• Tidak ada hasil yang ditemukan

JOURNAL PUBLIKASI Upaya Meningkatkan Kemampuan Bercerita Dengan Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar TK Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JOURNAL PUBLIKASI Upaya Meningkatkan Kemampuan Bercerita Dengan Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar TK Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR TK

KEMIRI 02 KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat

Guna Mencapai Derajat Strata 1

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun Oleh

SRI TYASTUTI

NIM. A. 53A100051

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

1

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Sri Tyastuti A. 53A100051 Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 104 halaman

Tujuan penelitian ini adalah tujuan umum adalah untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak pada kelompok A TK Kemiri 02 Kebakkramat, Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Dan tujuan khusus adalah untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak melalui media buku cerita bergambar pada kelompok A TK Kemiri 02 Kebakkramat, Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action ressearch) dengan bentuk penelitian PTK. Subjek penelitian adalah seluruh anak yang berada di Taman Kanak-Kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 siswa. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi partisipan, dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model induktif interaktif, komponen pokok analisis induksi interaktif yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa Kemampuan bercerita anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Karanganyar pada pra siklus yang dinyatakan tuntas ada 6 anak dari 16 anak (37,5 %), sedangkan yang belum tuntas ada 10 anak dari 16 anak (62,5 %). Pada siklus I dinyatakan tuntas ada 11 anak dari 16 anak (68,8 %), sedangkan yang belum tuntas ada 5 anak dari 16 anak (31,2 %). Kemampuan bercerita anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Karanganyar pada siklus II dinyatakan tuntas ada 15 anak dari 16 anak (93,75 %), sedangkan yang belum tuntas ada 1 anak dari 16 anak (6,25 %). Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: Melalui pembelajaran dengan media buku cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2012/ 2013.

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini (TK) merupakan bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seorang anak yang pendidikan pada masa ini sangat menentukan keberlangsungan anak itu sendiri juga bagi suatu bangsa. Untuk keberhasilan pada pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait dan memiliki perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia di masa datang. Oleh karena itu, kebijakan dan standarisasi teknis pendidikan untuk anak usia dini perlu dibuat dan disusun dengan pemikiran yang matang dan menyeluruh.

Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan mengertian di atas berdasarkan analisis kemampuan dan daya dukung yang ada maka masalah yang segera mendapat solusi adalah rendahnya kemampuan bercerita lisan. Mengingat kemampuan berceerita lisan merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Usia 5 – 6 tahun, merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk menguasai bahasa kedua dengan lancar dan sesuai dengan pembicara asli.

Bercerita dalam pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran berbicara dan peningkatan kemampuan berbicara. Bercerita itu sendiri adalah menuturkan pengalaman, perbuatan yang pernah dilihat, atau bahan bacaan terhadap terjadinya sesuatu atau juga disebut dongengan. Moeliono, dkk (2005: 165) mengatakan bahwa bercerita adalah kemampuan menuturkan atau tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal, atau dongengan atau omongan. Dengan demikian banyak pengetahuan tentang tema, topik, ide, gagasan dan pengalaman melalui banyak membaca, siswa akan memiliki bahan yang lebih banyak untuk dapat bercerita atau menceritakan kembali. Dengan demikian kemampuan bercerita yang dimiliki siswa akan lebih baik yang memiliki relevansi kemampuan bercerita menjadi lebih baik.

(5)

pada cerita tersebut. Dengan kata lain anak memperoleh kosakata langsung dengan makna kata yang terkandung didalamnya. Menurut Musfiroh (2008: 86): "Mendengar cerita sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Selama menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami, bagaimana konteks dan koteks berfungsi dalam makna".

Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan amanat atau pesan melalui sejumlah kata-kata, dengan cara yang menarik melalui media atau nonmedia oleh pencerita kepada pendengar sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dimengerti. Selain itu dari kegiatan bercerita si pencerita mengeluarkan banyak kosakata sehingga anak-anak memperoleh kata kata baru dari kegiatan menyimak cerita tersebut.

