MEMPERBAIKI KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI
MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN HIGH
VACUUM OIL PURIFIER
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada
Departemen Teknik Elektro
O l e h Rudy Irwanto NIM : 060402001
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Minyak transformator tenaga berfungsi sebagai media isolasi dan pendingin.
Pada saat minyak transformator ini digunakan kekuatan dielektrik isolasi minyak
akan menurun di sebabkan oleh beberapa hal antara lain terpaan listrik yang
terus-menerus, adanya impurity partiket padat, gelembung gas dan cairan. Minyak yang
memiliki kekuatan dielektrik rendah dapat dilakukan pengembalian kekuatan
dielektrik sesuai dengan standar yaitu 40 kV / 2,5 mm (IEC 156) dengan melakukan
proses Purification / Filter pada minyak. Hasil pengujian menunjukan terjadinya
kenaikan kekuatan dielektrik setelah dilakukan proses Purification / Filter dengan
High Vacuum Oil Purifier. Kenaikan kekuatan dielektrik terendah terjadi setelah
sirkulasi pertama yaitu 1,3 kV / mm sedangkan tertinggi terjadi setelah sirkulasi
keenam yaitu 16,6 kV / mm.
Kata Kunci : Kekuatan Dielektrik, High Vacuum Oil Purifier dan Degradasi Minyak
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat, serta hidayah-Nya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul :
“Memperbaiki Kekuatan Dielektrik Isolasi Minyak Transformator
Dengan High Vacuum Oil Purifier”
Tugas Akhir ini merupakan syarat bagi setiap mahasiswa untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
banyak kendala-kendala yang dihadapi, namun atas saran, bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Karena itu penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Syahrawardi, sebagai pembimbing penulis yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelasaikan tugas akhir
ini.
2. Bapak Sarianto dan Abdul Hamid sebagai pembimbing lapangan penulis yang
telah memberikan masukan serta arahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Bapak Yusuf Nainggolan dan Bapak Suryanto P yang telah memberikan
masukan dan buku menyangkut Tugas Akhir.
3. Ibu Ir. Windalina Syafiar selaku Dosen Wali penulis.
4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Rachmad Fauzi, ST, MT selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
7. Ayah dan Ibu yang tercinta, yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis
dan yang telah begitu banyak memberikan dukungan moril maupun spirituil
kepada penulis dari kecil hingga saat ini.
8. Kakak Tony Gusprianto sekeluarga, Henky Susanto sekeluarga, Frengky Anto
sekeluarga, Dedy Ariyanto sekeluarga dan si bungsu Putry Guspriani yang telah
banyak memberikan dukungan bagi penulis.
9. Teman istimewa saya Beta Liana Putri Nst yang telah banyak memberi dukungan
serta motivasi.
10. Teman-teman Mahasiswa stambuk 2006 dan khususnya mantan asisten
Laboratorium Dasar Konversi yang senantiasa memberikan semangat.
11. Abang - abang senior dan adik - adik Junior Fakultas Teknik Elektro USU.
12. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan kontribusinya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Untuk itu
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari setiap pembaca
untuk kesempurnaan tugas akhir ini dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Terima kasih.
Medan, 29 Oktober 2011
Penulis,
RUDY IRWANTO
DAFTAR ISI
BAB II ISOLASI MINYAK II.1. Umum ... 5
II.5. Persyaratan Umum Minyak Isolasi Pada Peralatan Listrik ... 18
II.6. Penggunaan Minyak Isolasi ... 19
BAB III DEGRADASI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA III.1. Umum ... 22
III.3. Medan Dielektrik ... 24
III.4. Ionisasi ... 25
III.5. Teori Kegagalan Minyak Isolasi... 27
III.6. Mekanisme Tembus Listrik Dielektrik Cair Murni ... 28
III.7. Mekanisme Kegagalan Minyak Isolasi ... 30
III.8. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Minyak Isolasi ... 32
BAB IV ANALISIS KENAIKAN KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI MINYAK TRANSFORMATOR
IV.2.2.3. Proses Purification Transformator ... 44
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 3.1. Medan Elektrik Dalam Dielektrik ... 24
Gambar 3.2. Proses Ionisasi ... 25
Gambar 3.3. Proses Ionisasi Benturan ... 26
Gambar 3.4. Muatan Netral dan Elektron Diantara Elektroda ... 28
Gambar 3.5. Elektron Mengalami Gaya (F) Akibat Adanya Medan Listrik 29
Gambar 3.6. Elektron Bebas Bergerak Menuju Anoda dan Ion Positif Bergerak Menuju katoda ... 29
Gambar 3.7. Banjiran Elektron Pada Dielektrik Cair ... 30
Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Minyak ... 38
Gambar 4.2. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Dengan Portatest 80A-2 ... 39
Gambar 4.3. Rentang Waktu Sirkulasi ... 42
Gambar 4.4. Diagram Proses Purification / Filter Pada Minyak ... 45
Gambar 4.5. Diagram High Vacuum Oil Purifier ... 47
Gambar 4.6. Kurva Perubahan Kenaikan Kekuatan Dielektrik Minyak Transformator Tiap Sirkulasi ... 58
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1. Nilai Viskositas Kinematik Berdasarkan Kelas Minyak ... 15
Tabel 2.2. Nilai Flash Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak ... 15
Tabel 2.3. Nilai Pour Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak ... 16
Tabel 4.1. Jenis – Jenis Motor Pada High Vacuum Oil Purifier... 35
Tabel 4.2. Nilai Tegangan Tembus Sebelum di Purification ... 48
Tabel 4.3. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Pertama ... 48
Tabel 4.4. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Kedua ... 49
Tabel 4.5. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Ketiga ... 49
Tabel 4.6. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Keempat ... 50
Tabel 4.7. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Kelima ... 50
Tabel 4.8. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Keenam ... 51
Tabel 4.9. Nilai Faktor Efisiensi Medan (
η
) Untuk Berbagai Susunan Elektroda ... 52Tabel 4.10. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik Sebelum di Purification ... 54
Tabel 4.11. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik Setelah Sirkulasi Pertama ... 54
Tabel 4.12. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik Setelah Sirkulasi Kedua ... 55
Setelah Sirkulasi Ketiga ... 55
Tabel 4.14. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik
Setelah Sirkulasi Keempat ... 56
Tabel 4.15. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik
Setelah Sirkulasi Kelima ... 56
Tabel 4.16. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik
ABSTRAK
Minyak transformator tenaga berfungsi sebagai media isolasi dan pendingin.
Pada saat minyak transformator ini digunakan kekuatan dielektrik isolasi minyak
akan menurun di sebabkan oleh beberapa hal antara lain terpaan listrik yang
terus-menerus, adanya impurity partiket padat, gelembung gas dan cairan. Minyak yang
memiliki kekuatan dielektrik rendah dapat dilakukan pengembalian kekuatan
dielektrik sesuai dengan standar yaitu 40 kV / 2,5 mm (IEC 156) dengan melakukan
proses Purification / Filter pada minyak. Hasil pengujian menunjukan terjadinya
kenaikan kekuatan dielektrik setelah dilakukan proses Purification / Filter dengan
High Vacuum Oil Purifier. Kenaikan kekuatan dielektrik terendah terjadi setelah
sirkulasi pertama yaitu 1,3 kV / mm sedangkan tertinggi terjadi setelah sirkulasi
keenam yaitu 16,6 kV / mm.
Kata Kunci : Kekuatan Dielektrik, High Vacuum Oil Purifier dan Degradasi Minyak
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada transformator tenaga dengan kapasitas yang besar, kumparan dan inti
transformator direndam dalam minyak isolasi transformator. Minyak sebagai salah
satu bagian dari sistem isolasi juga perlu dipelihara, dijaga kemurniannya dan harus
diperiksa kualitasnya agar dapat berfungsi dengan baik. Minyak yang digunakan lama
kelamaan akan mengalami penurunan tingkat isolasinya, hal itu dapat disebabkan
beberapa hal diantaranya berupa endapan partikel padat, uap air dan gelembung
gas.[12]
Salah satu syarat minyak sebagai isolasi adalah mempunyai kekuatan
dielektrik (dielectric strenght) yang tinggi atau sesuai standar yang diizinkan.
