Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan analisis deskriptif untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang dapat dilakukan terhadap air buangan AC, Willingness To Pay (WTP) digunakan mengetahui besarnya nilai air buangan AC, dan Benefit Cost Analysis (BCA) untuk mengetahui kolektifitas air buangan AC yang efisien.
4.5.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji upaya alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor adalah metode analisis deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai masalah – masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Withney, 1960 dalam Nazir, 2005).
Beberapa hal terkait alternatif pemanfaatan akan dijelaskan melalui analisis deskriptif ini antara lain alternatif pemanfaatan sesuai kebutuhan sumberdaya air yang digunakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan melakukan penghematan air bersih. Alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor yang dilakukan dapat memberi gambaran pemanfaatan air buangan AC dengan skala yang lebih besar.
4.5.2 Willingness To Pay (WTP)
Nilai air buangan AC tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar terhadap penggunaan air AC. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP).
Nilai WTP terhadap manfaat yang diperoleh dari penggunaan air AC didapat melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan keusioner. Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Spash 1993): 1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden manfaat yang diperoleh dari penggunaan kembali air AC.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai
nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih.
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP
Perkiraan nilai rata-rata WTP responden diperoleh dengan rumus:
1 . n i EWTP Wi Pfi
. . . (4.1) Keterangan:EWTP = dugaan nilai rataan WTP (Rp) Wi = WTP pada kelas ke-i
Pfi = frekuensi relatif kelas ke-i n = jumlah kelas
i = kelas (1,2,...,n) 4. Menjumlahkan Data
Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP diestimasi dengan rumus:
TWTPEWTP x P . . . (4.2)
Keterangan:
TWTP = estimasi nilai total WTP (Rp) EWTP = dugaan rataan nilai WTP (Rp) P = populasi
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
WTP = β0+ β1umur + β2TP + β3Biaya + β4Jarak + β5waktu + β6PA + JKD1 + εi
dimana:
WTP = Nilai WTP
β0 = Intersep
β1, ... , β7 = Koefisien dari regresi
Umur = Umur responden (tahun)
Biaya = Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih (rupiah) Jarak = Jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (meter) JKA = Waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (menit) PA = Penggunaan air selama 1 hari (ember)
JK = Jenis kelamin responden ( 1 untuk perempuan, dan 0 untuk pria) i = kelas (1,2,...,n)
ε = Galat
Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil print out komputer dapat dilakukan dengan cara:
1. Dengan melihat nilai thitung atau Fhitung dan dibandingkan dengan nilai ttabel
atau Ftabel. Jika thitung atau Fhitung lebih besar daripada ttabel atau Ftabel maka
keputusannya adalah tolak hipotesis nol (H0). Sebaliknya, jika nilai thitung
atau Fhitung lebih kecil daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah
menerima hipotesis nol (H0).
2. Dengan menggunakan nilai signifikansi (P-value). Jika P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 ditolak dan jika P-
value lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0
diterima.
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA)
Benefit Cost Analysis (BCA) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui kelayakan pemanfaatan air buangan AC. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan pertimbangan analisis ekonomi belum dapat signifikan. BCA menunjukkan nilai dari beberapa indikator untuk melihat kelayakan pemanfaatan air buangan AC yaitu Net Present Value
(NPV) > 0, Benefit Cost Ratio (BCR) ≥ 1, dan Internal Rate of Return (IRR) ≥
Discount Rate. Tiga indikator BCA tersebut untuk mengetahui aspek biaya dan
manfaat yang paling efisien dari ketiga kolektifitas. Tujuan analisis dalam penelitian ini harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat.
Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari investasi sekarang
dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga
untuk Bt - Ct > 0
untuk Ct - Bt > 0
yang dianggap relevan. Menurut Gray et al (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut
0
(1
)
n t tBt
Ct
NPV
i
. . . . . . (4.3) Keterangan:Bt = keuntungan pada tahun ke - t Ct = biaya pada tahun ke – t i = tingkat suku bungan (%)
t = periode investasi (t = 0,1,2,3,….,n) n = umur teknis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV>0. Jika NPV<0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost
faktor produksi modal.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut: 0 0 (1 ) / (1 ) n t t t t n t t t t B C i Net B C C B i
. . . .. . . .(4.4) Keterangan lain: B = benefit C = cost i = discount rate t = periodeJika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti net B/C>1 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al, 1999).
IRR adalah discount factor yang membuat NPV = 0 dengan rumus yaitu: