• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI SMP AEKKANOPAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI SMP AEKKANOPAN."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI

MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI SMP AEKKANOPAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

NUR ADHA NIM: 8116172012

PROGRAM PASCA SARJANA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Nur Adha, (2015). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Software Geogebra di SMP Aekkanopan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh model problem based learning berbantuan software geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (2) peningkatan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh model model problem based learning berbantuan software geogebra lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, (4) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap matematika siswa terhadap peningkatan motivasi belajar matematika siswa, (5) proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal pada masing-masing pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kualuh Selatan dengan sampel 80 siswa dan SMP Swasta Sultan Hasanuddin dengan sampel 80 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen semu dengan pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Aekkanopan yang mengambil dua sekolah yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui teknik random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan pemecahan masalah dan kuisioner motivasi belajar matematika siswa yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi dan koefisien reliabilitas. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu : (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran problem based learning berbantuan software geogebra lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (2) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan sikap matematika siswa terhadap peningkatan motivasi belajar matematika siswa, (4) proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa pada model pembelajaran problem based learning berbantuan software geogebra lebih baik daripada pembelajaran biasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar model pembelajaran problem based learning berbantuan software geogebra dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa.

(7)

ii ABSTRACT

Nur Adha, (2015). The Improvement of Problem Solving and Mathematical Motivation Abilities Through Problem Based Learning a Assisted Software Geogebra at SMP Aekkanopan. Thesis. Mathematical Education Study Program Postgraduate State University of Medan, 2015.

The objectives of this study are to observe whether : (1) the improvements of student ability of problem solving mathematic thought problem based learning model assisted software geogebra is higher than those taught by regular learning model, (2) the improvement of students mathematical motivation taugh by problem based learning model assisted software geogebra is higher than those taught by regular learning model, (3) there is interaction between the learning model with students attitude mathematical ability and the improvement of student problem based learning ability, (4) there is interaction between the learning model with students attitude mathematical ability and students mathematical motivation ability, (5) the process of problem solving made by students in solving question in each learning. This reseached held at SMP Negeri 3 Kualuh Selatan by having 80 students and SMP Swasta Sultan Hasanuddin Aek kanopan by having 80 student as sample. This reseached used quasi-experimental method with pretest-postest control group design. The population of this reseached all students of grade VII Aekkanopan taking two classes (experimental class and control class) through random sampling technique. The instrument used consisted of the essay of problem solving ability test and mathematical motivation ability test. The instrument had required content validity and coefficient reliability. Data were analyzed by two ways ANOVA test. Before it was used two-ways ANOVA test the normality and homogenity tests with significant level 5% had been done. The findings of this reseach were : (1) the improvement of students’ problem solving ability and mathematical motivation ability taught by problem based learning assisted software geogebra model is higher than students’ and mathematical motivation ability taught by regular learning, (2) there is no interaction between the learning model with attitude mathematical ability and the improvement of students’ problem solving and mathematical motivation abilities, (3) there is interaction between learning model with attitude mathematical student towards improvement mathematical motivation learning, (4) the process of problem solving made by students in solving questions learning model problem based learning assisted software geogebra better than those tough by regular learning. Based on the findings of this study, the researcher suggests problem based learning assisted software geogebra can be used as an alternative for teachers to improve student problem solving and mathematical motivation abilities.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya bagi sekalian. Salawat beriring salam kita persembahkan

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan risalahnya kepada seluruh

umat manusia.

Syukur alhamdulillah penulis lantunkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat kenikmatan, karunia dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Motivasi BelajarMatematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Software Geogebra di SMP Aekkanopan”.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan

Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran

matematika dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sejak mulai

persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat,

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak

(9)

iv

yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya

peneliti sampaikan kepada:

1. Ibu Ida Karnasih, M,Sc, Ed, Ph,D selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II. Untuk

membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat

berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan

kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas

cakrawala berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk

dorongan beliau agar penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd , Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin

Fauzi, M.Pd, dan Bapak Dr. Martua Manullang, M.Pd, selaku Narasumber

yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam

penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat

berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana

UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga

bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan

(10)

v

Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis

khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Kualuh Selatan Bapak Rusli S.Pd dan

Kepala Sekolah SMP Swasta Sultan Hasanuddin Aek kanopan Bapak

Bonar Simarmata, S.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Kepada Suamiku Marliono Sirait, serta kedua putriku tercinta Najla

Anindita Sirait dan Filzah Fayola Sirait, ibunda ucapkan terima kasih yang

tak terhingga yang telah memotivasi danyang menyejukkan hati serta cinta

kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Serta rekan-rekan satu angkatan 2011dari Program Studi Pendidikan

Matematikayang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam

penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu

serta Saudara/I, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna, olehkarena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

penyempurnaan tesis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Agustus 2015

