• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANDRI LESMANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN

PENDINGIN RUANGAN (

AIR CONDITIONER

)

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(6)
(7)

ABSTRAK

ANDRI LESMANA. Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.

Daur ulang air buangan AC merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menghemat sumberdaya air karena air buangan tersebut dapat dipakai untuk penggunaan toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC, mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang, dan menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif, Willingness To Pay (WTP), Analisis faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan Benefit Cost

Analysis (BCA). Berdasarkan hasil penelitian, air buangan AC masih dapat

digunakan kembali untuk penggunaan air rumah tangga setelah melalui Uji laboratorium PROLINK di IPB dan terdapat tiga alternatif kolektivitas air buangan yang dapat dilakukan yaitu (1) pembuatan penampungan air, (2) toren air, dan (3) ember. Nilai WTP sumberdaya air buangan AC yang dihasilkan dari wawancara dengan responden yaitu sebesar Rp 2,36 per liter, nilai ini termasuk kecil karena air buangan AC termasuk ke dalam air limbah. Berdasarkan analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP yaitu tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih. Analisis kelayakan 3 alternatif kolektifitas air buangan AC adalah layak dilaksanakan pada alternatif 2 dan alternatif 3. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada alternatif 2 sebesar Rp 1.858.711,545, 1,9392, dan 24%, sedangkan alternatif 3 sebesar Rp 2.473.354,944, 2,7758, dan 38,17%. Alternatif 1 tidak layak untuk dilaksanakan karena Nilai NPV < 0, Net B/C < 1, dan IRR < tingkat suku bunga.

Kata Kunci: Nilai Ekonomi, Pemanfaatan Air, Air Buangan AC, WTP, BCA,

(8)

ABSTRACT

ANDRI LESMANA. Analysis of Utilization and Economic Value of Wastewater from Air Conditioner in Faculty of Economics and Management IPB. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN.

Reuse of wastewater from Air Conditioner (AC) is one alternative that can be used to conserve water resources by using reuse water for toilets, cleaning service, and watering plants. The purpose of this research are to examine the alternative of usage and collectivity that can be done in the utilization of AC wastewater, estimate the economic value of AC, identify factors that influence the magnitude of the economic value of AC wastewater, and analyze the feasibility of the utilization of AC wastewater in Faculty Economics and Management IPB. Methods used for this research were descriptive analysis, Willingness To Pay (WTP), factors analysis that influence WTP value, and Benefit Cost Analysis (BCA). The result showed that based on laboratory test in IPB PROLINK, AC wastewater can be reused for household water usage. WTP value based on the research from sample is Rp 2,36 per liter, this value is low because AC wastewater percepted as sewage. Based on multiple linear regression analysis that has been done, factors that influence WTP value is income level and cost to get the clean water. There are three alternative to collect wastewater from AC, that are (1) reservoir, (2) water torrent, and (3) buckets. Result of the analysis of the feasibility of AC wastewater usage is possible to implement for second and third alternative. Based on feasibility and the value of NPV< Net B/C, and IRR, alternative 2 and alternative 3 are feasible. NPV, Net B/C, and IRR for second alternative is Rp 1.858.711,545, 1,9392, and 24%, whereas for third alternative is Rp 2.473.354,944, 2,7758, and 38,17%. First alternative is not feasible to be implemented because value of NPV < 0, Net B/C < 1, and IRR < interest rate.

Keywords: Economic Value, Water Utilization, AC Wastewater, WTP, BCA,

(9)

ANDRI LESMANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN

PENDINGIN RUANGAN (

AIR CONDITIONER

)

(10)
(11)

Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan

Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Nama : Andri Lesmana

NRP : H44080048

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh,

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(12)
(13)
(14)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pemanfaatan dan

Nilai Ekonomi Air Buangan Air Conditioner (AC) di Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor”, skripsi ini mengkaji pemanfaatan dan nilai

ekonomi air buangan AC sehingga dapat digunakan kembali. Penulis juga ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Titin Hartini dan Bapak Agus Hidayat (Alm) selaku orang tua dari

penulis berserta seluruh keluarga besar Mohammad Toha atas segala doa,

kasih sayang, bimbingan, dan masukan yang luar biasa kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta

Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,

mengarahkan, dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada

penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan

Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari

Departemen ESL atas masukan dan bimbingannya.

3. Ibu Anna Mariana selaku Kepala Laboratorium PROLINK Fakultas

Perikanan Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan bimbingannya selama

skripsi ini.

4. Rekan satu bimbingan Pradipta, Yogi, Ade, Rizky, Tika, dan Ghieah serta

teman-teman ESL 45, Nurul, Dwipanca, Fadhilla, Mafia, Erwan, Agung,

Anneke, Evy, Vicky, Dika dan Fadhli atas kerjasama, semangat, dan doa

yang diberikan.

5. Rekan alumni SMA Negeri 2 Bogor, Faldy, Martin, dan Reza atas

semangat dan kerjasama yang diberikan.

Bogor, Januari 2014

(15)
(16)

DAFTAR ISI

2.7 Analisis Regresi Linear Berganda ... 13

2.8 Kelayakan Investasi ... 14

2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi ... 15

2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 15

(17)

