PEMBERIAN EKSTRAK REBUSAN DAUN SIRIH SEBAGAI
PENGGANTI PERAK NITRAT DALAM LARUTAN
PENGAWET BUNGA POTONG
DENDROBIUM
‘
SONIA
’
YANE RIANA PUTRI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium ‘Sonia’ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Yane Riana Putri
ii
ABSTRAK
YANE RIANA PUTRI. Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium
‘Sonia’. Dibimbing oleh DEWI SUKMA.
Percobaan dilaksanakan pada April sampai Juni 2014 di Laboratorium Pasca Panen dan Ruang Forum Pasca Sarjana IPB, Dramaga, Bogor. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan komposisi ekstrak rebusan daun sirih yang tepat sebagai anti mikroba pengganti perak nitrat dalam larutan pengawet anggrek potong
Dendrobium ‘Sonia’. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal komposisi larutan pengawet. Terdapat 5 perlakuan yaitu akuades sebagai kontrol larutan pengawet, perak nitrat dan ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 yang diulang sebanyak 4 ulangan dengan 5 sampel tangkai bunga per ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah total kuntum bunga, jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, jumlah dan persentase kuntum bunga layu, jumlah dan persentase kuntum bunga gugur, jumlah dan persentase terserang cendawan, volume larutan terserap, pH larutan pengawet, vase life (masa kesegaran bunga) dan panjang batang dipotong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai komposisi larutan pengawet tidak berpengaruh nyata dalam memperpanjang umur kesegaran anggrek potong. Kesegaran bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dengan penggunaan semua perlakuan larutan pengawet dapat bertahan rata-rata hingga 20 hari. Volume larutan pengawet yang diserap paling besar yaitu penggunaan akuades (7.6 ml). Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih konsentrasi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 dengan hasil jumlah bunga terserang cendawan yaitu 2.8, 2.3 dan 2.3 kuntum, hampir separuh jumlahnya dari penggunaan perak nitrat yaitu 5.3 kuntum, menunjukkan adanya kecenderungan positif terhadap penekanan cendawan.
Kata kunci: anggrek potong Dendrobium, daun sirih, larutan pengawet, vase life
ABSTRACT
YANE RIANA PUTRI. Adduction of Betel Leaves Boiled Extract to Substitute Silver Nitrate for Preservative Solution in Dendrobium ‘Sonia’ Cut Flower. Supervised by DEWI SUKMA.
iii
Observations were made of the total number of flowers, the number and percentage of flowers blooming, the number and percentage of flower wilting, the number and percentage of petal drop, the number and percentage of fungus infection, the volume of solution absorbed, pH preservatives, vase life (period of freshness of flowers) and the length of the stem was cutted. The results showed that there was no significant effect of preservative solution on vase life of Dendrobium ‘Sonia’. Flower freshness in all treatments were around 20 days with fresh flower left. The highest volume of preservative solution absorbed was aquades (7.6 ml). There was positive effect to minimizing the growth of microorganism with betel leaves boiled extract as preservative solution used.
v
.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PEMBERIAN EKSTRAK REBUSAN DAUN SIRIH SEBAGAI
PENGGANTI PERAK NITRAT DALAM LARUTAN
PENGAWET BUNGA POTONG
DENDROBIUM SONIA
YANE RIANA PUTRI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi: Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak
Nama NIM
Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium 'Sonia'
: Y ane Riana Putri
: A24100100
Disetujui oleh
Dr Dewi Sukma MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
ix PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul “Pemberian Ekstrak Rebusan Daun Sirih sebagai Pengganti Perak Nitrat dalam Larutan Pengawet Bunga Potong Dendrobium ‘Sonia’“.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi inspirasi, teladan, saran dan dukungan. Terimakasih juga kepada Prof. Dr Phebe Ding dan Prof. Dr Saleh Kadzimin selaku dosen Post Harvest Physiology dan Orchid Culture di UPM atas pengajaran dan inspirasinya, thanks so much, Prof!. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama, Abang Lois Marihot serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Amin, petani sekaligus pengusaha anggrek di daerah Parung yang telah membantu selama penelitian berlangsung. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Anggrek Dendrobium 2
Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Dendrobium 3
Daun Sirih 4
Perak Nitrat 4
METODE 5
Lokasi dan Waktu Percobaan 5
Bahan dan Alat Percobaan 5
Prosedur Percobaan 5
Persiapan Bunga Potong 5
Persiapan Larutan Pengawet 5
Perlakuan Larutan Pengawet 6
Pengamatan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Kondisi Awal Penelitian 7
Kualitas Bunga 8
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar 8
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu 9
Volume Larutan Pengawet Terserap 13
Masa Kesegaran Bunga (Vase Life) 15
pH Larutan 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
xi DAFTAR TABEL
1. Jumlah rata-rata dan persentase kuntum total, jumlah kuntum mekar total, dan jumlah kuntum kuncup anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada
awal pengamatan 0 HSP (hari setelah perlakuan) 8
2. Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga mekar anggrek
Dendrobium ‘Sonia’pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) 9 3. Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga layu anggrek
Dendrobium ‘Sonia’pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) 10 4. Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga gugur anggrek
Dendrobium ‘Sonia’pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) 11 5. Jumlah rata-rata dan persentase anggrek Dendrobium ‘Sonia’ terserang
cendawan pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) 12 6. Jumlah rata-rata volume larutan anggrek Dendrobium ‘Sonia’ terserap
pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) 13
DAFTAR GAMBAR
1. Bunga anggrek disimpan dalam tabung bunga potong berisi larutan
pengawet dan diletakkan dalam botol 7
2. Kondisi bunga 6 HSP pada berbagai perlakuan larutan pengawet 10
3. Batang bunga yang terserang cendawan upas 12
4. Kondisi ujung tangkai bunga yang mengalami penyumbatan 14 5. Panjang rata-rata batang anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dipotong pada 14
HSP dan 24 HSP 15
6. Masa kesegaran bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ selama pengamatan 16
7. pH Larutan Pengawet Selama Pengamatan 16
8. Penampilan bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada 24 HSP 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kegiatan Penelitian 20
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prospek bisnis bunga anggrek sangat cerah baik di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Nilai total ekspor Anggrek pada tahun 2012 sebesar 16.344 kg dan senilai US $ 821.557 serta pada tahun 2013 58.656 kg senilai US $ 630.421 dengan tujuan negara adalah Jepang, Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia dan Amerika (BPS 2014). Perkembangan industri anggrek di Indonesia meliputi konsumen dalam negeri yang terdiri atas penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat tertentu dalam kota, perhotelan, gedung perkantoran, pengusaha pertamanan dan florist atau toko bunga (Hayati 2013).
