• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Debit Aliran Sungai dan Sedimen Melayang serta Arahan Penggunaan Lahan pada Tiga Outlet Sub DAS di Kawasan Hulu DAS Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Debit Aliran Sungai dan Sedimen Melayang serta Arahan Penggunaan Lahan pada Tiga Outlet Sub DAS di Kawasan Hulu DAS Padang"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DAN SEDIMEN MELAYANG SERTA

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN PADA TIGA OUTLET

SUB DAS DI KAWASAN HULU DAS PADANG

SKRIPSI

OLEH :

HALIK BARUTU 060303026 Ilmu Tanah

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KAJIAN DEBIT ALIRAN SUNGAI DAN SEDIMEN MELAYANG SERTA

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN PADA TIGA OUTLET

SUB DAS DI KAWASAN HULU DAS PADANG

SKRIPSI

OLEH :

HALIK BARUTU 060303026 Ilmu Tanah

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

Kemala Sari Lubis SP, MP

Ir. Mukhlis, MSi

(3)

ABSTRAK

Penelitian survey tiga sub DAS Padang yaitu sub Das Padang, sub Das Sibarau dan sub Das Padang Hilir untuk mengukur besarnya muatan sedimen, debit aliran sungai, konsentrasi sedimen serta menetapkan arahan penggunaan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai agustus 2010.

Hasil penenelitian menunjukkan besarnya Debit sedimen pada sub DAS Padang sebesar 893.546 mg/detik, sub DAS Sibarau sebesar 454.303 mg/detik dan sub DAS Padang Hilir sebesar 547.213 mg/detik. Debit aliran sungai pada sub DAS Padang sebesar 66.231m3/detik, sub DAS Sibarau sebesar 20.734 m3/detik dan sub DAS Padang Hilir sebesar 31.396 m3/detik. Konsentrasi sedimen pada sub DAS Padang sebesar 156.15 mg/liter, sub DAS Sibarau sebesar 253.6 mg/liter dan sub DAS Padang Hilir sebesar 53.213 mg/liter serta Arah penggunaan lahan di beberapa sub DAS di kawasan DAS Padang sesuai untuk tanaman tahunan dan tanaman musiman.penelitian ini memberi informasi tentang tingkat sedimen, debit air, konsentrasi sedimen serta arahan penggunaan lahan pada tiga sub DAS Padang.

(4)

ABSTRACT

Research survey three sub of DAS Padang that is sub of DAS Padang, sub of DAS Sibarau and sub of DAS Padang Hilir to measure the level of sediment debit, river flow debit, sediment concentration and also specify the instruction of land usage. This research is executed at from may until august of 2010.

Result of research show the level of sediment Debit of sub of DAS Padang equal to 893.546 mg/s, sub of DAS Sibarau equal to 454.303 mg/s and sub of DAS Padang Hilir equal to 547.213 mg/s. River flow debit at sub of DAS Padang equal to 66.231m3/s, sub of DAS Sibarau equal to 20.734 m3/s and sub of DAS Padang Hilir equal to 31.396 m3/s. Sediment concentration at sub of DAS Padang equal to 156.15 mg/l, sub of DAS Sibarau equal to 253.6 mg/l and sub of DAS Padang Hilir equal to 53.213mg/l and also land usage instruction in some sub DAS area of DAS Padang is suitable for annual and seasonal crop. The research give the information about sediment level, water debit, sediment concentration and also instruction of land usage at the three sub of DAS Padang.

(5)

RIWAYAT HIDUP

HALIK BARUTU, dilahirkan di bahrakkey pada tanggal 12 oktober 1986

anak dari ayahanda sarifuddin berutu dan kanneria sihotang. Penulis merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara.

Adapun riwayat pendidikan yang pernah ditempuh adalah :

• SD Negeri 106869 Mariah Nagur Kab Simalungun tahun 1993 s/d 1999

• SLTP Negeri 2 Tapian Dolok Kab. Simalungun tahun 1999 s/d 2002

• SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Kab. Simalungun

tahun 2002 s/d 2005

• Masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB tahun 2006 di

Fakultas Pertaniaan Departemen Ilmu Tanah dengan minat study

Konservasi Tanah dan Air.

Adapun kegiatan yang diikuti penulis selama berada di fakultas pertanian

adalah :

• Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA)

• Anggota Organisasi Warung Sahiva Universitas Sumatera Utara

• Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Pakpak (IMPAK)

• Anggota Organisasi Satuan Mahasiswa Pemuda Pancasila

(SATMA PP) Universitas Sumatera Utara

• Pengurus Pengajian Al-Bayan Departemen Ilmu Tanah Fakultas

(6)

• Mengikuti Pelatihan HIV/AIDS Warung Sahiva Universitas Sumatera

Utara di Sibolangit 24 s/d 26 Oktober 2008

• Mengikuti Seminar dan Lokakarya Membudidayakan Tindakan

Konservasi Sumber Daya Alam pada setiap Aspek Kehidupan di

Universitas Sumatera Utara, 31 januari 2009

• Mengikuti Pendidikan Sebaya Warung Sahiva Universitas Sumatera

Utara di Sibolangit, 21 s/d 22 februri 2009

• Mengikuti pelatihan Koncelor Warung Sahiva Universitas Sumatera

Utara di Sibolangit, 25 s/d 26 april 2009

• Koncelor dalam penyuluhan HIV/AIDS se-kota Medan. Pamerintah

Kota Medan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 16 s/d 20

Desember 2009

• Melaksanakan Praktek Kerja Lapanagan (PKL) di Pusat Penelitian

Kelapa Sawit (PPKS) Marihat. P. Siantar. Juni s/d juli 2009.

• Mengikuti Sosialisasi Peningkatan Peranserta Mahasiswa dalam

Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Melalui Kegiatan

Safari Daur Ulang Limbah (SADARILAH), di Kampus Universitas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari

Sekripsi ini adalah “Kajian Debit Aliran Sungai dan Sedimen Melayang serta Arahan Penggunaan Lahan pada Tiga Outlet Sub DAS di Kawasan Hulu DAS Padang”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mungucapkan banyak terimakasih kepada

Ibu Kemala Sari Lubis, SP, MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Ir.Mukhlis, MSi, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu

saran dan kritik penulisa harapkan demi kesempurnaan skripsi di masa yang akan

datang.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhri kata penulis

ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

Tujuan Penelitian ...3

Kegunaan Penelitian ...3

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) ...4

Definisi DAS berdasarkan Fungsi ...7

Sedimen, Hasil Sedimen dan Larutan Sedimen ...7

Debit Aliran ...9

Perhitungan Debit Aliran Sungai ...11

Beberapa Hasil Penelitian terhadap Nilai Debit Sedimen Melayang ...11

Arahan Penggunaan Lahan ...12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...16

Bahan dan Alat Penelitian ...17

Metode Penelitian ...17

Pelaksanaan Penelitian ...17

Kegiatan di Lapangan ...17

Kegiatan di laboratorium ...19

Analisis Data ...20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...22

(9)

