• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN VARIASI BERAT AGREGAT DAN BINDER Kuat Tekan Beton Geopolimer Dengan Variasi Berat Agregat Dan Binder Pada Umur Beton 21 dan 28 Hari.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER DENGAN VARIASI BERAT AGREGAT DAN BINDER Kuat Tekan Beton Geopolimer Dengan Variasi Berat Agregat Dan Binder Pada Umur Beton 21 dan 28 Hari."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER

DENGAN VARIASI BERAT AGREGAT DAN BINDER

PADA UMUR BETON 21 DAN 28 HARI

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Oleh:

ANDI YUNANTO

D 100 110 071

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

KUAT TEKAN BETON GEOPOLYMER

DENGAN VARIASI BERAT AGREGAT DAN BINDER PADA UMUR BETON 21 DAN 28 HARI

ABSTRAK

Beton merupakan material bangunan yang tersusun dari komposisi utama agregat kasar, agregat halus, air, dan Semen Portland. Akhir-akhir ini beton semakin sering mendapatkan kritik, karena emisi gas rumah kaca (karbondioksida) yang dihasilkan pada proses produksi semen. Dengan pertimbangan tersebut maka dikembangkan bahan pengikat beton baru yang disebut beton

geopolymer. Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan beton geopolymer adalah abu

terbang batu bara (fly ash). Dengan memanfaatkan fly ash sebagai bahan pengganti dari semen

dinilai dapat menjaga lingkungan dan mengurangi biaya konstruksi. Pada penelitian ini benda uji yang digunakan yaitu silinder, dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm. Pengujian kuat tekan dilakukan padaa saat beton berumur 21 dan 28 hari. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui

kuat tekan beton geopolymer yang paling maksimum dengan variasi perbandingan bahan penyusun,

agregat dengan binder yaitu 75:25, 30:70, 35:65 dan 40:60 dan dengan variasi umur beton 21, 28

hari. Mix design mengacu pada penelitian sebelumnya Prasetyo,G.B (2015). Jumlah benda uji pada

masing-masing variasi adalah 3 benda uji, sehingga jumlah benda uji keseluruhan berjumlah 24 buah. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15cm dan tinggi 30cm. Data hasil pengujian

kuat tekan beton geopolymer pada variasi perbandingan bahan penyusun 25:75 dan pada variasi

umur beton 21 hari adalah 0.314 MPa, dan pada 28 hari adalah 0.720 MPa. Pada variasi perbandingan bahan penyusun 30:70 dan pada variasi umur beton 21 hari adalah 1.491 MPa, dan pada 28 hari adalah 2.055 MPa. Pada variasi perbandingan bahan penyusun 35:65 dan pada variasi umur beton 21 hari adalah 1.807 MPa, dan pada 28 hari adalah 2.192 MPa. Pada variasi perbandingan bahan penyusun 40:60 dan pada variasi umur beton 21 hari adalah 0.854 MPa,dan pada 28 hari adalah 1.699 MPa. Dapat disimpulkan bahwa variasi bahan penyusun beton

geopolymer yang paling maksimum pada perbandingan 35:65 pada umur 28 hari.

Kata kunci : alkaline activator, beton geopolymer, fly ash, lama umur beton

ABSTRACT

(6)

2

30:70 constituent material ratio variation and the variation of the concrete life of 21 days was 1,491 MPa, and at 28 days was 2,055 MPa. At 35:65 constituent material ratio variation and the variation of the concrete life of 21 days was 1,807 MPa, and at 28 days was 2,192 MPa. At 40:60 constituent material ratio variation and the variation of the concrete life of 21 days is 0854 MPa, and at 28 days was 1.699 MPa. It can be concluded that the variations of geopolymer concrete building blocks the maximum at 35:65 ratio at 28 days.

Keyword : alkaline activator, geopolymer concrete, fly ash, long life of concrete

1.PENDAHULUAN

Beton merupakan suatu campuran material yang digunakan bangunan modern oleh

masyarakat.Bahan dasar beton terdiri dari agregat kasar,agregat halus,bahan pengikat dan air.Beton

biasanya digunakan untuk bahan bangunan yang bersifat permanen seperti pada konstruksi

bangunan gedung,jembatan,jalan dan lain-lain.Dengan adanya perkembangan pembangunan

infrastruktur yang sangat pesat, yang juga mempengaruhi nilai jual harga bahan material bangunan

yang cukup mahal.Oleh karena itu pemakaian campuran material beton menggunakan bahan yang

mudah diperoleh,harga murah dan menghasilkan kualitas yang baik.Kualitas yang baik tergantung

pada bahan campurannya.Bahan campuran yang sangat penting dalam pembuatan beton adalah

semen.Produksi semen semakin hari semakin meningkat,dikarenakan pembangunan infastruktur

yang semakin banyak.