Selera masyarakat terhadap bunga potong bila dilihat dari segi keindahan, warna, ukuran, bentuk, dan susunan bunga, serta daya tahan bunga cepat berubah ke arah yang lebih baik dan sempurna (Soekartawi 1996). Penelitian Nurmalinda pada tahun 1997 juga menyebutkan bahwa selera konsumen ditentukan oleh keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan, bentuk dan periode kesegaran bunga. Kesegaran bunga inilah yang harus tetap dijaga sebagai salah satu hal penting dalam dunia bisnis bunga potong. Untuk mempertahankan bunga tetap segar dan menarik, diperlukan beberapa perlakuan untuk memperpanjang kesegarannya. Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Penggunaan larutan pengawetan tersebut dapat memperpanjang masa kesegaran bunga dan juga dapat meningkatkan pemekaran kuncup bunga.
Kadar masing-masing unsur pengawet dalam larutan dapat berbeda sesuai bunga potong yang akan ditangani untuk perpanjangan masa kesegarannya. Untuk bunga anggrek potong Dendrobium, yang menjadi salah satu jenis yang paling diminati konsumen di Indonesia, BPPP (2007) menganjurkan komposisi dengan rasio untuk pelarut 1 liter air, perak nitratnya sebanyak 0.5 g, asam sitrat 0.15 g dan gula pasir atau sukrosa 100 g.
Penggunaan perak nitrat (AgNO3) sebagai salah satu bahan dalam larutan
pengawet bunga potong sangat penting sebagai germisida. Hal yang disayangkan, perak nitrat mempunyai banyak kekurangan antara lain tidak dijual bebas di pasaran karena sifatnya yang toksik dan korosif, harganya cukup mahal, bersifat racun, bahan yang mudah terbakar, dapat menyebabkan iritasi pada mata, dapat merusak selaput lendir, dapat menyebabkan noda perak hitam pada kulit dan berbahaya bagi lingkungan (IPCS 2012). Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif pengganti perak nitrat yang mempunyai harga relatif terjangkau dan dapat dibuat sendiri oleh masyarakat, yaitu ekstrak rebusan daun sirih. Daun sirih adalah bahan alami, harganya murah dan mudah didapatkan. Sari (2006) dan Parwata (2009) mengatakan bahwa ekstrak daun sirih teruji efektif sebagai antiseptik alami.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawan pada tahun 2008 juga mengatakan bahwa senyawa AgNO3 yang berfungsi sebagai bakterisida dalam
2
bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’. Kesegaran bunga bertahan selama 22 hari.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak rebusan daun sirih yang tepat sebagai anti mikroba pengganti perak nitrat untuk memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’.
Hipotesis
Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih dalam larutan pengawet dapat memperpanjang masa kesegaran anggrek potong Dendrobium ‘Sonia’ sehingga penggunaan daun sirih dalam larutan pengawet dapat menggantikan fungsi perak nitrat sebagai anti mikroba.
TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek Dendrobium
Direktorat Budidaya Tanaman Hias dalam Standar Prosedur Operasioanal Anggrek Dendrobium tahun 2008 mengatakan bahwa Anggrek Dendrobium
merupakan salah satu genus yang dapat tumbuh di dataran rendah – medium dan mempunyai sifat mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek jenis lainnya. Anggrek ini memiliki batang semu atau pseudobulb yang panjang. Bentuk batang semunya silinder dan menggelembung. Daun tunggalnya bersilangan sepanjang jenis simpodial, yaitu membentuk rumpun dan akar yang cukup banyak di setiap batang semunya. Bunga muncul pada tunas ujung, pada tanaman dewasa bunga muncul di ketiak daun. Bunga mulai muncul pada umur 1.5 tahun terhitung dari awal semai. Dengan budidaya intensif, penanaman seedling Dendrobium dapat berbunga pada umur 8 bulan.
Bunga anggrek Dendrobium memiliki beberapa sifat yang baik untuk dijadikan sebagai bunga potong. Anggrek Dendrobium merupakan anggrek yang berasal dari Indonesia sehingga sesuai dengan iklim Indonesia, terutama daerah ketinggian sedang. Selain itu, keadaan Indonesia sesuai dengan photoperiodicity
sehari-hari yang dibutuhkan oleh Dendrobium. Plasma nutfahnya banyak di Indonesia dan Dendrobium termasuk anggrek yang mudah disilangkan sehingga memungkinkan dihasilkan silangan baru yang unggul. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan beberapa macam perkembangbiakan vegetatif, seperti kultur jaringan, splitting (memecah rumpun), maupun memisahkan keiki (tunas pada bulb yang mempunyai akar) (Hayati 2013)
3
(maincolour) yang dikembangkan untuk anggrek Dendrobium bunga potong. Warna putih dipilih karena dapat dipadupadankan atau dapat dengan mudah masuk dalam rangkaian bunga. Pada prinsipnya keindahan dari sebuah rangkaian membutuhkan keindahan dari elemen-elemen pendukung dari isi yang lainnya
(filler), sehingga keindahan bunga betul-betul akan tampak indah dan cantik bila sudah dipadu-padankan dengan yang lain. Warna bunga, ukuran, dan bentuk bunga sangat menentukan peranan. Masa produksi 6 tahun, produktivitas tinggi yaitu 10-12 tangkai/tahun, kemudahan untuk memproduksi cukup mudah, sosok tanaman kuat (Hayati 2013).
Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Dendrobium
Standar Bunga Potong Siap Panen menurut Direktorat Budidaya Tanaman Hias dalam Standar Prosedur Operasional Anggrek Dendrobium tahun 2008 adalah bunga dipetik 30% (5-6 kuntum) belum mekar, tangkai atau kuntum bunga tidak rusak atau cacat, tangkai dan bunga bersih dari kotoran, tangkai dan bunga terbebas dari hama-penyakit. Umur panen untuk setiap jenis bunga anggrek berbeda-beda, tetapi rata-rata untuk anggrek potong Dendrobium sekitar 3-4 bulan setelah memasuki masa inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang tepat dapat diketahui dari kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70% kuntum bunga yang mekar maka tangkai bunga itu sudah layak dipotong (dipanen). Tempat pemotongan di dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm dari tempat melekatnya tangkai bunga pada bulb.
Kriteria varietas anggrek Dendrobium hasil silangan yang diinginkan konsumen, baik sebagai bunga potong maupun tanaman pot adalah berbunga sepanjang tahun, produksi bunga tinggi, pertumbuhannya cepat dan kompak, tahan terhadap penyakit, bunga tahan lama, bunga menarik, ukuran bunga, warna bunga cerah, jumlah kuntum bunga banyak, tangkai bunga panjang, susunan bunga simetris, disukai pasar dan mudah pengepakannya. (Widiastoety et al. 2010). Selera konsumen ditentukan oleh keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan dan bentuk bunga serta periode kesegaran bunga, beberapa ketentuan tersebut juga menjadi standar mutu bunga potong (Soekartawi 1996). Tujuan penanganan pascapanen adalah memperkecil respirasi, memperkecil transpirasi, mencegah infeksi atau luka, memelihara estetika dan memiliki nilai jual yang tinggi.
4
bunga potong sampai terjual atau selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk bunga yang telah dirangkai dalam vas. Larutan holding umumnya terdiri dari komponen air, gula, germisida, hormon tumbuhan, senyawa mineral (asam sitrat, asam benzoat, asam sodium, aluminium, dan boron).
Penelitian yang dilakukan Amiarsi dan Yulianigsih (2004) membuktikan bahwa anggrek potong Dendrobium ‘Woch Sien’ mempunyai vase life selama 13 hari, sedangkan dengan dengan pemberian komposisi larutan perendam berupa campuran 50 ppm perak nitrat, 10% gula tebu, 15 ppm asam sitrat memberikan masa kesegaran bunga potong mencapai 20.3 hari.
Daun Sirih
Tanaman sirih (Piper betle, Piperaceae) telah lama dikenal masyarakat sebagai tumbuhan obat tradisional. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun, akar, dan biji. Daun sirih banyak dimanfaatkan untuk menghentikan pendarahan, mengobati sariawan, gatal-gatal, obat batuk, dan anti jamur pada kulit (Parwata et al. 2009). Sari dan Isadiartuti (2006) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ekstrak daun sirih memiliki aktivitas antiseptik yang dapat menghilangkan mikroorganisme pada tangan. Sirih mengandung senyawa senyawa aktif minyak atsiri dengan komponen fenol alam dari kavikol (chavicol paraallyphenol), kavibetol, karvakrol, estragol, terfen, eugenol, metil eugenol, tanin dan fenil propana. Kavikol memberi bau khas pada sirih dan mempunyai daya antimikroba dan juga analgesik, sehingga daun sirih biasa digunakan secara tropikal untuk mengurangi rasa sakit gigi.
Penggunaan ekstrak daun sirih juga telah digunakan oleh Kurniawan tahun 2008 dalam membuat larutan pengawet Dendrobium. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa AgNO3 yang berfungsi sebagai bakterisida dalam larutan
perendam bunga potong, dapat digantikan fungsinya dengan menggunakan ekstrak daun sirih yang lebih efektif dan lebih aman bagi pengguna dan lingkungan. Penggunaan larutan perendam ekstrak daun sirih 250 g l-1, asam sitrat 0.15 g l-1 dan gula 100 g l-1, mempunyai tren positif yang mampu memperpanjang kesegaran anggrek potong selama 22 hari, lebih lama 4 hari dibandingkan penggunaan larutan AgNO3 0.5 g l-1, asam sitrat 0.15 g l-1, gula 100 g l-1 dan lebih
lama 8.5 hari bila dibandingkan penggunaan air. Perak Nitrat
Perak nitrat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia AgNO3. Penggunaan
perak nitrat dalam larutan pengawet bunga anggrek Dendrobium adalah sebagai bahan germisida untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat mempercepat masa simpannya. Bakteri yang ada dapat menyumbat saluran vaskular sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan kelayuan (Amiarsi dan Yulianingsih 2004). Menurut Mattjik pada tahun 2010, AgNO3 sebagai salah satu bahan yang umumnya dipakai dalam larutan pengawet
sebagai senyawa anti etilen atau penyerap etilen sehingga dapat memperlambat proses kelayuan bunga. Disamping itu, AgNO3 juga merupakan bakterisida yang
5 menghasilkan efek samping yaitu noda ungu pada kulit (IPCS 2012). Perak adalah logam berat yang dapat mencemari tanah dan air tanah (Dole dan Schnelle 2013). Perak nitrat merupakan salah satu bahan germisida dalam larutan pengawet dan harus digunakan dalam kadar yang benar-benar kecil (Hunter 2000).
METODE
Lokasi dan Waktu Percobaan
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen dan Ruangan FORSCA (Forum Pasca Sarjana) Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan April hingga Juni 2014.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong anggrek Dendrobium ‘Sonia’ yang dipanen langsung dari petani anggrek di daerah Parung, Bogor, Jawa Barat. Bahan lain yang digunakan adalah akuades, daun sirih, gula, asam sitrat, AgNO3, dan air hangat. Alat-alat yang digunakan yaitu tabung
bunga potong, penggaris, panci, gunting stek, botol, corong, gelas piala 1000 ml, gelas ukur 100 ml, pH meter HM-20P, termometer, dan timbangan digital.