4.5 Metode Analisis Data ... 22

4.5.1 Analisis Deskriptif ... 23

4.5.2 Willingness To Pay (WTP) ... 23

4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 24

4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA) ... 25

4.5 Batasan Penelitian ... 27

V ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 29

5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB .. 29

5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Majamenen IPB ... 29

5.3 Jumlah Air Conditioner ... 30

5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 30

5.4.1 Tingkat Usia Responden ... 31

5.4.2 Jenis Kelamin Responden ... 31

5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden ... 32

5.5 Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ... 33

5.6 Analisis Pemanfaatan ... 34

VI ANALISIS EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 39

6.1 Analisis Willingness To Pay (WTP) Responden dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 39

6.2 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 41

6.3 Analisis Ekonomi Air Buangan AC di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB ... 43

6.3.1 Aspek Pemanfaatan Air Buangan AC ... 43

6.3.2 Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 47

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jenis dan Sumberdata ... 22

2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen ... 29

3 Jumlah Air Conditioner ... 30

4 Tingkat Usia Responden Pegawai ... 31

5 Tingkat Usia Responden Mahasiswa ... 31

6 Jenis Kelamin Responden Pegawai ... 32

7 Jenis Kelamin Responden Mahasiswa ... 32

8 Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai ... 33

9 Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa ... 33

10 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air ... 34

11 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kuantitas Air .. 34

12 Hasil Uji Laboratorium ... 35

13 Jumlah Air Buangan Air Conditioner (AC) per Jam ... 35

14 Distribusi WTP Responden ... 40

15 Analisis Nilai WTP Responden ... 42

16 Bahan Baku Alternatif Pertama ... 44

17 Bahan Baku Alternatif Kedua ... 45

18 Bahan Baku Alternatif Ketiga ... 45

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran ... 20

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lokasi Penelitian ... 56

2 Kuesioner ... 57

3 Data penggunaan Air Conditioner (AC) ... 61

4 Jumlah air Buangan AC ... 62

5 T otal Kapasitas dan Pendapatan Nilai Air Buangan AC ... 63

6 Alternatif Pemanfaatan Air Buangan AC ... 65

7 Willingness To Pay reponden pegawai ... 66

8 Willingness To Pay reponden mahasiswa ... 67

9 Analisis regresi berganda ... 68

10 Grafik scatterplot ... 69

11 Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov ... 70

12 Analsis kelayakan alternatif 1 ... 71

13 Analsis kelayakan alternatif 2 ... 72

(21)
(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat dimanfaatkan oleh

manusia dalam memenuhi kehidupannya. Pemanfaatan yang dilakukan oleh

manusia ini dapat menyebabkan perubahan keberadaan SDAL. Pemanfaatan yang

dilakukan oleh manusia secara berlebihan, akan menyebabkan kerusakan atau

penurunan terhadap kualitas dan kuantitas SDAL tersebut. Apabila kerusakan ini

tidak ditangani dengan cepat, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia

tidak sepenuhnya dapat terpenuhi.

Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup. Manusia mampu

bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ia akan

mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air

berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik,

dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan

sebagai elemen yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga

terhadap cemaran. Namun, kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan

disia-siakan (Sanim, 2011).

Menurut Sanim (2011), sebanyak 97% air yang ada di bumi adalah air

laut, artinya air yang tidak dapat kita konsumsi sebelum terlebih dahulu

dipisahkan kandungan garamnya. Sekitar 3% adalah air tawar yang terbagi

menjadi 0,3% air di permukaaan tanah, 30,1% air di bawah tanah, dan 68,7%

berupa glasier. Air di permukaan itulah yang selama ini dimanfaatkan/dikonsumsi

manusia dan dari hanya 0,3% air permukaan, sebagian besar adalah air danau

(87%), sekitar 11% adalah air payau, dan hanya 2% adalah air sungai.

Ketersediaan air yang sangat minim ini seharusnya membuat masyarakat

lebih efisien dalam penggunaannya dan mencari alternatif air yang dapat

digunakan seperti air buangan. Masyarakat seringkali membuang begitu saja air

buangan sebagai contoh dari penyejuk ruangan / Air Conditioner (AC). AC

merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang

dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah

(23)

yang dibutuhkan bagi tubuh. Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang

merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar

sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah (Mustahiqul,

2007 dalam Lestari, 2009).

Institut Pertanian Bogor adalah salah satu pengguna AC yang cukup

banyak. Terdapat 35 departemen dan 9 fakultas yang sebagian besar ruangannya

terdapat AC yaitu ruangan untuk dosen, laboratorium, sekretariat. Penggunaan AC

untuk ruangan pada setiap departemen dan fakultas dapat menghasilkan air

buangan yang cukup banyak dan air buangan tersebut menjadi tidak bermanfaat

dengan dibuang ke saluran air. Jika dilihat dari proses terjadinya air buangan

tersebut, maka air AC merupakan air murni yang hampir tidak tercemar oleh

elemen-elemen yang mengendap dan berisi H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam

Lestari, 2009). Adanya pembatasan penggunaan air bersih di IPB menyebabkan

terjadinya kelangkaan air bersih untuk penggunaan kebutuhan sehari – hari.

Kelangkaan ini terjadi karena ketika penawaran / suplai air bersih dibatasi dan

permintaan / demand terhadap air bersih tetap sehingga kurangnya kapasitas air

bersih untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Air buangan AC dapat

menjadi alternatif untuk mengatasi permintaan akan air bersih saat penggunaan air

bersih sedang dibatasi dan air buangan AC tersebut sebenarnya memiliki nilai jika

kita manfaatkan kembali. Pemanfaatan air buangan AC skala kecil di setiap

fakultas di IPB secara khusus Fakultas Ekonomi dan Manajeman seharusnya

dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar seperti dalam IPB bahkan dapat

dalam skala kota.

Penggunaan AC dalam jumlah banyak dapat memerlukan biaya yang besar

dalam bentuk pemakaian sumberdaya seperti penggunaan energi untuk listrik dan

memberikan dampat lingkungan seperti panas yang dikeluarkan oleh AC dapat

merusak lapisan ozon murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Dengan

demikian penggunaan AC dapat dihemat dan manfaat yang dihasilkan seharusnya

dioptimalkan. Pemanfaatan air buangan AC salah satu langkah pengelolaan

sumberdaya air secara efisien. Oleh karenanya penelitian dalam pemanfaatan air

(24)

memberikan nilai ekonomi dari pemanfaatannya dalam kerangka pengelolaan

sumberdaya air secara lestari.

1.2 Perumusan Masalah

Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk

kebutuhan hidup. Pemanfaatan yang berlebihan menyebabkan ketersediaan air

semakin menipis. Masyarakat harus memiliki alternatif mengenai permasalahan

ini salah satunya melalui penggunaan kembali air buangan AC. Air ini bukan

merupakan air kotor seperti air buangan toilet, air ini merupakan air murni yang

hampir tidak memiliki elemen-elemen lain di dalam kandungannya atau hanya

berupa zat H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009).

