PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN
Oleh :
Dewi Ratna Pertiwi Sitepu NIM 4123321013
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Balai, pada tanggal 8 Desember 1994. Ayah
bernama M. Ramin Sitepu dan Ibu bernama Syamsiah S.Pd dan merupakan anak
pertama dari satu bersaudara. Pada tahun 1999 penulis masuk Taman
Kanak-kanak Daar Al-Falah dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis masuk SD N
132407 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan sekolah di
SMP N 1 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN
Dewi Ratna Pertiwi Sitepu (4123321013) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap keterampilan proses sains fisika siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash pada materi pokok Besaran dan Satuan kelas X SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P. 2016/2017.
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain two group Pre-test dan Pos-Pre-test. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P. 201/2017 yang terdiri dari 7 kelas berjumlah 245 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yang mengambil 2 kelas dari 7 kelas, yaitu kelas X -1 sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Inquiry Training, dan kelas X-4 sebagai kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, masing-masing kelas sebanyak 35 siswa. Data penelitian ini diperoleh menggunakan instrument essay test dalam bentuk keterampilan proses sains berjumlah 6 item soal yang telah divalidkan oleh validator, observasi sikap dan keterampilan siswa berupa lembar penilaian yang digunakan oleh observer. Uji hipotesis menggunakan uji t.
Berdasarkan analisa data, nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen 32,06 dan nilai pre-test rata-rata kelas kontrol 31,74. Setelah pembelajaran selesai diberikan pos-test dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 75,49 dan kelas kontrol 69,27. Dari hasil uji t diperoleh thitung= 10,42 sedangkan ttabel = 1,67. Karena thitung
> ttabel (10,42 > 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh akibat
perbedaan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : Model Pembelajaran Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat di selesaikan dengan baik, skripsi
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Macromedia
Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan” disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di
jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1) Ibu Dr. Eva M. Ginting, M.Si, sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
2) Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.Si., MM, Ibu Dr. Betty M Turnip, M.Pd, dan
Bapak Drs. Jonny H. Panggabean, M.Si selaku dosen Pembanding yang
telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3) Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik
yang banyak memberikan nesehat dan masukan selama ini.
4) Bapak Dr. Alkhafi Maas Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan
bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd selaku Ketua Prodi pendidikan
Fisika.
5) Seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan pegawai jurusan fisika FMIPA
UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
6) Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku dekan FMIPA Unimed.
7) Ibu Dra. Rosminah, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7
Tanjungbalai dan Ibu Dona Surbakti S.Pd selaku guru bidang studi fisika
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian.
8) Teristimewa Kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda M. Ramin Sitepu dan
Ibunda Syamsiah S.Pd yang telah mendidik, memberi doa yang tulus
v
dan nasehat yang menjadi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
9) Teristimewa juga kepada Khoedi Saputra Raindo yang senantiasa
mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.
10) Teman-teman seperjuangan selama 4 tahun di Ekstensi A 2012 Pendidikan
Fisika yang selalu menyemangati, menasehati, berbagi ilmu (Aisyah, Dessy
Yulia Sitepu, Dewi Novita, Irma Asiyah Sari, Irene Kritiani Br Sitepu, Andi
Putra Nainggolan , M. Fadli Suriadi, Evi Febrianne Naibaho dll).
11) Teman seperjuangan dalam menyusun skripsi (Zaskya Laksmi Utami, Yuni
Theresia Sinulingga, Emi Katawarina Ginting, Eirin Esra Lestari
Simanjuntak.
12) Teman-teman di kost Perjuangan No.97 (Putri, Aulia, Kiki, Mutia, Fira)
yang selalu memberi ceria dan menghapus sedih.
13) Teman-teman seperjuangan PPLT UNIMED di SMP N 6 Kisaran 2015
(Yuslia, Janita, Khairul, Ema, Onny, Kak Isma, Hanum, Diana, Dilla, dll),
14) Terima kasih untuk semua pihak atas dukungan, bantuan, motivasi, dan
nasehat kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 6
1.3 Batasan Masalah 6
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
litian
.1 Kerangka Teoritis 10
0
ik
ran
quiry Training 20
1.4 7
1.5 Tujuan Pene 7
1.6 Manfaat Penelitian 8
1.7 Defenisi Operasional 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1.1 Pengertian Belajar 1
2.1.2 Tujuan Belajar 11
2.1.3 Hasil Belajar 12
2.1.3.1 Ranah Kognitif 13
2.1.3.2 Ranah Afektif 17
2.1.3.3 Ranah Psikomotor 18
2.1.4 Model Pembelaja 18
vii
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training 20
quiry Training
n Proses Sains
n Proses Sains
Sains
terampilan Proses Sains
.1 n Ketelitiannya
n Pada Pengukuran
IAN
.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 46
2.1.5.2 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 23
2.1.5.3 Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran In 25
2.1.5.4 Teori Belajar Yang Mendukung 26
2.1.5.5 Sistem Sosial Pembelajaran Inquiry Training 28
2.1.5.6 Peran Guru 28
2.1.5.7 Dampak Instruksional 29
2.1.6 Keterampila 30
2.1.6.1 Pengertian Keterampila 30
2.1.6.2 Tujuan Keterampilan Proses 30
2.1.6.3 Kegiatan Keterampilan Proses Sains 31
2.1.6.4 Teori Belajar Yang Mendukung Ke 32
2.1.7 Pembelajaran Konvensional 33
2.1.7.1 Tujuan Pembelajaran Konvensional 33
2.2 Media Pembelajaran 34
2.2.1 Macromedia Flash 34
2.3 Materi Pembelajaran 36
2.3.1 Pengukuran 36
2.3.1 Alat Ukur Panjang Da 36
2.3.1.2 Ketidakpastia 38
2.3.1.3 Angka Penting 40
2.3.2 Besaran Dan Satuan 42
2.3.2.1 Besaran Pokok 42
2.3.2.2 Sistem Internasional 42
2.3.2.3 Besaran Turunan 43
2.3.2.4 Dimensi 43
2.4 Kerangka Konseptual 45
2.5 Hipotesis Penelitian 45
viii
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian 46
enelitian
Data
ta Pretes
ostes
ata
ean
LITIAN DAN PEMBAHASAN
.1 Hasil Penelitian Data 58
59
3.2.1 Populasi Penelitian 46
3.2.2 Sampel Penelitian 46
3.3 Variabel Penelitian 46
3.3.1 Variabel Bebas 46
3.3.2 Variabel Terikat 46
3.4 Jenis Dan Desain P 47
3.4.1 Jenis Penelitian 47
3.4.2 Desain Penelitian 47
3.5 Prosedur Penelitian 48
3.6 Teknik Pengumpulan 50
3.6.1 Teknik Pengumpulan Da 50
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data P 50
3.7 Instrumen Penelitian 50
3.7.1 Angket Siswa 50
3.7.2 Lembar Wawancara Guru 50
3.7.3 Tes Hasil Belajar 50
3.8 Validitas Tes 53
3.8.1 Validitas Isi 53
3.9. Teknik Analisis D 53
3.9.1 Menghitung M 53
3.9.2 Uji Normalitas 54
3.9.3 Uji Homogenitas 54
3.9.4 Uji Hipotesis 55
BAB IV HASIL PENE 4
4.2 Pengujian Analisa Data Pretes
4.2.1 Uji Normalitas Data 59
4.2.2 Uji Homogenitas Pretes 60
ix
R N Ke
4.3. Perlakuan 61
4.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 61
4.3.2 Lembar Kegiatan Siswa 61
4.3.3 Observasi 61
4.3.3.1 Hasil belajar afektif 62
4.3.3.2 Hasil belajar psikomotorik 63
4.4 Hasil Penelitian Data Post-Test 64
4.5 Pengujian Analisa Data Post-test 66
4.5.1 Uji Normalitas Data Post-test 66
4.5.2 Uji Homogenitas Data Post-test 66
4.5.3 Uji Hipotesis Data Postes 67
4.6 Pembahasan 68
BAB V KESIMPULAN DAN SA A 5.1. simpulan 71
5.2. Saran 71
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan 13 Tabel 2.2. Kategori Proses Kognitif 15 Tabel 2.3. Kategori Proses Afektif 17 Tabel 2.4. Kategori Proses Psikomotorik 18 Tabel 2.5. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training 23 Tabel 2.6. Komponen Dan Indikator Keterampilan Proses Sains 31 Tabel 2.7. Tujuh Besaran Pokok Dalam SI 43 Tabel 2.8. Dua Besaran Pokok Tambahan Dalam SI 43 Tabel 2.9. Tujuh Besaran Pokok Berdimensi 44 Tabel 2.10. Beberapa Besaran Turunan, Dimensi Dan Satuannya 44 Tabel 3.1. Two Group Pretes – Posttes Design 47 Tabel 3.2. Tabel Komponen Keterampilan Proses Sains 51 Tabel 3.3. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Proses Sains 51 Tabel 3.4. Kriteria Penskoran Essay Test 52 Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi Dan Varians 59 Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 59 Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 60 Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Uji T Dua Pihak (Nilai Pretes) 61 Tabel 4.5. Perkembangan afektif Siswa Kelas Eksperimen Pada
Pertemuan I, Pertemuan II, Pertemuan III 62
Tabel 4.6. Perkembangan psikomotorik siswa Kelas Eksperimen Pada
Pertemuan I, Pertemuan II, Pertemuan III 63
Tabel 4.7. Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi Dan Varians Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol 65
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Dampak Instruksional 29
tar
Sekrup
49
Gamba Nilai Pretes Kelas Eksperimen Dan
68
Gamba Nilai Postes Kelas Eksperim n Dan
Kelas Kontrol 60
Gambar 2.2. Mis 36
Gambar 2.3. Jangka Sorong 37
Gambar 2.4. Mikrometer 38
Gambar 3.1. Skema Penelitian r 4.1. Diagram Batang
Kelas Kontrol 58
Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Afektif Kelas Eksperimen 67 Gambar 4.3. Diagram Batang Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) 76
Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa I 99
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) 104 Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa II 123 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) 128 Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa III 148 Lampiran 7. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains 152 Lampiran 8. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains 156 Lampiran 9. Lembar Penilaian Afektif (Sikap) Siswa 161 Lampiran 10. Lembar Penilaian Psikomotorik (Keterampilan) Siswa 163 Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 165 Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa 167 Lampiran 13. Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 175 Lampiran 14. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians 179
Lampiran 15. Uji Normalitas Data 182
Lampiran 16. Uji Homogenitas Data 187
Lampiran 17. Uji Hipotesis Data 190
Lampiran 18. Perkembangan Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen Pada
Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III 195
Lampiran 19. Perkembangan Afektif Siswa Kelas Eksperimen Pada
Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III 197
Lampiran 20. Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa
Kelas Eksperimen 199
Lampiran 21. Penilaian Ranah Afektif Siswa Kelas Eksperimen 205 Lampiran 22. Rekapitulasi Keterampilan Proses Sains Siswa Pada
Kelas Eksperimen 211
xiii
Kelas Eksperimen 213
Lampiran 24. Rekapitulasi Nilai Psikomotorik 215 Lampiran 25. Rekapitulasi Nilai Afektif 217 Lampiran 26. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 219 Lampiran 27. Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 220 Lampiran 28. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 221 Lampiran 29. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi T 223 Lampiran 30. Penilaian Lembar Kerja Siswa 224 Lampiran 31. Validasi Isi Perangkat Instrumen Hasil Belajar Oleh
Validator 226
Lampiran 32. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas MIPA ke Kepala
Sekolah SMA Negeri 7 Tanjungbalai 230
Lampiran 33. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas MIPA ke Dinas
Pendidikan Kota Tanjungbalai 231
Lampiran 34. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Pendidikan Tanjungbalai
Ke SMA N 7 Tanjungbalai 232
Lampiran 35. Surat balasan dari sekolah SMA N 7 Tanjungbalai 233
Lampiran 36. Surat persetujuan 234
Lampiran 37. Dokumentasi 235
Lampiran 38. Tampilan Macromedia Flash 239
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
didik.
Menurut Slameto(2010:2), belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan
yaitu perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya
Proses pendidikan sering terjadi di sebuah lembaga. Dan lembaga
pendidikan telah mengalami perkembangan, dari bentuknya yang paling sederhana
yakni keluarga dan masyarakat sampai yang modern, yaitu sekolah (Latif, 2009:1).
