• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Untuk Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Ibu Balita Untuk Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA UNTUK MENIMBANGKAN ANAKNYA

KE POSYANDU DI DESA PENANGGALAN KECAMATAN PENANGGALAN

KOTA SUBULUSSALAM

SKRIPSI

OLEH :

ABDUL HAIRUDDIN ANGKAT NIM : 081000216

฀฀฀

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

(2)

Skripsi Penelitian Dengan Judul :

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA UNTUK MENIMBANGKAN ANAKNYA

KE POSYANDU DI DESA PENANGGALAN KECAMATAN PENANGGALAN

KOTA SUBULUSSALAM

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

ABDUL HAIRUDDIN ANGKAT NIM : 081000216

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui Untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi I Dosen Pembimbing Skripsi II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA UNTUK MENIMBANGKAN ANAKNYA

฀KE POSYANDU DI DESA PENANGGALAN KECAMATAN PENANGGALAN

KOTA SUBULUSSALAM

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

ABDUL HAIRUDDIN ANGKAT NIM. 081000216

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

TIM PENGUJI

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi dr. Muhammad Arifin Siregar, MS NIP. 196806161993032003 NIP. 195811111987031004

Penguji II Penguji III

Dra. Jumirah, Apt. Mkes Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes NIP. 195803151988112001 NIP. 196205291989032001

Medan, 15 Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Posyandu di bentuk dan diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi menimbangkan anak balita setiap bulannya.

Desain penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik dengan tujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 258 orang dan sampel sebanyak 72 orang, data yang dikumpulkan terdiri dari faktor predisposing (pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, sikap ibu terhadap pelaksanaan posyandu, dukungan keluarga), faktor enabling (jarak posyandu, dan kelengkapan peralatan posyandu) faktor reinforcing (dukungan petugas kesehatan, dukungan kader posyandu dan dukungan Kepala Desa) serta tingkat partisipasi ibu ke posyandu selama 1 tahun dengan menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi ibu ke posyandu selama 1 tahun masih rendah yaitu 36,1% yang partisipasinya sudah baik. Uji Chi –Square menyatakan faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu adalah pengetahuan ibu (p=0,008), sikap (p=0,016), jarak (p=0,031), dukungan dari petugas kesehatan (p=0,000), dan dukungan dari kader posyandu (p=0,042).

Disarankan kepada Kepala Puskesmas dan Kepala Desa supaya menambah jumlah posyandu di desa penanggalan dan melengkapi semua peralatan posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat pada pelaksanaan posyandu.

(5)

ABSTRACT

An Integrated Health Service’ was established and implemented for the benefit of the people ; therefore, its establishment, implementation, and utility needed an active role of the people weigh their babies each month.

Design of this research was cross sectional with descriptive analytic type in order to know some factors which were related to mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ at Penanggalan village, Penanggalan sub district, Subulussalam city. The population was all mothers with their 258 babies and the sample consist of 72 mothers. The data were gathered by using the predisposing factors (mothers’ education, knowledge, occupation, mothers’ attitude toward the implementation of Integrated Health Service’, and the family support), the enabling factors (the distance and the equipment of the Integrated Health Service’), the reinforcing factors (the support of the health officials, of the Integrated Health Service cadres, and of the Head of the village), and the level of mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ during one year period by using questionnaires which were analyzed with chi-square test.

The result of the research showed that the mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ was bad ; only 36,1 percent of the participation was good. The chi-square test showed that the factors related to mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ were knowledge (p=0,008), attitude (p=0,016), range (p=0,031), the health officials support (p=0,000), and the Integrated Health Service cadres’ support (p=0,042).

It was recommended that the head of Primary Health Centre and the head of the village should add some more Integrated Health Service and their equipment at Penanggalan village and encourage people to participate in the implementation of the Integrated Health Service’.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdul Hairuddin Angkat

Tempat / Tanggal Lahir : Belang Malum / 02 Maret 1982

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak Ke / Jumlah Saudara : 11 (Sebelas) / 11 Bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Siti Ambia, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam

Prov. NAD.

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1989 – 1995 : SDN No. 030280 Sidikalang

Tahun 1995 – 1998 : SLTP Negeri 2 Sidikalang

Tahun 1998 – 2001 : SMU Negeri 1 Sidikalang

Tahun 2001 – 2004 : Politeknik Kesehatan Negeri Medan Jurusan Gizi

Tahun 2008 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Pekerjaan :

Tahun 2005 – 2007 : Staf Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Prov. NAD.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

ridho-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita untuk Menimbangkan Anaknya ke Posyandu Di Desa Penanggalan Kecamatan Penangglan Kota Subulussalam”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Evawany

Y Aritonang, MSi selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Muhammad Arifin Siregar, MS selaku selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu DR. Ir. Erna Mutiara. M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik

4. Bapak Walikota Subulussalam, Bapak Kepala BKD Kota Subulussalam dan Bapak

Zulkarnaen, SKM, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

5. Seluruh dosen dan staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang telah membimbing

dan membantu selama perkuliahan.

6. Bapak Camat Penanggalan, Bapak Kepala Puskesmas Penanggalan dan Bapak Kepala Desa

Penanggalan, Bidan Desa Penanggalan dan Para Kader Posyandu yang telah memberikan

izin dan dukungan selama melakukan penelitian.

7. Orang tua penulis Alm. Sem Angkat dan Asmah Kabeaken yang telah banyak berkorban

materi dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis.