Ketersediaan air merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup. Sampai

saat ini air buangan AC belum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang

sesuai. Pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu upaya yang

dapat bermanfaat bagi berbagai kebutuhan. Melalui penggunaan AC yang cukup

banyak di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menghasilkan ketersediaan air

buangan yang cukup banyak dan memiliki nilai ekonomi yang besar jika

digunakan kembali. Biaya penggunaan air yang dibayarkan IPB untuk penyediaan

air bersih dapat dikurangi karena adanya pemanfaatan kembali air buangan AC

pada setiap fakultas. Dengan adanya penerapan pada skala kecil ini seharusnya

bisa menjadi acuan untuk diterapkan dalam skala besar dan akan menghasilkan

penghematan dalam jumlah yang besar dalam penggunaan sumberdaya air.

Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dibahas dalam

penelitian adalah:

1. Bagaimana alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan

dalam pemanfaatan air buangan AC ?

2. Berapa besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi dari air

buangan AC ?

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan

dalam pemanfaatan air buangan AC.

2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat

di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

3. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai

ekonomi air buangan AC.

4. Menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah penelitian adalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor. Sampel dalam penelitian adalah dosen dan staf yang

menggunakan AC, mahasiswa sebagai pengguna sumberdaya air, dan Departemen

Fasilitas dan Properti IPB. Penelitian difokuskan kepada alternatif pemanfaatan

dan kolektivitas air buangan AC, besarnya nilai air yang terdapat pada air

buangan AC, dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan

dan pemanfaatan air buangan AC.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari

selama kuliah, khususnya ilmu mengenai teori dan pengelolaan

sumberdaya air

2. Bagi pengambil kebijakan, pengelola, dan pengguna sumberdaya air

menjadi bahan masukan dalam pemanfaatan kembali air buangan yang

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Air

Menurut Suparmoko (2008), air yang terdapat di alam ini tidak

semata-mata dalam bentuk cair, tetapi dapat dalam bentuk padat, serbuk, dan gas, seperti

es, salju, dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di alam ini tidaklah

statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka panjang air yang

tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan terjadi pada air laut,

danau, sungai, tanah, maupun tumbuh-tumbuhan karena panas matahari.

Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap terkumpul di atmosfir

dalam bentuk gumpala-gumpalan awan hingga mengalami perubahan bentuk

menjadi butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian butir-butir inilah yang jatuh

ke bumi berupa hujan, es, dan salju.

Menurut Suparmoko (2008), air yang jatuh ke bumi akan mengalami

beberapa kejadian antara lain:

1. Air akan membentuk kolam, danau, dan sungai dan segera menguap

kembali ke atmosfir (evaporasi).

2. Kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali menguap

ke atmosfir melalui penguapan dari daun (transpirasi).

3. Air dapat jatuh dalam bentuk salju di pegunungan akan tersimpan di

permukaan sampai mencair kembali kemudian meresap ke dalam tanah.

4. Air dapat terserap melalui permukaan tanah kemudian masuk ke dalam

tanah atau ke lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah

tanah (aquifers).

5. Air dapat mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudian masuk ke

dalam sungai.

6. Air dapat terjerat dalam bentuk es di kutub atau di sungai es (gletser).

Dari kejadian-kejadian yang dijelaskan pada poin diatas, maka untuk

kejadian pertama dan kedua tampak bahwa air tersebut kembali lagi ke aliran

atmosfir sehingga air yang jatuh ke bumi tersebut tidak sempat dimanfaatkan oleh

(27)

dan dapat dimanfaatkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebelum kembali ke

atmosfir atau terbuang ke laut.

Air yang jatuh ke bumi ini sebagian akan tetap berada di daratan

sedangkan sebagian lagi akan mengalir ke laut. Dimana air yang berada di daratan

ini, nantinya akan tampak berada di permukaan tanah yaitu danau, mata air, dan

sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah yang membentuk air tanah.

Untuk kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya siklus

hidrologi itu sendiri yang menyebabkan air akan selalu tersedia untuk manusia,

hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air yang jatuh ke bumi sebelum kembali ke

atmosfir atau ke laut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya

kepentingan manusia. Hal ini akan terlaksana apabila siklus hidrologi itu berjalan

stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahulu kemudian meresap ke

dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau, dan sungai-sungai dalam yang

kemudian dimanfaatkan oleh manusia.

Selanjutnya air buangan setelah penggunaan akan kembali ke atmosfir

atau mengalir ke laut. Apabila proses hidrologi ini terganggu; maksudnya bila ada

kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti kerusakan hutan.

Pemukiman yang padat dan sebagainya, maka air yang jatuh ke bumi sebagian

besar akan menguap kembali ke atmosfir atau mengalir langsung (run-off) ke laut

sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja (Suparmoko,

2008).

Menurut Sanim (2011), air merupakan kebutuhan dasar manusia yang

keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang

berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan kontrak sosial antara pemerintah

dan warga negaranya.

Penjaminan konstitusi ini lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 No. 7 Tahun

2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap

orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok produktif”. Secara eksplisit

isi pasal tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat memperoleh air bersih adalah

(28)

Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang

ke sumber air untuk mendapatkan air.

Air, selain merupakan kebutuhan dasar manusia, juga sebagai barang

publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikkan

bersama (global common atau sebagai common resources), sumberdaya alam

yang dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna

memperoleh keuntungan. Dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air dan Konvensi Internasional, pandangan tradisional tersebut

sudah berubah dan ditinggalkan, karena air tidak sekedar hanya barang publik

tetapi sudah menjadi komoditas ekonomi. Paradigma ekonomi ini bertentangan

dengan paradigma pengelolaan air modern yang berdasarkan pada nilai ekonomi

intrinstik (intrinstic value) dari air, yang didasarkan pada asumsi adanya

keterbatasan dan kelangkaan air (limited and scarcity water) serta dibutuhkannya

investasi atau penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan hak atas setiap warga

negara.

2.2 Baku Mutu Air

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja

perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yang

dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan

kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan dapat diminum apabila dimasak.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, didapat

beberapa pengertian mengenai:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku

adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah

dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku

(29)

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari penggunaan rumah tangga

termasuk tinja manusia dari lingkungan pemukiman.

4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang

sehat, bersih, dan produktif.

