• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan MK No. 111 PUU XIII2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Putusan MK No. 111 PUU XIII2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Andi Syafrani

Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syahid

Jakarta

Advokat dan Pemerhati Hukum

Disampaikan dalam Acara Coffee Morning Dirjen Ketenagalistrikan, 16 Januari 2017

Putusan MK No. 111/PUU-XIII/2015

dan Implikasinya terhadap Hukum

(2)

Amar Putusan

 Menyatakan Pasal 10 ayat (2) UU No. 30 Tahun 2009 ttg Ketenagalistrikan bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat dan tidak memiliki kekuatan hkm mengikat apabila diartikan dibenarkannya praktik unbundling dalam usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sedemikian rupa sehingga menghilangkan kontrol negara sesuai dengan prinsip “dikuasai oleh negara”.

(3)

Konteks Putusan

 Argumen baru tentang kemungkinan praktik unbundling dari norma Pasal 10 ayat (2).

 Permohonan Nomor 149/PUU-VII/2009 yang juga

mengajukan Permohonan ttg Pasal 10 ayat (2) UU 30/2009, dengan amar DITOLAK.

(4)

Jenis Putusan

 Putusan bersifat conditionally inconstitutional (bertentangan Konstitusi bersyarat).

 Putusan seperti ini dikategorikan sebagai putusan interpretatif. Artinya tidak ada pembatalan norma, tapi hanya penafsiran norma.

 MK membuat tafsir khusus sebagai patokan dari norma yang diambil dari Konstitusi.

(5)

Penafsiran Putusan

 Dari amar, konteks, serta jenis putusan, dan dihibungkan dengan pertimbangan yang tertuang dalam Putusan, jelas posisi Putusan MK a quo hanya berupa RESTATEMENT; penegasan ulang soal situasi norma.

 Tidak ada dan tidak lahir sebuah norma atau perubahan apapun secara hukum dari Putusan tersebut.

(6)

Diskusi Norma

 Norma utama yang ditegaskan adalah tentang “dikuasai oleh negara”.

 Frasa “penguasaan negara” ditafsirkan MK mencakup aspek: pengaturan (regelendaad), pengurusan (bestuursdaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthondensdaad).

 Apakah telah terjadi pergeseran dalam penerapan norma ini dalam ketenagalistrikan?

 Apakah pula norma ini harus dilaksanakan secara kumulatif atau fakultatif?

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 4

Menyatakan Lampiran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan

Bahwa akan tetapi Pasal 32 ayat (1) huruf c UU 30/2002 tersebut yang dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 adalah ketentuan untuk memberhentikan Pimpinan KPK

Mahkamah dalam putusan Nomor 92/PUU-X/2012, bertanggal 27 Maret 2013, telah memutus pasal 146 ayat (1) UU 27/2009, yang amarnya menyatakan, “pasal 146 ayat (1) bertentangan

Lebih lanjut terkait UU Perkawinan, ketentuan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dan bersifat diskriminatif secara hukum, karena

Syamsudin menjelaskan, Pasal 9 ayat (4) huruf a UU Nomor 54 tahun 1999 dan Pasal 3 UU Nomor 25 tahun 2002 menurutnya bertentangan dengan UUD 1945 karena tidak memberikan

Bahwa Pasal 90 UU Pendidikan Tinggi bertentangan dengan Alinea IV Pembukaan, Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 28E ayat (1) UUD NRI 1945 karena: (a) menghambat pemenuhan hak

“Pasal 29 Ayat 1 UU Perkawinan bertentangan dengan UUD NRI 1945” dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai “Selama perkawinan berlangsung, perjanjian