EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN
MENGGUNAKAN
FYKE NET
MODIFIKASI
DI KABUPATEN SELAYAR
SYAWALUDDIN SOADIQ
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Eksperimen Penangkapan Ikan Karang
Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam tesis magister kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2010
ABSTRACT
SYAWALUDDIN SOADIQ. Experiment on Reef Fish Capture Using Modified Fyke Nets in Selayar Waters. Under the supervision of ARI PURBAYANTO and INDRA JAYA.
Destructive fishing as a simple and effective method for fisher to exploit reef fish has been applied in several locations in Selayar Island waters. Although those activities have been recognized as harmful to reef ecosystem, the lack of fisher knowledge on responsible fishing contributes to destruction the reef ecosystem. Fyke net as a passive gear have been commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin waters. Fish trapped by using net leader to guide fish when swimming againts current and finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish was properly needed. This research was to determine effectiveness of modified fyke net to target catch of reef fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This experiment was conducted in Parak waters of Selayar Islands using two designs of modified fyke net (type-A of chambered wing, type-B of non-chambered wing). This fishing experiment using Complete Randomized Design where the type of fyke net as treatment. Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish in two location. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result showed that the reef fish as the target catch (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) was dominant in their weight. While, the reef fish as the non-target catch (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96 times) than fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (15.50 times) than fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets were effective to catch reef fish and selective to catch non-target reef fish.
Keyword: chambered wing, effectiveness, modified fyke nets, reef fish, target catch
RINGKASAN
SYAWALUDDIN SOADIQ. Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO dan INDRA JAYA.
Salah satu upaya menekan eksploitasi ikan dengan cara destructive pada kawasan terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menerapkan kaidah responsible fishing. Upaya itu dapat dimulai dengan melakukan eksperimen dalam merancang alat dan metode penangkapan alternatif dengan penerapan alat pasif seperti fyke net. Umumnya fyke net dioperasikan pada sungai dan danau yang dipasang secara menetap atau berpindah-pindah. Konstruksi fyke net tersebut dengan ikan yang masuk kantong dipaksa tergiring oleh jaring pemandu. Fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net
sehingga modifikasi bagian-bagiannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) merancang modifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan, (2) menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan karang target, (3) menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap.
Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar Desa Parak Kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Eksperimen dilakukan dengan membuat 2 disain fyke net modifikasi yaitu tipe A sayap dengan serambi dan tipe B sayap tanpa serambi. Penelitian ini menggunakan hand-held GPS, fish finder dan perahu bercadik ganda dengan geladak tambahan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip operasi penangkapan dengan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dengan jarak pemasangan antar fyke net sejauh 25 m dan trip dilakukan selama 24 jam. Pengoperasian fyke net dilakukan pada fishing ground pada kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24”BT dan 120º23’24” sampai 120º23’54” LS.
Kelompok ikan karang target (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi berat sedangkan kelompok ikan non-target (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi jumlah individu. Ikan tersebut diduga tertangkap karena sifat mereka untuk mencari perlindungan (shelter) dan sifat tigmotaxis.
Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B). Selanjutnya berat total (gram) ikan hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B).
Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan baik dari segi jumlah (ekor) maupun berat (gram). Disain fyke net sayap dengan serambi meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). Hasil tangkapan ikan karang target dengan menggunakan fyke net modifikasi adalah dominan berdasarkan berat terhadap ikan non-target.
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN
MENGGUNAKAN
FYKE NET
MODIFIKASI
DI KABUPATEN SELAYAR
SYAWALUDDIN SOADIQ
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan
Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar
Nama : Syawaluddin Soadiq
NIM : C551050011
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Ketua Anggota
Diketahui
Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:
29 Desember 2009 Ketua Pogram Studi Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc
Dekan Sekolah Pascasarjana
PRAKATA
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Atas izin dan perkenan Allah SWT, Tuhan Maha Penguasa waktu dan Maha
Pemberi Ilmu, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan tesis
dengan judul “Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan
Fyke Net Modifikasi”.
Teriring kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis menghaturkan terima
kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
dan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing
atas kesabaran, perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada
penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi
Teknologi Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi
Kelautan atas nasihat dan keramahannya kepada penulis dalam menyelesaikan
segenap tahap penyelesaian studi hingga penulis dapat merampungkan tesis.
Penulis juga menghaturkan terimakasih setulus hati kepada :
1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf
yang telah menerima penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister
Sains di Institut Pertanian Bogor.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dekan Fakultas Pertanian,
Ketua Pusat Kajian Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Ketua Program Studi
Budidaya Perairan yang telah memberi kepercayaan penuh dan bantuan
materil untuk menempuh pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program
Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor.
3. Kedua orangtua, Ibunda Siti Raelang atas doa dan kepasrahannya, ayahanda
Mohammad Soadiq Toaha yang ditengah berjuang melawan sakit jantung dan
paru-paru tetap memberi penulis motivasi dan semangat untuk tetap menimba
ilmu di perantauan.
4. Siti Suwadah Rimang, S.Pd. M.Hum sebagai istri setia dalam suka dan duka
berbagi kesusahan ditengah studinya menyelesaikan disertasi di Universitas
melepaskan hak sebagian besar waktu kanaknya terpisah jauh dari
perlindungan dan perhatian seorang bapak dan kasih sayang yang semestinya
diperoleh. Sungguh ananda Raihan betul-betul pejuang kasih sayang.
5. Ayahanda KH. Djamaluddin Amien selaku orangtua kandung sendiri yang
memberi penanaman makna kehidupan serta nasihat yang memuaskan dahaga
spiritual disaat kesusahan.
6. Direktur NCU COREMAP II atas bantuan penulisan tesis pada program Mitra
Bahari COREMAP II tahun anggaran 2008
7. Tamsil Linrung, SE, MM dan Usman Lonta, M.Pd dengan segala
kesibukannya dan tugas legislatifnya masih sempat memberi perhatian melalui
bantuan materil dan immateril demi kelancaran studi penulis.
8. Segenap karib seperjuangan mahasiswa Program Studi TKL; Andi Assir,
Imran, Cecu, Iskandar, Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim,
dan teman-teman di Wisma Pinus IPB, Tanah Doang dan yang tergabung di
Forum Wacana Sulsel atas kepeduliannya demi kesuksesan studi penulis.
9. Segenap pihak yang belum disebutkan dan telah memberikan batuan langsung
atau tidak langsung.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat
bermanfaat bagi pengembangan perikanan dan kelestarian sumberdaya di terumbu
karang. Penulis menyadari sejumlah keterbatasan masih terdapat pada tesis ini
oleh karena itu kritik dan saran masih sangat penulis butuhkan.
Bogor, Januari 2010
RIWAYAT HIDUP
Di Desa Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, 186 km sebelah Utara kota Makassar pada tanggal 21 Desember 1970 Masehi, bertepatan 22 Syawal 1391 Hijriyah hari Senin penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Penulis dilahirkan dari keluarga bersahaja dari pasangan Mohammad Soadiq seorang guru SD dan Sitti Raelang.
Masa kecil penulis lebih banyak dihabiskan bermain, berenang dan memancing di pesisir pantai Tanjung Bunga Makassar sehingga atas dasar kecintaan terhadap kebaharian penulis memilih mendaftar pada Jurusan Perikanan yang kala itu masih bernaung di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan diterima pada tahun 1989. Semasa mahasiswa penulis aktif mengajar sebagai asisten praktikum dan asisten dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tahun 1997 penulis menyelesaikan S1 dan aktif dalam sejumlah LSM yang bergerak di bidang pesisir dan terumbu karang. Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai staf pengajar tetap di Universitas Muhammadiyah Makassar dan dipercayakan menjalankan amanah sebagai Ketua Jurusan Perikanan hingga tahun 2005. Pada tahun itu juga penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program magister sains pada Program Studi Teknologi Kelautan melalui bantuan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) on-going dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI.
5 PEMBAHASAN
5.1 Performa fyke net modifikasi. ... 40
5.2 Operasi penangkapan ikan dengan fyke net di terumbu karang. 41
5.3 Hasil tangkapan fyke net ... 42
5.3.1 Hasil tangkapan fyke net tipe A ... 44
5.3.2 Hasil tangkapan fyke net tipe B ... 45
5.4 Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B ... 45
5.5 Perbandingan hasil tangkapan ikan target setiap tipe fyke net .. 46
5.6 Perbandingan hasil tangkapan ikan non-target setiap tipe fyke net 47
5.7 Kriteria keramahan fyke net.. ... 47
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 50
6.2 Saran. ... 50
DAFTAR PUSTAKA. ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ... 14
2 Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi... 15 3 Perbandingan fyke net yang dimodifikasi dengan fyke net standar 16 4 Spesifikasi perahu yang digunakan selama penelitian ... 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi ... 5
2 Kerangka pemikiran penelitian ... 6
3 Peta Lokasi Penelitian ... 13
4 Mulut kantong fyke net modifikasi dan standar ……… 16
5 Fyke net Modifikasi (tampak dari atas, ukuran dalam cm); tipe A, sayap dengan serambi; tipe B, sayap tanpa serambi... 17
6 Fyke net Modifikasi (tampak dari samping, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi... 18
7 Fyke net modifikasi (tampak dari depan dan belakang, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi 19 8 Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm) 21 9 Ilustrasi tahap-tahap dalam pengoperasian fyke net ... 24
10 Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi ... 27
11 Jumlah individu dan berat hasil tangkapan fyke net berdasarkan famili ... 32
12 Jumlah individu (A) dan berat (B) hasil tangkapan fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 33
13 Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36
14 Berat individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36
15 Ikan hasil tangkapan berdasarkan kategori kan karang target dan mayor pada masing-masing tipe fyke net ... 38
16 Ilustrasi interaksi ikan terhadap fyke net tipe A (sayap dengan serambi) tipe B (sayap tanpa serambi) ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Komposisi hasil tangkapan Fyke Net... 54
2a Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili... 55
2b Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 55 3a Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi)... 56 3b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) berdasarkan famili... 56
4a Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi)... 57
4b Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan famili dan kategori ikan karang... 57
5 Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B... 58
6a Jumlah dan berat hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target ... 59
6b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Ikan Karang Ekonomis... 59
7 Uji F Hasil Tangkapan Fyke Net... 60
8 Contoh Ikan Hasil Tangkapan Fyke Net Selama Penelitian... 63
9 Foto-foto kegiatan selama penelitian ... 69
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas
kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis
yang terdapat di Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Terumbu karang tropis
tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan interaksi antar spesies yang
beragam juga merupakan daerah potensial untuk tereksploitasi dari berbagai
kegiatan manusia. Keberadaan beberapa spesies ikan karang target dengan nilai
ekonomis penting seperti kerapu, napoleon, ekor kuning, kakap, lencam, ikan hias
merupakan faktor penyebab tingginya upaya eksploitasi ekosistem ini. Pada batas
yang tidak terkendali eksploitasi di kawasan terumbu karang akan mengakibatkan
kerusakan serius pada konsistensi koloni dan biodiversitasnya
Upaya eksploitasi di kawasan terumbu karang dapat berupa penambangan
karang masif untuk kebutuhan material rumah dan jalanan, turisme dan
penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang berpotensi signifikan
terhadap kerusakan pada terumbu karang adalah penggunaan bahan peledak dan
bahan pembius ikan (potasium sianida). Bahan peledak dan pembius tersebut
diperuntukkan bagi ikan-ikan target tangkapan di sekitar karang atau yang
bersembunyi di balik lubang-lubang karang sehingga untuk memudahkan
penangkapan maka metode peledakan dan pembiusan menjadi pilihan. Kerusakan
akibat penggunaan bahan peledak berupa cabang karang patah, karang masif
hancur, kematian massal anakan/ikan kecil dan pengadukan pasir yang menutupi
koloni karang. Kerusakan akibat penggunaan sianida adalah kematian polip karang
oleh efek pencucian (bleaching), kematian untuk ikan ukuran kecil dan pingsan bagi ikan ukuran besar. Pratt (1996) melaporkan ion sianida di air laut menjadi
penghambat penyerapan oksigen ke sel polip karang, anakan ikan, indukan yang
siap memijah dan oleh karena itu menjadi sangat rentan mengalami kematian.
Penggunaan sianida oleh penyelam tradisional berakibat kehilangan sementara
atau permanen kemampuan organ sensor bila terpapar saat menyelam. Hasil
penelitian P2O-LIPI menunjukan terumbu karang di Indonesia rusak berat 39,5 %;
rusak sedang 33,5 %; baik 21,7 % dan 5,3% sangat baik (COREMAP 2001).
biodiversitas generik dengan penyebab utama adalah polusi dari daratan dan
kegiatan destructive fishing (Edinger et al.1998).
Salah satu upaya mengurangi laju kerusakan terumbu karang akibat
penggunaan bahan peledak dan sianida adalah dengan merancang alat dan metode
penangkapan alternatif yang dapat menjamin konsistensi koloni karang dan
kelestarian biodiversitasnya. Fyke net adalah alat tangkap yang dalam pengoperasiannya tidak bergerak (statis) dan tidak menyaring (non-filtering) ikan melainkan hanya menunggu ikan mendekati fyke net seperti prinsip penangkapan dengan bubu sehingga menjadi pilihan alat dan metode penangkapan alternatif.
Penggunaan fyke net untuk tujuan tersebut membutuhkan penyesuaian dari segi konstruksi dan metode pengoperasian yang diharapkan dapat menjamin
konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Oleh karena itu
diperlukan modifikasi dalam penggunaan alat tangkap fyke net yang diharapkan dapat menjadi metode alternatif mengingat prinsip pengoperasian yang bersifat
pasif dan berpotensi selektif.
Modifikasi fyke net dilakukan mengingat karakteristik umumnya dioperasikan pada perairan tawar sehingga unutk pengoperasian di terumbu karang
diperlukan modifikasi yang tepat. Fyke net dioperasikan pada perairan sungai yang mengalir dan dipasang menetap atau berpindah-pindah dengan bantuan patok atau
jangkar (FAO, 1975) sehingga ikan terperangkap masuk kantong tergiring jaring
pemandu dan arus sungai yang memaksa ikan menuju mulut kantong. Modifikasi
fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang dengan prinsip ikan masuk secara sukarela dengan menambahkan pada bagian sayap ruangan berbentuk serambi
serta celah untuk ikan tidak bebas keluar lagi. Modifikasi fyke net yan dioperasikan di terumbu karang menggunakan kantong pasir sebagai pengganti
jangkar/patok mengingat koloni karang sangat rentan terhadap friksi dari
komponen alat tangkap yang berbahan logam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO 1995)
serta paradigma pengelolaan perikanan Indonesia bahwa pemanfaatan sumberdaya
3 kabupaten Selayar masih tetap ditemui. Yasri dan Yusuf (2001) mengemukakan
bahwa daerah sekitar taman nasional laut Takabonerate yang merupakan asset
penting terumbu karang di kabupaten Selayar luasnya 530.756 ha, ikan karang
330 spesies dan hewan karang tidak kurang dari 200 spesies berpotensi terancam
destructive fishing. Berdasarkan laporan Setiasih (2002) pada pulau Rajuni Kecil yang memiliki persentase penutupan karang hidup kategori A (=75 %), selebihnya
dalam kondisi memprihatinkan, oleh sebab itu upaya untuk menemukan alternatif
penangkapan ikan yang berbasis pada pertimbangan ilmiah dan menjamin
konsistensi ekologis terumbu karang perlu dilakukan sesegera mungkin.
Penggunaan sianida dan bahan peledak adalah komponen destructive fishing yang memiliki kecendrungan meningkat sejak awal tahun 2000 (Pratt 1996).
Selanjutnya Jones (1997) melaporkan efek penggunaan sianida secara
laboratorium terhadap polyp karang, anakan ikan dan induk ikan memijah mengakibatkan kematian pada dosis tertentu, kemudian pada ikan dewasa
kematian akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi.
Uraian tersebut di atas yang menjadi alasan penelitian untuk menemukan
alternatif penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Alat utama penangkapan
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu fyke net yang dimodifikasi. Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap pasif yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap, pada bagian sisi kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar.
Kelebihan yang diharapkan dari fyke net adalah dapat mengurangi kerusakan karang karena dipasang pada bagian luar koloni karang. Kelebihan lain yang
diharapkan adalah hasil tangkapan fyke net tetap hidup sehingga penurunan kualitas ikan karena kematian dapat ditekan dan hal lain yang tak kalah penting
adalah alat ini berpotensi selektif melalui proses seleksi hasil tangkapan (human selectivity) pada saat hauling dengan ikan yang masih dalam keadaan hidup.
Rumusan masalah dari penelitian pada alat tangkap fyke net adalah: (1) Seberapa besar signifikansi disain fyke net berpengaruh terhadap komposisi
dan jumlah hasil tangkapan.
(2) Apakah modifikasi bagian-bagian fyke net berpengaruh terhadap selektivitas hasil tangkapan ikan non-target.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Memodifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan.
(2) Menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan target (3) Menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi nelayan sebagai alat
tangkap dan metode alternatif penangkapan ikan karang yang dapat menekan
kerusakan karang oleh praktek penggunaan sianida dan bahan peledak. Penelitian
ini juga diharapkan menunjang pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui
hasil tangkapan ikan hidup dengan mutu lebih baik dan selektif sehingga dapat
menekan bycacth dan eksploitasi ukuran ikan karang yang belum memijah. Aspek ilmiah dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi bagi
pengembangan penelitian lebih lanjut tentang modifikasi bagian lain fyke net
untuk dapat lebih mengoptimalkan hasil tangkapan ikan karang ekonomis.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut:
(1) Fyke net modifikasi meningkatkan jumlah tangkapan ikan target. (2) Metode pengoperasian fyke net tidak merusak karang.
(3) Hasil tangkapan bervariasi berdasarkan jenis dan ukuran dengan dominasi ikan
karang ekonomis.
1.6 Kerangka Pemikiran
Fyke net memiliki prinsip kerja yaitu memandu ikan masuk ke dalam kantong kemudian tidak dapat keluar lagi, alat tangkap ini terdiri atas 2 bagian
utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bund end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa diberi pintu masuk
5 Modifikasi fyke net dilakukan pada bagian mulut kantong yang sangat menentukan kemampuan ikan tertangkap atau meloloskan diri. Modifikasi mulut kantong
dilakukan dengan membuat disain yang diberi bingkai dan rigi-rigi (Gambar 1).
High & Ellis (1973) melaporkan disain mulut berbingkai ini dipasangkan
pada bubu dan menunjukkan hasil tangkapan yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan bubu dengan mulut yang seluruhnya dari jaring tanpa bingkai. Selanjutnya
High & Ellis (1973) memodifikasi bingkai dengan menambahkan rigi-rigi yang
menunjukkan penurunan kelolosan ikan.
Metode pengoperasian fyke net modifikasi dalam penelitian ini dilakukan pada daerah bagian luar koloni terumbu karang sehingga diharapkan dapat
menjaga konsistensi terumbu karang dari kerusakan. Metode ini digunakan
berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari
makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari
makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik
dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis hewan yang diharapkan
menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan krapu,
lencam, kakap merah, lobster dan lain-lain. Berlandaskan pada uraian ini maka
dirancang alat tangkap dan metode alternatif yang dapat dijadikan rujukan untuk
eksploitasi sumberdaya ikan karang yang ramah lingkungan. Uraian pada kerangka
teoritis tersebut diatas kemudian disusun menjadi kerangka pemikiran penelitian
(Gambar 2).
A. Bingkai dengan rigi-rigi (ukuran dalam cm)
B. Bingkai dengan rigi-rigi yang telah terpasang pada mulut fyke net A
B
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Perbaikan Metode Pengoperasian Pembuatan disain dan konstruksi alat tangkap alternatif
Modifikasi fyke net
Pemanfaatan arus pasang-surut mulut kantong
Ruaya pasang-surut ikan, mencari shelter
dan feeding ground
tangkapan Selektif
Setting alat diluar koloni karang
Rekomendasi disain dan metode pengoperasian yang ramah lingkungan Pengunaan kantong pasir
pengganti jangkar
Stabilitas alat Penggunaan sayap
dengan serambi
Peningkatan catchability Konsistensi ekologis terumbu karang Potensi Sumberdaya ikan karang di kabupaten Selayar
Responsible fishing pada terumbu karang di kabupaten Selayar
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang
Adrim (1995) mengklasifikasi ikan karang kedalam beberapa jenis:
1) ikan target; ikan yang menjadi tujuan penangkapan seperti jenis Serranidae
(krapu), Lutjanidae (kakap), Lethrinidae (lencam).
2) ikan indikator; ikan yang keberadaannya menjadi penanda tingkat
kesuburan/kerusakan karang seperti jenis Chaetodontidae (kepe-kepe,
kambing-kambing, anjel).
3) ikan kategori utama, ikan yang peranan utama sebagai komponen rantai
makanan dan belum diketahui fungsi dan peran lebih jauh pada karang, jenis
ini termasuk Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Siganidae, Labridae,
Mullidae dan Apogonidae.
Ikan karang di Taman Laut Nasional Taka Bonerate kabupaten Selayar,
terdiri atas rasio antara ikan mayor, indikator dan target dengan perbandingan 9 :
1 : 4 (Husain, 2000).
Jompa et al. (2000) mengemukakan keberadaan ikan karang pada daerah
reef top umumnya terdapat jenis ikan wrasse tanda Halichoeres chloropterus
(Labridae), ikan betok biru Pomacentrus pavo (Pomacentridae), beberapa jenis ikan kakatua Scarus sp. (Scaridae), dan ikan Lencam Bidadari Pentapodus sp.
(Nemipteridae). Sementara pada reef edge umumnya adalah ikan betok cagak
Chromisternatensis dan ikan sersan Amblyglyphidodoncuracao (Pomacentridae), jenis ikan kakatua Scarusdimidiatus dan S. capistratoides (Scaridae), serta ekor kuning dan pisang-pisang Caesio sp(Caesionidae).
Migrasi ikan karang menurut Spotte (1992) ada 3 macam, yaitu:
1) Migrasi vertikal, jenis ikan karang dengan sifat sebagai pemakan plankton di
dan bermigrasi ke sekitar permukaan pada siang hari dan kembali ke karang
pada malam hari.
2) Migrasi horizontal, jenis ikan karang herbivor dengan sifat menjelajah secara
horizontal di sekitar karang memakan alga dan tumbuhan, jenis ini adalah
Achanturidae, Scaridae.
3) Migrasi horizontal keluar terumbu karang, jenis ikan predator dan aktif makan
ini adalah Anthrinidae, Haemulidae, Lutjanidae, Serranidae, Mulidae dan
Clupeidae.
Migrasi harian ikan karang terjadi pada siang hari dan malam hari, jenis
ikan herbivor kebanyakan aktif makan pada siang hari sedangkan ikan predator
adalah ikan yang aktif pada malam hari (Hobson, 1973 yang diacu Versteegh, 2003).
Menurut Furevik (1994), mengemukakan beberapa alasan ikan
menemukan bubu selain menyusuri keberadaan umpan adalah: (1) gerakan acak,
(2) menjadikan bubu sebagai tempat berlindung sementara atau tetap, (3) sifat
ingin tahu ikan, (4) adanya perilaku kompetisi intra spesies. Keberadaan ikan
karang menurut Holzman et al (2007), ikan karang umunya berenang pada kisaran kurang dari 2 m disekitar dasar perairan terumbu karang.
Beberapa fase tingkah laku ikan terhadap bubu menurut Furevik (1994)
adalah: (1)fase arousal; (2)fase location; (3)fase nearfield; (4)fase ingress; (5)fase
inside; dan (6)fase escape.
2.2 Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang
Sukmara et al. (2001) mengemukakan jaenis kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang adalah:
1) Bom, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan
patah-patah, tersebar berserakan dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas
lubang pada terumbu karang.
2) Racun/potas, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati dan berubah
menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena
nelayan mengambil ikan yang tersenbunyi di balik terumbu karang.
3) Trawl, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan
patah-patah.
4) Jaring dasar, akibat yang ditimbulkan adalah karang stress dan patah-patah
5) Bubu, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan
patah-patah, terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat
9 6) Jangkar, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur, terbongkar dan
patah-patah terutama pada patah-patahan karang yang berserakan jenis karang jari
(Acropora branching).
7) Berjalan di atas karang, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur dan
patah-patah.
8) Penambangan batu karang, akibat yang ditimbulkan adalah penurunan pondasi
terumbu karang.
9) Kapal di perairan dangkal, akibat yang ditimbulkan adalah karang patah.
Penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga
paling banyak berasal dari penangkapan ikan dengan cara yang merusak,
penambangan karang dan sedimentasi (Kusen et al, 2000). Selanjutnya dikemukan pula penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi
penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun,
teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak (contohnya bubu). Pengeboman terumbu karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan
praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering
digunakan untuk menangkap ikan-ikan ornamenta (untuk hiasan akuarium laut) di
banyak wilayah di Indonesia.
Kusen et al. (2000) mengemukakan juga bahwa aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olahraga air serta wisata bahari juga menyebabkan kerusakan
terumbu karang, melalui jaring tangkap yang digunakan oleh nelayan,
pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang yang
merupakan hasil dari kegiatan wisata bahari.
2.3 Konstruksi Fyke Net
Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap. Letak kantong terdapat pada bagian tengah, pada
sisi kiri dan kanan kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Fyke net dapat dioperasikan pada daerah pantai, estuaria bahkan sungai dan danau.
2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bunt end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa sehingga
membentuk kantong dengan diberi pintu masuk akan tetapi ikan tidak mudah
keluar / terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Bukaan kantong
fyke net dapat mencapai 2 m dan dapat di buat selektif dengan dipasang menetap dan pasif, sehingga ikan yang tertangkap hanya pada areal disekitar pemasangan.
Fyke net dioperasikan secara menetap atau berpindah-pindah pada arus yang kuat dan dipasang pada dasar perairan melalui jangkar, patok atau pemberat
lainnya. Proses hauling dilakukan langsung dengan atau tanpa alat secara berkala pada selang beberapa hari. Alat ini berpotensi menghasilkan tangkapan sampingan
seperti ikan ukuran juvenil maupun undersized market (FAO 1975).
Mawardi (1998) memodifikasi bentuk kantong bubu dengan
menambahkan sayap dan berdasarkan kategori alat tangkap menurut Brandt
(1985) bubu sayap ini tergolong perangkap (fish trap) dengan nama spesifik
basket with wing. Prinsip penggunaan bubu sayap sama dengan fyke net yaitu memandu ikan masuk secara sukarela ke dalam kantong dengan menggunakan
sayap dan jaring pemandu meskipun bubu sayap diperuntukkan untuk menangkap
ikan karang hias. Selanjutnya Mawardi (1998) membandingkan bubu sayap
dengan jaring pemandu dan tanpa jaring pemandu, dilaporkan pemasangan jaring
pemandu meningkatkan hasil tangkap ikan hias secara signifikan.
Fyke net umumnya menggunakan mesh size 2 inci, 5 feet tinggi, jaring pemandu 150 feet, pada bagian kantong mesh size 1-1,5 inci yang diberi bingkai
(Schneider & Merna 2000). Bentuk bingkai mulut jaring bervariasi berdasarkan
daerah pengoperasian, Atar et al. (2002) melaporkan tiga bentuk mulut kantong
fyke net dan trap net yang dioperasikan di perairan laguna Beymelek, Antalya, Turki untuk menangkap blue crap (Callinectes sapidus Rathbun 1896) yaitu bentuk elipsoid, kotak dan bulat.
Collins (1990), membandingkan tiga bentuk mulut dan menunjukkan
yang relatif besar menghasilkan tangkapan efektif pada bubu. Wheaton & Lawson
(1985) menekankan penggunaan bubu yang berukuran besar tidak saja
mengurangi laju pelolosan ikan tetapi juga memperbesar kemampuan alat untuk
11 dengan ukuran besar mengurangi hasil tengkapan terluka akibat berusaha
meloloskan diri atau kanibalisme (Wheaton & Lawson 1985).
Whitelaw et al. (1991), hasil tangkapan bubu menurun setelah 3 jam
soaking time akibat laju kelolosan yang signifikan oleh karena itu disain mulut kantong adalah faktor penentu laju kelolosan ikan.
2.4 Pengoperasian Fyke Net
Metoda pengoperasian fyke net sangat tergantung dari kondisi perairan, umumnya kondisi perairan untuk fyke net (Gebhards 1979) terdiri atas:
1) Perairan arus deras, fyke net yang dioperasikan di perairan deras umumnya tidak memiliki jaring pemandu sehingga mengurangi efektifitas area
penangkapan. Kerugian tanpa pemasangan jaring pemandu di reduksi dengan
menambahkan umpan yang dimasukkan dalam kantong, arus air akan
menyebarkan partikel umpan dan akan terdeteksi oleh ikan. Penggunaan
jangkar pada bagian mulut kantong tidak terlalu diperlukan. Bentuk bingkai
kantong fyke net umumnya bujursangkar atau bentuk D untuk menjaga kestabilan.
2) Perairan arus sedang, dilengkapi dengan jaring pemandu dan diperlengkapi
dengan jangkar pada bagian belakang kantong kemudian ditarik searah arus
Fyke net dioperasikan lebih mudah dibanding dengan trap net terutama pada perairan kedalaman kurang dari 180 cm, dan lebih efektif digunakan pada
perairan danau atau sungai mengalir (FAO, 1975). Fyke net dapat dipasang sejajar dengan garis pantai atau sejajar dengan arus. Fyke net dengan prinsip kerja menggiring ikan menuju kantong seperti pada bubu sayap yang dirancang oleh
Mawardi (1998) yang melaporkan bubu sayap efektif menangkap ikan karang hias
dengan menambahkan jaring pemandu walaupun tidak signifikan jika
dibandingkan tangkapan pada siang dan malam hari.
apel, dan daging ikan mas) efisiensi penangkapannya dengan fyke net sebesar 20.3%, 11.2%, 7.4% and 7.1% dibanding dengan tanpa umpan.
Perbedaan disain dan mesh size fyke net telah diuji coba menangkap sidat (Anguilla sp) oleh Chisnall & West (1996) di Danau Waahi-New Zealand, dalam percobaannya mengunakan 3 jenis fyke net dengan;(1) fyke net besar ukuran 4 m leadernet, 7 m kantong dan mesh size bujur sangkat sangat halus yaitu 0,5 mm;(2)
fyke net kecil dengan mesh size 0,5 mm;(3) fyke net mesh size 20 mm dengan bukaan mulut berbentuk D. Hasil percobaan menunjukkan fyke net besar menangkap sidat 4,7 dan 7,6 kali lebih banyak fyke net kecil dan fyke net mulut berbentuk D, fyke net besar juga menyajikan data standard teknik penangkapan sidat yang menangkap semua sebaran ukuran sidat.
2.4. Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan
Kriteria keramahan suatu alat tangkap ikan dikemukakan oleh Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) yaitu: (1) selektivitas alat tangkap, (2) dampak kepada habitat, (3) kualitas ikan tangkapan, (4) dampak bahaya bagi nelayan, (5)
dampak produk hasil tangkapan pada konsumen, (6) hasil tangkapan sampingan
(by-catch), (7) dampak kepada biodiversitas, (8) dampak pada ikan yang dilindungi, dan (9) dapat diterima secara sosial.
Selanjutnya Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) menguraikan secara rinci penilaian 1sampai dengan 4 untuk setiap kriteria sebagai berikut:
1) Selektivitas alat tangkap
1.1. menangkap ikan lebih dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang berbeda
jauh.
1.2. menangkap ikan 3 spesies atau kurang dengan variasi ukuran yang
berbeda jauh.
1.3. menangkap ikan kurang dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang relatif
seragam.
1.4. menangkap ikan 1 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam.
2) Dampak kepada habitat
2.1. kerusakan habitat luas
13 2.3. kerusakan habitat sebagaian pada wilayah sempit
2.4. Aman bagi habitat
3) Kualitas ikan tangkapan
3.1.Ikan mati dan busuk
3.2. Ikan mati, segar dan cacat fisik
3.3. Ikan mati dan segar
3.4.Ikan hidup
4) Dampak bahaya bagi nelayan
4.1.Kematian pada nelayan
4.2.Cacat permanen pada nelayan
4.3.Gangguan kesehatan sementara pada nelayan
4.4.Aman pada nelayan
5) Dampak produk hasil tangkapan pada konsumen
5.1. produk hasil tangkapan menyebabkan kematian pada konsumen.
5.2. produk hasil tangkapan menyebabkan gangguan kesehatan pada
konsumen.
5.3. produk hasil tangkapan relatif aman pada konsumen
5.4. produk hasil tangkapan aman pada konsumen
6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch)
6.1. hasil tangkapan sampingan beberapa tidak laku di pasar
6.2. hasil tangkapan sampingan beberapa laku di pasar
6.3. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies laku di pasar
6.4. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies harganya tinggi
7) Dampak biodiversitas
7.1. Menyebabkan kematian semua biota dan merusak habitat
7.2. Menyebabkan kematian beberapa biota dan merusak habitat
7.3. Menyebabkan kematian beberapa biota dan tidak merusak habitat
7.4. Aman bagi biodiversitas
8) Dampak pada ikan yang dilindungi
8.1. Ikan yang dilindungi sering tertangkap
8.2. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap
8.4. Ikan yang dilindungi tidak tertangkap
9) Dapat diterima secara sosial
9.1. Biaya investasi murah
9.2. Menguntungkan
9.3.Tidak bertentangan dengan budaya
15
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009
bertempat di perairan sekitar desa Parak kecamatan Bontomanai Kabupaten
Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada
kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54”
BT. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengambilan data
dan pengolahan data dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Fyke Net Modifikasi
Fyke net yang lazim digunakan dengan konstruksi alat tangkap yang terdiri atas 2 (dua) bagian utama yaitu jaring pemandu (net leader) dan kantong (bunt end), pada bagian kantong dilengkapi sayap dan mulut kantong. Terdapat ukuran dan bentuk bervariasi berdasarkan panjang jaring pemandu, bentuk kantong, mesh size dan bentuk mulutnya. Berdasarkan variasi tersebut maka pada penelitian penangkapan ikan karang dengan alat tangkap fyke net dimodifikasi pada bagian tertentu. Bagian-bagian fyke net yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:
(1) Mulut kantong
Mulut kantong fyke net umumnya berbentuk bulat, persegi, elips, segitiga dan membentuk huruf D terbalik. Mulut kantong biasanya diperkuat dengan
bingkai sesuai bentuk tersebut yang dapat terbuat dari logam atau patok kayu saja.
Modifikasi mulut kantong fyke net dalam penelitian ini dengan menambahkan bingkai persegi (frame) yang diberi rigi-rigi (trigger). Pemberian rigi-rigi dimaksudkan untuk memperkecil kelolosan ikan kembali setelah masuk kantong
(2) Sayap
Sayap yang umum pada fyke net terdapat 2 (dua) yang terpasang pada sisi kiri dan kanan mulut kantong. Sayap dapat terpasang menetap atau terpisah
berdasarkan tujuan penangkapan ikan. Umumnya fyke net dengan sayap yang menetap dioperasikan pada daerah sempit dan untuk fyke net dengan sayap yang terpisah dapat diperpanjang sesuai kebutuhan jika dioperasikan pada daerah yang
agak luas dan landai. Pada penelitian ini sayap fyke net dimodifikasi dengan menambahkan serambi.
Serambi adalah ruang tambahan yang berbentuk kurungan yang
menghubungkan sayap dengan mulut kantong. Pada bagian depan serambi dibuat
mulut yang menjorok ke dalam dan membentuk celah sempit. Celah dengan lebar
20 cm inilah yang kemudian mengarahkan ikan untuk masuk ke serambi. Ikan
yang masuk ke serambi akan mengitari sayap dan mengarah masuk ke mulut
kantong tanpa balik ke celah untuk meloloskan diri. Bentuk dan konstruksi
serambi dapat dilihat pada Gambar 5, 6,dan 7.
(3) Pemberat utama
Fyke net modifikasi dilengkapi dengan 4 (empat) pemberat utama berupa karung pasir seberat 15 kg sebagai pengganti jangkar dan patok. Karung pasir
terbuat dari plastik dan dikemas dengan ukuran 0,5x0,6x0,5 m, dipasang
masing-masing pada ujung sayap kiri dan kanan; tengah kiri dan kanan dan belakang
bagian kiri dan kanan Fyke net. Kantong pasir kemudian diikat oleh tali yang di jalin sehingga berbentuk mesh untuk menghindari sobeknya karung akibat tarikan atau tersangkut.
Penggunaan Kantong pasir diharapkan mengurangi dampak penggerusan
substrat dasar akibat penggunaan jangkar di daerah terumbu karang dan menjaga
stabilitas bukaan mulut kantong fyke net akibat pengaruh arus. Penggunaan karung plastik pengganti jangkar juga diharapkan agar alat tidak mudah bergeser
17 Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
Bujur Timur
Lintang Selatan
S
e
l
a
y
a
Tabel 1. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
No Alat dan bahan Jumlah Kegunaan Spesifikasi
1 Operasi - Fishfinder 1 unit Deteksi substrat &
kelompok ikan
LCD Monokrom, dual frekuensi jangkauan 3-300 m
-Scoopnet 1 unit Mengambil ikan
tangkapan
Stainless, Ø 50 cm,
mesh size 1,5 inci - Timbangan analog 1 unit Mengukur berat
ikan
Ketelitian 1 g
- Kamera Digital 1 unit Dokumentasi Ketajaman
gambar 5 Megapixel - Masker Snorkel 1 unit Pemasangan alat
2 - Cool box 1 unit Penyimpan ikan Kapasitas 25 kg
2 buah Identifikasi ikan Identifikasi ikan karang
19 Tabel 2. Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi.
Bagian Fyke Net€€ Bahan Ukuran(cm) Warna Keterangan
Sayap dengan serambi (Gambar 5,6,7)
- Rangka samping kanan
Sayap tanpa serambi (Gambar 5,6,7)
- Rangka samping kanan Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua
Memanjang ke belakang 500
Tabel 3. Perbandingan tipe fyke net yang dimodifikasi
- Pelampung tambahan 6 buah 4 buah Ukuran dan bahan sama
3. Pemberat Utama
- Rigi bawah Bambu Bambu - Rigi tengah Bambu Bambu
Gambar 4. Mulut kantong fyke net modifikasi yang diberi rigi-rigi
60
40 12 36
12 12
Keterangan :
A. Bingkai dengan rigi-rigi
B. Posisi bingkai dengan rigi-rigi pada mulut fyke net
Satuan ukuran panjang dalam cm
A
B
12
21
a b c d
A
B
e f g h i
a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi
f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung
120 cm
120 cm 100 cm
100 cm 400 cm
200 cm
100 cm 100 cm 100 cm
B
f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung
23 Gambar 7. Fyke net modifikasi (tampak depan dan belakang), type A sayap dengan serambi, B
sayap tanpa serambi
B A
depan
belakang
belakang depan
180 cm
90
90 cm 100 cm 90 cm
90 cm
90 cm 90 cm 90 cm
90 cm 90 cm
100 cm
100 cm
100 cm
3.2.2 Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan menggunakan perahu bercadik dengan spesifikasi
pada tabel 4 dan Gambar 8. Alat bantu lain adalah handy GPS dan fishfinder yang digunakan untuk menentukan posisi alat setelah dipasang dengan kemampuan 500
titik way-point dan untuk mengetahui kedalaman dan profil substrat dasar perairan.
Tabel 4. Spesifikasi Perahu yang digunakan selama penelitian
Spesifikasi Dimensi (m) Keterangan
Panjang (lenght) 8
Lebar (Breadth) 1
Tinggi (Draft) 1,2
LWL 6
Geladak tambahan 1,4 x 4
Cadik (m) 6 2 unit diameter 6 inci bahan PVC
Bahan dasar Kayu Meranti
Mesin 6,5 PK 4 tak On board
Penumpang 6 orang maksimal
Perahu yang digunakan selama penelitian adalah alat bantu penangkapan
pada pancing rawai yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk membantu proses
pengoperasian fyke net. Modifikasi dilakukan pada bagian palka yang diberi sirkulasi air untuk menampung ikan hidup dengan kapasitas air palka sekitar 60
liter. Modifikasi lainnya adalah dengan membuat geladak tambahan dan
penggantian bahan cadik dari bambu ke bahan pipa paralon.
Geladak tambahan diperlebar dengan ukuran 1,4 x 4 m yang memberi
kemudahan dalam kegiatan selama diatas kapal terutama pada pengamatan dengan
menggunakan fishfinder agar terhindar dari percikan air saat perahu bermanuver. Modifikasi lain yang mendukung operasional penelitian adalah menggunakan
cadik yang berbahan pipa paralon yang ringan dan kuat dengan diameter 6 inci
25 Gambar 8. Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm)
2
1 3 4 6 7
Keterangan : 1. Cadik 2. Ruang mesin 3. Geladak tambahan 4. Palka
5. Tenda
6. Ruang Monitor Fishfinder
7. Probe Fishfinder
2
1 3
5
7
5
6 800 cm
600 cm
120 cm
400 cm
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengoperasian Fyke Net
Pengoperasian fyke net terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) penarikan fyke net dari tepi pantai menuju ke daerah penangkapan (fishing ground); (2) pemasangan alat (setting) pada tubir karang, dan (3) pengangkatan alat (hauling) untuk mengambil hasil tangkapan atau dipindahkan ke tempat lain.
(1) Penarikan Fyke Net dari pantai ke Fishing Ground
Dimensi fyke net yang relatif besar secara keseluruhan tipe A berukuran 1,8 x 2 x 9 m dan tipe B berukuran 1 x 2 x 9 m dan bahan rangka terbuat dari
bahan logam yang berat sehingga memerlukan penanganan khusus dari pantai
menuju ke fishing ground. Cara untuk memudahkan penarikan alat dari pantai ke
fishing ground adalah memasang 6 pelampung jerigen masing-masing 2 bagian depan, 2 bagian tengah dan 2 bagian belakang. Pemasangan pelampung pada fyke net dihubungkan oleh snap sehingga memudahkan untuk dilepaskan kembali.
Fyke net akan terapung dengan perkiraan 60 % bagian alat berada dipermukaan sehingga memudahkan untuk ditarik dengan kapal menuju ke fishing ground.
Cara ini dilakukan untuk mengurangi beban kerja mesin kapal akibat tahanan air
pada fyke net saat ditarik. Penarikan fyke net dari pantai ke fishing ground dapat dilihat pada Gambar 9.
(2) Setting Fyke net
Pemasangan fyke net pada fishing ground terlebih dahulu menggunakan
Fishfinder untuk menentukan lokasi keberadaan ikan, karang dan tubir. Lokasi pemasangan alat di sekitar tubir pada kedalaman 5-8 m dengan jarak dari pantai
0,5-1 mil. Setelah menentukan lokasi pemasangan alat, maka satu persatu
pelampung dilepaskan dengan membebaskan snap pada rangka fyke net yang telah diberi tali loop.
Posisi alat saat akan diturunkan sudah sepenuhnya berada di bawah
permukaan air kemudian diturunkan bersama dengan karung pasir yang diikatkan
27 dan 2 bagian belakang. Fyke net di giring berada tepat dibawah lunas perahu kemudian diturunkan secara perlahan-lahan sehingga bukaan sayap menghadap ke
tubir karang. Penurunan secara perlahan-lahan menggunakan tali pelampung
tanda yang terdiri atas 3 utas yaitu masing-masing 1 pada bagian depan, tengah
dan belakang. (Gambar 9). Pemantauan posisi sayap agar menghadap ke tubir
dilakukan dengan menyelam menggunakan masker snorkel.
Penelitian ini ditempatkan pada 2 lokasi yang relatif berdekatan sekitar 0,5
mil setiap titik sehingga pemindahan fyke net memerlukan cara khusus agar keragaan alat tidak berubah akibat tahanan air dan tersangkut karang bila melintas
di atas terumbu karang yang dangkal. Pemindahan fyke net dilakukan dengan menaikkan dekat permukaan tepat dibawah lunas kapal dengan sayap berapa di
bawah buritan. Selanjutnya kapal dijalankan secara perlahan-lahan untuk
menyusuri daerah yang lebih dalam agar tidak tersangkut pada karang.
Settting fyke net di depan tubir karang digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu
karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta
memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali
ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan
berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan karang ekonomis seperti ikan krapu,
lencam, kakap merah, dan lain-lain. Lama waktu perndaman (soaking time) fyke net terpasang terhitung saat proses setting adalah 24 jam sehingga aktifitas
hauling akan mulai dilakukan pada jam 16.00 hari berikutnya
(3) Hauling Fyke net
Hauling dilakukan dengan mengangkat 3 tali pelampung secara bersamaan yang terdapat pada bagian depan, tengah dan belakang. Penarikan tali pelampung
untuk menaikkan fyke net dilakukan perlahan-lahan sehingga ikan yang tertangkap tidak mengalami kepanikan dan berusaha meloloskan diri, perlakuan ini juga
memberi kesempatan ikan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan
tekanan sehingga hasil tangkapan tetap hidup. Setelah di permukaan ikan
dikeluarkan melalui pintu pengeluaran yang dapat 2 buah, ikan ditangkap dengan
(4)
Tahap 1. penarikan ke fishing ground
Tahap 2. Setting
Tahap 3. Hauling
pelampung jerigen
karung pasir
Tubir karang
29
3.3.2 Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui pengukuran keadaan umum masyarakat dan
oseanografi perairan sekitar lokasi penelitian dan pengukuran ikan hasil
tangkapan fyke net. Selanjutnya data secara deskriptif proses setting dan hauling
yang menunjukkan keramahan terhadap terumbu pada pengoperasian fyke net.
(1) Keadaan Umum Perairan
Data keadaan umum perairan diketahui melalui informasi alat tangkap
yang umum digunakan masyarakat untuk menangkap ikan karang. Selain itu juga
keadaan oseanografis berupa letak lintang, suhu, tinggi gelombang, arah dan
kecepatan arus, periode dan tipe pasang surut. Data kedalaman dan profil dasar
perairan dipergunakan untuk menentukan lokasi dan posisi pemasangan fyke net
dengan menggunakan fishfinder.
(2) Hasil Tangkapan Fyke Net
Data hasil tangkapan diperoleh dengan menghitung jumlah individu, berat
dan panjang total (total lenght) ikan setiap trip melalui hauling pada masing-masing tipe fyke net. Komposisi hasil tangkapan kemudian dikelompokkan berdasarkan famili berdasarkan buku identifikasi menurut Allen & Swainston
(1997). Ikan tangkap dipisahkan berdasarkan kategori ikan karang menurut
klasifikasi yang dibuat oleh Adrim (1993). Selanjutnya ikan hasil tangkapan
dipisahkan berdasarkan nilai ekonomisnya yaitu jenis ikan yang diperdagangkan
hidup atau segar dengan harga relatif mahal dan merupakan komoditas ekspor.
3.3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengoperasikan 2 unit fyke net yaitu tipe A dengan sayap memiliki serambi dan tipe B dengan sayap tanpa serambi.
Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
mempertimbangkan asumsi distribusi ikan menyebar merata di sekitar lokasi
penangkapan dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip diperoleh dari mengoperasikan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dan di ulang pada lokasi lain dengan kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan
120º23’24” sampai 120º23’54” BT. Trip dilakukan selama 24 jam (1hari) dengan
princian 1 jam perjalanan, ½ jam pemasangan alat (setting), ½ jam penarikan alat untuk mengambil hasil tangkapan (hauling) dan 22 jam lama perendaman (soakingtime) fyke net di lokasi penangkapan. Kedua lokasi dilakukan trip selama 7 kali sehingga diperoleh trip sebanyak 14 kali (lay-out pada Tabel 5)
Tabel 5. Trip selama penelitian
Trip Lokasi Notasi data
Tipe A Tipe B
1 I 1IA 1IB
2 I 2 IA 2 IB
3 I 3 IA 3 IB
4 I 4 IA 4 IB
5 I 5 IA 5 IB
6 I 6 IA 6 IB
7 I 7 IA 7 IB
8 II 8 IIA 8 IIB
9 II 9 IIA 9 IIB
10 II 10 IIA 10 IIB 11 II 11 IIA 11 IIB
12 II 12 IIA 12 IIB 13 II 13 IIA 13 IIB
31 Gambar 10. Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi
A
B
2,7
2,0 m 5,0 m
5,0 m 0,9 m
0,9 m 25 m
3.3.4 Analisis Data
Data hasil tangkapan di analisis dengan menggunakan F-test two sample
untuk membandingkan hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan menggunakan fasilitas Data AnalysisMicrosoft Excel 2003. Uji F (F-test)
dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan keseluruhan. Selanjutnya Uji F dilakukan pada
hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan target, ikan mayor (utama) dan ikan karang ekonomis. Sebagai
tambahan maka dibuat analisis deskriptif pada metode pengoperasian fyke net
33
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian
Perairan lokasi penelitian berada di dusun Appabatu, desa Parak,
kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar. Lokasi penelitian berada pada pantai
Barat pulau Selayar dengan jarak 5 km sebelah utara kota Benteng (ibukota
Kabupaten Selayar). Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada rentang kisaran
posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54” BT.
Berdasarkan konversi satuan panjang setiap titik koordinat maka diperoleh lebar
pada garis lintangnya 92,6 m dan panjang pada garis bujur 926,1 m (1 detik =
30,87 m). Luas lokasi penelitian adalah perkalian lebar garis lintang dengan
panjang garis bujur yaitu seluas 857,7 m2
Suhu permukaan perairan sekitar lokasi penelitian 29-31 0C dengan arah
arus dari utara ke selatan. Tipe pasang surut tergolong diurnal dengan ditandai pasang dan surut terjadi 1 kali dalam sehari dengan pasang tertinggi pada sekitar
jam 5 pagi dan surut terendah pada sekitar jam 17.00 sore hari. Perairan terdiri
atas padang lamun dengan paparan mulai pada jarak 10 hingga 500 m dari garis
pantai. Terumbu karang terdapat pada jarak 100 sampai 700 m dari garis pantai
dengan tubir pada kedalaman 5 – 25 m.
Perairan sekitar dusun Appabatu relatif subur yang memungkinkan
kelimpahan ikan tinggi sehingga usaha penangkapan intensif dilakukan.
Penangkapan ikan oleh nelayan setempat dilakukan dengan menggunakan sero,
jaring insang, pancing rawai dasar, pancing tonda dan harpon. Alat tangkap yang
paling banyak digunakan di kabupaten Selayar adalah jaring insang dengan hasil
tangkapan paling produktif (Manggabarani, 2005).
4.2 Pengoperasian Fyke Net Modifikasi
Fyke net yang digunakan selama penelitian dimodifikasi pada beberapa bagian yaitu pada sayap dan mulut kantong. Modifikasi pada sayap dengan
membuat ruang tambahan sehingga membentuk serambi berbentuk huruf V.
Dimensi serambi terdiri atas rangka depan 3 buah masing-masing pada bagian
Pertimbangan tinggi rangka serambi tersebut berdasarkan sifat ikan karang
yang berenang pada kisaran 0 m sampai kurang dari 2 m dari dasar perairan
(Holzman et al, 1997) sehingga peluang ikan untuk berenang disekitar cakupan
celah serambi sangat besar dan memperkecil peluang ikan berenang diatas fike net. Rangka samping berbentuk trapesium dengan tinggi rangka depan 180 cm ;tinggi rangka belakang 90 cm dan panjang rangka atas 420 cm; panjang rangka
belakang 400 cm, volume serambi yang terbentuk cukup luas untuk kawanan ikan
berenang leluasa mengitari serambi. Bagian serambi dilengkapi dengan celah
yang membentuk corong mengarah ke dalam dengan lebar 20 cm dan tinggi 150
cm. Celah ini berfungsi untuk mengarahkan ikan masuk ke serambi dan tidak
mudah untuk keluar kembali, celah untuk mengarahkan ikan ini dapat ditemukan
pada sero (FAO, 2000); trap di laguna Beymelek, Turki (Atar et .al, 2002) dan fike net di danau Egirdir, Turki (Balik et.al, 2003).
Modifikasi pada mulut kantong fike net dilakukan dengan menambahkan rigi-rigi yang tergolong Non-Return Device (NRD), dikomersilkan dengan istilah
Trigger entrance. Bentuk rigi-rigi bervariasi berdasarkan ukuran, warna, bentuk dan umumnya dipasang pada mulut bubu. Pada penelitian ini rigi-rigi yang
digunakan terbuat dari pipa PVC sebagai rangka dan bambu yang diruncingkan
sebagai jerujinya. Rangka rigi-rigi berukuran panjang 60 cm dan tinggi 40 cm
dipasang pada rangka ke-2 kantong. Jeruji dipasang agar menyulitkan ikan untuk
meloloskan diri keluar dari kantong dan serambi.
Hasil penelitian uji coba pengoperasian fyke net ternyata dapat menangkap ikan karang setelah melakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong.
Keberhasilan pengoperasian fyke net selain ditentukan oleh modifikasi konstruksi juga pemilihan lokasi yang tidak pada koloni karang melainkan pada tubir karang
yang memiliki areal lebih landai. Dasar perairan tubir karang tidak terdapat
koloni karang sehingga ikan dapat mendeteksi keberadaan fyke net sebagai
shelter. Ikan-ikan dengan sifat migrasi horizontal dan vertikal pada terumbu karang menurut Spotte (1992) juga akan mudah mendeteksi keberadaan fyke net
35
4.3 Hasil Tangkapan Fyke Net
Komposisi ikan tangkapan fike net selama 14 trip terdiri atas 21 spesies yang terbagi ke dalam 11 famili dengan jumlah total ikan yang tertangkap
sebanyak 269 ekor dengan berat total 10.535 g (Lampiran 1). Ikan hasil
tangkapan tertinggi berdasarkan jumlah adalah Pepetek (Secutor indicus)
sebanyak 65 ekor (24,16 %) selanjutnya ikan dengan tangkapan terberat adalah
Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat 1165 g (11,06 %).
Hasil tangkapan fike net berdasarkan jumlah spesies adalah Famili Lutjanidae 4 spesies; Mullidae, dan Nemipteridae 3 spesies; Lethrinidae,
Holocentridae dan Serranidae 2 spesies; dan Apogonidae, Plotosidae
Leioghnatidae, Haemulidae, Scaridae masing-masing 1 spesies. Hasil tangkapan
Fyke net berdasarkan Famili dengan jumlah dominan adalah Leioghnatidae 65 ekor (24,16 %) selanjutnya Famili dengan berat dominan adalah Lutjanidae 2148
g (20,39%).. Komposisi hasil tangkapan F fike yke net berdasarkan Famili dapat dilihat pada Lampiran 2a dan Gambar 11.
Berdasarkan kategori ikan karang menurut Adrim (1995) diperoleh hasil
tangkapan fike net terdiri atas 2 kategori yaitu: (1) ikan target dan (2) ikan non-target (mayor). Ikan non-target yaitu ikan karang konsumsi yang menjadi non-target
penangkapan yang tertangkap oleh fike net yang terdiri atas 7 Famili yaitu: Serranidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Plotosidae dan
Haemulidae. Ikan non-target (mayor) yaitu ikan karang dengan jumlah dominan
berperan sebagai penyusun utama rantai makanan, kategori ini tertangkap oleh
fike net terdiri atas 4 Famili yaitu: Apogonidae, Leioghnatidae, Holocentridae, dan Scaridae.
Komposisi hasil tangkapan fike net berdasarkan kategori, ikan target dominan dari segi berat yaitu 7.113 g (67,52 %) dengan jumlah individu 99 ekor
(36,80%). Kategori ikan non-target dominan dari segi jumlah individu tertangkap
Gambar 11. Jumlah Individu dan Berat Hasil Tangkapan Fyke Net
37
4.4 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe A
Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili dengan jumlah individu 201 ekor
dengan berat 8.835 g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap
dominan adalah Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 38 ekor (18,91 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat 1.165 g (13,19%) (Lampiran 3a) .
Hasil tangkapan fyke net tipe A berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 38 ekor (18,91%), selanjutnya tangkapan terberat
diperoleh pada Famili Lutjanidae 2.148 g (24,31%) (Lampiran 3b). Berdasarkan
kategori fyke net tipe A menangkap ikan target 93 ekor (46,27%) dengan berat 6.498 g (73,55%) selanjutnya ikan non-target tertangkap 108 ekor (53,73%)
dengan berat 2.337 g (26,45%) (Lampiran 3b).
4.5 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe B
Fyke net tipe B (sayap tanpa serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 8 spesies yang tergolong dalam 6 Famili, jumlah individu 68 ekor dengan berat
1.700 g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap dominan adalah
Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 27 ekor (39,71 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Capungan (Apogon exostigma) seberat 372 g (21,8%) (Lampiran 4a).
Hasil tangkapan fyke net tipe B berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 27 ekor (39,71%), selanjutnya tangkapan terberat
diperoleh pada Famili Leioghnatidae 372 g (21,8%) (Lampiran 4b). Berdasarkan
kategori ikan karang fyke net tipe B menangkap ikan non-target 62 ekor (91,18%) dengan berat 1.085 g (63,82 %) selanjutnya ikan target tertangkap 6 ekor (8,82 %)
dengan berat 615 g (26,18 %) (Lampiran 4b).
4.6 Perbandingan Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A dan Tipe B
Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili, jumlah individu 201 ekor (74,72%)