SISTIM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA (APLIKASI MINI PLANT PTKI)
O L E H
NAMA : MURSYID NIM : 005203014
PROGRAM DIPLOMA IV
TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
SISTIM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA (APLIKASI MINI PLANT PTKI)
Disusun Oleh : Ketua Program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik
Fakultas Teknik USU
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
kuasa dan kehendak-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Karya
Akhir ini dengan baik.
Karya Akhir ini dibuat sebagai syarat kelulusan program Diploma IV
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyusun Karya Akhir ini dengan judul “ Sistim Proteksi Pada
Motor Induksi Tiga Phasa ”
Dalam melakukan penulisan Karya Akhir ini penulis banyak sekali
menemui kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan
kerja keras yang dilakukan akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Armansyah Ginting, M. Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Ba’afai, selaku Ketua Program Diploma IV
Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hasdari Helmi, MT, selaku Sekretaris Program Diploma IV
Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik, Fakultas Teknik
4. Bapak Ir. T. Ahri Bachriun, Msc, selaku Koordinator Program Diploma IV
Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Djendanari Sembiring selaku Dosen Pembimbing penulis dalam
menyusun buku Karya Akhir ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Universitas Sumatera Utara dan
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI).
7. Yang tecinta kedua orang tuaku, yang telah memberikan do’a dan
dukungan materi pada penulis
8. Seluruh keluarga dan kerabat yang telah memberikan masukan dan saran
pada penulis selama ini.
9. Teman-temanku Mahasiswa / i khususnya stambuk “2000” TIP D-IV
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun buku Karya Akhir ini penulis menyadari bahwa buku ini
belum sempurna dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi ilmu pengetahuan
dan tata bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
demi lebih baiknya buku Karya Akhir ini.
Akhir kata, segala bantuan dan budi baik yang penulis dapatkan, penulis
menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan
ridho dan rahmad-NYA. Semoga buku Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
Medan, November 2007
Penulis,
DAFTAR ISI
II.3. Komponen – Komponen Pengaman dan Pengendali Motor ... 7
II.4. Komponen Pengaman ... 8
II.4.1. MCCB ( Moulded Case Circuit Breaker) ... 9
II.4.2. Thermal OverLoad Relay (TOR) ... 10
II.5. Komponen Kendali ... 11
II.5.2. Time Delay Relay ... 14
II.6. Gangguan – Gangguan Yang Terjadi Pada Motor Induksi Tiga Phasa ... 14
II.6.1. Gangguan Beban Lebih ... 15
II.6.2. Proteksi Beban Lebih ... 16
II.6.3. Gangguan Salah Satu Phasa Terputus ... 16
II.6.4. Proteksi Bila salah Satu Phasa Terputus ... 17
II.6.5. Gangguan Hubung Singkat ... 18
II.6.6. Proteksi Gangguan Hubung Singkat ... 18
Bab III DASAR TEORI ... III.1. Pengertian Dari Sistim Proteksi ... 20
III.1.1. Syarat Relay Pengaman ... 22
III.1.2. Macam Relay Pengaman ... 23
III.1.2.1. Relay Elektromagnetis ... 23
III.1.2.2. Relay Waktu ... 24
III.1.2.3. Relay Panas ... 25
III.1.3. Sekring (Fuse) ... 27
III.1.4. Contactor Magnet ... 28
III.1.5. Push Button (Saklar Tekan) ... 33
III.2. Pengertian Motor Induksi ... 35
III.2.1. Prinsip Medan Putar ... 36
Bab IV HASIL PERCOBAAN ...
IV.1 Hasil Percobaan ... 39
IV.2 Keadaan Terpasang Sistim Proteksi Pada Motor
Induksi Tiga Phasa ... 40
IV.3 Cara Kerja ... 42
Bab V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ... 44
V.2 Saran ... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Komponen Pengaman dan Pengendali Motor ... 8
Gambar II.2 Karakteristik Arus – Waktu MCCB ... 10
Gambar II.3 Wiring Diagram Thermal Overload Relay ... 6
Gambar II.4 Wiring Diagram Magnetric Contactor ... 12
Gambar II.5.a. Relay Kendali ... 13
Gambar II.5.b. Time Delay Relay ... 13
Gambar III.1 Relay Elektromagnetic ... 24
Gambar III..2 Bentuk Konstruksi Relay Thermal ... 26
Gambar III..3 Sekring HRC ... 27
Gambar III..4 Karakteristik Waktu Terhadap Arus ... 28
Gambar III..5 Bagian – bagian Dari Contactor Magnetic ... 29
Gambar III.6. Simbol dari Kontak – Kontak ... 30
Gambar III.7. Rangkaian Dasar Menggunakan Contactor Magnet ... 32
Gambar III.8. Push Button ... 33
Gambar III.9.a. Push Button Type ON ... 34
Gambar III.9.b. Push Button Type OFF ... 34
Gambar III.10. Bagian Utama Motor Induksi ... 35
Gambar III.11. Prinsip Medan Putar ... 36
Abstrak
Motor induksi tiga phasa beroperasi berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Pada motor induksi tiga phasa sering terjadi gangguan-gangguan
yang menyebabkan motor tersebut tidak bisa bekerja dengan baik.
Gangguan-gangguan yang terjadi antara lain Gangguan-gangguan beban lebih, Gangguan-gangguan hubung
singkat, dan gangguan phasa ke phasa. Untuk memproteksi terjadinya
gangguan-gangguan tersebut maka perlu adanya suatu peralatan yang dapat memproteksi
atau melindungi motor dari gangguan-gangguan tersebut yaitu dengan
menggunakan peralatan antara lain rele, kontaktor magnet, saklar dan lain-lain.
Dengan menggunakan alat-alat proteksi tersebut maka motor induksi tiga phasa
Abstrak
Motor induksi tiga phasa beroperasi berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Pada motor induksi tiga phasa sering terjadi gangguan-gangguan
yang menyebabkan motor tersebut tidak bisa bekerja dengan baik.
Gangguan-gangguan yang terjadi antara lain Gangguan-gangguan beban lebih, Gangguan-gangguan hubung
singkat, dan gangguan phasa ke phasa. Untuk memproteksi terjadinya
gangguan-gangguan tersebut maka perlu adanya suatu peralatan yang dapat memproteksi
atau melindungi motor dari gangguan-gangguan tersebut yaitu dengan
menggunakan peralatan antara lain rele, kontaktor magnet, saklar dan lain-lain.
Dengan menggunakan alat-alat proteksi tersebut maka motor induksi tiga phasa
Abstrak
Motor induksi tiga phasa beroperasi berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Pada motor induksi tiga phasa sering terjadi gangguan-gangguan
yang menyebabkan motor tersebut tidak bisa bekerja dengan baik.