Ketersediaan semen di alam yang semain sedikit maka diperlukan alternatif lain untuk

pengganti semen dalam campuran beton yang menghasilkan beton ramah lingkungan dan harga

lebih terjangkau.Diantaranya melalui pengembangan beton dengan menggunakan bahan pengikat

organic seperti aluminia-silikat polymer,atau yang dikenal dengan geopolymer, yang merupakan

sinetesa dari material geologi yang terdapat pada alam yang kaya akan kandungan silica dan

alumunia (Davidovits, 1999).

Unsur-unsur geopolymer diantaranya pada material anorganik seperti alumunia-silikat

(polymer) atau disebut (geopolymer) yang dapat beraksi secara kimia dengan cairan alkaline pada

temperature tertentu agar menghasilkan campuran yang memiliki sifat seperti semen.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton

geopolymer pada perbandingan variasi bahan penyusun (25:75) s/d (40:60) dan variasi umur

betonnya (21 dan 28 hari)

Beton adalah hasil pencampuran bahan bangunan yang berupa semen, agregat, dan air. Juga

bisa ditambahkan bahan tambahan seperti bahan kimia, ataupun bahan limbah organik maupun non

(7)

Geopolymer adalah bahan material yang ramah lingkungan dan bisa dikembangkan sebagai

alternatif pengganti semen. Bahan dasar yang utama untuk pembuatan beton geopolymer yaitu bahan

yang banyak mengandung silicon dan alumunium. Unsur tersebut terdapat banyak pada material

buangan hasil industri, seperti abu terbang (fly ash) sisa pembakaran batu bara. Untuk melarutkan

unsur silicon dan alumunium, serta memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi digunakan larutan yang

bersifat alkalis. Bahan material geopolimer tersebut bila digabungkan dengan agregat batuan, akan

menghasilkan beton geopolymer tanpa menggunakan semen lagi.

Binder adalah bahan pengikat dalam campuran beton (disebut binder beton geopolymer)

yang terdiri dari fly ash dan alkaline aktivator yang berupa sodiumsilikat (Na2SiO3) dan sodium

hidroksida (NaOH).

Beton geopolymer adalah campuran beton di mana penggunaan material Semen Portland

sebagai bahan pengikat digantikan oleh bahan lain seperti abu terbang (fly ash), abu kulit padi (rise

husk ash), dan lain-lain yang banyak mengandung silika dan alumunium (Davidovits, 1997).

Material penyusun utama untuk membuat bahan pengikat beton geopolymer terdiri dari 2

komponen yaitu komponen solid yang memiliki kandungan Silika (Si) dan Alumina (Al) yaitu fly

ash dan komponen alkaline aktivator yang berupa sodium silikat dan sodium hidroksida. Dan bahan

lainnya sama seperti beton pada umumnya yaitu agregat kasar, agregat halus dan air.

2.METODE

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode eksperimen

laboratorium. Penelitian laboratorium merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan menguji

kebenaran suatu hipotesis guna mencari pengaruh, hubungan ataupun perubahan. Pada penelitian ini

pembuatan benda uji dilakukan di laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta,

penelitian dilakukan dengan cara pengujian benda uji untuk mengetahui kuat tekan beton

geopolymer optimum pada variasi perbandingan bahan penyusun (25:75 s/d 40:60) pada umur beton

21 dan 28 hari.

Pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama yang yaitu persiapan.

Pada tahapan pertama yaitu mempersiapkan bahan material dan alat-alat yang akan digunakan

sebelum melakukan penelitian agar sesuai dengan spesifikasi. Tahapan kedua yaitu melakukan

pengujian terhadap bahan material yang akan digunakan guna mengetahui berapa banyak kandungan

bahan organik yang terdapat pada pasir yang akan digunakan sebagai campuran adukan mortar.

Tahapan yang ketiga yaitu perencanaan campuran (mix design) dan pembuatan benda uji, pada tahap

ini dirancang perencanaan campuran (mix design) dengan perbandingan agregat dan binder pada

(8)

4

yang akan digunakan harus sesuai dengan rancangan campuran beton, pembuatan adukan beton

menggunakan alat molen minimixer dengan kapasitas 0,6 m3setara dengan pembuatan benda uji 6

silinder, untuk mendapatkan hasil adukan yang homogen. selanjutnya dilakukan pengujian slump

untuk mengetahui tingkat kekentalan adukan beton agar nilai slump yang direncanakan dapat

tercapai. Setelah mendapatkan nilai slump kemudian mix design dituangkan ke dalam cetakan,

benda uji dicetak menggunakan cetakan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Tahapan yang

keempat adalah perawatan beton setelah beton mulai mengeras, perawatannya dengan cara direndam

ke dalam air dalam kondisi suhu ruangan selama umur 21 dan 28 hari. Tahap yang kelima yaitu

Pengujian Benda Uji pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan benda uji

berbentuk silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dilakukan pada umur beton 21 dan 28

hari. Tahap yang keenam adalah Analisis Data yaitu data-data yang telah diperoleh dari hasil

kemudian dianalisis dan dihitung. Tahapan yang terakhir yaitu membuat kesimpulan sehingga dari

data yang sudah didapat dan dianalisis dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan tujuan dari penelitian.

3.HASILDANPEMBAHASAN

3.1Hasil Pengujian Agregat Halus

Hasil pemeriksaan agregat halus yang telah dilaksanakan pada penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3.1

Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan agregat halus.

Jenis pemeriksaan Hasil

pemeriksaan Persyaratan Standar SNI Keterangan Kandungan organik No.2 (Orange) 1 - 5 SNI 03-2816-1992 Memenuhi syarat

Pemeriksaan SSD

Absorbtion% 4,17% < 5% SNI 03-1970-1990 Memenuhi syarat

Kandungan lumpur 1,04% < 5% - Memenuhi syarat

Gradasi pasir Daerah III Daerah III SNI 03-2384-1992 Memenuhi syarat Modulus halus butir 3,23 1,5-3,8 - Memenuhi syarat

(9)

Gambar 3.1. Hubungan antara Ukuran Ayakan dengan Persen Butir Lolos.

3.2Hasil Pengujian Agregat Kasar

Hasil pemeriksaan agregat kasar yang telah dilaksanakan pada penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Hasil pemeriksaan agregat kasar.

Jenis pemeriksaan Hasil Persyaratan Standar SNI Keterangan pemeriksaan

SNI 03-1969-1990 Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Modulus halus butir 7,37 5 – 8 - Memenuhi syarat

Gambar 3.2. Hubungan antara Ukuran Ayakan dengan Persen Butir Lolos.

3.3Hasil Pengujian F lay Ash

Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. Jaya Ready Mix Sukoharjo

yang berasal dari sisa pembakaran batu bara dari pembakaran batu bara di PLTU Jepara. Pengujian

terhadap bahan baku fly ash dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia dari fly ash. Pada

Batas Bawah Gradasi 20 mm Batas Atas Gradasi 20 mm

(10)

6

Tabel 3.3. Hasil Pengujian Kandungan Kimia Fly Ash

No Komposisi Kimia Persentase (%)

1 SiO2 45,27

(Sumber: hasil pengujian fly ash PT. Jaya Ready Mix oleh Sucofindo)

Dari data hasil pengujian kandungan kimia fly ash pada Tabel 3.3. didapatkan data yang

didominasi oleh unsur silika-besi- dan alumina. Dari kadar (SiO2+Fe2O3+Al2O3) diperoleh sebesar

75,93%. Sedangkan batas (SiO2+Fe2O3+Al2O3) kelas C minimal 50 % dan kelas

F(SiO2+Fe2O3+Al2O3) minimal 70%. Dapat disimpulkan bahwa fly ash dari PT. Jaya Ready Mix

masuk pada kelas F(ACI Manual of Concrete Practice 1993Part 1 226.3R-3).

3.4Perencanaan Adukan Beton

Kebutuhan bahan didapat menurut perbandingan massa benda uji. Hasil perencanaan

campuran adukan dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Perencanaan campuran adukan beton geopolimer untuk setiap sampel.

Beton Na2SiO3 NaOH Ag.Halus Ag.Kasar Fly Ash Air

(Sumber : hasil pengujian)

Dari Tabel 3.4. diperoleh data hasil perencanaan campuran adukan beton geopolymer untuk

setiap sampel, dalam penelitian ini penggunaan kebutuhan air yang digunakan dalam pencampuran

dilapangan mungkin berbeda dengan perhitungan penggunaan kebutuhan air dalam perencanaan

awal campuran adukan beton geopolymer.Hal tersebut bisa saja terjadi karena tingkat kesulitan

dalam proses pencampuran adukan beton geopolymer dan pengaruh kondisi real dilaboratorium

(11)

dilaboratorium, kebutuhan air bisa dikurangi 10% atau ditambahkan 10% dari perencanaan awal

campuran adukan beton geopolymer.