Penulis

(11)

vi

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 13

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 22

3. Motivasi Belajar Matematika 24

4. Hakikat Hasil Belajar Matematika 33

5. Sikap Siswa Terhadap Matematika 36

6. Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning 40

7. Pembelajaran Biasa 45

8.Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran PBL dengan

Menggunakan Software Geogebra 49

9.Aplikasi Media Teknologi Komputer dengan Menggunakan

Software Geogebra Dalam Pembelajaran Matematika 56

10.Persamaan Garis Lurus 66

B. Penelitian Yang Relevan 73

C. Kerangka Konseptual 76

D. Hipotesis Penelitian 84

BAB III METODE PENELITIAN 85

A. Jenis Penelitian 85

B. Tempat dan Waktu Penelitian 85

C. Populasi dan Sampel 86

1. Populasi Penelitian 86

2. Sampel Penelitian 86

D. Variabel dan Desain Penelitian 87

1. Variabel Penelitian 87

(12)

vii

E. Instrumen Penelitian 89

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 89

2. Angket/Kuisioner 92

3. Lembar Pengamatan 95

4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 97

F. Uji Coba Instrumen 99

1. Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran 99 2. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian 100

3. Analisis Validitas Tes 101

4. Analisis Reliabilitas 102

5. Analisis Tingkat Kesukaran 103

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 116

A. Analisis Hasil Tes Data 116

1. Deskripsi Hasil Tes Sikap Siswa Terhadap Matematik 117 2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 122 3. Deskripsi Hasil Tes Angket Motivasi Belajar Matematika 129

4. Uji Hipotesis 137

5. Deskripsi Proses Penyelesaian Masalah Untuk Setiap Kemampuan

pada Masing-masing Pembelajaran 145

B. Pembahasan Hasil Penelitian 161

1. Faktor Pembelajaran 161

2. Kemampuan Pemecahan Masalah 167

3. Motivasi Belajar Matematika Siswa 169

4. Faktor Interaksi Antara Pembelajaran dengan Sikap Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Siswa 171

5. Proses Penyelesaian Siswa 174

6. Keterbatasan Penelitian 174

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 177

A. Kesimpulan 177

B. Saran 178

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pelaksanaan PBL 43

Tabel 2.2. Daftar Icon Geogebra Beserta Fungsinya 62

Tabel 3.1. Tabel Winner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas Dan

Terikat 87

Tabel 3.2. Tabel Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah 89

Tabel 3.3. Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika 89

Tabel3.4. Pedoman Penskoran Tiap Butir Tes dari Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 91

Tabel 3.5. Kisi-kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa 92

Tabel 3.6. Kisi-kisi Skala Sikap 93

Tabel 3.7. Bobot Penskoran Sikap Siswa 94

Tabel 3.8. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen

Dan Kontrol 95

Tabel 3.9. Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah 96

Tabel3.10. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 99

Tabel 3.11. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 99

Tabel 3.12. Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 104

Tabel 3.13. Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik

yang Digunakan 110

Tabel 3.14. Tabel Ringkasan ANOVA Dua Jalur 113

Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Tes Sikap Matematika Siswa 116

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Tes Sikap Matematika Siswa 118

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Tes Sikap Matematika Siswa 119

Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Tes Sikap Matematika Siswa 120

Tabel 4.5. Tabel Sebaran Sampel Penelitian 121

Tabel 4.6. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 122

Tabel 4.7. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 123

(14)

ix

Masalah Matematika Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 124

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 124

Tabel 4.10. Hasil N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Kedua Kelas Sampel 125

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 127

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 128

Tabel 4.13. Hasil Tes Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen 129

Tabel 4.14. Hasil Tes Motivasi Belajar matematika Kelas Kontrol 130

Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Pretes Motivasi Belajar Matematika Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 131

Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Postes Motivasi Belajar Matematika Pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 132

Tabel 4.17. Hasil N-Gain Motivasi Belajar Matematika Siswa Pada

Kedua Kelas Sampel 133

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas N-Gain Motivasi Belajar Matematika

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 134

Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Motivasi Belajar Matematika

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 135

Tabel 4.20. Rangkuman Uji Anava Dua Jalur N-Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa 137

Tabel 4.21. Rangkuman Uji Anava Dua Jalur N-Gain Motivasi

Belajar Matematika Siswa 140

Tabel 4.22. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar

Matematika Siswa Pada Taraf Signifikan 5% 143

Tabel 4.23. Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa ditinjau dari Pendekatan Pembelajaran 156

Tabel 4.24. Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Perindikator

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tampilan Menu Geogebra 62

Gambar 2.2. Persamaan Garis 65

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 107

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Tes Sikap Matematika Siswa 117

Gambar 4.2. Diagram Batang Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen 122

Gambar 4.3. Diagram Batang Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Kelas Kontrol 123

