• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA

MAHASISWA FK USU DAN KEMUNGKINAN

TERJADINYA KERATITIS

Oleh :

FATIN AMIRAH KAMARUDDIN

070100406

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA

MAHASISWA FK USU DIKAITKAN DENGAN

RESIKONYA TERJADINYA KERATITIS

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

FATIN AMIRAH KAMARUDDIN

NIM : 070100406

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis

Nama: Fatin Amirah binti Kamaruddin

NIM: 070100406

Pembimbing Penguji

………. ………

(dr. Hemma Yulfi) ( dr. Tetty Aman Nasution)

……….

(4)

ABSTRAK

Lensa kontak digunakan untuk mengoreksi kesalahan refraksi, tujuan kosmetik dan sebagai terapi dalam penyakit mata. Meskipun penggunaan lensa kontak adalah umum di seluruh dunia, namun masih ramai pengguna tidak menyadari bagaimana cara penggunaan dan perawatan yang benar.

Untuk menilai tindakan pemakaian lensa kontak pada mahasiswa kedokteran dan mengkaji mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan komplikasi mata seperti keratitis. Penelitian ini adalah studi deskriptif berbentuk cross

sectional. Enam puluh pengguna lensa kontak dari mahasiswa Fakultas Kedokteran

USU yang memakai lensa kontak diidentifikasi dan ditanya melalui kuesioner tentang aspek yang berbeda melalui kuesioner yang merangkumi semua aspek tujuan studi.

Di antara semua pengguna lensa kontak 90% memiliki kemungkinan risiko rendah untuk mendapatkan keratitis dan 10% memiliki risiko sedang. Sebagian besar mahasiswa menggunakan lensa kontak harian. Sembilan puluh tujuh persen mahasiswa menggunakan lensa kontak lunak. Sebagian kecil tapi tetapi sangat dikhawatiri (20%) dari mahasiswa kadang-kadang tidak melepaskan lensa mereka saat tidur . Sejumlah besar (20%) dari mahasiswa juga kadang-kadang tidak mencuci tangan mereka sebelum memegang lensa kontak. Selain itu 5% dari mereka tidak pernah

mencuci penyimpanan lensa mereka. Sebanyak (73%) dari mereka selalu menjaga kebersihan lense mereka sebagai pencegahan dari terjadinya komplikasi mata.

Sebilangan besar mahasiswa kedokteran menyadari penanganan dan perawatan lensa kontak yang tepat. Hanya beberapa dari mereka yang tidak menyadari komplikasi potensial yang terkait dengan penggunaan lensa kontak yang jelek.

(5)

ABSTRACT

Contact lenses are used for refractive correction, cosmetic reasons and therapeutically in eye diseases. Although contact lens use is common in all of the countries many users are not aware of their proper handing and care.

To assess the practice of contact lens wear among medical students and to highlight the factors leading to complications of contact lens use such as keratitis. This is a cross sectional descriptive study. Sixty contact lens users from the students of Fakultas Kedokteran USU were identified and enquired about the different aspects of contact lens wear through a questionnaire that covered all the aspects of study objectives.

Among all the contact lens users 90% have low risk to get the keratitis and 10% have moderate risk. Most were daily users of contact lenses (59%). 97% of students were using soft lense. A small but alarming percentage (20%) of the students were not removing their lenses while sleeping sometimes. A significant number (20%) of students do not wash their hands before handling contact lenses sometimes. Also 5% of the students don’t ever wash their lenses storage. Many(73%) of them were always take care of their lense hygiene as a prevention from having eye complications.

Many medical students are aware of proper care and handling of contact lenses.Thus, their chances to get keratitis is low. Only some of them are unaware of the potential complications associated with contact lens use.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa kerana dengan izin-Nya, dapatlah saya menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul ‘Gambaran Penggunaan Lensa Kontak di Kalangan Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis.

Pada kesempatan ini , saya ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing saya , dr. Hemma Yulfi yang telah membinbing saya sepanjang penelitian ini dilakukan. Tidak lupa juga kepada dr. Rina Amelia , dr. Isti Ilmiati Fujiati dan dr. Juliandi Harahap selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan Komunitas yang turut membantu memberikan bimbingan dan tunjuk ajar kepada saya untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

Terima kasih juga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Kamaruddin bin Ibrahim dan Noriani Che Daud atas segala kasih sayang , doa dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moral maupun materil yang tidak akan terbalas oleh saya.

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini akan memberikan pengetahuan dan sumbangan kepada sesiapa sahaja yang membacanya serta sumbangan kepada perkembangan optalmologi.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar tabel ... v

Daftar grafik ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Lensa Kontak ... 4

(8)

2.1.2. Jenis Lensa Kontak ... 4

2.2. Masalah yang Berkaitan dengan Pemakaian Lensa Kontak ... 6

2.2.1. Trauma yang diinduksi oleh lensa kontak ... 6

2.2.2. Bahan Lensa Kontak, Ionicity, Bekas Cairan Lensa Kontak 7 2.3.3. Durasi Pemaparan dan Kosentrasi ... 7

2.2.4. Deposit Pada Permukaan Lensa ... 8

2.2.5. Penjagaan Lensa Kontak Secara Mekanikal ... 8

2.3. Masalah yang Ditimbulkan oleh Pemakai Lensa Kontak ... 9

2.3.1 Pemakaian Lensa Kontak yang Berpanjangan ... 9

2.3.2 Tidur Malam Tanpa Melepaskan Lensa Kontak ... 10

2.3.3. Cara Pemakaian Lensa Kontak yang Tidak Teratur ... 10

2.4. Teknik Pemakaian Lensa Kontak yang Aman ... 12

2.5. Komplikasi Lensa Kontak ... 12

2.6. Keratitis ... 13

2.6.1. Definisi Keratitis ... 13

2.6.2. Etiologi Keratitis... 13

2.6.3. Patofisiologi ... 15

2.6.4. Mortalitas / Morbiditas ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

(9)

4.4 Ethical Clearance ... 22

4.5 Teknik Pengumpulan Data ... 22 4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian... 20 5.2. Pembahasan... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……… 30 6.2. Saran………... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1. Etiologi Mikroorganisma Patogen Keratitis 12

3.1. Definisi Operasional 15

(10)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

Gambar 1. Persantase tindakan mahasiswa yang dikaitkan dengan 21 resiko keratitis.

Gambar 2. Kekerapan pemakaian lensa kontak pada mahasiswa 22

Gambar 3. Jenis-jenis lensa yang digunakan 23

Gambar 4. Membasuh tangan sebelum memegang lensa 23

Gambar 5. Perlepasan lensa kontak sebelum tidur 23

Gambar 6. Cara mahasiswa mencuci lensa kontak 24

Gambar 7. Pencucian bekas penyimpanan lensa kontak 25

(13)

ABSTRAK

Lensa kontak digunakan untuk mengoreksi kesalahan refraksi, tujuan kosmetik dan sebagai terapi dalam penyakit mata. Meskipun penggunaan lensa kontak adalah umum di seluruh dunia, namun masih ramai pengguna tidak menyadari bagaimana cara penggunaan dan perawatan yang benar.

Untuk menilai tindakan pemakaian lensa kontak pada mahasiswa kedokteran dan mengkaji mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan komplikasi mata seperti keratitis. Penelitian ini adalah studi deskriptif berbentuk cross

sectional. Enam puluh pengguna lensa kontak dari mahasiswa Fakultas Kedokteran

USU yang memakai lensa kontak diidentifikasi dan ditanya melalui kuesioner tentang aspek yang berbeda melalui kuesioner yang merangkumi semua aspek tujuan studi.

Di antara semua pengguna lensa kontak 90% memiliki kemungkinan risiko rendah untuk mendapatkan keratitis dan 10% memiliki risiko sedang. Sebagian besar mahasiswa menggunakan lensa kontak harian. Sembilan puluh tujuh persen mahasiswa menggunakan lensa kontak lunak. Sebagian kecil tapi tetapi sangat dikhawatiri (20%) dari mahasiswa kadang-kadang tidak melepaskan lensa mereka saat tidur . Sejumlah besar (20%) dari mahasiswa juga kadang-kadang tidak mencuci tangan mereka sebelum memegang lensa kontak. Selain itu 5% dari mereka tidak pernah

mencuci penyimpanan lensa mereka. Sebanyak (73%) dari mereka selalu menjaga kebersihan lense mereka sebagai pencegahan dari terjadinya komplikasi mata.

Sebilangan besar mahasiswa kedokteran menyadari penanganan dan perawatan lensa kontak yang tepat. Hanya beberapa dari mereka yang tidak menyadari komplikasi potensial yang terkait dengan penggunaan lensa kontak yang jelek.

(14)

ABSTRACT

Contact lenses are used for refractive correction, cosmetic reasons and therapeutically in eye diseases. Although contact lens use is common in all of the countries many users are not aware of their proper handing and care.

To assess the practice of contact lens wear among medical students and to highlight the factors leading to complications of contact lens use such as keratitis. This is a cross sectional descriptive study. Sixty contact lens users from the students of Fakultas Kedokteran USU were identified and enquired about the different aspects of contact lens wear through a questionnaire that covered all the aspects of study objectives.

Among all the contact lens users 90% have low risk to get the keratitis and 10% have moderate risk. Most were daily users of contact lenses (59%). 97% of students were using soft lense. A small but alarming percentage (20%) of the students were not removing their lenses while sleeping sometimes. A significant number (20%) of students do not wash their hands before handling contact lenses sometimes. Also 5% of the students don’t ever wash their lenses storage. Many(73%) of them were always take care of their lense hygiene as a prevention from having eye complications.

Many medical students are aware of proper care and handling of contact lenses.Thus, their chances to get keratitis is low. Only some of them are unaware of the potential complications associated with contact lens use.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemakaian lensa kontak adalah salah satu penyebab yang paling tinggi untuk mendapatkan keratitis di seluruh dunia terutamnya pada negara-negara yang membangun. Keratitis bisa disebabkan bakteri, parasit, jamur, trauma dan lain-lain. Hubungan antara keratitis Acanthamoeba dan pemakaian lensa kontak mencapai angka sebanyak 95% pada kasus yang telah dilaporkan (Ibrahim, 2007). Sebelum munculnya populasi yang memakai lensa, keratitis Acanthamoeba adalah sangat jarang. Pada tahun 2000, dianggarkan bilangan pemakai lensa kontak adalah sebanyak 80 milyar dan 90% darinya adalah jenis hydrogel soft lenses (Ibrahim, 2007).

Penggunaan lensa kontak semakin hari semakin meningkat dengan rekaan terbaru dari bahan yang digunakan dan disesuaian mengikut setiap kemahuan pengguna. Di laporkan sebanyak 61.2% mengatakan mereka lebih memilih untuk memakai lensa kontak kerana selesa dan mudah. Antara sebab pemakaian lensa kontak adalah tujuan kosmetik(42.9%), pembetulan refraktif, pemakaian terapeutik pada yang mengalami penyakit kelainan mata.(Quraisy, 2009). Masalah yang timbul dari pemakaian lensa kontak bisa berhubungan dengan jenis lensa yang digunakan (soft, rigid, gas permeable), cara pembersihan dan lain-lain. Antara komplikasi yang timbul bisa dari masalah minor sehingga ke keratitis.

Studi selama 7 tahun di Belgia yakni berlangsung dari 1997 sehingga 2003 menunjukkan peningkatan bilangan pasien yang dirawat di rumah sakit akibat ulser kornea yang terkait dengan pemakaian lensa kontak (Verhelst, 2006 dalam Ibrahim, 2007).

(16)

kemerahan dan iritasi sehingga ramai golongan muda contohnya mahasiswa mengabaikan masalah tersebut sehingga tidak berkonsultasi kepada dokter.

Lebih ramai mahasiwa yang memilih untuk menggunakan lensa kontak berbanding kaca mata. Walaupun penggunaan lensa kontak semakin populer di kalangan mahasiswa namun sebahagian besar dari mereka tidak tahu dan sadar tentang cara pemakaian dan penjagaan yang betul. Tambahan pula, gaya hidup mahasiswa yang sibuk menyebabkan mereka mengabaikan rutin penjagaan lensa kontak mereka.

Selain kebiasaan penjagaan lensa kontak, adakah mahasiswa juga tahu komplikasi yang bisa timbul dari keratitis?

1.2. Rumusan Masalah:

Bagaimanakah gambaran penggunaan lensa kontak pada mahasiswa FK USU dikaitkan dengan resiko terjadinya keratitis?

1.3. Tujuan Penelitian:

1.3.1. Tujuan umum:

Mengetahui gambaran penggunaan lensa kontak pada mahasiswa FK USU dikaitkan dengan resiko terjadinya keratitis.

1.3.2. Tujuan khusus:

i. Mengetahui sebanyak mana mahasiswa yang mengamalkan pemakaian lensa kontak yang benar mahupun tidak benar.

ii. Mengetahui gambaran kaitan kebiasaan pemakai lensa kontak dengan keratitis.

1.4. Manfaat Penelitian

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lensa Kontak 2.1.1. Definisi

Lensa kontak adalah sejenis plastik yang tipis dan berkurva yang direka untuk dipakai atas permukaan kornea. Lensa kontak akan menempel pada lapisan air mata yang disebabkan oleh tensi permukaan. Lensa kontak adalah salah satu cara yang efektif dan selamat untuk mengoreksi gangguan refraktif selain kaca mata apabila digunakan dengan cara yang betul dan pengawasan yang rapi. Selain untuk mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, lensa kontak juga digunakan sebagai terapi dan kosmetik.