3.5Kekentalan Adukan Beton

Dalam penelitian ini pengujian slump betujuan untuk mengetahui kekentalan adukan beton

agar memenuhi persyaratan yang diinginkan.Pengujian slump dilakukan dengan menggunakan

kerucut yang berdiameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi kerucut 30 cm. Hasil

pengujian nilai slump dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.1. Hasil pengujian nilai slump.

Waktu Pencampuran Nilai Slump (cm)

(menit) 25 : 75 30 : 70 35 : 75 40: 60

7,5 22.5 6 14 24

(Sumber : hasil pengujian)

Dari Tabel 3.5 pada perbandingan 25:75 dan 40:60 tidak dapat digunakan dalam pembuatan

struktur dikarenakan tidak masuk dalam spesifikasi nilai slump. Pada perbandingan 30:70 dapat

digunakan dalam plat pondasi, pondasi telapak bertulang, pondasi telapak tidak bertulang, kaison,

kontruksi dibawah tanah,jalan beton bertulang dan pembetonan massal.Pada perbandingan 35:75

dapat digunakan dalam plat (lantai), balok, kolom dan dinding.

Tabel 3.5.2. Spesifikasi nilai slump

Dari Tabel 3.5. menunjukan bahwa pada waktu pencampuran yang tepat akan menghasilkan

mutu beton yang tinggi. Hal ini di sebabkan karena pada waktu pencampuran yang tepat akan

menghasilkan sebuah campuran yang homogen.

3.6Hasil Pengujian Kuat Tarik

Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan alat uji kuat tekan beton

compress testing mechine.

Hasil pengujian kuat tekan beton diperoleh dengan cara mengukur beban maksimum yang

(12)

8

Tabel 3.6.1. Data hasil pengujian kuat tekan beton geopolymer 25 : 75.

Umur Beton

Tabel 3.6.2. Data hasil pengujian kuat tekan beton geopolymer 30 : 70.

Umur Beton

Tabel 3.6.3. Data hasil pengujian kuat tekan beton geopolymer 35 : 65.

Umur Beton

Tabel 3.6.4. Data hasil pengujian kuat tekan beton geopolymer 40 : 60.

(13)

28 10.300 127000 70650 150 300 1.798

28 10.350 106500 70650 150 300 1.507

(Sumber : hasil pengujian)

Gambar 3.6 Hubungan antara Kuat Tekan Beton Geopolymer dengan Umur Beton (hari).

Dari data yang diperoleh pada Tabel 3.6.1, Tabel 3.6.2, Tabel 3.6.3, dan Tabel 3.6.4. Terdapat

2 jenis variasi waktu umur beton yang digunakan untuk beton yaitu 21 dan 28. Untuk beton

geopolymer 25:75,kuat tekan tertinggi dimiliki oleh beton dengan variasi waktu umur beton 28 hari.

Untuk beton geopolymer 30:70,kuat tekan tertinggi dimiliki oleh beton dengan variasi waktu umur

beton 28 hari.Untuk beton geopolymer 35:65,kuat tekan tertinggi dimiliki oleh beton dengan variasi

waktu umur beton 28 hari. Untuk beton geopolymer 40:60,kuat tekan tertinggi dimiliki oleh beton

dengan variasi waktu umur beton 28 hari.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada waktu umur

beton 28 hari adalah waktu yang peling tepat untuk lama waktu umur beton Geopolymer.

Adapun perihal untuk variasi waktu lama umur beton terhadap mutu beton. Dapat

disimpulkan jika dalam variasi lama umur beton bahwa beton geopolymer memerlukan proses yang

agak lambat dalam penambahan kekuatan betonnya.

4.PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB V, maka diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai kuat tekan tertinggi beton geopolymer adalah 2.192 MPa, pada umur beton 28 hari untuk

beton geopolymer dengan variasi bahan penyusun 35%:65%.

2. Dari penilitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa beton geopolymer memerlukan

proses yang agak lambat dalam penambahan kekuatan betonnya.

