaji 49.703

3. Junrejo 39.405

4. Singosari 136.533

5. Karangploso 59.762

6. Dau ' 52.30 1

7. Tcmpang 69.4 12

8. Pakis 102.750

9. Jabung 64.542

10. Poncokusumo 87.2 17

11. Buluwang 61.305

12. Gondanglegi 73.132

13. Pagelaran 60.047

14. Wajak 74.988

15. Tajiman 46.843

16. Turen 104.154

17. Dampit 90.421 .

1 8. Tirtoyudo 22.57 1

19. Sumber Manjig 85.727

20. Kepanjen 9:.:45

2 1. Pakisaji 69.106

22. Sumber Pucung 7.644

23. Kromengan 35.921

24. Ngajum 45.206

25. Wonosari 40.89 1

Gambar

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran.
Gambar 2. Daerah aliran sungai.
Tabel 4. Kelarutan jenuh oksigen dalam air pada berbagai temperatur di bawah
Gambar 3. Peta wilayah DAS Brantas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di tengah ruangan utama Masjid Raya Al-Mashun terdapat delapan pilar yang terbuat dari marmer yang berwarna kuning gading yang berasal dari Italia.. Pilar ini berfungsi

Hasil Penelitian didapatkan 3 buah koloni bakteri yaitu bakteri Proteus mirabilis, Escherichia coli dan Salmonella paratyphi B , hasil uji Bioassay bakteri Proteus mirabilis

Tabel nilai rikkes II digunakan untuk menyimpan data hasil pemeriksaan kesehatan tahap II, tabel ini akan berhubungan dengan tabel kelainan untuk menentukan status kesehatan

Proses perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel zat tersebut. 55 Sebuah sendok logam yang

*anak yang telah selesai melakukan eksplorasi dalam satu sentra jika masih ada waktu dapat pindah ke sentra lain dengan catatan pendidik mengetahui kegiatan di sentra sebelumnya

Pada siklus 1 dimulai dengan tahap perencanaan. Pada tahap perencanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu : 1) Menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang digunakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan adapun saran yang dapat diajukan yaitu: (1) Sebaiknya pendidik selalu memperhatikan aspek pembelajaran dari