Gangguan-gangguan yang terjadi antara lain Gangguan-gangguan beban lebih, Gangguan-gangguan hubung
singkat, dan gangguan phasa ke phasa. Untuk memproteksi terjadinya
gangguan-gangguan tersebut maka perlu adanya suatu peralatan yang dapat memproteksi
atau melindungi motor dari gangguan-gangguan tersebut yaitu dengan
menggunakan peralatan antara lain rele, kontaktor magnet, saklar dan lain-lain.
Dengan menggunakan alat-alat proteksi tersebut maka motor induksi tiga phasa
Abstrak
Motor induksi tiga phasa beroperasi berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Pada motor induksi tiga phasa sering terjadi gangguan-gangguan
yang menyebabkan motor tersebut tidak bisa bekerja dengan baik.
Gangguan-gangguan yang terjadi antara lain Gangguan-gangguan beban lebih, Gangguan-gangguan hubung
singkat, dan gangguan phasa ke phasa. Untuk memproteksi terjadinya
gangguan-gangguan tersebut maka perlu adanya suatu peralatan yang dapat memproteksi
atau melindungi motor dari gangguan-gangguan tersebut yaitu dengan
menggunakan peralatan antara lain rele, kontaktor magnet, saklar dan lain-lain.
Dengan menggunakan alat-alat proteksi tersebut maka motor induksi tiga phasa
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penulisan
Pada saat ini perkembangan dibidang industri maju dengan pesat sehingga
dengan demikian kebutuhan akan energi listrik juga akan semakin meningkat.
Energi listrik tersebut dapat dikonversikan ke bentuk energi lain, seperti dari
energi listrik menjadi energi mekanik (gerak) dengan menggunakan motor listrik.
Penggunaan motor induksi juga digunakan pada industri sebagai
penggerak suatu proses produksi. Disamping itu kebutuhan akan motor induksi
telah memasuki hampir semua segi kehidupan, antara lain transportasi,
komunikasi, informasi, serta juga pendidikan. Penggunaan motor induksi juga
suatu hal yang perlu diketahui agar tepat guna sesuai keinginan kita. Untuk
memenuhi pasaran dunia industri yang kian maju dan beraneka ragam bentuk dan
kegunaanya maka kita harus terus bekerja dan berpikir untuk memberikan yang
terbaik.
Mengingat bahwa pada motor induksi kemungkinan timbulnya gangguan
selalu ada, yang dapat berupa gangguan dari dalam (internal), berupa gangguan
dari phasa ke phasa atau antara belitan phasa itu sendiri dan harus diamankan
Bahaya yang disebabkan oleh gangguan tersebut dapat merusak laminasi-
laminasi inti motor dan gangguan yang dari luar (external) seperti pertambahan
beban secara tiba- tiba yang melebihi kapasitas yang dibolehkan (overload)
dibiarkan akan menimbulkan kerusakan pada motor induksi, sehingga motor
induksi dalam operasinya juga memerlukan alat proteksi pada motor induksi
tersebut.
Karena itu penulis tertarik untuk mempelajari dan membahas mengenai
sistem proteksi pada motor induksi dengan judul “ SISTEM PROTEKSI PADA
MOTOR INDUKSI TIGA PHASA “
I.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya akhir adalah :
Merupakan kewajiban penulis sebagai mahasiswa menyusun karya akhir
guna menyelesaikan studinya dan meraih gelar Sarjana Sains Terapan pada
Fakultas Teknik Program Diploma IV UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Dan juga memperdalam wawasan penulis dalam beberapa hal tentang
Motor Induksi Tiga Phasa.
I.3. Rumusan Masalah
Proteksi Motor Induksi Tiga Phasa dilakukan untuk melindungi motor dari
gangguan – gangguan yang terjadi dari motor induksi itu sendiri. Maka yang
1.Bagaimana keadaan terpasang sistem proteksi pada motor induksi tiga
phasa dan mekanisme cara kerjanya.
2.Bagaimana penyebab terjadinya gangguan sistem proteksi pada motor
indiksi tiga phasa.
I.4. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan pembahasan tentang proteksi pada motor induksi
tiga phasa, maka penulis membatasi bahasan Karya Akhir ini mengenai
pemasangan sistem proteksi bertujuan agar motor induksi dapat beroperasi dalam
batas ukuran kerja yang telah ditetapkan dan mengamankannya apabila melebihi
batas.
I.5. Tinjauan Pustaka
Pada motor induksi tiga phasa terdapat belitan/kumparan stator, jika pada
kumparan tersebut diberi tegangan bolak-balik tiga phasa maka arus akan
mengalir pada kumparan tersebut, sehingga menimbulkan medan putar
(garis-garis gaya fluksi) yang berputar dengan kecepatan sinkron dan akan mengikuti
persamaan :
timbul gaya gerak listrik atau tegangan induksi.arus yang mengalir pada
penghantar rotormyang berada dalam medan magnit berputar dari stator,maka
pada penghantar rotor tersebut timbul gaya-gaya yang berpasangan dan
berlawanan arah,gaya tersebut menimbulkan torsi yang cendrung memutar
rotornya, rotor akan berputar dengan kecepatan putar (nr) mengikuti putaran
medan putar stator (ns)
Seperti telah dijelaskan diatas, tegangan induksi timbul karena
terpotongnya batang konduktor ( rotor) oleh medan putar stator, artinya agar
tegangan terinduksi diperlukan adanya tegangan relative antara kecepatan medan
putar stator (ns) dengan kecepatan putar rotor (ns), perbedaan antara kecepatan nr
dan ns disebut slip (S) yang besarnya :
pada kumparan jangkar rotor , dengan demikian tidak dihasilkan kopel . Jadi
kopel motor timbul bila Nr lebih kecil dari dari Ns, dimana Slip = 1
I.6. Metode Penulisan
Dalam metode penulisan karya akhir ini penulis akan menjelaskan isi dari
tiap- tiap bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan karya akhir,
rumusan masalah, batasan masalah, tinjauan pustaka, dan metode
Bab II : Dasar Teori
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran permasalahan, materi
peralatan.
Bab III : Pembahasan
Pada bab ini akan menjelaskan pembahasan pokok sistem proteksi pada
motor induksi tiga phasa.
Bab IV : Analisa Pembahasan
Pada bab ini akan menerangkan hasil analisa pembahasan.
Bab V : Penutup
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dari karya
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Gambaran Masalah
Penggunaan proteksi dalam bidang kelistrikan mencakup segi yang luas.
Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi
yang digunakan. Ini disebabkan karena semakin besarnya sistem akan semakin
banyak pula gangguan yang mungkin terjadi.