Gambar 4.4. Diagram Batang Hasil N-Gain Kemampuan Pemecahan

Masalah Pada Kedua Kelas Sampel 126

Gambar 4.5. Diagram Batang Tes Angket Motivasi Belajar Matematika

Siswa Kelas Eksperimen 129

Gambar 4.6. Diagram Batang Tes Angket Motivasi Belajar Matematika

Siswa Kelas Kontrol 131

Gambar 4.7. Diagram Batang Hasil N-Gain Motivasi Belajar Matematika

Pada Kedua Kelas Sampel 133

Gambar 4.8. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Sikap Siswa

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa 138

Gambar 4.9. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Sikap Siswa

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Hasil Uji Coba Instrumen

1. Laporan Validasi 181

2. Laporan Hasil Uji Coba Perangakat Pembelajaran dan Instrumen 189

3. Hasil Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 194

4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Data Ujicoba Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa 198

Lampiran B

Instrumen Penelitian

1. Butir Soal Pretes 207

2. Alternatif Jawaban Pretes 210

3. Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 213

4. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa 216

5. Lembar Kuisioner Motivasi Belajar Matematika Siswa 219

6. Angket Skala Sikap Matematika Siswa 224

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) 226

8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 233

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajarab (Kelas Kontrol) 265

Lampiran C

Sikap Siswa Terhadap Matematika

1. Deskripsi Hasil Tes Sikap Matematika Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 277

2. Uji Homogen, Uji Perbedaan Rata-rata, Uji Normal Tes

(17)

xii Lampiran D

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

1. Deskripsi Hasil N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 283

2. Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Anava 2 jalur Kemampuan

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 288

Lampiran E

Motivasi Belajar Matematika Siswa

1. Deskripsi Hasil N-Gain Tes Motivasi Belajar Matematika Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 292

2. Uji Normal, Uji Homogenitas dan Anava 2 Jalur Tes Motivasi

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

menuntut pendidikan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

Sejalan dengan hal itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan menjadi salah

satu fokus dalam pembangunan Indonesia dewasa ini karena pendidikan

merupakan modal utama bagi pembangunan nasional. Matematika merupakan

salah satu ilmu pengetahuan yang memegang peranan besar dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika

memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.

Sehubungan dengan hal tersebut Sujono (1998:20) menyatakan bahwa :

“Dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna. Matematika merupakan alat yang efisien yang diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan. Dan tanpa bantuan matematika semuanya tidak akan mendapatkan kemajuan yang berarti”.

Kemudian Cornellius (dalam Abdurrahman,2003:253) mengemukakan alasan

pentingnya siswa belajar matematika :

“lima alasan perlunya belajar matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Dari pendapat dia atas diasumsikan penguasaan terhadap bidang studi

matematika merupakan suatu keharusan, sebab matematika sebagai pintu masuk

(19)

2

matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara matematis,

logis, kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu

matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang perlu diajarkan di sekolah

karena kegunaannya yang luas pada aspek kehidupan.

Dengan memiliki kemampuan matematika, siswa diharapkan dapat

menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam menghadapi

masalah-masalah dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, guru hendaknya memilih

tugas-tugas matematika, model, strategi dan pendekatan pembelajaran matematika

sedemikian hingga dapat memotivasi minat siswa dan meningkatkan keterampilan

siswa, menciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan

pengembangan ide matematika, dan membimbing secara individual, secara

kelompok serta secara klasikal.

Namun dunia pendidikan matematika dihadapkan pada masalah

rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Suatu kenyataan

yang terjadi di kelas pembelajaran ketika siswa di berikan soal pemecahan

masalah, kebanyakan siswa tidak dapat menyelesaikan masalah itu dengan baik.

Seiring dengan kemampuan pemecahan masalah (Saragih, 2000:24) menyatakan

bahwa: ”sampai saat ini masih banyak keluhan baik dari orang tua siswa maupun

pakar pendidikan matematika tentang rendahnya kemampuan siswa dalam

aplikasi matematika, khususnya penerapan dalam kehidupan sehari-hari”.

Selanjutnya Saragih (2000:32) memberikan contoh masalah yang berkaitan

dengan perbandingan senilai yaitu :“Seorang petani membeli 12 kg pupuk urea

(20)

3

72 kg. Ternyata banyak siswa kelas II SMP mengalami kesulitan untuk menjawab

pertanyaan tersebut”. Hal yang sama juga terjadi di salah satu SMP di

Aekkanopan. Setelah soal yang sejenis diuji cobakan banyak siswa yang

mengalami kesulitan. Padahal soal tersebut merupkan masalah rutin yang sering

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, artinya kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa masih rendah.

Rendanya kemampuan pemecahan masalah matematika, tidak lepas dari

proses pembelajaran matematika. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh

pengajar, yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran biasa yang

menempatkan siswa hanya sebagai pendengar seperti yang dinyatakan oleh

Abbas, (2008:125): “Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru

menggunakan model pembelajaran yang bersifat tradisional dan banyak

didominasi guru”.

Dari hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih

banyak didominasi guru. Keterlibatan siswa selama pembelajaran belum optimal

sehingga berakibat pada kemampuan pemecahan masalah siswa tidak optimal.