Sekolah sebagai sistem pendidikan formal tersusun atas beberapa unsur,
diantaranya unsur guru selaku tenaga pendidik dan siswa selaku peserta didik yang
berjalan dengan norma tertentu dalam bentuk kurikulum. Salah satu implementasi
kurikulum yaitu dalam proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas. Agar
proses pembelajaran bermakna, maka perlu adanya interaksi yang sinergis antara guru
dan siswa.
Sebagai seorang manager dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus
mampu mendesain kelas. Desain kelas yang didukung oleh pemilihan model, metode
dan media pembelajaran yang tepat dapat menciptakan kondisi kelas yang aktif
sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Untuk mendesain kelas dengan
baik, seorang guru harus mampu memahami karakteristik kelas, terutama
karakteristik siswa. Keberagaman yang terdapat pada siswa dapat dijadikan landasan
untuk memilih model, metode dan media pembelajaran yang tepat
2
Secara umum IPA meliputi tiga bidang dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia.
Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah–langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta
penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala–gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. (Trianto, 2011: 137–138)
Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa konsep. prinsip dan teori
dalam fisika tidak harus dihafal, tetapi dipahami oleh siswa. Hal ini bertolak belakang
dengan kenyataan dilapangan bahwa siswa hanya menghafal konsep dan kurang
mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata
yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 16 desember 2015,
melalui penyebaran angket kepada 35 siswa/I kelas X di SMA Negeri 7 Tanjung
Balai, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran
fisika. Sebanyak 45,71 % siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran
yang sulit dan kurang menarik, 40% siswa menganggap fisika membosankan, 8,57%
siswa yang menganggap fisika menarik dan menyenangkan dikarenakan pelajaran
fisika banyak menggunakan rumus sehingga menyulitkan siswa untuk mengingat
rumus-rumus tersebut dan ketika dihadapkan dengan soal-soal, siswa kesulitan dalam
menentukan rumus mana yang harus digunakan dan hanya 5,72% yang menganggap
fisika biasa saja.
Faktor lain yang menyebabkan siswa menganggap fisika kurang menarik dan
kurang menyenangkan adalah metode mengajar yang belum tepat untuk mengajarkan
fisika yang menarik bagi siswa. Dari hasil angket yang disebar, 54,28% siswa
menginginkan pembelajaran yang dipraktikum dan demonstrasikan, 28,57% siswa
3
menginginkan proses pembelajaran dengan belajar kelompok, dan hanya 11,42%
siswa yang menginginkan pembelajaran yang banyak mengerjakan soal.
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru fisika SMAN 7 Tanjung Balai
yaitu bapak Sofyan Efendi Saragih S.Pd. bahwa metode mengajar yang sering
dilakukan adalah ceramah, mencatat, dan mengerjakan soal sehingga kurang variatif
dan siswa menjadi tidak aktif dalam proses pembelajaran. Siswa jarang mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan, bahkan ada siswa yang tidak pernah
mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru karena
rendahnya minat siswa dalam belajar fisika. Sehingga tidak diherankan lagi hasil
belajar siswa untuk fisika cukup memprihatinkan. Sebesar 75% siswa mendapat nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Nilai KKM fisika yaitu 75.
Dari hasil wawancara juga didapat pernyataan bahwa dalam proses pembelajaran
fisika pernah diajarkan menggunakan media powerpoint, namun hal tersebut tidak
membawa dampak yang positif terhadap minat dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti melihat bahwa pembelajaran konvensional
disekolah tersebut cenderung mengarah pada model pembelajaran langsung. Model
pembelajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang bersifat teacher
centered atau berpusat pada guru (Trianto, 2011:41).
Kegiatan pembelajaran yang monoton juga menjadi alasan mengapa fisika
menjadi salah satu pelajaran yang kurang digemari. Diperlukan adanya pembaharuan
seperti halnya secara rutin membawa siswa ke laboratorium untuk melakukan
praktikum. Sekolah yang menjadi tempat observasi peneliti tersebut memiliki sarana
laboratorium yang baik. Melalui wawancara dengan bapak wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, beliau mengatakan bahwa alat-alat praktikum di laboratorium
fisika sangat lengkap dan kondisi masih baru. Namun disayangkan para guru sangat
jarang memanfaatkannya.