(14)

10

Tabel 4. Data Kenaikan Beton Mutu Normal

Beton Normal (25 MPa) Kekuatan Tekan beton (%)

Umur Beton (hari) 21 28

PBI 1971 95,0 100,0

3. Proses pembuatan beton geopolymer meliputi, mencampur agregat dengan binder, binder ini

terdiri dari fly ash dan larutan activator yang dicampur sampai homogen,dan terakhir

ditambahkan air sesuai mix design. Aduk semua material yang sudah dimasukkan sampai

mendapatkan kondisi homogen.

Dari kesimpulan di atas maka dapat dibuat suatu saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan beton geopolymer ini memerlukan proses yang agak lambat dalam

penambahan kekuatan betonnya maka dibutuhkan waktu yang lama dalam perawatannya.

2. Proses adukan beton geopolymer dianjurkan pada suhu dibawah 20oC untuk memperlambat

setting time pada pengikatan awal sehingga beton mudah diaduk atau meningkatkan workability.

3. Selama pelaksanaan pekerjaan pembuatan beton geopolymer ini, sebaiknya menggunakan

perlengkapan pelindung seperti masker dan sarung tangan karena fly ash dan zat kimia yang

digunakan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

PERSANTUNAN

Terima kasih kepada Allah S.W.T, yang telah melancarkan penelitian ini. Terima kasih juga

kepada kedua orang tua yang tiada henti mendoakan. Terima kasih kepada bapak Ir. Suhendro

Trinugroho, MT. Dan tidak lupa juga teman-teman yang selalu membantu di dalam pelaksanaan

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

03-1974-1990, S. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Penerbit Badan Standar Nasional.

232.2R-03, A. (2003). Use of Fly Ash in Concrete. American Concrete Institute,Farmington

Hils,Michigan: ACI Comitte 232.

C618-03, A. (2003). Standard Specification for Calcinated Natural Pozzolan for Use as a Mineral

Admixture in Portland Cement Concrete. US: ASTM International.

Davidovits, J. (1999). Chemistry of Geopolymer System,Terminology. France: Paper presented at

(15)

Ekaputri, J. d. (2007). Sifat Mekanik Beton Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash Jawa Power

Paiton sebagai Material Alternatif. Jurnal PONDASI,vol 13 no 2 hal. 124-134.

Kasyanto, H. (2012). Tinjauan Kuat Tekan Beton Geopolymer berbahan Dasar Fly Ash dengan

Aktivator Sodium Hidroksida dan Sodium Silikat. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Bandung.

Prasetyo, G. B. (2015). Tinjauan Kuat Tekan Beton Geopolymer dengan Fly Ash sebagai Bahan

Pengganti Semen. Laporan Tugas Akhir Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

R-92, A. 3. (1993). State-of-the-Art Report of High Strength Concrete. ACI Manual of Concrete

Practice,Part 1,Materials and General Properties of Concrete.

Riger, M. (2014). Kuat Tekan Beton Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash).

Manado: Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi .

Sutanto, E. H. (2005). Penelitian Beton Geopolymer dengan Fly Ash untuk Beton Struktural. TA No

: 15111415/SIP/2005.Jurusan Teknil Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya.

Tjokrodimuljo, K. (1992). Tekhnologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Teknik

Sipil,Universitas Gajah Mada.

Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Teknik

Gambar

Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan agregat halus.
Tabel 3.2. Hasil pemeriksaan agregat kasar.
Tabel 3.4. Perencanaan campuran adukan beton geopolimer untuk setiap sampel.
Tabel 3.5.1. Hasil pengujian nilai slump.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pemilik dan karyawan industri mebel bagian produksi almari di kelurahan Sukorejo Sutojayan Blitar yang berupa

Terdapat lima unsur atau dimensi yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan dan analisis untuk mengukur kualitas layanan sehingga pelanggan merasa puas

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2005 menyatakan bahwa dana alokasi khusus adalah adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) terdapat pengaruh langsung secara signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Yang erat dengan fungsi pengawasan adalah fungsi interpretasi. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi serta interpretasi mengenai suatu

Untuk melindungi trafo tenaga dari kerusakan, telah dilakukan pemasangan rele- rele proteksi yang dapat mengenal kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik dan

FIRE-UP tersebut banyak memberikan manfaat yang bagus bagi siswa, karena pada strategi pembelajaran tersebut dtuntut aktifitas siswa dalam mencari atau berusaha

Sustainable Water Fund (FDW), Hollanti Vuodesta 2012 toiminut ohjelma ja rahoitusinstrumentti, jonka tavoitteena on edistää julkisen ja yksityisen sektorin kumppanuusmalleja