ANDRI LESMANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN
PENDINGIN RUANGAN (
AIR CONDITIONER
)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
ABSTRAK
ANDRI LESMANA. Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.
Daur ulang air buangan AC merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menghemat sumberdaya air karena air buangan tersebut dapat dipakai untuk penggunaan toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC, mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang, dan menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif, Willingness To Pay (WTP), Analisis faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan Benefit Cost
Analysis (BCA). Berdasarkan hasil penelitian, air buangan AC masih dapat
digunakan kembali untuk penggunaan air rumah tangga setelah melalui Uji laboratorium PROLINK di IPB dan terdapat tiga alternatif kolektivitas air buangan yang dapat dilakukan yaitu (1) pembuatan penampungan air, (2) toren air, dan (3) ember. Nilai WTP sumberdaya air buangan AC yang dihasilkan dari wawancara dengan responden yaitu sebesar Rp 2,36 per liter, nilai ini termasuk kecil karena air buangan AC termasuk ke dalam air limbah. Berdasarkan analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP yaitu tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih. Analisis kelayakan 3 alternatif kolektifitas air buangan AC adalah layak dilaksanakan pada alternatif 2 dan alternatif 3. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada alternatif 2 sebesar Rp 1.858.711,545, 1,9392, dan 24%, sedangkan alternatif 3 sebesar Rp 2.473.354,944, 2,7758, dan 38,17%. Alternatif 1 tidak layak untuk dilaksanakan karena Nilai NPV < 0, Net B/C < 1, dan IRR < tingkat suku bunga.
Kata Kunci: Nilai Ekonomi, Pemanfaatan Air, Air Buangan AC, WTP, BCA,
ABSTRACT
ANDRI LESMANA. Analysis of Utilization and Economic Value of Wastewater from Air Conditioner in Faculty of Economics and Management IPB. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN.
Reuse of wastewater from Air Conditioner (AC) is one alternative that can be used to conserve water resources by using reuse water for toilets, cleaning service, and watering plants. The purpose of this research are to examine the alternative of usage and collectivity that can be done in the utilization of AC wastewater, estimate the economic value of AC, identify factors that influence the magnitude of the economic value of AC wastewater, and analyze the feasibility of the utilization of AC wastewater in Faculty Economics and Management IPB. Methods used for this research were descriptive analysis, Willingness To Pay (WTP), factors analysis that influence WTP value, and Benefit Cost Analysis (BCA). The result showed that based on laboratory test in IPB PROLINK, AC wastewater can be reused for household water usage. WTP value based on the research from sample is Rp 2,36 per liter, this value is low because AC wastewater percepted as sewage. Based on multiple linear regression analysis that has been done, factors that influence WTP value is income level and cost to get the clean water. There are three alternative to collect wastewater from AC, that are (1) reservoir, (2) water torrent, and (3) buckets. Result of the analysis of the feasibility of AC wastewater usage is possible to implement for second and third alternative. Based on feasibility and the value of NPV< Net B/C, and IRR, alternative 2 and alternative 3 are feasible. NPV, Net B/C, and IRR for second alternative is Rp 1.858.711,545, 1,9392, and 24%, whereas for third alternative is Rp 2.473.354,944, 2,7758, and 38,17%. First alternative is not feasible to be implemented because value of NPV < 0, Net B/C < 1, and IRR < interest rate.
Keywords: Economic Value, Water Utilization, AC Wastewater, WTP, BCA,
ANDRI LESMANA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN
PENDINGIN RUANGAN (
AIR CONDITIONER
)
Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan
Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nama : Andri Lesmana
NRP : H44080048
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh,
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pemanfaatan dan
Nilai Ekonomi Air Buangan Air Conditioner (AC) di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor”, skripsi ini mengkaji pemanfaatan dan nilai
ekonomi air buangan AC sehingga dapat digunakan kembali. Penulis juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Titin Hartini dan Bapak Agus Hidayat (Alm) selaku orang tua dari
penulis berserta seluruh keluarga besar Mohammad Toha atas segala doa,
kasih sayang, bimbingan, dan masukan yang luar biasa kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
mengarahkan, dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan
Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari
Departemen ESL atas masukan dan bimbingannya.
3. Ibu Anna Mariana selaku Kepala Laboratorium PROLINK Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan bimbingannya selama
skripsi ini.
4. Rekan satu bimbingan Pradipta, Yogi, Ade, Rizky, Tika, dan Ghieah serta
teman-teman ESL 45, Nurul, Dwipanca, Fadhilla, Mafia, Erwan, Agung,
Anneke, Evy, Vicky, Dika dan Fadhli atas kerjasama, semangat, dan doa
yang diberikan.
5. Rekan alumni SMA Negeri 2 Bogor, Faldy, Martin, dan Reza atas
semangat dan kerjasama yang diberikan.
