DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
RATIH SULISTIANINGRUM
A24090097
PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (
Syzygium
aromaticum
(L.) Merr Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ratih Sulistianingrum
ABSTRAK
RATIH SULISTIANINGRUM. Pertumbuhan Tanaman Cengkih
(Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis
Pupuk Organik dan Intensitas Naungan. Dibimbing oleh ADE WACHJAR.
Penelitian ini bertujuan memperoleh dosis pupuk organik dan intensitas naungan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan yang maksimum. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor, mulai bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor dan empat ulangan. Petak utama adalah perlakuan naungan dengan empat taraf intensitas yaitu 0% (I1), 25% (I2), 50% (I3)
dan 75% (I4), sebagai anak petak adalah pupuk organik dengan lima taraf dosis
yaitu 0 kg (P1), 2.5 kg (P2), 5 kg (P3), 7.5 kg (P4) dan 10 kg (P5) per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dosis pupuk organik 10 kg per tanaman dapat meningkatkan diameter tajuk tanaman cengkih 30.0% dibandingkan dengan kontrol pada 4 minggu setelah perlakuan (MSP). Intensitas naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cengkih. Pemberian pupuk organik 2.5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 50% dapat meningkatkan tinggi tanaman cengkih sebanyak 20.9% dibandingkan dengan kontrol pada 16 MSP, dan pemberian pupuk organik 5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 75% dapat meningkatkan diameter batang tanaman cengkih sebesar 26.9% dibandingkan dengan kontrol pada 12 MSP.
ABSTRACT
RATIH SULISTIANINGRUM. The Growth of Young Clove Plant
(Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) on Several Dosage of Organic Fertilizer
and Shading Intensity. Supervised by ADE WACHJAR.
The experiment was aimed to determine the optimum effect of combination of shading intensity and dosage of organic fertilizer on growth of young clove plant. The research was conducted at Bogor Agricultural University’s Research Station,Cikabayan, Dramaga, Bogor, from September 2013 until February 2014. The experiment was arranged in Split Plot design with two factors and four replications. The main plot was shading intensity consisted of four degrees, that is 0% (I1), 25% (I2), 50% (I3) and 75% (I4) shade, the sub plot was organic fertilizer
consisted of five dosages, that is 0 kg (P1), 2.5 kg (P2), 5 kg (P3), 7.5 kg (P4) and
10 kg (P5) per plants. The result indicated that 10 kg dosage of fertilizer per plant
showed 30.0% higher increase on diameter of shoot at the fourth weeks after the
treatment. Shading intensity didn’t give any significant effect on growth of young
clove. Plant with 2.5 kg dosage of fertilizer and 50% shading intensity showed 20.9% higher increase on height of plant at sixteenth weeks after the treatment. Plant with 5 kg dosage of fertilizer and 75% shading intensity showed 26.9% higher increase on diameter of stem at twelve weeks after the treatment.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PERTUMBUHAN TANAMAN CENGKIH (
Syzygium
aromaticum
(L.) Merr Perr) BELUM MENGHASILKAN PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN INTENSITAS
NAUNGAN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan
Nama : Ratih Sulistianingrum NIM : A24090097
Disetujui oleh
Dr Ir Ade Wachjar, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr. Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan Intensitas Naungan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku pembimbing skripsi atas segala bantuan, bimbingan, kritikan dan saran serta nasehatnya yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
2. Ibu Dr Ani Kurniawati SP, MSi dan Ibu Dr Desta Wirnas SP, MSi selaku dosen penguji.
3. Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc.Agr. selaku pembimbing akademik atas saran, bimbingan dan nasihatnya selama menjadi mahasiswa Agronomi dan Hortikultura.
4. Tenaga kependidikan unit pelaksana Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor, yang telah membantu selama penelitian berlangsung. 5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA... 2
Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih ... 2
Pupuk Organik ... 3
Naungan ... 3
METODE PENELITIAN ... 4
Tempat dan Waktu ... 4
Bahan dan Alat ... 5
Metode Percobaan ... 5
Prosedur Percobaan ... 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
Hasil ... 7
Pembahasan ... 14
KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
Kesimpulan ... 19
Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 20
DAFTAR TABEL
1. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
4 - 16 MSP 8
2. Rata-rata tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur 4 - 16 MSP 9 3. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dengan intensitas naungan
terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada
umur 4 - 12 MSP 10
4. Rata-rata diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP 11
5. Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP 12
6. Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP 13
7. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur
4 - 16 MSP 14
DAFTAR GAMBAR
1. Kondisi lokasi penelitian: (a) peta sketsa lokasi, (b) lokasi penelitian 4 2. Susunan bilah bambu pada berbagai intensitas naungan: (a) intensitas
naungan 25%, (b) intensitas naungan 50%, (c) intensitas naungan
75%, dan (d) tanpa naungan 6
3. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
16 MSP 9
4. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada
12 MSP 11
5. Tanaman cengkih yang terserang rayap: (a) tanaman cengkih mati,
(b) sarang rayap dalam tanah 14
6. Serangan kutu daun pada tanaman cengkih 15
7. Penyebab kematian tanaman cengkih: (a) sunburn, (b) tanah terlepas
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data iklim lokasi penelitian 24
2 Bagan acak percobaan 25
3 Sidik ragam tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur
4-16 MSP 26
4 Sidik ragam diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP 27
5 Sidik ragam jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP 28
6 Sidik ragam jumah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada
umur 4-16 MSP 29
7 Sidik ragam diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan
pada umur 4-16 MSP 30
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr Perr) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia (Balitbangtan 1979). Komoditas cengkih banyak digunakan di bidang industri rokok kretek. Bermawie (1992) mengemukakan bahwa cengkih dapat pula dimanfaatkan untuk industri kosmetik, bahan baku pembuatan vanilin, farmasi serta pemanfaatannya pada teknologi pangan sebagai agen anti mikroba alami. Hasil penelitian Bhowmik et al. (2012) juga menunjukkan bahwa cengkih memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan, diantaranya adalah sebagai anti nyeri, anti septik, anti bakteri, anti oksidan, anti virus dan anti fungi yang terkandung dalam salah satu komponen utamanya yaitu eugenol.
Pada kurun waktu 2008 – 2012, produksi cengkih selalu berfluktuasi setiap tahunnya. Pada saat panen besar, produksi cengkih di dalam negeri mencapai 98 586 ton seperti yang terjadi pada tahun 2010. Sebaliknya pada saat panen kecil, produksi cengkih hanya berkisar 70 538 ton yang menyebabkan impor cengkih meningkat seperti yang terjadi pada tahun 2008 (BPS 2012). Hasil kajian Balitbangtan (2012) menunjukkan permintaan cengkih selama kurun waktu 2005 – 2010 terus meningkat sejalan dengan berkembangnya perindustrian yang berbahan baku cengkih. Kebutuhan cengkih untuk pabrik rokok kretek sejak tahun 2005 sebanyak 91 350 ton dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 120 000 ton. Sementara itu, produksi pada tahun 2010 hanya mencapai 98 586 ton.
Luas areal perkebunan cengkih pada tahun 2012 adalah 476 800 ha dengan produksi 71 400 ton (BPS 2012). Kebutuhan cengkih yang berkisar 100 000 ton tiap tahunnya ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan industri berbahan baku cengkih, sehingga harus dilakukan impor untuk menutupi kekurangannya. Negara potensial penghasil cengkih lainnya adalah Madagaskar, Tanzania, India dan Brazil (Balitbangtan 2012).