5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM yang

merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana

dan sarana air minum.

6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,

memperluas, dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik

(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum)

dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum

kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,

melaksanakan kontruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,

memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik

penyediaan air minum.

8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut

Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,

koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang

melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 BAB II Pasal 2 mengenai Baku Mutu

(30)

c) Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

d) Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian

dan dapat dimanfaatkan.

2.3 Pengertian Air Conditioner

Menurut Ariza (2007), Air Conditioner (AC) adalah suatu alat, sistem atau

mekanisme yang dirancang untuk mengubah udara panas di suatu area melalui

siklus pendinginan seingga menghasilkan kesejukan. AC dapat digunakan sebagai

penyejuk ruangan atau kendaraan. Ada beberapa jenis air conditioner,

diantaranya:

1. Window and through the wall air conditioner

Window and through the wall air conditioner merupakan AC yang biasa

digunakan sebagai penyejuk ruangan di sebuah rumah. Berbentuk persegi

panjang dan diletakkan di dinding atau dekat jendela.

2. Portable air conditioner

Portable air conditioner merupakan AC yang berbentuk box berukuran

besar dan memiliki beberapa roda sehingga dapat dengan mudah

dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.

3. Central air conditioner

Central air conditioner merupakan suatu sistem penyejuk ruangan yang

menggunakan pipa untuk mendistribusikan udara dingin ke setiap ruangan

dalam sebuah bangunan. AC ini banyak digunakan pada gedung pusat

bisnis. Kelebihan dari AC jenis ini adalah di dalam pemrosesan udara

dingin terjadi penyaringan udara dari berbagai polutan mikroskopis dan

menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah. Namun penggunaan pipa

sebagai pendistribusi udara dingin dapat menyebabkan perkembangbiakan

mikroorganisme yang berbahaya.

4. Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner

Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner merupakan AC yang

mengkombinasikan beberapa karakteristik dari central air conditioner

(31)

Sama seperti window air conditioner, ductless mini split air conditioner

tidak menggunakan pipa saluran dan setiap ruangan pada suatu gedung

dapat memiliki pengatur suhunya. Tetapi, sama seperti central air

conditioner, AC ini tidak dipasang di dinding ataupun di jendela dan

meletakkan kompresor sebagi sumber kebisingan di luar ruangan.

2.4 Kondensasi Air Conditioner

Fungsi dari kondenser adalah merubah wujud refrigerant dari bentuk uap /

gas menjadi refrigerant dengan bentuk cair. Proses perubahan dari gas ke cair ini

dilakukan dengan membuang kalor yang ada pada refrigerant ke lingkungan

sekitarnya pada suhu dan tekanan konstan. Dalam percobaan ini kalor dibuang

dengan cara konveksi yaitu meniupkan udara yang mempunyai temperatur lebih

rendah dari refrigerant melewati kondenser sehingga terjadi perpindahan kalor.

Proses perpindahan kalor ini dimaksimalkan dengan adanya sirip-sirip pada

kondenser dan aliran udara yang cukup dan bebas dari hambatan. Proses

kondensasi atau perubahan dari wujud gas ke cair ini terjadi dialam pipa

kondenser dan terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tetap.

Pada sistem refrigerasi yang telah dipelajari sebelumnya, proses

kondensasi ini adalah proses dari titik 2 ke titik 3. Pada titik 3 idealnya seluruh

refrigerant telah berwujud cair jenuh (saturated liquid). Jika perancangan dan

pemilihan ukuran kondenser tidak tepat ataupun sirip-sirip kondenser kotor maka

pada ujung kondenser belum tentu semua refrigerant telah berbentuk cair.

Suhu/temperatur pada waktu proses kondensasi ini terjadi masih lebih tinggi dari

temperatur udara disekitarnya. Oleh karena itu refrigerant yang mengalir keluar

dari kondenser menuju TXV melalui filter drier masih akan mengalami proses

perpindahan kalor yang akan menurunkan suhu refrigerant lebih rendah lagi dari

suhu cair jenuhnya (saturated liquid). Proses penurunan suhu setelah melalui titik

saturated liquid ini disebut proses subcooling dan wujud refrigerant disebut

subcooled liquid. Daerah subcooled liquid ini terletak disebelah kiri dari kurva

saturated liquid pada diagram pH. Besarnya pendinginan lanjut yang terjadi di

kondenser ini dihitung dengan cara mengurangi temperatur kondensasi dengan

(32)

2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak,

ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi

kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan

meningkatkan kesejateraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan

sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia.

Sehingga sumberdaya ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang

memiliki nilai ekonomi. Definisi lain juga menyatakan bahwa sumberdaya juga

terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

sumberdaya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang

mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan.

Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam, selain menghasilkan barang dan

jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga

menghasilkan jasa-jasa (services) lingkungan yang memberikan manfaat dalam

bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan, dan

sebagainya. Manfaat ini sering lebih terasa dalam jangka panjang. Manfaat

tersebut sering disebut dengan manfaat ekologis, dimana manfaat ini sering tidak

terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya.

Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non ekonomi dari sumberdaya

alam. Dalam hal ini nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang yang

dihasilkan dari suatu sumberdaya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang

ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut.

Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan

dapat diklasifikasikansebagai berikut (Yakin, 2004) :

1. Kesehatan Manusia (human health)

2. Lingkungan Hidup (living environment)

3. Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows)

4. Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks)

5. Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks)

6. Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes)

Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan telah berkembang

(33)

Contingent Valuation Method (CVM) ini adalah metode yang paling populer

digunakan, metode The Dose-Reponse Method (DRM), metode Hedonic Price

Method (HPM), metode Travel Cost Method (TCM), dan metode The Averting

Behaviour Method (ABM).

2.6 Contingent Valuation Method (CVM)

Metode Contingent Valuation Method (CVM) adalah teknik survey untuk

menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang bersedia mereka

berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar (Yakin, 2004). Dalam

CVM dikenal lima macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden

(Yakin, 2004), yaitu:

1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana

jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden

sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.

2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang

menggunakan suatu alat pembayaran yang disarankan kepada responden

baik mereka setuju ataupun tidak setuju, dengan jawaban setuju/tidak

maupun ya/tidak.