Bogor, Januari 2014
DAFTAR ISI
2.7 Analisis Regresi Linear Berganda ... 13
2.8 Kelayakan Investasi ... 14
2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi ... 15
2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 15
4.5 Metode Analisis Data ... 22
4.5.1 Analisis Deskriptif ... 23
4.5.2 Willingness To Pay (WTP) ... 23
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 24
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA) ... 25
4.5 Batasan Penelitian ... 27
V ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 29
5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB .. 29
5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Majamenen IPB ... 29
5.3 Jumlah Air Conditioner ... 30
5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 30
5.4.1 Tingkat Usia Responden ... 31
5.4.2 Jenis Kelamin Responden ... 31
5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden ... 32
5.5 Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ... 33
5.6 Analisis Pemanfaatan ... 34
VI ANALISIS EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ... 39
6.1 Analisis Willingness To Pay (WTP) Responden dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 39
6.2 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 41
6.3 Analisis Ekonomi Air Buangan AC di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB ... 43
6.3.1 Aspek Pemanfaatan Air Buangan AC ... 43
6.3.2 Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB 47
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Jenis dan Sumberdata ... 22
2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen ... 29
3 Jumlah Air Conditioner ... 30
4 Tingkat Usia Responden Pegawai ... 31
5 Tingkat Usia Responden Mahasiswa ... 31
6 Jenis Kelamin Responden Pegawai ... 32
7 Jenis Kelamin Responden Mahasiswa ... 32
8 Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai ... 33
9 Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa ... 33
10 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air ... 34
11 Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kuantitas Air .. 34
12 Hasil Uji Laboratorium ... 35
13 Jumlah Air Buangan Air Conditioner (AC) per Jam ... 35
14 Distribusi WTP Responden ... 40
15 Analisis Nilai WTP Responden ... 42
16 Bahan Baku Alternatif Pertama ... 44
17 Bahan Baku Alternatif Kedua ... 45
18 Bahan Baku Alternatif Ketiga ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Lokasi Penelitian ... 56
2 Kuesioner ... 57
3 Data penggunaan Air Conditioner (AC) ... 61
4 Jumlah air Buangan AC ... 62
5 T otal Kapasitas dan Pendapatan Nilai Air Buangan AC ... 63
6 Alternatif Pemanfaatan Air Buangan AC ... 65
7 Willingness To Pay reponden pegawai ... 66
8 Willingness To Pay reponden mahasiswa ... 67
9 Analisis regresi berganda ... 68
10 Grafik scatterplot ... 69
11 Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov ... 70
12 Analsis kelayakan alternatif 1 ... 71
13 Analsis kelayakan alternatif 2 ... 72
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat dimanfaatkan oleh
manusia dalam memenuhi kehidupannya. Pemanfaatan yang dilakukan oleh
manusia ini dapat menyebabkan perubahan keberadaan SDAL. Pemanfaatan yang
dilakukan oleh manusia secara berlebihan, akan menyebabkan kerusakan atau
penurunan terhadap kualitas dan kuantitas SDAL tersebut. Apabila kerusakan ini
tidak ditangani dengan cepat, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia
tidak sepenuhnya dapat terpenuhi.
Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup. Manusia mampu
bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ia akan
mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air
berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik,
dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan
sebagai elemen yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga
terhadap cemaran. Namun, kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan
disia-siakan (Sanim, 2011).
Menurut Sanim (2011), sebanyak 97% air yang ada di bumi adalah air
laut, artinya air yang tidak dapat kita konsumsi sebelum terlebih dahulu
dipisahkan kandungan garamnya. Sekitar 3% adalah air tawar yang terbagi
menjadi 0,3% air di permukaaan tanah, 30,1% air di bawah tanah, dan 68,7%
berupa glasier. Air di permukaan itulah yang selama ini dimanfaatkan/dikonsumsi
manusia dan dari hanya 0,3% air permukaan, sebagian besar adalah air danau
(87%), sekitar 11% adalah air payau, dan hanya 2% adalah air sungai.
Ketersediaan air yang sangat minim ini seharusnya membuat masyarakat
lebih efisien dalam penggunaannya dan mencari alternatif air yang dapat
digunakan seperti air buangan. Masyarakat seringkali membuang begitu saja air
buangan sebagai contoh dari penyejuk ruangan / Air Conditioner (AC). AC
merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah
yang dibutuhkan bagi tubuh. Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang
merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar
sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah (Mustahiqul,
2007 dalam Lestari, 2009).
Institut Pertanian Bogor adalah salah satu pengguna AC yang cukup
banyak. Terdapat 35 departemen dan 9 fakultas yang sebagian besar ruangannya
terdapat AC yaitu ruangan untuk dosen, laboratorium, sekretariat. Penggunaan AC
untuk ruangan pada setiap departemen dan fakultas dapat menghasilkan air
buangan yang cukup banyak dan air buangan tersebut menjadi tidak bermanfaat
dengan dibuang ke saluran air. Jika dilihat dari proses terjadinya air buangan
tersebut, maka air AC merupakan air murni yang hampir tidak tercemar oleh
elemen-elemen yang mengendap dan berisi H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam
Lestari, 2009). Adanya pembatasan penggunaan air bersih di IPB menyebabkan
terjadinya kelangkaan air bersih untuk penggunaan kebutuhan sehari – hari.
Kelangkaan ini terjadi karena ketika penawaran / suplai air bersih dibatasi dan
permintaan / demand terhadap air bersih tetap sehingga kurangnya kapasitas air
bersih untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Air buangan AC dapat
menjadi alternatif untuk mengatasi permintaan akan air bersih saat penggunaan air
bersih sedang dibatasi dan air buangan AC tersebut sebenarnya memiliki nilai jika
kita manfaatkan kembali. Pemanfaatan air buangan AC skala kecil di setiap
fakultas di IPB secara khusus Fakultas Ekonomi dan Manajeman seharusnya
dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar seperti dalam IPB bahkan dapat
dalam skala kota.
Penggunaan AC dalam jumlah banyak dapat memerlukan biaya yang besar
dalam bentuk pemakaian sumberdaya seperti penggunaan energi untuk listrik dan
memberikan dampat lingkungan seperti panas yang dikeluarkan oleh AC dapat
merusak lapisan ozon murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Dengan
demikian penggunaan AC dapat dihemat dan manfaat yang dihasilkan seharusnya
dioptimalkan. Pemanfaatan air buangan AC salah satu langkah pengelolaan
sumberdaya air secara efisien. Oleh karenanya penelitian dalam pemanfaatan air
memberikan nilai ekonomi dari pemanfaatannya dalam kerangka pengelolaan
sumberdaya air secara lestari.
1.2 Perumusan Masalah
Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk
kebutuhan hidup. Pemanfaatan yang berlebihan menyebabkan ketersediaan air
semakin menipis. Masyarakat harus memiliki alternatif mengenai permasalahan
ini salah satunya melalui penggunaan kembali air buangan AC. Air ini bukan
merupakan air kotor seperti air buangan toilet, air ini merupakan air murni yang
hampir tidak memiliki elemen-elemen lain di dalam kandungannya atau hanya
berupa zat H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009).