Salah satu permasalahan praktis dalam mencapai tujuan pengajaran adalah mengenai penggunaan metode yang efektif serta media yang tepat, karena pada umumnya guru mengajar kurang sesuai atau tidak dengan materi yang diajarkan sehingga kurang berhasil tujuan yang akan dicapai. Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas yang mulia yang tidak dapat lepas dari berbagai macam halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua untuk memberikan bekal bagi anak-anaknya kelak di kehidupan yang akan datang. Adalah harapan dan cita-cita para orang tua untuk memperkembangkan anak semaksimal mungkin agar anak tersebut dapat berkembang secara maksimal, namun dalam kenyataan kehidupan tidak semua orang tua dapat membimbing anak-anak untuk menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Oleh karena itu orang tua berusaha menyekolahkan putra putrinya di suatu lembaga pendidikan. Agar anak mampu berkembang di kelak kemudian hari maka orang tua haruslah pandai-pandai dalam memilih lembaga pendidikan mana yang tepat untuk anak-anaknya. Agar anak mampu mengikuti perkembangan pada dini (TK) nya maka sebelum ia memasuki sekolah dasar maka anak seharusnya disekolahkan di Taman Kanak-kanak ( TK ).

(6)

kemampuan yang hampir seragam karena saat masuk memiliki umur yang hampir seragam yakni antara 5 tahun dan 6 tahun. Namun demikian bila ditinjau dari prestasi belajar anak didik belum sesuai harapan guru maupun orang tua sebagai pengguna pendidikan berdasarkan hasil observasi dan refleksi diri ada beberapa masalah yang terjadi di TK Kemiri 02 Kebakkramat, yaitu adanya anak yang belum mampu bercerita dengan baik di depan kelas, anak-anak yang belum bisa bercerita tentang pengalamannya kepada orang lain dengan bahasanya sendiri, karena rendahnya kemampuan anak didik dalam berceerita lisan melalui bercerita di sekolah. Bila masalah ini tidak segera mandapat solusi maka sangatlah sulit hasil belajar anak didik mencapai hasil yang memuaskan.

(7)

Tabel 1.1.

Daftar Siswa TK Kemiri 02 Kebakkramat yang Memiliki Kemampuan bercerita dari Hasil Observasi Awal Sebelum Pembelajaran Dengan Media Buku Cerita Bergambar

No Nama Anak Jenis 4 Chelse P Telah Memiliki Kemampuan bercerita 5 Dava P Belum Memiliki Kemampuan bercerita 6 Fikal L Belum Memiliki Kemampuan bercerita 7 Helen P Belum Memiliki Kemampuan bercerita 8 Mutiara P Telah Memiliki Kemampuan bercerita 9 Marcelina P Belum Memiliki Kemampuan bercerita 10 Natanael P Telah Memiliki Kemampuan bercerita 11 Ravelina P Telah Memiliki Kemampuan bercerita 12 Rama L Belum Memiliki Kemampuan bercerita 13 Shila P Telah Memiliki Kemampuan bercerita 14 Selvi P Belum Memiliki Kemampuan bercerita 15 Satria L Belum Memiliki Kemampuan bercerita 16 Salsa L Belum Memiliki Kemampuan bercerita

Bercerita menggunakan buku cerita bergambar merupakan satu teknik yang dapat dilakukan guru dalam mengajarkan kemampuan bercerita kepada anak-anak sesuai apa yang dikemukakan oleh Nation dalam Cameron (2001 : 85) 'listed basic

techniques by which teachers can explain the meaning of new words, all of which

can be used in the young learner classroom : by demonstration or picture... pictures

from books.... Teknik dasar bercerita yang mana guru dapat menjelaskan arti dan

(8)

melihat gambar dalam buku cerita tersebut. Menurut Musthafa (2008: 11) "Children

love to hear the story of storybooks. This language can enhance the oral English they

have been using in the classroom. The picture and your expression help children to

understand the vocabulary and the story. Children can see picture they have learned

come alive through storybook characters". Anak-anak senang mendengarkan cerita

dari buku cerita. Gambar ini dapat melatih kemampuan bercerita yang akan mereka gunakan di dalam kelas. Gambar dan ekspresi guru dapat membantu anak untuk memahami cerita. Anak-anak dapat melihat gambar yang telah mereka pelajari dengan nyata melalui karakter buku cerita"..