3. Metode kartu pembayaran (payment card), yaitu metode dengan

penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan

jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan

dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu

responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan

perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden

untuk menyesuaikan jawaban mereka.

4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode

dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada

penyaranan nilai awal terlebih dahulu.

5. Metode ranking contingent, yaitu metode terbaru dengan menyodorkan

rangking dari nilai moneternya, responden diharuskan mengurutkan dari

yang paling disukai sampai yang tidak disukai dan nilai-nilai tersebut

(34)

2.7 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda (multiple linear regression analysis)

adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih

variabel yang independen (Firdaus, 2004). Persamaan model regresi berganda

dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009):

Y = β1 X1i+ β2 X2i + β3 X3i + βk Xki+ εi

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 hingga N untuk data

populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Y merupakan variabel

dependen sedangkan Xki merupakan pengamatan ke-i untuk variabel independen

Xk. Koefisien βi dapat merupakan intersep apabila semua pengamatan X1i bernilai

satu, sehingga model menjadi sebagai berikut:

Y = β1+ β2 X2i+ β3 X3i+ βk Xki+ εi

Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial, maka digunakan metode

kuadrat terkecil (Ordinary Least Square-OLS). Metode OLS dilakukan dengan

pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan

pengganggu (Residual Sum of Square-RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil).

Pemilihan model didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai

sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan, dan umum

digunakan. Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam model regresi berganda

adalah (Firdaus, 2004):

1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi

tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada autokorelasi (non autokorelasi)

artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai

rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau

negatif.

3. Varian bersyarat dari (ε) adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama

asumsi homoskedastisitas.

4. Variabel independen adalah non stokastik, yaitu tetap dalam penyampelan

berulang. Jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan

(35)

5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel independen satu dengan yang

lainnya.

6. ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan

oleh asumsi 1 dan 2.

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka

suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan

metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best

Linear Unbiased Estimator-BLUE). Sebaliknya, jika ada asumsi dalam model

regresi yang tidak dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran

pendugaan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh

yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.

2.8 Kelayakan Investasi

Gittinger (2008) mendefinisikan investasi sebagai suatu kegiatan yang

mengeluarkan uang / biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan

yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan

perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam suatu unit. Investasi dapat

dilihat sebagai satu kesatuan ruang / tempat dan waktu, masing-masing dengan

nilai ekonomi, finansial dan dampak sosial yang tergabung dalam satu kesatuan.

Pemilihan investasi sebagian didasarkan kepada indikator-indikator nilai-nilai

biaya dan hasil-hasilnya. Kegiatan investasi dapat berbentuk investasi baru atau

perluasan ataupun perbaikan dari investasi yang sudah ada. Suatu investasi dapat

dilaksanakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta atau

organisasi-organisasi sosial maupun perorangan.

Dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, terdapat dua pendekatan

yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial meninjau dari

sudut peserta investasi secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut

masyarakat. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, namun ada tiga

perbedaan penting dari kedua analisis ini. Adapun perbedaan tersebut adalah: 1)

dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran

transfer. Sedangkan dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan

(36)

digunakan adalah harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan pajak dan subsidi.

Dari harga ini kita dapat memperoleh data yang dapat digunakan dalam analisis

ekonomi. Akan tetapi, dalam analisis ekonomi kita boleh mengubah harga pasar

sedemikian sehingga analisis kita dapat lebih mencerminkan secara tepat

nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang telah disesuaikan ini disebut dengan harga

bayangan (shadow price); 3) dalam analisis finansial, bunga pinjaman merupakan

biaya investasi dan bunga modal dianggap sebagai manfaat atas investasi. Pada

analisis ekonomi, bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil bruto

(Gittinger 2008).

2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi

Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga

yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani,

wiraswastawan atau perusahaan (Pramudya dan Dewi 1992 dalam Dwi 2011).

Untuk menilai kelayakan secara financial suatu proyek atau membuat peringkat

(rangking) beberapa proyek yang harus dipilih, dapat digunakan beberapa kriteria

antara lain Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate of Return (IRR)

(Dwi, 2011).

Analisis ekonomi merupakan analisis investasi yang dipandang dari sudut

pandang ekonomi nasional bukan hanya dari sudut pandang perusahaan. Dengan

analisis ekonomi diharapkan analisis investasi bisa menilai apakah suatu investasi

memang tidak akan membebani perekonomian nasional. Mungkin saja suatu

investasi dinilai menguntungkan apabila dipandang dari sisi perusahaan (yaitu

diharapkan memberikan NPV positif), tetapi sebenarnya membebani

perekonomian nasional. Analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya

ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep

consumers surplus dan producers surplus (Husnan dan Suwarsono 1994). Analisis

ekonomi investasi membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu investasi

yang diusulkan akan memberikan kontribusi nyata dan besar terhadap

pengembangan perekonomian seluruhnya dalam penggunaan sumberdaya yang

dibutuhkan selama investasi tersebut berjalan. Sudut pandang yang diambil dalam

(37)

2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi

Dalam analisa investasi ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk

menentukan diterima-tidaknya suatu usulan investasi atau untuk menentukan

pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Dalam semua kriteria itu baik

manfaat maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarangnya. Kriteria tersebut

adalah: 1) Net Present Value (NPV); 2) Net B/C; 3) Internal Rate of Return (IRR);

4) Gross B/C; dan 5) Profitability Ratio. (Kadariah, 2001)

Kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR lebih umum dipakai dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya,

Kriteria kelayakan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah

pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan

dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, Gross B/C dan

Profitability Ratio ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia. (Gray el

al. 2007)

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Lestari pada tahun 2009 yang berjudul “Potensi Penggunaan

Kembali Air Limbah: Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia,

TBK”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik air limbah, membuat alternatif reuse air limbah, menganalisis kelayakan dari aspek analisis

biaya, teknis/teknologi dan lingkungan dan memberi masukan pada kebijakan

perusahaan pada penggunaan air. Penelitian dilakukan di PT. TPI,

Tbk.Cilegon-Banten. Metode pengumpulan data meliputi tiga tahapan, yaitu : karakterisasi

limbah cair : debit, suhu, pH, konduktifitas, dan total suspended solid (TSS) dan

silika (SiO2), analisis teknik dan teknologi pengolahan limbah yang diperoleh

melalui studi pustaka, dan percobaan filtrasi.