Ketersediaan air merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup. Sampai
saat ini air buangan AC belum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang
sesuai. Pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu upaya yang
dapat bermanfaat bagi berbagai kebutuhan. Melalui penggunaan AC yang cukup
banyak di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menghasilkan ketersediaan air
buangan yang cukup banyak dan memiliki nilai ekonomi yang besar jika
digunakan kembali. Biaya penggunaan air yang dibayarkan IPB untuk penyediaan
air bersih dapat dikurangi karena adanya pemanfaatan kembali air buangan AC
pada setiap fakultas. Dengan adanya penerapan pada skala kecil ini seharusnya
bisa menjadi acuan untuk diterapkan dalam skala besar dan akan menghasilkan
penghematan dalam jumlah yang besar dalam penggunaan sumberdaya air.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dibahas dalam
penelitian adalah:
1. Bagaimana alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan
dalam pemanfaatan air buangan AC ?
2. Berapa besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi dari air
buangan AC ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan
dalam pemanfaatan air buangan AC.
2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat
di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
3. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai
ekonomi air buangan AC.
4. Menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah penelitian adalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Sampel dalam penelitian adalah dosen dan staf yang
menggunakan AC, mahasiswa sebagai pengguna sumberdaya air, dan Departemen
Fasilitas dan Properti IPB. Penelitian difokuskan kepada alternatif pemanfaatan
dan kolektivitas air buangan AC, besarnya nilai air yang terdapat pada air
buangan AC, dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan
dan pemanfaatan air buangan AC.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari
selama kuliah, khususnya ilmu mengenai teori dan pengelolaan
sumberdaya air
2. Bagi pengambil kebijakan, pengelola, dan pengguna sumberdaya air
menjadi bahan masukan dalam pemanfaatan kembali air buangan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Air
Menurut Suparmoko (2008), air yang terdapat di alam ini tidak
semata-mata dalam bentuk cair, tetapi dapat dalam bentuk padat, serbuk, dan gas, seperti
es, salju, dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di alam ini tidaklah
statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka panjang air yang
tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan terjadi pada air laut,
danau, sungai, tanah, maupun tumbuh-tumbuhan karena panas matahari.
Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap terkumpul di atmosfir
dalam bentuk gumpala-gumpalan awan hingga mengalami perubahan bentuk
menjadi butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian butir-butir inilah yang jatuh
ke bumi berupa hujan, es, dan salju.
Menurut Suparmoko (2008), air yang jatuh ke bumi akan mengalami
beberapa kejadian antara lain:
1. Air akan membentuk kolam, danau, dan sungai dan segera menguap
kembali ke atmosfir (evaporasi).
2. Kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali menguap
ke atmosfir melalui penguapan dari daun (transpirasi).
3. Air dapat jatuh dalam bentuk salju di pegunungan akan tersimpan di
permukaan sampai mencair kembali kemudian meresap ke dalam tanah.
4. Air dapat terserap melalui permukaan tanah kemudian masuk ke dalam
tanah atau ke lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah
tanah (aquifers).
5. Air dapat mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudian masuk ke
dalam sungai.
6. Air dapat terjerat dalam bentuk es di kutub atau di sungai es (gletser).
Dari kejadian-kejadian yang dijelaskan pada poin diatas, maka untuk
kejadian pertama dan kedua tampak bahwa air tersebut kembali lagi ke aliran
atmosfir sehingga air yang jatuh ke bumi tersebut tidak sempat dimanfaatkan oleh
dan dapat dimanfaatkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebelum kembali ke
atmosfir atau terbuang ke laut.
Air yang jatuh ke bumi ini sebagian akan tetap berada di daratan
sedangkan sebagian lagi akan mengalir ke laut. Dimana air yang berada di daratan
ini, nantinya akan tampak berada di permukaan tanah yaitu danau, mata air, dan
sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah yang membentuk air tanah.
Untuk kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya siklus
hidrologi itu sendiri yang menyebabkan air akan selalu tersedia untuk manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air yang jatuh ke bumi sebelum kembali ke
atmosfir atau ke laut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya
kepentingan manusia. Hal ini akan terlaksana apabila siklus hidrologi itu berjalan
stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahulu kemudian meresap ke
dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau, dan sungai-sungai dalam yang
kemudian dimanfaatkan oleh manusia.
Selanjutnya air buangan setelah penggunaan akan kembali ke atmosfir
atau mengalir ke laut. Apabila proses hidrologi ini terganggu; maksudnya bila ada
kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti kerusakan hutan.
Pemukiman yang padat dan sebagainya, maka air yang jatuh ke bumi sebagian
besar akan menguap kembali ke atmosfir atau mengalir langsung (run-off) ke laut
sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja (Suparmoko,
2008).
Menurut Sanim (2011), air merupakan kebutuhan dasar manusia yang
keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan kontrak sosial antara pemerintah
dan warga negaranya.
Penjaminan konstitusi ini lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 No. 7 Tahun
2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap
orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok produktif”. Secara eksplisit
isi pasal tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat memperoleh air bersih adalah
Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang
ke sumber air untuk mendapatkan air.
Air, selain merupakan kebutuhan dasar manusia, juga sebagai barang
publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikkan
bersama (global common atau sebagai common resources), sumberdaya alam
yang dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna
memperoleh keuntungan. Dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air dan Konvensi Internasional, pandangan tradisional tersebut
sudah berubah dan ditinggalkan, karena air tidak sekedar hanya barang publik
tetapi sudah menjadi komoditas ekonomi. Paradigma ekonomi ini bertentangan
dengan paradigma pengelolaan air modern yang berdasarkan pada nilai ekonomi
intrinstik (intrinstic value) dari air, yang didasarkan pada asumsi adanya
keterbatasan dan kelangkaan air (limited and scarcity water) serta dibutuhkannya
investasi atau penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan hak atas setiap warga
negara.