2.1.2. Jenis-jenis Lensa Kontak:

i. Hard contact lens atau lensa kontak keras

ii. Soft contact lens atau lensa kontak lunak

iii. Rigid gas permeable (RGP) lens

Lensa kontak keras adalah jenis lensa yang pertama dikeluarkan pada tahun 1960-an. Ianya diperbuat daripada sejenis plastik yaitu polymethyl methacrylate (PMMA) di mana sangat tahan lama namun tidak membenarkan oksigen dari udara mancapai kornea secara terus. Apabila mata berkedip, lensa akan tergeser sedikit sehingga oksigen menyerap pada lapisan air mata baru mancapai kornea. Lensa kontak keras adalah kurang menyamankan dan sudah jarang digunakan. Namun masih ada yang memakainya atas faktor harga yang lebih murah dan tahan lama.

(18)

menggunakan lensa jenis ini (Ibrahim, 2007). Lensa kontak lunak terdiri dari beberapa jenis:

i) Extended wear contact lens: diperbuat dari bahan yang bertahan selama

2-4 minggu.

ii) Daily disposable lenses: walaupun sedikit mahal, namun mempunyai

resiko untuk terkena infeksi adalah rendah.

iii) Toric contact lenses: mengoreksi astigmatism yang sedang. Ianya tersedia

dalam kedua bahan yang keras dan lunak.

Lensa kontak RGP lebih aman dan nyaman berbanding lensa kontak keras dan lunak. Ia terbuat dari plastik yang dikombinasikan dengan bahan lain, seperti silikon dan fluoropolimers. Lensa kontak RGP bersifat mudah dilalui oksigen sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik. Pada lensa kontak RGP, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari udara bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea. Hal ini menyebabkan lensa kontak RGP lebih nyaman dipakai pada waktu yang lama.

Sebelum tahun 1979, lensa kontak harus selalu dilepas pada malam hari. Seiring dengan perkembangan teknologi, ditemukanlah lensa kontak yang dapat dipakai lebih lama, artinya tidak harus dilepas saat tidur malam. Saat ini tersedia lensa kontak yang dapat dipakai 7 hari atau bahkan 30 hari berturut-turut tanpa melepasnya.

Bentuk lensa kontak juga bermacam-macam, tergantung pada gangguan penglihatan yang ingin diperbaiki. Beberapa bentuk lensa kontak antara lain adalah :

i. Lensa kontak sferis, berbentuk bundar, digunakan untuk penderita miopia (rabun dekat) atau hiperopia (rabun jauh).

(19)

iii. Lensa ortokeratologi, yaitu lensa yang didisain untuk memperbaiki bentuk kornea. Digunakan hanya di malam hari.

2.2. Masalah yang Berkaitan dengan Pemakaian Lensa Kontak

Masalah yang ditimbulkan dengan pemakaian lensa kontak tergantung pada beberapa faktor, seperti bahan lensa, modalitas pemakaian, kebersihan lensa, jenis cairan pencuci lensa, tingkat kerelaan pengguna lensa pada pemakaian lensa dan rutin pencuciannya, pemakaian lensa yang berlamaan, tidur tanpa melepaskan lensa, frekuensi penukaran lensa dan kebersihan tempat penyimpanan lensa.

Lensa kontak merusak integritas epitel kornea dangan 2 cara: secara langsung,

fitting-related abrasions (Martinez, 1985) dan secara tidak langsung, dengan mengubah

fisiologis yang normal dan aktivitas metabolik seluler (Liesegang, 2002).

2.2.1. Trauma yang diinduksi oleh lensa kontak

i. Efek Trauma Lensa Secara Langsung

Tight junction yang terdapat di epitel kornea, menjadi pembatas terhadap

invasi mikroba patogen. Pemakaian lensa kontak bisa menyebabkan abrasi minor di kornea, di mana menjadi permulaan terhadap infeksi mikroba. Martinez (1985) berpendapat trauma kornea adalah faktor yang paling berperan pada permulaan infeksi Acanthamoeba, berbanding dari faktor imunospresi. Namun begitu, manurut Sharma (1999), menjumpai tiada perbedaan antara kebolehan perlekatan Acanthamoeba di epithel kornea pada pemakai lensa kontak yang asimptomatik mahupun yang tidak memakai lensa kontak.

(20)

Pemakaian lensa kontak selalunya dikaitkan dengan hipoksia dan hiperkapnia pada epitel kornea, terutamanya tidur tanpa membuka lensa. Akumulasi karbon dioksida mengubah jalur metabolik yang normal, di mana mengubah struktur mikro di setiap lapisan kornea, seperti mikrokista epitel, penurunan penyimpanan glikogen epitel, akumulasi asam laktat, asidosis di kornea, oedem epitel, penurunan kadar mitosis sehingaa mengakibatkan penipisan sel epitel sentral, hipoasthesia kornea, abrasi mikroskopik, perlepasan sel epitel dan akhirnya menyebabkan ulserasi kornea. Selain itu, perubahan kestabilan dan ketebalan lapisan air mata juga telah di jumpai (Tutt, 2000). Gangguan-gangguan tersebut dapat menggangu mekanisma proteksi okular sehingga terpajan dengan invasi miroba patogen.

2.2.2 Bahan Lensa Kontak, Ionicity, dan Kandungan Air.

Bahan dari beberapa pabrik bisa mempengaruhi kemampuan lensa kontak sebagai mechanical host dan membenarkan perlekatan dan pemindahan mikroba ke permukaan kornea. Insidens infeksi Acanthamoeba adalah lebih rendah pada lensa kontak RGP berbanding lensa kontak lunak. Insidens keratitis Acanthamoeba yang rendah ini dijumpai di Belanda di mana sebahagian besar masyarakat Dutch yang memakai lensa kontak jenis RGP (Cheng, 1999). Kilvingston (1990) menunjukkan perlekatan kista Acanthamoeba hanya terjadi pada lensa kontak lunak dan tidak berlaku pada lensa RGP. Namun begitu, perlekatan trofozoit yang signifikan dijumpai pada kasus pemakaian lensa RGP dengan afinitas yang lebih tinggi pada lensa RGP yang terbuat dari bahan silicone acrylate berbanding yang terbuat dari bahan

fluoropolymer.(Cohen, 1990). Perlekatan Acanthamoeba yang banyak bergantung

pada keadaan yang lebih ionik dan kandungan air yang tinggi menjelaskan kenapa dijumpai perlekatannya lebih tinggi pada pemakaian disposable lens dan extended

wear lens berbanding lensa RGP. (Simmonsl, 1996)

(21)

Kista dan trofozoit Acanthamoeba menunjukkan perlengketan yang segera pada lensa kontak yaitu dalam masa 10 saat setelah pemaparan. (Sharma, 1995). Perlengketan Acanthamoeba pada permukaan lensa meningkat mendadak dengan tempoh pemaparan yang lama dan peningkatan konsentrasi inokulasi mikroba. Kandungan air yang tinggi pada pemakaian lensa kontak pakai buang membantu pengumpulan Acanthamoeba yang lebih banyak padanya dengan menambah masa pemaparan yang cukup lama. (Kelly, 1995). Namun begitu, Sharma (1995) tidak menjumpai sebarang perbedaan pada perlengketan Acanthamoeba pada jenis lensa kontak yang berlainan dengan tempoh pemaparan yang lama.

2.2.4. Deposit Pada Permukaan Lensa.

Perlekatan tropozoit dan kista pada lensa kontak dipengaruhi oleh deposit protein di permukaan lensa. Deposit protein di permukaan lensa meningkatkan perlekatan bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa (Butrus, 1990). Deposit lipid dan protein pada permukaan lensa dimediasi oleh struktur kimia dari bahan lensa dan kandungan airnya. Kandungan air yang tinggi dan bahan ionik bagi sesetengah lensa pakai buang membenarkan deposit protein yang lebih tinggi, Fakta ini menerangkan afiniti mikroba patogen seperti Acanthamoeba yang lebih tinggi pada lensa yang telah dipakai berbanding dengan yang masih belum dipakai. Jones (2003) melaporkan endapan lisozim pada kadar yang rendah dan lipid pada kadar yang tinggi yang signifikan pada lensa kontak silikon hidrogel dibandingkan dengan bahan lensa kontak yang lebih berionik. Enzim serine substilin A yang digunakan untuk menyingkirkan protein dijumpai tiada efek cysticidal walaupun setelah terpapar selama 24 jam (Hughes, 2001). Namun, ianya bisa menurunkan bilangan protozoa yang melengket di permukaan lensa setalah dilakukan penyingkiran protein.

2.2.5. Penjagaan Lensa Kontak Secara Mekanikal.

(22)

walaupun ada studi berpendapat cara pencucian tidak memberi afek apapun terhadap perlekatan mikroba (John, 1991). Membilas, mengelap dan menggosok lensa kontak dengan solusi disenfektan lebih baik dari hanya merendam kerana dapat menghindar dan menurunkan perlekatan mikroba pathogen (Niszl, 1996). Studi terbaru menunjukkan penggunan solusi lensa kontak serbaguna pada rutin pencucian secara manual dengan menggosoknya lebih efektif untuk melepaskan lekatan deposit yang longgar dan mikroba patogen dari lensa lunak berbanding dengan hanya membilasnya sahaja. (Cho, 2009).

2.3. Masalah yang Ditimbulkan oleh Pemakai Lensa Kontak

2.3.1 Pemakaian Lensa Kontak yang Berpanjangan

(23)

2.3.2 Tidur Malam Tanpa Melepaskan Lensa Kontak

Kornea mendapatkan oksigen secara langsung dari udara apabila kelopak mata terbuka dan dari pembuluh darah di sekitarnya apabila kelopak mata tertutup. Rekaan lensa kontak lunak dan keras yang terbaru didesain sehingga membenarkan penyerapan oksigen pada kornea pada kadar yang mirip pada kondisi kelopak mata terbuka mahupun tertutup (Weissman, 2003). Namun, hipoksia kornea, infiltrasi subepitel, perubahan pada kurvasi kornea, dan pelbagai reaksi inflamasi dilaporkan pada pemakaian lensa kontak pada ketika siklus tidur yang multipel. Masalah yang berkaitan dengan pemakaian lensa kontak saat tidur dan resiko keratitis ulseratif dijumpai tergantung pada jenis lensa yang dipakai. Overnight wear dengan memakai lensa RGP telah dihubungkan dengan hipoksia kornea tingkat lebih tinggi dan oedema epitel, dibandingkan dengan lensa kontak lunak (Lin, 2002). Schein (1994) menyatakan resiko tinggi menyebabkan keratitis mikroba terutama disebabkan oleh pemakaian lensa yang berlamaan sehingga tidur malam tanpa melepaskannya berbanding kurangnya higine lensa. Hipoksia kornea menyebabkan perubahan seperti oedema epitel dan mikrokista tidak dapat dikenal pasti di kalangan overnight wearers dengan tiada perubahan yang signifikan pada kemerahan limbus antara mereka dan bukan pengguna lensa.

2.3.3. Cara Pemakaian Lensa Kontak yang Tidak Teratur

(24)

disenfektan lensa antara 70°C dan 80°C selama 10 menit dan gunakan hidrogen peroksida 5% selama 2-3 jam, 0,001% thimerosal bersama esetat selama 4 jam, 0,005% benzalkonium klorida bersama estatat selama 4 jam, 0,001 chlorhexidine selama 4 jam atau 0,004 chlorhexidine selama 1 jam. Kepatuhan pengguna lensa kontak lebih tercapai dengan pengenalan cairan serbaguna. Cairan serbaguna berfungsi sebagai cairan tunggal yang dapat digunakan untuk pencucian, disenfektan, dan tempat penyimpanan lensa. Cairan serbaguna memberi proteksi antimikroba yang poten dengan kesan toksik dan alergik yang rendah. Lensa kontak lama bisa mengkolonisasi lebih banyak bakteri yang disebabkan oleh robekan setelah pemakaian. Daily disposable lense hanya bisa digunakan untuk sekali pemakaian sahaja, di mana set baru yang steril dibuka pada waktu pagi dan terus dibuang menjelang malam. Untuk tujuan higine, daily disposable lense direkomendasi untuk pengguna lensa yang memiliki resiko untuk terkena infeksi yang tinggi seperti tenaga kerja di rumah sakit. Dart (2008) menyatakan kehilangan penglihatan kurang terjadi pada pengguna disposable lenses berbanding pengguna reusable soft lens walaupun tiada penurunan yang signifikan pada resiko keratitis mikroba pada pengguna daily

disposable dan lensa silikon hidrogel.

Radford (1995) menyatakan kurangnya kesadaran penjagaan daily disposable

lens menyebabkan resiko untuk terkena infeksi adalah tinggi.

2.4. Teknik Pemakaian Lensa Kontak yang Aman

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemakai lensa kontak (Chang, 2006, Tajunisah, 2008 dalam Amy, 2006):

i. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.

ii. Cuci dan disenfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.

(25)

iv. Ikutilah petunjuk perawatan lensa kontak yang diberikan oleh dokter mata anda.

v. Buanglah cairan yang telah dipakai dengan segera, janganlah digunakan untuk kedua kalinya.

vi. Janganlah menggunakan cairan saline yang dibuat sendiri.

vii. Jangan menyimpan lensa kontak dalam cairan yang tidak steril sperti air keran atau air distilasi.

viii. Jangan memakai lensa kontak yang rusak atau sudah lama. ix. Periksalah mata anda secara teratur (minimal setahun sekali).

2.5. Komplikasi Lensa Kontak

Perubahan fisiologis terjadi pada kornea setelah pemakaian lensa kontak. Antaranya adalah kerusakan epitel, stroma, dan endotel serta gangguan pada permukaan okular. Komplikasi yang muncul bisa dari ringan sehingga ke parah. Beberapa gejala awal yang sering dijumpai adalah red eye, tight lens syndrome, hipoksia dan keratitis mikroba. Gangguan-gangguan ini biasanya disebabkan oleh penjagaan lensa kontak yang jelek.

Red eye adalah merupakan, infiltrat pada kornea dan menyebabkan acute red eye. Antara simptomnya adalah ketidaknyamanan dan sensasi benda asing.

Perawatannya selalu hanya mengurangi pemakaian lensa kontak sehingga sembuh secara total dalam masa 2 minggu. Selalunya tiada pengobatan yang dipreskripsi.

Tight lens syndrome terjadi apabila lensa kontak telah kering dan tidak

melekap pada kornea dengan sebaiknya sehingga menekan kuat kornea. Lensa tidak lagi akan tergeser apabila mata berkedip sehingga menurunkan kadar oksigen yang dapat diambil pada kornea. Gejala yang muncul adalah iritasi, nyeri, pandangan yang kabur, dan fotofobia. Antibiotik topikal dan steroid serta agen siklopedik akan dipreskripsi.

Edema kronik selalu berhubungan dengan penggunaan extended wear contact

(26)

neovaskularisasi. Simptom dari edema kronik adalah lebih ringan berbanding edema akut kerana tiada keluhan nyeri dan gangguan penglihatan yang terjadi adalah minimal.

2.6. Keratitis

2.6.1. Definisi Keratitis

Keratitis adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan kornea. (Kaiser, 2005)

2.6.2. Etiologi

Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe I. Selain itu penyebab lain adalah, kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.

Tabel 2.1: Mikroorganisma patogen keratitis

________________________________________________________________ Virus Herpes Simles Virus

Adenoviruses

(27)

________________________________________________________________

(Kaiser , Medical Microbiology,Thieme. 2005)

2.6.3. Patofisiologi

(28)

Difusi produk inflamasi (termasuk sitokin) posterior memunculkan pencurahan sel inflamasi ke ruang anterior sehingga menghasilkan hipopion. Toksin bakteri yang berbeda-beda dan enzim (termasuk elastase dan protease basa) dapat diproduksi selama infeksi kornea, membantu perusakan zat kornea.

Kelompok umum yang paling bertanggung jawab untuk keratitis bakteri adalah sebagai berikut: Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (termasuk Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus),dan spesis Staphylococcus.

Infeksi yang diinduksi oleh lensa kontak sering ditemui berkaitan dengan Pseudomonas aeruginosa. Keratitis Pseudomonas aeruginosa bisa menyebabkan perforasi kornea sehingga kehilangan penglihatan.

Sumber utama infeksi bakteri adalah cara pembersihan lensa kontak yang jelek higine yang rendah. Jenis infeksi yang diinduksi oleh lensa kontak yang lain adalah infiltrat kornea steril, keratitis acanthamoeba, dan keratitis jamur.

Infiltrat kornea steril terjadi pada pengguna lensa kontak yang sensitip pada bahan preservatif yang digunakan dalam cairan lensa kontak. Antara simptomnya adalah kepedihan, kegatalan, nyeri dan sekret.

Keratitis Acanathamoeba dijumpai terutamanya pada pemakai lensa kontak yang memakai lensa kontak lunak setiap hari dan membuat solusi saline sendiri. Ianya ditemukan juga pada orang yang berenang tanpa melepaskan lensa kontak. Ini kerana Acanthamoeba ialah protozoa patogen yang terdapat di air yang tercemar, tanah, debu dan udara.

Keratitis jamur sering muncul pada lensa kontak hidrogel dengan kandungan air yang tinggi pada lingkungan yang lembap. Gambarannya adalah seperti infiltrat abu-abu pada bagian superfisial dan dihubungkan dengan lesi satelit dan inflamasi.

(29)

2.6.4. Mortalitas / Morbiditas

Dalam kasus peradangan yang parah, ulkus dalam dan abses stroma dapat bersatu, mengakibatkan penipisan kornea dan peluruhan stroma terinfeksi. Proses ini mungkin membuat beberapa komplikasi berikut:

i. Leukoma kornea: pembentukan jaringan parut dengan kehadiran vaskularisasi kornea mungkin merupakan manifestasi akhir dari suatu keratitis bakteri. Leukoma kornea yang dihasilkan mungkin memerlukan operasi kornea untuk rehabilitasi visual, tergantung pada lokasi dan kedalaman keterlibatan stroma (termasuk keratektomi fototerapeurik atau penetrasi keratoplasti ).

ii. Perforasi kornea: Ini adalah salah satu komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri yang dapat mengakibatkan endophthalmitis sekunder dan kemungkinan kehilangan mata.

Menurut World Health Organization (WHO), kelainan kornea adalah

penyebab major kebutaan, menduduki tempat kedua setelah katarak (Lopez,

2010).

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

(30)

3.2 Definisi Operasional

Tindakan pemakai lensa kontak mahasiswa FK USU 2010 dapat diukur dengan metode skoring kuesioner yang telah diberi bobot dengan kriteria:

1) Apabila tindakan benar diberi skor 3 (tiga)

2) Apabila tindakan kurang benar diberi skor 2 (dua) 3) Apabila tindakan tidak benar diberi skor 1 (satu)

(31)

1) Tindakan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor maksimum, yaitu 36 (Kemungkinan resiko rendah).

2) Tindakan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40-75% dari skor maksimum, yaitu 19-36 (Kemungkinan resiko sedang).

3) Tindakan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor maksimum, yaitu <19 (Kemungkinan resiko tinggi).

BAB 4

(32)

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain

cross sectional study, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan atau

menguraikan suatu keadaan fenomena dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang mana datanya diambil hanya 1 kali dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005) Penelitian ini telah meneliti tindakan mahasiswa FK USU yang yang memakai lensa kontak.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 8 bulan (Mei 2010 – Juli 2010) pada mahasiswa FK USU. FK USU dipilih sebagai lokasi penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa FK USU 2010 yang memakai lensa kontak da berada di kampus yaitu Semester 2, 4 dan 6.

4.3.2. Sampel

Pada penelitian ini, dilakukan accidental sampling di mana sampel diambil pada semua populasi di FK USU 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eklusi. Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000, dapat menggunakan formula yang lebih sederhana lagi seperti berikut (Notoatmodjo, 2009):

(33)

1 + N (d2)

Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 10% atau 0.1

n = 112 1 + 112 (0.12)

n = 52.83  dibulatkan n = 60 orang.