Atas dasar uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui : Upaya

Meningkatan Kemampuan Bercerita Anak Dengan Media buku cerita

bergambar pada anak kelompok A TK Kemiri 02 Kebakkramat, Karanganyar

tahun pelajaran 2012/2013.

(9)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di TK Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar. Penelitian dilaksanakan selama selama 3 bulan mulai bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Meii 2013. Subyek penelitian adalah Guru kelas serta siswa di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Obyek penelitian adalah kemampuan bercerita serta pembelajaran dengan menggunakan media buku cerita bergambar.

Jenis penelitian adalah PTK dengan langkah-langkah 1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan untuk proses penelitian tindakan kelas ini adalah menyusun RKH dan RBP dilanjutkan mendata seberapa banyak anak yang kemampuan bercerita masih kurang serta menyiapkan perangkat pengajaran dengan media buku cerita bergambar.

2. Pelaksanaan

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Anak – anak yang akan ditingkatkan kemampuan bercerita adalah anak – anak yang kemampuan bercerita belum muncul saat di sekolah.

Adapun langkah yang dilakukan pada tahapan ini antara lain : 1) Pengumpulan data diri anak yang kemampuan kemampuan bercerita

belum muncul

2) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi anak dan memecahkannya. 3) Menentukan program pengajaran yang tepat yakni Pembelajaran dengan

memainkan jari-jari tangan b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerapkan pembelajaran dengan media buku cerita bergambar 2) Anak belajar dalam situasi media buku cerita bergambar

3) Memantau perkembangan kemampuan bercerita yang terjadi pada anak. c. Tahapan Observasi

Tindakan guru memonitor dan membantu anak jika menemui kesulitan selama pengajaran dengan media buku cerita bergambar

d. Tahapan Refleksi

(10)

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi siklus I, dibuat siklus II yang meliputi :

a. Tahap Perencanaan Tindakan b. Tahap Pelaksanaan Tindakan c. Tahap Observasi

d. Tahap Refleksi.

Demikian juga untuk siklus II, selanjutnya anak mampu memiliki kemampuan bercerita .

Sumber data dapat ditemukan melalui pengamatan keseharian yang dilakukan anak, dimana anak sebelumnya masih belum bisa bercerita dengan memainkan jari-jari tangan , setelah berlatih dengan pembelajaran mampu bercerita dengan baik.

Dalam pengumpulan data yang dipergunakan peneliti ada 3 teknik. Teknik tersebut adalah Teknik Wawancara; Teknik Observasi; Metode Dokumentasi. Keberhasilan kegiatan penelitian ini akan tercermin dengan adanya penigkatan yang signifikan terhadap kemampuan bercerita. Adapun prosentase keberhasilan penelitian tiap siklus dapat dilihat pada sebuh tabel.

Tabel Rata – rata Prosentase Keberhasilan Tiap Siklus

Keberhasilan penelitian Prasiklus Siklus I Siklus II

Rata – rata prosentase kemampuan bercerita anak dalam 1 kelas

(11)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang untuk meningkatkan kemampuan bercerita dengan iringan musik perkusi dilakukan dalam 2 siklus mulai dari siklus I, siklus 2. Pada siklus 2 hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil meningkatkan kemampuan bercerita siswa Taman Kanak-Kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Rangkuman Perbandingan Hasil Kemampuan Bercerita Anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar selama Pembelajaran

No Uraian Pra Sikl Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan keberhasilan dari Pra ke 1 Pra ke 2 1 ke 2

Berdasarkan tabel di atas senamtiasa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2 maupun siklus 1 ke siklus 2 ditinjau dari rata-rata skor kemampuan bernyanyi, rata nilai dalam skala 100, jumlah anak yang tuntas maupun prosentase ketuntasan anak dalam belajar.

Kemampuan bercerita anak anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar pada pra siklus menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 33 (82,5 dalam skala 100), skor terendah 25 (62,5 dalam skala 100) dengan rata-rata 29 (72,5 dalam skala 100) sehingga siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan kemampuan bercerita memadai atau memiliki nilai lebih 75 dalam skala 100) ada 6 anak dari 16 anak (37,5 %), sedangkan yang belum tuntas ada 10 anak dari 16 anak (62,5 %).

(12)

(77,5 dalam skala 100) sehingga siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan kemampuan bercerita memadai atau memiliki nilai lebih 75 dalam skala 100) ada 11 anak dari 16 anak (68,8 %), sedangkan yang belum tuntas ada 5 anak dari 16 anak (31,2 %)

Kemampuan bercerita anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar pada siklus II menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 35 (87,5 dalam skala 100), skor terendah 29 (72,5 dalam skala 100) dengan rata-rata 30 (80 dalam skala 100) sehingga siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan kemampuan bercerita memadai atau memiliki nilai lebih 75 dalam skala 100) ada 15 anak dari 16 anak (93,75 %), sedangkan yang belum tuntas ada 1 anak dari 16 anak (6,25 %)

Dari deskripsi data diatas dapat dibuat suatu perbandingan antara sebelum Siklus, Siklus I, Siklus 2 pada tabel sebagai:

Perbandingan Hasil Penilaian Kkemampuan Bercerita Anak Taman Kanak-kanak Kemiri 02 Kebakkramat Karanganyar

No

Skor Kemampuan bercerita anak

(13)

Dari tabel 4.4 di atas dapat dibuat diagram sebagai berikut :

(14)

SIMPULAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

_______, 2008. PTK. Jakarta: Bumi Aksara.

Anggani Sudono, 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo

Am. Mangun Hardjana, 2003. Mengatasi Hambatan-Hambatan Kepribadian. Yogyakarta. Kanisius.

Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan

Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud

Chosiyah, 2001. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surakarta. UNS Pres. Dimyati dan Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Hanafan Bambang Purnomo, 2002. Memahami Dunia Anak-Anak. Bandung. Mandar Maju.

Hujair AH. Sanaky, 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. Hurlock, B Elizabeth. 2006. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

HB Sutopo, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press.

Henry Guntur Tarigan, 2005. Berbahasa Sebagai suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

H.B. Sutopo, 2002. Konsep-Konsep Dasar Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS.

http://riensulistyo.blogspot.com/2010/04/pengaruh-buku-cerita-bergambar-terhadap.html

http://www.tkmujahidin1sby.com/2012/02/teknik-bercerita-ala-kak-bimo-part-3.html Lexy J. Moloeng, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Karya.

Mulyono Abdurrahman, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

(16)

Nur Aeni E. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Depdiknas.

Nasution, 2003. Metode Research( Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Pupuh Fathurrohman, 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep

Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Purwanto Ngalim 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Roesdakarya. Reni Akbar Hawdi, 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta. Grasindo

Rochiati Wiriaatmaja, 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya

Roestiyah NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Saleh, Chasimar, dkk. 1991. Pedoman guru Bidang Pengembangan Kemampuan

Berbahasa di TK. Jakarta: Depdikbud.

Sadiman Arif dkk, 2009. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Sarumpaet,1998. Psikologi Pendidikan. Bandung. CV Remaja karya Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfa Beta.

Sumadi Suryabrata, 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Syamsu Yusuf, 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1.1.  Daftar Siswa TK Kemiri 02  Kebakkramat yang Memiliki Kemampuan bercerita   dari Hasil
Tabel  Rangkuman Perbandingan Hasil Kemampuan Bercerita   Anak  Taman Kanak-kanak   Kemiri 02  Kebakkramat Karanganyar selama Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk aset dan liabilitas yang diukur secara berulang dalam laporan keuangan konsolidasian, Perusahaan dan Entitas Anak menentukan apakah perpindahan antar level

[r]

Puspitasari dengan judul “Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Gangguan Autisme Secara Dini Pada Anak” telah menghasilkan. sebuah aplikasi sistem

Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Tata Bahasa LKS Praktikum yang Dikembangkan ... Daftar Sekolah untuk Survei

museum yang modern dan menarik baik dari segi fisik maupun non fisik, salah satunya adalah identitas visual, perumusan masalahnya adalah bagaimana merancang sebuah identitas

The zero-centered heavy-tailed prior distribution on w induces sparsity in the parameters vector, while the adaptive mixture model applied on the weight centers m forces a

Diketahui bahwa satu himpunan S dalam sebuah bidang atau dalam sebuah ruang adalah convex polygon (atau himpunan convex) jika dan hanya jika titik X dan Y ada di dalam S,

Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,