2.2 Baku Mutu Air
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja
perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, didapat
beberapa pengertian mengenai:
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari penggunaan rumah tangga
termasuk tinja manusia dari lingkungan pemukiman.
4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM yang
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum.
6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas, dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan kontruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik
penyediaan air minum.
8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 BAB II Pasal 2 mengenai Baku Mutu
c) Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
d) Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan.
2.3 Pengertian Air Conditioner
Menurut Ariza (2007), Air Conditioner (AC) adalah suatu alat, sistem atau
mekanisme yang dirancang untuk mengubah udara panas di suatu area melalui
siklus pendinginan seingga menghasilkan kesejukan. AC dapat digunakan sebagai
penyejuk ruangan atau kendaraan. Ada beberapa jenis air conditioner,
diantaranya:
1. Window and through the wall air conditioner
Window and through the wall air conditioner merupakan AC yang biasa
digunakan sebagai penyejuk ruangan di sebuah rumah. Berbentuk persegi
panjang dan diletakkan di dinding atau dekat jendela.
2. Portable air conditioner
Portable air conditioner merupakan AC yang berbentuk box berukuran
besar dan memiliki beberapa roda sehingga dapat dengan mudah
dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.
3. Central air conditioner
Central air conditioner merupakan suatu sistem penyejuk ruangan yang
menggunakan pipa untuk mendistribusikan udara dingin ke setiap ruangan
dalam sebuah bangunan. AC ini banyak digunakan pada gedung pusat
bisnis. Kelebihan dari AC jenis ini adalah di dalam pemrosesan udara
dingin terjadi penyaringan udara dari berbagai polutan mikroskopis dan
menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah. Namun penggunaan pipa
sebagai pendistribusi udara dingin dapat menyebabkan perkembangbiakan
mikroorganisme yang berbahaya.
4. Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner
Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner merupakan AC yang
mengkombinasikan beberapa karakteristik dari central air conditioner
Sama seperti window air conditioner, ductless mini split air conditioner
tidak menggunakan pipa saluran dan setiap ruangan pada suatu gedung
dapat memiliki pengatur suhunya. Tetapi, sama seperti central air
conditioner, AC ini tidak dipasang di dinding ataupun di jendela dan
meletakkan kompresor sebagi sumber kebisingan di luar ruangan.
2.4 Kondensasi Air Conditioner
Fungsi dari kondenser adalah merubah wujud refrigerant dari bentuk uap /
gas menjadi refrigerant dengan bentuk cair. Proses perubahan dari gas ke cair ini
dilakukan dengan membuang kalor yang ada pada refrigerant ke lingkungan
sekitarnya pada suhu dan tekanan konstan. Dalam percobaan ini kalor dibuang
dengan cara konveksi yaitu meniupkan udara yang mempunyai temperatur lebih
rendah dari refrigerant melewati kondenser sehingga terjadi perpindahan kalor.
Proses perpindahan kalor ini dimaksimalkan dengan adanya sirip-sirip pada
kondenser dan aliran udara yang cukup dan bebas dari hambatan. Proses
kondensasi atau perubahan dari wujud gas ke cair ini terjadi dialam pipa
kondenser dan terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tetap.
Pada sistem refrigerasi yang telah dipelajari sebelumnya, proses
kondensasi ini adalah proses dari titik 2 ke titik 3. Pada titik 3 idealnya seluruh
refrigerant telah berwujud cair jenuh (saturated liquid). Jika perancangan dan
pemilihan ukuran kondenser tidak tepat ataupun sirip-sirip kondenser kotor maka
pada ujung kondenser belum tentu semua refrigerant telah berbentuk cair.
Suhu/temperatur pada waktu proses kondensasi ini terjadi masih lebih tinggi dari
temperatur udara disekitarnya. Oleh karena itu refrigerant yang mengalir keluar
dari kondenser menuju TXV melalui filter drier masih akan mengalami proses
perpindahan kalor yang akan menurunkan suhu refrigerant lebih rendah lagi dari
suhu cair jenuhnya (saturated liquid). Proses penurunan suhu setelah melalui titik
saturated liquid ini disebut proses subcooling dan wujud refrigerant disebut
subcooled liquid. Daerah subcooled liquid ini terletak disebelah kiri dari kurva
saturated liquid pada diagram pH. Besarnya pendinginan lanjut yang terjadi di
kondenser ini dihitung dengan cara mengurangi temperatur kondensasi dengan
2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak,
ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi
kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan
meningkatkan kesejateraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan
sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia.
Sehingga sumberdaya ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang
memiliki nilai ekonomi. Definisi lain juga menyatakan bahwa sumberdaya juga
terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana
sumberdaya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang
mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan.
Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam, selain menghasilkan barang dan
jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga
menghasilkan jasa-jasa (services) lingkungan yang memberikan manfaat dalam
bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan, dan
sebagainya. Manfaat ini sering lebih terasa dalam jangka panjang. Manfaat
tersebut sering disebut dengan manfaat ekologis, dimana manfaat ini sering tidak
terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya.
Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non ekonomi dari sumberdaya
alam. Dalam hal ini nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang yang
dihasilkan dari suatu sumberdaya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang
ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut.
Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
dapat diklasifikasikansebagai berikut (Yakin, 2004) :
1. Kesehatan Manusia (human health)
2. Lingkungan Hidup (living environment)
3. Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows)
4. Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks)
5. Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks)
6. Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes)
Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan telah berkembang
Contingent Valuation Method (CVM) ini adalah metode yang paling populer
digunakan, metode The Dose-Reponse Method (DRM), metode Hedonic Price
Method (HPM), metode Travel Cost Method (TCM), dan metode The Averting
Behaviour Method (ABM).