Sampel penelitian yang telah dipilih adalah kira-kira 60 mahasiswa FK USU 2010 yang memenuhi kriteria inklusi akan diberi kuesioner. Antara kriteria inklusi adalah:

1) Pengguna lensa kontak

2) Pengguna lensa kontak yang bersetuju untuk menjawab kuesioner. Antara kriteria eklusi adalah:

1) Pengguna lensa kontak yang masih memakai lensa kontak kurang dari tempoh sebulan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(34)

dan mendapatkan data yang benar daripada responden. Skala pengukuran variabel yang diteliti menggunakan skala berbentuk ordinal.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian berbentuk deskriptif analitik ini dijalankan di Universitas Sumatera Utara, Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang dikaji adalah mahasiswa FK USU seramai 60 orang yang mempunyai rentang usia 20-25 tahun. Pada survei awal, didapati seramai 112 orang mahasiswa yang memakai lensa kontak. Akibat keterbatasan waktu,peneliti hanya menetapkan seramai 60 responden untuk diteliti dengan menggunakan quota sampling. Dalam penelitian ini, tiada karakteristik khas bagi setiap responden ditetapkan tetapi distribusi mahasiswa mengikut jenis kelamin adalah 11 orang pria (18.3%) dan 49 wanita (81.7%).

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan semester

(36)

Lelaki Perempuan Total

2 14 16

12 88 100

5.1.3. Hasil Analisa Data

Setelah dianalisa dengan menggunakan SPSS. Didapati bahwa distribusi tindakan mahasiswa FK USU yang terkait dengan resiko terjadijnya keratitis adalah seperti berikut:

Tabel 5.2. Distribusi tindakan mahasiswa berdasarkan kategori.

Kategori Jumlah (orang) Persentase(%)

Baik 54 90

Sedang 6 10 Kurang 0 0

(37)

Gambar 1. Persantase tindakan mahasiswa yang dikaitkan dengan resiko terjadinya keratitis.

Dari jumlah keseluruhan responden yang diteliti sebanyak 90% yang berada pada kategori baik mempunyai kemungkinan resiko rendah untuk terkena keratitis manakala sebanyak 10% kategori sedang mempunyai kemungkinan resiko sedang untuk terkena keratitis.

90% 10%

Kategori

(38)

Gambar 2. Kekerapan pemakaian lensa kontak pada mahasiswa

Sebahagian besar mahasiswa FK USU adalah pengguna daily wear yaitu sebanyak 59%. Dari persantase pengguna daily wear, 100% pengguna memilih untuk menggunakan lensa kontak jenis lunak. Sebanyak 38% adalah pengguna jarang-jarang. Selebihnya adalah terdiri dari pengguna extended wear yaitu 3%.

59%

3% 38%

Kekerapan pemakaian lensa

(39)

Gambar 3. Jenis-jenis lensa yang digunakan

Lebih dari separuh mahasiswa menggunakan lensa lunak yaitu sebanyak 97% manakala hanya 3% yang memilih untuk menggunakan lensa keras. Tiada di antara mereka yang menggunakan lensa RGP (rigid gas permeable).

97% 3%

Jenis lensa

Lensa lunak Lensa keras

73% 7%

20%

Membasuh tangan sebelum memegang lensa

(40)

Gambar 4. Membasuh tangan sebelum memegang lensa

Tujuh puluh tiga persen didapati akan membasuh tangan sebelum memegang lensa. Manakala 20% menyatakan kadang-kadang mereka tidak membasuh tangan sebelum memegang lensa. Hanya sebagian kecil tidak membasuh tangan langsung yaitu sebanyak 7%.

Gambar 5. Perlepasan lensa kontak sebelum tidur

Bagi tindakan melepaskan atau tidak lensa kontak sebelum tidur, didapati bahwa 80% mahasiswa akan melepaskan dahulu lensa kontak mereka sebelum tidur manakala 20% mahasiswa kadang-kadang tidak melepaskan lensa kontak terlebih dahulu sebelum tidur. Antara 80% melepaskan lensa kontak sebelum tidur terdiri dari 92% wanita dan selebihnya adalah pria yaitu 8%.

80% 20%

Perlepasan lensa kontak sebelum tidur

(41)

Gambar 6. Cara mahasiswa mencuci lensa kontak.

Sebanyak 81% mahasiswa akan menggunakan solusi serbaguna untuk mencuci lensa kontak mereka. Manakala 11% akan menggunakan saline dan menggosok lensa kontak tersebut. Hanya sedikit yang menggunakan pencuci dan saline yaitu sebanyak 8%.

11% 8%

81%

Cara pencucian lensa kontak

(42)

Gambar 7. Pencucian bekas penyimpanan lensa kontak

Berdasarkan carta pai di atas, 62% mahasiswa akan mencuci bekas penyimpanan lensa kontak setelah menggunakannya. Selain itu, 33% kadang-kadang akan mencucinya. Manakala, 5% mahasiswa tidak pernah mencuci bekas penyimpanan tersebut.

62%

5%

33%

Mencuci bekas penyimpanan lensa kontak

(43)

Gambar 8. Tindakan mahasiswa dalam mengatasi komplikasi mata

Sebagian besar responden akan sentiasa menjaga kebersihan untuk mencegahnya terjadi komplikasi mata. Manakala sebanyak 19% responden bertindak dengan berkonsultasi pada dokter apabila terjadinya komplikasi mata. Selebihnya memililh untuk menukar produk yang lain.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini secara khusus untuk mengetahui populasi pengguna lensa kontak di FK USU dan bagaimana mereka mengamalkan pemakaian lensa kontak. Kemudian dari gambaran tindakan penggunaan lensa kontak tersebut dikaitkan dengan kemungkinan resiko untuk terjadinya keratitis. Di Indonesia, jumlah pemakai lensa kontak masih tidak diketahui namun terdapat sebilangan besar orang menggunakannya. Kebanyakan dari mereka memakai lensa kontak untuk mengoreksi gangguan refraksi dan tujuan kosmetik dengan mengubah warna mata mereka (Quraisy,2009). Masalah yang ditimbulkan dengan pemakaian lensa kontak

8%

19%

73%

Pencegahan komplikasi mata

(44)

tergantung pada beberapa faktor, seperti bahan lensa, modalitas pemakaian, kebersihan lensa, jenis cairan pencuci lensa, tingkat kerelaan pengguna lensa pada pemakaian lensa dan rutin pencuciannya, pemakaian lensa yang berlamaan, tidur tanpa melepaskan lensa, frekuensi penukaran lensa dan kebersihan tempat penyimpanan lensa. Penggantian lensa kontak yang kerap adalah penting. Pemakaian semula lensa kontak lebih dari masa yang telah ditetapkan oleh pembekal lensa kontak akan menyebabkan pemakai terdedah kepada komplikasi pada mata. Pemakai lensa kontak yang tidur tanpa melepaskan lensa kontak lebih cenderung untuk terkena komplikasi yang disebabkan oleh durasi kontak mata dengan lensa yang lama sehingga terjadinya anoxia kornea.

Gambaran tindakan penggunaan lensa kontak di kalangan mahasiswa FK USU rata-rata adalah berada pada kategori baik. Maka mereka mempunyai resiko yang rendah untuk terjadinya keratitis. Ini mungkin kerana tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai komplikasi mata sudah adekuat dan mereka tahu bagaimana untuk mencegah komplikasi itu terjadi. Peneliti menjangkakan ada sedikit perbedaan pada tindakan mahasiswa Semester 7 berbanding Semester 5 dan 3 kerana mereka telah diberi Blok Special Sense System. Namun setelah diberi kuesioner dan diproses dengan SPSS, tiada perbedaan ketara antara Semester 6, 4 dan 2. Ternyata tingkat pengetahuan pada mahasiswa tidak mempengaruhi tindakan mereka pada pemakaian lensa kontak.

(45)

memilih solusi serbaguna sebagai pencuci lensa kontak. Deposit protein yang berlamaan akan meningkatkan resiko terjadinya keratitis (Ibrahim, 2007).

Salah-satu faktor untuk mendapatkan resiko keratitis adalah tidur tanpa melepaskan lensa kontak. Pada mahasiswa FK USU tidak dijumpai yang sering tidur tanpa melepaskan lensa kontak mereka. Namun, ada segelintir antara mereka kadang-kadang tidak melepaskannya sewaktu tidur. Sebanyak 20% mahasiswa mengaku kadang-kadang tidak melepaskannya atas sebab terlupa dan malas. Mahasiswa yang memakai lensa kontak saat tidur lebih rentan terhadap komplikasi mata yang disebabkan kontak lensa pada kornea pada jangka waktu yang lama akan mengakibatkan anoxia kornea. Insidens yang signigikan tinggi didapati di UK, yaitu sebanyak 96.4% orang dilaporkan oleh Morgan (2005) terkena keratitis berat kerana tidur dengan lensa kontak berbanding orang yang memakai lensa kontak saat terjaga sahaja.

Penggantian solusi penyimpanan lensa kontak adalah sangat penting kerana kemungkinan untuk terjadinya kontaminasi patogen sangat tinggi. Tambahan lagi, ketika disimpan multiplikasi patogen dan perlekatan yang lebih dalam pada lensa kontak menyebabkan lensa kontak menjadi vektor yang baik untuk terjadinya infeksi apabila ditempatkan di atas mata (John T, 1991). Selain itu, penting juga bahwa solusi penyimpanan itu adalah dari solusi steril yang dibekalkan oleh pembekal itu sendiri. Campuran solusi penyimpanan yang dibuat sendiri selalunya cenderung terkontaminasi. Bagi tindakan mahasiswa FK USU, sebahagian besar dari mereka akan menggantikan cairan lensa kontak setelah digunakan dan tiada di antara mereka yang menggunakan air kran sebagai pengganti cairan lensa kontak.

(46)

kontak lain dari pasaran berbanding berkonsultasi kepada dokter. Namun adalah sebaiknya pemakai lensa kontak sentiasa menjaga higienes supaya tidak terjadi infeksi. Edukasi perlu diberi bahwa tindakan yang sebaiknya adalah menghentikan pemakaian lensa kontak apabila mula menyedari tanda-tanda awal terjadi infeksi.

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai gambaran penggunaan lensa kontak pada mahasiswa FK USU dikaitkan dengan kemungkinan resiko terjadinya keratitis, diperoleh kesimpulan bahwa sebahagian besar yaitu sebanyak 90% mempunyai kemungkinan resiko rendah untuk terkena keratitis dengan mengamalkan pemakaian lensa kontak yang baik dari segi jenis, cara penggunaan dan cara perawatan lensa kontak. Sebanyak 20% mahasiswa mempunyai kemugkinan resiko keratitis sedang kerana mengamalkan cara pemakaian lensa kontak yang kurang baik. Manakala resiko keratitis tinggi tidak didapati pada mana-mana mahasiswa FK USU. Namun begitu terdapat beberapa kelemahan pada penelitian ini. Pada penelitian ini tidak dilakukan observasi pada responden atas sebab keterbatasan waktu. Dengan itu, responden bisa sahaja tidak menjawab betul kuesioner tersebut berdasarkan cara pemakaian lensa kontak mereka.

6.2. Saran

Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

a) Menilai tingkat pengetahuan dan sikap dalam pemakaian lensa kontak pada mahasiswa.

b) Mengkaji faktor-faktor lain sebagai penyebab terjadi keratitis pada pemakai lensa kontak.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, S.E., 2010. Acanthamoeba Keratitis: What Contact Lens Wearers Need To Know. All About Vision. Available from :

[ Accessed 15 April 2010 ]

Butrus, S.L., Klutz, S.A., 1990. Contact lens surface deposits increase the adhesions of pseudomonas aeroginosa. Curr Eye Res; 9: 717-724

Cheng, K.H., et al, 1999. Incidence of contact lens- associated microbial keratitis in human eyes and its related morbidity. Lancet; 354: 181-185

Cho, P., Cheng, S.Y., Chan, W.Y., Yip, W.K., 2009. Soft contact lens cleaning: rub or no-rub? Ophthalmic Physio Opt. 29: 49-57

Cohen, E.J., et al, 1996. Trends in contact lens-associated corneal ulcers. Cornea; 15: 566-570.

Holden, B.A., et al, 2003. Microbial keratitis and vision loss with contact lenses. Eye Contact Lens.

(49)

Ibrahim, W.Y., Boase, D.L., Cree, I.A., 2007. How could contact lense wearers be at risk of Acanthamoeba infection. J Optom; 2: 60-66

John, T., 1991. Interaction of bacteria and amoeba with ocular biomaterials. Cells and Materials.

Jones, L., et al, 2003. Lysozyme and lipid deposition of silicone hydrogel contact lens material. Eye Contact Lens.

Kelly, L.D., Xu, L., 1995. The effect of Acanthamoeba concentration to adherence to four types of unworn soft contact lenses. CLAO J (21): 27-30.

Liesegang, T.J., 2000. Physiologic Changes of The Cornea with Contact Lens Wear. CLAO J; 28: 12-27.

Lin, M.C., et al.2002. Impact of rigid gas permeable contact lens extended wear of corneal epithelial barrier function. Invest Opthalmol Vis Sci.

Lopez, F.H., 2010. Keratitis Bacterial. Available from [ Accessed 21 April 2010 ]

Manikandan, P., 2004. Acanthamoeba keratitis - A six year epidemiological review from a tertiary care eye hospital in South India. Indian Journal of

Microbiology. Vol.22, No.4:226-230.

Martinez, A.J., Janitschke, 1985. Acanthamoeba, an opportunistic microorganism: a review. Infection; 13: 251-256.

Moore, M.B., 1990. Acanthamoeba keratitis and contact lens wear: the patient is at fault. Cornea (9): S33-S35.

(50)

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Novina, T.J., et al, 2008. Microbial keratitis: aetiological diagnosis and clinical

features in patients admitted to Hospital Universiti Sains Malaysia.

Singapore Med J: 49(1): 67

Pratomo, H. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Badan Kesehatan Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Quraisy, M.N., Khan B, 2009. Awareness of Contact Lens Care Among Medical Students.Ophthalmology, Vol.15, No.4.

Radford, et al, 1995. Risk factors of Acanthamoeba keratitis in contact lens users: a case-control study. BMJ.

Rapkin, J.S., 1988. The effect of daily wear time on contact lens complications.

CLAO J; 14: 139-142.

Schein, O.D., et al, 1994. The impact of overnight wear on the risk of contact lens- associated ulcerative keratitis. Arch Opthalmol.

ScienceDaily, 2006. Reports Characterize Fungal Eye Infections Among Soft

Contact Lens Wearers. Available from:

[

Accessed 21 April 2010 ]

Sharma, S., Ramachandran L, 1995. Adherence of cysts and trophozoites of Acanthamoeba to unworn rigid gas permeable and soft contact lenses.

(51)

Simmons, P.A., 1996. Effect of patient wear and extent of protein deposition on adsorption of Acanthamoeba to five types of hydrogel contact lens. Optom Vis Sci; 73: 362-368.

Turnel, et al, 1993. Compliance and contact lens care: A New Assessment Method. American Optometry Academy. Vol.70, No.12: 998-1004

Tutt, T., Bradley, A., Begley, Thibos, L.N., 2000. Optical and visual impact of tear break-up in human eyes. Invest Opthalmol Vis Sci; 41: 4117-4123

(52)

LAMPIRAN I Informed consent

Gambaran Penggunaan Lensa Kontak di Kalangan Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis

Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran , Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penggunaan lensa kontak di kalangan mahasiswa FK USU dikaitkan dengan resiko terjadinya keratitis

Untuk mendukung penelitian ini , saya menyebarkan kuesioner ini untuk mendapatkan data- data yang dibutuhkan. Oleh karena itu , saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Setiap data yang ada di kuesioner ini tidak akan disebarluaskan. Data – data tersebut hanya akan digunakan sebagai penelitian.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan hati nurani saudara/i. Saudara/i bebas memilih jawaban karena tidak ada patokan jawapan yang benar atau salah.

(53)

( ) ( FATIN AMIRAH KAMARUDDIN)

LAMPIRAN II

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Penggunaan Lensa Kontak di Kalangan Mahasiswa FK USU Dikaitkan dengan Resiko Terjadinya Keratitis

DATA RESPONDEN

NIM : ... UMUR : ... JENIS KELAMIN : a) Pria

b) Wanita

FAKULTAS : ... SEMESTER : ...

(54)

1. Seberapa kerapkah anda memakai lensa kontak?

A. Daily wear

B. Extended wear (lebih dari 1 bulan)

C. Pengguna jarang-jarang

2. Apakah jenis lensa yang anda gunakan? A. Lensa lunak

B. Lensa keras

C. Lensa RGP (rigid gas permeable)

3. Adakah anda melepaskan lensa kontak sebelum tidur? A. Ya

B. Tidak

C. Kadang-kadang

4. Adakah anda membasuh tangan sebelum memegang lensa? A. Ya

B. Tidak

C. Kadang-kadang

5. Adakah anda mencuci lensa kontak? A. Ya

(55)

6. Jika ya, seberapa kerap?

A. Setiap kali setelah memakai lensa B. Seminggu sekali

C. Tergantung waktu

7. Bagaimanakah cara anda mencuci lensa kontak tersebut? A. Menggosok + saline

B. Pencuci + saline C. Solusi serbaguna

8. Apakah anda membilas lensa setelah mencucinya? A. Tidak dibilas

B. Dibilas beberapa kali C. Dibilas dengan air kran

9. Apakah anda menggantikan cairan lensa kontak setelah digunakan? A. Ya

B. Tidak

C. Kadang-kadang

10.Apakah anda mencuci bekas penyimpanan lensa kontak? A. Ya

(56)

C. Kadang-kadang

11.Apakah anda melepaskan lensa kontak terlebih dahulu sebelum berenang, menyelam atau mencuci muka?

A. Ya B. Tidak

C. Kadang-kadang

12.Seberapa kerapkah anda mencuci lensa kontak dengan menggunakan air kran? A. Selalu

B. Kadang-kadang C. Tidak pernah

13.Apakah anda masih memakai lensa kontak yang telah tamat tarikh lupus ataupun rusak?

A. Ya B. Tidak

C. Kadang-kadang

14.Seberapa kerapkah anda melakukan pemeriksaan mata dengan dokter mata? A. 6 bulan sekali

(57)

15.Sekiranya anda mengalami masalah setelah memakai lensa kontak, adakah anda masih meneruskan pemakaiannya?

A. Ya B. Tidak

16.Apakah tindakan anda untuk mencegah komplikasi infeksi mata akibat pemakaian lensa kontak?

A. Menukarkan produk lensa kontak yang lain yangbterdapat di pasaran

B. Berjumpa dokter dan mendapatkan nasihat dokter atau optalmologi C. Sentiasa menjaga hygiene dalam penjagaan lensa kontak

LAMPIRAN II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(58)

Tempat/ Tanggal Lahir : Kelantan, Malaysia/02 Juni 1988

Agama : Islam

Alamat : Kepala Batas, Pulau Pinang

Riwayat Pendidikan :1. Sek. Keb. Sultan Ibrahim (3)

2. MRSM Pengkalan Chepa

3. Allianze College Of Medical Sciences

4. Universitas Sumatera Utara (USU)

Riwayat Pelatihan :1. Pelatihan Biro Tatanegara Malaysia

Riwayat Organisasi :1. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia USU

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan semester
Tabel 5.2. Distribusi tindakan mahasiswa berdasarkan kategori.
Gambar 1. Persantase tindakan mahasiswa yang dikaitkan dengan resiko terjadinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelaahan dokumen tersebut dilakukan untuk membantu wawancara peneliti terhadap para informan dalam melakukan penelitian living hadis tentang gerakan filantropi dalam sebuah

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan outdoor learning dengan kecerdasan kinestetik anak usia dini dengan hasil adanya hubungan outdoor learning dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa rancangan tes dan evaluasi fisika yang informatif dan komunikatif yang dikembangkan untuk

Untuk memperoleh data implementasi metode drill (latihan) pada pembelajaran Al- Qur’an ini, jenis penelitian yang digunakan ol eh penulis adalah penelitian lapangan ( field

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai keabsahan atau kesahihan hukum penahanan terhadap tersangka yang diduga melakukan tindak pidana

Diunduh dari situs lpse.jatengprov.go.id dengan ini kami mengundang perusahaan Saudara untuk diadakan klarifikasi dan verifikasi Dokumen Penawaran serta Pembuktian

Gedung Komplek Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jalan Pemuda Nomor

c) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan dengan pemohon atau pembiayaan. 4) Analisis kredit atau pembiayaan paling