Berdasarkan masalah diatas, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran Inquiry Training. Menurut Joyce, et al
4
(2009:201), model pembelajaran Inquiry Training dirancang untuk membawa siswa
secara langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan –latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut kedalam periode waktu yang singkat. Tujuannya
adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan kemampuan
intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban
berdasarkan rasa ingin tahunya.
Melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan aktif mengajukan
pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta
memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual
yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu
terjadi. Model pembelajaran Inquiry Training dimulai dengan menyajikan peristiwa
yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa yang menghadapi situasi
tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah-masalah yang masih menjadi
teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempataan ini untuk mengajarkan
prosedur pengkajian sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Inquiry Training.
Dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training diharapkan proses
pembelajaran yang merupakan proses pemerolehan konsep dan keterlibatan siswa
secara langsung mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran Inquiry Training telah diteliti oleh beberapa peneliti
sebelumnya seperti tuti (2012) dan Sirait (2012). Tuti (2012) menerapkan model
Inquiry Training dan memperoleh hasil belajar dengan nilai rata – rata 74,69 dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional rata-rata
sebesar 66,67. Kelemahannya adalah siswa kurang terbiasa membuat hipotesis dari
masalah sehingga hipotesis siswa tidak tersusun secara sistematis, kritis, logis dan
analisis. Sirait (2012) menerapkan model pembelajaran Inquiry Training dalam
materi pokok Gerak Lurus memperoleh hasil belajar dengan nilai rata – rata 75,64
dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional
rata-rata sebesar 64,29. Kelemahannya adalah masih terdapat siswa yang kurang aktif
dalam kelompok ketika pembelajaran sedang berlangsung .
5
Model ini juga telah dipublikasikan dalam bentuk jurnal baik di tingkat
nasional maupun internasional. Jurnal penelitian( Harahap dan Jurubahasa, 2013)
melaporkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training. Hal serupa juga diungkapkan
dalam jurnal pendidikan (Nasution Dan Tonggol, 2014) yang meyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training dengan Direct Instruction. Sementara jurnal
internasional yang berkaitan (Pandey, Nanda dan Ranjan, 2001) yang dipublikasikan
di journal of innovative research in education mengungkapkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap prestasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran
inquiry training dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Vaishnav, (2013) dari Chirayu, K C Bajaj College of Education, India juga mengungkapkan bahwa
model Inquiry Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik siswa. Selanjutnya (Rankhumise dan Raphoto, 2014) menyatakan bahwa
adanya peningkatan yang signifikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training.
Perbedaan peneliti terdahulu dengan peneliti yang akan diteliti adalah
peneliti menggunakan media yaitu Macromedia Flash. Peneliti bermaksud untuk
melihat apakah penggunaan model pembelajaran inquiry training berbantuan
macromedia flash dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Macromedia flash adalah salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan Adobe Systems. Adobe flash digunakan untuk membuat
gambar vektor maupun animasi gambar. Berkas yang dihasilkan dari perangkat lunak
ini mempunyai file extension. Aplikasi flash merupakan sebuah standar aplikasi
industri perancangan animasi web dengan peningkatan pengaturan dan perluasan
kemampuan integrasi yang lebih baik. Banyak fitur-fitur baru dalam flash yang dapat
meningkatkan kreativitas dalam pembuatan isi media yang kaya dengan
memanfaatkan kemampuan aplikasi tersebut secara maksimal.
6
Menurut Hamalik dalam Arsyad (2013 : 19) menyatakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Berdasarkan pada uraian yang tertera di latar belakang, dapat dikatakan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training menggunakan media
pembelajaran Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga
judul penelitian ini adalah “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
menggunakan Macromedia Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Pada Materi besaran dan satuan Di Kelas X Semester I SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
diidentifikasi pokok-pokok masalahnya sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika siswa dibawah nilai ketuntasan minimum.
2. Guru menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu dengan metode
ceramah, mencatat dan mengerjakan soal.
3. Penggunaan fasilitas sekolah seperti laboratorium kurang maksimal dalam
proses pembelajaran.
4. Siswa menginginkan pembelajaran fisika dengan banyak praktek dan
demonstrasi
5. Penggunaan media kurang maksimal dalam proses pembelajaran.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol
7
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P
2016/2017
3. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Besaran dan Satuan
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana keterampilan proses sains fisika siswa di kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi besaran dan
satuan kelas X semester I di SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017?
2. Bagaimana keterampilan proses sains fisika siswa di kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi besaran dan satuan
kelas X semester I di SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017?
3. Apakah keterampilan proses sains fisika siswa akibat pengaruh model
pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan pembelajaran
konvensional pada materi besaran dan satuan kelas X Semester I SMA Negeri
7 Tanjung Balai T.P 2016/2017?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains fisika siswa di kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training pada materi besaran dan
satuan kelas X semester I di SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains fisika siswa di kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi besaran dan satuan
kelas X semester I di SMA Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017.
3. Untuk mengetahui keterampilan proses sains fisika siswa akibat pengaruh
model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan pembelajaran
8
konvensional pada materi besaran dan satuan kelas X semester I di SMA
Negeri 7 Tanjung Balai T.P 2016/2017.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat member manfaat:
1. Bagi guru: sebagai bahan informasi tentang pelaksanaan model
pembelajaran Inquiry Training
2. Bagi peneliti: sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam mengajar fisika di masa yang akan datang.
3. Bagi siswa: sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi model
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar fisika siswa dalam
memahami dan menguasai konsep-konsep fisika.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.( Suprijono ,2010: 46)
2. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
berawal dari sebuah kepercayaan dalam upaya pengembangan para pelajar
mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian
ilmiah dengan memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami siswa, memberikan
siswa arahan-arahan khusus sehingga siswa dapat mengeksplorasi
bidang-bidang baru secara efektif.( Joyce , 2011:200)
3. Media pembelajaran adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya
mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung
dengannya. Sedangkan media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan
(the carriers of messages)dari beberapa sumber saluran kepenerima pesan (the receiver of the messages). (Trianto,2011:235)
9
4. Macromedia flash adalah software yang banyak dipakai oleh para profesional
web karena kemampuannya yang mengagumkan dalam menampilkan
multimedia, menggabungkan unsur teks, grafik, animasi, unsure suara serta
interaktivitas bagi pengguna program animasi internet.(Rizki Rahman
,2008:5)
5. Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep , prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep
yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan. keterampilan diperoleh dari latihan kemampuan mental,
fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi. (Trianto, 2014 : 144)
6. Keterampilan proses sains adalah wahana penemuan, pengembangan fakta
konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa yang ditemukan dan
dikembangkan siswa yang berperan menunjang pengembangan keterampilan
proses pada diri siswa yang pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan
nilai ilmuan pada diri siswa. (Dimyanti dan Mujdiono, 2006 : 144)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran Inquiry
Training menggunakan macromedia flash pada materi pokok besaran dan satuan di kelas X semester I SMA Negeri 7 Tanjung Balai
T.P.2016/2017 sebelum diberi perlakukan rata-rata pretes 32,06 dan
setelah diberi perlakuan rata-rata postes 75,49 dengan kriteria tingkat
kemampuan tinggi.
2. Keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional
pada materi besaran dan satuan di kelas X semester I SMA Negeri 7
Tanjung Balai T.P.2016/2017 sebelum diberi perlakukan rata-rata
pretes 31,74 dan setelah diberi perlakuan rata-rata postes 69,27
dengan kriteria tingkat kemampuan tinggi.
3. Keterampilan proses sains siswa akibat pengaruh model pembelajaran
Inquiry Training lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada materi pokok Besaran dan Satuan di kelas X semester I SMA Negeri 7
Tanjung Balai T.P.2016/2017.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu:
1. Hendaknya menguasai semua sintaks dalam Pembelajaran Inquiry
Training dan mengatur waktu untuk melaksanakan semua sintaks tersebut dengan tepat waktu dan siswa tersebut tidak merasa kesulitan
di dalam mengikuti semua sintaks tersebut.
2. Hendaknya melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini
terhadap siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara
kerja model pembelajaran ini ketika melakukan penelitian,sehingga
72
model pembelajaran Inquiry Training ini bisa diselesaikan tepat
waktu.