Hasil pencampuran antara limbah cair dan air demineral menunjukkan

penurunan nilai konduktivitas, nilai tertinggi adalah 8,5 µs/cm dan nilai terendah

5,8 µs/cm.Perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan 5:1. Penghematan

dari segi lingkungan (pada perbandingan 5:1) meliputi : penghematan penggunaan

(38)

penghematan penggunaan listrik sebesar 41,6%, pengurangan pembuangan beban

limbah padat ke lingkungan 14,08 kg/hari dengan nilai ekonomi Rp. 1.798.595,

dan penghematan dari segi ekonomi sebesar Rp. 643.507.370/tahun (39,13%).

Pada penelitian ini terdapat dua alternatif jenis alat penyaring yaitu bag filter

yang membutuhkan investasi sebesar Rp. 281.974.000 dengan nilai payback

period selama 7 bulan dan alternatif ke-2 press filter memerlukan investasi

sebesar Rp. 506.528.000 dengan nilai payback period selama 1 tahun 2 bulan.

Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi pada

tahun 2011 yang berjudul “Analisis Finansial Pengoperasian Unit Pengolahan Air

Bersih (Water Treatment Plant) Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini

bertujuan untuk menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi dan

menganalisis kelayakan finansial dari pengoperasian WTP serta membandingkan

hargai air bersih tersebut dengan harga air bersih dari PDAM. Penelitian

dilaksanakan di kampus IPB Dramaga dimulai dari bulan Agustus hingga bulan

Oktober 2010. Selain menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi, dan titik

impas produksi, analisis juga dilakukan dengan menghitung net present value,

internal rate of return, dan cost-benefit ratio.

Analisis dilakukan dengan membagi ketujuh WTP menjadi 4 bagian, yaitu

WTP Cihideung 1- 4, WTP Cihideung 5 dengan UF system, WTP Ciapus

Perumahan Dosen dan Asrama lain, dan WTP Ciapus Asrama TPB. Hasil analisis

menunjukkan, biaya produksi terbesar adalah WTP Cihidung 1-4 yaitu Rp.

315.261.333,72/tahun. Sedangkan untuk biaya pokok produksi masing-masing

WTP antara lain, Rp. 408,74/m3, Rp. 1.130,02/m3, Rp. 614,07/m3, dan Rp.

610,10/m3. Nilai-nilai tersebut bila dibandingkan dengan harga jual air bersih,

masih dapat menunjukkan hasil yang positif, sehingga setiap WTP yang

memproduksi air akan mendapatkan keuntungan. Begitupula bila dibandingakn

dengan harga jual air bersih yang ditetapkan oleh PDAM Bogor. Sedangkan

selisih nilai biaya dan manfaat proses pengolahan air bersih di WTP menunjukkan

nilai negatif (Rp. 233.097.272,34), yang berarti ada kelebihan biaya produksi

(39)
(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi yang

memanfaatkan sumberdaya air yang cukup besar untuk beberapa kebutuhan

seperti air untuk toilet, menyiram tanaman, kebersihan, dan lain-lain. Sumberdaya

air yang dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor berasal dari sungai.

Penggunaan AC yang banyak untuk ruangan di Institut Pertanian Bogor dapat

menjadi salah satu sumber air dengan memanfaatkan air buangan AC tersebut

sebagai contoh Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Alternatif pemanfaatan

dilakukan dengan uji laboratorium mengenai parameter kualitas air buangan AC

di Laboratorium PROLINK untuk melihat baku mutu air buangan AC dan

kolektivitas yang dapat dilakukan pada air buangan AC dapat dikaji menggunakan

analisis deskriptif. Terdapat tiga jenis kolektivitas yang dapat dilakukan agar air

buangan AC tidak terbuang secara percuma dan dapat dimanfaatkan kembali

sebagai alternatif air bersih. Pertama, menyalurkan air buangan melalui pipa

menuju satu titik tertentu yaitu penampungan air berbentuk sebuah bangunan.

Kedua, menyalurkan air melalui pipa menuju titik tertentu di departemen yaitu

dengan menggunakan toren air. Ketiga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu

menggunakan wadah penampungan air / ember untuk menampung air buangan

AC tersebut.

Pemanfaatan air buangan AC ini sebagai alternatif dalam penggunaan air

bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi atau dalam keadaan air sungai sedang

surut dan menghemat biaya yang harus dibayarkan dalam pengolahan air sungai.

Oleh karena itu dapat dikaji berapa besarnya nilai air buangan AC menggunakan

Willingness To Pay (WTP). Penentuan kolektivitas air efisien yang dapat

dilakukan dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dikaji dengan metode

Benefit Cost Analysis (BCA). Nilai air dan studi kelayakan investasi yang dikaji

dapat menjadi rekomendasi pengelolaan sumberdaya air bersih dan pemanfaatan

kembali air buangan AC. Secara lebih rinci nilai dan pemanfaatan air buangan AC

(41)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Institut Pertanian Bogor

Sumberdaya Air

Air Buangan AC

Pemanfaatan

Toilet Kebersihan Tanaman

Analisis Biaya dan

Manfaat

Kelayakan Investasi

Pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC Alternatif

Penggunaan dan kolektivitas air buangan

AC

Willingness To Pay (WTP)

Nilai Air Buangan

Keterangan:

(42)

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan pertimbangan karena Institut

Pertanian Bogor merupakan salah satu kampus yang menggunakan penyejuk

ruangan / AC yang cukup banyak hampir setiap ruangan dosen, khususnya

Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat menjadi potensi sebagai tempat

penelitian. Adapun lokasi wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu, pra penelitian,

penelitian, dan hasil penelitian. Dari ketiga tahap tersebut dilakukan dalam jangka

waktu selama 6 bulan yaitu dari mulai bulan Januari 2013 hingga Juni 2013.

4.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode survei adalah suatu kajian terhadap sejumlah obyek penelitian yang

memungkinkan peneliti untuk memaparkan semua obyek yang diwakilinya

(Nasution 2003). Penelitian dengan metode ini dipilih karena dapat dijadikan

basis dalam pengambilan keputusan dari obyek yang diwakilinya secara

keseluruhan. Metode survei ini terdiri dari survei kualitatif yaitu berupa

karakteristik pengguna AC seperti umur, jenis kelamin dan berat badan dan

kuantitatif yaitu mengamati kondisi fisik seperti luasan ruangan, posisi ruangan

dan jumlah air buangan AC

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti

hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh

peneliti (Umar, 2005). Data primer yang dikumpulkan antara lain karakteristik

pengguna AC, kapasitas air buangan, suhu ruangan, dan data terkait dengan

penelitian ini. Kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 2 dan data

(43)

Data sekunder diperoleh dari Direktorat Fasilitas dan Properti Institut

Pertanian Bogor dan bagian properti fakultas dan departemen. Data sekunder ini

berupa jumlah yang biaya dibayarkan untuk proses destilasi air sungai, jumlah

penggunaan AC, tingkat PK pada AC dan data lain yang relevan terhadap

penelitian ini. Tabel 1 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

Tabel 1. Jenis dan Sumberdata yang dibutuhkan dalam penelitian

No Data Parameter Satuan Sumber

1 Primer Kapasitas air buangan Liter Penelitian lapang 2 Primer Suhu ruangan Celcius Penelitian lapang 3 Primer Waktu penggunaan Jam Wawancara 4 Sekunder Biaya air bersih Rupiah Bagian Properti 5 Sekunder Jumlah AC Unit Bagian Properti 6 Sekunder Tingkat PK PK Bagian Properti

4.4 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik

accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui sesuai sebagai sumber data dan

kriteria penelitian. Sampel yang digunakan wawancara adalah dosen, staf dan

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jumlah

sampel pengguna AC yang digunakan selama penelitian ini berjumlah 70 orang

responden berdasarkan dengan pembagian 40 orang pegawai dan 30 mahasiswa.

4.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan analisis deskriptif untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang

dapat dilakukan terhadap air buangan AC, Willingness To Pay (WTP) digunakan

mengetahui besarnya nilai air buangan AC, dan Benefit Cost Analysis (BCA)

(44)

4.5.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji upaya alternatif

pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor adalah metode analisis

deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat mengenai masalah – masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang

berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap

pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu

fenomena (Withney, 1960 dalam Nazir, 2005).

Beberapa hal terkait alternatif pemanfaatan akan dijelaskan melalui

analisis deskriptif ini antara lain alternatif pemanfaatan sesuai kebutuhan

sumberdaya air yang digunakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan melakukan

penghematan air bersih. Alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut

Pertanian Bogor yang dilakukan dapat memberi gambaran pemanfaatan air

buangan AC dengan skala yang lebih besar.

4.5.2 Willingness To Pay (WTP)

Nilai air buangan AC tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan

menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar terhadap penggunaan

air AC. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP).

Nilai WTP terhadap manfaat yang diperoleh dari penggunaan air AC

didapat melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan keusioner.

Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Spash 1993):

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden

manfaat yang diperoleh dari penggunaan kembali air AC.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah

(45)

nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya

pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP

Perkiraan nilai rata-rata WTP responden diperoleh dengan rumus:

1

Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i

n = jumlah kelas

i = kelas (1,2,...,n)

4. Menjumlahkan Data

Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP

diestimasi dengan rumus:

TWTPEWTP x P . . . (4.2)

Keterangan:

TWTP = estimasi nilai total WTP (Rp)

EWTP = dugaan rataan nilai WTP (Rp)

P = populasi

4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya WTP

responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda.

Persamaan regresi besarnya nilai WTP responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(46)

Biaya = Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih (rupiah)

Jarak = Jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (meter)

JKA = Waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (menit)

PA = Penggunaan air selama 1 hari (ember)

JK = Jenis kelamin responden ( 1 untuk perempuan, dan 0 untuk pria)

i = kelas (1,2,...,n)

ε = Galat

Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil print out komputer dapat

dilakukan dengan cara:

1. Dengan melihat nilai thitung atau Fhitung dan dibandingkan dengan nilai ttabel

atau Ftabel. Jika thitung atau Fhitung lebih besar daripada ttabel atau Ftabel maka

keputusannya adalah tolak hipotesis nol (H0). Sebaliknya, jika nilai thitung

atau Fhitung lebih kecil daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah

menerima hipotesis nol (H0).

2. Dengan menggunakan nilai signifikansi (P-value). Jika P-value lebih kecil

daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 ditolak dan jika P

-value lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0

diterima.

4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA)

Benefit Cost Analysis (BCA) merupakan metode yang digunakan untuk

mengetahui kelayakan pemanfaatan air buangan AC. Dalam penelitian ini

analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan pertimbangan analisis

ekonomi belum dapat signifikan. BCA menunjukkan nilai dari beberapa indikator

untuk melihat kelayakan pemanfaatan air buangan AC yaitu Net Present Value

(NPV) > 0, Benefit Cost Ratio (BCR) ≥ 1, dan Internal Rate of Return (IRR) ≥

Discount Rate. Tiga indikator BCA tersebut untuk mengetahui aspek biaya dan

manfaat yang paling efisien dari ketiga kolektifitas. Tujuan analisis dalam

penelitian ini harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat.

Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari investasi sekarang

dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk

(47)

untuk Bt - Ct > 0

untuk Ct - Bt > 0

yang dianggap relevan. Menurut Gray et al (1993), formula yang digunakan untuk

menghitung NPV adalah sebagai berikut

Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV>0. Jika

NPV<0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama

dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost

faktor produksi modal.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara

jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C

dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang

dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai

dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak

(48)

IRR adalah discount factor yang membuat NPV = 0 dengan rumus yaitu:

i’ = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV positif i” = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV negatif

NPV’ = NPV dan tingkat suku bunga (i’)

NPV” = NPV dengan tingkat suku bunga (i”)

Jika hasil yang didapat IRR > i maka proyek atau kebijakan layak untuk

dilaksanakan dan ketika IRR < i maka tidak layak untuk dilaksanakan.

4.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah :

1. Wilayah penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.

2. Obyek penelitian adalah air conditioner (AC) yang memiliki tingkat PK

½, 1, 1 ½, dan 2.

3. Responden pada penelitian ini yaitu pegawai (dosen dan staff) dan

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

4. Analisis untuk nilai ekonomi air buangan AC menggunakan Willingness

To Pay (WTP) dan kolektivitas air buangan AC yang efisien dianalisis

menggunakan Benefit Cost Analisis (BCA).

5. Umur Proyek kolektivitas air buangan AC berdasarkan input yang paling

lama pada setiap altenatif.

6. Manfaat air buangan AC yang dianalisis dibatasi pada manfaat teknis

penggunaan air buangan AC untuk toilet, kebersihan, dan menyiram

tanaman.

7. Pajak, pinjaman, dan bunga tidak ada karena modal yang digunakan

adalah modal sendiri dan Tingkat suku bunga yang digunakan adalah

(49)
(50)

V. ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN

5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

Secara administrasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terdiri dari 4

departemen yakni Departemen Ilmu Ekonomi, Departemen Manajemen,

Departemen Agribisnis, dan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

Lokasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen memiliki batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Ekologi

Manusia

 Sebelah Selatan: Lapangan Parkir Fakultas Ekonomi dan Manajemen

 Sebelah Barat : Perpustakaan LSI

 Sebelah Timur : Fakultas Pertanian

5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

Pengguna air yang secara potensial memanfaatkan air buangan AC adalah

pegawai dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dapat dilihat pada

Tabel 2:

Tabel 2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen

No Departemen

Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa total jumlah pegawai yang terdaftar di

Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebanyak 209 orang dengan total dari jumlah

dosen sebanyak 126 dan tenaga kependidikan sebanyak 83 orang. Untuk Jumlah

mahasiswa yang terdaftar pada setiap departemen yaitu 490 orang untuk

Departemen Ilmu Ekonomi, 334 orang untuk Departemen Manajemen, 363 orang

untuk Departemen Agribisnis, dan 338 orang untuk Departemen Ekonomi

(51)

angkatan 44, angkatan 45, angkatan 46, angkatan 47, dan angkatan 48 dengan

total keseluruhan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu sebanyak

1525 orang.

5.3 Jumlah Air Conditioner

Jumlah Air Conditioner (AC) ini berbeda setiap departemen karena jumlah

AC ini dipengaruhi jumlah dosen yang membeli AC tersebut, sedangkan untuk

ruangan sekretariat, komisi pendidikan, dan ruangan lainnya merupakan fasilitas

yang disediakan oleh IPB. Biaya pemakaian AC sendiri merupakan biaya yang

ditanggung oleh pihak IPB bukan pihak dosen, departemen, maupun fakultas.

Pembagian jumlah AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen:

Tabel 3 Jumlah Air Conditioner di Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Nomor Departemen

Jumlah AC (unit) Total

Jumlah AC (unit) Ruang Dosen Sekretariat Lainnya

1 Ilmu Ekonomi 18 4 3 25

Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)

Tabel 3 menunjukkan penggunaan AC terbanyak terdapat pada

departemen Ilmu Ekonomi yaitu sebanyak 25 unit AC dengan pembagian 18 unit

AC untuk ruang dosen, 4 unit AC untuk Sekretariat dan Komdik, dan 3 AC untuk

ruangan lainnya, sedangkan untuk penggunaan AC paling sedikit yaitu terdapat

pada fakultas dengan menggunakan 8 unit AC.

5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Jumlah pegawai dan mahasiswa yang dijadikan responden ini dipilih

sebanyak 70 orang. Perinciannya adalah pegawai sebanyak 40 orang termasuk

didalamnya terdapat dosen dan staf dan mahasiswa sebanyak 30 orang.

Karakteristik sosial ekonomi responden dapat dijelaskan dalam beberapa kriteria

(52)

5.4.1 Tingkat Usia Responden

Tabel 4. Tingkat Usia Responden Pegawai

No Range Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

Tabel 4 menunjukkan tingkat umur responden pegawai sangat bervariasi,

mulai dari usia 25 tahun hingga usia 64 tahun. Persentase terbesar pada tingkat

usia 35-44 tahun yaitu sebesar 40 persen, sedangkan persentase terkecil ada pada

tingkat usia 55-64 tahun yaitu sebesar 2,5 persen. Tingkat usia responden

mahasiswa hanya terdapat 4 kelas usia yaitu usia 20 tahun, 21 tahun, 22 tahun,

dan 23 tahun. Kelas ini berbeda dengan tingkat usia responden dosen karena

tingkat usia mahasiswa yang terdaftar dalam fakultas rata-rata berusia 20-23

tahun. Tabel dan gambar tingkat usia responden mahasiswa dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Usia Responden Mahasiswa

No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase

tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah

22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan

Gambar

Grafik scatterplot .................................................................
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 15. Hasil Analisis Nilai WTP Responden terhadap  air Buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

Referensi

Dokumen terkait

1 Vida Rahma Latifah MTs Negeri 2 Kediri 125 Perwakilan 1.. 2 Rizky Ayu Wachdani MTs Negeri

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode

Perhitungan jumlah klorofil (Wintermans &amp; De Mots) dengan waktu stirring 30 menit, 120 menit dan 180 menit dilakukan menggunakan cara yang sama dengan

Selain itu, PHP juga merupakan bahasa scripting yang mudah dipelajari, mempunyai jaminan keamanan yang tinggi dan banyak digunakan. XML merupakan bahasa markup yang digunakan

Secara tegas perlu dinyatakan di sini bahwa hasil penelitian dari kalangan akademisi tidak akan pernah berhasil terpublikasi pada jurnal ilmiah secara memadai dan

Berdasarkan observasi awal, banyak UMKM belum mampu untuk mengelola pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan – Entitas tanpa Akuntabilitas (SAK- ETAP).

Sama seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya, pada tahap ini selama sekitar tiga puluh menit, kami kembali memberikan pemajanan model-model teks proposal hasil

Dalam scenario eksperimen biaya yang diproyeksikan untuk tahun pertama (tahun. berjalan) sebesar 77,1 juta USD dimana angka tersebut berada 3 juta USD