8. Abang dan kakak semua yang telah banyak memberikan movitasi dan doa kepada penulis

untuk menyelesaikan pendidikan, khusus Wanda Lestari, STP yang selalu setia memberikan

(8)

9. Sahabat-sahabat terbaikku Heksagonal club (Asri, Adli, Dermawan Halu, Sunarti, Tifa,

Muna, Fitri, Asnah), teman – teman ekstensi 2008 dan teman – teman semuanya, teman –

teman peminatan gizi, Hari Ananda, Dede Hairani. Sahabatku Aprita Sari, Suci Hidayani,

Munthasir, SKM yang telah banyak membantu, memberikan motivasi dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

(10)

2.8. Kerangka Konsep ... 30

4.3.1. Jarak Yang Ditempuh Responden Dari Rumah Ke Posyandu ... 47

4.3.2. Peralatan Yang Tersedia Di Posyandu ... 48

4.4. Faktor Reinforcing ... 49

4.4.1. Tingkat Dukungan Petugas Kesehatan Kepada Responden 49 4.4.2. Tingkat Dukungan Kader Posyandu Kepada Responden ... 49 4.4.3. Tingkat Dukungan Kepala Desa Lepada Responden ... 50

4.5. Tingkat Partisipasi Responden Ke Posyandu ... 51

4.6. Tabulasi Silang Variable Penelitian ... 51

(11)

4.6.2. Hubungan Faktor Enabling Dengan Partisipasi Ibu Ke Posyandu ...

... 57 4.6.3. Hubungan Faktor Reinforcing Dengan Partisipasi Ibu Ke

Posyandu ... 60

BAB V. PEMBAHASAN ... 64 5.1. Partisipasi Ibu Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu .... 64 5.2. Faktor Predisposing... ... 65 5.2.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Partisipasi Ibu ke

Posyandu ... 65

5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ...

67

5.2.3. Hubungan Tingkat Pekerjaan Dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ...

68

5.2.4. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ...

70

5.2.5. Hubungan Tingkat Sikap Ibu Dengan Partisipasi Ibu ke Posyandu ...

71

5.2.6. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga Ibu Dengan Partisipasi Ibu Ke Posyandu ...

72

5.3. Faktor Enabling ... 73 5.3.1. Hubungan Jarak Dari Rumah Ibu Ke Posyandu Dengan

Partisipasi Ibu Ke Posyandu ... 73

5.3.2. Hubungan Kelengkapan Peralatan Posyandu Dengan Partisipasi Ibu Ke Posyandu ...

74

5.4. Faktor Reinforcing ... 75 5.4.1. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Partisipasi Ibu

Ke Posyandu ... 75

5.4.2. Hubungan Dukungan Kader Posyandu Dengan Partisipasi Ibu Ke Posyandu ...

76

5.4.3. Hubungan Dukungan Kepala Desa Dengan Partisipasi Ibu Ke Posyandu ...

(12)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1. Kesimpulan ... 80

6.2. Saran ... ... 81

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner penelitian

Lampiran 2 : Surat keterangan melaksanakan penelitian dari FKM–USU

Lampiran 3 : Surat keterangan telah selesai melaksanakan penelitian dari Camat Kecamatan Penanggalan

Lampiran 4 : Surat keterangan telah selesai melaksanakan penelitian dari Puskesmas Penanggalan

Lampiran 5 : Surat keterangan telah selesai melaksanakan penelitian dari Kepala Desa Penanggalan

Lampiran 6 : Master data

(14)

D A F T A R T A B E L

Hal.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis

Kelamin di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010. ... 41 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa

Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 42 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Desa

Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 42 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Yang DiYakini Di Desa

Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Yang Menimbangkan Anaknya

Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pekerjaan Ibu Yang Menimbangkan Anaknya Ke

Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Pendapatan Keluarga Ibu Yang Menimbangkan

Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Penngetahuan Ibu Yang Menimbangkan Anaknya

Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... ... 46 Tabel 4.9. Distribusi Tingkat Sikap Ibu Yang Menimbangkan Anaknya Ke

Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.10. Distribusi Tingkat Dukungan Dari Keluarga Ibu Yang Menimbangkan

Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.11. Distribusi Tingkat Jarak Yang Ditempuh Ibu Untuk Menimbangkan

Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.12. Daftar Peralatan Posyandu Yang Ada Posyandu Di Desa Penggalan

Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dukungan Dari Petugas Kesehatan Kepada Ibu

Yang Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Dukungan Dari Kader Posyandu Kepada Ibu

Yang Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 50 Tabel 4.15. Distribusi Tingkat Dukungan Dari Kepala Desa Kepada Ibu Yang

(15)

Tabel 4.16. Distribusi Tingkat Partisipasi Ibu Yang Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 51 Tabel 4.17. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 52 Tabel 4.18. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.19. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 54 Tabel 4.20. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 55 Tabel 4.21. Hubungan Tingkat Sikap Ibu Dengan Partisipasi Ibu Menimbangkan

Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 56 Tabel 4.22. Hubungan Dukungan Keluarga Ibu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.23. Hubungan Jarak Posyandu Dengan Partisipasi Ibu Menimbangkan

Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 58 Tabel 4.24. Hubungan Kelengkapan Peralatan Posyandu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 59 Tabel 4.25. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 60 Tabel 4.26. Hubungan Dukungan Kader Posyandu Dengan Partisipasi Ibu

Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 ... 61 Tabel 4.27. Hubungan Dukungan Kepala Desa Dengan Partisipasi Ibu

(16)

ABSTRAK

Posyandu di bentuk dan diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi menimbangkan anak balita setiap bulannya.

Desain penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik dengan tujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam. Populasi adalah semua ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 258 orang dan sampel sebanyak 72 orang, data yang dikumpulkan terdiri dari faktor predisposing (pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, sikap ibu terhadap pelaksanaan posyandu, dukungan keluarga), faktor enabling (jarak posyandu, dan kelengkapan peralatan posyandu) faktor reinforcing (dukungan petugas kesehatan, dukungan kader posyandu dan dukungan Kepala Desa) serta tingkat partisipasi ibu ke posyandu selama 1 tahun dengan menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi ibu ke posyandu selama 1 tahun masih rendah yaitu 36,1% yang partisipasinya sudah baik. Uji Chi –Square menyatakan faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu adalah pengetahuan ibu (p=0,008), sikap (p=0,016), jarak (p=0,031), dukungan dari petugas kesehatan (p=0,000), dan dukungan dari kader posyandu (p=0,042).

Disarankan kepada Kepala Puskesmas dan Kepala Desa supaya menambah jumlah posyandu di desa penanggalan dan melengkapi semua peralatan posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat pada pelaksanaan posyandu.

(17)

ABSTRACT

An Integrated Health Service’ was established and implemented for the benefit of the people ; therefore, its establishment, implementation, and utility needed an active role of the people weigh their babies each month.

Design of this research was cross sectional with descriptive analytic type in order to know some factors which were related to mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ at Penanggalan village, Penanggalan sub district, Subulussalam city. The population was all mothers with their 258 babies and the sample consist of 72 mothers. The data were gathered by using the predisposing factors (mothers’ education, knowledge, occupation, mothers’ attitude toward the implementation of Integrated Health Service’, and the family support), the enabling factors (the distance and the equipment of the Integrated Health Service’), the reinforcing factors (the support of the health officials, of the Integrated Health Service cadres, and of the Head of the village), and the level of mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ during one year period by using questionnaires which were analyzed with chi-square test.

The result of the research showed that the mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ was bad ; only 36,1 percent of the participation was good. The chi-square test showed that the factors related to mothers’ participation in weighing their babies in the Integrated Health Service’ were knowledge (p=0,008), attitude (p=0,016), range (p=0,031), the health officials support (p=0,000), and the Integrated Health Service cadres’ support (p=0,042).

It was recommended that the head of Primary Health Centre and the head of the village should add some more Integrated Health Service and their equipment at Penanggalan village and encourage people to participate in the implementation of the Integrated Health Service’.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

dilakukan dengan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RJPM) bidang kesehatan, yang lebih mengutamakan pada upaya preventif, promotif

dan pemberdayaan keluarga/masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan posyandu

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan

bayi.

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan,

penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita.

Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa

balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita

melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).

Perkembangan jumlah posyandu secara kuantitas sangat menggembirakan, karena

(19)

jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2005, meningkat

menjadi 238.699 posyandu (Profil UKBM, 2005 dalam Depkes RI, 2006). Namun peningkatan

jumlah posyandu tidak diiringi dengan kualitas pelayanan yang baik.

Hal ini dapat diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu. Notoatmodjo

(2003) mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya

yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Pendidikan

kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat, mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Adapun manfaat dari dibawanya anak balita ke posyandu dilihat dari kegiatan bulanan di

posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk : a) memantau pertumbuhan berat

badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). b) memberi konseling gizi. (c)

memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita

dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan

bulan diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis

pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dilihat perkembangan pertumbuhan

anak tersebut naik atau tidak naik. Sehingga apabila anak balita di ditimbang setiap bulannya di

posyandu dapat dinilai apakah pertumbuhan badannya normal atau mengalami gangguan

pertumbuhan (Depkes RI, 2002).

Subulussalam adalah Kota Madya yang baru dibentuk pada akhir tahun 2006, memiliki 5

Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Penanggalan dan 74 desa, serta memiliki posyandu

sebanyak 78 posyandu. Seiring dengan kemajuan kebutuhan posyandu jumlah posyandu pada

(20)

posyandu madya dan 12,25% posyandu purnama sedangkan posyandu mandiri belum ada (Profil

Kesehatan Kota Subulussalam, 2008).

Green (1980) mengemukakan perilaku kesehatan masyarakat dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor

diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu, faktor

predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Dari 3 faktor tersebut partisipasi ibu

menimbangkan anaknya ke posyandu ditentukan oleh pendidikan, pengetahuan, sikap, pekerjaan,

dukungan keluarga, kepercayaan, tradisi dan nilai nilai yang berlaku didalam masyarakat. Selain

itu jarak posyandu, ketersediaan fasilitas di posyandu, sikap dan perilaku petugas yang

memberikan pelayanan kesehatan, dukungan kepala desa/toma, dan dukungan kader posyandu

(masyarakat) akan mendukung dan memperkuat partisipasi ibu dalam pemanfaatan pelayanan

kesehatan khususnya posyandu (Notoadmodjo, 2003).

Di Kecamatan Penangggalan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya posyandu

masih kurang, hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran ibu atas manfaat yang

didapat dari membawa anak balita ke posyandu. Manfaat yang didapat ibu apabila aktif

membawa anaknya ke posyandu yaitu : 1) Mengetahui pola pertumbuhan anak balita akan lebih

baik ; 2) Mendapat penyuluhan tentang pola pertumbuhan anak balita; 3) Dapat memberikan ASI

dengan baik sehingga pola pertumbuhan anak balita akan lebih baik; dan 4) Akan memberikan

makanan yang lebih bergizi kepada anaknya dan pola pertumbuhan balita akan lebih baik.

Posyandu merupakan tempat yang sangat berperan dalam pemantauan pertumbuhan, status

kesehatan dan gizi anak balita (Depkes RI, 2002).

Menurut Poerdji (2002), yang dikutip oleh Kartika (2008), mengatakan faktor yang

(21)

membaca, tenaga penolong persalinan, dan jumlah anak. Selain faktor kesedaran ibu tentang

manfaat membawa anaknya ke posyandu, faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan

balita ke posyandu adalah faktor umur balita. Kunjungan anak yang berusia 0-11 bulan

umumnya sangat tinggi karena pada usia ini anak bayi mendapatkan layanan imunisasi pada saat

pelaksanaan posyandu sementara kunjungan anak balita yang berusia 12-59 sudah mengalami

penurunan karena imunisasi sudah lengkap dan pada usia ini dilakukan penimbangan secara rutin

dan pemberian penyuluhan kepada ibu balita.

Partisipasi masyarakat yang menimbangkan anaknya ke posyandu di Kecamatan

Penanggalan pada tahun 2009 berdasarkan persentase D/S (jumlah balita berusia 12-59 bulan

yang datang ke posyandu dibanding dengan jumlah seluruh balita berusia 12-59 bulan yang ada)

dari bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Desember 2009 yaitu berkisar antara 14,98%

sampai dengan 49,2% dan rata – rata kunjungan ke posyandu selama setahun sebesar 28,18%.

Partisipasi masyarakat yang menimbangkan anaknya ke posyandu di Kecamatan Penanggalan

pada bulan Februari mengalami kenaikan tetapi dari bulan Maret sampai bulan Desember

mengalami penurunan. Di desa Penanggalan kedatangan balita yang berusia 12-59 bulan pada

tahun 2009 adalah pada bulan Januari sampai bulan Desember antara 0 % sampai dengan

21,74%, dan rata – rata kunjungan sebesar 15,02%. Dari persentase laporan D/S diatas

Kecamatan Penanggalan khususnya Desa Penanggalan kunjungan ibu yang mempunyai anak

balita berusia 12-59 bulan masih sangat rendah dan belum pernah mencapai target yang

ditetapkan pada standart Indonesia Sehat 2010 yaitu capaian minimal 90%. Partisipasi ibu yang

berkunjung ke posyandu di Desa Penanggalan mengalami kenaikan dari bulan April sampai

(22)

penurunan, tetapi keadaan ini masih lebih rendah dari total capaian yang ada di Kecamatan

Penanggalan.

Dari uraian dan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti faktor – faktor yang

berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk menimbangkan anaknya ke posyandu setiap

bulan di desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam pada tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam

penelitian adalah faktor – faktor apakah yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk

menimbangkan anaknya ke Posyandu di desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan Kota

Subulussalam pada tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk

menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota

Subulussalam pada tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan faktor predisposing yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan, pendapatan, sikap ibu dan dukungan keluarga dengan partisipasi ibu untuk

(23)

2. Mengetahui hubungan faktor enabling yang meliputi jarak posyandu dari rumah, dan

kelengkapan peralatan posyandu dengan partisipasi ibu untuk menimbangkan anaknya ke

posyandu.

3. Mengetahui hubungan faktor reinforcing yang meliputi dukungan petugas kesehatan,

dukungan kader, dan dukungan kepala desa dengan partisipasi ibu untuk menimbangkan

anaknya ke posyandu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi dinas kesehatan, sebagai masukan kepada perencana dan pelaksana program

kesehatan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan posyandu di Kota Subulussalam pada

umumnya dan di Desa Penanggalan pada khususnya.

2. Bagi Puskesmas, dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu

pelayanan di posyandu.

3. Bagi petugas kesehatan di desa, dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk lebih

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Partisipasi Ibu ke Posyandu

Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta

masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif dan

terorganinsasi dalam seluruh tahap pembangunan, mulai dari persiapan, perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi serta pengembangan.

Perilaku masyarakat yang berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan menuntut

partisipasi aktif masyarakat menciptakan derajat kesehatan yang optimal baginya.

Undang-Undang nomor 9 tahun 1960 tenteng pokok – pokok kesehatan, Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) dan juga Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah dinyatakan arti pentingya partisipasi

masyarakat mutlak diperlukan (Depkes,1985).

Bentuk partisipasi masyarakat yang dikemukakan pada SKN adalah partisipasi

perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum, partisipasi masyarakat penyelengara

upaya kesehatan, partisipasi masyarakat profesi keshatan.

Partisipasi masyarakat adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat

umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun masyarakat

lingkungannya.

Tahap-tahap partisipasi masyarakat dikelompokkan menjadi (1) partisipasi dalam tahap

pengenalan dan penentuan perioritas masalah; (2) Partisipasi dalam tahap penentuan cara

pemecahan masalah; (3) Partisipasi dalam tahap pelaksanaan termasuk penyediaan sumber daya ;

(25)

Suhendra (2006), partisipasi ditafsirkan sebagai pendekatan dan tekhnik-tekhnik

pelibatan masyarakat dalam proses-proses pemikiran yang berlangsung selama kegiatan-kegiatan

perencanaan dan pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi program pembangunan

masyarakat. Dalam metode partisipasi dikenal lima dasar program yaitu :

a. Penjajakan atau pengenalan program

b. Perencanaan kegiatan

c. Pelaksanaan atau pengorganisasian kegiatan

d. Pemantauan kegiatan

e. Evaluasi kegiatan

Partisipasi masyarakat pada umumnya bersifat mandiri, dimana individu dalam

melakukan kegiatan diatas inisiatif dan keinginan dari yang bersangkutan, karena rasa tanggung

jawab untuk mewujudkan kepentingannya, ataupun kepentingan kelompoknya dan ada juga

partisipasi yang dilakukan bukan karena kehendak individu sendiri, tetapi karena diminta atau

digerakkan oleh orang lain atau kelompoknya.

Depkes RI (2001) menyebutkan bahwa dalam kegiatan posyandu, tingkat partisipasi

masyarakat disuatu wilayah dapat diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak balita

didaerah kerja posyandu (S) dengan jumlah balita yang ditimbang pada setiap kegiatan posyandu

yang ditentukan (D). Angka D/S menggambarkan kecakupan anak balita yang ditimbang, ini

merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat untuk menimbangkan anak balitanya.

Sedangkan anggota masyarakat yang menjadi kader, merupakan peran serta masyarakat atau

partisipasi dalam kegiatan posyandu. Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu.

(26)

Menurut Green (1980), perilaku seseorang dipengaruhi 3 faktor utama yaitu faktor-faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor

penguat (reinforcing factors).

Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya. Hal di atas dapat dijelaskan dengan contoh yaitu pemeriksaan kesehatan bagi ibu

hamil dimana diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang pemanfaatan

pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang

kepercayaan, tradisi dan system nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu

untuk periksa kehamilan ke petugas kesehatan.

Sebagai contoh perilaku ibu mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan

dipermudah jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Demikian juga, perilaku

tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif terhadap

posyandu. Kepercayaan, tradisi sistem, nilai dimasyarakat setempat juga dapat mempermudah

(positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat

Desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu

(27)

pemeriksaan kehamilan saja, melainkan ibu hamil tersebut dengan mudah harus dapat

memperoleh fasilitas atau tempat pemeriksaan kehamilan, misalnya Puskesmas, Polindes, bidan

praktek ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor

pemungkin.

Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan dan undang-undang,

peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif,

dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Misalnya perilaku pemeriksaan

kehamilan serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan, juga diperlukan

peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan

kehamilan.

Menurut Green dan Marshall (2005), yang di kutip Notoatmodjo (2003), mengatakan

Faktor penguat dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang

didalam lingkungan nya. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi

penguat adalah lurah/kepala desa, petugas kesehatan/puskesmas, ketua PKK, ibu bayi/balita, ibu

hamil/menyusui, yang dapat saling mempengaruhi

Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan

฀ ฀฀฀ ฀฀฀฀฀

(28)

฀฀฀

Menurut Grenly (1980), yang dikutip dari Kresno (2005), menurut model ini keputusan

untuk menggunakan pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh :

1. Komponen Predisposisi (pendorong) seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Komponen ini disebut predisposing karena faktor-faktor pada komponen ini, menggambarkan

karakteristik perorangan yang sudah ada sebelum seseorang itu memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Komponen ini menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2. Komponen Enabling atau kemampuan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah terhadap perilaku penggunaan atau

pemanfaatan pelayanan kesehatan.

(29)

Perilaku manusia merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan,

jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari pada manusia itu

sendiri seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan

internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Menurut

Skinner (1938), mengemukakan bahwa perilaku manusia adalah merupakan hasil hubungan

antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat

pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), bersifat aktif (tindakan

yang nyata atau practice).

Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan

kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional.

Perilaku ini menyakut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan,

dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas,

petugas, dan obat-obatan.

Perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari

luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain ; susunan saraf pusat, persepsi,

motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoadmadjo, 2003).

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek. Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas dan sikap merupakan

(30)

terhadap obyek. Sikap tidak dapat dilihat secara langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu.

Allport (1954), yang di kutip Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa untuk membentuk

sikap seseorang ada 3 komponen pokok yang membentuk, yaitu :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Dalam pembentukan sikap yang utuh pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosional

memegang peranan penting dalam pembentukan sikap seseorang. Pembentukan sikap seseorang

mempunyai tingkatan, yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

oleh seseorang (subjek).

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan

adalah suatu indikasi dari sikap.

2.2.3. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang

dapat digunakan untuk mendapat informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin

(31)

orang tua, berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan

tingkat pendidikan yang dimilikinya (Hidayat, 2005).

2.2.4. Pengetahuan

Tambunan (2000), Pengetahuan sangat mempengaruhi setiap keputusan yang diambil

oleh seseorang. Pengetahuan merupakana hasil dari tahu, dan ini terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Selanjutnya pengetahuan akan sangat

penting pengaruhnya terhadap terbentuknya sikap dan tindakan seseorang.

2.2.5. Tingkat Keaktifan Ibu Ke Posyandu.

Tambunan (2000) mengatakan pada umumnya, praktek/tindakan dimulai dari adanya

bekal pengetahuan, selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut akan membentuk sikap dan

pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud

dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau sesuatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Fasilitas dimaksud dapat berupa alat/bahan dan keterjangkauan terhadap biaya/jarak.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami,

orang tua atau mertua, dan lain-lain.

Notoatmojo S (1997), mengatakan bahwa tingkat keaktifan ibu ke posyandu

kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain ibu tidak sempat/terlalu sibuk dengan

pekerjaan. Selain faktor pekerjaan, kurangnya penyebaran informasi tentang manfaat

penimbangan sehingga ibu kurang/tidak mengerti tentang arti dan manfaat penimbangan,

kurangnya dukungan dari pihak keluarga serta keadaan ekonomi keluarga (Manurung, 2009).

(32)

Azwar (2000), yang dikutip oleh Manurung (2009, mengatakan pendapatan keluarga

adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk membiayai

keperluan rumah tangga selama satu bulan. Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang

perilaku anggota keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga yang lebih

memadai.

2.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu berdasarkan beberapa hasil penelitian.

Menurut Raharjo (2000), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara

Karakteristik Ibu dan Keaktifan Menimbangkan Anak di Posyandu Desa Jendi Kecematan

Selogiri Kabupaten Wonogiri”, faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu dalam

menimbangkan anaknya di posyandu adalah faktor pendidikan ibu, faktor pengetahuan ibu,

faktor status pekerjaan dan faktor jumlah tanggungan keluarga.

Menurut Rinaldy (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu Balita pada Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kepulauan

Riau”, faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu

adalah faktor umur balita, faktor jarak ke rumah ke posyandu, faktor dukungan keluarga, dan

faktor dukungan tokoh masyarakat seperti kepala desa. Sedangkan faktor kelengkapan sarana

posyandu dan pengetahuan ibu tidak ada hubungan dengan keikutsertaan ibu ke posyandu.

Menurut Wahyuni (1994) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor yang

Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Penimbangan di Posyandu Desa

Sidorejo Bendosari Sukoharjo”, faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam

kegiatan penimbangan di posyandu adalah faktor usia ibu, faktor pendidikan, faktor

(33)

Menurut Sinaga (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Ibu Menimbangkan Anak ke Posyandu di Desa Simantin Pane Dame

Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun”, mengatakan faktor yang berhubungan dengan

perilaku ibu menimbangkan anak ke posyandu adalah faktor pendidikan ibu, faktor pengetahuan

ibu, faktor pekerjaan ibu dan faktor sikap ibu. Sementara faktor keterjangkauan ke posyandu,

faktor dukungan keluarga, faktor dukungan petugas kesehatan, dan faktor dukungan kepala desa

tidak terbukti secara signifikan ada hubungan antara perilaku ibu menimbangkan anak ke

posyandu.

Menurut Manurung (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Keaktifan Ibu dan Pola

Pertumbuhan Balita di Kelurahan Perdagangan I Kabupaten Simalungun”, faktor pekerjaan ibu,

faktor pengetahuan, faktor pendidikan, dan faktor keterjangkauan ibu ke posyandu

mempengaruhi keaktifan ibu ke posyandu.

Menurut Moelyani (2009), dalam penelitiannya yang berjudul ”Hubungan Antara

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kegiatan Posyandu dengan Partisipasi Ibu Balita di

Posyandu Wilayah Puskesmas Patuk I Patuk Gunung Kidul” mengatakan sikap dan pengetahuan

ibu balita tentang kegiatan diposyandu sangat berpengaruh dengan partisipasi ibu balita di

posyandu.

Menurut Sambas (2002), dalam penelitiannya yang berjudul ”Faktor – faktor yang

Berhubungan dengan Kunjungan Ibu – Ibu Anak Balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang

Kabupaten Cianjur” mengatakan variabel yang berhubungan yaitu : kepemilikan KMS,

bimbingan dari petugas kesehatan, bimbingan dari kader posyandu.

Menurut Yudianingsih (2005), dalam penelitiannya yang berjudul ”Beberapa Faktor yang

(34)

Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri” mengatakan variabel tingkat pendidikan, pekerjaan,

keterlibatan dalam organisasi masyarakat, pengetahuan ibu, jumlah penyuluhan perorangan

dimeja 4, jumlah anak, dan umur anak yang berhubungan dengan kehadiran ibu menimbangkan

anaknya di posyandu.

Menurut Kusniati (2009), dalam penelitiannya yang berjudul ”Faktor –Faktor yang

Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan Ibu-Ibu Balita ke Posyandu di Desa Ujan Mas Baru

dalam Wilayah Kerja Puskesmas Ujan Mas Kabupaten Muara Einim” mengatakan faktor yang

berhubungan dengan rendahnya kunjungan ibu-ibu balita ke posyandu adalah faktor tingkat

pengetahuan ibu, tingkat pendidikan, tingkat sikap ibu terhadap kegiatan di posyandu.

Menurut Marwatik (2007), dalam penelitiannya yang berjudul ”Faktor-Faktor yang

Berkaitan dengan Tingkat Partisipasi Ibu Anggota Posyandu di Desa Bajo Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora” mengatakan faktor yang berhubungan adalah faktor sikap ibu,

pengetahuan ibu dan pendidikan ibu yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu.

2.4. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanaan kesehatan dasar, utamanya untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak bayi.

Syarat berdirinya posyandu di suatu daerah meliputi jumlah penduduk, RW paling sedikit

terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 Kepala Keluarga (KK), disesuaikan dengan

kemampuan petugas (bidan desa) dan jarak antara kelompok rumah dan jumlah KK dalam suatu

(35)

Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi posyandu yaitu berada di tempat

yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, dapat merupakan

ruangan/tempat tersendiri dan bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk,

balai rakyat, pos RT/RW, atau pos lainnya (Effendy, 1998).

Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan

fungsinya, yaitu :

1. Kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita, baik untuk

: a) Penilaian pertumbuhan individu (N atau T dan BGM), dan b) Penilaian keadaan

pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D)

2. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program / kegiatan di

posyandu (% D/S dan % K/S) (Depkes RI, 2002).

2.4.1 Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya ;

a. Bayi.

b. Anak Balita

c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (PUS) (Depkes RI, 2006)

2.4.2. Kegiatan Utama Posyandu

2.4.2.1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil

Pelayanan diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup ;

a) Peningkatan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan.

(36)

imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan ditambah dengan

pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan ada kelainan, segera

rujuk ke puskesmas.

b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan kelompok ibu

hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.

Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut ;

1. Penyuluhan : tanda bahaya kepada ibu hamil, persiapan persalianan, persiapan

menyusui, KB dan Gizi.

2. Perawatan payudara dan pemberian ASI

3. Peragaan pola makan ibu hamil

4. Peragaan perawatan bayi baru lahir

5. Senam ibu hamil

b. Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup ;

a) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir.

b) Pemberian vitamin A dan tablet besi.

c) Perawatan payudara

d) Senam ibu nifas

e) Jika ada tenaga puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan kesehatan

umum, pemeriksaan payudara

f) Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera

dirujuk ke puskesmas.

(37)

Pelayanan posyandu untuk anak balita harus dilakukan secara menyenangkan dan

memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruangan memadai, pada waktu menunggu

giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong sebaiknya dilepaskan bermain

sesama balita dengan pengawasan orang tua dibawah bimbingan kader.

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun

jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup :

1. Penimbangan berat badan

2. Penentuan status pertumbuhan

3. Penyuluhan

4. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan

deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas

(Depkes RI, 2006).

2.4.2.2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian

kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan suntikan

KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan

pasangan IUD (Depkes RI,2006).

2.4.2.3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di posyandu hanya akan dilaksanakan apabila ada petugas

puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan

balita maupun terhadap ibu hamil (Depkes RI,2006).

(38)

Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu

hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini

gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian

sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta

kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali

penimbangan tidak ada kenaikan berat badan , segera dirujuk ke puskesmas (Depkes RI,2006)..

2.4.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan antara lain penyuluhan,

pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit

yang disediakan (Depkes RI,2006).

2.4.3. Penyelenggaraan Posyandu 2.4.3.1. Waktu Penyelenggaraan

Penyelenggaraan posyandu pada hakekatnya dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan kegiatan,

baik pada hari buka posyandu maupun diluar hari buka posyandu. Hari buka posyandu sekurang

– kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil

kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam satu bulan

(Depkes RI,2006).

2.4.3.2. Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah

dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga,

(39)

ruangan perkantoran, tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat

disebut dengan nama “Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya (Depkes RI,2006).

2.4.3.3. Penyelenggaraan Kegiatan

Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan

bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap

posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan kegiatan utama yang dilaksanakan

oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja. Untuk melaksanakan fungsinya dengan

baik, sesuai dengan pedoman yang berlaku, maka jumlah kader disetiap posyandu minimal 5

orang kader. Jumlah ini sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan yang dikenal dengan sistem 5

meja dari Depkes RI, 2000, yaitu :

1. Meja 1 : - Pendaftaran

- Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur.

2. Meja 2 : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil.

3. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan ke KMS balita dan ibu hamil.

4. Meja 4 : Penyuluhan seperti :

a. Pada ibu yang mempunyai bayi dan balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan

bayi/ balitanya naik/turun, diikuti dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT),

oralit dan vitamin A dosis tinggi.

b. Terhadap ibu hamil yang berresiko tinggi diikuti dengan pemberian tablet besi.

c. Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta KB.

5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan dasar berupa pemberian imunisasi, pemeriksaan

(40)

Posyandu menangani semua anggota masyarakat terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi,

dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang

mudah didatangi oldeh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian

kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai

desa, tempat pertemuan RK/RT atau tempat khusus yang dibangun oleh masyarakat.

Adapun kegiatan posyandu dilakukan oleh kader yang terlatih kegiatan 5 (lima) meja

merupakan kegiatan pelayanan pada hari buka posyandu yang dilakukan sekurang – kurangnya

satu hari dalam sebulan. Meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh para kader, sedangkan meja 5

dilaksanakan oleh petugas kesehatan dianataranya ; dokter, bidan, perawat, juru imunisasi, dan

sebagainya. (Effendy Nasrul, 1998)

2.4.4. Manfaat Posyandu

Manfaat penyelenggaraan posyandu adalah sebagai berikut (Depkes, 2006) :

1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi balita

dan ibu.

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk.

3. Bayi dan anak balita mendapat kapsul vitamin A.

4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

5. Bayi dan anak balita mendapat makanan tambahan.

6. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi

Tetanus Toxoid.

7. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.

(41)

9. Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui dapat

segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.

10. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dn anak balita (Depkes

RI,2006).

2.5. Penimbangan Balita

Kegiatan penimbangan berat badan adalah bentuk kegiatan yang penting di posyandu,

dan juga merupakan salah satu cara pengukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi

dan pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan secara teratur dapat menggambarkan keadaan

gizi anak, sehingga dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantauan pertumbuhan fisik anak.

Pada tingkat puskesmas atau lapangan penilaian status gizi yang umum dilakukan adalah

hanya dengan menimbang balita ( berat badan menurut umur).

Penimbangan BB/U, TB/U dan BB/TB banyak digunakan untuk penilaian status

perorangan maupun masyarakat, karena indikator tersebut mempunyai beberapa kelebihan antar

lain :

- Pelaksanaan operasionalnya lebih mudah dan relatif akurat.

- Sensitif, karena dipengaruhi oleh perubahan status gizi.

- Praktis dan ketelitian pengukuran tak tergantung pada keterampilan pengukur sehingga

dapat dilakukan oleh siapa saja dengan bekal latihan yang sederhana. (Supariasa, 2001).

2.6. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh misalnya bertambah berat

badan, tinggi badan, lingkar kepala, tubuh, mulai tanggalnya gigi-gigi susu dan perubahan bagian

(42)

Pertumbuhan sering di kaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh–

kembang. Ada yang mengatakan pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Sementara

pengertian pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu. Sedangkan

perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh yaitu pendengaran , penglihatan, kecerdasan,

dan tanggung jawab.

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi

badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang

keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang berada dalam

proses tumbuh. Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi

seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi

kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari jumlah yang dibutuhkan disebut gizi

lebih. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak

akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang , pertumbuhan seorang anak

akan terganggu.

Gangguan perumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam

waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada

perubahan berat badan sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare, dan

infeksi saluran pernafasan, atau kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan

gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat dilihat pada hambatan

pertambahan tinggi badan (Depkes RI, 2002).

Pertumbuhan merupakan sebagai indikator perkembangan status gizi, karena

(43)

Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus (berkesinambungan) dan teratur. Dengan pemantauan pertumbuhan, setiap ada

gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak akan dapat diketahui secara dini melalui

pertumbuhannya. Dengan diketahuinya gangguan gizi secara dini maka tindakan

penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk

dapat dicegah. Adapun tujuan dari pemantauan pertumbuhan adalah sebagai berikut :

1. Mencegah memburuknya keadaan gizi.

2. Upaya meningkatkan keadaan gizi, dan

3. Mempertahankan gizi yang baik.

Usaha yang dilakukan agar pertumbuhan anak bertambah dengan baik :

1. Meningkatkan kesehatan ibu yang sedang hamil dengan cara :

a Periksakan kehamilan sekurang-kurangnya 4x selama hamil.

b Imunisasi Tetanus pada waktu hamil.

c Menjaga kebersihan diri.

d Makan makanan bergizi.

e Mempersiapkan ASI dan memahami manfaat ASI.

f Tidak minum obat-obatan kecuali bila sedang perlu.

g Mengenali tanda dini adanya gangguan kehamilan.

2. Setelah bayi lahir timbang secara berkala setiap bulannya sampai anak berusia 59 bulan.

3. Berikan kepada anak makanan yang mengandung zat gizi.

4. Berikan imunisasi lengkap seperti ; DPT, Polio, BCG, dan Campak sesuai jadwal

(44)

5. Miliki pengetahuan terhadap cara-cara penanggulangan gejala dini penyakit pada anak.

Setelah anak sembuh dari sakit, segera beri makanan bergizi untuk memulihkan kesehatan

dan meningkatkan pertumbuhannya (BKKBN Jakarta, 1998).

2.6.1. Pertambahan Pertumbuhan Balita

Masa Pertumbuhan yang terentang antara usia satu tahun sampai usia remaja, karena

pertumbuhan fisik berlangsung tidak sederamatis ketika masih berstatus bayi. Di tahun pertama

kehidupan, panjang bayi bertambah sebanyak 50%, tetapi tidak bertambah samapai usia 4 tahun.

Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5

kg, dan tinggi sebesar rata-rata 12 cm setahun (tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm). Berat badan

baku dapat pula mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan dari WHO/NCHS, atau rumus

perkiraan berat badan anak : berat anak usia 1-6 tahun = [usia x 2 + 8]. Dengan demikian, berat

badan anak 1 sampai 3 tahun masing-masing 10, 12, dan 14 kg.

Dengan baku rujukan WHO-NCHS, rata-rata berat anak usia 1, 2, dan 3 tahun

berturut-turut 10,2; 12,6; dan 14,7 kg untuk anak pria, sementara wanita 9,5; 11,9; dan 13,9 kg. Tinggi

badan pria masing-masing 76,1; 87,6; dan 96,5 cm. Tinggi badan wanita berturut-turut 74,3; 86,5

dan 95,6.

Pertambahan berat anak usia pra sekolah berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinggi 0,9-1,2

cm/tahun sehingga menyebabkan tubuh mereka tampak “kurus”. Sementara berat badan pada

usia 7-10 tahun bertambah sekitar 2 kg dan tinggi badan 5-6 cm setiap tahun. Menjelang puber

pertambahan berat badan dapat mencapai 4-4,5 kg setahun (Arisman, 2007).

(45)

Pendekatan teori yang dipakai dalam mengamati partisipasi ibu untuk menimbangkan

anaknya yang berusia 12-59 bulan ke posyandu adalah teori Lowren Green (1980). Dimana teori

ini menggambarkan dalam perubahan perilaku kesehatan individu maupun sebuah masyarakat

dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku

tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu ; faktor predisposisi, faktor pendukung

(enabling factor), serta faktor pendorong (reinforcing factor). Ketiga faktor ini dapat

mengambarkan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi

oleh beberapa hal baik yang berasal dari dalam individu, dari luar berupa lingkungan dan

sarana/prasarana serta dukungan dari petugas kesehatan dan petugas lain.

Peneliti ingin menggali secara mendalam mengenai keadaan yang mempengaruhi

partisipasi ibu untuk menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan. Seperti yang

telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk

menimbangkan anaknya ke posyandu, namun karena peneliti menduga ada beberapa faktor yang

paling dominan dan juga keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa

faktor/variable penelitian saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti, peneliti berharap

dapat menemukannya pada saat pengambilan data dengan metode wawancara mendalam

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

฀ ฀ ฀฀

Faktor Predisposing

• Pendidikan Ibu • Pengetahuan Ibu • Pekerjaan Ibu

• Pendapatan Keluarga • Sikap Ibu

(46)

฀ ฀฀

฀฀ ฀

2.8. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara faktor predisposing/ predisposisi (mempermudah) yang meliputi

pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sikap ibu dan dukungan keluarga dengan

partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu.

2. Ada hubungan antara faktor enabling (pendukung) yang meliputi jarak posyandu dan

kelengkapan peralatan posyandu dengan partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke

posyandu.

3. Ada hubungan antara faktor reinforcing (Penguat) yang meliputi dukungan petugas

kesehatan, dukungan kader posyandu dan dukungan Kepala Desa dengan partisipasi ibu

menimbangkan anaknya ke posyandu.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian survey analitik dengan desain penelitian Faktor Enabling

• Jarak Posyandu • Kelengkapan

peralatan Posyandu

Faktor Reinforcing

• Dukungan Petugas

Kesehatan

• Dukungan Kader

Posyandu

• Dukungan Kepala

Desa

(47)

bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita untuk

menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan Kota

Madya Subulussalam pada tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota

Subulussalam. Desa Penanggalan merupakan desa yang tingkat cakupan pelayanan posyandu

yang paling rendah dari 10 desa yang ada di kecamatan Penanggalan, sementara lokasi ini berada

di ibu kota kecamatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 - Maret 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita yang berusia 12 –

59 bulan yang namanya terdaftar dalam posyandu serta mempunyai KMS dan tidak mempunyai

anak bayi. Jumlah ibu yang mempunyai anak balita yang ada diwilayah kerja posyandu di Desa

Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam yaitu sebanyak 271 orang ibu. Jumlah

ibu balita yang mempunyai KMS sebanyak 258 orang ibu.

3.3.2. Sampel

Untuk menentukan sampel dipergunakan rumus yang dikutip dari Notoatmodjo, 2005

sebagai berikut :

N ฀n =

(48)

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan.

Untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

258

฀ n =

1+ 258 (0,12)

258 ฀ =

1 + 3,58

= 72,07

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 orang dan penentuan sampel

dengan cara random sampling atau secara acak dengan cara undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden dalam hal ini

adalah ibu – ibu yang mempunyai anak balita yang berusia 12 – 59 bulan dengan menggunakan

kuesioner yang telah dipersiapkan.

Pengumpulan data primer dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan posyandu dan

apabila responden tidak datang ke posyndu maka responden akan dikunjungi ke rumahnya.

(49)

Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang

berusia 12-59 bulan yang terdaftar di posyandu, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh

dari KMS dan register posyandu. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian di

peroleh dari kator Geucik (kepala desa) Penanggalan.

3.5. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

2. KMS

3. Register posyandu (Catatan Penimbangan kader)

3.6. Defenisi Operasional Variabel

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh ibu.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu menyangkut posyandu, penimbangan

anak dan pertumbuhan anak.

3. Pekerjaan ibu adalah kegiatan ibu yang dilakukan responden untuk mendapatkan imbalan

berupa uang untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Pendapatan keluarga adalah penghasilan keluarga baik yang diperoleh dari suami maupun

dari isteri dalam satu bulan.

5. Sikap adalah tanggapan ibu terhadap posyandu, penimbangan anak dan pertumbuhan anak.

6. Jarak ke posyandu adalah jarak yang harus ditempuh ibu dari rumahnya menuju ke posyandu.

7. Kelengkapan peralatan posyandu adalah tersedianya peralatan posyandu seperti ; dacin,

microtoise, KMS, meja dan kursi.

8. Dukungan keluarga adalah ada tidaknya dukungan yang diberikan anggota keluarga dari

Gambar

Gambaran sikap ibu yang mempunyai anak balita yang menimbangkan anaknya ke
Gambaran dukungan dari keluarga ibu yang mempunyai anak balita yang menimbangkan
Tabel.4.11. Distribusi Jarak Yang Ditempuh Ibu Untuk Menimbangkan Anaknya Ke Posyandu Di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi ibu akan mempengaruhi perilaku ibu untuk membawa balita ke posyandu, sehingga status gizi balita (TB/U) akan terpantau.Mengetahui hubungan persepsi ibu

Tujuan : mengetahui hubungan antara umur balita, pendidikan ibu, jumlah anak dan pengetahuan ibu dengan kehadiran anak balita di posyandu di Desa Ceper, Kecamatan Ceper,

Apakah ada hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan

Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu yang mempunyai balita usia kurang 2 tahun di Desa Tanggalrejo Kecamatan Mojoagung sebanyak 184 orang pada bulan

“Hubungan motivasi ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu dapat dilihat pada tabel 4.6 yang berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan uji Uji Spearman

Desain penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi ibu balita dalam

Hasil uji statistik analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan nilai p-value=0,010, yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan kader

6. Pendidikan Ibu Balita dapat berhubungan dengan perilaku kunjungan pemeriksaan kesehatan Ibu Balita di Posyandu Mluweh Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Pekerjaan Ibu