Bertitik tolak dalam pemikiran di atas, maka penulis membahas sebagian
proteksi dari sistem pada motor induksi tiga phasa. Dalam hal ini sistem
pemasangan proteksi bertujuan agar motor induksi dapat beroperasi dalam batas
ukuran kerja yang telah ditetapkan dan mengamankannya apabila melebihi batas.
Rele proteksi merupakan salah satu peralatan listrik yang mempunyai peranan
dalam pengamanan sistem peralatan elektris. Pemasangan rele proteksi pada
motor induksi dimaksudkan agar terhindar dari gangguan-gangguan yang dapat
mengaganggu operasinya. Dengan demikian motor induksi dapat memberikan
pelayanan yang baik.
II.2. Pengaman
Sistem pengaman pada motor induksi merupakan salah satu sarana
penelitian yang dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan mengenai
Dimana cakupan yang dimaksud penulis adalah sistem pengaman pada
motor-motor listrik dan peralatan yang digunakan.
Sebuah relay pengaman harus tahan dan mampu dalam mengalirkan dan
memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal adalah arus
yang mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Relay adalah suatu peralatan listrik
yang berfungsi untuk melindungi, mumutuskan atau menghubungkan satu
rangkaian listrik dengan rangkaian listrik lainnya, yang bekerja secara otomatis
dan dapat dipakai sebagai kontrol jarak jauh.
Relay bekerja berdasarkan panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh arus
yang mengalir melalui elemen-elemen pemanas bimetal. Dari sifat perlengkungan
bimetal akibat panas yang ditimbulkan, bimetal ini akan menggerakkan
kontak-kontak mekanis pemutus rangkaian listrik.
Relay akan bekerja apabila ada besaran listrik yang mengalir melalului
peralatan tersebut. Besaran-besaran yang bukan besaran listrik yang mengalir
melalui peralatan tersebut. Besaran-besaran yang bukan besaran listrik dirubah
dulu menjadi besaran listrik. Relay mempunyai kontak-kontak normal membuka
(normally open) dan normal menutup (normally close). Setiap sistem pengaman
berfungsi untuk mengisolir bagian yang terganggu.
II.2.1. Komponen-Komponen Pengaman Dan Pengendali Motor
Berbagai macam komponen pengaman dan pengendali pada sebuah
Gambar II.1.Komponen Pengaman Dan Pengendali Motor
II.2.2. Komponen Pengaman
Komponen-komponen pengaman minimum pada sebuah motor
listrik adalah pengaman hubung singkat dan pengaman beban lebih. Untuk
pengaman hubung singkat biasanya digunakan pemutus daya atau sekring
(fuse), sedangkan untuk pengaman beban lebih digunakan Thermal
Overlad Relay. Pemutus daya yang banyak digunakan adalah MCCB
(Moulded case Circuit Breaker).
Komponen-komponen pengaman yang lain adalah:
- Pengaman thermis
II.2.2.1. Mccb (Moulded Case Circuit Breaker)
MCCB terdiri dari:
Peralatan pengsaklaran
Pemadaman busur api
Pengetripan
Dirakit dalam satu unit dan dimuat dalam kotak cetakan tahan panas dan
bususr api.
MCCB dapat secara tomatis memutuskan rangkaian seketika bila terjadi
hubung singkat atau beban lebih. Karena karakteristik perilakunya baik
dan mempunyai kapasitas pemutusan arus besar dibandingkan dengan
saklar konvensional yang terdiri dari kombinasi saklar pisau dan sekring,
iasecara luas dipergunakan sebagai pemutus daya untuk panel distribusi
dan control dari peralatan listrik pada suatu bangunan, mesin industri dan
sebagainya.
Pemutus daya untuk tegangan rendah, (600 volt atau kurang) dibuat
dengan merek: Moulded Case Circuit Breaker, Fuse Free Breaker, dan No
Guse Breaker. Pemtuus daya dapat dikelompokkan sebagai tipe
elektromagnetik termal dan tipe elektromagnetik penuh. Rating arus
nominal MCCB (dalam ampere) adalah sebagai berikut : 10; 15; 15; 20;
30; 40; 50; 60; 75; 100; 125; 150; 175; 200; 225; 250; 300; 350; 400; 500;
600; 700; 800 A. Contoh karakteristik arus-waktu dari sebuah MCCB
Gambar II.2.. Karakteristik arus-waktu MCCB
II.2.2.2. Thermal Overload Relay
Thermal Overload Relay (TOR) digunakan untuk mengamankan
motor listrik terhadap beban lebih. Rele ini bekerja berdasarkan efek
thermal dari arus listrik. Jika arus yang mengalir dalam TOR ini melebihi
nilai setelannya akan terjadi pemutusan yang waktunya tergantung kepada
arus. Makin besar arus ini, makin singkat waktu pemutusannya. Pemutusan
diperlambat secara thermis, misalnya dengan menggunakan elemen
dwilogam. Elemen-elemen dwilogam tersebut dipasang di dalam TOR.
Kalau arus melalui TOR ini terlalu besar, elemen-elemen tersebut akan
menjadi bengkok sehingga saklarnya akan membuka.
Elemen-elemen dwilogam ini dapat dipanaskan secara langsung
atau secara tidak langsung. Pada pemanasan langsung arus mengalir
melalui elemen dwilogam sedangkan pada pemanasan tidak langsung arus
mengalir melalui kawat tahanan yang dililitkan pada elemen dwilogam.
Cara yang terakhir ini digunakan untuk arus-arus kecil. Wiring diagram
Gambar. II.3. Wiring diagram thermal overload relay
II.3. KOMPONEN KENDALI
Terdiri dari:
a. Magnetic Contactor
b. Relay kendali
c. Time Delay Relay (timer)
d. Berbagai macam switch:
Push-button switch,
Pressure switch,
Flow switch,
Level switch,
Proximity switch, limit switch, dan lain-lain.
II.3.1. Magnetic Contactor dan Rele Kontrol
Magnetic Contactor dapat dipergunakan pada rangkaian:
Pengasutan
Pengereman
Magnetic contactor mempunyai kemampuan untuk pengsaklaran arus lebih
seperti arus asut motor, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk
memutus arus abnormal seperti dalam hal hubung singkat motor. Alat lain
yang mempunyai prinsip kerja dan kegunaan yang hamper sama adalah
rele control. Bedanya rele control digunakan untuk arus kecil. Wiring
diagram magnetic contactor dan rele control masing-masing ditunjukkan
pada Gambar II.4 dan II.5.a.