3. Kepada guru ataupun calon guru yang ingin menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training ini supaya mempersiapkan
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang menarik dan terkait pada
materi pelajaran sehingga siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adhychezz, (2013), Pengertian berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif,
https://adhychezz.wordpress.com/pemikiran/apa-itu-berpikir-logis-kritis-dan-kreatif/, 25 Maret 2016
Alfarizi, Z., (2012), Pengertian Tanggung Jawab,
https://zaysscremeemo.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-tanggungjawab/, 25 Maret 2016
Anderson, L.W., Karthwohl, D.R., (2010), Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Anonim, (2014), Pengertian Jujur Menurut Para Ahli, https://dilihatya.com/2240/pengertian-jujur-menurut-para-ahli/, 25 Maret 2016
Anonim, (2014), Pengertian Kerja Sama Menurut para Ahli,
www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-kerjasama-menurut-para-ahli/, 25 Maret 2016
Arsyad, A.(2013), Media Pembelajaran, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah, S.B., Aswan, Z., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta
Hakim, A., dkk, (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry Training dan Konvensional pada Materi Pokok Gaya dan Hukum Newton di Kelas VII SMP Negeri 17 Medan, Jurnal Online Pendidikan Fisika, 1 : 8-16
Harahap, F., Sinuraya, J. B., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Pengukuran Kelas Vii Semester I Mts N 2 Medan T.P 2012/2013. Jurnal pendidikan online fisika Vol 1 hal: 34-40
Huda, Miftahul, (2014), Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta
74
Jufri, W., (2013), Belajar Pembelajaran Sains, Penerbit Pustaka Reka Cipta, Bandung
Kanginan, M., (2007), Fisika untuk SMA/MA kelas X, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Latif, A., (2009). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Penerbit Refika Aditama, Bandung
Nasution, D., Hasibuan, T. B., (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Kelas X Semester Ii Sma Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P. 2013/2014. Jurnal pendidikan online fisika Vol 1 hal: 38-44
Nurachmandani, S., (2009), Fisika 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Penerbit Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Pandey, A., Nanda, G.K., Ranjan, V., (2011) effectiveness of inquiry training model over convensional teaching method on academic achievement of science student in india, journal of innovative research in education Vol 1hal:7-20
Petrus, R. M., Raphoti.M.S., (2014), The Effect Of Inquiry-Based Teaching-Learning Sequence In Ameliorating Alternative Conceptions And Conceptual Difficulties Of Conservation Of Mechanical Energy. Mediterranean Journal Of Social Sciences MCSER Publishing, Rome-Italy Vol 5 hal: 366-380
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta
Rahman, R., Setiawan, W., Fitrajaya, E., (2008), Optimalisasi Macromedia Flash untuk Mendukung Pembelajaran Berbasis Komputer pada Program Studi Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Bandung: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi., ISSN:1979-9264
Sagala, S., (2012). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Penerbit Alfabeta, Bandung
Salim, A., Ishafit., Toifur, M., (2011) Pemanfaatan Media Pembelajaran (Macromedia Flash) dengan Pendekatan Kontruktivis Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Fisika Pada Konsep Gaya. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Prosiding seminar nasional penelitian, pendidikan, dan penerapan MIPA. F-279.
Sanjaya, W., (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan, Penerbit Prenada Media Group, Jakarta.
75
Sari, Gongna. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Zat Dan Wujudnya Di Kelas VII Semester 1 MTs Al-Washliyah Tembung T.P. 2012/2013. Medan : FMIPA Unimed
Sari, Novita. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas VIII SMP Negeri 6 Medan T.P. 2011/2012. Medan : FMIPA Unimed
Sirait, R., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTs N 3 Medan, Jurnal Pendidikan Fisika, Volume 1, Nomor 1 Juni 2012.ISSN 2252-732X. Halaman 23-25. (Diakses 16 Januari 2012) Slameto, (2010), Belajar Dan Faktor Yang Memperngaruhi. Penerbit PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suprijono, A., (2010), Kumpulan Model Pembelajaran: Teori Dan Aplikasi, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Suryobroto, B, (2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Penerbit PT Rhineka Cipta, Jakarta
Tawil, M., dan Liliasari, (2014), Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UMN, Makassar
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.
Tuti, S., (2015), Pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi suhu, kalor dan perpindahan kalor di kelas X IPA semester II SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2014/2015. Skripsi. FMIPA. Unimed. Medan
Vaishnav, S.R., (2013) Effectiveness of inquiry training model for teaching science, scholarly research journal for interdisciplinary studies Vol I :1216-1220
Wena, M., (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta