• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN

MENGGUNAKAN

FYKE NET

MODIFIKASI

DI KABUPATEN SELAYAR

SYAWALUDDIN SOADIQ

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Eksperimen Penangkapan Ikan Karang

Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam tesis magister kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2010

(3)

ABSTRACT

SYAWALUDDIN SOADIQ. Experiment on Reef Fish Capture Using Modified Fyke Nets in Selayar Waters. Under the supervision of ARI PURBAYANTO and INDRA JAYA.

Destructive fishing as a simple and effective method for fisher to exploit reef fish has been applied in several locations in Selayar Island waters. Although those activities have been recognized as harmful to reef ecosystem, the lack of fisher knowledge on responsible fishing contributes to destruction the reef ecosystem. Fyke net as a passive gear have been commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin waters. Fish trapped by using net leader to guide fish when swimming againts current and finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish was properly needed. This research was to determine effectiveness of modified fyke net to target catch of reef fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This experiment was conducted in Parak waters of Selayar Islands using two designs of modified fyke net (type-A of chambered wing, type-B of non-chambered wing). This fishing experiment using Complete Randomized Design where the type of fyke net as treatment. Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish in two location. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result showed that the reef fish as the target catch (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) was dominant in their weight. While, the reef fish as the non-target catch (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96 times) than fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (15.50 times) than fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets were effective to catch reef fish and selective to catch non-target reef fish.

Keyword: chambered wing, effectiveness, modified fyke nets, reef fish, target catch

(4)

RINGKASAN

SYAWALUDDIN SOADIQ. Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO dan INDRA JAYA.

Salah satu upaya menekan eksploitasi ikan dengan cara destructive pada kawasan terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menerapkan kaidah responsible fishing. Upaya itu dapat dimulai dengan melakukan eksperimen dalam merancang alat dan metode penangkapan alternatif dengan penerapan alat pasif seperti fyke net. Umumnya fyke net dioperasikan pada sungai dan danau yang dipasang secara menetap atau berpindah-pindah. Konstruksi fyke net tersebut dengan ikan yang masuk kantong dipaksa tergiring oleh jaring pemandu. Fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net

sehingga modifikasi bagian-bagiannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) merancang modifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan, (2) menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan karang target, (3) menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap.

Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar Desa Parak Kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Eksperimen dilakukan dengan membuat 2 disain fyke net modifikasi yaitu tipe A sayap dengan serambi dan tipe B sayap tanpa serambi. Penelitian ini menggunakan hand-held GPS, fish finder dan perahu bercadik ganda dengan geladak tambahan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip operasi penangkapan dengan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dengan jarak pemasangan antar fyke net sejauh 25 m dan trip dilakukan selama 24 jam. Pengoperasian fyke net dilakukan pada fishing ground pada kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24”BT dan 120º23’24” sampai 120º23’54” LS.

Kelompok ikan karang target (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi berat sedangkan kelompok ikan non-target (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi jumlah individu. Ikan tersebut diduga tertangkap karena sifat mereka untuk mencari perlindungan (shelter) dan sifat tigmotaxis.

Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B). Selanjutnya berat total (gram) ikan hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B).

(5)

Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan baik dari segi jumlah (ekor) maupun berat (gram). Disain fyke net sayap dengan serambi meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). Hasil tangkapan ikan karang target dengan menggunakan fyke net modifikasi adalah dominan berdasarkan berat terhadap ikan non-target.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN

MENGGUNAKAN

FYKE NET

MODIFIKASI

DI KABUPATEN SELAYAR

SYAWALUDDIN SOADIQ

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan

Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar

Nama : Syawaluddin Soadiq

NIM : C551050011

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

29 Desember 2009 Ketua Pogram Studi Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(10)

PRAKATA

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Atas izin dan perkenan Allah SWT, Tuhan Maha Penguasa waktu dan Maha

Pemberi Ilmu, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan tesis

dengan judul “Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan

Fyke Net Modifikasi”.

Teriring kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis menghaturkan terima

kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc

dan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing

atas kesabaran, perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada

penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi

Teknologi Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi

Kelautan atas nasihat dan keramahannya kepada penulis dalam menyelesaikan

segenap tahap penyelesaian studi hingga penulis dapat merampungkan tesis.

Penulis juga menghaturkan terimakasih setulus hati kepada :

1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf

yang telah menerima penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister

Sains di Institut Pertanian Bogor.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dekan Fakultas Pertanian,

Ketua Pusat Kajian Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Ketua Program Studi

Budidaya Perairan yang telah memberi kepercayaan penuh dan bantuan

materil untuk menempuh pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program

Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor.

3. Kedua orangtua, Ibunda Siti Raelang atas doa dan kepasrahannya, ayahanda

Mohammad Soadiq Toaha yang ditengah berjuang melawan sakit jantung dan

paru-paru tetap memberi penulis motivasi dan semangat untuk tetap menimba

ilmu di perantauan.

4. Siti Suwadah Rimang, S.Pd. M.Hum sebagai istri setia dalam suka dan duka

berbagi kesusahan ditengah studinya menyelesaikan disertasi di Universitas

(11)

melepaskan hak sebagian besar waktu kanaknya terpisah jauh dari

perlindungan dan perhatian seorang bapak dan kasih sayang yang semestinya

diperoleh. Sungguh ananda Raihan betul-betul pejuang kasih sayang.

5. Ayahanda KH. Djamaluddin Amien selaku orangtua kandung sendiri yang

memberi penanaman makna kehidupan serta nasihat yang memuaskan dahaga

spiritual disaat kesusahan.

6. Direktur NCU COREMAP II atas bantuan penulisan tesis pada program Mitra

Bahari COREMAP II tahun anggaran 2008

7. Tamsil Linrung, SE, MM dan Usman Lonta, M.Pd dengan segala

kesibukannya dan tugas legislatifnya masih sempat memberi perhatian melalui

bantuan materil dan immateril demi kelancaran studi penulis.

8. Segenap karib seperjuangan mahasiswa Program Studi TKL; Andi Assir,

Imran, Cecu, Iskandar, Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim,

dan teman-teman di Wisma Pinus IPB, Tanah Doang dan yang tergabung di

Forum Wacana Sulsel atas kepeduliannya demi kesuksesan studi penulis.

9. Segenap pihak yang belum disebutkan dan telah memberikan batuan langsung

atau tidak langsung.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat

bermanfaat bagi pengembangan perikanan dan kelestarian sumberdaya di terumbu

karang. Penulis menyadari sejumlah keterbatasan masih terdapat pada tesis ini

oleh karena itu kritik dan saran masih sangat penulis butuhkan.

Bogor, Januari 2010

(12)

RIWAYAT HIDUP

Di Desa Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, 186 km sebelah Utara kota Makassar pada tanggal 21 Desember 1970 Masehi, bertepatan 22 Syawal 1391 Hijriyah hari Senin penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Penulis dilahirkan dari keluarga bersahaja dari pasangan Mohammad Soadiq seorang guru SD dan Sitti Raelang.

Masa kecil penulis lebih banyak dihabiskan bermain, berenang dan memancing di pesisir pantai Tanjung Bunga Makassar sehingga atas dasar kecintaan terhadap kebaharian penulis memilih mendaftar pada Jurusan Perikanan yang kala itu masih bernaung di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan diterima pada tahun 1989. Semasa mahasiswa penulis aktif mengajar sebagai asisten praktikum dan asisten dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tahun 1997 penulis menyelesaikan S1 dan aktif dalam sejumlah LSM yang bergerak di bidang pesisir dan terumbu karang. Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai staf pengajar tetap di Universitas Muhammadiyah Makassar dan dipercayakan menjalankan amanah sebagai Ketua Jurusan Perikanan hingga tahun 2005. Pada tahun itu juga penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program magister sains pada Program Studi Teknologi Kelautan melalui bantuan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) on-going dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI.

(13)
(14)

5 PEMBAHASAN

5.1 Performa fyke net modifikasi. ... 40

5.2 Operasi penangkapan ikan dengan fyke net di terumbu karang. 41

5.3 Hasil tangkapan fyke net ... 42

5.3.1 Hasil tangkapan fyke net tipe A ... 44

5.3.2 Hasil tangkapan fyke net tipe B ... 45

5.4 Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B ... 45

5.5 Perbandingan hasil tangkapan ikan target setiap tipe fyke net .. 46

5.6 Perbandingan hasil tangkapan ikan non-target setiap tipe fyke net 47

5.7 Kriteria keramahan fyke net.. ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ... 50

6.2 Saran. ... 50

DAFTAR PUSTAKA. ... 51

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ... 14

2 Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi... 15 3 Perbandingan fyke net yang dimodifikasi dengan fyke net standar 16 4 Spesifikasi perahu yang digunakan selama penelitian ... 20

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi ... 5

2 Kerangka pemikiran penelitian ... 6

3 Peta Lokasi Penelitian ... 13

4 Mulut kantong fyke net modifikasi dan standar ……… 16

5 Fyke net Modifikasi (tampak dari atas, ukuran dalam cm); tipe A, sayap dengan serambi; tipe B, sayap tanpa serambi... 17

6 Fyke net Modifikasi (tampak dari samping, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi... 18

7 Fyke net modifikasi (tampak dari depan dan belakang, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi 19 8 Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm) 21 9 Ilustrasi tahap-tahap dalam pengoperasian fyke net ... 24

10 Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi ... 27

11 Jumlah individu dan berat hasil tangkapan fyke net berdasarkan famili ... 32

12 Jumlah individu (A) dan berat (B) hasil tangkapan fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 33

13 Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36

14 Berat individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net... 36

15 Ikan hasil tangkapan berdasarkan kategori kan karang target dan mayor pada masing-masing tipe fyke net ... 38

16 Ilustrasi interaksi ikan terhadap fyke net tipe A (sayap dengan serambi) tipe B (sayap tanpa serambi) ... 45

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Komposisi hasil tangkapan Fyke Net... 54

2a Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili... 55

2b Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan kategori ikan karang ... 55 3a Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi)... 56 3b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) berdasarkan famili... 56

4a Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi)... 57

4b Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan famili dan kategori ikan karang... 57

5 Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B... 58

6a Jumlah dan berat hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target ... 59

6b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Ikan Karang Ekonomis... 59

7 Uji F Hasil Tangkapan Fyke Net... 60

8 Contoh Ikan Hasil Tangkapan Fyke Net Selama Penelitian... 63

9 Foto-foto kegiatan selama penelitian ... 69

(18)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas

kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis

yang terdapat di Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Terumbu karang tropis

tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan interaksi antar spesies yang

beragam juga merupakan daerah potensial untuk tereksploitasi dari berbagai

kegiatan manusia. Keberadaan beberapa spesies ikan karang target dengan nilai

ekonomis penting seperti kerapu, napoleon, ekor kuning, kakap, lencam, ikan hias

merupakan faktor penyebab tingginya upaya eksploitasi ekosistem ini. Pada batas

yang tidak terkendali eksploitasi di kawasan terumbu karang akan mengakibatkan

kerusakan serius pada konsistensi koloni dan biodiversitasnya

Upaya eksploitasi di kawasan terumbu karang dapat berupa penambangan

karang masif untuk kebutuhan material rumah dan jalanan, turisme dan

penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang berpotensi signifikan

terhadap kerusakan pada terumbu karang adalah penggunaan bahan peledak dan

bahan pembius ikan (potasium sianida). Bahan peledak dan pembius tersebut

diperuntukkan bagi ikan-ikan target tangkapan di sekitar karang atau yang

bersembunyi di balik lubang-lubang karang sehingga untuk memudahkan

penangkapan maka metode peledakan dan pembiusan menjadi pilihan. Kerusakan

akibat penggunaan bahan peledak berupa cabang karang patah, karang masif

hancur, kematian massal anakan/ikan kecil dan pengadukan pasir yang menutupi

koloni karang. Kerusakan akibat penggunaan sianida adalah kematian polip karang

oleh efek pencucian (bleaching), kematian untuk ikan ukuran kecil dan pingsan bagi ikan ukuran besar. Pratt (1996) melaporkan ion sianida di air laut menjadi

penghambat penyerapan oksigen ke sel polip karang, anakan ikan, indukan yang

siap memijah dan oleh karena itu menjadi sangat rentan mengalami kematian.

Penggunaan sianida oleh penyelam tradisional berakibat kehilangan sementara

atau permanen kemampuan organ sensor bila terpapar saat menyelam. Hasil

penelitian P2O-LIPI menunjukan terumbu karang di Indonesia rusak berat 39,5 %;

rusak sedang 33,5 %; baik 21,7 % dan 5,3% sangat baik (COREMAP 2001).

(19)

biodiversitas generik dengan penyebab utama adalah polusi dari daratan dan

kegiatan destructive fishing (Edinger et al.1998).

Salah satu upaya mengurangi laju kerusakan terumbu karang akibat

penggunaan bahan peledak dan sianida adalah dengan merancang alat dan metode

penangkapan alternatif yang dapat menjamin konsistensi koloni karang dan

kelestarian biodiversitasnya. Fyke net adalah alat tangkap yang dalam pengoperasiannya tidak bergerak (statis) dan tidak menyaring (non-filtering) ikan melainkan hanya menunggu ikan mendekati fyke net seperti prinsip penangkapan dengan bubu sehingga menjadi pilihan alat dan metode penangkapan alternatif.

Penggunaan fyke net untuk tujuan tersebut membutuhkan penyesuaian dari segi konstruksi dan metode pengoperasian yang diharapkan dapat menjamin

konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Oleh karena itu

diperlukan modifikasi dalam penggunaan alat tangkap fyke net yang diharapkan dapat menjadi metode alternatif mengingat prinsip pengoperasian yang bersifat

pasif dan berpotensi selektif.

Modifikasi fyke net dilakukan mengingat karakteristik umumnya dioperasikan pada perairan tawar sehingga unutk pengoperasian di terumbu karang

diperlukan modifikasi yang tepat. Fyke net dioperasikan pada perairan sungai yang mengalir dan dipasang menetap atau berpindah-pindah dengan bantuan patok atau

jangkar (FAO, 1975) sehingga ikan terperangkap masuk kantong tergiring jaring

pemandu dan arus sungai yang memaksa ikan menuju mulut kantong. Modifikasi

fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang dengan prinsip ikan masuk secara sukarela dengan menambahkan pada bagian sayap ruangan berbentuk serambi

serta celah untuk ikan tidak bebas keluar lagi. Modifikasi fyke net yan dioperasikan di terumbu karang menggunakan kantong pasir sebagai pengganti

jangkar/patok mengingat koloni karang sangat rentan terhadap friksi dari

komponen alat tangkap yang berbahan logam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO 1995)

serta paradigma pengelolaan perikanan Indonesia bahwa pemanfaatan sumberdaya

(20)

3 kabupaten Selayar masih tetap ditemui. Yasri dan Yusuf (2001) mengemukakan

bahwa daerah sekitar taman nasional laut Takabonerate yang merupakan asset

penting terumbu karang di kabupaten Selayar luasnya 530.756 ha, ikan karang

330 spesies dan hewan karang tidak kurang dari 200 spesies berpotensi terancam

destructive fishing. Berdasarkan laporan Setiasih (2002) pada pulau Rajuni Kecil yang memiliki persentase penutupan karang hidup kategori A (=75 %), selebihnya

dalam kondisi memprihatinkan, oleh sebab itu upaya untuk menemukan alternatif

penangkapan ikan yang berbasis pada pertimbangan ilmiah dan menjamin

konsistensi ekologis terumbu karang perlu dilakukan sesegera mungkin.

Penggunaan sianida dan bahan peledak adalah komponen destructive fishing yang memiliki kecendrungan meningkat sejak awal tahun 2000 (Pratt 1996).

Selanjutnya Jones (1997) melaporkan efek penggunaan sianida secara

laboratorium terhadap polyp karang, anakan ikan dan induk ikan memijah mengakibatkan kematian pada dosis tertentu, kemudian pada ikan dewasa

kematian akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi.

Uraian tersebut di atas yang menjadi alasan penelitian untuk menemukan

alternatif penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Alat utama penangkapan

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu fyke net yang dimodifikasi. Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap pasif yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap, pada bagian sisi kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar.

Kelebihan yang diharapkan dari fyke net adalah dapat mengurangi kerusakan karang karena dipasang pada bagian luar koloni karang. Kelebihan lain yang

diharapkan adalah hasil tangkapan fyke net tetap hidup sehingga penurunan kualitas ikan karena kematian dapat ditekan dan hal lain yang tak kalah penting

adalah alat ini berpotensi selektif melalui proses seleksi hasil tangkapan (human selectivity) pada saat hauling dengan ikan yang masih dalam keadaan hidup.

Rumusan masalah dari penelitian pada alat tangkap fyke net adalah: (1) Seberapa besar signifikansi disain fyke net berpengaruh terhadap komposisi

dan jumlah hasil tangkapan.

(2) Apakah modifikasi bagian-bagian fyke net berpengaruh terhadap selektivitas hasil tangkapan ikan non-target.

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Memodifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan.

(2) Menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan target (3) Menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi nelayan sebagai alat

tangkap dan metode alternatif penangkapan ikan karang yang dapat menekan

kerusakan karang oleh praktek penggunaan sianida dan bahan peledak. Penelitian

ini juga diharapkan menunjang pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui

hasil tangkapan ikan hidup dengan mutu lebih baik dan selektif sehingga dapat

menekan bycacth dan eksploitasi ukuran ikan karang yang belum memijah. Aspek ilmiah dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi bagi

pengembangan penelitian lebih lanjut tentang modifikasi bagian lain fyke net

untuk dapat lebih mengoptimalkan hasil tangkapan ikan karang ekonomis.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka disusun

hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Fyke net modifikasi meningkatkan jumlah tangkapan ikan target. (2) Metode pengoperasian fyke net tidak merusak karang.

(3) Hasil tangkapan bervariasi berdasarkan jenis dan ukuran dengan dominasi ikan

karang ekonomis.

1.6 Kerangka Pemikiran

Fyke net memiliki prinsip kerja yaitu memandu ikan masuk ke dalam kantong kemudian tidak dapat keluar lagi, alat tangkap ini terdiri atas 2 bagian

utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bund end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa diberi pintu masuk

(22)

5 Modifikasi fyke net dilakukan pada bagian mulut kantong yang sangat menentukan kemampuan ikan tertangkap atau meloloskan diri. Modifikasi mulut kantong

dilakukan dengan membuat disain yang diberi bingkai dan rigi-rigi (Gambar 1).

High & Ellis (1973) melaporkan disain mulut berbingkai ini dipasangkan

pada bubu dan menunjukkan hasil tangkapan yang lebih banyak jika dibandingkan

dengan bubu dengan mulut yang seluruhnya dari jaring tanpa bingkai. Selanjutnya

High & Ellis (1973) memodifikasi bingkai dengan menambahkan rigi-rigi yang

menunjukkan penurunan kelolosan ikan.

Metode pengoperasian fyke net modifikasi dalam penelitian ini dilakukan pada daerah bagian luar koloni terumbu karang sehingga diharapkan dapat

menjaga konsistensi terumbu karang dari kerusakan. Metode ini digunakan

berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari

makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari

makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik

dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis hewan yang diharapkan

menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan krapu,

lencam, kakap merah, lobster dan lain-lain. Berlandaskan pada uraian ini maka

dirancang alat tangkap dan metode alternatif yang dapat dijadikan rujukan untuk

eksploitasi sumberdaya ikan karang yang ramah lingkungan. Uraian pada kerangka

teoritis tersebut diatas kemudian disusun menjadi kerangka pemikiran penelitian

(Gambar 2).

A. Bingkai dengan rigi-rigi (ukuran dalam cm)

B. Bingkai dengan rigi-rigi yang telah terpasang pada mulut fyke net A

B

(23)

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Perbaikan Metode Pengoperasian Pembuatan disain dan konstruksi alat tangkap alternatif

Modifikasi fyke net

Pemanfaatan arus pasang-surut mulut kantong

Ruaya pasang-surut ikan, mencari shelter

dan feeding ground

tangkapan Selektif

Setting alat diluar koloni karang

Rekomendasi disain dan metode pengoperasian yang ramah lingkungan Pengunaan kantong pasir

pengganti jangkar

Stabilitas alat Penggunaan sayap

dengan serambi

Peningkatan catchability Konsistensi ekologis terumbu karang Potensi Sumberdaya ikan karang di kabupaten Selayar

Responsible fishing pada terumbu karang di kabupaten Selayar

(24)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang

Adrim (1995) mengklasifikasi ikan karang kedalam beberapa jenis:

1) ikan target; ikan yang menjadi tujuan penangkapan seperti jenis Serranidae

(krapu), Lutjanidae (kakap), Lethrinidae (lencam).

2) ikan indikator; ikan yang keberadaannya menjadi penanda tingkat

kesuburan/kerusakan karang seperti jenis Chaetodontidae (kepe-kepe,

kambing-kambing, anjel).

3) ikan kategori utama, ikan yang peranan utama sebagai komponen rantai

makanan dan belum diketahui fungsi dan peran lebih jauh pada karang, jenis

ini termasuk Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Siganidae, Labridae,

Mullidae dan Apogonidae.

Ikan karang di Taman Laut Nasional Taka Bonerate kabupaten Selayar,

terdiri atas rasio antara ikan mayor, indikator dan target dengan perbandingan 9 :

1 : 4 (Husain, 2000).

Jompa et al. (2000) mengemukakan keberadaan ikan karang pada daerah

reef top umumnya terdapat jenis ikan wrasse tanda Halichoeres chloropterus

(Labridae), ikan betok biru Pomacentrus pavo (Pomacentridae), beberapa jenis ikan kakatua Scarus sp. (Scaridae), dan ikan Lencam Bidadari Pentapodus sp.

(Nemipteridae). Sementara pada reef edge umumnya adalah ikan betok cagak

Chromisternatensis dan ikan sersan Amblyglyphidodoncuracao (Pomacentridae), jenis ikan kakatua Scarusdimidiatus dan S. capistratoides (Scaridae), serta ekor kuning dan pisang-pisang Caesio sp(Caesionidae).

Migrasi ikan karang menurut Spotte (1992) ada 3 macam, yaitu:

1) Migrasi vertikal, jenis ikan karang dengan sifat sebagai pemakan plankton di

dan bermigrasi ke sekitar permukaan pada siang hari dan kembali ke karang

pada malam hari.

2) Migrasi horizontal, jenis ikan karang herbivor dengan sifat menjelajah secara

horizontal di sekitar karang memakan alga dan tumbuhan, jenis ini adalah

Achanturidae, Scaridae.

3) Migrasi horizontal keluar terumbu karang, jenis ikan predator dan aktif makan

(25)

ini adalah Anthrinidae, Haemulidae, Lutjanidae, Serranidae, Mulidae dan

Clupeidae.

Migrasi harian ikan karang terjadi pada siang hari dan malam hari, jenis

ikan herbivor kebanyakan aktif makan pada siang hari sedangkan ikan predator

adalah ikan yang aktif pada malam hari (Hobson, 1973 yang diacu Versteegh, 2003).

Menurut Furevik (1994), mengemukakan beberapa alasan ikan

menemukan bubu selain menyusuri keberadaan umpan adalah: (1) gerakan acak,

(2) menjadikan bubu sebagai tempat berlindung sementara atau tetap, (3) sifat

ingin tahu ikan, (4) adanya perilaku kompetisi intra spesies. Keberadaan ikan

karang menurut Holzman et al (2007), ikan karang umunya berenang pada kisaran kurang dari 2 m disekitar dasar perairan terumbu karang.

Beberapa fase tingkah laku ikan terhadap bubu menurut Furevik (1994)

adalah: (1)fase arousal; (2)fase location; (3)fase nearfield; (4)fase ingress; (5)fase

inside; dan (6)fase escape.

2.2 Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang

Sukmara et al. (2001) mengemukakan jaenis kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang adalah:

1) Bom, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan

patah-patah, tersebar berserakan dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas

lubang pada terumbu karang.

2) Racun/potas, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati dan berubah

menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena

nelayan mengambil ikan yang tersenbunyi di balik terumbu karang.

3) Trawl, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan

patah-patah.

4) Jaring dasar, akibat yang ditimbulkan adalah karang stress dan patah-patah

5) Bubu, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan

patah-patah, terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat

(26)

9 6) Jangkar, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur, terbongkar dan

patah-patah terutama pada patah-patahan karang yang berserakan jenis karang jari

(Acropora branching).

7) Berjalan di atas karang, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur dan

patah-patah.

8) Penambangan batu karang, akibat yang ditimbulkan adalah penurunan pondasi

terumbu karang.

9) Kapal di perairan dangkal, akibat yang ditimbulkan adalah karang patah.

Penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga

paling banyak berasal dari penangkapan ikan dengan cara yang merusak,

penambangan karang dan sedimentasi (Kusen et al, 2000). Selanjutnya dikemukan pula penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi

penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun,

teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak (contohnya bubu). Pengeboman terumbu karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan

praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering

digunakan untuk menangkap ikan-ikan ornamenta (untuk hiasan akuarium laut) di

banyak wilayah di Indonesia.

Kusen et al. (2000) mengemukakan juga bahwa aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olahraga air serta wisata bahari juga menyebabkan kerusakan

terumbu karang, melalui jaring tangkap yang digunakan oleh nelayan,

pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang yang

merupakan hasil dari kegiatan wisata bahari.

2.3 Konstruksi Fyke Net

Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap. Letak kantong terdapat pada bagian tengah, pada

sisi kiri dan kanan kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Fyke net dapat dioperasikan pada daerah pantai, estuaria bahkan sungai dan danau.

(27)

2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bunt end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa sehingga

membentuk kantong dengan diberi pintu masuk akan tetapi ikan tidak mudah

keluar / terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Bukaan kantong

fyke net dapat mencapai 2 m dan dapat di buat selektif dengan dipasang menetap dan pasif, sehingga ikan yang tertangkap hanya pada areal disekitar pemasangan.

Fyke net dioperasikan secara menetap atau berpindah-pindah pada arus yang kuat dan dipasang pada dasar perairan melalui jangkar, patok atau pemberat

lainnya. Proses hauling dilakukan langsung dengan atau tanpa alat secara berkala pada selang beberapa hari. Alat ini berpotensi menghasilkan tangkapan sampingan

seperti ikan ukuran juvenil maupun undersized market (FAO 1975).

Mawardi (1998) memodifikasi bentuk kantong bubu dengan

menambahkan sayap dan berdasarkan kategori alat tangkap menurut Brandt

(1985) bubu sayap ini tergolong perangkap (fish trap) dengan nama spesifik

basket with wing. Prinsip penggunaan bubu sayap sama dengan fyke net yaitu memandu ikan masuk secara sukarela ke dalam kantong dengan menggunakan

sayap dan jaring pemandu meskipun bubu sayap diperuntukkan untuk menangkap

ikan karang hias. Selanjutnya Mawardi (1998) membandingkan bubu sayap

dengan jaring pemandu dan tanpa jaring pemandu, dilaporkan pemasangan jaring

pemandu meningkatkan hasil tangkap ikan hias secara signifikan.

Fyke net umumnya menggunakan mesh size 2 inci, 5 feet tinggi, jaring pemandu 150 feet, pada bagian kantong mesh size 1-1,5 inci yang diberi bingkai

(Schneider & Merna 2000). Bentuk bingkai mulut jaring bervariasi berdasarkan

daerah pengoperasian, Atar et al. (2002) melaporkan tiga bentuk mulut kantong

fyke net dan trap net yang dioperasikan di perairan laguna Beymelek, Antalya, Turki untuk menangkap blue crap (Callinectes sapidus Rathbun 1896) yaitu bentuk elipsoid, kotak dan bulat.

Collins (1990), membandingkan tiga bentuk mulut dan menunjukkan

yang relatif besar menghasilkan tangkapan efektif pada bubu. Wheaton & Lawson

(1985) menekankan penggunaan bubu yang berukuran besar tidak saja

mengurangi laju pelolosan ikan tetapi juga memperbesar kemampuan alat untuk

(28)

11 dengan ukuran besar mengurangi hasil tengkapan terluka akibat berusaha

meloloskan diri atau kanibalisme (Wheaton & Lawson 1985).

Whitelaw et al. (1991), hasil tangkapan bubu menurun setelah 3 jam

soaking time akibat laju kelolosan yang signifikan oleh karena itu disain mulut kantong adalah faktor penentu laju kelolosan ikan.

2.4 Pengoperasian Fyke Net

Metoda pengoperasian fyke net sangat tergantung dari kondisi perairan, umumnya kondisi perairan untuk fyke net (Gebhards 1979) terdiri atas:

1) Perairan arus deras, fyke net yang dioperasikan di perairan deras umumnya tidak memiliki jaring pemandu sehingga mengurangi efektifitas area

penangkapan. Kerugian tanpa pemasangan jaring pemandu di reduksi dengan

menambahkan umpan yang dimasukkan dalam kantong, arus air akan

menyebarkan partikel umpan dan akan terdeteksi oleh ikan. Penggunaan

jangkar pada bagian mulut kantong tidak terlalu diperlukan. Bentuk bingkai

kantong fyke net umumnya bujursangkar atau bentuk D untuk menjaga kestabilan.

2) Perairan arus sedang, dilengkapi dengan jaring pemandu dan diperlengkapi

dengan jangkar pada bagian belakang kantong kemudian ditarik searah arus

Fyke net dioperasikan lebih mudah dibanding dengan trap net terutama pada perairan kedalaman kurang dari 180 cm, dan lebih efektif digunakan pada

perairan danau atau sungai mengalir (FAO, 1975). Fyke net dapat dipasang sejajar dengan garis pantai atau sejajar dengan arus. Fyke net dengan prinsip kerja menggiring ikan menuju kantong seperti pada bubu sayap yang dirancang oleh

Mawardi (1998) yang melaporkan bubu sayap efektif menangkap ikan karang hias

dengan menambahkan jaring pemandu walaupun tidak signifikan jika

dibandingkan tangkapan pada siang dan malam hari.

(29)

apel, dan daging ikan mas) efisiensi penangkapannya dengan fyke net sebesar 20.3%, 11.2%, 7.4% and 7.1% dibanding dengan tanpa umpan.

Perbedaan disain dan mesh size fyke net telah diuji coba menangkap sidat (Anguilla sp) oleh Chisnall & West (1996) di Danau Waahi-New Zealand, dalam percobaannya mengunakan 3 jenis fyke net dengan;(1) fyke net besar ukuran 4 m leadernet, 7 m kantong dan mesh size bujur sangkat sangat halus yaitu 0,5 mm;(2)

fyke net kecil dengan mesh size 0,5 mm;(3) fyke net mesh size 20 mm dengan bukaan mulut berbentuk D. Hasil percobaan menunjukkan fyke net besar menangkap sidat 4,7 dan 7,6 kali lebih banyak fyke net kecil dan fyke net mulut berbentuk D, fyke net besar juga menyajikan data standard teknik penangkapan sidat yang menangkap semua sebaran ukuran sidat.

2.4. Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan

Kriteria keramahan suatu alat tangkap ikan dikemukakan oleh Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) yaitu: (1) selektivitas alat tangkap, (2) dampak kepada habitat, (3) kualitas ikan tangkapan, (4) dampak bahaya bagi nelayan, (5)

dampak produk hasil tangkapan pada konsumen, (6) hasil tangkapan sampingan

(by-catch), (7) dampak kepada biodiversitas, (8) dampak pada ikan yang dilindungi, dan (9) dapat diterima secara sosial.

Selanjutnya Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) menguraikan secara rinci penilaian 1sampai dengan 4 untuk setiap kriteria sebagai berikut:

1) Selektivitas alat tangkap

1.1. menangkap ikan lebih dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang berbeda

jauh.

1.2. menangkap ikan 3 spesies atau kurang dengan variasi ukuran yang

berbeda jauh.

1.3. menangkap ikan kurang dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang relatif

seragam.

1.4. menangkap ikan 1 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam.

2) Dampak kepada habitat

2.1. kerusakan habitat luas

(30)

13 2.3. kerusakan habitat sebagaian pada wilayah sempit

2.4. Aman bagi habitat

3) Kualitas ikan tangkapan

3.1.Ikan mati dan busuk

3.2. Ikan mati, segar dan cacat fisik

3.3. Ikan mati dan segar

3.4.Ikan hidup

4) Dampak bahaya bagi nelayan

4.1.Kematian pada nelayan

4.2.Cacat permanen pada nelayan

4.3.Gangguan kesehatan sementara pada nelayan

4.4.Aman pada nelayan

5) Dampak produk hasil tangkapan pada konsumen

5.1. produk hasil tangkapan menyebabkan kematian pada konsumen.

5.2. produk hasil tangkapan menyebabkan gangguan kesehatan pada

konsumen.

5.3. produk hasil tangkapan relatif aman pada konsumen

5.4. produk hasil tangkapan aman pada konsumen

6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch)

6.1. hasil tangkapan sampingan beberapa tidak laku di pasar

6.2. hasil tangkapan sampingan beberapa laku di pasar

6.3. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies laku di pasar

6.4. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies harganya tinggi

7) Dampak biodiversitas

7.1. Menyebabkan kematian semua biota dan merusak habitat

7.2. Menyebabkan kematian beberapa biota dan merusak habitat

7.3. Menyebabkan kematian beberapa biota dan tidak merusak habitat

7.4. Aman bagi biodiversitas

8) Dampak pada ikan yang dilindungi

8.1. Ikan yang dilindungi sering tertangkap

8.2. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap

(31)

8.4. Ikan yang dilindungi tidak tertangkap

9) Dapat diterima secara sosial

9.1. Biaya investasi murah

9.2. Menguntungkan

9.3.Tidak bertentangan dengan budaya

(32)

15

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009

bertempat di perairan sekitar desa Parak kecamatan Bontomanai Kabupaten

Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada

kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54”

BT. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengambilan data

dan pengolahan data dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1 Fyke Net Modifikasi

Fyke net yang lazim digunakan dengan konstruksi alat tangkap yang terdiri atas 2 (dua) bagian utama yaitu jaring pemandu (net leader) dan kantong (bunt end), pada bagian kantong dilengkapi sayap dan mulut kantong. Terdapat ukuran dan bentuk bervariasi berdasarkan panjang jaring pemandu, bentuk kantong, mesh size dan bentuk mulutnya. Berdasarkan variasi tersebut maka pada penelitian penangkapan ikan karang dengan alat tangkap fyke net dimodifikasi pada bagian tertentu. Bagian-bagian fyke net yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:

(1) Mulut kantong

Mulut kantong fyke net umumnya berbentuk bulat, persegi, elips, segitiga dan membentuk huruf D terbalik. Mulut kantong biasanya diperkuat dengan

bingkai sesuai bentuk tersebut yang dapat terbuat dari logam atau patok kayu saja.

Modifikasi mulut kantong fyke net dalam penelitian ini dengan menambahkan bingkai persegi (frame) yang diberi rigi-rigi (trigger). Pemberian rigi-rigi dimaksudkan untuk memperkecil kelolosan ikan kembali setelah masuk kantong

(33)

(2) Sayap

Sayap yang umum pada fyke net terdapat 2 (dua) yang terpasang pada sisi kiri dan kanan mulut kantong. Sayap dapat terpasang menetap atau terpisah

berdasarkan tujuan penangkapan ikan. Umumnya fyke net dengan sayap yang menetap dioperasikan pada daerah sempit dan untuk fyke net dengan sayap yang terpisah dapat diperpanjang sesuai kebutuhan jika dioperasikan pada daerah yang

agak luas dan landai. Pada penelitian ini sayap fyke net dimodifikasi dengan menambahkan serambi.

Serambi adalah ruang tambahan yang berbentuk kurungan yang

menghubungkan sayap dengan mulut kantong. Pada bagian depan serambi dibuat

mulut yang menjorok ke dalam dan membentuk celah sempit. Celah dengan lebar

20 cm inilah yang kemudian mengarahkan ikan untuk masuk ke serambi. Ikan

yang masuk ke serambi akan mengitari sayap dan mengarah masuk ke mulut

kantong tanpa balik ke celah untuk meloloskan diri. Bentuk dan konstruksi

serambi dapat dilihat pada Gambar 5, 6,dan 7.

(3) Pemberat utama

Fyke net modifikasi dilengkapi dengan 4 (empat) pemberat utama berupa karung pasir seberat 15 kg sebagai pengganti jangkar dan patok. Karung pasir

terbuat dari plastik dan dikemas dengan ukuran 0,5x0,6x0,5 m, dipasang

masing-masing pada ujung sayap kiri dan kanan; tengah kiri dan kanan dan belakang

bagian kiri dan kanan Fyke net. Kantong pasir kemudian diikat oleh tali yang di jalin sehingga berbentuk mesh untuk menghindari sobeknya karung akibat tarikan atau tersangkut.

Penggunaan Kantong pasir diharapkan mengurangi dampak penggerusan

substrat dasar akibat penggunaan jangkar di daerah terumbu karang dan menjaga

stabilitas bukaan mulut kantong fyke net akibat pengaruh arus. Penggunaan karung plastik pengganti jangkar juga diharapkan agar alat tidak mudah bergeser

(34)

17 Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian

Bujur Timur

Lintang Selatan

S

e

l

a

y

a

(35)

Tabel 1. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

No Alat dan bahan Jumlah Kegunaan Spesifikasi

1 Operasi - Fishfinder 1 unit Deteksi substrat &

kelompok ikan

LCD Monokrom, dual frekuensi jangkauan 3-300 m

-Scoopnet 1 unit Mengambil ikan

tangkapan

Stainless, Ø 50 cm,

mesh size 1,5 inci - Timbangan analog 1 unit Mengukur berat

ikan

Ketelitian 1 g

- Kamera Digital 1 unit Dokumentasi Ketajaman

gambar 5 Megapixel - Masker Snorkel 1 unit Pemasangan alat

2 - Cool box 1 unit Penyimpan ikan Kapasitas 25 kg

2 buah Identifikasi ikan Identifikasi ikan karang

(36)

19 Tabel 2. Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi.

Bagian Fyke Net€€ Bahan Ukuran(cm) Warna Keterangan

Sayap dengan serambi (Gambar 5,6,7)

- Rangka samping kanan

Sayap tanpa serambi (Gambar 5,6,7)

- Rangka samping kanan Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua

Memanjang ke belakang 500

(37)

Tabel 3. Perbandingan tipe fyke net yang dimodifikasi

- Pelampung tambahan 6 buah 4 buah Ukuran dan bahan sama

3. Pemberat Utama

- Rigi bawah Bambu Bambu - Rigi tengah Bambu Bambu

Gambar 4. Mulut kantong fyke net modifikasi yang diberi rigi-rigi

60

40 12 36

12 12

Keterangan :

A. Bingkai dengan rigi-rigi

B. Posisi bingkai dengan rigi-rigi pada mulut fyke net

Satuan ukuran panjang dalam cm

A

B

12

(38)

21

a b c d

A

B

e f g h i

a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi

f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung

120 cm

120 cm 100 cm

100 cm 400 cm

200 cm

100 cm 100 cm 100 cm

(39)

B

f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung

(40)

23 Gambar 7. Fyke net modifikasi (tampak depan dan belakang), type A sayap dengan serambi, B

sayap tanpa serambi

B A

depan

belakang

belakang depan

180 cm

90

90 cm 100 cm 90 cm

90 cm

90 cm 90 cm 90 cm

90 cm 90 cm

100 cm

100 cm

100 cm

(41)

3.2.2 Alat bantu penangkapan

Alat bantu penangkapan menggunakan perahu bercadik dengan spesifikasi

pada tabel 4 dan Gambar 8. Alat bantu lain adalah handy GPS dan fishfinder yang digunakan untuk menentukan posisi alat setelah dipasang dengan kemampuan 500

titik way-point dan untuk mengetahui kedalaman dan profil substrat dasar perairan.

Tabel 4. Spesifikasi Perahu yang digunakan selama penelitian

Spesifikasi Dimensi (m) Keterangan

Panjang (lenght) 8

Lebar (Breadth) 1

Tinggi (Draft) 1,2

LWL 6

Geladak tambahan 1,4 x 4

Cadik (m) 6 2 unit diameter 6 inci bahan PVC

Bahan dasar Kayu Meranti

Mesin 6,5 PK 4 tak On board

Penumpang 6 orang maksimal

Perahu yang digunakan selama penelitian adalah alat bantu penangkapan

pada pancing rawai yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk membantu proses

pengoperasian fyke net. Modifikasi dilakukan pada bagian palka yang diberi sirkulasi air untuk menampung ikan hidup dengan kapasitas air palka sekitar 60

liter. Modifikasi lainnya adalah dengan membuat geladak tambahan dan

penggantian bahan cadik dari bambu ke bahan pipa paralon.

Geladak tambahan diperlebar dengan ukuran 1,4 x 4 m yang memberi

kemudahan dalam kegiatan selama diatas kapal terutama pada pengamatan dengan

menggunakan fishfinder agar terhindar dari percikan air saat perahu bermanuver. Modifikasi lain yang mendukung operasional penelitian adalah menggunakan

cadik yang berbahan pipa paralon yang ringan dan kuat dengan diameter 6 inci

(42)

25 Gambar 8. Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm)

2

1 3 4 6 7

Keterangan : 1. Cadik 2. Ruang mesin 3. Geladak tambahan 4. Palka

5. Tenda

6. Ruang Monitor Fishfinder

7. Probe Fishfinder

2

1 3

5

7

5

6 800 cm

600 cm

120 cm

400 cm

(43)

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengoperasian Fyke Net

Pengoperasian fyke net terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) penarikan fyke net dari tepi pantai menuju ke daerah penangkapan (fishing ground); (2) pemasangan alat (setting) pada tubir karang, dan (3) pengangkatan alat (hauling) untuk mengambil hasil tangkapan atau dipindahkan ke tempat lain.

(1) Penarikan Fyke Net dari pantai ke Fishing Ground

Dimensi fyke net yang relatif besar secara keseluruhan tipe A berukuran 1,8 x 2 x 9 m dan tipe B berukuran 1 x 2 x 9 m dan bahan rangka terbuat dari

bahan logam yang berat sehingga memerlukan penanganan khusus dari pantai

menuju ke fishing ground. Cara untuk memudahkan penarikan alat dari pantai ke

fishing ground adalah memasang 6 pelampung jerigen masing-masing 2 bagian depan, 2 bagian tengah dan 2 bagian belakang. Pemasangan pelampung pada fyke net dihubungkan oleh snap sehingga memudahkan untuk dilepaskan kembali.

Fyke net akan terapung dengan perkiraan 60 % bagian alat berada dipermukaan sehingga memudahkan untuk ditarik dengan kapal menuju ke fishing ground.

Cara ini dilakukan untuk mengurangi beban kerja mesin kapal akibat tahanan air

pada fyke net saat ditarik. Penarikan fyke net dari pantai ke fishing ground dapat dilihat pada Gambar 9.

(2) Setting Fyke net

Pemasangan fyke net pada fishing ground terlebih dahulu menggunakan

Fishfinder untuk menentukan lokasi keberadaan ikan, karang dan tubir. Lokasi pemasangan alat di sekitar tubir pada kedalaman 5-8 m dengan jarak dari pantai

0,5-1 mil. Setelah menentukan lokasi pemasangan alat, maka satu persatu

pelampung dilepaskan dengan membebaskan snap pada rangka fyke net yang telah diberi tali loop.

Posisi alat saat akan diturunkan sudah sepenuhnya berada di bawah

permukaan air kemudian diturunkan bersama dengan karung pasir yang diikatkan

(44)

27 dan 2 bagian belakang. Fyke net di giring berada tepat dibawah lunas perahu kemudian diturunkan secara perlahan-lahan sehingga bukaan sayap menghadap ke

tubir karang. Penurunan secara perlahan-lahan menggunakan tali pelampung

tanda yang terdiri atas 3 utas yaitu masing-masing 1 pada bagian depan, tengah

dan belakang. (Gambar 9). Pemantauan posisi sayap agar menghadap ke tubir

dilakukan dengan menyelam menggunakan masker snorkel.

Penelitian ini ditempatkan pada 2 lokasi yang relatif berdekatan sekitar 0,5

mil setiap titik sehingga pemindahan fyke net memerlukan cara khusus agar keragaan alat tidak berubah akibat tahanan air dan tersangkut karang bila melintas

di atas terumbu karang yang dangkal. Pemindahan fyke net dilakukan dengan menaikkan dekat permukaan tepat dibawah lunas kapal dengan sayap berapa di

bawah buritan. Selanjutnya kapal dijalankan secara perlahan-lahan untuk

menyusuri daerah yang lebih dalam agar tidak tersangkut pada karang.

Settting fyke net di depan tubir karang digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu

karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta

memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali

ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan

berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan karang ekonomis seperti ikan krapu,

lencam, kakap merah, dan lain-lain. Lama waktu perndaman (soaking time) fyke net terpasang terhitung saat proses setting adalah 24 jam sehingga aktifitas

hauling akan mulai dilakukan pada jam 16.00 hari berikutnya

(3) Hauling Fyke net

Hauling dilakukan dengan mengangkat 3 tali pelampung secara bersamaan yang terdapat pada bagian depan, tengah dan belakang. Penarikan tali pelampung

untuk menaikkan fyke net dilakukan perlahan-lahan sehingga ikan yang tertangkap tidak mengalami kepanikan dan berusaha meloloskan diri, perlakuan ini juga

memberi kesempatan ikan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan

tekanan sehingga hasil tangkapan tetap hidup. Setelah di permukaan ikan

dikeluarkan melalui pintu pengeluaran yang dapat 2 buah, ikan ditangkap dengan

(45)

(4)

Tahap 1. penarikan ke fishing ground

Tahap 2. Setting

Tahap 3. Hauling

pelampung jerigen

karung pasir

Tubir karang

(46)

29

3.3.2 Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui pengukuran keadaan umum masyarakat dan

oseanografi perairan sekitar lokasi penelitian dan pengukuran ikan hasil

tangkapan fyke net. Selanjutnya data secara deskriptif proses setting dan hauling

yang menunjukkan keramahan terhadap terumbu pada pengoperasian fyke net.

(1) Keadaan Umum Perairan

Data keadaan umum perairan diketahui melalui informasi alat tangkap

yang umum digunakan masyarakat untuk menangkap ikan karang. Selain itu juga

keadaan oseanografis berupa letak lintang, suhu, tinggi gelombang, arah dan

kecepatan arus, periode dan tipe pasang surut. Data kedalaman dan profil dasar

perairan dipergunakan untuk menentukan lokasi dan posisi pemasangan fyke net

dengan menggunakan fishfinder.

(2) Hasil Tangkapan Fyke Net

Data hasil tangkapan diperoleh dengan menghitung jumlah individu, berat

dan panjang total (total lenght) ikan setiap trip melalui hauling pada masing-masing tipe fyke net. Komposisi hasil tangkapan kemudian dikelompokkan berdasarkan famili berdasarkan buku identifikasi menurut Allen & Swainston

(1997). Ikan tangkap dipisahkan berdasarkan kategori ikan karang menurut

klasifikasi yang dibuat oleh Adrim (1993). Selanjutnya ikan hasil tangkapan

dipisahkan berdasarkan nilai ekonomisnya yaitu jenis ikan yang diperdagangkan

hidup atau segar dengan harga relatif mahal dan merupakan komoditas ekspor.

3.3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengoperasikan 2 unit fyke net yaitu tipe A dengan sayap memiliki serambi dan tipe B dengan sayap tanpa serambi.

(47)

Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan

mempertimbangkan asumsi distribusi ikan menyebar merata di sekitar lokasi

penangkapan dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip diperoleh dari mengoperasikan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dan di ulang pada lokasi lain dengan kisaran posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan

120º23’24” sampai 120º23’54” BT. Trip dilakukan selama 24 jam (1hari) dengan

princian 1 jam perjalanan, ½ jam pemasangan alat (setting), ½ jam penarikan alat untuk mengambil hasil tangkapan (hauling) dan 22 jam lama perendaman (soakingtime) fyke net di lokasi penangkapan. Kedua lokasi dilakukan trip selama 7 kali sehingga diperoleh trip sebanyak 14 kali (lay-out pada Tabel 5)

Tabel 5. Trip selama penelitian

Trip Lokasi Notasi data

Tipe A Tipe B

1 I 1IA 1IB

2 I 2 IA 2 IB

3 I 3 IA 3 IB

4 I 4 IA 4 IB

5 I 5 IA 5 IB

6 I 6 IA 6 IB

7 I 7 IA 7 IB

8 II 8 IIA 8 IIB

9 II 9 IIA 9 IIB

10 II 10 IIA 10 IIB 11 II 11 IIA 11 IIB

12 II 12 IIA 12 IIB 13 II 13 IIA 13 IIB

(48)

31 Gambar 10. Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi

A

B

2,7

2,0 m 5,0 m

5,0 m 0,9 m

0,9 m 25 m

(49)

3.3.4 Analisis Data

Data hasil tangkapan di analisis dengan menggunakan F-test two sample

untuk membandingkan hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan menggunakan fasilitas Data AnalysisMicrosoft Excel 2003. Uji F (F-test)

dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan keseluruhan. Selanjutnya Uji F dilakukan pada

hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan target, ikan mayor (utama) dan ikan karang ekonomis. Sebagai

tambahan maka dibuat analisis deskriptif pada metode pengoperasian fyke net

(50)

33

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian

Perairan lokasi penelitian berada di dusun Appabatu, desa Parak,

kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar. Lokasi penelitian berada pada pantai

Barat pulau Selayar dengan jarak 5 km sebelah utara kota Benteng (ibukota

Kabupaten Selayar). Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada rentang kisaran

posisi 6º05’21” sampai 6º05’24” LS dan 120º23’24” sampai 120º23’54” BT.

Berdasarkan konversi satuan panjang setiap titik koordinat maka diperoleh lebar

pada garis lintangnya 92,6 m dan panjang pada garis bujur 926,1 m (1 detik =

30,87 m). Luas lokasi penelitian adalah perkalian lebar garis lintang dengan

panjang garis bujur yaitu seluas 857,7 m2

Suhu permukaan perairan sekitar lokasi penelitian 29-31 0C dengan arah

arus dari utara ke selatan. Tipe pasang surut tergolong diurnal dengan ditandai pasang dan surut terjadi 1 kali dalam sehari dengan pasang tertinggi pada sekitar

jam 5 pagi dan surut terendah pada sekitar jam 17.00 sore hari. Perairan terdiri

atas padang lamun dengan paparan mulai pada jarak 10 hingga 500 m dari garis

pantai. Terumbu karang terdapat pada jarak 100 sampai 700 m dari garis pantai

dengan tubir pada kedalaman 5 – 25 m.

Perairan sekitar dusun Appabatu relatif subur yang memungkinkan

kelimpahan ikan tinggi sehingga usaha penangkapan intensif dilakukan.

Penangkapan ikan oleh nelayan setempat dilakukan dengan menggunakan sero,

jaring insang, pancing rawai dasar, pancing tonda dan harpon. Alat tangkap yang

paling banyak digunakan di kabupaten Selayar adalah jaring insang dengan hasil

tangkapan paling produktif (Manggabarani, 2005).

4.2 Pengoperasian Fyke Net Modifikasi

Fyke net yang digunakan selama penelitian dimodifikasi pada beberapa bagian yaitu pada sayap dan mulut kantong. Modifikasi pada sayap dengan

membuat ruang tambahan sehingga membentuk serambi berbentuk huruf V.

Dimensi serambi terdiri atas rangka depan 3 buah masing-masing pada bagian

(51)

Pertimbangan tinggi rangka serambi tersebut berdasarkan sifat ikan karang

yang berenang pada kisaran 0 m sampai kurang dari 2 m dari dasar perairan

(Holzman et al, 1997) sehingga peluang ikan untuk berenang disekitar cakupan

celah serambi sangat besar dan memperkecil peluang ikan berenang diatas fike net. Rangka samping berbentuk trapesium dengan tinggi rangka depan 180 cm ;tinggi rangka belakang 90 cm dan panjang rangka atas 420 cm; panjang rangka

belakang 400 cm, volume serambi yang terbentuk cukup luas untuk kawanan ikan

berenang leluasa mengitari serambi. Bagian serambi dilengkapi dengan celah

yang membentuk corong mengarah ke dalam dengan lebar 20 cm dan tinggi 150

cm. Celah ini berfungsi untuk mengarahkan ikan masuk ke serambi dan tidak

mudah untuk keluar kembali, celah untuk mengarahkan ikan ini dapat ditemukan

pada sero (FAO, 2000); trap di laguna Beymelek, Turki (Atar et .al, 2002) dan fike net di danau Egirdir, Turki (Balik et.al, 2003).

Modifikasi pada mulut kantong fike net dilakukan dengan menambahkan rigi-rigi yang tergolong Non-Return Device (NRD), dikomersilkan dengan istilah

Trigger entrance. Bentuk rigi-rigi bervariasi berdasarkan ukuran, warna, bentuk dan umumnya dipasang pada mulut bubu. Pada penelitian ini rigi-rigi yang

digunakan terbuat dari pipa PVC sebagai rangka dan bambu yang diruncingkan

sebagai jerujinya. Rangka rigi-rigi berukuran panjang 60 cm dan tinggi 40 cm

dipasang pada rangka ke-2 kantong. Jeruji dipasang agar menyulitkan ikan untuk

meloloskan diri keluar dari kantong dan serambi.

Hasil penelitian uji coba pengoperasian fyke net ternyata dapat menangkap ikan karang setelah melakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong.

Keberhasilan pengoperasian fyke net selain ditentukan oleh modifikasi konstruksi juga pemilihan lokasi yang tidak pada koloni karang melainkan pada tubir karang

yang memiliki areal lebih landai. Dasar perairan tubir karang tidak terdapat

koloni karang sehingga ikan dapat mendeteksi keberadaan fyke net sebagai

shelter. Ikan-ikan dengan sifat migrasi horizontal dan vertikal pada terumbu karang menurut Spotte (1992) juga akan mudah mendeteksi keberadaan fyke net

(52)

35

4.3 Hasil Tangkapan Fyke Net

Komposisi ikan tangkapan fike net selama 14 trip terdiri atas 21 spesies yang terbagi ke dalam 11 famili dengan jumlah total ikan yang tertangkap

sebanyak 269 ekor dengan berat total 10.535 g (Lampiran 1). Ikan hasil

tangkapan tertinggi berdasarkan jumlah adalah Pepetek (Secutor indicus)

sebanyak 65 ekor (24,16 %) selanjutnya ikan dengan tangkapan terberat adalah

Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat 1165 g (11,06 %).

Hasil tangkapan fike net berdasarkan jumlah spesies adalah Famili Lutjanidae 4 spesies; Mullidae, dan Nemipteridae 3 spesies; Lethrinidae,

Holocentridae dan Serranidae 2 spesies; dan Apogonidae, Plotosidae

Leioghnatidae, Haemulidae, Scaridae masing-masing 1 spesies. Hasil tangkapan

Fyke net berdasarkan Famili dengan jumlah dominan adalah Leioghnatidae 65 ekor (24,16 %) selanjutnya Famili dengan berat dominan adalah Lutjanidae 2148

g (20,39%).. Komposisi hasil tangkapan F fike yke net berdasarkan Famili dapat dilihat pada Lampiran 2a dan Gambar 11.

Berdasarkan kategori ikan karang menurut Adrim (1995) diperoleh hasil

tangkapan fike net terdiri atas 2 kategori yaitu: (1) ikan target dan (2) ikan non-target (mayor). Ikan non-target yaitu ikan karang konsumsi yang menjadi non-target

penangkapan yang tertangkap oleh fike net yang terdiri atas 7 Famili yaitu: Serranidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Plotosidae dan

Haemulidae. Ikan non-target (mayor) yaitu ikan karang dengan jumlah dominan

berperan sebagai penyusun utama rantai makanan, kategori ini tertangkap oleh

fike net terdiri atas 4 Famili yaitu: Apogonidae, Leioghnatidae, Holocentridae, dan Scaridae.

Komposisi hasil tangkapan fike net berdasarkan kategori, ikan target dominan dari segi berat yaitu 7.113 g (67,52 %) dengan jumlah individu 99 ekor

(36,80%). Kategori ikan non-target dominan dari segi jumlah individu tertangkap

(53)

Gambar 11. Jumlah Individu dan Berat Hasil Tangkapan Fyke Net

(54)

37

4.4 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe A

Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili dengan jumlah individu 201 ekor

dengan berat 8.835 g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap

dominan adalah Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 38 ekor (18,91 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat 1.165 g (13,19%) (Lampiran 3a) .

Hasil tangkapan fyke net tipe A berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 38 ekor (18,91%), selanjutnya tangkapan terberat

diperoleh pada Famili Lutjanidae 2.148 g (24,31%) (Lampiran 3b). Berdasarkan

kategori fyke net tipe A menangkap ikan target 93 ekor (46,27%) dengan berat 6.498 g (73,55%) selanjutnya ikan non-target tertangkap 108 ekor (53,73%)

dengan berat 2.337 g (26,45%) (Lampiran 3b).

4.5 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe B

Fyke net tipe B (sayap tanpa serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 8 spesies yang tergolong dalam 6 Famili, jumlah individu 68 ekor dengan berat

1.700 g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap dominan adalah

Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 27 ekor (39,71 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Capungan (Apogon exostigma) seberat 372 g (21,8%) (Lampiran 4a).

Hasil tangkapan fyke net tipe B berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 27 ekor (39,71%), selanjutnya tangkapan terberat

diperoleh pada Famili Leioghnatidae 372 g (21,8%) (Lampiran 4b). Berdasarkan

kategori ikan karang fyke net tipe B menangkap ikan non-target 62 ekor (91,18%) dengan berat 1.085 g (63,82 %) selanjutnya ikan target tertangkap 6 ekor (8,82 %)

dengan berat 615 g (26,18 %) (Lampiran 4b).

4.6 Perbandingan Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A dan Tipe B

Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili, jumlah individu 201 ekor (74,72%)

Gambar

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1.  Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
Tabel 2.   Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

• 3HQLQJNDWDQ SHUDQ 'HSDUWHPHQ 7HQDJD .HUMD VHEDJDL SHQ\HGLD LQIRUPDVL NHWHQDJDNHUMDDQ.. 6HPHQWDUD LWX VHEDJLDQ GDUL UHVSRQGHQ \DQJ VXGDK EHNHUMD PDVLK PHUDVD NXUDQJ SXDV GDQ

Motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus dipengaruhi oleh faktor kebutuhan, tingkat pendidikan, kepuasan kerja, kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai,

Bisnis M’s Crochet memiliki bentuk badan usaha perorangan dimana didirikan oleh satu orang pemilik. M’s Crochet merupakan bisnis yang bergerak dalam bidang

Gambar 1.22: Hasil Perancangan d. Penerapan arsitektur perilaku pada perancangan Panti Asuhan Anak Terlantar adalah dengan pertimbangan perilaku dari anak terlantar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak etanol kulit buah manggis yang berfungsi sebagai antioksidan alami yang relatif aman dibandingkan

Analisa debu dari hasil pembakaran batubara pernah menunjukkan kandungan galium sebanyak 1.5%.Unsur ini satu dari empat logam: raksa, cesium dan rubidium yang

Dengan adanya lima sub unit analisis yaitu memperkuat kesepakatan nilai sosial dalam masyarakat, mengulas kehidupan masyarakat lokal, mengulas kearifan lokal, membangkitkan identitas

Radio Suara Surabaya (SS) merupakan salah satu media massa mainstream yang lahir pada 11 Juni 1983 dan berkembang di Surabaya. SS merupakan stasiun radio yang