Gambar II.4. wiring diagram magnetic contactor
Dengan menggunakan magnetic contactor:
Memungkinkan beberapa operasi motor listrik atau peralatan listrik
lainnya dilaksanakan dari satu atau lebih tempat,
Rangkaian control dapat diinterlock untuk mencegah kesalahan dan
bahaya operasi,
Peralatan control dapat dipasang pada tempat yang jauh,
Kontrol otomatis dan semi otomatis dapat dilakukan
Untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan penggunaan
magnetic contactor yang sesuai untuk berbagai macam dan jenis ekerjaan
category yang terdapat pada catalog yang diterbitkan oleh pabrik pembuat
magnetic contactor tersebut. Utilization category yang dimaksud adalah:
AC 1 : Non inductive loads (resistive load)
AC 2 : Startong, plugging (slip ring motor)
AC 3 : Starting, stopping (squirrel cage motor)
AC 4 : Starting, plugging, inching (squirrel cage motor)
Utilization category AC 3 merupakan kategori untuk standard duty
sedangkan AC 2, dan AC 4 merupakan category heavy duty. Disamping
itu, hal ini yang menjadi dasar dari pemilihan magnetic contactor antara
lain adalah:
Rated operating current (Ie)
Tegangan nominal kumparan
Jumlah auxiliary contact
II.3.2 .Time Delay Relay
Prinsip kerja dan kegunaan dari time delay relay mirip rele kontrol,
bedanya kontak-kontak time deay reay tidak langsung bekerja ketika
kumparannya diberi tegangan melainkan tertunda kerjanya sesuai dengan
setelan waktunya. Wiring diagram time delay relay ditunjukkan pada
Gambar II.5.b.
II.4. Gangguan - Gangguan Yang Terjadi Terhadap Sistem
Proteksi Pada Motor Induksi Tiga Phasa
Pada prinsipnya setiap peralatan, baik peralatan mekanis, elektris dan lain
sebagainya tidak akan luput dari gangguan. Khusunya pada peralatan eletris,
seperti motor-notor listrik, generator, jaringan transmisi distribusi, manusia selalu
berusaha mengamankan peralatan tersebut dari gangguan. Ini disebabkan karena
peralatan itu sendiri mempunyai harga yang mahal.
Makin mahal suatu peralatan, maka pengaman yang dilakukan juga
semakin banyak, demi menjaga peralatan tersebut dari kerusakan terutama pada
peralatan-peralatan fital penggunaannya. Oleh karena itu selalu dibutuhkan suatu
peralatan pengaman yang jauh lebih baik dari yang telah ada. Jalan pemikiran ini
juga berhubungan dengan teloah semakin berkembangnya peralatan elektronik
yang digunakan pada perelatan elektrik, sehingga pada perbedaan yang timbul
antara bidang elektronik dengan bidang listrik yang semakin sempit, bahkan telah
berbaur sama sekali.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa gangguan yang terdapat khusus pada
digunakan pada motor tersebut sebagai pengaman. Dengan demikian diharapkan
motor tidak akan mengalami kerusakan.
II.4.1. Gangguan Beban Lebih
Gangguan ini dapat terjadi, disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan pda
poros motor. Pembebanan yang berlebihan disini, dimakdudkan adalah
pembebanan yang dilakukan pada motor melebihi kemampuannya. Seperti kita
ketahui, suatu motor listrk, dalam pembuatannya telah direncanakan sedemikian
rupa untuk bekerja pada batas-batas yang telah ditentukan seperti tegangan arus
dan dayanya. Besaran-besaran ini dikenal dengan teraan (rating) dari motor.
Dengan bekerjanya motor pada beban lebih, berarti motor harus memberikan
daya pada beban melebihi dari daya mempunya sendiri. Dan keadaan ini sama
dengan semakin besarnya motor menarik arus dari jala-jala / sumber daya listrik,
melebihi dari rating arusnya. Rating arus ini sebanding dengan penampang
konduktor yang digunakan pada kumparannya. Jadi, bila kapasitas arus yang telah
ditentukan pada konduktor dilampaui, maka akan dapat mengakibatkan kerusakan
pada kumparan motor.
Pada motor-motor kenaikan dari arus ratingnya ini juga dapat menimbulkan
panas yang berlebihan pada kumparannya. Ini berhubungan erat dengan daya
tahan panas isolasi kumparan. Oleh sebab itu, pada motor-motor besar, disamping
pengaman yang dilakukan pada arus lebih, juga dilakukan pada panas yang
II.4.1.1. Proteksi Beban Lebih
Biasanya, untuk mengamankan motor induksi yang bekerja dibawah tegangan
1000 Volt AC dari beban lebih, digunakan bimetal over load protection
(Proteksi beban lebih bentuk bimetal).
Proteksi ini bekerja karena adanya panas yang disebabkan oleh beban lebih.
Seperti kita ketahui yang dimaksud dengan beban lebih adalah arus yang
mengalir pada motor melebihi dari harga nominalnya. Jadi bimetal relay
mendapt pana lngsung dari arus tersebut dan ini dapat distel pada range
tertentu. Penyetelan ada yang dapat secara otomatis atau secara manual. Pada
motor-motor besar biasanya relay ini dihubungkan dengan kumparan sekunder
dari trafo arusnya.
II.4.1.2. Gangguan Salah Satu Phasanya Terputus
Gangguan seperti ini biasanya jarang terjadi bila perawatan suplaynya
dilakkan dengan baik. Namun dalam keadaan cuaca buruk seperti badai, hujan,
salju, angin kencang dan sebagainy, kemungkinan timbulnya gangguan akan
semakin besar. Sebab keadan cuaca seperti di atas dapat menimbulkan terputusnya
salah satu phasa. Akibat salah satu phasanya terputus, arus pada phasa lainnya
akan naik menjadi 3 kali. Kenaikan arus ini dapat merusak isolasi kumparan,
karena suatu isolasi mempunyai batas arus tertentu. Lewat batas yang ditentukan
maka kemungkinan isolasi akan menjadi kontak satu sama lainnya. Bila ini terjadi
II.4.1.3 Proteksi Gangguan Bila Salah Satu Phasanya Terputus
Proteksi ini dimaksudkan untuk mengamankan motor dari kerusakan
apabila suatu motor induksi tiga phasa sedang bekerja, salah satu phasanya putus.
Keadaan ini menimbulkan suatu ketidak seimbangan phasa karena daya yang
disuplay ke motor hanya ada dua kumparan, ini akan mengakibatkan panas yang
cukup besar pada motor.
Terputusnya salah satu phasa pada motor induksi tiga phasa yng sedang
berputar akan mengakibatkan arus pada statornya menjadi tidak seimbang dan
menimbulkan panas yang berlebihan pada motor. Untuk motor-motor ukuran
kecil, hal ini tidak menjadi masalah dan pengamannya cukup menggunakan relay
thermal. Berbeda halnya dengan motor-motor besar (50 HP keatas), keadaan ini
dapat merusak isolasi pada kumparan motor akibat panas yang ditimbulkan oleh
kejadian diatas cukup tinggi. Oleh sebab itu, terputusnya salah satu phasa pada
motor induksi tiga phasa yang sedang bekerja perlu proteksi.
Selama salah satu phasanya terputus besar arus pada phasa yang tidak
terganggu akan naik menjadi 3 kali. Kenaikan arus ini kan menimbulkan panas
pada motor serta ketidak seimbangan pada arus rotor, sehingga pada stator muncul
arus negatif. Komponen arus ini menimbulkan medan putar yang baru, yang
arahnya berlawanan dengan medan putar utamanya.
Dengan demikian ada dua komponen arus dengan frekwensi yang berbeda,
diinduksikan ke body motor dan konduktor rotor. Untuk mengatasi hal ini, maka
motor harus dilengkapi dengan proteksi arus negatif (negatif sequence current
II.4.2. Gangguan Hubungan Singkat
Gangguan hubungan singkat disini dimaksudkan adalah terjadi hubungan
singkat antara kumparan. Gangguan ini dapat terjadi karena kerusakan isolasi
pada kumparan. Seperti yang telah diuraikan diatas akibat salah satu phasanya
terputus maka pada phasa yang sehat, terjadi kenaikan arus sebesar 3 kali. Dan
ini dapat mengakibatkan tembusnya isolasi sehingga fungsi sebagai konduktor
yang akan menghubungkan satu kumparan dengan kumparan lainnya. Hal ini
karena isolasi menerima panas yang berlebihan, akibat beban lebih panas ini akan
merubah sifat kimia dari isolasi, yang tadi padat berubah menjadi cair. Panas ini
juga dapat menimbulkan hubungan singkat pda kumparan. Gangguan hubungan
singkat akan menimbulkan arus yang besar pada konduktor kumparan yang dapat
merusak kumparan tersebut.
Oleh sebab itu pada motor-motor listrik umumnya dan pada motor induksi
khusunya, gangguan ini harus dicegah sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan atau menimbulkan kerusakan pada motor.
II.4.2.1. Proteksi Gangguan Hubungan Singkat
Alat proteksi ini dihubungkan pada motor, pada masing-masing phasany
antara feeder dengan motor. Kadang-kadang untuk mendapatkan keandalan yang
lebih tinggi. Proteksi hubungan singkat ini di koordinasikan dengan suatu proteksi
beban lebih. Range arus pada proteksi beban lebih ini biasanya di stel antara 1,5
sampai dengan 10 kali arus rating (untuk sesaat), dapat dikategorikan sebagai arus
Untuk proteksi arus hubungan singkat, dapat dipilih satu dari beberapa
bentuk dibawah ini, yaitu :
1. HRC (High Repturing Capacity) fuse
2. Relay hubung singkat yang dikombinasikan dengan CB (Circuit Breaker).
3. Setting over current relay yang bekerja seketika untuk membuka Circuit
Breaker.
Dari ketiga jenis diatas, pengguanaan HRC fuse sebagai proteksi. Dan ini
akan memperoleh penggunaan circuit breaker yang ekonomis, karena hanya
BAB III
DASAR TEORI
III.1. Pengertian dari Sistem Proteksi
Proteksi adalah alat yang berfungsi untuk mengamankan suatu peralatan
dari kerusakan akibat adanya gangguan. Beberapa gangguan yang terdapat pada
motor induksi tiga phasa antara lain :
1.Gangguan Beban Lebih
2.Gangguan Hubungan Singkat
3.Gangguan Phasa ke Phasa, dan Lain-lain
Dengan mengetahui jenis-jenis gangguan tersebut dapatlah ditentukan
jenis proteksi yang akan digunakan untuk mengamankan motor induksi dari
gangguan di atas. Di samping itu jenis proteksi pada motor juga tergantung pada
switchgear yang digunakan untuk kontrolnya seperti start, stop, variasi putaran
dan lain-lain.
Secara umum proteksi utama motor-motor listrik adalah :
1.Proteksi beban lebih menimbulkan panas (thermal over load protection)
2.Proteksi arus hubungan singkat (short circuitprotection)
Dan alat proteksi yang terdapat pada switchgear yang digunakan untuk kontaktor
motor adalah :
1. Kontaktor stster dengan HRC (High Repturing Capasity) fuse dan thermal over
load relay.
Perbedaan keduanya adalah hanya kontaktor dan sekering (fuse), biasanya
digunakan untuk proteksi motor yang berkapasitas 100 volt. Sedangkan pemutus
daya (circuit breaker) digunakan untuk proteksi listrik yang besar dengan
kapasitas sekitar 1500 Hp dan rating tegangan 3 KV.
Selain itu umumnya kontaktor digunakan untuk membatasi arus yang
mengalir sekitar 6 kali arus rating. Rating arus adalah besar arus yang harganya
sedikit lebih tinggi dari arus beban penuhnya. Dari circuit breaker yang digunakan
dapat berupa jenis pemutus dengan osolasi udara atau pemutus daya jenis isolasi
minyak (oil break type). Namun yang umum digunakan adalah pemutus daya jenis
isolasi minyak (oil break circuit breaker). Selain proteksi di atas, motor-motor
induksi 3 phasa kadang juga dilengkapi dengan proteksi akibat variasi tegangan.
Dalam memilih proteksi motor-motor tersebut haruslah memenuhi kriteria,
sederhana, peka, dan ekonomis serta proteksi tidak akan bekerja selama start dan
batas beban lebih yang diizinkan.
Pemilihan proteksi dapat ditinjau dari beberapa hal, diantaranya :
1. Ukuran motor seperti rating arus, rating tegangan, dan dayanya.
2. Jenis motor apakah rotor sangkar atau rotor belitan.
3. Jenis starter yang seperti switchgear atau control.
4. Harga motor dan biaya operasinya.
III.1.1. Syarat Relay Pengaman
Relay adalah suatu peralatan listrik yang befungsi untuk melindungi,
memutuskan atau menghubungkan satu rangkaian listrik dengan rangkaian listrik
lainnya, yang bekerja secara otomatis dan dapat dipakai sebagai kontrol jarak
jauh.