Kekuatan dielektrik (dielectric strenght) yang tinggi merupakan dasar penulisan
Tugas Akhir ini. Untuk mengembalikan kekuatan dielektrik agar memenuhi syarat
sebagai minyak isolasi dilakukan Purification / Filter dengan High Vacuum Oil
Purifier.
I.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki kenaikan kekuatan dielektrik
High Vacuum Oil Purifier hingga isolasi minyak tersebut dapat mencapai kekuatan
dielektrik berdasarkan standar ≥ 40 kV / 2.5 mm (IEC 156).
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan
informasi kenaikan kekuatan dielektrik minyak transformator setiap tahap dari proses
Purification / Filter menggunakan High Vacuum Oil Purifier, serta memberi
informasi pada mahasiswa tentang proses memperbaiki kekuatan dielektrik minyak
transformator menggunakan alat High Vacuum Oil Purifier.
I.3. Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka penulis perlu
membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir
ini adalah :
1. Sampel Uji yang digunakan adalah isolasi minyak transformator yang biasa
digunakan PT PLN (Persero).
2. Hanya membahas secara sederhana tentang proses Purification / Filter dengan
menggunakan High Vacuum Oil Purifier tidak dengan hasil laboratorium.
3. Proses Purification / Filter dilakukan sebagaimana PT PLN (Persero)
melaksanakan.
4. Tidak membahas tentang proses Reklamasi pada minyak.
5. Pengujian tidak melibatkan tes DGA (Disolved Gas Analysis) tetapi hanya untuk
pengujian tegangan tembus.
I.4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Yaitu dengan mempelajari buku referensi, manual book, artikel dan bahan
kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan topik tugas akhir ini.
2. Studi Bimbingan
Yaitu dengan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing tugas akhir,
mentor – mentor dilapangan dan juga senior serta teman – teman.
3. Pengumpulan data secara langsung
Data yang didapat dalam penulisan tugas akhir ini diambil dari hasil tes uji
tegangan tembus dengan menggunakan alat Portatest 80A-2 setelah minyak di
Purification / Filtrasi oleh PT PLN (Persero).
I.5. Sistematika Penulisan
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut
:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : ISOLASI MINYAK
Bab ini menjelaskan tentang bahan dasar minyak transformator, jenis –
minyak isolasi digunakan pada peralatan listrik, dan penggunaan
minyak isolasi
BAB III : DEGRADASI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA
Bab ini menjelaskan kekuatan dielektrik minyak isolasi, medan
dielektrik, ionisasi, teori kegagalan minyak isolasi, mekanisme tembus
listrik dielektrik cair murni, mekanisme kegagalan minyak isolasi, dan
faktor – faktor penyebab terjadinya degradasi pada minyak isolasi.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang peralatan yang digunakan, prosedur dan
rangkaian pengujian, data hasil pengujian, serta analisis data hasil
pengujian.
BAB V : PENUTUP
Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulisan Tugas Akhir
BAB II
ISOLASI MINYAK
II.1. Umum
Didalam transformator ada dua bagian yang secara aktif membangkitkan
panas yaitu kumparan (tembaga) dan inti (besi). Jika panas itu tidak diberi pendingin
akan menyebabkan kumparan dan inti itu mencapai suhu yang terlalu tinggi, sehingga
bahan isolasi yang ada pada kumparan (kertas isolasi) akan menjadi rusak. Untuk
menghindari kerusakan tersebut maka dimasukan minyak isolasi.
Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain :
1. Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
isolasi gas (nitrogen dan udara tidak termasuk gas Sf6), sehingga memiliki
kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul.
3. Ketiga isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing)
jika terjadi pelepasan muatan (discharge).[1]
II.2. Bahan Dasar Minyak Transformator
Bahan dasar pembuatan minyak transformator adalah minyak mentah (crude
oil). Namun pabrik – pabrik pembuat minyak transformator menambah zat – zat
Pada umumnya minyak transformator tersusun atas senyawa-senyawa
hidrokarbon dan non hidrokarbon.
II.2.1. Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa kimia yang terdiri dari unsur-unsur
hidrogen dan karbon. Senyawa hidrokarbon yang merupakan bagian terbesar dari
minyak dapat dibagi atas tiga kelompok besar yaitu senyawa parafin, senyawa
naphtena, dan senyawa aromatik.[2]
1. Senyawa parafin
Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai rantai karbon
lurus atau bercabang, yang dalam kimia organik dikenal sebagai senyawa dengan
rantai terbuka atau senyawa alifatis.
2. Senyawa Naphtena
Senyawa naphtena digolongkan sebagai senyawa hidrokarbon yang
mempunyai rantai tertutup atau struktur berbentuk cincin. Senyawa ini dikenal pula
sebagai senyawa alisiklis. Masing-masing cincin dapat berisi lima atau enam atom
karbon. Senyawa naphtena dapat berupa monosiklik, disiklik, dan seterusnya
tergantung pada jumlah cincin yang dimilikinya. Pada masing-masing cincin dapat
pula terhubung.
3. Senyawa Aromatik
Senyawa ini memiliki satu atau lebih cincin aromatik yang dapat bergabung
oksidasi (inhibitor) dan penjaga kestabilan, tetapi jika jumlahnya terlalu banyak akan
bersifat merugikan yaitu berkurangnya kekuatan dielektrik, serta berkurangnya sifat
pelarutan minyak terhadap isolasi padat di dalamnya.
Ketiga hidrokarbon diatas memiliki fungsi yang berbeda pada minyak mentah.
Minyak isolasi transformator merupakan minyak mineral yang antara ketiga jenis
minyak dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik
maupun kimia yang berbeda.
II.2.2. Senyawa Non Hidrokarbon
Unsur pokok nonhidrokarbon yang terdapat dalam minyak transformator
adalah substansi asphalt / tar, senyawa organik yang mengandung belerang dan
nitrogen, asam naphtena, ester, alkohol dan senyawa organometalik.
1. Ter
Selama Proses Pemurnian minyak trafo, sebagian besar ter dihilangkan. Pada
minyak hasil pemurnian ini hanya terdapat ter dengan konsentrasi rendah yaitu antara
2 – 2.5% berat. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, beberapa jenis senyawa ini
mempunyai pengaruh pada sifat kerja minyak transformator. Senyawa ini
memberikan warna yang khas pada minyak, beberapa diantaranya memiliki efek
sebagai penghambat. Ter juga mempercepat proses oksidasi. Ter diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Ter netral, senyawa yang larut dalam minyak eter yang berwujud cair atau
b. Asphaltena, substansi padat yang tidak larut dalam minyak eter tetapi larut
dalam benzena, senyawa benzena seri, kloroform dan karbon disulfida.
Bermassa jenis lebih besar dari satu.
c. Karbena, substansi yang tidak larut dalam pelarut konvensional tetapi dapat
larut sebagian dalam pridin dan karbon disulfida.
2. Senyawa Sulfur (belerang)
Senyawa sulfur selalu terdapat pada semua minyak mentah, jumlahnya
bervariasi mulai lebih kecil dari 1% sampai dengan 20% berat. Senyawa ini
mempunyai pengaruh pada sifat-sifat minyak dan turut menentukan proses yang
diperlukan untuk mengolah minyak. Bagian dari hasil penyulingan minyak yang
mempunyai titik didih rendah hampir semua senyawa sulfur terdapat didalamnya,
tetapi untuk hasil penyulingan yang mempunyai titik didih di atas 200 ºC kebanyakan
mengandung senyawa sulfur dengan struktur siklis. Beberapa kelompok besar
senyawa sulfur yang terdapat dalam minyak adalah :
a. Mercaptan (tiol), senyawa ini mempunyai rumus kimia RSH, dimana R besar
adalah radikal parafin dengan rantai lurus atau bercabang atau, radikal
hidrokarbon siklik (aromatik atau alisiklik).
b. Sulfida (thiaalkana), senyawa ini mempunyai rumus kimia RSR1, dimana R
dan R1 adalah radikal hidrokarbon.
c. Disulfida (bithiaalkana), dengan rumus kimia RSSR.
d. Thiopena, struktur dasar dari senyawa ini adalah struktur cincin dengan lima
Beberapa senyawa belerang yang terdapat di dalam minyak rafo bersifat
kororsif dan tidak stabil. Oleh karena itu dalam proses destilasi minyak diusahakan
untuk menghilangkann atau menekan jumlah senyawa belerang agar pengkorosian
tembaga (yang berhubungan langsung dengan minyak transformator) dapat dicegah
atau dikurangi.
3. Senyawa Nitrogen
Jumlah senyawa nitrogen yang terkandung dalam minyak cukup kecil, paling
tinggi 0.8%. Walaupun senyawa ini sangat sedikit terdapat dalam minyak, senyawa
ini memegang peranan yang sangat penting pada proses oksidasi yang bersifat katalis
sehingga kehadirannya tidak diharapkan.
4. Asam Naphtena dan beberapa senyawa yang mengandung oksigen
Asam naphtena juga terdapat dalam minyak bumi dalam jumlah yang cukup
besar. Sebagian besar diantaranya terbuang selama proses pemurnian minyak
sehingga jumlahnya tinggal sedikit sekali sekitar 0.02%. Disamping asam-asam
naphtena, minyak juga mengandung asam-asam dari senyawa alifatik dan aromatik
dalam jumlah yang kecil sekali, selain itu masih terdapat pula senyawa ester, alkohol,
keton, peroksida.
5. Senyawa yang mengandung logam
Minyak trafo selalu mengandung garam-garam dari asam organik dan
aluminium, titanium, kalsium, molibdenum, timah, magnesium, krom dan perak
walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit.[14]
II.3. Jenis – Jenis Minyak Isolasi
Minyak isolasi terdiri dari beberapa jenis baik dari segi pembuatan maupun
dari segi bahannya. Pembagian jenis isolasi ditentukan berdasarkan bahan dan cara
pembuatannya.Saat ini minyak isolasi yang sering digunakan adalah :
- Minyak isolasi mineral
- Minyak isolasi sintetis [3] II.3.1. Minyak Isolasi Mineral
Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya berasal
dari minyak bumi yang diproses dengan cara destilasi. Minyak isolasi hasil destilasi
ini harus mengalami beberapa proses lagi agar diperoleh tahanan isolasi yang tinggi,
stabilitas panas yang baik, mempunyai karakteristik panas yang stabil, dan memenuhi
syarat – syarat teknis yang lain.
Minyak isolasi mineral banyak digunakan pada transformator daya, kabel,
pemutus daya (CB), dan kapasitor. Dalam hal ini minyak isolasi dapat berfungsi
sebagai bahan dielektrik, bahan pendingin, dan pemadam busur api.
II.3.2. Minyak Isolasi Sintetis
Penggunaan minyak isolasi mineral masih memiliki keterbatasan karena
serta sifat kimianya yang dapat berubah akibat kenaikkan temperatur yang terjadi
ketika memadamkan busur api saat peralatan beroperasi. Penggunaan minyak isolasi
sintetis untuk masa akan yang datang diharapkan mampu menutupi keterbatasan –
keterbatasan minyak isolasi mineral. Oleh sebab itu saat ini banyak dikembangkan
penelitian – penelitian tentang kemungkinan pemakaian dari beberapa jenis minyak
isolasi sintetis pada peralatan tegangan tinggi.
Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diolah dengan proses kimia
untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik. Sifat – sifat penting dari minyak
isolasi sintetis bila dibandingkan dengan minyak isolasi mineral adalah :
1. Kekuatan dielektriknya diatas 40 kV.
2. Harganya murah, sukar terbakar, dan tidak mengendap.
3. Berat jenisnya adalah 1,56 dan jika dicampur dengan air, minyak isolasi
berada di bawah permukaan air sehingga mempermudah dalam proses
pemurnian dan pemisahan kadar air dalam minyak.
4. Mempunyai daya hantar panas yang sama dengan minyak isolasi mineral.
5. Pada kondisi pemakaian yang sama dengan minyak mineral, uap lembab
akan menyebabkan oksidasi yang berlebih serta penurunan kekuatan
dielektrik lebih cepat pada minyak sintetis bila dibandingkan dengan minyak
mineral akan tetapi karena umurnya lebih panjang dan sifat pendinginnya
lebih baik, maka pada beberapa pemakaian minyak isolasi sintetis banyak
Berikut adalah jenis – jenis minyak isolasi sintetis :
1. Askeral
Askeral adalah minyak isolasi sintetis yang tidak mudah terbakar apabila
terjadi percikan api dan tidak menghasilkan gas yang mudah terbakar. Salah satu
jenis askeral yang banyak digunakan adalah dari jenis chlorinated hidrokarbon.
Chlorinated hidrokarbon adalah hasil senyawa dari hidrokarbon seperti benzene
(C6H6) dan diphenyl (C6H5 - C6H5) dengan atom clor (Cl) pada suhu tinggi sehingga
sebagian atom hidrogen diganti oleh clor.
Kelebihan – kelebihan dari minyak askeral adalah :
- Mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
- Mempunyai sifat thermal, sifat kimia, dan sifat listrik yang stabil
Tetapi disamping itu minyak askeral memiliki kelemahan yaitu apabila terjadi
percikan api dapat menghasilkan asam klorida (HCL) yang bersifat korosif pada
logam.
2. Silikon Cair ( Silicon Liquids )
Minyak isolasi silikon cair adalah campuran dari atom silikon (Si) dan
oksigen (O2) dengan bahan organic seperti methyl dan penhyl. Minyak isolasi silikon
sebagai bahan isolasi cair mempunyai ketahanan yang baik terhadap temperatur yang
tinggi yaitu sekitar 200 ºC, mempunyai permitifitas yang rendah (2,20-2,27) dan juga
tahan terhadap tegangan dengan frekuensi yang tinggi sampai 1 MHz. Oleh karena
transformator radio. Silikon cair juga digunakan untuk isolator keramik dengan
tujuan memperbesar tahanan permukaan isolator.
Kekurangan dari isolator cair adalah menghasilkan gas yang banyak apabila
terjadi percikan api yang akan menurunkan kekuatan dielektriknya. Selain itu minyak
isolasi ini relatif mahal sehingga jarang digunakan pada transformator tenaga yang
besar.
3. Flourinasi Cair ( Flourinated Liquids)
Flourinasi cair adalah jenis minyak isolasi yang bahan dasarnya adalah
senyawa organik yang sebagian atom karbonnya telah diganti dengan atom flour (F).
Dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan beberapa senyawa flour organik,
diantaranya adalah (C4H9)3N dan (C4F9)2O. Cairan ini mempunyai sifat kimia yang
sangat stabil dan dapat digunakan secara kontiunitas pada suhu 200 ºC bahkan lebih.
Secara umum karakteristik listrik dari flourinasi cair adalah :
• Tg δ tidak lebih dari 0,0005
• Resistivitas berkisar antara 1014 - 1017 Ω.cm
• Konstanta dielektrik 1,77 – 1,86
Cairan flour organik mempunyai transfer panas yang lebih baik dari minyak isolasi
tambang dan juga dari minyak isolasi silikon. Penggunaan minyak isolasi ini adalah
pada peralatan elektronika dan transformator elektronik.
Kekurangan dari minyak isolasi ini adalah penurunan sifat – sifat
menguap. Minyak fluorinated mempunyai harga yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan minyak mineral.
4. Ester Sintetis
Jenis minyak ini adalah minyak isolasi cair yang diolah sedemikian rupa dari
minyak paraffin untuk mendapatkan karakteristik elektrik yang lebih baik. Sehingga
didapatkan sifat – sifat seperti dibawah ini :
• Mempunyai sifat thermal yang lebih stabil
• Tidak mudah terbakar
• Dapat digunakan diatas suhu 300 ºC
Ester yang digunakan dalam kelistrikan adalah terbuat dari proses kimia yang
lebih bersih seperti pentaerythrinol dan asam heptanoik. Hasil dari esterifikasi adalah
minyak putih yang mempunyai struktur molekul yang simetris dan terbebas dari
kandungan ionik, sehingga mempunyai karakteristik listrik yang lebih baik.
II.4. Syarat – Syarat Minyak Isolasi
Menurut SPLN 49 – 91 : 1982 minyak isolasi harus memiliki beberapa
syarat[7-8], yaitu :
1. Kejernihan (Appearance)
Minyak tidak boleh mengadung suspensi atau endapan (sedimen).