Langkah yang ditempuh untuk mengurangi jumlah impor cengkih adalah melalui perluasan areal tanam dan intensifikasi. Salah satu tindakan untuk mendukung perluasan areal tanam cengkih adalah penyediaan bahan tanam atau bibit (Balitbangtan 1979). Bibit yang digunakan untuk mencapai swasembada cengkih harus bermutu dan memiliki pertumbuhan yang baik. Penanaman di lapangan dilakukan saat bibit sudah berumur dua tahun. Pemeliharaan tanaman cengkih di lapangan setelah ditanam hingga berumur empat tahun harus intensif, karena pada umur 1 – 4 tahun inilah masa krisis pertama dari tanaman cengkih (Hadiwidjaja 1983).
2
Selain unsur hara, naungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cengkih muda di lapangan. Tanaman cengkih yang baru ditanam hingga fase belum menghasilkan (TBM) umur tiga tahun membutuhkan naungan. Bila menggunakan bibit umur dua tahun, maka diperlukan naungan di lapangan selama satu tahun. Tanaman muda yang baru ditanam di lapangan perlu diberi naungan untuk mencegah sinar matahari secara langsung dan terik yang dapat membakar daun (Hadiwidjaja 1983). Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Oleh karena itu, pemberian naungan pada persentase tertentu dapat memberikan intensitas cahaya matahari yang sesuai untuk fotosintesis sehingga tanaman cengkih dapat tumbuh secara optimum.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan memperoleh dosis pupuk organik dan intensitas naungan yang optimum untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah:
(1) Terdapat dosis pupuk organik yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan.
(2) Terdapat intensitas naungan yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan.
(3) Tanggap pertumbuhan tanaman cengkih belum menghasilkan terhadap dosis pupuk organik dipengaruhi oleh taraf intensitas naungan yang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Cengkih
3 di dataran rendah. Tanaman cengkih yang ditanam di dataran tinggi dengan suhu udara yang rendah memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, tetapi produksinya rendah (Hadiwidjaja 1983). Kelembaban nisbi akan berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara. Kelembaban nisbi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman cengkih berkisar antara 60-80% (Ruhnayat dan Wahid 1997).
Pupuk Organik
Keanekaragaman jenis tanah dan kondisi iklim wilayah tempat tanaman cengkih diusahakan menyebabkan macam pupuk dan jumlahnya yang dibutuhkan tanaman berbeda. Secara umum kebutuhan tanaman akan hara tambahan atau pupuk untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara normal ditentukan oleh faktor umur/stadia tanaman, jumlah hasil panen dan kesuburan tanah. Bahan organik yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman adalah pupuk kandang berupa limbah dari kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, kuda dan ayam); pupuk hijau yang berasal dari tanaman-tanaman penaung, seperti dadap (Erythrina sp.), gamal atau kihujan (Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena
leucocephala), dan lain-lain. Pada tahap pemeliharaan fase pembibitan,
penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang biasa digunakan dan sangat dianjurkan dengan dosis yang relatif tinggi yaitu 10 – 20 kg/m3 (Trisilawati dan Tarigan 1997).
Peranan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman, kesuburan tanah dengan penghematan penggunaan pupuk anorganik sudah banyak diteliti. Hasil penelitian Wachjar et al. (2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada bibit kopi dapat menurunkan penggunaan pupuk anorganik sebanyak 50% dan menghasilkan pertumbuhan yang sama baiknya dengan bibit kopi yang diberi dosis pupuk anorganik sesuai anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat menurunkan dosis penggunaan pupuk anorganik. Selain itu hasil penelitian Wachjar et al. (2006) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati mampu mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik pada tanaman teh belum menghasilkan (TBM). Pada bibit cengkih, aplikasi kombinasi dosis pupuk organik dan top soil (1:3) + NPK 2.5 g/tanaman memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, bobot kering tanaman, bobot kering akar dan panjang akar serta dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik (NPK), dibandingkan perlakuan lainnya (Sutarjo 2006).
Naungan
4
Naungan memiliki fungsi yang cukup kompleks, yaitu: 1) mematahkan jatuhnya butiran air hujan, 2) menahan terik matahari yang berlebihan, 3) menjaga kelembaban, 4) menekan pertumbuhan pengganggu (gulma), serta 5) menahan tiupan angin yang terlalu kencang (Hadiwidjaja 1983). Beberapa tanaman tumbuh lebih baik di bawah naungan seperti duku yang memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun dan klorofil terbaik pada taraf naungan 75% dibandingkan dengan tanaman duku yang tidak diberi naungan (Indriyani et al.
1999). Selain tanaman duku, tanaman kopi idealnya memerlukan naungan sekitar 23 - 28% untuk mengurangi tingginya laju fotosintesis yang akan menyebabkan kondisi tanaman menjadi lemah, naungan juga dapat mengurangi serangan hama khususnya penggerek ranting atau Xylosandrus compactus (Rahayu et al. 2006). Untuk pertumbuhan generatif tanaman cengkih, cahaya sangat diperlukan, sedangkan untuk pertumbuhan vegetatif memerlukan naungan yang cukup (Sudjasaputra et al. 1970).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor (Gambar 1). Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Dramaga, Bogor, termasuk tanah dengan jenis Latosol. Kondisi iklim di Kecamatan Dramaga, Bogor, yaitu tropis basah (Af) dengan pola curah hujan monsoon dan curah hujan berkisar 2 500-5 000 mm/tahun. Berdasarkan informasi data BMKG (2013), suhu udara rata-rata harian minimum dan maksimum yang terdapat di wilayah tersebut sebesar 26.1 0C dan 33.6 0C, dengan kelembaban rata-rata per bulan 84% dan intensitas radiasi surya rata-rata 13 000 KJ/m2/bulan (Lampiran 1).
(a) (b)
5
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman cengkih tipe Zanzibar yang telah berumur tiga tahun. Selain itu, digunakan juga pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi, Urea, SP-36, KCl, dan bambu untuk tiang dan atap naungan. Alat-alat yang digunakan adalah label, meteran, cangkul, kored, knapsack sprayer, ember, jangka sorong, lux meter dan timbangan.
Metode Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor. Petak utama adalah perlakuan intensitas naungan sebanyak empat taraf, yaitu: intensitas naungan 0% (I1), intensitas naungan 25% (I2), intensitas naungan 50% (I3), dan intensitas
naungan 75% (I4), sebagai anak petak adalah dosis pupuk organik yang terdiri atas
lima taraf, yaitu: tanpa pupuk kandang (P1), pupuk kandang 2.5 kg (P2), pupuk
kandang 5 kg (P3), pupuk kandang 7.5 kg (P4), dan pupuk kandang 10 kg (P5) per
tanaman. Dengan demikian, terdapat 20 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang empat kali, sehingga terdapat 80 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan digunakan satu tanaman, sehingga dibutuhkan 80 tanaman cengkih. Bagan acak perlakuan dicantumkan pada Lampiran 2. Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan petak terbagi sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + Ij + ɛij + Pk + (IjPk) + ∑ijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i faktor intensitas naungan taraf ke-j,
danfaktor dosis pupuk organik taraf ke-k.
µ = nilai tengah umum.
αi = pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3, 4).
Ij = pengaruh perlakuan intensitas naungan taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4).
ɛij = pengaruh galat a.
Pk = pengaruh perlakuan pupuk organik taraf ke-k (k = 1, 2, 3, 4, 5).
IjPk = pengaruh interaksi antara perlakuan intensitas naungan taraf ke-j dan
faktor dosis pupuk organik ke-k.
∑ijk = pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, intensitas naungan ke-j dan
pupuk organik ke-k.
Apabila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata pada uji F taraf α
5%, dilanjutkan dengan Uji Selang Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range
6
Prosedur Percobaan
Sebelum penanaman bibit cengkih di lahan percobaan, terlebih dulu dilakukan pengajiran dengan tata tanam bujur sangkar 8 m x 8 m. Setelah pengajiran dilakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Pemberian pupuk organik dilakukan pada saat lubang tanam sudah siap dengan dosis sesuai perlakuan dan diberikan seluruhnya sebelum tanam. Dua minggu setelah pemberian pupuk kandang, bibit cengkih yang telah berumur tiga tahun tersebut dipindahtanamkan ke lapangan. Pupuk dasar berupa pupuk anorganik diberikan langsung satu kali saat penanaman. Dosis pupuk dasar yang digunakan untuk masing-masing tanaman adalah Urea 0.25 kg, SP-36 0.15 kg dan KCl 0.12 kg per tanaman.
Naungan dibuat dari bilah-bilah bambu dengan lebar 2 cm dan disusun sedemikian rupa dari utara-selatan sehingga menghasilkan persentase naungan yang sesuai dengan perlakuan (Gambar 2). Tinggi naungan 1.5 m, panjang dan lebar masing-masing 1 m. Intensitas cahaya dari perlakuan tanpa naungan adalah 11 718 KJ/m2 sedangkan untuk intensitas naungan 25%, 50% dan 75% berturut-turut adalah 8 778 KJ/m2, 5 880 KJ/m2, dan 2 940 KJ/m2.
U
7 Pemeliharaan cengkih di lapangan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan pemberian Furadan 3G kurang lebih 5 gram per tanaman serta penyemprotan dengan termitisida untuk mencegah serangan rayap (Coptotermes
sp.) dengan konsentrasi 2 ml/liter yaitu larutan sebanyak 0.125 liter per tanaman. Penyiangan gulma dilakukan setiap dua minggu, pemberian Furadan 3G dilakukan satu kali pada umur 2 minggu setelah perlakuan (MSP) dan penyemprotan termitisida diberikan satu kali setiap bulan pada tiga bulan pertama.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan mulai dilakukan pada saat sebelum perlakuan terhadap peubah-peubah meliputi: tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah daun dan diameter tajuk. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada saat 2 MSP dengan selang waktu pengamatan setiap empat minggu selama lima bulan. Tanaman contoh yang digunakan adalah satu tanaman per satuan percobaan sehingga total keseluruhan tanaman yang digunakan adalah 80 tanaman. Tinggi tanaman diukur tiga cm dari permukaan tanah sampai batas titik tumbuh, diameter batang diukur tiga cm dari permukaan tanah menggunakan jangka sorong, jumlah daun dihitung dari daun-daun yang helaiannya sudah membuka sempurna, jumlah cabang dihitung dengan menghitung seluruh cabang di tanaman yang minimal memiliki satu pasang daun sempurna, diameter tajuk dihitung dari rata-rata pengukuran diameter terpanjang dan terpendek di bagian tengah tajuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas naungan masing-masing secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan interaksi antara intensitas naungan dan dosis pupuk organik cenderung berpengaruh nyata (uji F taraf α 10%) terhadap tinggi tanaman pada 4 sampai 16 MSP (Lampiran 3).
8
Berdasarkan data pada Tabel 1, pemberian pupuk organik 2.5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 50% cenderung meningkatkan tinggi tanaman cengkih sebanyak 20.9% dibandingkan dengan kontrol pada 16 MSP
Tabel 1. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 4 - 16 MSP
Waktu pengamatan
(MSP)
Dosis pupuk organik (kg/tan)
Intensitas naungan (%)
0 25 50 75
...(cm/tanaman)...
4
0 65.8abcd 79.5abcd 62.5bcd 66.8abcd 2.5 77.0abcd 80.3abc 86.5a 56.0d 5.0 67.3abcd 59.0cd 76.3abcd 81.0abc 7.5 75.5abcd 73.5abcd 68.8abcd 78.0abcd 10.0 77.3abcd 73.3abcd 83.3ab 59.5cd
8
0 69.5abc 81.5abc 64.5abc 68.5abc 2.5 78.0abc 81.8abc 87.8a 58.0c 5.0 68.8abc 61.5bc 76.8abc 82.3ab 7.5 77.5abc 75.8abc 69.5abc 80.3abc 10.0 78.5abc 74.0abc 85.0ab 62.0bc
12
0 73.0abc 83.5ab 66.5bc 69.8abc 2.5 78.5abc 83.8ab 90.5a 59.8c 5.0 70.3abc 63.0bc 77.5abc 85.0ab 7.5 78.0abc 77.5abc 69.5abc 82.8abc 10.0 79.0abc 74.5abc 85.8ab 64.0bc
16
0 76.3abc 84.8abc 69.0abc 72.0abc 2.5 80.3abc 84.3abc 92.3a 61.8c 5.0 73.8abc 65.8bc 78.3abc 86.5ab 7.5 79.0abc 79.3abc 70.5abc 84.5abc 10.0 80.8abc 75.8abc 86.3ab 66.0bc Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 10%;
9 Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada
berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada 4 - 16 MSP
Perlakuan Waktu pengamatan (MSP)
4 8 12 16
...(cm/tanaman)... Intensitas naungan (%)
0 72.6 74.5 75.9 78.0
25 73.1 74.9 76.5 78.0
50 75.5 76.7 78.0 79.3
75 68.3 70.2 72.3 74.2
Dosis pupuk organik (kg/tan)
0 68.6 71.0 73.2 75.5
2.5 74.9 76.3 78.1 79.6
5.0 70.9 72.3 73.9 76.1
7.5 73.9 75.8 76.9 78.3
10.0 73.3 74.9 78.3 77.2
Berdasarkan nilai R untuk masing-masing perlakuan, dapat diketahui bahwa interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap tinggi tanaman cengkih cenderung menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya tidak signifikan (Gambar 3).
Gambar 3. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 16 MSP
Diameter Batang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman cengkih hingga 16 MSP, sedangkan interaksi antara intensitas naungan dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman pada 4, 8 dan 12 MSP (Lampiran 4).
0% y = 0,308x + 76,5
R² = 0,1711 R = 0,414
25% y = -0,92x + 82,6
R² = 0,2192 R = 0,468
50% y = 0,512x + 76,72
R² = 0,0407 R = 0,202
75% y = 0,428x + 72,02
R² = 0,0237 R = 0,154
20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
0 2.5 5 7.5 10 12.5
T in g g i T a n a m a n (c m )
Dosis Pupuk Organik (kg/tanaman)
10
Tanaman cengkih yang diberi pupuk organik 2.5 kg per tanaman pada intensitas naungan 25% memiliki diameter batang yang nyata lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk organik 7.5 kg per tanaman ataupun tanpa pupuk organik pada intensitas naungan 0%; tanaman yang diberi pupuk organik 5 kg dan 10 kg per tanaman pada intensitas naungan 25%; tanaman yang diberi pupuk organik 5 kg per tanaman pada intensitas naungan 50%; tanaman yang diberi pupuk organik 2.5 kg dan 10 kg per tanaman ataupun tanpa pupuk organik pada intensitas naungan 75%, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada 8 dan 12 MSP, pengaruh dosis pupuk organik dan intensitas naungan mempunyai pola yang sama yaitu dosis pupuk 5 kg per tanaman pada intensitas naungan 75% nyata lebih besar dibandingkan dengan tanpa pupuk organik, 2.5 kg dan 7.5 kg per tanaman pada intensitas naungan 0%; dosis pupuk organik 5 kg per tanaman pada intensitas naungan 25%; dosis pupuk organik 7.5 kg per tanaman pada intensitas naungan 50%; dosis pupuk organik 2.5 kg dan 7.5 kg per tanaman ataupun tanpa pupuk organik pada intensitas naungan 75%, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 4 - 12 MSP
Waktu pengamatan (MSP) Dosis pupuk organik (kg/tan)
Intensitas naungan (%)
0 25 50 75
...(cm/tanaman)...
4
0 0.6cde 0.7bcd 0.7abcd 0.5e 2.5 0.6abcde 0.8a 0.7ab 0.6bcde 5.0 0.6abcd 0.6bcde 0.6bcde 0.7abc 7.5 0.5de 0.7abc 0.6abcde 0.7abc 10.0 0.6abcde 0.6bcde 0.7abcd 0.6cde
8
0 0.6bc 0.7abc 0.7abc 0.6bc
2.5 0.6bc 0.8ab 0.7abc 0.6bc
5.0 0.7abc 0.6bc 0.7abc 0.8a
7.5 0.6bc 0.7abc 0.6c 0.8abc
10.0 0.7abc 0.7abc 0.7abc 0.7abc
12
0 0.7b 0.7ab 0.7ab 0.7b
2.5 0.6b 0.8ab 0.8ab 0.6b
5.0 0.7ab 0.6b 0.7ab 0.8a
7.5 0.7b 0.7ab 0.6b 0.8ab
10.0 0.7ab 0.7ab 0.7ab 0.7b
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 5%
11 cengkih sebesar 26.9% dibandingkan dengan kontrol pada 12 MSP. Dosis pupuk organik dan intensitas naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman cengkih pada umur 4-16 MSP. Rata-rata diameter batang tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dengan intensitas naungan pada umur 4-16 MSP tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai intensitas naungan dan dosis pupuk organik pada umur 4 - 16 MSP
Perlakuan Waktu pengamatan (MSP)
4 8 12 16
...(cm/tanaman)... Intensitas naungan (%)
0 0.6 0.6 0.7 0.7
25 0.6 0.7 0.7 0.8
50 0.6 0.7 0.7 0.7
75 0.6 0.7 0.7 0.8
Dosis pupuk organik (kg/tan)
0 0.6 0.7 0.7 0.7
2.5 0.7 0.7 0.7 0.7
5.0 0.6 0.7 0.7 0.8
7.5 0.6 0.7 0.7 0.8
10.0 0.6 0.7 0.7 0.8
Berdasarkan nilai R untuk masing-masing perlakuan, dapat diketahui bahwa interaksi dosis pupuk organik dan intensitas naungan terhadap diameter batang tanaman cengkih masih menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya tidak signifikan (Gambar 4).
Gambar 4. Hubungan antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 12 MSP
0% y = 0,005x + 0,645
R² = 0,2315 R = 0,481
25% y = -0,004x + 0,72
R² = 0,08 R = 0,283
50% y = -0,005x + 0,715
R² = 0,1894 R = 0,435
75% y = 0,005x + 0,675
R² = 0,0543 R = 0,233
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
0 2.5 5 7.5 10 12.5
D ia m e te r B a ta n g (cm )
Dosis Pupuk Organik (kg/tanaman)
12
Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas naungan secara tunggal serta interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (Lampiran 5). Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan tercantum pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa intensitas naungan dan dosis pupuk organik secara tunggal mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah cabang tanaman cengkih meskipun tidak signifikan. Intensitas naungan 25% menghasilkan nilai rata-rata jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas naungan lainnya pada 4 sampai 16 MSP. Dosis pupuk organik 2.5 kg per tanaman menghasilkan nilai rata-rata jumlah cabang yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk organik lainnya pada 4 sampai 16 MSP.
Tabel 5. Rata-rata jumlah cabang tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur 4 - 16 MSP
Perlakuan Waktu pengamatan (MSP)
4 8 12 16
...(cabang/tanaman)... .
Intensitas naungan (%)
0 12 14 16 17
25 14 16 19 20
50 12 14 16 18
75 13 15 18 19
Dosis pupuk organik (kg/tan)
0 11 13 15 16
2.5 14 16 19 20
5.0 14 15 18 19
7.5 13 15 18 19
10.0 13 14 16 18
Jumlah Daun
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik dan intensitas naungan secara tunggal serta interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman cengkih (Lampiran 6). Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan tercantum pada Tabel 6.
13 dengan perlakuan lainnya, tetapi pada umur 16 MSP, intensitas naungan 25% menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dosis pupuk organik 5 kg per tanaman menghasilkan nilai rata-rata jumlah daun tanaman cengkih yang lebih banyak pada umur 4 dan 8 MSP dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi pada umur 12 dan 16 MSP, dosis pupuk organik 2.5 kg per tanaman menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun tanaman cengkih yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 6. Rata-rata jumlah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur 4 - 16 MSP
Perlakuan Waktu pengamatan (MSP)
4 8 12 16
...(helai/tanaman)... Intensitas naungan (%)
0 118 109 142 191
25 129 121 140 205
50 133 126 148 195
75 127 121 145 199
Dosis pupuk organik (kg/tan)
0 110 108 125 170
2.5 130 123 158 225
5.0 137 127 152 200
7.5 133 125 150 211
10.0 122 113 132 181
Diameter Tajuk
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk organik cenderung berpengaruh nyata (uji F taraf α 10%) terhadap diameter tajuk tanaman cengkih hanya pada umur 4 MSP, sedangkan intensitas naungan secara tunggal serta interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tajuk tanaman cengkih (Lampiran 7). Pada tanaman dengan dosis pupuk organik 10 kg per tanaman cenderung lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk organik dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan tercantum pada Tabel 7.
14
Tabel 7. Rata-rata diameter tajuk tanaman cengkih belum menghasilkan pada berbagai dosis pupuk organik dan intensitas naungan pada umur 4 - 16 MSP
Perlakuan Waktu pengamatan (MSP)
4 8 12 16
...(cm/tanaman)... Intensitas naungan (%)
0 25.6 27.0 27.4 28.4
25 23.4 25.1 25.9 26.4
50 24.8 26.3 27.2 28.2
75 25.1 26.9 27.5 28.1
Dosis pupuk organik (kg/tan)
0 22.3b 24.0 24.6 25.7
2.5 24.1ab 26.0 26.9 27.5
5.0 23.9ab 25.2 25.8 26.8
7.5 24.2ab 26.1 26.8 27.6
10.0 29.0a 30.3 30.7 31.4
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama pada waktu pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf α = 10%
Pembahasan
Kondisi Umum
Setelah minggu pertama dan kedua pemindahan tanaman ke lapangan, terdapat beberapa tanaman yang mati sehingga harus disulam. Salah satu penyebab kematian tanaman adalah serangan rayap (Coptotermes sp.) yang menyebabkan 8.75% tanaman yang dipindahtanam mati di lapangan. Tanaman yang terserang rayap menunjukkan gejala layu, daun mengering tapi tidak rontok dan bila digali sampai 10 cm di bawah permukaan tanah, tampak perakaran rusak bekas serangan rayap (Gambar 5). Pengendalian serangan rayap dilakukan dengan pemberian Furadan 3G kurang lebih 5 gram per tanaman dan penyiraman dengan termitisida konsentrasi 2 ml/liter diaplikasikan setiap bulan selama tiga bulan pertama.
(a) (b)
15 Serangan hama lainnya yaitu kutu-kutu daun yang menghisap makanan dari pucuk-pucuk daun muda. Kutu-kutu tersebut mengeluarkan zat gula yang disenangi semut, dan sisa-sisa zat gula tersebut menempel pada daun yang dapat menimbulkan jelaga pada daun, tetapi hama tersebut tidak sampai menyebabkan kematian pada tanaman cengkih (Gambar 6).
Gambar 6. Serangan kutu daun pada tanaman cengkih
Penyebab lainnya dari kematian tanaman cengkih yaitu sunburn yang dialami oleh tanaman tanpa naungan sebanyak 3.75% dari tanaman yang dipindahtanam ke lapangan (Gambar 7 a). Intensitas cahaya yang terlalu tinggi menyebabkan peningkatan suhu daun sehingga laju transpirasi meningkat. Hal tersebut mengakibatkan luas daun mengecil atau daun gugur kemudian tanaman mati seperti yang dilaporkan oleh Suarsana (1986). Selain rayap dan sunburn, kesalahan teknik penanaman yaitu tanah dalam polybag pecah (tanah terlepas dari akar tunggang) ketika akan dipindahtanam dapat mengakibatkan tanaman menjadi layu dan mati (Hadiwidjaja 1983). Pada percobaan ini, sebanyak 5% tanaman yang dipindahtanamkan ke lapangan mati karena kesalahan teknik penanaman tersebut (Gambar 7 b).
(a) (b)
16
Pengaruh Naungan
Pertumbuhan tanaman merupakan interaksi antara faktor-faktor genetik dan lingkungan. Tanaman cengkih belum menghasilkan di bawah naungan dengan intensitas tertentu memiliki pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Ada beberapa masa kritis dalam perkembangan tanaman cengkih. Salah satu dari masa kritis tersebut adalah fase yang dimulai sejak tanaman dipindahtanamkan ke lapangan hingga berumur kurang lebih empat tahun, yaitu dua tahun atau tiga tahun setelah dipindahtanamkan ke lapangan (Hadiwidjaja 1983).
Dalam percobaan ini, pemberian naungan tidak menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman yang signifikan untuk semua perlakuan hingga akhir percobaan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh naungan yang dipasang terlalu tinggi dan kurang lebar, sehingga tidak berfungsi dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Hadiwidjaja (1983), bahwa naungan yang dipasang terlalu tinggi (>30 cm di atas pucuk tanaman) tidak berfungsi dengan baik. Pada percobaan ini, tinggi tanaman berkisar 68 – 79 cm dengan ketinggian naungan mencapai 1.5 m menyebabkan selisih yang cukup jauh antara pucuk tanaman dan naungan sehingga mengakibatkan fungsi naungan kurang optimal. Selain itu, banyaknya pohon kelapa yang berada di sekitar lokasi penelitian juga menyebabkan fungsi naungan kurang optimal. Tabel 1 menunjukkan tanaman dengan intensitas naungan 50% disertai dosis pupuk organik 2.5 kg menghasilkan rataan tinggi tanaman tertinggi pada 4 dan 12 MSP. Hal tersebut sesuai dengan sifat tanaman cengkih yang memerlukan naungan pada saat fase belum menghasilkan. Hasil penelitian Hasan (1985) menunjukkan bahwa pemberian naungan 50% berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit cengkih. Menurut Suarsana (1986), naungan merangsang aktivitas auksin yang tinggi sehingga tanaman mengalami pemanjangan sel. Hasil penelitian Ademilua et al. (2009) menunjukkan, tinggi tanaman Allium sativum di bawah naungan lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa naungan.
Selama fase pertumbuhan, hasil fotosintesis berupa cadangan karbohidrat biasanya akan disimpan di bagian batang atau cabang, daun dan akar (Wachjar et al. 2002). Hasil penelitian Bote dan Paul (2011) menunjukkan bahwa tanaman kopi di bawah naungan memiliki laju fotosintesis yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Selain itu, tanaman kopi di bawah naungan memiliki nilai LAI (leaf area index) yang lebih tinggi, warna daun yang lebih gelap dan menghasilkan biji kopi lebih besar dan berat dibandingkan dengan tanaman tanpa naungan. Selaras dengan data yang disebutkan pada Tabel 3, tanaman dengan dosis pupuk organik 5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 75% memiliki diameter batang yang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
17 Perlakuan intensitas naungan yang tidak menunjukkan pengaruh signifikan bagi penambahan jumlah daun dan diameter tajuk mungkin disebabkan oleh tidak ternaunginya bagian sisi-sisi tanaman. Selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Wachjar et al. (2002), perlakuan naungan tidak berbeda nyata pada semua peubah diduga karena tidak ternaunginya bagian sisi-sisi petak tanaman kopi. Pengamatan terhadap jumlah daun tanaman cengkih dengan intensitas naungan 25% menunjukkan rataan jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). Selaras dengan hasil penelitian Suarsana (1986) yang menunjukkan bahwa naungan 25% menghasilkan jumlah daun terbanyak. Hal itu disebabkan kondisi tanaman cengkih yang memerlukan intensitas cahaya yang lebih tinggi untuk pertumbuhan daun.
Pada diameter tajuk, terlihat bahwa tanaman dengan intensitas naungan 75% memiliki rataan diameter tajuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 7). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Hasan (1985) bahwa pertambahan panjang tajuk hingga akhir percobaan di bawah naungan 25%, 50% dan 75% berturut-turut adalah 0.55, 0.67 dan 0.83 cm, jauh lebih panjang dibandingkan dengan keadaan terbuka yang hanya bertambah sepanjang 0.08 cm.
Pengaruh Pupuk Organik
Hingga akhir percobaan, pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cengkih. Salah satu kelemahan dari pupuk organik adalah unsur hara sangat lambat tersedia (slow release), sehingga respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik berlangsung sangat lambat. Selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Uka et al. (2013), tanaman yang diberi pupuk anorganik memiliki laju pertumbuhan yang tinggi pada 1 sampai 3 MSP, sedangkan tanaman Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) yang diberi pupuk organik memiliki laju pertumbuhan yang tinggi pada 6 sampai 10 MSP. Pupuk anorganik menyebabkan degradasi tanah akibat kehilangan bahan-bahan kimia tertentu sehingga tanah menjadi masam, ketidakseimbangan hara dalam tanah serta penurunan daya hasil tanaman. Sementara itu, pupuk organik meningkatkan aktivitas mikroba dalam tanah untuk melepaskan hara sedikit demi sediit dan dalam waktu yang lama.
Pangaribuan et al. (2012) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik perlu dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik yang menyediakan unsur hara dengan cepat. Selain itu, keefektifan pemberian pupuk organik kurang dari empat bulan, sehingga setelah empat bulan harus dilakukan pemberian ulang (Santosa 2003).
18
tanaman yaitu meningkatnya jumlah klorofil dan memudahkan pertukaran gas pada daun sehingga laju fotosintesis meningkat dan pertumbuhan menjadi baik.
Pemberian pupuk organik 5 kg per tanaman dengan intensitas naungan 75% memiliki diameter batang yang nyata lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Adanya pupuk organik mampu memperbaiki sifat kimia tanah karena dapat membantu akar menembus tanah lebih dalam sehingga lebih mampu menyerap unsur hara dan air dalam jumlah yang banyak. Ketersediaan air dan hara yang tinggi menyebabkan absorbsi dan transportasi unsur hara/air menjadi lebih baik sehingga laju fotosintesis meningkat dan cadangan makanan tinggi (Pangaribuan
et al. 2012)
Pada peubah jumlah cabang, tanaman dengan perlakuan dosis pupuk organik 2.5 kg memiliki jumlah cabang terbanyak pada 4-16 MSP. Hingga akhir penelitian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian dosis pupuk organik terhadap jumlah cabang dan jumlah daun. Selaras dengan hasil penelitian Prado (2013), aplikasi pupuk organik pada tanaman Brassica rapa tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun per tanaman. Wachjar et al. (2002) menyebutkan bahwa tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam tanah sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, dosis pemberian pupuk yang lebih banyak tidak memberikan perbedaan yang nyata bagi pertumbuhan tanaman. Tidak adanya bulan kering selama penelitian mengakibatkan unsur hara di dalam tanah dapat diserap dengan baik sehingga translokasi unsur hara ke daun dan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi baik (Wachjar dan Kadarisman 2007). Berdasarkan data BMKG (2014), selama percobaan ini berlangsung, curah hujan rata-rata adalah 411 mm/bulan (Lampiran 1). Oleh karena itu, pemberian dosis pupuk organik 2.5 kg per tanaman sudah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Dosis pupuk organik cenderung berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tajuk hanya pada umur 4 MSP. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan penyerapan unsur hara dalam tanah dan proses pertumbuhan serta perkembangan termasuk diameter tajuk menjadi baik. Hal tersebut disebabkan perlakuan pupuk organik pada dosis yang tepat mampu merangsang aktivitas auksin dalam tanaman untuk mendorong pertambahan volume dinding sel (Wachjar et al. 2002). Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian dosis pupuk organik yang tepat agar dapat dihasilkan pertambahan diameter tajuk yang optimal. Pada penelitian ini, dosis pupuk organik 10 kg per tanaman nyata lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk organik dan tidak berbeda nyata dengan dosis 2.5 kg, 5 kg dan 7.5 kg per tanaman.
Pengaruh Interaksi Pupuk Organik dengan Intensitas Naungan
19 tanaman berjalan baik, dan hal ini sangat ditentukan oleh ketersediaan air, CO2,
intensitas cahaya, suhu dan ketersediaan unsur hara. Intensitas cahaya yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suhu, dengan optimalnya suhu maka akan memperlancar proses metabolisme dalam sel. Peningkatan pertumbuhan tanaman akibat penambahan faktor pemupukan terjadi sampai pertumbuhan optimal, jika berlebih dapat menghambat dan mengganggu pertumbuhan tanaman (Maryani dan Gumawartati 2011).
Pada percobaan ini, hingga 16 MSP belum diperoleh dosis pupuk organik optimum dan intensitas naungan optimum untuk pertumbuhan tinggi tanaman, karena hubungan antar dosis pupuk organik dengan intensitas naungan cenderung menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya tidak signifikan (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan waktu percobaan kurang lama sehingga akumulasi unsur hara yang diserap tanaman dari pupuk organik belum maksimal akibat dari sifat pelepasan unsur hara yang lambat (slow release). Selain itu juga disebabkan oleh naungan yang dipasang terlalu tinggi dan kurang lebar, sehingga mengakibatkan pengaruh naungan terhadap tanaman cengkih belum menghasilkan masih belum optimal.
Pengaruh interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap diameter batang terjadi di awal masa tanam yaitu umur 4, 8 dan 12 MSP. Tanaman yang diberi pupuk organik 5 kg dengan intensitas naungan 75% nyata memiliki diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Interaksi pada umur-umur awal terjadi karena selama fase pertumbuhan vegetatif cadangan karbohidrat biasanya disimpan di bagian batang atau cabang, daun dan akar. Pada akhir percobaan tidak terdapat perbedaan antar perlakuan karena pada dasarnya unsur hara tersedia dalam tanah dimanfaatkan oleh tanaman sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan (Wachjar et al. 2002). Seperti halnya pada tinggi tanaman cengkih, pengaruh interaksi antara pupuk organik dengan intensitas naungan terhadap diameter batang menunjukkan hubungan linear meskipun nilai R-nya tidak signifikan (Gambar 4).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dosis pupuk organik secara tunggal hanya cenderung berpengaruh nyata (uji F pada taraf α 10%) terhadap diameter tajuk tanaman cengkih pada umur 4 MSP. Dosis pupuk organik 10 kg per tanaman dapat meningkatkan diameter tajuk tanaman cengkih 30.0% dibandingkan dengan kontrol. Intensitas naungan secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman cengkih. Interaksi antara dosis pupuk organik dengan intensitas naungan hanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman
20
per tanaman dengan intensitas naungan 75% dapat meningkatkan diameter batang tanaman cengkih sebesar 26.9% dibandingkan dengan kontrol pada 12 MSP. Hasil penelitian belum menemukan taraf yang optimum baik untuk dosis pupuk organik maupun intensitas naungan. Hubungan antara dosis pupuk organik dan intensitas naungan menunjukkan hubungan linier meskipun nilai R-nya tidak signifikan.
Saran
Perlu memperlebar naungan dan menyesuaikan tinggi naungan dengan tinggi tanaman cengkih sehingga fungsi naungan dapat memberikan hasil yang optimal. Selain itu perlu adanya penambahan dosis pupuk organik dan penambahan lamanya waktu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ademilua OEA, Iwaotan TO, Osaji TC. 2009. Pre planting (cold) treatment of Allium sativum cloves improes its growth and yield under open field and open shade conditions. Journal of Plant Sciences 4:49-58.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1979. Potensi Pengembangan Cengkih di Pulau Sumatera. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar: Cengkih. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Bermawie N. 1992. Cengkih. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
7(2):1-15.
Bhowmik DKP, Sampath K, Akhilesh Y, Shweta S, Shravan P, Amit SD. 2012.
Recent trends in Indian traditional herbs Syzygium aromaticum and its health benefits. Phyto Journal 1(1): 1-10.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data iklim tahun 2013, Stasiun Klimatologi Dramaga.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data curah hujan bulan September 2013 – Maret 2014, Stasiun Klimatologi Dramaga.
Bote AD, Paul CS. 2011. Effects of shade on growth, production and quality of coffee (Coffea arabica) in Ethiopia. Journal of Horticulture and Forestry
3(11):336-341.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Cengkih Indonesia Tahun 2008-2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan Republik Indonesia.
Hadiwidjaja T. 1983. Cengkih, Data dan Petunjuk ke arah Swasembada. Jakarta (ID):PT Gunung Agung.
21 Herman, Goenadi. 1999. Manfaat dan prospek pengembangan industri pupuk hayati di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18(3): 91-97.
Indriyani NLP, Sadjiwiyanti L, Susiloadi A, Anwarudin MJ. 1999. Pengaruh persentase naungan dan dosis pupuk N terhadap pertumbuhan batang bawah duku. J.Hort. 8(4):1242-1246.
Karanatsidis G, Berova M. 2009. Effect of organic-N fertilizer on growth and some physiological parameters in pepper plants (Capsicum annum L.). Journal of Biotechnol 23:254-257.
Maryani AT, Gusmawartati. 2011. Pengaruh naungan dan pemberian kieserit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nilam (Pogostemon cablin
Benth.) pada medium gambut. Jurnal Agroteknologi 2(1):7-16.