Prosedur Percobaan
Percobaan dilaksanakan dengan tahapan kegiatan, sebagai berikut: persiapan bunga potong, persiapan larutan pengawet dan perlakuan larutan pengawet.
Persiapan Bunga Potong
Bunga anggrek sebanyak 100 tangkai yang telah diperoleh dari petani anggrek di daerah Parung, Jawa Barat, dicelupkan tangkainya ke dalam air untuk menghilangkan panas lapang. Selanjutnya, bunga dikelompokkan 10 batang dan dibungkus dengan kertas agar tidak rusak karena pergesekan saat pengangkutan. Dasar tangkai bunga dibungkus plastik berisi air lalu diangkut ke laboratorium. Di laboratorium ujung tangkai bunga dipotong miring sepanjang 1 cm sampai 2 cm dalam air hangat untuk mencegah embolism dan dikelompokkan sesuai perlakuan Persiapan Larutan Pengawet
Daun sirih segar yang telah dicuci ditimbang sesuai perlakuan yaitu 250 g, 350 g, 450 g. Setelah itu masing-masing direbus dalam 1 liter air selama 10 menit setelah air mulai mendidih. Hasil rebusan dibiarkan sampai hangat dan disaring lalu ditambah gula untuk tiap perlakuan sebanyak 100 g dan asam sitrat sebanyak 0.15 g. Larutan pengawet P1 yaitu perak nitrat (AgNO3) sebanyak 0.5 g ditambah
6
Perlakuan Larutan Pengawet
Dalam keadaan masih hangat, tiap larutan dimasukkan kedalam tabung bunga potong sebanyak 5 ml. Tiap tangkai anggrek yang telah dipotong miring ujung batangnya dimasukkan ke dalam tabung bunga potong. Jumlah tangkai anggrek untuk tiap perlakuan sebanyak 20 tangkai. Setelah perlakuan, tangkai anggrek yang telah disimpan dalam tabung bunga potong dimasukkan kedalam botol kaca agar dapat berdiri tegak dan disimpan dalam ruangan bersuhu 250C.
Percobaan ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu komposisi larutan pengawet. Terdapat 5 perlakuan yang diulang sebanyak 4 ulangan dengan 5 tangkai bunga per ulangan. Total keseluruhan bunga yang diamati sebanyak 100 tangkai. Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut:
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (statistical analysis system). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan DMRT (duncan multiple range test) pada taraf 5%. Adapun model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = � + � + �
keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
� = Nilai tengah populasi
� = Pengaruh perlakuan bunga dengan komposisi larutan pengawet taraf ke-i
� = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi bunga dan kondisi larutan pengawet. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali. Peubah yang diamati antara lain adalah jumlah total kuntum bunga, jumlah dan persentase kuntum bunga mekar, jumlah dan persentase kuntum bunga layu, jumlah dan persentase kuntum bunga gugur, jumlah dan persentase terserang cendawan, volume larutan terserap, pH larutan pengawet, vase life (masa panjang) dan panjang batang dipotong. Setiap pengamatan dilakukan penggantian larutan pengawet. Pengamatan dihentikan setelah 50% atau lebih bunga yang telah mekar menjadi layu (Sunarmani et al.
1998)
1. Jumlah kuntum bunga awal: jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu tangkai bunga anggrek, terdiri atas jumlah kuntum bunga mekar dan jumlah kuntum yang kuncup.
2. Jumlah bunga yang mekar: jumlah kuntum bunga yang mekar pada satu tangkai bunga.
3. Persentase bunga yang mekar: jumlah kuntum bunga mekar x 100%
7 4. Jumlah kuntum yang layu: jumlah kuntum bunga yang layu pada satu tangkai bunga saat pengamatan (jumlah kuntum bunga layu tidak termasuk kuntum bunga yang patah karena serangan cendawan)
5. Persentase kuntum bunga yang layu: jumlah kuntum bunga layu x 100% jumlah total kuntum bunga
6. Jumlah kuntum bunga yang gugur: jumlah bunga gugur tiap pengamatan dihitung dari jumlah kuntum total pengamatan sebelumnya dikurangi dengan jumlah kuntum total pada pengamatan saat itu.
7. Persentase bunga yang gugur: jumlah kuntum bunga gugur x 100% jumlah total kuntum bunga
8. Jumlah dan persentase tanaman yang terserang cendawan
9. Volume larutan pengawet yang terserap pada akhir pengamatan. Dihitung dari volume awal larutan pengawet dikurangi volume larutan pengawet diakhir pengamatan.
10. pH larutan pengawet pada akhir pengamatan
11. Vase life bunga untuk semua perlakuan (vase life dihitung dari jumlah kuntum mulai dari awal panen hingga kurang lebih 50% kuntum bunga mengalami kelayuan)
12. Panjang batang dipotong adalah panjang batang yang dipotong karena sudah berwarna kuning, terserang cendawan, kering dan berwarna cokelat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Penelitian
Pada awal penelitian rata-rata jumlah kuntum total bunga sekitar 9.4 kuntum. Jumlah antara kuntum mekar dan kuntum kuncup pun berimbang untuk setiap perlakuan, yaitu rata-rata jumlah kuntum mekar 7.75 (82.64%) sedangkan rata-rata jumlah kuntum yang masih kuncup adalah 1.63 (17.18%). Masa panen bunga telah terlewat yang idealnya jumlah persentase kuntum kuncup sekitar 30%. Kondisi
Gambar 1 Bunga anggrek disimpan dalam tabung bunga potong berisi larutan pengawet dan diletakkan dalam botol
8
Tabel 1 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum total, jumlah kuntum mekar total, dan jumlah kuntum kuncup anggrek Dendrobium ‘Sonia’ pada awal pengamatan 0 HSP (hari setelah perlakuan)
Perlakuan Kuntum Total Kuntum Mekar Kuntum Kuncup
P0 10.6 (100%) 8.7 (82.5%) 1.9 (17.8%) masih tercium. Rata-rata dan persentase jumlah kuntum total, jumlah kuntum mekar dan kuntum kuncup tertera pada tabel 1
Suhu ruangan selama penelitian sebesar 24oC-25oC. Menurut Nurcahyawati (2010) kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat proses transpirasi, sehingga proses kemunduran bunga menjadi lambat dan bunga tidak cepat layu. Suhu ruangan yang tinggi akan meningkatkan laju transpirasi, sehingga volume jumlah total larutan peraga akan berkurang. Selain itu, semakin tinggi suhu ruangan akan mendorong peningkatan produksi etilen. Etilen ini dapat menyebabkan bunga menjadi cepat matang dan layu, sehingga kisaran suhu pada penelitian ini baik untuk proses vase life bunga potong.