2. Massa Jenis (Density)
3. Viskositas Kinematik (Kinematic Viscosity)
Viskositas atau biasa disebut kekentalan sangat penting pada isolasi cair. Hal
ini dikarenakan viskositas berpengaruh pada kemurnian isolasi cair (banyaknya
kontaminan partikel padat) dan pendinginan suatu peralatan listrik. Isolasi cair yang
baik haruslah mempunyai viskositas yang rendah sehingga kemungkinan isolasi cair
terkontaminasi akan kecil. Selain itu jika viskositas isolasi cair rendah, proses
sirkulasi isolasi cair pada peralatan listrik akan berlangsung dengan baik sehingga
akhirnya pendinginan inti dan belitan transformator dapat berlangsung dengan
sempurna. Viskositas juga memegang peranan dalam menentukan kelas minyak.
Viskositas Kinematik tidak boleh melebihi batas yang ditunjukan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai Viskositas Kinematik Berdasarkan Kelas Minyak
4. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala juga tergantung dari kelas minyaknya, berikut nilai titik nyala dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Nilai Flash Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak
Kelas Minyak Flash Point Minimum
Kelas I 140 oC
Kelas II 130 oC
Suhu
Kelas
Minyak Kelas I Kelas II
5. Titik Tuang (Pour Point)
Minyak dengan titik tuang yang rendah akan berhenti mengalir pada suhu
yang rendah. Titik tuang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan jenis
peralatan yang akan menggunakan minyak isolasi. Titik tuang juga bergantung pada
kelas minyaknya, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.3. Nilai Pour Point Minimun Berdasarkan Kelas Minyak
Kelas Minyak Pour Point Maksimum
Kelas I -30 oC
Kelas II -45 oC
6. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)
Tegangan tembus yang terlalu rendah menunjukan adanya kontaminasi berupa
air, kotoran, atau partikel konduktif dalam minyak. Nilai tegangan tembus pada
minyak baru minimal 30 kV sebelum mengalami perawatan dan 50 kV setelah
perawatan dengan jarak sela 2,5 mm.
7. Kandungan Air (Water Content)
Adanya air dalam minyak isolasi akan menurunkan tegangan tembus dan
tahanan jenis minyak isolasi dan juga adanya air akan mempercepat kerusakan kertas
pengisolasi (insulating paper).
8. Angka kenetralan
Angka kenetralan merupakan harga yang menunjukan penyusun asam minyak
perubahan kimia atau cacat atau indikasi perubahan kimia dalam bahan tambahan
(additive). Angka kenetralan dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan
apakah minyak sudah harus diganti atau diolah. Angka kenetralan tidak boleh
melebihi dari 0,03 mg KOH/gr.
9. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielektrik Dissipation Factor)
Harga yang tinggi dari factor ini menunjukan adanya kontaminasi atau hasil
kerusakan (deterioration product), misalnya air, hasil oksidasi, logam alkali, koloid
bermuatan dan sebagainya. Nilai maksimal untuk faktor kebocoran dielektrik adalah
0,05%.
10.Korosi Belerang (Korosive Sulphur)
Pengujian ini menunjukan adanya kemungkinan korosi yang dihasilkan dari
adanya belerang yang tidak stabil dalam minyak isolasi.
11.Tahanan Jenis (Resistivity)
Tahanan jenis yang rendah menunjukan terjadinya kontaminasi yang bersifat
konduktif (konductive contaminants).
12.Tegangan Permukaan (Interfacial Tension = Dyne / cm)
Adanya kontaminasi zat yang terlarut dan gas bebas (soluble contamination)
atau hasil – hasil kerusakan minyak umumnya menurunkan nilai tegangan
permukaan. Penurunan tegangan permukaan juga menurunkan indikator yang peka
bagi awal kerusakan minyak.
13.Kandungan Gas
Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak isolasi dapat digunakan
hydrogen (H2), metana (CH4), etana (C2H6), etilen (C2H4), dan asetilin (C2H2)
menunjukan terjadinya dekomposisi minyak isolasi pada kondisi operasi, sedangkan
adanya karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida menunjukan kerusakan pada
beban isolasi.
14.Ketahanan Oksidasi (Oxidation Stability)
Nilai setelah mengalami oksidasi adalah :
- Angka kenetralan tidak lebih dari 0,4 mg KOH/gr
- Kotoran tidak lebih dari 0,1% dari beratnya.
II.5. Persyaratan Umum Minyak Isolasi Pada Peralatan Listrik
Persyaratan umum minyak isolasi dapat ditemukan pada beberapa standar.
Salah satu diantaranya dapat dilihat pada standar JIS 2320. Menurut JIS 2320,
tegangan tembus minyak isolasi adalah 30 kV dengan sela bola 0.25 cm sehingga
kekuatan dielektrik minyak isolasi tersebut adalah 30/0.25 kV/cm yaitu 120 kV/cm.[3] Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi minyak isolasi tersebut adalah :
• Kekuatan dielektrik pada suhu 20ºC
• Permitifitas relative 2,2 – 2,3
• Tg δ (50 Hz) = 0.001 dan pada 1 kHz = 0,0005
• Resistifitas (em) = 1012 - 1043
• Kandungan air maksimum yang diizinkan = 50 ppm
• Spesifikasi grafitasi pada suhu 20ºC = 0,89
II.6. Penggunaan Minyak Isolasi
Minyak isolasi secara umum digunakan pada peralatan tegangan tinggi yaitu
sebagai bahan dielektrik, bahan pendingin, dan bahan pemadam busur api. Berikut
akan diuraikan penggunaan minyak isolasi pada peralatan – peralatan tegangan tinggi
antara lain[3] :
1. Transformator Tenaga
Penggunaan tranformator daya dalam sistem tenaga listrik memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dengan kebutuhan dan ekonomis untuk tingkat-
tingkat keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh. Transformator tenaga adalah suatu peralatan yang dirancang untuk
mampu menahan tegangan lebih, baik surja petir maupun surja hubung. Isolasi
transformator tenaga harus sanggup menahan tegangan lebih impuls yang datang
dalam waktu yang lama. Transformator memerlukan minyak isolasi sebagai bahan
pengisolasi bagian – bagian dari transformator, seperti isolasi antar belitan, belitan
dengan inti dan belitan dengan body atau dinding transformator tenaga. Saat ini pada
transformator kapasitas besar dilengkapi dengan sirip – sirip radiator yang membantu
untuk mendinginkan suhu transformator ketika suhu naik. Pada saat minyak
bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak sesuai jalur
sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip – sirip radiator. Adapun proses
pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna
2. Kapasitor Daya
Kapasitas daya banyak digunakan pada peralatan – peralatan tenaga listrik,
baik yang berfungsi sebagai perbaikan factor daya (Cos φ) pada sistem distribusi
tenaga listrik maupun pengaturan tegangan tinggi pada sistem transmisi daya.
Pemasangan kapasitor pada sistem tegangan listrik menimbulkan daya reaktif untuk
memperbaiki faktor daya dan tegangan karena menambah kapasitansi sistem dan
mengurangi rugi – rugi daya dan tegangan pada jaringan yang jauh.
Penggunaan minyak isolasi pada kapasitor berfungsi sebagai bahan dielektrik,
sebagai pendingin, dan sebagai pencegah terjadinya rongga udara di antara elektroda
kapasitor. Sifat – sifat yang harus dimiliki minyak isolasi pada suatu kapasitor adalah
faktor daya dielektrik ( Tg δ) yang rendah, viskositas yang rendah dan sifat penyalaan
yang rendah.
3. Kabel Daya
Selama beroperasi terus –menerus isolasi akan mengalami kenaikan suhu
dalam waktu yang lama. Sehingga perlu adanya isolasi yang cukup baik untuk
menahan penuaan pada suhu yang cukup tinggi. Penggunaan minyak isolasi pada
kabel daya adalah sebagai bahan isolasi antara perisai konduktornya dengan isolasi
terluarnya. Minyak isolasi juga berfungsi sebagai bahan pendingin pada kabel daya.
Sifat – sifat yang harus dimiliki isolasi pada kabel daya adalah mampu
menahan paparan sinar matahari yang lama, bahan – bahan kimia, viskositas minyak
isolasi harus sangat rendah, tahanan isolasi tinggi, koefisien muai yang rendah, dan
4. Pemutus Tenaga ( Circuit Breaker)
Jenis pemutus tenaga yang biasa dipakai pada system tenaga listrik adalah
dengan media pemadam busur api udara, minyak, vacuum, dan Sf6. Pemadaman
busur api saat bekerjanya pemutus tenaga sangat penting sekali, karena busur api
tersebut dapat merusak peralatan maupun pemutus tenaga itu sendiri. Minyak pada
pemutus tenaga berfungsi sebagai pemadam busur api tersebut. Sifat – sifat yang
harus dimiliki minyak isolasi pada peralatan pemutus tenaga adalah sifat penyalaan
yang rendah dan tidak menimbulkan perkaratan pada peralatan. Namun saat ini
pemutus tenaga dengan media minyak sebagai pemadam busur api pada peralatan
pemutus tenaga sudah jarang dipakai karena masalah pemeliharaan berupa
penggantian minyak yang harus dilakukan setiap terjadinya lepas masuk pemutus
BAB III
DEGRADASI MINYAK ISOLASI TRANSFORMATOR TENAGA
I.1. Umum
Seperti telah disebutkan sebelumnya, dielektrik cair adalah yang paling umum
digunakan untuk isolasi transformator pada tegangan tinggi. Cairan ini hampir tak
berwarna terdiri dari campuran hidrokarbon yang meliputi paraffin, napthen atau
aromatik. Selain itu isolasi cair memiliki kelebihan diantara isolasi lain untuk
mengisolasi bagian dari transformator tenaga. Akan tetapi disamping itu isolasi cair
juga memiliki kelemahan yaitu mudah terkontaminasi. Ketika di operasikan cairan
dalam sebuah transformator akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi sekitar
95ºC dalam waktu lama dan konsekuensinya minyak mengalami proses penuaan
bertahap. Selain itu dalam jangka waktu yang lama minyak menjadi lebih gelap
akibat pembentukan asam dan resin, atau lumpur di dalam minyak. Beberapa asam
korosif terhadap bahan isolasi padat dan bagian logam dalam transformator.
Timbunan lumpur pada inti transformator, kumparan dan di dalam saluran minyak
mengurangi sirkulasi minyak dan panas sehingga kemampuan transfer sangat
berkurang. Selain itu faktor paling penting yang mempengaruhi kekuatan listrik
minyak isolasi adalah air dalam bentuk tetesan halus dalam minyak. Kehadiran
0,01% air di minyak transformator mengurangi kekuatan dielektrik untuk 20% dari
III.2. Kekuatan Dielektrik Minyak Isolasi
Sifat – sifat listrik dari minyak isolasi yang perlu diketahui adalah, dielektrik,
konduktansi, rugi – rugi dielektrik, tahanan isolasi, dan pelepasan muatan sebagian.
Sifat – sifat listrik dari minyak isolasi yang akan diuraikan pada tulisan ini adalah
kekuatan dielektrik minyak isolasi.
Kekuatan dielektrik minyak isolasi adalah kuat medan maksimum (medan
listrik) yang dapat dipikul oleh minyak isolasi tersebut. Peristiwa kegagalan minyak
isolasi melaksanakan fungsinya sebagai bahan dielektrik disebut tembus listrik
(breakdown).
Peristiwa tembus listrik ini terjadi bila kuat medan listrik yang dipikul
melebihi kekuatan dielektriknya. Breakdown terjadi jika :
ED > EC
Dimana : ED = kuat medan yang dipikul isolator
EC = kekuatan dielektrik isolator
Pemanasan atau kenaikan temperature minyak isolasi, terjadi bila panas yang
timbul lebih besar dari panas yang didisipasikannya, maka temperatur minyak isolasi
akan naik. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, maka dapat mengakibatkan
struktur kimia minyak isolasi tersebut berubah. Dengan berubahnya struktur kimia
minyak isolasi tersebut, kekuatan dielektrik minyak isolasi juga akan berubah, jadi
kekuatan dielektrik minyak isolasi tergantung pada kenaikan suhu dielektriknya, oleh
karena itu sangat penting dilakukan pengujian secara teratur tentang kekuatan
dielektrik minyak isolasi untuk menghindarkan kegagalan suatu bahan dielektrik
E
III.3. Medan DielektrikSuatu dielektrik tidak mempunyai elektron – elektron bebas, melainkan
elektron – elektron terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut.
Pada gambar dibawah ditujukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di dua
elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V, maka timbul medan
elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberikan gaya pada elektron –
elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas. Dengan kata lain,
medan elektrik merupakan suatu bahan yang menekan dielektrik agar berubah
menjadi konduktor.
Beban yang dipikul dielektrik ini disebut juga terpaan medan elektrik, setiap
dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik. Jika terpaan
elektrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama.
Maka isolator akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai
isolator. Dalam hal ini dielektrik tersebut tembus listrik atau mengalami
-
Elektroda
Elektroda Dielektrik
V
+
E
Terpaan listrik yang tertinggi yang dapat dipikul suatu dielektrik tampa
menimbulkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut kekuatan dielektrik. Jika suatu
dielektrik memiliki kekuatan dielektrik Ek, maka terpaan elektrik yang dapat
dipikulnya adalah < Ek.
Pada penerapan tegangan kekuatan dielektrik didefinisikan sebagai gradient
potensial dalam volt/cm yang merupakan perbandingan tegangan yang menyebabkan
kerusakan atau kegagalan pada dielektrik V dengan tebal isolasi d yang memisahkan
antara elektroda dapat dilihat pada persamaan berikut ini [6] :
(
kV cm)
d V
E= / ...(3-1)
Dimana :
E = Kuat medan listrik yang dapat ditahan oleh material isolasi
V = Tegangan maksimumyang tercatat pada alat ukur
d = Tebal isolasi
III.4. Ionisasi
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan molekul netral (atom
netral) sehingga menghasilkan satu elektron bebas dan ion positif, seperti yang
ditunjukan pada gambar dibawah ini :
+
Jika dilihat dari penyebabnya, inonisasi dibagi menjadi :
1. Ionisasi benturan
Jika ada suatu muatan (eb) yang bergerak dengan kecepatan kinetis sebesar
MV2 membentur suatu atom yang elektronnya (ea) mempunyai energi ikat terhadap
intinya sebesar Wie, apabila Energi kinetis eb lebih besar daripada energi ikat ea maka
akan terjadi ionisasi. Peristiwa inilah yang disebut ionisasi benturan (Gambar 3.3)
2. Ionisasi ultraviolet (Ionisasi Foton / Radiasi)
Ionisasi ini dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
• Ionisasi Radiasi, yang disebabkan oleh penyinaran sinar ultraviolet
• Ionisasi Radioaktif Bumi
• Ionisasi Karena Radiasi Sinar Kosmis
Proses ionisasi terjadi jika energi radiasi (hu) lebih besar daripada energi ikat
elektron (Wie). 3. Ionisasi thermal
Ionisasi ini terjadi jika udara pada ruang tertutup dipanaskan menyebabkan
molekul-molekul udara bergerak, sehingga terjadi benturan antar molekul. Hal ini
V
Elektron bebas lama + baru
eb Membentur ea
akan menyebabkan terjadinya ionisasi benturan yang menghasilkan ion positif dan
elektron.[5]
III.5. Teori Kegagalan Minyak Isolasi
Teori kegagalan isolasi yang terjadi pada minyak transformator dibagi
menjadi empat jenis sebagai berikut :
1. Teori kegagalan elektronik
Teori ini merupakan perluasan dari teori kegagalan pada gas, artinya proses
kegagalan yang terjadi dalam dielektrik cair karena adanya banjiran elektron
(electron avalanche) pada gas. Jika diantara elektroda diterapkan suatu kuat medan
yang sangat kuat, sedangkan pada elektroda tersebut terdapat permukaan yang tidak
rata, maka kuat medan yang terbesar terdapat pada bagian yang tidak rata tersebut.
Pancaran medan elektron dari katoda di asumsikan bertabrakan dengan atom
dielektrik cair. Jika energi medan yang dihasilkan dari tabrakan sudah cukup besar,
sebagian elektron akan terlepas dari atom dan akan bergerak menuju anoda bersama
dengan elektron bebas. Banjiran elektron ini serupa dengan peluahan yang terjadi
pada gas dan peristiwa ini akan mengawali proses terjadinya kegagalan.
2. Teori kegagalan karena adanya gelembung gas
Yaitu ketakmurnian (misalnya gelembung udara) mempunyai tegangan gagal
yang lebih rendah dari zat cair, disini adanya gelembung udara dalam cairan
merupakan awal dari pencetus kegagalan total dari pada zat cair. Kegagalan
gelembung merupakan bentuk kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh
3. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada disekeliling isolasi padat (kertas)
sering kali ikut tercampur dengan minyak. Selain itu partikel padat ini pun dapat
terbentuk ketika terjadi pemanasan dan tegangan lebih. Pada saat terjadi medan
listrik, partikel – partikel ini akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan
mengalir melalui jembatan dan menghasilkan pemanasan lokal serta menyebabkan
terjadinya kegagalan.
4. Teori kegagalan uap cair
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang telah lama
digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap air yang terlarut memisah
dari minyak dan terpolarisasi membentuk suatu dipole. Jika jumlah molekul molekul
uap air ini banyak, maka akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan
kedua elektroda, sehingga terbentuk suatu kanal peluahan. Kanal ini akan merambat
dan memanjang sampai terjadi tembus listrik.[13]
III.6. Mekanisme Tembus Listrik Dielektrik Cair Murni
Dielektrik cair murni biasanya tidak mengandung elektron bebas, kalaupun
ada hal itu terjadi karena adanya emisi medan tinggi yang menyebabkan sejumlah
elektron terlepas dari permukaan elektroda seperti pada gambar 3.4.
N
= Elektron Bebas Hasil Emisi Medan Tinggi
-N = Muatan Netral
Jadi proses tembus listrik dimulai dari elektron bebas tersebut bergerak
menuju anoda yang diakibatkan karena adanya medan listrik yang dihasilkan dari
sumber tegangan, sehingga menghasilkan gaya (F) pada elektron yang arahnya
berlawan dengan arah medan listrik (Gambar 3.5).
Gambar 3.5. Elektron Mengalami Gaya (F) Akibat Adanya Medan Listrik
Jika energi kinetis elektron awal yang bergerak (WK) lebih besar daripada
energi ikat elektron molekul netral (Wie) maka terjadilah ionisasi yang menghasilkan
satu elektron bebas dan satu ion positif. Elektron bebas hasil emisi dan hasil ionisasi
tadi bersama-sama bergerak menuju anoda sedangkan ion positif hasil ionisasi akan
bergerak menuju katoda, tapi pergerakannya lambat karena massanya lebih besar
(Gambar 3.6).
Dalam perjalanan elektron bebas menuju anoda, elektron - elektron tersebut
membentur molekul netral yang lain. Sehingga jumlah elektron - elektron yang
F
N
-
eaA K
A K
+
-ea
eb
Gambar 3.6. Elektron Bebas Bergerak Menuju Anoda dan Ion
menuju anoda semakin banyak. Untuk ion positif yang bergerak ke katoda, ion positif
tersebut akan membentur permukaan elektroda katoda sehingga terjadilah emisi
dampak ion positif yang menghasilkan elektron lagi, sehingga akan terjadi banjiran
elektron (Gambar 3.7).
Gambar 3.7. Banjiran Elektron Pada Dielektrik Cair
Jika medan elektrik masih ada atau terus meningkat, maka banjiran elektron akan
semangkin besar, sehingga antara elektroda akan terhubung, menyebabkan arus
mengalir sehingga terjadilah tembus listrik.[1]
III.7. Mekanisme Kegagalan Minyak Isolasi
Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi kegagalan minyak
transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan,
perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik
dari minyak transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak
transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak
transformator.
Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan
karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya
kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada
perinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar isolator tidak gagal.
Dalam struktur molekul material isolasi, elektron - elektron terikat erat pada
molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang
disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat
isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan
akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya
sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah
bila material tersebut kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya
arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal.[1]
Jika suatu tegangan dikenakan tehadap dua elektroda yang dicelupkan
kedalam cairan (isolasi) maka terlihat adanya konduksi arus yang kecil. Jika tegangan
dinaikkan secara kontinyu maka pada titik kritis tertentu akan terjadi lucutan diantara
kedua elektroda.
Lucutan dalam zat cair ini akan terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :
• Aliran listrik yang besarnya ditentukan oleh karakteristik rangkaian.
• Lintasan cahaya yang cerah dari elektroda yang satu ke elektroda yang
lain.
• Terjadi gelembung gas dan butir – butir zat padat hasil dekomposisi zat
cair.
III.8. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Minyak Isolasi
Minyak isolasi yang dipakai dalam jangka waktu yang lama akan mengalami
proses degradasi atau menurunnya kemampuan minyak sebagai media isolasi, hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Panas
Pemanasan yang berlangsung cukup lama dan terus – menerus pada minyak
isolasi akan merusak struktur kimia dari minyak isolasi, sehingga akan merubah sifat
– sifat dasar sebagai media isolasi.
2. Kerusakan karena ionisasi
Kerusakan karena ionisasi akan terjadi jika
W = E . q . λ > Wionisasi ………..(3-2) λcair< λgas
Ecair > Egas
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa bahan dielektrik cair dapat lebih
baik dari bahan dielektrik gas (untuk beberapa jenis gas) jika tidak dicampur dengan
bahan – bahan lain yang dapat merusak dielektrik cair sebagai media isolasi. Karena
dibutuhkan E yang sangat besar agar W > Wionisasi, sehingga terjadi kegagalan isolasi.
Adanya kuat medan yang besar menyebabkan timbulnya polaritas elektron antara
kedua elektrodanya dan dapat menyebabkan kerusakan pada dielektrik cair.
Adanya ketidakmurnian pada bahan dielektrik cair sangat besar pengaruhnya
terhadap sifat suatu bahan dielektrik (isolasi), hal ini dapat dilihat pada minyak
Dalam pengukuran minyak transformator yang terkontaminasi dengan
material pengotor, biasanya mempunyai tegangan gagal EBd 0 s/d 25 kV/mm. Minyak
transformator maupun pemutus tenaga yang telah lama digunakan harus di uji secara
periodik untuk mengetahui kemampuannya. Minyak yang diuji dengan elektroda
standar pada jarak 2,5 mm.
3. Kontak dengan udara
Kontak dengan udara akan menyebabkan minyak isolasi beroksidasi dengan
udara yang akan mengakibatkan minyak tercemar sehingga mengakibatkan turunnya
kekuatan dielektrik minyak isolasi.
4. Partikel – partikel yang merusak minyak isolasi
Partikel – partikel mekanis yang merusak minyak isolasi seperti perkaratan
(korosi) dan partikel – pertikel yang terbentuk dari bagian – bagian peralatan yang
diisolasi dengan minyak transformator sehingga minyak terkontaminasi dengan
partikel tersebut.
5. Korona
Percikan bunga api korona menyebabkan kadar karbon minyak meningkat dan
menyebabkan gelembung – gelembung gas N2 dan O2 pada minyak isolasi. 6. Faktor alamiah
Umur yang cukup lama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
BAB IV
ANALISIS KENAIKAN KEKUATAN DIELEKTRIK ISOLASI MINYAK TRANSFORMATOR
Untuk mengetahui kenaikan kekuatan dielektrik isolasi minyak transformator
maka diambil data hasil Purification / Filter yang dilakukan oleh PT PLN (Persero)
UPT Medan. Proses Purification / Filter ini dilaksanakan di Gardu Induk Labuhan,
Tragi Paya Pasir.
Untuk mengembalikan kualitas minyak isolasi transformator, maka dilakukan
tindakan berupa :
1. Purification / Filter
Proses purification/filter ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas
minyak diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada
kondisi buruk.
2. Reklamasi
Hampir sama dengan proses purification / filter, proses reklamasi dilengkapi
dengan melewatkan minyak pada fuller earth (bejana panas dan dicampur lumpur)
yang berfungsi untuk menyerap asam, basa dan produk - produk oksidasi pada
minyak. Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui
IV.1. Peralatan – Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan proses Purification / Filter, maka digunakan peralatan –
peralatan yang biasa digunakan oleh PT PLN (Persero) yaitu High Vacuum Oil
Purifier dengan data – data sebagai berikut [10]: 1. Model : KLVC - 4BAXC – MIA/KCF-100X2
2. Serial No. E-0134C
3. Kapasitas : 4000 L/Jam
4. Operating temperatur : 20ºC - 50ºC
5. Tegangan sumber : 380 V (3 ph), 50 Hz
6. Heater : 3 ph 48 kW (3 buah)
7. Motor Total : 6,7 kW
Tabel 4.1. Jenis – Jenis Motor Pada High Vacuum Oil Purifier
8. Delivery Pressure : 5 Kg/Cm2 9. Micron Rating : 0,5 µ
10.Filter Pressure : 3 Kg/Cm2 11.Operating Vacuum : 2 – 6 Tor
NO Phasa Pole
Output Arus
Aplikasi
(kW) (Amper)
1 3 4 1,5 3,2 Oil Inlet Pump
2 3 4 3,7 7,7 Vacuum Pump
12.Vacuum Pump : 3000 L/M.