Konsentrasi Sedimen dan Debit Sedimen ...28 Arahan Penggunaan Lahan...28 Pembahasan ...30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...34 Saran ...34

(10)

DARTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi dan Bobot Kemiringan Lereng, kepekaan Tanah

Terhadap Erosi dan Intensitas Hujan Rata-Rata ...13

2. Contoh Arahan RLKT untuk masing-masing Kawasan ...15

3. Kualitas Lingkungan berdasarkan Konsentrasi Sedimen

Melayang ...21

4. Koordinat, Ketinggian dan Vegetasi di Lokasi Pengambilan

Contoh Air ...24

5. Kualitas Sedimen Melayang dan Dasar Sungai di Beberapa

sub DAS di Kawasan DAS Padang ...26

6. Hubungan Luas Penampang Sungai dengan Debit Sedimen ...27

7. Hubungan Konsentrasi Sedimen dengan Debit Sedimen...28

8. Koordinat, kemiringan Lereng, Tingkat Kepekan Erosi,

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Daur Hidrologi ...6

2. Penyebaran Kecepatan Vertical Aliran Sungai (Asdak, 2001) ...10

3. Lokasi Penelitian ...16

4. Perwilayahan Sub DAS Padang ...23

5. Aliran Sub DAS Pdang Hilir (Kotamadya Tebing Tinggi) ...25

6. Aliran sub DAS Sibarau Kec.Naga Kesiangan ...25

(12)

ABSTRAK

Penelitian survey tiga sub DAS Padang yaitu sub Das Padang, sub Das Sibarau dan sub Das Padang Hilir untuk mengukur besarnya muatan sedimen, debit aliran sungai, konsentrasi sedimen serta menetapkan arahan penggunaan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai agustus 2010.

Hasil penenelitian menunjukkan besarnya Debit sedimen pada sub DAS Padang sebesar 893.546 mg/detik, sub DAS Sibarau sebesar 454.303 mg/detik dan sub DAS Padang Hilir sebesar 547.213 mg/detik. Debit aliran sungai pada sub DAS Padang sebesar 66.231m3/detik, sub DAS Sibarau sebesar 20.734 m3/detik dan sub DAS Padang Hilir sebesar 31.396 m3/detik. Konsentrasi sedimen pada sub DAS Padang sebesar 156.15 mg/liter, sub DAS Sibarau sebesar 253.6 mg/liter dan sub DAS Padang Hilir sebesar 53.213 mg/liter serta Arah penggunaan lahan di beberapa sub DAS di kawasan DAS Padang sesuai untuk tanaman tahunan dan tanaman musiman.penelitian ini memberi informasi tentang tingkat sedimen, debit air, konsentrasi sedimen serta arahan penggunaan lahan pada tiga sub DAS Padang.

(13)

ABSTRACT

Research survey three sub of DAS Padang that is sub of DAS Padang, sub of DAS Sibarau and sub of DAS Padang Hilir to measure the level of sediment debit, river flow debit, sediment concentration and also specify the instruction of land usage. This research is executed at from may until august of 2010.

Result of research show the level of sediment Debit of sub of DAS Padang equal to 893.546 mg/s, sub of DAS Sibarau equal to 454.303 mg/s and sub of DAS Padang Hilir equal to 547.213 mg/s. River flow debit at sub of DAS Padang equal to 66.231m3/s, sub of DAS Sibarau equal to 20.734 m3/s and sub of DAS Padang Hilir equal to 31.396 m3/s. Sediment concentration at sub of DAS Padang equal to 156.15 mg/l, sub of DAS Sibarau equal to 253.6 mg/l and sub of DAS Padang Hilir equal to 53.213mg/l and also land usage instruction in some sub DAS area of DAS Padang is suitable for annual and seasonal crop. The research give the information about sediment level, water debit, sediment concentration and also instruction of land usage at the three sub of DAS Padang.

(14)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Visi nasional pengembangan sumber daya air adalah pembangunan air

yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan rakyat.

Dapat dikatakan bahwa filosofi penanganan sumber daya air adalah bahwa air

merupakan faktor utama dalam hidup manusia dan kelangsungannya, harus diatur

dan digunakan dengan sebaiknya, sehingga dapat berguna sesuai fungsinya dan

terpelihara (Kodoatie. 2005). Bagian hulu daerah aliran sungai merupakan daerah

tangkapan air (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan

hidup makhluk hidup. Namun bila lahan tempat air tersimpan sudah terganggu

atau mengalami degradasi maka simpanan air akan berkurang dan mempengaruhi

debit sungai di sekilar lahan itu berada dan pengaruhnya selanjutnya akan

mengganggu keseimbangan dalam keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup

yang tinggal di kawasan DAS tersebut. Biasanya akibat yang sering timbul adalah

terjadinya banjir di bagian hilir daerah aliran sungai.

Bagian hulu DAS Padang mengalir lima anak sungai (sub-sub DAS) yang

mengalir membelah lahan-lahan pemukiman penduduk. kebun sawit, kebun

campuran, semak-semak dan areal persawahan. Sub-sub DAS ini sangat berperan

untuk kelangsungan hidup penduduk yang mendiami kawasan hulu DAS Padang

tersebut. Adapun di sekitar anak sungai yang lebih lebar sudah merupakan areal

(15)

penggunaan lahan baik pada lahan peruntukan kelapa sawit, kebun campuran

maupun semak-semak (< 3,5%) (Lubis, 2010). Untuk mengatasi hal ini perlu

kiranya dilakukan kajian terhadap muatan sedimen, debit sungai dan arahan

penggunaan lahan untuk mengetahui sejauh mana perubahan penggunaan lahan di

kawasan hulu DAS Padang mempengaruhi resapan air di hulu DAS Padang.

Peningkatan muatan sedimen di permukaan sungai mempengaruhi debit suatu

sungai. Penumpukan sedimen di dasar sungai menyebabkan debit sungai akan

menurun. Penumpukan sedimen yang semakin tinggi berpotensi mengurangi

kapasitas tampung sungai terhadap air hujan yang berintensitas besar terutama di

musim hujan. Hal ini dapat memicu terjadinya banjir pada waktu musim hujan di

bagian hilir DAS. Keadaan ini sudah terjadi di kawasan hilir DAS Padang

(Kotamadya Tebing Tinggi), sewaktu musim hujan meskipun intensitas hujan

tidak besar namun sering terjadi banjir di Kotamadya Tebing Tinggi. Arahan

penggunaan lahan merupakan strategi yang penting dalam menentukan

penggunaan lahan di beberapa sub DAS pada kawasan hulu DAS Padang dalam

upaya meningkatkan resapan air di kawasan hulu DAS Padang dan mengatasi

penumpukan sedimen akibat erosi pada permukaan lahan. Sebagai dampak

selanjutnya arahan penggunaan lahan dapat berfungsi mengurangi bahaya banjir

(16)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

a. Mengukur besarnya debit sedimen pada tiga sub DAS di hulu DAS Padang.

b. Mengukur besarnya debit aliran sungai pada tiga sub DAS di hulu DAS

Padang.

c. Mengukur besarnya konsentrasi sedimen pada tiga sub DAS di hulu DAS

Padang.

d. Menetapkan arahan penggunaan lahan dan konservasi tanah pada tiga sub

DAS di kawasan hulu DAS Padang.

Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi sejauh mana konsentrasi sedimen mempengaruhi

kualitas lingkungan di kawasan hulu DAS Padang.

b. Memberikan informasi sedimen dan debit aliran sungai pada tiga sub DAS di

kawasan hulu DAS Padang.

c. Memberikan informasi arahan penggunaan lahan dan konsevasi tanah dan air

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai

Pada daerah aliran sungai terdapal berbagai macam penggunaan lahan,

misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola. Pengelolaan DAS merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan pemerintah untuk

memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu

DAS. Dari namanya. DAS menggambarkan bahwa sungai atau air merupakan

faktor yang sangat penting dalam pengelolaan DAS karena air menunjang

kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya. Masalah pada daerah aliran

sungai (DAS) yang utama berhubungan dengan jumlah (kuantitas) dan mutu

(kualitas) air. Air sungai menjadi berkurang (kekeringan) atau menjadi terlalu

banyak (banjir) menggambarkan jumlah air. Daerah aliran sungai adalah daerah

yang dibatasi punggung-punggung gunung sehingga air hujan yang jatuh pada

daerah tersebut akan ditampung dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke

sungai utama (Asdak, 2001).

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan

satu kawasan dengan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang

berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih

terpengaruh aktifitas daratan (UU No.7/2004 Pasal 1). Dalam pendefinisian DAS

(18)

masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa

cara seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Konsep daur hidrologi DAS

menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk

kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi yang kemudian

akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah

hulu. tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS

bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti

penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya

kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk

perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam

sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu

mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini

antara lain dari segi fungsi tatar air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu

seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan

(19)

Sumber:Inunky (2010)

Gambar 1: Daur Hidrologi

Menurut asdak (2001), dari segi fisik indikator untuk mengetahui normal

tidaknya suatu DAS dapat dilihat dari beberapa hal, dimana suatu DAS

dikategorikan dalam kondisi baik apabila memiliki ciri sebebagai berikut :

a. Koefisiensi air larikan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya

air larikan terhadap besarnya curah hujan, berfluktuasi secara normal,

dalam artian nilai C dari sungai utama di DAS yang bersangkutan

cenderung kurang lebih sama dari tahun ke tahun.

b. Nisbah debit maksimum (Q max/Q min) relatif stabil dari tahun ke tahun.

c. Tidak banyak terjadi perubahan koefisien arah pada kurva kadar lumpur

(20)

Definisi DAS Berdasarkan Fungsi

Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh

dalam pengolahan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai

DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi

konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar

tidak terdegradasi. Yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan.

vegetasi lahan DAS, kualitas air. kemampuan menyimpan air (debit), dan curah

hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai

yang dikelola umum dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi. yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,

kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada

prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai waduk dan danau. ketiga DAS

bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk

dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi. yang

diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,

ketinggian curah hujan. dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta

pengelolaan air limbah (Asdak, 2001)

Sedimen, Hasil Sedimen dan Larutan Sedimen

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi

parit atau jenis tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah

kaki bukit, di daerah genangan banjir, disaluran air sungai dan waduk

(21)

Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari

erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada priode watu dan

tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen

terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di

dalam waduk. Hasil sedimen tergantung pada besarnya erosi total di DAS/sub

DAS dan tergantung pada transpor partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut

keluar dari daerah tangkapan air DAS/sub DAS. Produksi sedimen umumnya

mengacu kepada besarnya laju sedimen yang mengalir melewati satu titik

pengamatan tertentu dalam satu sistem DAS. Tidak semua tanah yang tererosi di

permukaan daerah tangkapan air akan sampai ke titik pengamatan. Sebagian tanah

tererosi tersebut akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan tanah, di

kaki-kaki lereng dan bentuk-bentuk penampungan sedimen lainnya

(Asdak, 2001). Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka berlangsunglah

transpor sedimen. Kecepatan transpor sedimen merupakan fungsi dari kecepatan

aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Besarnya ukuran sedimen yang

terangkut aliran air ditentukan oleh interaksi faktor-faktor sebagai berikut : ukuran

sedimen yang masuk ke badan sungai/saluran air, karakteristik saluran, debit dan

karakteristik fisik partikel sedimen. Besarnya sedimen yang masuk sungai dan

besarnya debit ditentukan oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan cara

bercocok tanam di daerah tangkapan air yang merupakan asal datangnya sedimen.

Transpor sedimen di sungai-sungai tergantung dari banyak variabel yang saling

berhubungan. Tidak ada satu persamaan yang bisa diaplikasikan untuk semua

(22)

kondisi harus dipenuhi oleh setiap partikel sedimen yang melalui penampang

melintang tertentu dari suatu sungai yakni:

1. Partikel tersebut merupakan hasil erosi di daerah pengaliran di potongan

melintang itu

2. Partikel tersebut terbawa oleh aliran dari tempat erosi terjadi menuju

penampang melintang itu.

Larutan sedimen merupakan salah satu karakteristik fisik perairan

(alamiah) yang dianggap penting. Larutan sedimen yang sebagian besar terdiri

atas larutan Lumpur dan beberapa bentuk koloida-koloida dari berbagai material

inilah yang seringkali mempengaruhi kualitas air dalam kaitannya dengan

pemanfaatan sumberdaya air untuk kehidupan manusia dan bagi kehidupan

organisme akuatik lainnya. Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan

sedimen pada suatu DAS menunjukkan bahwa hasil sediment pada DAS

Alo-Pohu Gorontalo secara signifikan dipengaruhi oleh debit aliran, luas DAS,

persentase tanah terbuka dan kerapatan drainase. Besarnya hasil sediment adalah

38,68 ton/ha/tahun. Nisbah pelepasan sediment di DAS Alo-Pohu secara

signifikan dipengaruhi debit aliran (Lihawa, 2007).

Debit Aliran

Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang

melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistemn

satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satu meter kubik per detik (m3/detik).

(23)

besar yang dijumpai di pulau-pulau Jawa. Pengukuran debit aliran yang paling

sederhana dapat dilakukan dengan metode apung (floating method). Caranya

dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran

sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung

tersebut bergerak dari satu titik ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan.

Benda apung yang dapat digunakan aliran sungai. Pemilihan tempat pengukuran

sebaiknya pada bagian sungai yang relative lurus ditentukan sekurang-kurangnya

yang memberikan waktu perjalanan 20 detik. Pengukuran dilakukan beberapa kali

sehingga dapat diperoleh angka kecepatan aliran rata-rata yang memadai.

Besarnya kecepatan aliran sungai (Vperm dalam m/dtk) adalah : V perm = L/T

(persamaan 1), dimana L = jarak antara dua titik pengamantan (m) dan t = waktu

perjalanan benda apung (detik). Untuk kedalaman yang berbeda dihitung

kecepatan aliran sungai terlebih dahulu pada kedalaman yang berbeda, selanjutnya

dijumlahkan dan dibagi dua. Secara skematis penyebaran kecepatan vertical dapat

dilihat pada Gambar 2 berikut :

V1 kedalaman 0,2 V2 kedalaman 0,6

V3 kedalaman 0,8

(24)

Perhitungan Debit Aliran Sungai

Perhitungan debit aliran sungai total dengan memanfaatkan Gambar 2 di

atas. Langkah-langkah adalah sebagai berikut :

1. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap bagian pengukuran

dengan cara menjumlahkan nilai pengamatan pada kedalaman 0,2 dan 0,8

kemudian dibagi dua.

2. Nilai yang diperoleh pada nomor 1 kemudian dikalikan dengan luas bagian

penampang melintang yang besangkutan (ABCD). Luas (ABCD)

diperoleh sebagai haisl perkalian kedalaman EF dan lebar permukaan

sungai AB.

3. Jumlahkan nilai debit yang diperoleh dari masing-masing bagian

penampang melintang yang ditetapkan.

(Asdak, 2001).

Beberapa Hasil Penelitian terhadap Nilai Debit Sedimen Melayang

Hasil penelitian pada empat outlet pada DAS Teluk Balikpapan

menunjukkan bahwa debit sediment melayang pada keempat outlet sungai-sungai

yang bermuara ke Teluk Balikpapan dari yang terbesar sampai dengan terkcil

berturut-turut yaitu Sungai Semoi sekitar 26.050,752 g/detik = (2.250,785

ton/hari), Sungai Riko sekitar 4.526,886 g/detik (= 391,123 ton/hari), g/detik

(= 6,763 ton/hari). Nilai debit sedimen melayang pada outlet sungai-sungai

(25)

sesuai dengan potensi daya dukungnya, bahkan ditambah lagi oleh kondisi fisik

jenis tanahnya yang didominasi oleh jenis tanah acrisols dan Arenosols (Ultisols)

yang bersifat sangat peka terhadap erosi, dominasi topografi yang bergelombang

sampai berbukit, curah hujan tahunan yang relatif tinggi dan pola jaringan sungai

sebagian besar berbentuk seperti percabangan pohon (dendritic pattern) yang

bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai (Kelompok Kerja Erosi dan

Sedimentasi, 2002).

Arahan Pengunaan Lahan

Arahan penggunan lahan sesuai dengan kemampuannya merupakan salah

satu pola rehabilitas lahan dan konservasi tanah (RLKT) dan salah satu strategi

konservasi tanah yang diterapkan oleh Departemen Kehutanan. Arahan

penggunaan lahan ditetapkan berdasarkan kriteria dan tata cara penetapan hutan

lindung dan hutan produksi adalah berkaitan dengan karakteristik fisik DAS

seperti berikut ini.

1. Kemiringan lereng

2. Jenis tanah menurut kepekaanya terhadap erosi

3. Curah hujan harian rata-rata

Untuk karakteristik DAS yang terdiri dari kemiringan lereng, jenis tanah

dan curah hujan harian rata-rata pada setiap satuan lahan perlu diklasifiksi dan

diberi bobot (skor) seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut. Penetapan

pengunaan lahan setiap satuan lahan ke dalam suatu kawasan fungsional

dilakukan dengan menjumlahkan skor ketiga faktor tersebut di atas dengan

mempertimbangkan keadaan setempat. Dengan cara demikian dapat dihasilkan

(26)

Tabel 1. Klasifikasi dan Bobot Kemiringan Lereng, Kepekaan Tanah terhadap Erosi dan Intensitas Hujan Harian Rata-rata

Karakteristik Kelas Skor

1 : Aluvial, Planosol, Hidromorof kelabu, Laterik (tidak peka)

2 : Latosol (agak peka)

3 : Tanah hutan coklat, tnaah mediteran (sedang) 4 : Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol, Podsolic

(peka)

5 : Regosol, litosol, organosol, renzina (sangat peka)

15

1 : 13,6 mm/hari (sangat rendah) 2 : 13,6 – 20,7 mm/hari (rendah)

Sumber : Asdak, (2001)

Berikut ini adalah kriteria yang digunakan oleh BRLKT (Badan

Rehabilitasi dan Konservasi Tanah) Departemen Kehutanan untuk menentukan

status kawasan bedasarkan fungsinya.

1. Kawasan Lindung

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga faktor fisiknya sama dengan atau

lebih besar dari 175 dan memenuhi salah satu atau beberapa syarat di bawah

ini :

a. Mempunyai kemiringan lereng > 45%

b. Tanah dengan klasifikais sangat peka terhadap erosi dan mempunyai

(27)

c. Merupakan jalur pengaman aliran sungai, sekurang-kurangnya 100 m di

kiri –kanan alur sungai.

d. Meruepakan pelindung mata air, yaitu 200 m dari pusat mata air.

e. Berada pada ketinggian > 2.000 dpl.

f. Guna nkepentingan khusus dan ditetapkan oleh Pemerintah sebagai

kawasan pelindung.

2. Kawasan Penyangga

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga faktor fisik antara 125-174 serta

memenuhi kriteria umum sebagai berikut :

a. Keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya pertanian

secara ekonomis.

b. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan

penyangga.

c. Tidak merugikan dari segi ekologi/lingkungan hidup.

3. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

Satuan lahan dengan jumlah skor ketiga faktor fisik < 124 serta sesuai untuk

dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (tanaman perkebunan, tanaman

industri) selain itu, areal terdsebut harus memenuhi kriteria umum untuk

kawasan penyangga.

4. Kawasan Budidaya Tanaman Musiman

Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya

tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat, dan tanah negara

(28)

Bentuk kegiatan RLKT secara umum untuk setiap kawasan tercantum pada Tabel

2 berikut.

Tabel 2. Contoh Arahan RLKT untuk Masing-Masing Kawasan

Kawasan Alternatif Kegiatan

Vegetatif Mekanik

Kawasan lindung (skor 175)

Reboisasi, hutan rakyat, perlindungan sungai, mata air, dan jurang pohon penyekat api

Dam pengendali/enahan Terucuk

Teras, saluran air Drainase

Kawasan budidaya tahunan (skor < 124)

Reboisasi, perkebunan, musiman (skor < 124)

Tanaman dalam jalur, tanaman dalam kontur, tanaman campuran

Dam pengendali/penahan Terucuk, teras, saluran pembungan

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan DAS Padang yakni pada sub DAS

Padang, sub DAS Sibarau dan Sub DAS Padang Hilir yang dimulai pada bulan

Mei Sampai Agustus 2010. Peta lokasi sub DAS Padang padat dilihat pada

gambar 3 berikut.

Gambar 3: Lokasi Penelitian

(30)

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh air pada tiga sub

DAS yang diambil menggunakan rekayasa alat depth-intergrating suspended

sediment sampler.

Peralatan yang digunakan meliputi Peta DAS Padang, Peta penggunaan

lahan DAS Padang, Peta Kemiringan Lereng DAS Padang, data curah hujan

untuk mengghitung skor , meteran 50 m, botol penampung, galah penyangga,

kertas saring, oven, GPS, stop watch, klinometer, buku dan alat tulis.

Metoda Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode survey terhadap Debit Air,

Sedimen, konsentrasi Sedimen dan Arah Penggunaan Lahan di tiga sub DAS

Padang yaitu sub DAS Padang, sub DAS Sibarau, dan sub DAS Padang Hilir.

Pelaksanaan Penelitian

1. Kegiatan di Lapangan

Penelitian di lapangan meliputi :

a. Penentuan lokasi outlet DAS, koordinat outlet DAS, ketinggian di atas

permukaan laut serta kemiringan lereng.

b. Penentuan kecepatan aliran sungai berdasarkan jarak aliran per detik

pada dua outlet DAS yang akan diambil sedimennya. Caranya dengan

(31)

benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik

pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang dapat

digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja

sepanjang dapat terapung dalam aliran sungai. Jarak antara dua titik

pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang-sekurangnya yang

memberikan waktu perjalanan selama 20 detik. Pengukuran dilakukan

beberapa kali sehingga dapat diperoleh angka kecepatan aliran rata-rata

yang memadai. Besarnya kecepatan aliran rata-rata yang memadai.

c. Penentuan luas penampang basah pada dua outlet DAS. Luas

penampang basah diperoleh sebagai hasil perkalian kedalaman EF dan

lebar sungai AB.

d. Pengambilan contoh sedimen

Pengambilan sampel air melalui modifikasi alat sediment sampler

U.S.D.H 48. Mekanisme kerja yakni depth intergrating suspended

sediment sampler. Alat ini terdiri atas botol penampung air yang akan

ditentukan konsentrasi sedimennya, galah penyangga untuk menahan

agar botol penampung air atau sedimen sampler dapat tetap

ditempatnya. Alat tersebut juga dilengkapi dengan dua labang, lubang

pertama untuk tempat masuknya sampel air dan lubang lainnya adalah

untuk buangan udara dalam botol. Pada bagian ekor terdapat alat

seperti sirip yang berfungsi mengarahkan lubang penampung air agar

selalu mengarah ke arah datangnya aliran air. Pada cara pengukuran

muatan sedimen dengan teknik depth integrating, alat ukur sedimen

(32)

aliran sungai dengan gerakan ke bawah dan ditarik kembali ke atas

dengan kecepatan gerak yang sama. Besarnya sampel air untuk sekali

pengukuran diusahkan kurang lebih 2/3 isi botol (Gordon, et al, 1992

dalam Asdak, 2001).

e. Pengukuran Debit Aliran Sungai

Debit aliran sungai diperoleh dengan cara pengukuran luas

penampang basah limpasan air sungai dan kecepatan limpasan air

sungai pada masing-masing outlet DAS yang telah ditentukan, yang

perhitungannya menggunakan persamaan umum DAS (Chow, 1959)

yaitu :

Q = V A

Dimana : Q = debit limpasan air sungai (m/detik),

V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik),

A = luas penamang basah limpasan air sungai (m2)

2. Kegiatan di Laboratorium

Penelitian di laboratorium meliputi:

a. Pengukuran persentase muatan sedimen Hasil pengambilan sampel

sedimen dianalisis di laboratorium. Sampel air tersebut disaring

dengan mengunakan kertas saring dengan ukuran yang sesuai dengan

tingkat akurasi data yang diinginkan selanjutnya sampel air yang telah

disaring tersebut dikeringkan dengan mengunakan oven. Sedimen

(33)

Cs = (G2 – G1) / V

Dimana:

Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)

G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg) G1 = berat kertas filter (mg) dan V= volume cotoh sedimen (liter)

b. Prediksi laju sedimentasi Laju sedimentasi dapat diprediksi dengan

mengunakan persamaan debit sedimen Qs (gram/detik) sebagai

berikut. Adapun persamaan umum hubungan keeratan antara Q dan

Qs (Gregory and Walling, 1976) yaitu :

Qs = Q Cs

Dimana : Qs = debit sedimen air sungai (g/detik)

Q = debit limpasan air sungai (m3/detik) ;

Cs = Konsentrasi sedimen (mg/liter)

3. Analisis Data

a. Data muatan sedimen dan laju sedimentasi dianalisis untuk

mengetahui kategori konsentrasi sedimen melayang pada tiga outlet

DAS tersebut digunakan standar skala kualitas lingkungan

Kep. Men. KLH No. 2/1988 yang disajikan pada Tabel 3..

Tabel 3. Kualitas Lingkungan Berdasarkan Konsentrasi Sedimen Melayang

Lingkungan Komponen Nilai dan Rentangan Sangat

(34)

b. Untuk menentukan arahan penggunaan lahan digunakan metode

skoring dengan menjumlahkan skor pada tiga karakteristik lahan di

dua sub DAS yakni skor kemiringan lereng, kepekaan tanah terhadap

erosi dan skor intensitas curah hujan harian rata-rata. Selanjutnya

jumlah skor diplotkan menurut kriteria kawasan yang ditetapkan oleh

Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) Departemen

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian tingkat Debit Aliran Sungai dan Sedimen Melayang dan Arahan

Penggunaan Lahan pada dua Outlet Sub DAS Di Kawasan Hulu DAS Padang

dilalukan di tiga titik sampel, dimana masing-masing titik sampel mewakili setiap

outlet. Masing-masing sampel tersebut adalah :

1. Sampel I di Desa Buluh Duri, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang

Bedagai, mewakili sub DAS Padang.

2. Sampel II di Desa naga kesiangan kecamatan tebing tinggi kabupaten

serdang bedagai, mewakili sub DAS Sibarau

3. Sampel III dikawasan kota Tebing Tinggi, mewakili sub DAS Padang

(36)
(37)

Karakteristik Lahan pada Tiga Lokasi Pengambilan Sampel Air pada Tiga Sub DAS Padang

Pengambilan contoh air dilakukan pada tiga sub DAS yakni sub DAS

Padang, sub DAS Sibarau dan sub DAS Padang Hilir. Lokasi pengambilan sampel

air di sub DAS ditentukan menurut koordinat, ketinggian di atas permukaan laut

dan vegetasi yang ada di sekitar aliran sungai seperti tertera pada Tabel 4

berikut :

Tabel 4. Koordinat, Ketinggian dan Vegetasi Lokasi Pengambilan Contoh Air

Lokasi Sub DAS

Koordinat Ketinggian dpl (m)

Vegetasi Dasar sungai

Padang N : 03o11’58,7’’

kawasan DAS Padang Hilir didominasi oleh tanaman perkebunan seperti kelapa

sawit, sedikit tanaman tahunan dan tanaman palawija. Selebihnya adalah tanaman

bambu yang berfungsi sebagai tanaman penyangga di bantaran sungai. Semakin

ke hulu daerah aliran sungai, semakin berkurang areal perkebunan dan lahan

(38)

bahwa semakin ke hilir DAS warna air sungai semakin keruh, hal ini ditandai

dengan dasar sungai berupa lumpur (lihat Gambar 4, 5 dan 6).

(39)

Gambar 7. Aliran Sub DAS Padang (Kec.Batu Nongol)

Konsentrasi Sedimen dan Kualitas Lingkungan Pada Tiga Sub DAS di Padang

Konsentrasi sedimen dari beberapa outlet sub DAS menunjukkan hasil yang

berbeda seperti tertera pada Tabel 4.

Tabel 5. Kualitas Sedimen Melayang dan Dasar Sungai di Beberapa Sub DAS di Kawasan DAS Padang

Lokasi Sub DAS Sampling Konsentrasi Sedimen

Kualitas Lingkungan

Sedimen∗

---(mg/l)---

Padang permukaan 158,3 Sedang

dasar 154,0 Sedang

Sibarau permukaan 149,6 Sedang

dasar 357,6 Agak jelek

Padang Hilir permukaan dasar

199,3 204,3

Sedang Agak jelek

(40)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin ke hilir DAS konsentrasi

sedimen di dasar sungai semakin besar. Konsentrasi sedimen terbesar dijumpai

pada sub DAS Sibarau dan sub DAS Padang Hilir dengan kualitas lingkungan

agak jelek. Sedangkan pada permukaan sungai konsentrasi sedimen di ketiga sub

DAS termasuk sedang. Namun demikian dari konsentrasi sedimen ini dapat

diketahui bahwa pada tiga sub DAS telah terjadi degradasi tanah dengan

meningkatnya konsentrasi sedimen semakin ke hilir.

Luas Penampang Sungai dan Debit Aliran Sungai

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran luas penampang sungai

pada tiga sub DAS berbeda-beda sesuai dengan kedalaman sungai. Pada bagian

hilir DAS Padang (sub DAS Padang Hilir) kedalaman sungai lebih tinggi karena

merupakan titik keluaran (muara) terbesar. Namun demikian debit aliran sungai

tidak terlalu besar dibandingkan debit aliran sungai pada sub DAS Padang.

Tabel 6. Hubungani Luas Penampang Sungai dengan Debit Sedimen

Lokasi Sub DAS Luas Penampang Sungai Debit Aliran Sungai

---(m2)--- ---(m3/detik)---

Padang 46,961 66,231

Sibarau 33,287 20,734

Padang Hilir 53,213 31,396

Kedalaman sungai paling rendah pada sub DAS Sibarau demikian juga

halnya dengan debit aliran sungai. Sebaliknya pada sub DAS Padang debit aliran

sungai paling besar dengan luas penampang yang lebih besar dibandingkan di sub

(41)

Konsentrasi Sedimen dan Debit Sedimen

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi sedimen lebih tingi pada dasar

sungai di kedua sub DAS yakni sub DAS Sibarau dan Padang.

Tabel 7. Konsentrasi Sedimen dengan Debit Sedimen

Sub das Sampling

Konsentrasi

Sedimen Debit Sedimen

---mg/liter--- ---mg/detik---

Padang permukaan 158,3 905,849

dasar 154,0 881,243

Sibarau Permukaan 149,6 267,996

dasar 357,6 640,610

Padang hilir permukaan 199,3 540,240

dasar 204,3 554,187

Pada sub DAS Sibarau dan sub DAS Padang semakin meningkat konsentrasi

sedimen, semakin meningkat debit sedimen. Sebaliknya di sub DAS Padang

Hilir, konsentrasi sedimen dan debit sedimen tidak menunjukkan perbedaan

nyata. Pada ketiga sub DAS tidak terdapat korelasi yang erat antara konsentrasi

sedimen dan debit sedimen.

Arahan Penggunaan Lahan

Berdasarkan data yang diperoleh dengan menghitung total skor setiap

komponen yaitu kemiringan lereng, tingkat kepekaan tanah terhadap erosi dan

(42)

Tabel 8. Koordinat, Kemiringan Lereng, Tingkat Kepekaan Erosi, Intensitas Hujan dan Nilai Skor

Keterangan Padang Sibarau Padang

Hilir

Koordinat N:03o11’58,7’’

E:099o03’27,2’’

sedang Agak peka Agak peka

Skor 45 30 30

Rata-rata Curah Hujan Harian

(mm/hari)

Rendah (15,27) sedang (21,86) Sedang (22,95)

Skor 20 30 30

Total Skor 105 80 80

Dari perhitungan ketiga sub DAS (Padang, Sibarau dan Padang Hilir)

maka ketiga sub DAS memiliki skor <124 maka arahan fungsi lahannya adalah

kawasan budidaya tanaman tahunan dan musiman. Realiasasinya di kawasan

(43)

Pembahasan

Kondisi ketiga bantaran sungai pada sub DAS Padang, Sub DAS Sibarau

dan sub DAS Padang hilir hampir sama, dilihat dari jenis vegetasi yang tumbuh

yaitu tanaman tahunan, tanaman musiman, dan tanaman pekebunan. Pada sub

DAS Padang hilir lebih didominasi oleh tanaman perkebunan, dibandingkan

tanaman tahunan dan tanaman musiman. hal ini terlihat disepanjang sub DAS

padang Hilir terdapat perkebunan kelapa sawit. sedangkan pada sub DAS Sibarau

dan sub DAS Padang didominasi oleh tanaman musiman dan tanaman tahunan

yang dikelola oleh masyarakat di kawasan sub DAS Sibarau dan sub DAS

Padang.

Warna air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar sungai, pada sub

DAS Padang hilir dasar sungai berupa lumpur yang menyebabkan warna sungai

menjadi keruh, sedangkan pada sub DAS Sibarau dan sub DAS Padang dasar

sungai berupa pasir, sehingga warna air lebih jernih dibandingkan pada sub DAS

Padang Hilir. Terjadinya perubahan warna aliran air sungai disebabkan adanya

konsentrasi sedimen yang melayang pada air sungai dan yang terdapat pada dasar

aliran sungai.

Besarnya debit sedimen sangat dipengaruhi oleh debit air, dan

berpengaruh kecil terhadap luas penampang sungai dan konsentrasi sedimen. Pada

sub DAS Padang rataan debit sedimen sebesar 893.546 mg/detik (paling tinggi),

rataan konentrasi sedimen sebesar 156.15 mg/liter (Paling kecil), luas penampang

sungai sebesar 46.961 m2(sedang) dan debit air sebesar 66.231 m3/detik (paling

tinggi), sub DAS Sibarau rataan debit sedimen sebesar 454.303 mg/detik (paling

(44)

penampang sungai sebesar 33.287 m2(paling kecil) dan debit air sebesar 20.734

m3/detik(paling kecil), sub DAS Padang Hilir rataan debit sedimen sebesar

547.213 mg/liter (sedang), rataan konsentrasi sedimen sebesar 201.8 mg/detik

(sedang), luas penampang sungai sebesar 53.213 m2 (paling tinggi) dan debit air

sebesar 31.396 m3/detik (sedang). Secara umum sedimen yang terdapat pada

permukaan sungai lebih kecil dibandingkan sedimen yang terdapat pada bawah

permukaan pada ketiga sub DAS.

Hulu DAS Padang terdapat pada sub DAS Padang dimana rataan

konsentrasi sedimen sebesar 156.15 mg/liter, pada sub DAS Sibarau (tengah DAS

Padang) rataan konsentrasi sedimen sebesar 253.6 mg/liter (penambahan) dan

pada sub DAS Padang Hilir (hilir DAS Padang) rataan konsentrasi sedimen

sebesar 201.6 mg/liter (pengurangan) hal ini terjadi adanya peningkatan

konsentrasi sedimen dari sub DAS Padang ke sub DAS Sibarau dikarenakan

adanya penambahan sedimen, adanya pengikisan di bantaran sungai, pengelolaan

lahan pertanian yang kurang intensif dan terbawa oleh air hujan melalui aliran

permukaan, sedangkan pada sub DAS Padang Hilir konsentrasi sedimen menjadi

menurun terjadi kehilangan sedimen, dikarenakan sedimen yang terbawa berada

pada dasar sungai (terjadi endapan lumpur), topografi datar menyebabkan aliran

sungai menjadi lambat dan sedimen terkonsentrasi ke dasar sungai. Menurut

Sucipto (2008) Permasalahan erosi dan sedimentasi pada DAS yang frekuensi

dan cakupannya meningkat disebabkan oleh perubahan alih fungsi lahan dan

maraknya pemanfaatan lahan di kawasan resapan air tanpa memperhatikan

(45)

wilayah. Menurut Asdak, (2001) tidak semua tanah yang tererosi di permukaan

daerah tangkapan air akan sampai ke titik pengamatan, sebagian tanah tererosi

tersebut akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan tanah, di kaki-kaki

lereng dan bentuk-bentuk penampung lainnya. Dengan demikian besarnya

konsentrasi sedimen yang terdapat pada aliran sungai sangat dipengaruhi oleh

faktor topografi, vegetasi, iklim, pertanian dan karakteristik sungai pada setiap sub

DAS.

Debit air pada sub DAS Padang sebesar 66.231 m3/detik, sub DAS Sibarau

sebesar 20.734 m3/detik dan sub DAS Padang Hilir sebesar 31.396 m3/detik.

Penurunan debit air yang terjadi antara sub DAS Padang dengan sub DAS Sibarau

dikarenakan adanya perbedaan topografi yang mengakibatkan adanya penguapan

air, penggunaan air oleh pertanian dan masyarakat, dan adanya sungai yang

bercabang membentuk anak sunagai serta vegetasi pada kedua sub DAS. Pada sub

DAS Padang Hilir terjadi peningkatan debit air, hal ini disebabkan adanya

penambahan air yang berasal dari anak-anak sungai.

Konsentrasi sedimen yang terdapat pada masing-masing sub DAS sudah

dikategorikan agak jelek hingga sedang, hal ini menunjukkan sudah terjadinya

degradasi lahan pada DAS Padang. Oleh karena itu perlu dilakukannya arahan

penggunaan lahan pada setiap sub DAS Padang. Dari hasil pengamatan

dilapangan dan data yang diperoleh melalui perhitungan skor pada setiap faktor

yang berkaitan sesuai dengan ketentuan yang digunakan oleh BRLKT (Badan

Rehabilitasi dan Konservasi Tanah) Departemen Kehutanan., maka arahan

penggunaan lahan pada sub-sub DAS Padang sudah sesuai yaitu kawasan

(46)

degradasi lahan pada DAS Padang dikarenakan pertanian yang dilakukan

masyarakat setempat belum intensif, terlihat dari kondisi lahan, sebagian besar

tidak adanya vegetasi penutup tanah di antara gawang-gawang tanaman

perkebunan sehingga terjadi erosi oleh air hujan, kurangnya tanaman penyangga

pada daerah bantaran sungai, pada sub DAS Padang bantaran sungai dijadikan

sebagai objek wisata sehingga tidak memperhatikan kondisi bantaran sungai.

Menurut Saputro, (2004) menyatakan salah satu usaha untuk pengelolaan tanaman

adalah dengan penanaman kembali daerah-daerah terbuka, melakukan reboisasi

hutan dan mengurangi penebangan liar atau pembukaan lahan baru. Alternatif

lainnya adalah dengan penanaman sela pada kebun-kebun kopi, sehingga tajuk

semakin rapat dan akan mengurangi dampak erosi yang terjadi, selain faktor

pengelolaan tanaman yang harus dilakukan, maka usaha lain yang perlu dilakukan

adalah dengan melakukan teknik konservasi tanah yaitu dengan membuat

terrasering, penutupan mulsa dan melakukan pengolahan tanah yang sejajar garis

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Konsentrasi sedimen pada sub DAS Padang sebesar 156.15 mg/liter, pada

sub DAS Sibarau sebesar 253.6 mg/liter dan pada sub DAS Padang Hilir

sebesar 201.8 mg/liter

2. a. debit sedimen pada sub DAS Padang sebesar 893.546mg/detik, pada sub

DAS Sibarau sebesar 454.303 mg/detik dan pada sub DAS Padang Hilir

sebesar 547.213 mg/detik.

b. debit aliran sungai pada sub DAS Padang sebesar 66.231 m3/detik, pada

sub DAS Sibarau sebesar 20.734 m3/detik dan pada sub DAS Padang

Hilir sebesar 31.396 m3/detik.

3. a. arahan penggunaan lahan di beberapa sub DAS di kawasan DAS

Padang sesuai untuk tanaman tahunan dan tanaman musiman dengan

tetap memperhatikan kawasan penyangga.

b. arahan konservasi tanah yang dianjurkan adalah pertanian yang

konservasi tanah dan air

Saran

DAS Padang memiliki debit sedimen kurang baik sehingga di perlukan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1988. Kep.Men.KLH No.2/1988 tentang Baku Mutu Kualitas Lingkungan, Jakarta.

Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah mada University Press. 618 halaman.

Chow, V.T., 1964. Hand Book of Applied Hydrology. Mc Graw-Hill, New York.

Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.

Gregory, K.J and D.E Walling, 1976. Drainage Basic Form and Process. Fletcher and Son Ltd.,m Norwich.

Inunky. 2010. Siklus Hirologi. Posted: June 23, 2010 by inunky in

Tags:

Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi, 2002. Kajian Erosi dan Sedimentasi Pada DAS Teluk Balikpapan Kalimantan Timr, Laporan Teknis Proyek Pesisir, TE-02/13-I, CRC/URI, Jakarta, 38 halaman.

Kodoatie, R.J.. 2005. Pengelolaan dan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi Yogyakarta. 357 halaman.

Lihawa, F. 2007. Pengaruh Kondisi Lingkungan DAS dan Penggunan Lahan terhadap Hasil Sediment pada DAS Alo-Pohu Provinsi Gorontalo.

Lubis, K.S.2010. Karakteristik Kualistik Tanah Pada Empat Penggunaan Lahan di Kawasan Hulu DAS Padang. Laporan Penelitian Tugas Khusus I. Program Doktor Ilmu pertanian Program Pascasarjana Fakultas Pertnian USU Medan.

Mandala, M. 2005. Hubungan Faktor-Faktor Biofisik dengan Tinggi Aliran dan Sedimen di DAS Konto Holu dan Brantas Hulu. UPT Perpustakaan UNEJ. Unibraw, Malang.

(49)

Sucipto. 2008. Kajian Sedimentasi Di Sungai Kaligarang Dalam Upaya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kaligarang – Semarang. Program Magister Ilmu lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

(50)

Lampiran. Data Debit air, Sedimen, Luas Penampang, dan Debit Sedimen

Sub DAS

Debit Air

Sedimen Luas

penampang

Debit Sedimen

Permukaan Bawah rataan Permukaan bawah rataan

m3/detik ---mg/liter--- ----m2---- ---mg/detik---

Padang 66.231 158.3 154 156.15 46.961 905.849 881.243 893.546 Sibarau 20.734 149.6 357.6 253.6 33.287 267.996 640.610 454.303 Padang

Hilir

(51)

Lampiran 1. Perhitungan Kecepatan Aliran dan Muatan Sedimen

Ulangan Kecepatan Aliran

Sepanjang 28 m

1 18 detik

2 23.58 detik

3 18 detik

Rataan 19,853 detik

Kecepatan Aliran 1,41034 m/detik

Debit Air 66,231 m3/detik

B. Pengukuran Sedimen

Lokasi Sedimen (mg/l) Rataan

(52)

Lampiran 2. Perhitungan Luas Penampang Sungai, Debit Air dan Debit Sedimen

Debit Sedimen Permukaan Sungai :

Qs1 = 0,0864 x C x Q

= 0,0864 x 158,3 x 66,231 m3/detik = 905,849 mg/detik = 0,906 gram/detik

Debit Sedimen Dasar Sungai :

(53)

Lampiran 3. Perhitungan Kecepatan Aliran dan Muatan Sedimen pada DAS

Ulangan Kecepatan Aliran

Sepanjang 21,18 m

1 52 detik

2 27 detik

3 23 detik

Rataan 34 detik

Kecepatan Aliran 0.6229 m/detik Debit Air 20.734 m3/detik

B. Pengukuran Sedimen

Lokasi Sedimen (mg/l) Rataan

(54)

Lampiran 4. Perhitungan Luas Penampang Sungai, Debit Air dan Debit Sedimen Pada DAS Sibarau

Lebar : 41,48 m

I : 9,955 m2

II : 9,955 m2 III : 7,985 m2 IV : 5,392 m2

I II

Luas total : 33,287 m2

III IV

Perhitungan :

Debit Air :

Q = V. A

= 0,6229 m/detik x 33,287 m2 =

20,734 m3/detik

Debit Sedimen :

Qs1 = 0,0864 x C x Q

= 0,0864 x 149,6 mg x 20,734 m3/detik = 267,996 mg/detik

Qs2 = 0,0864 x C x Q

(55)

Lampiran 5. Perhitungan Kecepatan Aliran dan Muatan Sedimen pada Hilir DAS

Ulangan Kecepatan Aliran

Sepanjang 30.09 m

1 59detik

2 39 detik

3 55 detik

Rataan 51 detik

Kecepatan Aliran 0.59 m/detik

Debit Air 31.396 m3/detik

B. Pengukuran Sedimen

Lokasi Sedimen (mg/l) Rataan

(56)

Lampiran 6.. Perhitungan Luas Penampang Sungai, Debit Air dan Debit Sedimen Pada DAS Padang Hilir

Lebar : 43 m

I : 21,07 m2

II : 21,07 m2 III : 4,73 m2 IV : 6,343m2

I II

Luas total : 53,213 m2

III IV

Perhitungan :

Debit Air :

Q = V. A

= 0,59 m/detik x 53,213 m2 =

31,396 m3/detik

Debit Sedimen :

Qs1 = 0,0864 x C x Q

= 0,0864 x 199,3 mg x 31,396 m3/detik = 540,240 mg/detik

Qs2 = 0,0864 x C x Q

(57)

Lampiran 8. Data Curah Hujan Harian Pada Stasiun Sidamanik Kabupaten

Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan tahun 2010

(58)

Lampiran 9. Data Curah Hujan Harian Pada Stasiun Barohol Kabupaten Sergai

Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan tahun 2010

(59)

Lampiran 10.Data Curah Hujan Harian Pada Stasiun Rambutan Kota Kota

Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali Medan tahun 2010

(60)

Gambar

Gambar 1: Daur Hidrologi
Gambar 2. Penyebaran Kecepatan vertical Aliran Sungai (Asdak, 2001)
Tabel 1. Klasifikasi dan Bobot Kemiringan Lereng, Kepekaan Tanah terhadap   Erosi dan Intensitas Hujan Harian Rata-rata
Tabel 2. Contoh Arahan RLKT untuk Masing-Masing Kawasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaanya terletak pada penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam dan tidak menjelaskan dampak dalam membentuk karakter toleransi peserta didik serta tempat penelitian

Hubungan sanro guru ini dalam memaksimalkan fungsi adat di masyarakat Ballaparang sangat menyatuh dilihat dari kerja sama mereka, didalam menjaga tatanan adat

Tujuan pengukuran dan analisa simulasi ini adalah untuk membuktikan dan membandingkan hasil percobaan dengan hasil perancangan, sehingga dapat mengetahui bentuk

PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH JANTAN 55-59 MENGGUNAKAN MEMBRAN PEMBALUT DARI PATI BENGKUANG.. (Pachyrrhizus erosus (L) Urban) Yufri Aldi, Dedi Nofiandi,

Untuk menyatakan makna tersebut dalam bahasa Jepang tetap digunakan kalimat aktif, yaitu: “(Anda) boleh minum obat ini.” Oleh karena itu, kesalahan berbahasa pada

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan kegiatan inti (±40 menit) yaitu siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi apa yang mereka selidiki, siswa dibimbing untuk

Keuntungan tersebut antara lain radiasi ionisasi sinar gamma dapat terjadi tanpa membutuhkan katalis, mampu mencapai nilai Sterility  Assurance Level (SAL) yang dibutuhkan oleh