Kualitas Bunga
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar
Bunga yang dipanen belum semuanya mekar. Pemekaran bunga diharapkan terjadi setelah penyimpanan, pengangkutan atau distribusinya. Hal ini dapat memudahkan dalam pengangkutan juga memperpanjang vase life. Pemekaran bunga membutuhkan energi yang cukup terutama dalam penanganan waktu panen dan juga pemberian larutan pengawet. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian larutan pengawet yang berbeda memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar seperti terlihat pada tabel 2.
Rata-rata jumlah kuntum bunga mekar dengan perlakuan P2, P3 dan P4 mengalami peningkatan pada 8 HSP. Hal ini dapat dikatakan bahwa bunga mengalami tingkat kemekaran optimal pada 8 HSP dengan penggunaan ekstrak rebusan daun sirih. Penggunaan perak nitrat menunjukkan tingkat kemekaran optimal pada 10 HSP sebesar 90.3% dan penggunaan akuades sebesar 88.3%.
9 sedikit persentase pemekarannya. Hasil rata-rata pemekaran bunga tidak mencapai 100% disebabkan ada beberapa kuncup bunga yang layu dan gugur sebelum mekar.
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu
Layu pada bunga ditandai dengan mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunnya turgor yang dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam sel. Kelayuan merupakan salah satu tahapan pertumbuhan pada komoditas hortikultura sebelum pembusukan atau kematian (senesence). Kejadian ini diawali dengan mulai layunya pinggiran atau tepi mahkota bunga namun kelopak masih tetap segar, kemudian diikuti dengan layunya tepi kelopak bunga (Katsum 2001). Bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dapat dikatakan benar-benar layu jika kelopak dan mahkota bunga telah terkulai dan menguncup. Berdasarkan uji keragaman diperoleh bahwa jumlah kuntum bunga layu untuk semua perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Hasil pengamatan jumlah kuntum layu, seperti terlihat pada tabel 3, menunjukkan bahwa perlakuan larutan pengawet tidak mempunyai pengaruh yang berbeda secara signifikan. Kuntum P0, P1, P2 dan P3 sudah banyak mengalami kelayuan pada 6 HSP sementara pada perlakuan P4 mulai layu pada 8 HSP. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga layu terus meningkat sampai akhir pengamatan. Persentase kuntum layu dengan larutan pengawet perak nitrat mencapai 50% setelah 12 HSP, dengan perlakuan akuades mulai 20 HSP, dengan perlakuan ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1 dan 350 g l-1 serta 450 g l-1 mulai 18 HSP.
Tabel 2 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga mekar anggrek
Dendrobium ‘Sonia’pada 2-26 HSP (hari setelah perlakuan)
10
Kelayuan dapat terjadi oleh proses transpirasi yang terlalu tinggi. Dalam melangsungkan hidupnya tanaman melakukan absorpsi (penyerapan air) dan transpirasi (penguapan). Air dalam tanaman berfungsi utama untuk menjaga turgor dalam sel-sel hidup. Untuk menjaga keseimbangan air dalam tanaman, maka absorpsi harus sama dengan transpirasi, karena bila transpirasi lebih besar dari pada absorpsi maka tubuh tanaman akan kekurangan air dan mengakibatkan bunga layu (Katsum 2001).
Tabel 3 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga layu anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
HSP Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
2 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 4 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 6 0.8 (5.5%) 1.0 (10.3%) 0.5 (6.0%) 0.5 (5.0%) 0.0 (0.0%) 8 1.5 (13.0%) 2.3 (23.0%) 1.3 (13.8%) 1.5 (13.8%) 1.3 (16.3%) 10 1.8 (16.3%) 2.8 (31.3%) 1.8 (21.5%) 2.0 (20.0%) 2.0 (24.8%) 12 2.8 (28.3%) 3.8 (40.0%) 2.3 (24.0%) 2.8 (29.0%) 2.5 (30.0%) 14 3.5 (34.5%) 4.8 (51.3%) 3.0 (29.5%) 3.5 (34.5%) 3.3 (38.3%) 16 3.8 (36.8%) 5.3 (56.8%) 3.3 (37.0%) 4.0 (39.8%) 3.5 (43.3%) 18 4.3 (40.3%) 5.8 (62.5%) 4.3 (46.5%) 4.5 (47.5%) 4.0 (51.8%) 20 5.0 (49.5%) 6.8 (74.8%) 5.3 (58.0%) 6.0 (56.8%) 4.5 (58.0%) 22 5.3 (51.0%) 7.8 (87.0%) 5.5 (63.5%) 6.0 (58.0%) 5.0 (63.5%) 24 6.0 (56.3%) 7.8 (87.0%) 6.5 (70.3%) 6.0 (64.3%) 5.5 (68.8%)
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1 P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1 P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1 P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1
Gambar 2 Kondisi bunga rata-rata mulai mengalami layu pada 6 HSP dengan semua perlakuan larutan pengawet
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
11
Tabel 4 Jumlah rata-rata dan persentase kuntum bunga gugur anggrek
Dendrobium ‘Sonia’ pada 2- 24 HSP (hari setelah perlakuan)
HSP Perlakuan
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur
Hasil analisis ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian berbagai larutan pengawet yakni akuades, perak nitrat, ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga gugur. Kuntum bunga mulai gugur pada 10 HSP dengan perlakuan P0, P1 dan P4. Perlakuan P2 dan P3 mulai mengalami gugur lebih awal pada 8 HSP. Jumlah dan persentase kuntum bunga gugur terus meningkat sampai akhir pengamatan.
Penggunaan perak nitrat dan larutan pengawet ekstrak rebusan daun sirih 250 g l-1 memberikan hasil persentase kuntum bunga gugur 50% paling lama yaitu pada 24 HSP. Rata-rata bunga gugur setelah melalui fase layu dan kering terlebih dahulu. Hasil pengamatan terhadap jumlah dan persentase kuntum bunga gugur tertera pada tabel 4.
Jumlah dan Persentase Bunga Terserang Cendawan
12
terbaik dengan tidak adanya bunga terserang cendawan sampai akhir pengamatan. Thwala et al. (2013) mengatakan bahwa perak nitrat mengurangi kontaminasi bakteri seperti senyawa anti etilen.
Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih konsentrasi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 menunjukkan hasil rata-rata jumlah bunga terserang cendawan pada akhir pengamatan (24 HSP) yaitu 2.8, 2.3 dan 2.3 kuntum. Jumlah tersebut menunjukkan hasil hampir separuh dari jumlah bunga terserang cendawan dengan penggunaan larutan pengawet perak nitrat yaitu 5.3 kuntum. Berdasarkan data ini, ada kecenderungan positif terhadap penekanan jumlah bunga terserang cendawan dengan penggunaan larutan pengawet ekstrak rebusan daun sirih. Hal tersebut dapat terlihat pada pengamatan tetapi tidak berpengaruh nyata ketika diuji secara statistik. Konsentrasi ekstrak rebusan daun sirih yang kurang tinggi dan jumlah sampel bunga yang perlu ditambah, dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Tabel 5 Jumlah rata-rata dan persentase anggrek Dendrobium ‘Sonia’ terserang cendawan pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan)
HSP Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
2 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 4 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 6 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 8 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 10 0.5 (4.8%) 0.0 (0.0%) 0.0 (0.0%) 1.0 (10.5%) 0.5 (6.3%) 12 3.0 (28.3%) 0.0 (0.0%) 2.5 (28.5%) 2.0 (20.8%) 0.8 (9.5%) 14 5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.3 (15.3%) 16 5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.5 (18.5%) 18 5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 1.8 (21.5%) 20 5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%) 2.0 (24.8%) 22 4.8 (45.0%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 1.3 (12.8%) 2.3 (27.8%) 24 5.3 (49.8%) 0.0 (0.0%) 2.8 (31.3%) 2.3 (23.3%0 2.3 (27.8%)
Keterangan:
P0: kontrol dengan akuades
P1: Larutan pengawet perak nitrat 0.5 g l-1 P2: Larutan pengawet daun sirih 250 g l-1 P3: Larutan pengawet daun sirih 350 g l-1 P4: Larutan pengawet daun sirih 450 g l-1
Gambar 3 Batang bunga yang terserang cendawan
13
Tabel 6 Jumlah rata-rata volume larutan anggrek Dendrobium ‘Sonia’
terserap pada 2-24 HSP (hari setelah perlakuan) HSP
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
* = berbeda nyata pada taraf uji F 5 % (P<0.05) ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1 % (P<0.01)
Cendawan yang tumbuh diduga adalah Corticium salmonicolor (jamur upas) berdasarkan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Nurcahyawati (2008). Ciri-cirinya yaitu tampak hifa atau miselia cendawan berwarna putih kemerahan. Miselia tampak seperti sarang laba-laba atau sutera mengkilap. Cendawan dapat mnyebabkan kebusukan pada batang, batang mengering, berwarna hitam dan dapat menyebabkan penyumbatan pada ujung tangkai batang sehingga larutan pengawet tidak dapat terserap dengan baik. Serangan cendawan juga diduga karena adanya adanya patogen bakteri dan cendawan yang melekat pada tangkai batang selama pengangkutan serta tidak dilakukan pra perlakuan untuk membersihkan tangkai bunga tersebut.
Volume Larutan Pengawet Terserap
Volume larutan pengawet dimasukkan kedalam tabung bunga potong sebanyak 5 ml. Volume larutan pada setiap pengamatan mengalami pengurangan dan dihitung sebagai volume larutan yang terserap. Tabung terbuat dari plastik lengkap dengan tutupnya digunakan sebagai wadah larutan pengawet.
14
penggantian larutan pengawet dalam setiap tabung bunga potong yang digunakan. Hasil volume larutan terserap dihitung kembali dengan menambahkan dengan hasil pengukuran pada hari pengamatan sebelumnya.
Penyerapan air pada anggrek potong juga mempengaruhi kualitas dari anggrek potong. Air pada larutan pengawet akan digunakan anggrek potong untuk menggantikan air yang hilang karena proses metabolisme, yaitu respirasi dan transpirasi. Sehingga untuk mempertahankan kesegaran bunga anggrek potong, maka jumlah air yang dibutuhkan minimal setara dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk melakukan proses metabolisme. Selain itu air juga dapat berperan untuk menjaga tekanan turgor sehingga dapat memperpanjang kesegaran bunga anggrek potong (Amiarsi et al. 2004).
Volume larutan yang terserap juga sangat dipengaruhi oleh kekentalan larutan atau yang dikenal dengan viskositas. Kekentalan larutan menunjukkan nilai potensial osmotik. Larutan pengawet yang mengandung gula juga mempunyai potensial osmotik yang lebih tinggi dan potensial air yang lebih rendah sehingga akan menekan laju osmosis dalam menyerap larutan pengawet pada bunga anggrek potong (Kurniawan 2008). Gambar 4 di bawah ini menunjukkan larutan pengawet akuades memiliki daya serap yang paling tinggi, diikuti dengan P1 yakni perlakuan larutan pengawet perak nitrat, P2 daun sirih 250 g l-1, P3 daun sirih 350 g l-1 dan daun sirih 450 g l-1 sebagai P4 dengan daya serap yang paling kecil.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan larutan pengawet berupa akuades pada bunga anggrek potong mampu menyerap air lebih banyak yaitu rata-rata sebesar 7.6 ml selama masa pajang. Air akuades sebagai larutan pengawet dapat diserap lebih baik oleh bunga potong dibandingkan dengan perlakuan yang lain karena air yang digunakan merupakan air murni sehingga lebih mudah melewati membran semipermeabel (Kurniawan 2008). Larutan pengawet P4 memiliki kekentalan yang tinggi sehingga peluang terjadinya penyumbatan pada batang lebih besar. Penyumbatan pada tangkai bunga ditunjukkan pada gambar 4.
Panjang Batang Dipotong
Panjang rata-rata batang anggrek sebesar 50 cm hingga 60 cm. Batang bunga dipotong karena sudah tidak segar lagi, berwarna kuning, mengering, muncul bercak-bercak hitam dan terserang cendawan. Batang yang patah dan terkulai juga dipotong. Hal ini dimaksudkan agar gejala penyakit tidak menyebar ke batang
15
Gambar 5 Panjang rata-rata batang anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dipotong pada 14 HSP dan 24 HSP yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
8.9 10.8 7.8 meningkatkan gas etilen sehingga menjadi faktor penyebab penurunan mutu bunga (Sunarmani et al. 1998). Pada perlaskuan pemotongan 14 HSP menurut uji keragaman, perlakuan tidak berbeda nyata. Hasil rata-rata panjang batang terpotong tertera pada gambar 5
Batang terpanjang yang dipotong adalah batang dengan perlakuan perak nitrat yaitu sebesar 10.8 cm. Perlakuan dengan larutan daun sirih 450 g l-1 memberikan hasil nilai batang terpotong yang paling kecil. Pada pemotongan kedua pada 24 HSP, hasilnya menunjukkan perbedaan nyata, dengan batang terpanjang sebesar 31 cm pada perlakuan daun sirih 350 g l-1 dan terpendek sebesar 20 cm pada perlakuan perak nitrat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya serangan cendawan dengan perlakuan perak nitrat sehingga batang yang dipotong tidak terlalu besar. Perlakuan daun sirih 350 g l-1 menunjukkan pemotongan batang paling besar karena juga terdapat batang terkulai dan patah.
Masa Kesegaran Bunga (Vase Life)
16
memiliki vase life yang lebih lama diduga bunga tersebut memiliki kemampuan memproduksi etilen yang rendah dalam proses metabolismenya. Etilen akan memacu peningkatan kelayuan yang merupakan awal dari kerusakan bunga kemudian akan terjadi gugur pada bunga (Nurcahyawati 2008).
Untuk memperoleh hasil perpanjangan masa kesegaran yang optimal dapat dilakukan perhatian terhadap waktu dan teknik pemanenan. Bunga yang dipanen diduga telah melewati masa panen yang dianjurkan BPPP (2007) pada waktu kuntum mekar mencapai 60-70%. Hal lainnya juga tidak dilakukan pra perlakuan untuk meminimalkan bunga rusak, cacat dan adanya patogen cendawan.
pH Larutan
Pengecekan terhadap kondisi pH larutan pengawet merupakan salah satu aspek penting dalam menjamin kualitas larutan. Kondisi pH rendah pada larutan pengawet sangat penting agar larutan lebih mudah untuk diserap oleh jaringan pembuluh xylem pada batang. pH larutan pengawet yang ideal untuk bunga potong sebesar 3 hingga 4.5.
Gambar 8 pH larutan pengawet selama pengamatan Keterangan:
17
Larutan pengawet yang sifatnya asam mengandung banyak ion hidrogen dan bersifat kohesif sehingga lebih mudah terserap dalam pembuluh batang daripada larutan yang netral atau alkalin (Hunter 2000). Larutan yang asam juga dapat menghambat perkembangbiakan cendawan dan bakteri pada larutan pengawet. Asam sitrat digunakan karena mempunyai peranan penting dalam menurunkan pH di dalam larutan pengawet. Asam sitrat mencegah penyumbatan ikatan vaskular (Thawala et al. 2013).
pH larutan pengawet P1 dengan campuran perak nitrat sebesar 3.7. Larutan pengawet dengan campuran daun sirih dengan komposisi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 masing-masing menunjukkan pH sebesar 4.61, 4.61 dan 4.65. Secara keseluruhan larutan pengawet memiliki sifat asam karena nilai pH menunjukkan nilai dibawah 7. Perbedaan konsentrasi asam sitrat yang digunakan dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya untuk lebih mengetahui pengaruhnya dalam memperpanjang vase life bunga.
Berdasarkan penampilan bunga secara visual pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pada 24 HSP beberapa kuntum bunga banyak yang sudah gugur, terutama dengan perlakuan larutan pengawet P3 dan P4 yaitu ekstrak rebusan daun sirih 350 g l-1 dan 450 g l-1.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai komposisi larutan pengawet antara akuades, perak nitrat dan ekstrak rebusan daun sirih tidak berbeda nyata dalam memperpanjang umur kesegaran anggrek potong tetapi berbeda terhadap jumlah larutan yang diserap. Anggrek potong mampu menyerap larutan akuades paling tinggi sebesar 7.6 ml. Kesegaran bunga anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dapat bertahan hingga 20.5 hari cukup dengan penggunaan akuades.
18
Penggunaan ekstrak rebusan daun sirih konsentrasi 250 g l-1, 350 g l-1 dan 450 g l-1 dengan hasil rata-rata jumlah bunga terserang cendawan yaitu 2.8 kuntum, 2.3 kuntum dan 2.3 kuntum, hampir separuh jumlahnya dari penggunaan perak nitrat yaitu 5.3 kuntum pada akhir pengamatan (24 HSP), menunjukkan adanya kecenderungan positif terhadap penekanan cendawan.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya bunga Anggrek Dendrobium yang dipanen dapat segera direndam pada semua perlakuan larutan pengawet sebagai larutan
pulsing.
DAFTAR PUSTAKA
Amiarsi D, Yulianingsih. 2004. Formula Pengawet untuk Bunga Anggrek Potong.
Prosiding Seminar Nasional Florikultura. Bogor (ID): Balai Tanaman Hias Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan arah
Pengembangan agribisnis anggrek.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_hortikultura/anggrek/ anggrek-bagian-a.pdf. [diunduh 11 Maret 2014].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Data Ekspor/ Impor Komoditi Indonesia 2012-2013 [Diunduh 2014 Maret 12]. Tersedia pada http://bps.go.id/
Dole JM, Schnelle MA. 2013. The Care and Handling of Cut Flower. Oklahima(US): Oklahoma State University
Hayati NQ. 2013. Pengembangan varietas baru anggrek dendrobium bunga potong dengan pendekatan Quality Function Development (QFD) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hunter NT. 2000. The Art of Floral Design. Albany (US): Delar Thomson Learning
[IPCS] International Programme on Chemical Safety. 2012. Perak Nitrate. Chemical Safety Information from Intergovernmental Organizations. [Diunduh 2014 Maret 12]. Tersedia pada http://www.inchem.org/
Katsum BR. 2001. Pengemasan bunga anggrek (Dendrobium sp) dengan sistem atmosfer termodifikasi.[skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan AA. 2008. Pengaruh komposisi larutan perendam dalam memperpanjang kesegaran anggrek potong dendrobium [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya
Mattjik NA. 2010. Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID): IPB Press
Nurcahyawati. 2010. Pengaruh perendaman tangkai bunga dalam CaCl2 terhadap
kualitas pascapanen bunga potong anggrek dendrobium “woxinia‟ [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
19 Parwata OA, Rita WS, Yoga R. 2009. Isolasi dan uji antiradikal bebas minyak atsiri pada daun sirih (Piper betleLinn.) secara spektroskopi ultra violet-tampak. Jurnal Kimia 3(1): 7-13
Perdani AA. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl2 terhadap Vase
life Bunga Anggrek Dendrobium ”Woxinia”. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal.
Sari R, Isadiartuti D. 2006. Studi efektifitas sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia 17(4): 163-169 Soekartawi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. Jakarta (ID): Penerbit
Universitas Indonesia
Sunarmani,Sabari, Sjaifullah, Sitorus E. 1998. Pengaruh Campuran Larutan yang Mengandung Sukrosa, AgNO3 dan Physan-20 Terhadap Kesegaran Bunga
Potong Anggrek Dendrobium ‘Sonia’ Boom. Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias. Jakarta (ID). Balai Penelitian Tanaman Hias
Thwala M, Wahome PK, Oseni TO, Masarirambi MT. 2013. Effect of Floral Preservatives on the Vase Life of Orchid (Epidendrum radicans L.) Cut Flowers. Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants 5(1): 22-29.doi: 10.5829/idosi.jhsop.2013.5.1.268.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Penelitian
G
\
Penempatan bunga dalam ruangan penelitian
Anggrek Dendrobium ‘Sonia’ dengan tabung larutan pengawet
Batang kering, menghitam dan terserang cendawan
Kondisi batang yang patah Potongan tangkai bunga yang dibuang karena terserang cendawan
21 Lampiran 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengamatan
Peubah Pengamatan HSP Perlakuan % KK
22
tn = tidak berbeda nyata
* = berbeda nyata pada taraf uji F 5 % (P<0.05)
23 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1993 dari pasangan Adang Santana dan Yati Kurniawati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD, SMP Regina Pacis Jakarta pada tahun 2008, dan SMA Negeri 78 Jakarta Barat kelas akselerasi SCI (Siswa Cerdas Istimewa) pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Selama mengikuti jenjang pendidikan, penulis mengikuti kegiatan organisasi kepanitiaan di dalam dan luar kampus. Dalam kegiatan kampus, penulis adalah anggota Kementerian Kebijakan Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa Kemahasiswaan (BEM KM) Institut Pertanian Bogor 2011-2012, panitia TPB Cup 2011 Divisi PDD (Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi), panitia AWAN (Aksi Mahasiswa Nusantara) 2011 Divisi D3 (Design, Dekorasi, Dokumentasi) serta panitia Open House Mahasiswa Baru IPB 2011 Divisi Dana dan Usaha. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di ICDF (International Cooperation and Development Fund) Taiwan-IPB Januari 2012. Penulis juga adalah siswa
Leadership and Entrepreneur School (LES) angkatan 5 lulusan tahun 2011, Dalam bidang seni, penulis mendapatkan Juara 1 Deklarasi Puisi Celebration Day TPB IPB 2010, Juara 3 Lomba Sajak Kampus Bebas Narkoba BNN (Badan Narkotika Nasional) 2012 dan vokalis di beberapa kegiatan.
Di luar kampus, penulis juga aktif sebagai Merry Riana Campus Ambassador (MRCA) Batch 1 2012-2013, Merry Riana Learning Center sebagai
Coach Team 2014, Universum Campus Ambassador Indonesia 2014, Volunteer
Kebun Sayuran Mandiri Warga Pemukiman Padat Asri RW 5 Palmerah Jakarta Barat tahun 2011, Volunteer CSR PT Frisian Flag Indonesia dalam Penghijauan Lingkungan Warga Ciracas dan Gedong, Jakarta Timur sejak September 2014 hingga Maret 2015 juga merupakan pembicara dalam Edukasi Agrikultur CSR PT Toyota Astra Motor bersama Yayasan Anak Langit Cisadane, Tangerang Desember 2014
Penulis juga merupakan penerima Beasiswa Bidik Misi IPB 2010-2013 dan Beasiswa BUMN 2014. Penulis mendapatkan kesempatan sebagai Putri Bunga dan Buah Nusantara dalam Festival Bunga dan Buah Nusantara 2014.
Pada tahun ajaran 2013/2014, penulis mendapatkan kesempatan sebagai