Sedangkan untuk pengujian tegangan tembus PT. PLN (Persero) menggunakan
alat Portatest 80A-2, No. 4018301 dengan data :
1. Tegangan Input AC : 110 V, 220 V, 240 V / 50, 60 Hz
2. Tegangan Output : 0 – 80 kV
3. Jarak Ukur : 2,5 mm
4. Daya Max : 900 VA
5. Waktu tes 1 – 10 kali, lama waktu tes tercepat 5 menit, waktu mampu
menahan tegangan uji 1 menit – 24 jam.
6. Temperatur : 0 – 50 ºC
7. Ukuran : 540mm x 400mm x 440mm
8. Standar : IEC 156/95, VDE 370/96, BS 5874/80, UTE C27-221/74,UNE
21309/89, NEN 10156, SEV 3141/69, CEI 10-1/73, ASTM D1816/90, ASTM
D877/90, JIS 2101-82, JIS Silicon 2101/82
9. Berat : 39 kg
IV.2. Prosedur Pengujian
IV.2.1. Pengujian Tegangan Tembus Minyak
Pada pengujian minyak transformator ada beberapa tahapan yang diantaranya
adalah :
IV.2.1.1. Pengambilan Sample
Karena isolasi minyak sensitif terhadap pencemaran, maka pengambilan
sample harus dilakukan dengan hati-hati. Pastikan tempat / wadah alat uji dalam
kondisi bersih. Gunakan selang dan corong untuk mengisi minyak kedalam wadah
(selang dan corong harus dalam kondisi bersih) serta gunakan juga masker untuk
menghindari pencemaran ketika berbicara. Pengambilan sample yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Buang sedikit minyak dengan membuka valve agar kotoran didalam valve
terbuang, juga pada selang dan corong.
2. Isi wadah dengan minyak secukupnya lewat valve yang sama untuk
membersihkan kotoran / unsur lain didalam wadah, selanjutnya dibilas wadah
hingga benar – benar bersih dengan minyak tersebut (bila perlu dua sampai tiga
kali).
3. Isi wadah hingga penuh dan meluap sehingga jika adanya gelembung akan ikut
terbuang dan jangan sampai minyak tersentuh oleh kulit kita.
4. Tutup rapat minyak tersebut dengan penutup wadah agar minyak tidak
terkontaminasi dan bersihkan wadah bagian bawah dan sisi samping yang
terkena minyak dengan kain majun.
IV.2.1.2. Pengujian Minyak
Pengujian minyak dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Sambungkan alat uji dengan supplay 220 V, 50 Hz.
2. Aktifkan alat uji dengan menekan tombol switch on.
3. Tekan tombol menu, pilih standar IEC.
4. Setting alat uji sampai enam kali uji dengan waktu pengujian pertama 300 detik
dan selanjutnya 120 detik.
Berikut ini rangkaian pengujian tegangan tembus minyak (Gambar 4.1).
Keterangan :
TU = Trafo Uji EU = Elektroda Uji
PT = Trafo Ukur S = Saklar
V = Meter Digital
S
AC 220 V
TU
PT
EU
V
BEJANA
IV.2.1.3. Pengambilan Data
Pengambilan data dapat secara langsung dari penampakan display alat
ataupun memprint hasil uji tersebut, penulis secara langsung mencatat hasil
penampakan display sampai uji tegangan tembus berakhir (uji keenam). Pengambilan
data terus berlangsung sampai sirkulasi keenam.
IV.2.2. Proses Purification / Filter Pada Minyak
Alat Purification / Filter terdiri dari rangkaian komponen berupa pipa, tabung,
vakum, filter, heater, pompa, flowmeter dll. Berikut komponen – komponen tersebut :
1. Pompa / motor penyalur minyak pada mesin (Inlet Pump).
2. Strainer
Setelah terhisap oleh motor pompa Inlet yang dilengkapi dengan safety valve
dan dikontrol oleh inverter, maka minyak akan memasuki mesin melalui strainer yang
fungsinya sebagai penyaringan minyak dari partikel-partikel zat padat dan akan
diteruskan kembali oleh pompa menuju heater.
3. Oil Heater / pemanas minyak
Dalam perangkat ini elemen pemanas listrik ditempatkan pada protection
tubes (tabung-tabung pengaman).
4. Oil pre-filter / penyaring minyak depan
Prefilter melakukan proses penyaringan dengan kerapatan sebesar 0,5 mikron
yang dilengkapi juga dengan pressure gauge, drain valve dan oil sample valve. Dalam
perangkat ini dilengkapi 1 set saringan penampung dengan kerapatan 0,5 micron.
5. Degassing Chamber / ruang penguapan :
Pada perangkat ini dengan bagian pendistribusian penguapan minyak, pada
ruangan / bagian yang dilindungi dengan tutup pembuka.
• 1 set sight glass ( tabung )
• 3 set Oil level switch / pengunci level minyak
Di dalam vacuum chamber yang dilengkapi pressure gauge, vacuum gauge,
nozzle, sigh glass, dan valve pengatur vacuum akan dipisahkan antara minyak dangan
kandungan gas dan air dengan cara pemecahan dan pemacuuman oleh vacuum pump.
6. Pompa / motor penyalur minyak keluar (Outlet Pump).
7. Fine Filter / Penyaring akhir :
Pada perangkat ini dilengkapi dengan tutup dan lapisan filter yang mudah
diganti.
• 1 buah kran minyak
• 6 buah lapisan penyaring 0,5 Micron
8. Pompa Vacum
9. Katup valve
10. Measuring Instruments / Alat pengukuran
11. Panel kontrol
Proses Sirkulasi dilakukan pada proses Purification / Filter adalah minimal 6
(enam) dan maksimal 20 (dua puluh kali) jika minyak tersebut belum mencapai nilai
tegangan tembus yang diinginkan (sesuai PT. PLN (Persero) dengan syarat setiap
sirkulasi harus diambil sample untuk di uji tegangan tembusnya. PT PLN (Persero)
menetapkan batas minyak sudah tidak dapat di sirkulasikan lagi atau dapat dibuang
jika setelah mengalami proses pemurnian masih diperolah nilai kekuatan dielektrik 30
Pada penelitian saya ini, trafo yang di Purification / Filter adalah Trafo Gardu
Induk Labuhan yang tidak beroperasi, berarti proses purification / Filter berlangsung
dalam keadaan OFFLOAD. Trafo Gardu Induk Labuhan memiliki Kapasitas 31,5
MVA (Merk Pawell) dengan kapasitas minyak 19776,5 liter. Karena alat Purification
/ Filter dengan type KLVC - 4BAXC – MIA/KCF-100X2 mampu mengalirkan 4000
liter tiap jamnya maka untuk memperoleh satu sirkulasi dibutuhkan sekitar 5 (lima)
jam, untuk itu dibutuhkan waktu 30 jam untuk menyelesaikan 6 (enam) sirkulasi. Jadi
5 (lima) jam disini adalah waktu yang dibutuhkan oleh mesin untuk mensirkulasi
seluruh minyak (19776,5 liter) dalam trafo. Berikut adalah gambar rentang waktu
sirkulasi (Gambar 4.3).
IV.2.2.1. Persiapan
1. Sumber Tegangan AC
• Sambungkan ke sumber 3 phasa 380 Volt
• Hidupkan circuit breaker
• Pastikan Tidak ada masalah pada sumber 3 phasa yang masuk karena
besarnya tegangan yang masuk mempengaruhi kerja dari peralatan.