Dalam hal ini guru matematika mempunyai peran yang sangat penting guna

mengatasi permasalahan yang dimaksud, karena guru memiliki peran yang

penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Peran yang penting ini adalah

mentransformasikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada peserta

didik.

Dalam mengajar seorang guru harus mampu merancang, mengelola, dan

(21)

4

berperan dalam proses belajar mengajar, yaitu : tujuan pengajaran, materi

pelajaran, metode dan tehnik mengajar, guru, murid dan logistik. Semua

komponen tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu

dibutuhkan guru yang profesional yaitu guru yang selalu membuat

persiapan-persiapan, mulai dari yang membuat perencanaan tujuan pembelajaran,

pengorganisasian materi, pemilihan pendekatan, metode, media, evaluasi dan

dapat merealisasikan apa yang telah direncanakan dengan tepat.

Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum 2006 seperti yang

dinyatakan oleh Sihombing (2007:16) adalah:

1). Melatih cara berpikir dalam nalar atau menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.

2). Mengembangkan aktifitas kreatif yang menyebabkan imajinasi, intuisi, dan penemuan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mecoba-coba.

3). Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Mengamati tujuan pembelajaran matematika tersebut sudah sepantasnya

pembelajaran yang berpusat kepada guru untuk diubah ke arah pembelajaran yang

berpusat kepada siswa. Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa

secara aktif akan menyebabkan siswa tidak dapat menggunakan kemampuan

matematikanya secara optimal dalam menyelesaikan masalah matematika.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing

peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model

pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham

terhadap materi yang diajarkan, dan akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta

(22)

5

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik

berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah

(Problem-based Learning). Model Problem Based Learning atau pembelajaran

berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran

(Sudarman, 2007:69). Pada model ini, peran guru adalah mengajukan masalah,

mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, memberikan

fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.

Pada pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk

melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali

informasi sebanyak-banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang

bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Pada intinya

pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian

masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran

dengan model pembelajaran Problem Based Learning dimulai dengan adanya

masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah

mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah

tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus

(23)

6

memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti

kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang

percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintreprestasi data,

membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek

dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan

disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya

motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala

kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan siswa yang berprestasi rendah

belum tentu disebabkan kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin

disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi. Motivasi adalah suatu

keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang

melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pengetahuan dan

pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa sangat bermanfaat bagi guru

untuk: membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk

belajar sampai berhasil.

Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan interaksi antara siswa

dan guru. Dimyati (2006:115) mengatakan ada 3 kondisi belajar yang dapat

dijumpai pada kelompok siswa yaitu: Peristiwa pertama, siswa segan belajar

karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah. Siswa ini

bermotivasi rendah, karena kurang memperoleh informasi. Peristiwa kedua,

motivasi belajar siswa menurun karena gangguan ekstern belajar. Pada kedua

(24)

7

mengubah kondisi ekstern belajar siswa. Peristiwa ketiga siswa memiliki belajar

tinggi. Siswa yang demikian ini umumnya mampu mengatasi gangguan dan

hambatan belajarnya.

Ada juga faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi kemampuan matematika siswa serta sikap siswa terhadap matematika khususnya kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa. Sikap siswa juga berhubungan erat dengan minat siswa dalam mempelajari matematika itu sendiri, dan bahkan sebagian dari sikap merupakan akibat dari minat. Siswa yang berminat terhadap matematika akan terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika dengan baik, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah dengan tuntas dan selesai pada waktunya, dan ini merupakan suatu pertanda bahwa siswa tersebut bersikap positif terhadap matematika. Tanpa adanya minat maka akan sulit menumbuhkan keinginan dan kesenangan dalam belajar matematika. Siswa yang memiliki perasaan senang terhadap matematika cenderung hasil belajarnya baik, sebaliknya siswa yang kurang memiliki perasaan senang terhadap matematika hasil belajarnya cenderung menurun. Perasaan senang ini merupakan salah satu respon siswa terhadap pembelajaran matematika di kelas. Rendahnya respon siswa terhadap pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar terutama kemampuan pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila perhatian serta sikap siswa

terhadap pembelajaran matematika positif. Syah (2012:150) menyatakan bahwa :

“Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk

mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap

terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun

(25)

8

belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktifitas belajar

siswa selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai

kegiatan belajar. Kemudian ketika akan memulai kegiatan belajar siswa memiliki

siswa menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka ia akan

cenderung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik, namun

apabila lebih dominan adalah sikap menolak sebelum belajar atau ketika akan

memulai pembelajaran, maka siswa cenderung kurang memperhatikan/mengikuti

kegiatan belajar. Sikap terhadap belajar juga nampak dari kesungguhan mengikuti

pelajaran atau sebaliknya bersikap acuh terhadap aktivitas belajar.