Relay akan bekerja apabila ada besaran listrik yang mengalir melalui
peralatan tersebut. Besaran-besaran yang bukan besaran listrik dirubah dulu
menjadi besaran listrik. Relay mempunyai kontak-kontak normal membuka
(normally open) dan normal menutup (normally close). Setiap sistem pengaman
berfungsi untuk mengisolir bagian yang terganggu. Untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan, maka dibutuhkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
antara lain :
1. Keandalan (Reability)
Suatu relay pengaman dirancang untuk mendapatkan beroperasi pada setiap
terjadi gangguan dan dapat diandalkan. Relay pengaman pada umumnya lebih
banyak dalam keadan tidak bekerja. Oleh karena itu untuk mendapatkan
keandalan yang tinggi dari suatu relay pengaman, maka perlu diadakan
pengujian kembali pada saat-saat tertentu agar relay dapat bekerja sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Selektif (Selectivity)
Selektif suatu relay pengaman adalah kemampuan untuk menentukan titik
mana yang terjadi gangguan, sehingga dapat dengan tepat memerintahkan
pemutus beban yang mana harus agar daerah yang terganggu dapat
3. Ketepatan Operasi
Peroteksi dapat bekerja cepat bila adanya gangguan didaerah pengamannya.
Mengisolasi bagian yang terganggu dimaksudkan agar mempercepat
beroperasinya kembali sistem pada keadaan normal dan mengurangi
kemungkinan kerusakan peralatan-peralatan pada istem tersebut. Waktu yang
diperlukan untuk mengisolasi bagian sistem yang terganggu dari sistem
keseluruhan adalah penjumlahan waktu kerja alat pengaman daya (CB). Waktu
kerja alat pengaman adalah waktu sejak terjadinya gangguan sampai saat
menutupnya kontak pada rangkaian pemutus, sehingga waktu pelepasan
pemutus daya adalah waktu sejak, pemutus kontak pada rangkaian pemutus
sampai saat terbukanya pemutus daya.
4. Ekonomis
Relay yang dipergunakan sesederhana mungkin untuk mengurangi biaya,
karena semakin banyak pengaman yang digunakan pada sistem tenaga listrik
akan menyebabkan semakin besarnya biaya. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pengaman secukupnya agar ekonomis, tetapi tidak mengabaikan
faktor-faktor keandalan, kepekaan dan selektif relay tersebut.
III.1.2. Macam-macam Relay Pengaman
III.1.2.1. Relay ElektromagnetisPengaman magnetis adalah suatu sistem pengaman yang digunakan untuk
mengamankan suatu kesalahan dan memutuskan bagian yang hanya mengalami
kesalahan, terutama yang diakibatkan oleh kesalahan arus lebih (hubungan
Relay elektro magnetis digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Relay elektro magnetis primer, pada alat ini arus utama mengalir langsung pada
lilitannya.
b. Relay elektro magnetis sekunder, pada alat ini arus utama mengalir dari
transformator sekunder menuju relay.
Pengaman magnetis juga dapat diatur dalam daerah kerja tertentu, tetapi
daerah pengaturannya lebih sempit bila dibandingkan dengan pengaman bimetal,
ini dapat dilihat pada gambar III.1. dibawah ini
Gambar III.1. Relay Elektromagnetik
III.1.2.2. Relay Waktu
relay waktu atau disebut juga dengan timer bekerja secara elektromagnetik
yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian sesuai dengan
setting waktu yang telah ditentukan.
a. ON Delay
Timer jenis ini jika koilnya diberi tegangan, maka kontak-kontaknya akan
bekerja dengan lambat sesuai dengan waktu yang telah kita setting dan jika
sumber tegangan diputuskan maka kontak-kontaknya akan kembali ke posisi
semula dengan cepat. Timer jenis ini disebut juga relay tunda dengan operasi
lambat.
b. OFF Delay
Untuk jenis ini bila koilnya diberi tegangan, maka kontak-kontaknya langsung
bekerja tanpa penundaan waktu, tetapi jika tegangan diputuskan maka
kontak-kontaknya akan bekerja dengan lambat sesuai waktu yang telah kita setting.
Timer jenis ini disebut dengan operasi cepat.
III.1.2.3. Relay Panas (Relay Thermal)
Relay ini bekerja berdasarkan panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh
arus yang mengalir melalui elemen-elemen pemanas bimetal. Dari sifat
pelengkungan bimetal akibat panas yang ditimbulkan, bimetal ini akan
Bentuk konstruksi dari relay thermal dapat dilihat pada gambar III.2.
dibawah ini.
Gambar III.2. Bentuk Konstruksi Relay Thermal
Keterangan : 1. Reset Mekanis
2. Pengatur Batas Arus
3. Bimetal
4. Pegas Kontak
5. Pendorong Kontak
6. Kontak
Fungsi bagian-bagian dari relay thermal yaitu :
1. Reset mekanis fungsinya untuk membalikkan kedudukan kontak pada posisi
semula dan pengaturan batas arus strip bila terjadi beban lebih.
2. Arus setting (batas arus) sebagai suatu fungsi dari harga arus pada pemanas
3. Bimetal fungsinya untuk menggerakkan kontak-kontak mekanis pada
pemutus rangkaian listrik akibat panas yang disebabkan oleh arus yang
mengalir melalui elemen-elemen pemanas bimetal.
4. Pegas kontak fungsinya untuk mengembalikan kedudukan semula dari
pendorong kontak setelah terjadinya pembebanan lebih.
5. Pendorong kontak fungsinya untuk menghubungkan kontak-kontak akibat
dari pelengkungan bimetal setelah terjadi pembebanan lebih.
6. Kontak fungsinya untuk mengalirkan arus yang masuk dan arus yang keluar.
III.1.3. Sekring (Fuse)
Sekering (pengaman lebur) terbuat dari kawat perak, timah, tembaga serta
kombinasi yang sifatnya isolatif dan sebagai pemutus hubungan. Sekering akan
bekerja apabila terjadi arus lebih pada hubungan singkat, bekerja dengan cara
mekebur apabila arus yang melaluinya melebihi standarisasi (titik leburnya).
Khusus sekering HRC (High Repturing Capacity) yang mempunyai kelas
kerja gL dapat digunakan untuk melindungi rangkaian motor dimana beban lebih
pada waktu yang pendek dapat diterima, seperti terlihat pada gambar III. 3.
dibawah ini.
Waktu yang diperlukan suatu sekering untuk putus dapat digambarkan seperti
pada gambar III. 4. dibawah ini.
Gambar : III.4. Karakteristik Waktu Terhadap Arus
Waktu kerja suatu sekering sangat tergantung pada bahannya, dengan
bahan yang berbeda maka toleransinyapun akan berbeda. Keuntungan dari
penggunaan sekering adalah dapat menghantarkan arus tanpa menimbulkan panas
yang berlebihan.
III.1.4. Kontaktor Magnet
Kontaktor magnet adalah saklar yang digerakkan dengan gaya
kemagnetan. Sebuah kontaktor magnet harus tahan dan mampu dalam
mengalirkan dan memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja
normal adalah arus yang mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Sebuah
kontaktor kumparan magnetnya dapat direncanakan untuk arus searah ataupun
arus bolak-balik. Kontaktor arus bolak-balik pada inti magnetnya dipasang cincin
hubung bsingkat yang gunanya untuk menjaga arus kemagnetan yang kontinyu
bagaimana bentuk dan bagian-bagian utama dari kontaktor magnet dapat dilihat
pada gambar III. 5. dibawah ini.
Gambar : III.5. Bagian-bagian dari kontaktor magnet
Keterangan : 1. Kontak utama yang diam
2. Kontak utama yang bergerak
3. Kumparan magnet
4. Inti magnet
5. Jangkar
Adapun fungsi bagian-bagian utama dari kontaktor magnet adalah :
1. Kontak utama yang diam
Kontak utama yang diam atau normally open (NO) yaitu kontak yang akan
2. Kontak utama yang bergerak
Kontak utama yang bergerak atau normally close (NC) yaitu kontak yang
bergerak membuka apabila pada kumparan magnetnya mendapat tegangan.
3. Kumparan magnet
Kumparan magnet merupakan kumparan yang terdapat pada inti besi yang
diam, apabila diberi tegangan akan timbul gerak gaya magnet.
4. Inti magnet
5. Jangkar
Kontaktor magnet akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85%
dari tegangan kerja, bila tegangan kerja turun maka kontaktor akan bergetar.
Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan tegangan
arusnya. Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak kontrol normal
membuka (NO) dan normal menutup (NC).
Fungsi kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu untuk
rangkaian kontrol dapat dilihat pada gambar II. 6. dibawah ini.
Gambar : III.6. Simbol dari Kontak-kontak
A2
1 1
A1
11 1 3 5 13
Keterangan :
11,12, : Kontak-kontak Bantu NC
1 , 2 : Kontak-kontak Bantu NO
13,14 : Kabel Penghubung
3 , 4 : Kabel Penghubung
5 , 6 : Kabel Penghubung
A1 dan A2 : Konektor - konektor kumparan magnet.
Kontak bantu kontaktor adalah sama dengan kontak utamanya, baik cara
kerja maupun prinsipnya. Namun pada pemakaiannya kontak Bantu digunakan
pada rangkaian utama ( daya ) untuk menghubungkan motor ke jala-jala.
Sedangkan kontak bantu digunakan pada rangkaian control.
Sebuah kontaktor harus tahan dan mampu dalam mengalirkan dan
memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal adalah arus
yang mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Dengan demikian, tegangan terlalu
tinggi pada kumparan kontaktor mengakibatkan berkurangnya umur atau sering
merusakkan kumparan,dan tegangan yang terlalu rendah menyebabkan tekanan
antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi berkurang sehingga dapat
menimbulkan bunga api pada permulaannya yang dapat merusak kontak-kontak.
Kumparan kontaktor memiliki teloransi tegangan normal dari 85% samai 100%
sehingga kumparan magnetnya dapat direncanakan untuk arus searah atau arus
Rangkaian dasar menggunakan kontaktor magnet dapat dilihat pada gambar II.7.
dibawah ini.
Gambar III.7. Rangkaian Dasar Menggunakan Kontaktor Magnet
Alat-Alat
1. Fuse : 1 buah
2. Push Button : 1 buah
3. Kontaktor Magnet : 1 buah
4. Thermal Over Load : 1 buah
5. Lampu Pijar : 2 buah
6. Kabel Penghubung
FUSE
OFF
ON
NO NO NC
III.1.5. Push Button (Saklar Tekan)
Push Button atau sering juga disebut dengan kontak tekan adalah
merupakan saklar yang sering dipergunakan dalam pengontrolan motor-motor
listrik dengan mempergunakan relay dan kontaktor magnetik. Push Button ON,
NC dan kombinasi NO dan NC sering dijumpai dalam rangkaian kontrol suatu
motor listrik yang mempergunakan relay dan kontaktor magnetik. Push Button ini
dioperasikan dengan manual dengan menekan tombol operasinya. Dapat dilihat
pada gambar III. 8. dibawah ini.
Gambar.III.8. Push Button
Adapun penggolongan jenis-jenis Push Button dibagi atas 4 bagian antara lain:
a. Push Button ON
b. Push Button OFF
c. Push Button ON-OFF
Keempat jenis ini sering dipergunakan dalam kontrol motor listrik yang
dikombinasikan dengan kontak bantu relay maupun kontaktor magnetik. Push
Button type ON identik dengan kontak bantu NO dari kontaktor. Push Button type
OFF identik dengan gabungan kontak NO dan NC dari pada kontaktor.
Push Button ini dioperasikan secara manual dengan menekan tombol
operasinya. Selama tombol operasi tersebut tetap ditekan maka tombolnya akan
tetap bekerja, tetapi bila tombol operasi dilepas maka tombolnya akan kembali
pada posisi normalnya. Berikut ini diperlihatkan Push Button type ON dan type
OFF pada gambar III. 9a dan 9b. dibawah ini :
Gambar .III.9.a. Push Button Type ON
G
B. Pengertian Motor Induksi Tiga Phasa
Motor induksi tiga phasa beroperasi berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, sesuai dengan konstruksinya maka motor ini terdiri dari dua
bagian, yaitu Stator dan Rotor. Bagian yang diam (stator) dihubungkan dengan
sumber daya 3 phasa, sedangkan bagian berputar (rotor) memperoleh tegangan
berdasarkan induksi dari statornya.
Demikian halnya dengan motor induksi, kumparan statornya sama dengan
mesin sinkron. Sedangkan kumparan rotornya dapat berupa rotor belitan dan rotor
sangkar (Squirrel Cage Rotor) seperti yang di perlihatkan oleh gambar II. 10.
dibawah ini.