Start Sirkulasi I Sirkulasi II Sirkulasi III Sirkulasi IV Sirkulasi V
5 Jam 5 Jam 5 Jam 5 Jam
30 Jam
5 Jam
Sirkulasi VI
5 Jam
2. Sambungan selang
• Sambungkan selang antara valve V1 (Inlet) ke Valve bawah transformator
• Sambungkan selang antara valve V2 (Outlet) ke Valve atas transformator
3. Sebelumnya menjalankan mesin Purifier periksa dahulu keadaan – keadaan
berikut :
• Mesin harus diletakkan pada permukaan yang datar dan berada tidak jauh dari
transformator juga minyak yang akan diproses (purifier).
• Setelah menyambungkan kabel power, periksalah kembali pada volt meter di
kontrol panel, apakah telah sesuai dengan kebutuhan mesin. Apabila telah
sesuai periksa juga arah putaran motor in / out atau motor vacuum.
• Periksa kembali valve yang ada pada mesin apakah sudah sesuai dengan aliran
minyak.
• Banyaknya oli pada vacuum pump sesuai dengan instruksi dari pembuat.
Jangan diisi melebihi yang ditentukan.
• Periksalah apakah masih ada minyak yang tersisa pada Vapor Trap. Jika masih
ada, keluarkan minyak yang tersisa (buang).
• Pastikan sambungan pada selang sudah tersambung rapat.
IV.2.2.2. Proses Sirkulasi
1. Buka valve inlet V1 dan valve outlet (V2)
2. Sirkulasi minyak pada mesin untuk menghilangkan gelembung udara pada
3. Jalankan motor vacuum, kemudian motor inlet dan outlet secara bersamaan.
4. Setelah sirkulasi pada mesin dan transformator stabil, hidupkan heater (H1
sampai dengan H3) secara bertahap, hingga temperatur pada mesin sama
dengan temperatur pada transformator namun apabila terjadi perbedaan
temperatur antara mesin dengan transformator maka metode mematikan
heater harus secara bertahap pula sehingga temperatur antara mesin dengan
transformator tetap sama.
5. Periksa ulang pada tabung mesin apakah sudah stabil. Jika sudah stabil dapat
dilanjutkan pada proses berikutnya.
IV.2.2.3. Proses Purification Transformator
1. Buka Valve atas dan Valve bawah transformator
2. Buka Valve inlet V1 dan Valve outlet V2.
3. Pastikan ketinggian minyak di konservator sight glass berada pada posisi
tengah dengan cara mengatur minyak keluar dari valve outlet (V2) dan
minyak masuk dari valve inlet (V1).
4. Setelah sirkulasi berjalan selama beberapa jam, ambil contoh minyak dari
valve pada filter out untuk pengetesan tegangan tembus.
5. Apabila tegangan tembus telah memenuhi standar, lanjutkan pada proses
Dibawah ini adalah gambar Diagram Proses Purification / Filter Pada Minyak
(Gambar 4.4).
Heater Pree Filter Oil Inlet
Strainer
Vacuum Valve
Inlet Pump Vacuum Pump
Vacuum Chamber
Fine Filter
Oil Outlet Outlet Pump
Stabilizing
IV.2.2.4. Proses Mematikan Mesin
1. Pertama-pertama matikan heater dan Vacuum selanjutnya motor in, motor out
secara bersamaan.
2. Tutup valve atas dan valve bawah transformator
3. Tutup valve inlet (V1) dan Outlet (V2)
4. Buka selang valve (V1) dan (V2) dari mesin.
5. Matikan circuit breaker dan lepas kabel power setelah itu lepaskan semua
sambungan selang.
Berikut adalah proses sederhana dari kerja Purifier / Filter
Minyak dikeluarkan dari valve transformator melalui selang dialirkan ke inlet
valve mesin purifier, pada tahap petama partikel-partikel kasar dari minyak disaring
pada bagian stranier, kemudian dipompakan ke heater, disini minyak mengalami
proses pemanasan yang bertujuan untuk menguapkan kadar air dan gas pada minyak,
setelah itu pada bagian filter minyak difilter kembali, penyaringan pada tahap ini
bertujuan untuk menyaring partikel kotoran, kerak karbon serpihan logam dll,
kemudian minyak dialirkan ke bagian ruang vacuum, pada bagian ini terjadi proses
penebaran dan pemisahan minyak yang mengandung kadar air dan gas, lalu kadar air
dan gas dihisap oleh vacuum, kemudian dibuang sehingga minyak yang keluar dari
ruang vacuum ini adalah minyak yang sudah bersih dari kadar air dan gas. Kemudian
minyak yang sudah divacuum ini dipompakan kembali ke transformator untuk
digunakan, sebelum dialirkan ke transformator minyak difilter lagi pada bagian filter
volume minyak yang akan dimasukkan ke dalam transformator dengan minyak yang
keluar dari transformator.
Minyak yang sudah melewati tahap-tahap Purifier / Filter adalah minyak yang
mempunyai kualitas lebih tinggi dari minyak sebelum di Purifier / Filter. Sebagai
pengujian atau pembuktian bahwa minyak yang sudah dimurnikan / dipurifier
mempunyai kualitas kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dari sebelumnya maka
dilakukan kembali test tegangan tembus. Berikut adalah gambar diagram High
Vacuum Oil Purifier (Gambar 4.5).
IV.3. DATA HASIL PENGUJIAN
1. Sebelum di Purification dengan High Vacuum Oil Purifier
Tabel 4.2. Nilai Tegangan Tembus Sebelum di Purification
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 31,0
2 32,0
3 30,1
4 37,6
5 26,3
6 26,0
Rata - rata 30,5
2. Sirkulasi Pertama
Tabel 4.3. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Pertama Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 33,0
2 38,5
3 33,2
4 31,4
5 32,3
6 34,3
3. Sirkulasi Kedua
Tabel 4.4. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Kedua
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 39,4
2 38,8
3 36,7
4 35,6
5 37,3
6 36,6
Rata - rata 37,4
4. Sirkulasi Ketiga
Tabel 4.5. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Ketiga
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 45,3
2 48,4
3 45,2
4 40,1
5 41,2
6 38,4
5. Sirkulasi Keempat
Tabel 4.6. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Keempat
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 67,1
2 40,8
3 51,4
4 51,4
5 73,1
6 46,7
Rata - rata 55,0
6. Sirkulasi Kelima
Tabel 4.7. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Kelima
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 70,1
2 80,0
3 65,5
4 70,3
5 71,2
6 63,3
7. Sirkulasi Keenam
Tabel 4.8. Nilai Tegangan Tembus Setelah Sirkulasi Keenam
Pengujian Tegangan Tembus (kV)
1 80,0
2 71,9
3 75,9
4 71,5
5 66,2
6 67,8
Rata - rata 72,2
IV.4. ANALISIS DATA
Dari hasil data pengujian, dapat dicari nilai kekuatan dielektrik minyak
transformator, dengan rumus [4] :
(
kV mm)
s V
E /
.
η
= ... (4-1)
Dimana :
E = Kuat medan listrik yang dapat ditahan oleh dielektrik (kV/mm)
V = Tegangan maksimum yang dibaca alat ukur ( kV)
S = Jarak sela antar elektroda = 2,5 mm
r
q= , dengan R,r = radius masing-masing elektroda = 36 mm
Maka, didapat nilai p = 1,069 maka dapat dianggap 1 dan q = 1, kemudian
berdasarkan Tabel 4.9, maka faktor efisiensi untuk f(1,1) = 1
Tabel 4.9. Nilai Faktor Efisiensi Medan (
η
) Untuk Berbagai Susunan ElektrodaSehingga nilai kekuatan dielektrik minyak transformator tersebut adalah :
1. Sebelum di Purification / Filter
5
Dengan rumus yang sama maka didapat nilai kekuatan dielektrik dari setiap
1. Sebelum di Purification / Filter dengan High Vacuum Oil Purifier
Tabel 4.10. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik Sebelum di Purification
Pengujian Tegangan Tembus (kV) Kekuatan Dielektrik (kV/mm)
1 31,0 12,4
2 32,0 12,8
3 30,1 12,0
4 37,6 15,0
5 26,3 10,5
6 26,3 10,4
Rata - rata 30,5 12,2
2. Sirkulasi Pertama
Tabel 4.11. Nilai Tegangan Tembus dan Kekuatan Dielektrik Setelah Sirkulasi
Pertama
Pengujian Tegangan Tembus (kV) Kekuatan Dielektrik (kV/mm)
1 33,0 13,2
2 38,5 15,4
3 33,2 13,3
4 31,4 12,5
5 32,3 12,9
6 34,3 13,7