Salah satu usaha guru untuk melibatkan siswa aktif dalam proses belajar

adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media sebagai salah satu

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Salah satu bentuk media yang menggunakan teknologi informatika adalah media

yang berbasis komputer. Menurut Hamalik (2001:237) bahwa :” Komputer dapat

digunakan sebagai alat intruksional yang disebut pengajaran dengan bantuan

computer (Computer Assisted Instruction disingkat CAI)”. Pengajaran

menggunakan CAI menggunakan komputer dapat meningkatkan interaksi antar

siswa dan komputer, siswa dapat belajar secara individual, dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa, keterpaduan materi dapat terlaksana sehingga pengajaran

dengan CAI dapat diterapkan di sekolah-sekolah.

Pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran merupakan

kolaborasi yang serasi dan sangat positif diantara bidang pendidikan dan teknologi

informasi. Komputer dapat menampilkan sajian dalam format dan desain yang

(26)

9

matematika melalui media komputer akan lebih menyenangkan dan bermakna

bagi siswa.

Pemaksaan suatu sistem pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat

siswa dapat mengakibatkan gejala kejenuhan, penurunan prestasi belajar siswa

dan akhirnya berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

yang kurang baik. Ketika peserta didik sudah mulai mengenal multimedia yang

secanggih kemajuan teknologi informasi yaitu komputer berikut jaringannya maka

menjadi keniscayaan bagi guru agar mau dan mampu memanfaatkan multimedia

dalam pembelajaran.

Oleh karena itu guru yang profesional adalah guru yang mampu

meramu, merancang dan menemukan media pembelajaran yang memudahkan

siswanya dalam proses belajar. Misalnya dengan adanya penggunaan

gambar-gambar yang bergerak (animasi) dalam mendeskripsikan konsep matematika,

disamping akan mengkongkritkan materi matematika yang bersifat abstrak, juga

dapat menambah daya penguatan (inforcement) serta dapat membangkitkan

keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar.

Agar hasil belajar siswa lebih meningkat, guru diharapkan selalu

berusaha merancang serta menerapkan pembelajaran agar dapat menciptakan

pembelajaran yang inovatif dan kreatif terutama dengan menggunakan media.

Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan

pengalaman-pengalaman ilmiah yang bermuara pada pembentukan kognisi

keilmuannya. Hasil belajar yang baik akan diperoleh jika siswa mampu

menginvestasikan ilmu yang diperolehnya dengan cara pengamatan dan

(27)

10

digunakan adalah media pengajaran berbasis komputer dengan software

Geogebra.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan media berbasis

teknologi komputer sangat baik apabila kita mendukungnya dengan

software-software matematika yang akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan atau

menganalisa persoalan yang ada. Geogebra adalah software atau perangkat lunak

yang sangat membantu dalam proses belajar di sekolah, software ini

dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Pemanfaatan

Geogebra dalam pembelajaran di kelas merupakan suatu inovasi baru dalam

pembelajaran matematika, karena selama ini kita ketahui bahwa dalam

pembelajaran matematika di kelas bersifat tradisional. Kegiatan pembelajaran

lebih didominasi oleh guru, tetapi dengan menggunakan geogebra siswa dapat

mengembangkan cara belajarnya menjadi lebih baik.

Pembelajaran dengan geogebra dapat mengakomodasi siswa yang

lamban menerima pelajaran, karena dapat memberikan iklim yang bersifat efektif

dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, dapat

merangsang siswa untuk mengerjakan latihan-latihan. Selain itu penggunaan

geogebra sebagai media pembelajaran bisa memudahkan guru dalam

menyampaikan materi, mempermudah siswa untuk menyerap apa yang

disampaikan guru, dan terjadinya simulasi karena tersedianya animasi dan

gerakan-gerakan manipulasi (dragging) yang dapat memberikan pengalaman

(28)

11

Pentingnya penggunaan software geogebra dalam kegiatan pembelajaran

guna mempermudah siswa untuk menyerap apa yang disampaikan guru

diperlihatkan oleh uraian dan tampilan materi berikut ini :

Dibandingkan dengan tanpa menggunakan software geogebra penyelesaian

jumlah sudut segitiga ABC adalah :

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk menggabungkan

model Problem Based Learning dengan media teknologi komputer (Geogebra),

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi

belajar serta sikap siswa terhadap matematika. Model pembelajaran berbasis Jumlah sudut segitiga ABC = < A + < B + < C

(29)

12

masalah ini sangat baik apabila dipadukan dengan media teknologi terutama pada

penggunaan Geogebra, karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya

kreativitas dan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui investigasi yang

mereka lakukan. Geogebra diharapkan bisa menghadirkan bentuk gambar dan

animasi yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan

siswa lebih menyenangkan dan tidak membosankan serta dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika siswa. Pembelajaran

langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu

dan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diajarkan

selangkah demi selangkah (Wijanto, 2008:154). Penggunaan Geogebra sebagai

media pembelajaran dapat menjadikan pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif menjadi lebih menarik dan berkesan, sehingga pengalaman belajar

dirasakan siswa lebih konkret. Penggunaan Geogebra dalam pembelajaran bisa

memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan mempermudah siswa untuk

menyerap apa yang disampaikan guru. Mahmudi (2011:10) menyatakan bahwa:

“Dengan beragam fasilitasnya, GeoGebra dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran matematika untuk mendemonstrasikan atau memvisualisasikan

konsep-konsep matematis serta sebagai alat bantu untuk mengkonstruksi

konsep-konsep matematis”.

Merujuk pada uraian-uraian di atas, peneliti ingin memperbaiki

pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang

ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi

(30)

13

“Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Serta

Sikap Siswa Terhadap Matematika Melalui Model Problem Based Learning

Berbantuan Software Geogebra Di SMP Aekkanopan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang

masalah, dapat diidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

kemampuan pemecahan masalah, motivasi belajar serta sikap siswa terhadap

matematika yaitu :

1. Hasil belajar matematika siswa pada umumnya masih rendah.

2. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika masih rendah.

3. Sikap siswa terhadap matematika cenderung menolak.

4. Pendekatan dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learning belum diterapkan di sekolah pada umumnya.

5. Dalam kegiatan belajar mengajar, kelas masih berfokus pada guru sebagai

sumber utama pengetahuan, dan pembelajaran biasa menjadi pilihan utama

strategi belajar.

6. Dalam proses pembelajaran guru kurang mampu memotivasi siswa belajar

lebih aktif dan lebih bermakna.

7. Kurangnya pemahaman, ketidaktepatan dan kurang bervariasinya

penggunaan teknologi berbasis komputer dengan bantuan

(31)

14

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi

masalah di atas, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan yang diharapkan maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah, yang

dibatasi dalam ranah kognitif menurut Polya (Memahami, Merencanakan,

Melaksanakan, dan Mengevaluasi).

2. Motivasi belajar matematika siswa masih rendah.

3. Sikap siswa terhadap matematika cenderung menolak.

4. Penerapan model Problem Based Learning dengan menggunakan

teknologi komputer, khususnya software Geogebra belum diaplikasikan

saat proses pembelajaran berlangsung.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa pada materi Persamaan Garis Lurus

dan Gradien dalam pembelajaran dengan Problem Based Learning dan

pendekatan pembelajaran biasa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini: “Bagaimana

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar

serta sikap siswa terhadap matematika melalui pembelajaran model model

problem based learning berbantuan software geogebra di SMP Aekkanopan?”

Dari rumusan masalah tersebut peneliti merinci atas pertanyaan penelitian yaitu

(32)

15

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning berbantuan

software Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan motivasi belajar matematika siswa yang dibelajarkan

dengan model Problem Based Learning berbantuan software Geogebra

lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan sikap siswa

terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan sikap siswa

terhadap peningkatan motivasi belajar matematika siswa?

5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa pada masing-masing

pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat

pada rumusan masalah. Secara operasional tujuan penelitian ini untuk mengetahui

gambaran secara empiris tentang:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based

Learning berbantuan software Geogebra lebih tinggi daripada siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan motivasi belajar matematika siswa

(33)

16

software Geogebra lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan

sikap siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan

sikap siswa terhadap peningkatan motivasi belajar matematika siswa

5. Untuk mendeskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa

dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah pada

masing-masing pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

tenaga pendidik atau guru bidang studi matematika dan para pembaca, baik yang

bersifat teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

peneliti lain tentang bagaimana mengelola, mengembangkan, penelitian

selanjutnya akan mengkaji lebih dalam tentang penerapan PBL dengan

menggunakan software Geogebra dalam meningkatkan motivasi belajar

dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran

matematika.

(34)

17

Memberikan masukan bagi tenaga pendidik, khususnya guru mata

pelajaran matematika dalam penerapan pembelajaran dengan model

Problem Based Learning dengan menggunakan software Geogebra untuk

meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa. Serta dapat meningkatkan kompetensi peneliti dalam melakukan

kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas.

G. Defenisi Operasional

1. Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial

dari mata pelajaran. Dengan karakteristik : 1) Pengajuan pertanyaan atau

masalah; 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin; 3) Penyelidikan

autentik; 4) Menghasilkan produk dan memamerkanya; 5) Kolaborasi.

2. Geogebra adalah software atau perangkat lunak yang dapat membantu

dalam proses pembelajaran matematika khususnya geometri (Geometry’s

Sketchpad atau CABRI) dan aljabar (Derive, Maple, Mupad) yang

dikembangkan oleh Markus Hohenwater.

3. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran dengan menggunakan metode

yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah,

latihan soal kemudian pemberian tugas. Kegiatan berpusat pada

(35)

18

Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya

memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.

4. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari dalam

diri siswa yang dapat mendorong siswa semakin aktif, kreatif dan terarah

belajar, dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum

dikenal dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk

dipecahkan atau diselesaikan (solved problem). Ada 4 langkah untuk

menyelesaikan masalah : (1) Memahami masalah, (2) Merencanakan

pemecahannya, (3) Melaksanakan rencana, (4) Memeriksa kembali

prosedur dan hasil penyelesaian.

6. Sikap siswa pada pembelajaran matematika adalah kecenderungan untuk

menerima atau menolak pelajaran matematika, pemikiran, pendirian,

perasaan, dan keyakinan seorang siswa terhadap matematika yang

diungkap dengan: 1). Sikap terhadap mata pelajaran, 2). Sikap terhadap

(36)

177

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah

dikemukan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan

dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan software

Geogebra dan pembelajaran biasa, kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh

model pembelajaran problem based learning berbantuan software Geogebra

lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang paling tinggi

padapembelajaranproblem based learning berbantuansoftware Geogebrayaitu pada indikator memahami masalahdengan nilai gain sebesar 0,80,sedangkan pada pembelajaranbiasa nilai gain sebesar 0,54.

2. Motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran

problem based learning berbantuan software Geogebralebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Dengan nilai rata-rata N-gain

kelas ekperimen sebesar 0,56 dan kelas kontrol sebesar 0,41.

3. Tidakada perbedaan rata-rata tes sikap matematika siswa antara kelompok

eksperimen dengankelompok kontrol.Dengan nilai kelas eksperimen ̅ danSD= danpada kelas kontrol ̅ dan SD = 6,03.Kelas

(37)

178

sedangakan kelas kontrol sikap positif 39 orang siswa dan sikap negative 41

orang siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara sikap matematika siswadan model

pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

5. Terdapat interaksi antara sikap matematika siswa dan model pembelajaran

yang digunakan terhadap peningkatan motivasi belajar matematika siswa.

6. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran problem based

learning berbantuan geogebralebih baik dibanding dengan pembelajaran ekspositori. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawabansiswa pada kelas

eksperimen secara keseluruhan siswa pada kelas eksperimen dapat

menyelesaikan soal dengan benar dan lengkap dibandingkan dengan siswa

pada kelas kontrol dapat menyelesaikan soal dengan benar tetapi kurang

lengkap dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran problem based learning berbantuan software geogebra,

memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti

menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan

hasil penelitian ini, diantaranya:

(38)

179

a. Guru dapat memperluas penggunaan model pembelajaran problem based

learning berbantuan softwareGeogebra ini tidak hanya pada materi persamaan garis lurus tetapi juga pada materi-materi pelajaran matematika

lainnya. Dalam pembelajaran dengan model PBL berbantuan software

Geogebra guru harus mampu memotivasi siswa agar diskusi berjalan efektif dan tidak dimonopoli oleh siswa tertentu saja.Pada saat

pelaksanaan diskusi guru memberikan pengarahan/bimbingan kepada

siswa yang pandai di dalam kelompoknya untuk mengatur jalannya diskusi

dan memotivasi siswa lain untuk aktif memberikan pendapat yang relevan

dengan materi yang sedang dipelajari.

b. Dalam pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga

dalam belajar matematika siswa menjadi lebih berani berargumentasi,

lebih percaya diri dan kreatif. Serta guru mampu merangsang siswa untuk

lebih aktif dalam mengorientasikan masalah yang berkaitan dengan

kehidupan siswa sehari-hari atau lingkungan sekitar mereka sehingga

siswa berusaha untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

c. Dalam menerapkan pembelajaran problem based learning guru harus

berperan sebagai fasilitator, pemandu diskusi di kelas, serta dapat

memberikan scaffolding berupa bantuan sehingga siswa yang mengalami

kesulitan merasa terbantu untuk menyelesaikan soal yang diberikan

sehingga waktu untuk menyelesaikan soal tepat waktu, menyimpulkan

(39)

180

d. Karena pembelajaran problem based learning berbantuan software

Autograph memerlukan waktu yang relatif banyak, maka dalam pelaksanaanya guru diharapkan dapat mengefektifkan waktu

dengan sebaik-baiknya

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran PBL berbantuan software Geogebra dengan menekankan

kemampuan pemecahan masalah matematikasiswa masih sangat asing

bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh

sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matemartika dan motivasi belajarmatematika siswa.

b. Pembelajaran PBL berbantuan software Geogebra dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika dan motivasi belajar matematikasiswa

pada materi persamaan garis lurus sehingga dapat dijadikan masukan

bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai model pembelajaran yang

efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti Lanjutan

a. Peneliti harus memahami apa-apa saja yang diperlukan dalam

pelakasanaan pembelajaran problem based learning berbantuan

software Geogebra. Dimana hal yang paling utama peneliti harus mampu mengatur waktu secara efektif sehingga pembelajaran

(40)

181

b. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat melanjutkan

penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematik yang lain

yaitu kemampuan pemahaman, komunikasi, koneksi, dan representasi

matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat

(41)

182

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N, dkk., (2008), Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Potopolio di SMPN 10 Kota Gorontalo,

Arends, I. R. 2008. Learning To Teach. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Arikunto, S., (2001), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arsyad, Azhar.(2002). Media Pembelajaran, Jakarta : Rajagrafindo Persada. Budhi, W,..S,.. (2003). Langkah Awal Menuju ke Olimpiade Matematika. CV.

Ricardo. Jakarta Selatan.

Dahar, Ratna W. (1998), Teori-teori Belajar, Jakarta : Depdikbud

Dasna, I W,.. (2002), Pembelajaran Berbasis Masalah. e-mail: idasna@telkom.net [Diakses Agustus 2013]

Depdiknas, 2006b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Asa Mandiri.

Dimyati, (2006), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djali dan Muljono, P. (2004). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Djamarah, (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: P.T. Asdi Mahasatya Firmansyah, Noor, (2007), Hasil Belajar Matematika di Indonesia Masih Rendah,

http://www.sfeduresearch.or.id., diakses pada tanggal 9 Juli 2009 Hamalik, Oemar. (2003), Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudojo, Herman., (2001), Mengajar Belajar Matematika. Dikti, Jakarta.

(42)

183

Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis : Program Pascasarjana Unimed. Medan

Mahmudi, Ali.(2011). Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika. http://ebookbrowse.com/makalah-17-semnas-lpm-uny-2011-pemanfaatan-geogebra-dalam-pembelajaran-matematika-pdf-d419155110 [20 Desember 2012]

Maxrizal, (2010). Penggunaan Software Geogebra dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Materi Segiempat Bagi Siswa Kelas VIIC SMP N 2 Depok. Skipsi : Universitas Negeri Yogyakarta.

Nasution, S.., (2004), Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara, Bandung.

Ngalim Purwanto (2000), Psikologi Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya. Nurhasanah, Faridah. (2008). Alat Peraga Maya dalam Pembelajaran

Matematika. http://hasanahworld.wordpress.com/2008/12/23/alat-peraga-mayadalam pembelajaran matematika/ [07 Februari 2009]

Nuriana, R. (2005). Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Video Compact Disk dalam Pembelajaran Matematika.

Russefendi, (1991), Pengantar Pembantu Guru Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, Bandung : Tarsito.

Russefendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Sanjaya, W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Sadiman, Arif (2005). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setya Budhi, Wono (2003). Langkah Awal Menuju ke Olimpiade Matematika. CV. Ricardo. Jakarta Selatan.

(43)

184

Sinaga, B., (2008), Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3), Laporan Hasil Penelitian (Hibah Bersaing), Medan: UNIMED

Slavin, R. (1994). Education Psychology. Theories and Practice Fourth Edition Masschusetts : Allyn and Bacon Publishers.

Sudarman, 2007, Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/07-sudarman.pdf),diakses pada tanggal 18 Agustus 2009

Sudijono, (2001), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung Sudjana, (1996), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito

Sugiono. (2002). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suherman, E., (1990), Evaluasi Pendidikan Matematika, Bandung : Wijaya Kesuma

Suparno, P., (1997), Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius

Soemarmo. (2001). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud. Suryasubrata, (1993), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka

Cipta

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Syaban, Mumun, (2006), Menumbuhkan Daya Matematis Siswa, http://educare.e.fkipunla.net., diakses pada tanggal 22 Juli 2009

Tarmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta : Leuser Cita Pustaka. Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Kencana

Prenada Media Group: Jakarta

Watson, D.(1993). The Impact Report. An Evaluation of The Impact of Information Technology on Children’s Achievement in Primary and Secondary School. London : King’s College.

(44)

185

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Gambar

gambaran secara empiris tentang:

Referensi

Dokumen terkait

Penghentian pengakuan atas suatu aset keuangan (atau, apabila dapat diterapkan untuk bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis)

Mengingat pentingnya kesehatan, maka kita dapat mecegah terjangkitnya penyakit terhadap anak kita jika kita mengetahui ciri ciri penyakit serta upaya yang harus dilakukan

Pengolahan data dilakukan menurut tata cara perencanaan SPAM dari Dinas PU. Pertama dilakukan adalah Keadaan eksisiting dengan data sekunder debit dan jaringan

PENGEMBANGAN MODEL PERKULIAHAN KONSEP DASAR KIMIA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN LITERASI KIMIA MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia |

Untuk dapat mengetahui bagaimana alur hubungan antara variabel yang diteliti berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka Pengaruh Loyalitas

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2010 di RT 08 Pedukuhan IX Ngestiharjo Kasihan Bantul terhadap 10 orang ibu yang menghadapi menopause dengan usia

(1994) dinamika Cladocera dan Diptera pada sawah di Filipina dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen dan pestisida Selain itu indeks keanekaragaman (Tabel 2) juga tergolong

 Menyatakan Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat apabila