Gambar .III.10. Bagian Utama Motor Induksi
Motor induksi rotor belitan mempunyai rotor yang terdiri dari
belitan-belitan kumparan yang di hubungkan 3 phasa dengan jumlah kutub yang sama
dengan jumlah kutub pada statornya. Pada motor ini penambahan tahanan luar
pada kumparannya dapat dilakukan karena ujung-ujung kumparannya dalam
III.2.1. Prinsip Medan Putar
Perputaran motor pada mesin-mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh
adanya medan putar yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini
terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam phasa banyak, umumnya
phasa 3. hubungan dapat berupa hubungan Y atau hubungan delta. Disini akan
dijelaskan bagaimana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar-gambar
dibawah ini :
Gambar : III.11. Medan Putar pada Kumparan Stator
Misalkan kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 phasa, dengan
masing-masing berbeda phasa 1200 (lihat Gbr. a) dan dilari arus sinusiodal. Distribusi
pada keadaan t1, t2, t3 dan t4 fluksi resultan yang timbul oleh
kumparan-kumparan tersebut adalah seperti Gbr. (c), (d), (e) dan (f) masing-masing, dimana
pada t1 fluksi resultan mempunyai arah yang sama terhadap arah fluksi yang
dihasilkan oleh kumparan a-a, sedangkan pada t2, fluksi resultannya mempunyai
arah yang sama terhadap arah fluksi yang dihasilkan oleh kumparan c-c dan t3
sama dengan fluksi yang dihasilkan oleh kumparan b-b. untuk t4, fluksi
resultannya adalah berlawanan arahnya dengan fluksi resultan yang dihasilkan
pada saat t1. dari gambar-gambar (c), (daerah), (e) dan (f) tersebut terlihat bahwa
fluksi resultan berjalan (berputar), sehingga untuk satu cycle dari pada arus, fluksi
III.2.2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja motor induksi tiga phasa berdasarkan induksi
elektromagnetis, yakni bila belitan/ kumparan stator diberi sumber tegangan
bolak- balik tiga phasa maka arus akan mengalir pada kumparan tersebut,
menimbulkan medan putar (garis - garis gaya fluks)yang berputar dengan
kecepatan sinkron dan akan mengikuti persamaan :
rpm p
f Ns120
dimana :
Ns : Kecepatan Medan Putar Stator
f : frekuensi
p : Banyaknya kutub
garis – garis gaya fluks dari stator tersebut yang berputar akan memotong
penghantar – penghantar rotor sehingga pada penghantar – penghantar tersebut
timbul Elektro Motor Forces (EMF) atau tagangan induksi.
Berhubung kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup maka pada
kumparan tersebut mengalir arus. Arus yang mengalir pada penghantar rotor yang
berada dalam medan magnit berputar dari stator, maka pada penghantar rotor
tersebut timbul gaya – gaya yang berpasangan dan berlawanan arah, gaya tersebut
menimbulkan torsi yang cenderung memutar rotornya, rotor akan berputar dengan
kecepatan putar (nr) mengikuti putaran medan putar stator (ns). bila torsi yang
dibangkitkan lebih besar dari torsi beban maka rotor akan berputar ( TSt > TL )
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
IV.1. Hasil Percobaan
Dalam pelaksanaan Percobaan di laboratorium Teknik Tenaga Listrik
PTKI Medan, khususnya dalam bidang sistem proteksi pada motor induksi tiga
phasa. Penulis mendapat data-data yang berkaitan dengan judul karya akhir.
Adapun data-data teknis peralatan yang berkaitan dalam hal ini adalah :
1. Motor induksi tiga phasa
- Merek : Matshuhita Electric Industrial Co.Ltd
3. Kontaktor Magnet
- Merek : Mitshubhisi S – N12
- Regulasi Tegangan : 2,5% (tegangan rata-rata)
- Sirkuit Tenaga : Setengah gelombang terkontrol SCR
- Batas : 173 – 250 Volt AC
IV.2. Keadaan Terpasang sistem proteksi pada motor induksi tiga
phasa
Suatu sistem pengaman pada motor terdiri dari beberapa komponen yang
membentuk suatu konfigurasi, dimana masing-masing komponen sistem
mempunyai hubungan timbal balik yang bekerja satu sama lainnya untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan.
Pada prinsipnya relay dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap
motor dari kerusakan akibat hal-hal yang tidak diinginkan. Relay juga dirancang
cepat memutuskan beban mana yang harus bekerja dan yang tidak agar daerah
yang terganggua dapat dilokalosir.
Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan cara kerja dari masing-masing
rangkaian pada skema rangkaian dari sistem proteksi (pengaman) pada motor
induksi. Dapat dilihat pada gambar IV.1. dibawah ini.
2
Keterangan Gambar :
1. Sekering (Fuse)
2. Tombol OFF
3. Tombol ON
4. Normally Open (NO)
5. Normally Close (NC)
6. Kontaktor Magnet
7. Koil
8. Kontak Over Load
9. Over Load
10. Motor Induksi
IV.3. Cara Kerja :
1. Tombol ON (3) ditekan, maka kontaktor magnet (6) akan mendapat daya dan
kontak membuka NO (4) akan menutup seiring dengan kontak menutup NC
(5) yang menjadi terbuka kontaknya akibat dari gaya kemagnetan yang terjadi.
Lalu melewati koil (7) dan over load (9). Arus yang melewati kontak ovr load
(8) akan menuju motor. Akibatnya motor (10) akan berputar karena adanya
arus yang masuk.
2. Tombol OFF (2) ditekan maka sumber arus daya akan berhenti mengalir
karena koil, megnet kontaktor (7) tidak mendapat sumber tegangan atau arus,
akibatnya kontak membuka NO (4) yang sebelumnya menutup akan membuka
kembali seiring dengan kontak menutup NC (5) yang sebelumnya terbuka
3. Apabila terjadi gangguan pada sistem rangkaian ataupun pada motor (10)
maka dengan cepat over load (9) akan memutus hubugan arus yang menuju
motor (10). Pemutusan ini terjadi karena bimetal yang ada didalam relay
thermal (8) menjadi panas akibat arus yang berlebih, maka bimetal akan
melengkung. Dengan melengkungnya bimetal tersebut akan mendorong
pendorong kontak yang ada didalam relay thermal (8) tersebut, maka
pendorong kontak akan dengan cepet memutuskan hubungan arus yang
BAB V
KESIMPULAN
V.1. KESIMPULAN
1
.
Dari hasil percobaan yang dilakukan apabila terjadi gangguan pada rangkain ataupun pada motor induksi maka dengan cepat over load akan memutus arusyang menuju motor,ini terjdai karena bimetal yang ada dalam relay thermal
menjadi panas akibat arus yang berlebih sehingga bimetal melengkung maka
akan mendorong pendorong kontak yang ada didalam reley thermal sehingga
dengan cepat memutuskan arus menuju motor.
2. Dari hasil percobaan yang dilakukan ternyata sistem proteksi pada motor
induksi tiga phasa yang baik adalah dengan menggunakan over load relay
sangat efektif dan efisien untuk pengaman motor induksi tiga phasa.
V.2. Saran
1.
Untuk menghindari kerusakan pada peralatan sebaiknya penngunaan pengamanlebih di tingkatkan.
2. Dalam hal perawatan motor dan peralatan lainnya hendaknya dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
1. William D. Stevenson, JR. Analisa Sistem Tenaga Listrik, Edisi Ke Empat,
1984
2. Sunil. S. Rao. Switchanger and Protection, Khanno Publiuser, 8 th Edition,
New Delhi, 1986
3. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB, 1986
4. Dr,- Ing. K. T. Sirait dan Ir. Parouli Pakpahan, Proteksi Sistem tenaga, Bagian
I
5. Ir. Mansyur, Msi, Diktat Teknik Tenaga Listrik, PTKI Medan