Milind P, Khanna D. 2011. Clove a champion spice. International Journal of
Research in Ayurveda and Pharmacy 2(1):47-54.
Pangaribuan DH, Yasir M, Novisha KU. 2012. Dampak bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian pupuk anorganik pada budidaya tanaman tomat. J Agron. Indonesia 40(3):204-210.
Prado AJ. 2013. Effect of organic fertilizer on the growth performance of Brassica rapa under La Union, Philippines. International Scientific Research Journal
5(4):1-6.
Rahayu S, Setiawan A, Husaeni EA, Suyanto S. 2006. Pengendalian hama
Xylosandrus compactus pada agroforestri kopi multistrata secara hayati: Studi kasus dari Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Agrivita 28(3): 01-12.
Ruhnayat A, Wahid P. 1997. Aspek iklim terhadap pertumbuhan, pembungaan dan produksi cengkih. Di dalam: Monograf Tanaman Cengkih, Balai Tanaman Rempah dan Tanaman Obat. Bogor (ID). hlm 44-49.
Santosa E. 2003. Pengaruh jenis pupuk organik dan mulsa terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya (Aloe vera Mill.). Bul Agron. 31(2):120-125.
Suarsana M. 1986. Pemberian zat pengatur tumbuh mixtalol dan naungan dalam rangka rehabilitasi bibit cengkih (Eugenia caryophyllus Spreng.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sudjasaputra S, Kartaatmadja KS, Suwarno S. 1970. Perluasan areal pertanaman ke arah swasembada cengkih Indonesia. Men.Perk. 39(3):56-60.
Sutarjo T. 2006. Teknik pelaksanaan percobaan kombinasi dosis pupuk organik dan pupuk NPK (15:15:15) pada bibit cengkih. Buletin Teknik Pertanian
11(1):1-4.
Trisilawati O, Tarigan DD. 1997. Persemaian dan pembibitan tanaman cengkih. Di dalam: Monograf Tanaman Cengkih, Balai Tanaman Rempah dan Tanaman Obat. Bogor (ID). hlm 155-160.
Uka UN, Kanayo SC, Mary I. 2013. Relative effect of organic and inorganic fertilizers on the growth of okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench). Journal of Agricultural Sciences 58(3):159-166.
22
Wachjar A, Supijatno, Rubiana D. 2006. Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) belum menghasilkan. Bul Agron. 34(3):160-164.
23
24
Lampiran 1. Data iklim lokasi penelitian
Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Lintang : 06º31' LS
Bujur : 106º44' BT Elevasi : 207 m
Bulan : Juni 2013 sampai Maret 2014
Suhu udara rata-rata harian minimum dan maksimum = 26.1 0C dan 33.6 0C
Kelembaban rata-rata per bulan = 84%
Intensitas radiasi surya rata-rata per bulan = 13 MJ/m2/bulan Intensitas radiasi surya rata-rata harian (bulan Desember 2013)
Tanggal Intensitas Radiasi Matahari (Cal/cm2)
1 354
2 278
3 255
4 355
5 399
6 345
7 378
8 266
9 330
10 372
11 282
12 286
13 241
14 334
15 277
16 365
Tanggal Intensitas Radiasi Matahari (Cal/cm2)
17 222
18 298
19 226
20 183
21 230
22 153
23 163
24 309
25 201
26 310
27 344
28 332
29 244
30 176
31 143
Rata-rata 279
Curah hujan rata-rata per bulan (September 2013 – Maret 2014)
Tahun Bulan Curah Hujan (mm/bulan)
2013 September 503
Oktober 407
November 186
Desember 411
2014 Januari 704
Februari 366
25
Lampiran 2. Bagan Acak Perlakuan
U
I
II
I
2P
3I
3P
2I
4P
5I
1P
4I
4P
1I
2P
5I
1P
5I
3P
2I
2P
2I
3P
1I
4P
3I
1P
5I
4P
3I
2P
1I
1P
4I
3P
4I
2P
4I
3P
3I
4P
1I
1P
2I
4P
2I
2P
3I
1P
1I
3P
5I
2P
1I
3P
4I
4P
2I
1P
3I
4P
4I
2P
2I
1P
3I
3P
1I
2P
5I
3P
5I
4P
4I
1P
1I
4P
5I
2P
4I
1P
2I
3P
3III
IV
I
1P
5I
4P
1I
3P
4I
2P
2I
3P
4I
1P
5I
2P
2I
4P
1I
1P
4I
4P
2I
3P
1I
2P
3I
3P
1I
1P
2I
2P
3I
4P
4I
1P
1I
4P
3I
3P
5I
2P
5I
3P
5I
1P
3I
2P
4I
4P
5I
1P
2I
4P
4I
3P
3I
2P
1I
3P
3I
1P
4I
2P
1I
4P
226
Lampiran 3. Sidik ragam tinggi tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 4-16 minggu setelah perlakuan (MSP)
Waktu Pengamatan
(MSP)
SK db JK KT F-hit F tabel
10%
4
Ulangan 3 2167.938 722.646 2.12 2.813
Naungan (N) 3 540.438 180.146 0.53 2.813
Galat (a) 9 3061.113 340.124
Dosis Pupuk (P) 4 419.075 104.769 0.55 2.061
N x P 12 4775.625 397.969 2.10* 1.680
Galat (b) 48 9105.700 189.702
Umum 79 20069.888
Kk (a) = 25.5 %, Kk (b) = 19.0 %
8
Ulangan 3 2394.638 798.213 2.41 2.813
Naungan (N) 3 454.538 151.513 0.46 2.813
Galat (a) 9 2982.713 331.413
Dosis Pupuk (P) 4 340.750 85.188 0.44 2.061
N x P 12 4554.150 379.513 1.94* 1.680
Galat (b) 48 9377.900 195.373
Umum 79 20104.688
Kk (a) = 24.6 %, Kk (b) = 18.9 %
12
Ulangan 3 2253.438 751.146 2.34 2.813
Naungan (N) 3 351.038 117.013 0.37 2.813
Galat (a) 9 2883.213 320.357
Dosis Pupuk (P) 4 270.425 67.606 0.36 2.061
N x P 12 4847.775 403.981 2.15* 1.680
Galat (b) 48 9086.600 187.638
Umum 79 19612.488
Kk (a) = 23.7 %, Kk (b) = 18.9%
16
Ulangan 3 2161.338 720.446 2.34 2.813
Naungan (N) 3 292.638 97.546 0.32 2.813
Galat (a) 9 2774.313 308.257
Dosis Pupuk (P) 4 179.325 44.831 0.23 2.061
N x P 12 4465.175 372.098 1.88* 1.680
Galat (b) 48 9519.100 198.315
Umum 79 19391.888
Kk (a) = 22.7 %, Kk (b) = 18,2 %
27
Lampiran 4. Sidik ragam diameter batang tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 4-16 minggu setelah perlakuan (MSP)
Waktu Pengamatan
(MSP)