2.6 Contingent Valuation Method (CVM)
Metode Contingent Valuation Method (CVM) adalah teknik survey untuk
menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang bersedia mereka
berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar (Yakin, 2004). Dalam
CVM dikenal lima macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden
(Yakin, 2004), yaitu:
1. Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana
jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden
sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.
2. Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang
menggunakan suatu alat pembayaran yang disarankan kepada responden
baik mereka setuju ataupun tidak setuju, dengan jawaban setuju/tidak
maupun ya/tidak.
3. Metode kartu pembayaran (payment card), yaitu metode dengan
penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan
jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan
dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu
responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan
perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden
untuk menyesuaikan jawaban mereka.
4. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode
dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada
penyaranan nilai awal terlebih dahulu.
5. Metode ranking contingent, yaitu metode terbaru dengan menyodorkan
rangking dari nilai moneternya, responden diharuskan mengurutkan dari
yang paling disukai sampai yang tidak disukai dan nilai-nilai tersebut
2.7 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda (multiple linear regression analysis)
adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih
variabel yang independen (Firdaus, 2004). Persamaan model regresi berganda
dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009):
Y = β1 X1i+ β2 X2i + β3 X3i + βk Xki+ εi
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 hingga N untuk data
populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Y merupakan variabel
dependen sedangkan Xki merupakan pengamatan ke-i untuk variabel independen
Xk. Koefisien βi dapat merupakan intersep apabila semua pengamatan X1i bernilai
satu, sehingga model menjadi sebagai berikut:
Y = β1+ β2 X2i+ β3 X3i+ βk Xki+ εi
Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial, maka digunakan metode
kuadrat terkecil (Ordinary Least Square-OLS). Metode OLS dilakukan dengan
pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan
pengganggu (Residual Sum of Square-RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil).
Pemilihan model didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai
sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan, dan umum
digunakan. Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam model regresi berganda
adalah (Firdaus, 2004):
1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi
tergantung pada Xi tertentu adalah nol.
2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada autokorelasi (non autokorelasi)
artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai
rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau
negatif.
3. Varian bersyarat dari (ε) adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
asumsi homoskedastisitas.
4. Variabel independen adalah non stokastik, yaitu tetap dalam penyampelan
berulang. Jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan
5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel independen satu dengan yang
lainnya.
6. ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan
oleh asumsi 1 dan 2.
Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan
metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best
Linear Unbiased Estimator-BLUE). Sebaliknya, jika ada asumsi dalam model
regresi yang tidak dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran
pendugaan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh
yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.
2.8 Kelayakan Investasi
Gittinger (2008) mendefinisikan investasi sebagai suatu kegiatan yang
mengeluarkan uang / biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan
yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan
perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam suatu unit. Investasi dapat
dilihat sebagai satu kesatuan ruang / tempat dan waktu, masing-masing dengan
nilai ekonomi, finansial dan dampak sosial yang tergabung dalam satu kesatuan.
Pemilihan investasi sebagian didasarkan kepada indikator-indikator nilai-nilai
biaya dan hasil-hasilnya. Kegiatan investasi dapat berbentuk investasi baru atau
perluasan ataupun perbaikan dari investasi yang sudah ada. Suatu investasi dapat
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta atau
organisasi-organisasi sosial maupun perorangan.
Dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, terdapat dua pendekatan
yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial meninjau dari
sudut peserta investasi secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut
masyarakat. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, namun ada tiga
perbedaan penting dari kedua analisis ini. Adapun perbedaan tersebut adalah: 1)
dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran
transfer. Sedangkan dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan
digunakan adalah harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan pajak dan subsidi.
Dari harga ini kita dapat memperoleh data yang dapat digunakan dalam analisis
ekonomi. Akan tetapi, dalam analisis ekonomi kita boleh mengubah harga pasar
sedemikian sehingga analisis kita dapat lebih mencerminkan secara tepat
nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang telah disesuaikan ini disebut dengan harga
bayangan (shadow price); 3) dalam analisis finansial, bunga pinjaman merupakan
biaya investasi dan bunga modal dianggap sebagai manfaat atas investasi. Pada
analisis ekonomi, bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil bruto
(Gittinger 2008).
2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi
Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga
yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani,
wiraswastawan atau perusahaan (Pramudya dan Dewi 1992 dalam Dwi 2011).
Untuk menilai kelayakan secara financial suatu proyek atau membuat peringkat
(rangking) beberapa proyek yang harus dipilih, dapat digunakan beberapa kriteria
antara lain Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate of Return (IRR)
(Dwi, 2011).
Analisis ekonomi merupakan analisis investasi yang dipandang dari sudut
pandang ekonomi nasional bukan hanya dari sudut pandang perusahaan. Dengan
analisis ekonomi diharapkan analisis investasi bisa menilai apakah suatu investasi
memang tidak akan membebani perekonomian nasional. Mungkin saja suatu
investasi dinilai menguntungkan apabila dipandang dari sisi perusahaan (yaitu
diharapkan memberikan NPV positif), tetapi sebenarnya membebani
perekonomian nasional. Analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya
ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep
consumers surplus dan producers surplus (Husnan dan Suwarsono 1994). Analisis
ekonomi investasi membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu investasi
yang diusulkan akan memberikan kontribusi nyata dan besar terhadap
pengembangan perekonomian seluruhnya dalam penggunaan sumberdaya yang
dibutuhkan selama investasi tersebut berjalan. Sudut pandang yang diambil dalam
2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi
Dalam analisa investasi ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk
menentukan diterima-tidaknya suatu usulan investasi atau untuk menentukan
pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Dalam semua kriteria itu baik
manfaat maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarangnya. Kriteria tersebut
adalah: 1) Net Present Value (NPV); 2) Net B/C; 3) Internal Rate of Return (IRR);
4) Gross B/C; dan 5) Profitability Ratio. (Kadariah, 2001)
Kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR lebih umum dipakai dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya,
Kriteria kelayakan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah
pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan
dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, Gross B/C dan
Profitability Ratio ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia. (Gray el
al. 2007)
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Lestari pada tahun 2009 yang berjudul “Potensi Penggunaan
Kembali Air Limbah: Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia,
TBK”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik air limbah, membuat alternatif reuse air limbah, menganalisis kelayakan dari aspek analisis
biaya, teknis/teknologi dan lingkungan dan memberi masukan pada kebijakan
perusahaan pada penggunaan air. Penelitian dilakukan di PT. TPI,
Tbk.Cilegon-Banten. Metode pengumpulan data meliputi tiga tahapan, yaitu : karakterisasi
limbah cair : debit, suhu, pH, konduktifitas, dan total suspended solid (TSS) dan
silika (SiO2), analisis teknik dan teknologi pengolahan limbah yang diperoleh
melalui studi pustaka, dan percobaan filtrasi.