SK db JK KT F-hit F tabel 5%
4
Ulangan 3 0.136 0.046 2.76 3.863
Naungan (N) 3 0.075 0.025 1.51 3.863
Galat (a) 9 0.149 0.017
Dosis Pupuk (P) 4 0.069 0.017 1.94 2.557
N x P 12 0.274 0.023 2.58* 1.952
Galat (b) 48 0.425 0.009
Umum 79 1.128
Kk (a) = 21.3 %, Kk (b) = 15.5 %
8
Ulangan 3 0.053 0.018 0.98 3.863
Naungan (N) 3 0.034 0.011 0.62 3.863
Galat (a) 9 0.162 0.018
Dosis Pupuk (P) 4 0.017 0.004 0.53 2.557
N x P 12 0.189 0.016 1.96* 1.952
Galat (b) 48 0.386 0.008
Umum 79 0.840
Kk (a) = 20 %, Kk (b) = 13.3%
12
Ulangan 3 0.041 0.014 0.62 3.863
Naungan (N) 3 0.012 0.004 0.18 3.863
Galat (a) 9 0.200 0.022
Dosis Pupuk (P) 4 0.013 0.003 0.40 2.557
N x P 12 0.212 0.018 2.14* 1.952
Galat (b) 48 0.395 0.008
Umum 79 0.872
Kk (a) = 21.5%, Kk (b) = 13 %
16
Ulangan 3 0.027 0.009 0.37 3.863
Naungan (N) 3 0.017 0.006 0.23 3.863
Galat (a) 9 0.222 0.025
Dosis Pupuk (P) 4 0.018 0.005 0.35 2.557
N x P 12 0.211 0.018 1.35 1.952
Galat (b) 48 0.623 0.013
Umum 79 1.119
Kk (a) = 21.2 %, Kk (b) = 15.3 %
28
Lampiran 5. Sidik ragam jumlah cabang tanaman cengkih belum
menghasilkan pada umur 4-16 minggu setelah
perlakuan (MSP)
Waktu Pengamatan
(MSP)
SK db JK KT F-hit F tabel 5%
4
Ulangan 3 51.050 17.016 0.44 3.863
Naungan (N) 3 36.850 12.283 0.32 3.863
Galat (a) 9 346.050 38.450
Dosis Pupuk (P) 4 62.175 15.544 0.45 2.557
N x P 12 592.025 49.335 1.44 1.952
Galat (b) 48 1643.400 34.238
Umum 79 2731.550
Kk (a) = 48.3 %, Kk (b) = 45.6%
8
Ulangan 3 36.038 12.013 0.25 3.863
Naungan (N) 3 82.638 27.546 0.56 3.863
Galat (a) 9 439.113 48.790
Dosis Pupuk (P) 4 107.575 26.894 0.61 2.557
N x P 12 735.925 61.327 1.39 1.952
Galat (b) 48 2114.100 44.044
Umum 79 3515.388
Kk (a) = 47.2 %, Kk (b) = 44.9 %
12
Ulangan 3 69.850 23.283 0.29 3.863
Naungan (N) 3 100.250 33.417 0.42 3.863
Galat (a) 9 718.650 79.850
Dosis Pupuk (P) 4 197.675 49.419 0.68 2.557
N x P 12 1110.125 92.510 1.27 1.952
Galat (b) 48 3499.000 72.896
Umum 79 5695.550
Kk (a) = 52.3 %, Kk (b) = 50 %
16
Ulangan 3 163.800 54.600 0.46 3.863
Naungan (N) 3 64.200 21.400 0.18 3.863
Galat (a) 9 1062.200 118.022
Dosis Pupuk (P) 4 204.925 51.231 0.62 2.557
N x P 12 1219.675 101.640 1.24 1.952
Galat (b) 48 3935.000 81.979
Umum 79 6649.800
29
Lampiran 6. Sidik ragam jumlah daun tanaman cengkih belum menghasilkan pada umur 4-16 minggu setelah perlakuan (MSP)
Waktu Pengamatan
(MSP)
SK db JK KT F-hit F tabel 5%
4
Ulangan 3 3397.938 1132.646 0.62 3.863
Naungan (N) 3 2386.738 795.579 0.44 3.863
Galat (a) 9 16417.513 1824.168
Dosis Pupuk (P) 4 7082.325 1770.581 0.53 2.557
N x P 12 18440.075 1536.673 0.46 1.952
Galat (b) 48 160298.800 3339.558
Umum 79 208023.388
Kk (a) = 33.7 %, Kk (b) = 45.7 %
8
Ulangan 3 4142.238 1380.746 0.40 3.863
Naungan (N) 3 3290.238 1096.746 0.32 3.863
Galat (a) 9 31191.213 3465.690
Dosis Pupuk (P) 4 4087.950 1021.988 0.32 2.557
N x P 12 21867.450 1822.288 0.57 1.952
Galat (b) 48 154321.800 3215.038
Umum 79 218900.887
Kk (a) = 49.4 %, Kk (b) = 47.6 %
12
Ulangan 3 4718.938 1572.979 0.29 3.863
Naungan (N) 3 766.038 255.346 0.05 3.863
Galat (a) 9 48064.813 5340.535
Dosis Pupuk (P) 4 12887.575 3221.894 0.61 2.557
N x P 12 25335.025 2111.252 0.40 1.952
Galat (b) 48 255481.000 5322.521
Umum 79 347253.386
Kk (a) = 50.9 %, Kk (b) = 50.9%
16
Ulangan 3 11878.938 3959.646 0.34 3.863
Naungan (N) 3 2244.738 748.246 0.07 3.863
Galat (a) 9 103356.213 11484.024
Dosis Pupuk (P) 4 31421.825 7855.456 0.73 2.557
N x P 12 56905.075 4742.090 0.44 1.952
Galat (b) 48 519277.100 10818.273
Umum 79 725083.888
30
Lampiran 7. Sidik ragam diameter tajuk tanaman cengkih belum
menghasilkan pada umur 4-16 minggu setelah
perlakuan (MSP)
Waktu Pengamatan
(MSP)
SK db JK KT F-hit F tabel
10%
4
Ulangan 3 236.913 78.971 1.72 2.813
Naungan (N) 3 49.963 16.654 0.36 2.813
Galat (a) 9 412.513 45.835
Dosis Pupuk (P) 4 408.888 102.222 2.12* 2.061
N x P 12 619.913 51.659 1.07 1.680
Galat (b) 48 2319.200 48.317
Umum 79 4047.388
Kk (a) = 27.4 %, Kk (b) = 28.1 %
8
Ulangan 3 168.563 56.188 1.17 2.813
Naungan (N) 3 43.463 14.488 0.30 2.813
Galat (a) 9 430.963 47.885
Dosis Pupuk (P) 4 367.563 91.891 1.79 2.061
N x P 12 605.288 50.441 0.98 1.680
Galat (b) 48 2463.350 51.320
Umum 79 4079.188
Kk (a) = 26.3 %, Kk (b) = 27.2 %
12
Ulangan 3 214.938 71.646 1.49 2.813
Naungan (N) 3 33.638 11.213 0.23 2.813
Galat (a) 9 432.713 48.079
Dosis Pupuk (P) 4 327.419 81.855 1.56 2.061
N x P 12 550.956 45.913 0.88 1.680
Galat (b) 48 2517.725 52.452
Umum 79 4077.388
Kk (a) = 25.7 %, Kk (b) = 26.9 %
16
Ulangan 3 152.925 50.975 1.18 2.813
Naungan (N) 3 49.125 16.375 0.38 2.813
Galat (a) 9 390.300 43.367
Dosis Pupuk (P) 4 295.825 73.956 1.37 2.061
N x P 12 641.125 53.427 0.99 1.680
Galat (b) 48 2586.650 53.889
Umum 79 4115.950
Kk (a) = 23.7 %, Kk (b) = 26.4 %
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 26 Maret 1992 dari ayah S. Suryanto S.TP dan ibu Lilih Aliah. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 01 Jepara dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.