Hasil pencampuran antara limbah cair dan air demineral menunjukkan
penurunan nilai konduktivitas, nilai tertinggi adalah 8,5 µs/cm dan nilai terendah
5,8 µs/cm.Perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan 5:1. Penghematan
dari segi lingkungan (pada perbandingan 5:1) meliputi : penghematan penggunaan
penghematan penggunaan listrik sebesar 41,6%, pengurangan pembuangan beban
limbah padat ke lingkungan 14,08 kg/hari dengan nilai ekonomi Rp. 1.798.595,
dan penghematan dari segi ekonomi sebesar Rp. 643.507.370/tahun (39,13%).
Pada penelitian ini terdapat dua alternatif jenis alat penyaring yaitu bag filter
yang membutuhkan investasi sebesar Rp. 281.974.000 dengan nilai payback
period selama 7 bulan dan alternatif ke-2 press filter memerlukan investasi
sebesar Rp. 506.528.000 dengan nilai payback period selama 1 tahun 2 bulan.
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi pada
tahun 2011 yang berjudul “Analisis Finansial Pengoperasian Unit Pengolahan Air
Bersih (Water Treatment Plant) Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini
bertujuan untuk menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi dan
menganalisis kelayakan finansial dari pengoperasian WTP serta membandingkan
hargai air bersih tersebut dengan harga air bersih dari PDAM. Penelitian
dilaksanakan di kampus IPB Dramaga dimulai dari bulan Agustus hingga bulan
Oktober 2010. Selain menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi, dan titik
impas produksi, analisis juga dilakukan dengan menghitung net present value,
internal rate of return, dan cost-benefit ratio.
Analisis dilakukan dengan membagi ketujuh WTP menjadi 4 bagian, yaitu
WTP Cihideung 1- 4, WTP Cihideung 5 dengan UF system, WTP Ciapus
Perumahan Dosen dan Asrama lain, dan WTP Ciapus Asrama TPB. Hasil analisis
menunjukkan, biaya produksi terbesar adalah WTP Cihidung 1-4 yaitu Rp.
315.261.333,72/tahun. Sedangkan untuk biaya pokok produksi masing-masing
WTP antara lain, Rp. 408,74/m3, Rp. 1.130,02/m3, Rp. 614,07/m3, dan Rp.
610,10/m3. Nilai-nilai tersebut bila dibandingkan dengan harga jual air bersih,
masih dapat menunjukkan hasil yang positif, sehingga setiap WTP yang
memproduksi air akan mendapatkan keuntungan. Begitupula bila dibandingakn
dengan harga jual air bersih yang ditetapkan oleh PDAM Bogor. Sedangkan
selisih nilai biaya dan manfaat proses pengolahan air bersih di WTP menunjukkan
nilai negatif (Rp. 233.097.272,34), yang berarti ada kelebihan biaya produksi
III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi yang
memanfaatkan sumberdaya air yang cukup besar untuk beberapa kebutuhan
seperti air untuk toilet, menyiram tanaman, kebersihan, dan lain-lain. Sumberdaya
air yang dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor berasal dari sungai.
Penggunaan AC yang banyak untuk ruangan di Institut Pertanian Bogor dapat
menjadi salah satu sumber air dengan memanfaatkan air buangan AC tersebut
sebagai contoh Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Alternatif pemanfaatan
dilakukan dengan uji laboratorium mengenai parameter kualitas air buangan AC
di Laboratorium PROLINK untuk melihat baku mutu air buangan AC dan
kolektivitas yang dapat dilakukan pada air buangan AC dapat dikaji menggunakan
analisis deskriptif. Terdapat tiga jenis kolektivitas yang dapat dilakukan agar air
buangan AC tidak terbuang secara percuma dan dapat dimanfaatkan kembali
sebagai alternatif air bersih. Pertama, menyalurkan air buangan melalui pipa
menuju satu titik tertentu yaitu penampungan air berbentuk sebuah bangunan.
Kedua, menyalurkan air melalui pipa menuju titik tertentu di departemen yaitu
dengan menggunakan toren air. Ketiga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu
menggunakan wadah penampungan air / ember untuk menampung air buangan
AC tersebut.
Pemanfaatan air buangan AC ini sebagai alternatif dalam penggunaan air
bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi atau dalam keadaan air sungai sedang
surut dan menghemat biaya yang harus dibayarkan dalam pengolahan air sungai.
Oleh karena itu dapat dikaji berapa besarnya nilai air buangan AC menggunakan
Willingness To Pay (WTP). Penentuan kolektivitas air efisien yang dapat
dilakukan dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dikaji dengan metode
Benefit Cost Analysis (BCA). Nilai air dan studi kelayakan investasi yang dikaji
dapat menjadi rekomendasi pengelolaan sumberdaya air bersih dan pemanfaatan
kembali air buangan AC. Secara lebih rinci nilai dan pemanfaatan air buangan AC
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Institut Pertanian Bogor
Sumberdaya Air
Air Buangan AC
Pemanfaatan
Toilet Kebersihan Tanaman
Analisis Biaya dan
Manfaat
Kelayakan Investasi
Pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC Alternatif
Penggunaan dan kolektivitas air buangan
AC
Willingness To Pay (WTP)
Nilai Air Buangan
Keterangan:
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan pertimbangan karena Institut
Pertanian Bogor merupakan salah satu kampus yang menggunakan penyejuk
ruangan / AC yang cukup banyak hampir setiap ruangan dosen, khususnya
Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat menjadi potensi sebagai tempat
penelitian. Adapun lokasi wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu, pra penelitian,
penelitian, dan hasil penelitian. Dari ketiga tahap tersebut dilakukan dalam jangka
waktu selama 6 bulan yaitu dari mulai bulan Januari 2013 hingga Juni 2013.
4.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei adalah suatu kajian terhadap sejumlah obyek penelitian yang
memungkinkan peneliti untuk memaparkan semua obyek yang diwakilinya
(Nasution 2003). Penelitian dengan metode ini dipilih karena dapat dijadikan
basis dalam pengambilan keputusan dari obyek yang diwakilinya secara
keseluruhan. Metode survei ini terdiri dari survei kualitatif yaitu berupa
karakteristik pengguna AC seperti umur, jenis kelamin dan berat badan dan
kuantitatif yaitu mengamati kondisi fisik seperti luasan ruangan, posisi ruangan
dan jumlah air buangan AC
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti
hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh
peneliti (Umar, 2005). Data primer yang dikumpulkan antara lain karakteristik
pengguna AC, kapasitas air buangan, suhu ruangan, dan data terkait dengan
penelitian ini. Kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 2 dan data
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Fasilitas dan Properti Institut
Pertanian Bogor dan bagian properti fakultas dan departemen. Data sekunder ini
berupa jumlah yang biaya dibayarkan untuk proses destilasi air sungai, jumlah
penggunaan AC, tingkat PK pada AC dan data lain yang relevan terhadap
penelitian ini. Tabel 1 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
Tabel 1. Jenis dan Sumberdata yang dibutuhkan dalam penelitian
No Data Parameter Satuan Sumber
1 Primer Kapasitas air buangan Liter Penelitian lapang 2 Primer Suhu ruangan Celcius Penelitian lapang 3 Primer Waktu penggunaan Jam Wawancara 4 Sekunder Biaya air bersih Rupiah Bagian Properti 5 Sekunder Jumlah AC Unit Bagian Properti 6 Sekunder Tingkat PK PK Bagian Properti
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik
accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui sesuai sebagai sumber data dan
kriteria penelitian. Sampel yang digunakan wawancara adalah dosen, staf dan
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jumlah
sampel pengguna AC yang digunakan selama penelitian ini berjumlah 70 orang
responden berdasarkan dengan pembagian 40 orang pegawai dan 30 mahasiswa.
4.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
pendekatan analisis deskriptif untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang
dapat dilakukan terhadap air buangan AC, Willingness To Pay (WTP) digunakan
mengetahui besarnya nilai air buangan AC, dan Benefit Cost Analysis (BCA)
4.5.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji upaya alternatif
pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor adalah metode analisis
deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat mengenai masalah – masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang
berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap
pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu
fenomena (Withney, 1960 dalam Nazir, 2005).
Beberapa hal terkait alternatif pemanfaatan akan dijelaskan melalui
analisis deskriptif ini antara lain alternatif pemanfaatan sesuai kebutuhan
sumberdaya air yang digunakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan melakukan
penghematan air bersih. Alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut
Pertanian Bogor yang dilakukan dapat memberi gambaran pemanfaatan air
buangan AC dengan skala yang lebih besar.
4.5.2 Willingness To Pay (WTP)
Nilai air buangan AC tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan
menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar terhadap penggunaan
air AC. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP).
Nilai WTP terhadap manfaat yang diperoleh dari penggunaan air AC
didapat melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan keusioner.
Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Spash 1993):
1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden
manfaat yang diperoleh dari penggunaan kembali air AC.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah
nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya
pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih.
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP
Perkiraan nilai rata-rata WTP responden diperoleh dengan rumus:
1
Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i
n = jumlah kelas
i = kelas (1,2,...,n)
4. Menjumlahkan Data
Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP
diestimasi dengan rumus:
TWTPEWTP x P . . . (4.2)
Keterangan:
TWTP = estimasi nilai total WTP (Rp)
EWTP = dugaan rataan nilai WTP (Rp)
P = populasi
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya WTP
responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda.
Persamaan regresi besarnya nilai WTP responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Biaya = Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih (rupiah)
Jarak = Jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (meter)
JKA = Waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (menit)
PA = Penggunaan air selama 1 hari (ember)
JK = Jenis kelamin responden ( 1 untuk perempuan, dan 0 untuk pria)
i = kelas (1,2,...,n)
ε = Galat
Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil print out komputer dapat
dilakukan dengan cara:
1. Dengan melihat nilai thitung atau Fhitung dan dibandingkan dengan nilai ttabel
atau Ftabel. Jika thitung atau Fhitung lebih besar daripada ttabel atau Ftabel maka
keputusannya adalah tolak hipotesis nol (H0). Sebaliknya, jika nilai thitung
atau Fhitung lebih kecil daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah
menerima hipotesis nol (H0).
2. Dengan menggunakan nilai signifikansi (P-value). Jika P-value lebih kecil
daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 ditolak dan jika P
-value lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0
diterima.
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA)
Benefit Cost Analysis (BCA) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui kelayakan pemanfaatan air buangan AC. Dalam penelitian ini
analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan pertimbangan analisis
ekonomi belum dapat signifikan. BCA menunjukkan nilai dari beberapa indikator
untuk melihat kelayakan pemanfaatan air buangan AC yaitu Net Present Value
(NPV) > 0, Benefit Cost Ratio (BCR) ≥ 1, dan Internal Rate of Return (IRR) ≥
Discount Rate. Tiga indikator BCA tersebut untuk mengetahui aspek biaya dan
manfaat yang paling efisien dari ketiga kolektifitas. Tujuan analisis dalam
penelitian ini harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat.
Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari investasi sekarang
dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk
untuk Bt - Ct > 0
untuk Ct - Bt > 0
yang dianggap relevan. Menurut Gray et al (1993), formula yang digunakan untuk
menghitung NPV adalah sebagai berikut
Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV>0. Jika
NPV<0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama
dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor produksi modal.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C
dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai
dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak
IRR adalah discount factor yang membuat NPV = 0 dengan rumus yaitu:
i’ = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV positif i” = nilai suku bunga yang menyebabkan NPV negatif
NPV’ = NPV dan tingkat suku bunga (i’)
NPV” = NPV dengan tingkat suku bunga (i”)
Jika hasil yang didapat IRR > i maka proyek atau kebijakan layak untuk
dilaksanakan dan ketika IRR < i maka tidak layak untuk dilaksanakan.
4.5 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah :
1. Wilayah penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.
2. Obyek penelitian adalah air conditioner (AC) yang memiliki tingkat PK
½, 1, 1 ½, dan 2.
3. Responden pada penelitian ini yaitu pegawai (dosen dan staff) dan
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
4. Analisis untuk nilai ekonomi air buangan AC menggunakan Willingness
To Pay (WTP) dan kolektivitas air buangan AC yang efisien dianalisis
menggunakan Benefit Cost Analisis (BCA).
5. Umur Proyek kolektivitas air buangan AC berdasarkan input yang paling
lama pada setiap altenatif.
6. Manfaat air buangan AC yang dianalisis dibatasi pada manfaat teknis
penggunaan air buangan AC untuk toilet, kebersihan, dan menyiram
tanaman.
7. Pajak, pinjaman, dan bunga tidak ada karena modal yang digunakan
adalah modal sendiri dan Tingkat suku bunga yang digunakan adalah
V. ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN
5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Secara administrasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terdiri dari 4
departemen yakni Departemen Ilmu Ekonomi, Departemen Manajemen,
Departemen Agribisnis, dan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
Lokasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Ekologi
Manusia
Sebelah Selatan: Lapangan Parkir Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Sebelah Barat : Perpustakaan LSI
Sebelah Timur : Fakultas Pertanian
5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
Pengguna air yang secara potensial memanfaatkan air buangan AC adalah
pegawai dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dapat dilihat pada
Tabel 2:
Tabel 2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen
No Departemen
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa total jumlah pegawai yang terdaftar di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebanyak 209 orang dengan total dari jumlah
dosen sebanyak 126 dan tenaga kependidikan sebanyak 83 orang. Untuk Jumlah
mahasiswa yang terdaftar pada setiap departemen yaitu 490 orang untuk
Departemen Ilmu Ekonomi, 334 orang untuk Departemen Manajemen, 363 orang
untuk Departemen Agribisnis, dan 338 orang untuk Departemen Ekonomi
angkatan 44, angkatan 45, angkatan 46, angkatan 47, dan angkatan 48 dengan
total keseluruhan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu sebanyak
1525 orang.
5.3 Jumlah Air Conditioner
Jumlah Air Conditioner (AC) ini berbeda setiap departemen karena jumlah
AC ini dipengaruhi jumlah dosen yang membeli AC tersebut, sedangkan untuk
ruangan sekretariat, komisi pendidikan, dan ruangan lainnya merupakan fasilitas
yang disediakan oleh IPB. Biaya pemakaian AC sendiri merupakan biaya yang
ditanggung oleh pihak IPB bukan pihak dosen, departemen, maupun fakultas.
Pembagian jumlah AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen:
Tabel 3 Jumlah Air Conditioner di Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Nomor Departemen
Jumlah AC (unit) Total
Jumlah AC (unit) Ruang Dosen Sekretariat Lainnya
1 Ilmu Ekonomi 18 4 3 25
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013)
Tabel 3 menunjukkan penggunaan AC terbanyak terdapat pada
departemen Ilmu Ekonomi yaitu sebanyak 25 unit AC dengan pembagian 18 unit
AC untuk ruang dosen, 4 unit AC untuk Sekretariat dan Komdik, dan 3 AC untuk
ruangan lainnya, sedangkan untuk penggunaan AC paling sedikit yaitu terdapat
pada fakultas dengan menggunakan 8 unit AC.
5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
Jumlah pegawai dan mahasiswa yang dijadikan responden ini dipilih
sebanyak 70 orang. Perinciannya adalah pegawai sebanyak 40 orang termasuk
didalamnya terdapat dosen dan staf dan mahasiswa sebanyak 30 orang.
Karakteristik sosial ekonomi responden dapat dijelaskan dalam beberapa kriteria
5.4.1 Tingkat Usia Responden
Tabel 4. Tingkat Usia Responden Pegawai
No Range Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
Tabel 4 menunjukkan tingkat umur responden pegawai sangat bervariasi,
mulai dari usia 25 tahun hingga usia 64 tahun. Persentase terbesar pada tingkat
usia 35-44 tahun yaitu sebesar 40 persen, sedangkan persentase terkecil ada pada
tingkat usia 55-64 tahun yaitu sebesar 2,5 persen. Tingkat usia responden
mahasiswa hanya terdapat 4 kelas usia yaitu usia 20 tahun, 21 tahun, 22 tahun,
dan 23 tahun. Kelas ini berbeda dengan tingkat usia responden dosen karena
tingkat usia mahasiswa yang terdaftar dalam fakultas rata-rata berusia 20-23
tahun. Tabel dan gambar tingkat usia responden mahasiswa dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Usia Responden Mahasiswa
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase
tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah
22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan