• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluation Of Leukocyte Profile In Piglet (Sus Scrofa) During The Recruitment Maneuver On Pediatric Acute Lung Injury Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluation Of Leukocyte Profile In Piglet (Sus Scrofa) During The Recruitment Maneuver On Pediatric Acute Lung Injury Model"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HANIFAH ARIEF MUQADDAM

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

EVALUASI PROFIL LEUKOSIT ANAK BABI (Sus scrofa)

SELAMA MANUVER REKRUTMEN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Profil Leukosit Anak Babi (Sus scrofa) Selama Manuver Rekrutmen pada Model Kerusakan Paru Akut Pediatrik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRACT

HANIFAH ARIEF MUQADDAM. Evaluation of Leukocyte Profile in Piglet (Sus scrofa) during the Recruitment Maneuver on Pediatric Acute Lung Injury Model. Supervised by RIKI SISWANDI and GUNANTI.

This study evaluated the recruitment maneuvers effectiveness in piglet as model for pediatric acute lung injury (PALI). Leukocyte differentiations were observed as parameter. Six piglets in 5-8 kg weight range were divided in two groups. Three piglets as the first group without chest bandaging (A) and three piglets as the second group with chest bandaging (B). Chest bandaging in B group used as model for undeveloped diaphragm in infants. Recruitment maneuver was performed after induced acute lung injury by lavaging warm saline into lung parenchymal. Samples were taken at screening stage and postrecruitment maneuver within 95% confidence level. The results showed non-significant increase of the percentage of neutrophils and non-non-significant decreases of the total leukocytes, percentage of eosinophils, lymphocytes, and monocytes in both treatment groups. The increase and decrease level was bigger in the chest bandaging group.

(5)

ABSTRAK

HANIFAH ARIEF MUQADDAM. Evaluasi Profil Leukosit Anak Babi (Sus scrofa) Selama Rekrutmen Manuver pada Model Kerusakan Paru Akut Pediatrik. Dibimbing oleh RIKI SISWANDI dan GUNANTI.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas manuver rekrutmen dalam tata laksana cedera paru akut (CPA) pediatrik pada model hewan anak babi (Sus scrofa). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah diferensiasi leukosit. Enam ekor anak babi dengan berat badan 5-8 kg dibagi dalam dua kelompok. Tiga ekor babi sebagai kelompok pertama tanpa pembebatan (A) dan tiga ekor babi sebagai kelompok kedua diberi pembebatan rongga dada (B). Pembebatan dinding dada dilakukan sebagai model diafragma yang belum berkembang sempurna pada bayi. Manuver rekrutmen dilakukan setelah paru-paru kolaps akibat pembilasan oleh larutan NaCl fisiologis hangat pada parenkim paru dengan metode kumbah paru (lung lavage). Sampel diambil pada tahap penapisan sebelum induksi CPA dan pascarekrutmen manuver paru. Hasil penelitian pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan adanya tren penurunan nilai leukosit dan peningkatan nilai neutrofil. Kedua kelompok tidak memberikan perbedaan yang signifikan saat penapisan dan pascarekrutmen, namun selisih peningkatan dan penurunan yang terjadi lebih besar ditunjukkan pada perlakuan dengan pembebatan.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi

HANIFAH ARIEF MUQADDAM

EVALUASI PROFIL LEUKOSIT ANAK BABI (Sus scrofa)

SELAMA MANUVER REKRUTMEN

PADA MODEL KERUSAKAN PARU AKUT PEDIATRIK

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul “Evaluasi Profil Leukosit Anak Babi (Sus scrofa) Selama Manuver Rekrutmen pada Model Kerusakan Paru Akut Pediatrik” dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung disertasi dengan judul “Tekanan Transpulmoner Sebagai Indikator Stres Paru Akut pada Gangguan Mekanis Dinding Dada Model Hewan Pediatric Acute Lung Injury : Kajian tentang kerusakan paru yang diinduksi ventilasi mekanik” pada tahun 2014 dengan peneliti utama Dr dr Ririe Fachrina Malisie, SpA (K).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Badrun Sudang dan Ibunda Enok Rahmatillah, kakak tersayang Almahira Az Zahra, juga adik tercinta Nabaul Ahkam Al Faruqi dan Almira Dina Azzahra yang telah memberikan semangatnya selama ini kepada penulis. Terima kasih kepada Drh Riki Siswandi, MSi dan Dr Drh Gunanti, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar hingga akhir penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr dr Ririe Fachrina Malisie, SpA (K) yang telah memberikan kesempatan yang begitu berharga untuk dapat bergabung dalam penelitian payung disertasi ini. Terima kasih kepada teman-teman satu tim penelitian dan staf divisi Bedah dan Radiologi FKH-IPB yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Terima kasih diucapkan kepada Dhenok, Nunu, Tita, rekan-rekan Wisma All Blue sebagai bagian terdekat dalam perjuangan menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih kepada keluarga Farmasi Unsoed 2008 atas persahabatannya selama ini, juga kepada keluarga ACROMION 47 yang telah menjadi bagian dari perjuangan selama di FKH IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Cedera Paru Akut 2

Ventilator Mekanik 2

Darah 3

Babi (Sus scrofa) 3

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat dan Bahan 4

Model Hewan 4

Tahap Perlakuan 4

Pengambilan Data 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Nilai Total Leukosit 6

Nilai Eosinofil 6

Nilai Neutrofil 7

Nilai Limfosit 7

Nilai Monosit 8

Pembahasan 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rata-rata nilai total leukosit (x103/µL) 6

2 Rata-rata nilai Eosinofil (x103/µL) 7

3 Rata-rata nilai Neutrofil (x103/µL) 7

4 Rata-rata nilai Limfosit (x103/µL) 8

5 Rata-rata nilai Monosit (x103/µL) 8

DAFTAR GAMBAR

1 Haematology Particle Counter 4

2 Model hewan anak babi (Sus scrofa) yang diberi perlakuan 4

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cedera paru akut (CPA) merupakan gejala inflamasi paru akut dengan manifestasi peningkatan permeabilitas barier kapiler-alveoli, edema paru, alveoli kolaps dan terisi cairan sehingga menyebabkan kegagalan pernapasan akut. Penyakit ini dikategorikan sebagai penyakit paru-paru yang bersifat akut non-cardiac dengan rasio perbandingan antara tekanan oksigen parsial (PaO2) dan

fraksi inspirasi oksigen (FiO2) ≤300 mmHg (Grommers dan Soehnlein 2011).

Etiologi intrapulmoner berupa cedera langsung pada paru (seperti aspirasi dan pneumonia) dan tidak langsung dari ekstrapulmoner (Wheeler dan Bernard 2007).

Kasus CPA di dunia diperkirakan terjadi pada 86.2 orang per 100 000 orang dalam setahun di seluruh dunia dari segala usia. Meskipun inovasi yang intensif telah dilakukan dalam dunia kedokteran, kematian akibat CPA masih mencapai 40%. Pneumonia atau sepsis dapat dipastikan sebagai penyebab terjadinya cedera, namun dapat pula disebabkan oleh penyebab non-infeksius seperti aspirasi asam, hiperoxia, tekanan ventilasi yang tinggi, kontusio paru, reperfusi atau bleomycin (Matute et al. 2008).

Angka kejadian CPA pediatrik berkisar antara 2.2-12 per 100 000 orang per tahun dengan tingkat kematian 18-60%. Rata-rata angka kematian CPA pediatrik ini lebih tinggi dibandingkan dengan populasi dewasa, karena 45.8% penderita meninggal disebabkan karena gagal multiorgan dan bukan karena gagal pernapasan (Randolph 2009).

Cedera paru akut menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding alveolus yang menyertai masuknya neutrofil ke dalam bronkoalveolus. Kehadiran neutrofil merupakan kunci dari derajat keparahan cedera sehingga dapat dikatakan CPA merekrut neutrofil menuju ke paru-paru (Manicone 2009). Salah satu cara untuk menanggulangi kejadian CPA adalah dengan menggunakan ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik merupakan instrumen kedokteran yang merupakan komponen esensial dalam upaya pemenuhan pasokan oksigen ke berbagai organ dan merupakan satu-satunya tata laksana yang sudah terbukti bermakna menurunkan mortalitas CPA (Villar et al. 2011). Perlu diketahui bahwa penggunaan ventilator yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera paru dan respon inflamasi akibat peningkatan aktivitas sitokin. Kondisi ini serupa dengan patogenensis CPA sehingga dinamakan cedera paru yang diinduksi oleh ventilator (Villar et al. 2011).

(12)

2

berkembang sempurna, karena selama ini manuver rekrutmen hanya memperhatikan komplians paru tetapi tidak mempertimbangkan elastans dinding dada (Kornecki dan Kavanagh 2009).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran diferensiasi leukosit pada anak babi (Sus scrofa) yang mengalami CPA pediatrik selama manuver rekrutmen dengan dan tanpa pembebatan dinding dada.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tatalaksana CPA pediatrik dengan mengetahui efektivitas manuver rekrutmen pada anak babi (Sus scrofa) yang mengalami gangguan mekanika respirasi oleh pembebatan dinding dada.

TINJAUAN PUSTAKA

Cedera Paru Akut

Cedera paru akut (CPA) merupakan gejala hipoksemia akut yang secara klinis terlihat dengan adanya peningkatan permeabilitas pada alveolus yang menyebabkan edema paru. American-European Consensus Conference (AECC) menjelaskan bahwa kriteria CPA yang sering digunakan baik pada orang dewasa maupun anak-anak berdasarkan 4 parameter klinis, yaitu: (1) onset akut, (2) arterial hypoxia, (3) ratio PaO2/ FiO2 ≤300 mmHg, dan (4) tidak disertai dengan

hipertensi pulmoner (Randolph 2009).

Pemicu yang paling umum adalah infeksi di traktus respiratorius bagian bawah. Meskipun frekuensi kejadian pada anak-anak (2.2-12 dari 100 000 orang per tahun) lebih sedikit daripada usia dewasa (306 per 100 000 orang per tahun), tingkat kematian akibat CPA tergolong tinggi pada anak-anak (Erickson et al. 2007).

Ventilator Mekanik

Ventilator mekanik adalah alat pernapasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan memberikan oksigen dalam waktu yang lama. Ventilator mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif (Kornecki dan Kavanagh 2009).

(13)

3 sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi yang sering (Smeltzer dan Bare 1996).

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan napas sehingga dapat mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ventilator jenis ini memerlukan intubasi endotrakeal. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus (Vitali dan Arnold 2009).

Darah

Darah ditunjang oleh keberadaan plasma yang bertindak sebagai suplemen dalam bentuk protein sebagai makanan. Sel-sel darah terdiri atas: (1) eritrosit, (2) leukosit, dan (3) trombosit yang dikenal sebagai benda-benda darah. Darah berfungsi sebagai pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh, penyalur oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru, pembawa sisa metabolisme tubuh untuk dieksresikan melalui urin (ginjal), pembawa hormon ke organ lain dalam tubuh, penyeimbang asam-basa (buffer tubuh), serta penyeimbang kandungan air tubuh dan sebagai pembekuan darah sehingga mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebih pada saat luka (Ganong 2003).

Babi (Sus scrofa)

Penggunaan babi telah banyak dilakukan sebagai model hewan dalam penelitian bedah eksperimemtal. Penelitian dalam bidang mekanika respirasi memperlihatkan kemiripan babi dari hemodinamik dan anatomik paru dengan manusia. Paru-paru babi terdiri atas beberapa lobus yang juga mirip dengan manusia. Sebagai pembeda adalah adanya lobus accessorius pada paru kanan yang melintasi vena besar (vena cava caudalis). Pertimbangan kemiripan tersebut menjadi dasar penentuan penggunaan babi sebagai model hewan pada kasus CPA (Bastarache dan Blackwell 2009).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(14)

4

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah Oxfendazole, suplemen zat besi, pakan, air minum, Atropin Sulfat (Aludonna®, PT Armoxindo Farma), Ketamin (Ilium Ketamil®, Troy Laboratories), Xylazine (Xylazil®, Troy Laboratories), Vecuronium Bromida (Ecron®, PT Pharoz), kateter intravena, dan

three way stop cock. Anestesi rumatan menggunakan satu set syringe pump (B BRAUN Medical Inc.) berisi Propofol (Lipuro®, B BRAUN Medical Inc), Midazolam (Hipnoz®, PT Pharoz), dan Fentanyl (Fentanyl® Injection, Johnson &

Johnson). Induksi CPA menggunakan larutan Saline (NaCl 0.9%, PT Widatra Bhakti) hangat, manset dari kain dengan lebar 50 cm untuk pembebatan dinding dada yang terhubung dengan spigmomanometer.

Intubasi dilakukan dengan pipa endotrakeal (Endotracheal tube/ ETT), laringoskop lurus, dan ventilator AVEA® bicore (Carefusion, Yorba Linda-Amerika). Pemeriksaan diferensiasi leukosit menggunakan instrumen hematologi particle counter (ERMA Inc., Jepang).

Gambar 1 Haematology Particle Counter

Model Hewan

Model hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 ekor babi (Sus scrofa) yang berumur 1-3 bulan dengan berat badan 5-8 kg. Model hewan dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri dari 3 ekor babi. Kelompok pertama tidak dilakukan pembebatan pada dinding dada (A) dan kelompok kedua dilakukan pembebatan pada dinding dada (B) (Gambar 2).

(A) (B)

Gambar 2 Model hewan anak babi (Sus scrofa) yang diberi perlakuan tanpa pembebatan (A) dan dengan pembebatan (B) dinding dada

Tahap Perlakuan

(15)

5

upaya sanitasi. Selama adaptasi babi diberikan Oxfendazole sebagai antihelmintik secara peroral dan suplemen zat besi. Babi diberikan pakan pada pagi dan sore hari. Air minum diberikan secara ad libitum.

Kelompok babi yang akan digunakan harus melalui tahap penapisan pra-penelitian berupa pemeriksaan kondisi klinis (tidak mengalami infeksi, gangguan napas atau organ lainnya), parameter respirasi, dan parameter hemodinamik. Kedua kelompok hewan diberikan perlakuan dasar yang sama yaitu anestesi, induksi CPA, pemasangan ventilasi mekanik, dan manuver rekrutmen. Induksi anestesi diberikan dengan kombinasi Ilium Ketamil® dan Xylazil® secara intramuscular (IM) pada m. semimembranosus/ semitendinosus. Selanjutnya diberikan premedikasi dengan Aludonna® secara intravena (IV). Rumatan anestesi

dilakukan dengan metode neuroleptanalgesia dengan kombinasi injeksi Lipuro®, Hipnoz®, dan Fentanyl® melalui akses vena perifer setelah hewan terinduksi. Hewan diberikan Injeksi Ecron® secara IV secaraperiodik setiap 30 menit.

Induksi CPA dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan proses intubasi, yaitu pemasangan pipa endotrakeal (Endotracheal tube/ ETT) ke jalan napas (trakea) melalui mulut. Kumbah bronkus dilakukan pada parenkim paru menggunakan Saline 0.9% hangat. Setelah anak babi terinduksi CPA, pipa endotrakeal dihubungkan dengan ventilator AVEA® bicore, dengan modus pengaturan pressure control. Paru yang kolaps kemudian dikembangkan kembali secara manuver rekrutmen dengan strategi proteksi paru menggunakan metode inkremental dan dekremental positive end expiratory pressure (PEEP). Pembebatan dinding dada menggunakan manset yang tersambung dengan spigmomanometer hanya dilakukan pada kelompok B.

Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada tahap penapisan sebelum induksi CPA dan pascarekrutmen manuver paru (Gambar 3). Darah diambil dari arteri femoralis sebanyak 3 ml menggunakan syringe dan dimasukkan ke dalam EDTA vacuum tube dan dihomogenisasi. Setelah itu darah diperiksa menggunakan instrumen hematologi particle counter dengan pemeriksaan darah lengkap.

(16)

6

Analisis Data

Data yang diperoleh dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku. Data diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 dan SPSS 21. Data variabel dianalisis secara statistik menggunakan One-way Analyze of Variant (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Total Leukosit

Leukosit merupakan sel pembentuk komponen darah yang memiliki inti dan memiliki kemampuan gerak mandiri. Sel ini membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal total leukosit pada babi adalah 7-20 x103/µL (Harapin et al. 2003). Nilai yang diperoleh memperlihatkan adanya penurunan jumlah total leukosit pascarekrutmen yang tidak signifikan pada kedua kelompok babi, tetapi penurunan nilai total leukosit yang lebih besar ditunjukkan pada kelompok B Tanpa pembebatan (A) 11.40±2.95a,x 9.87±2.16a,x

Dengan Pembebatan (B) 17.80±5.30a,x 14.37±3.31a,x

Keterangan: Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antarkelompok perlakuan. Huruf superscript

(a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan signifikan (p<0.05) antartahap pengambilan data.

NilaiEosinofil

(17)

7 Tabel 2 Rata-rata nilai eosinofil (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen

pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan

Perlakuan Penapisan Pascarekrutmen Tanpa pembebatan (A) 0.06±0.11a,x 0.03±0.06a,x

Dengan Pembebatan (B) 0.13±0.22a,x 0.05±0.09a,x

Keterangan: Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antarkelompok perlakuan. Huruf superscript

(a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan signifikan (p<0.05) antartahap pengambilan data.

Nilai Neutrofil

Neutrofil adalah sel pertahanan pertama terhadap infeksi mikroorganisme dari luar. Pembentukan neutrofil terjadi di sumsum tulang dan dikirim ke pembuluh darah dalam keadaan matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus bahkan dalam sirkulasi pembuluh darah (Guyton dan Hall 1997). Nilai neutrofil pada babi adalah 1.96 – 12 x103/µL (Harapin et al. 2003). Nilai yang diperoleh memperlihatkan adanya peningkatan jumlah neutrofil pascarekrutmen yang tidak signifikan pada kedua kelompok babi, tetapi peningkatan jumlah eosinofil yang lebih besar ditunjukkan pada kelompok B (Tabel 3).

Tabel 3 Rata-rata nilai neutrofil (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen

pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan

Perlakuan Penapisan Pascarekrutmen Tanpa pembebatan (A) 5.10±1.35a,x 5.43±2.10a,x

Dengan Pembebatan (B) 8.24±2.95a,x 9.31±4.33a,x

Keterangan: Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antarkelompok perlakuan. Huruf superscript

(a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan signifikan (p<0.05) antartahap pengambilan data.

Nilai Limfosit

Limfosit merupakan sel pertahanan utama dalam sistem imun tubuh. Limfosit terdiri atas limfosit B, limfosit T, dan sel natural killer. Limfosit B berfungsi membunuh bakteri dan membuat toksin bakteri menjadi inaktif. Limfosit T berperan menyerang virus, fungi, dan sel kanker. Sel ini responsif terhadap reaksi transfusi, alergi dan menolak transplantasi organ yang tidak sesuai. Adapun sel natural killer berfungsi sebagai sistem kekebalan seluler nonspesifik (Tortora dan Derrickson 2006). Nilai limfosit pada babi adalah 2.80 – 12 x103/µL (Harapin et al. 2003). Nilai yang diperoleh memperlihatkan adanya

(18)

8

Tabel 4 Rata-rata nilai limfosit (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen

pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan

Perlakuan Penapisan Pascarekrutmen

Tanpa pembebatan (A) 5.04±0.77a,x 4.23±0.78a,x

Dengan Pembebatan (B) 7.52±1.25a,x 5.19±0.75a,x

Keterangan: Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antarkelompok perlakuan. Huruf superscript

(a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan signifikan (p<0.05) antartahap pengambilan data.

Nilai Monosit

Pembentukan monosit terjadi di dalam sumsum tulang dan bersirkulasi dengan singkat sebelum memasuki jaringan. Monosit kemudian menjadi makrofag dan memiliki aktivitas dalam fagositosis mikroba (Lawhead dan Baker 2005). Nilai neutrofil pada babi adalah 0.14 – 2.00 x103/µL (Harapin et al. 2003).

Nilai yang diperoleh memperlihatkan adanya penurunan jumlah monosit pascarekrutmen yang tidak signifikan pada kedua kelompok babi, tetapi penurunan jumlah monosit yang lebih besar ditunjukkan pada kelompok B (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata nilai monosit (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan

Perlakuan Penapisan Pascarekrutmen Tanpa pembebatan (A) 0.72±0.29a,x 0.49±0.36a,x

Dengan Pembebatan (B) 1.59±1.17a,x 0.89±0.73a,x

Keterangan: Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antarkelompok perlakuan. Huruf superscript

(a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan signifikan (p<0.05) antartahap pengambilan data.

Pembahasan

Tahap kumbah bronkus menyebabkan alveoli kolaps. Kerusakan ini dikaitkan dengan cedera alveolar dan cedera paru endotel kapiler. Peningkatan permeabilitas penghalang alveolar-kapiler menyebabkan masuknya cairan ke dalam alveoli. Hambatan alveolar-kapiler dibentuk oleh endotel mikrovaskuler dan lapisan epitel alveoli. Berbagai beban mengakibatkan kerusakan baik pada endotel pembuluh darah atau epitel alveolar sehingga terjadi kondisi CPA.

Tren penurunan yang terjadi pada nilai total leukosit mengindikasikan penarikan makrofag, neutrofil dan fibroblas menuju jaringan yang rusak pada fase proliferasi sehingga menyebabkan jumlah total leukosit di dalam sirkulasi menurun (Macfarlane et al. 2000). Berdasarkan hasil analisa darah selama manuver rekrutmen pada CPA pediatrik didapatkan nilai total leukosit yang menurun.

(19)

9 kerusakan dan membentuk vaskularisasi baru (neovaskularisasi) yang belum akan terjadi dalam rentang pengambilan data, karena neovaskularisasi baru akan terbentuk pada akhir proses inflamasi (hari ke-5) hingga minggu ke-3 (Appleton dan Lange 2009). Penurunan yang terjadi dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal. Meskipun demikian, didapatkan nilai penurunan pada data penelitian yang lebih besar pada kelompok dengan pembebatan.

Penurunan nilai total leukosit juga diikuti oleh penurunan nilai eosinofil yang telah lama diketahui sebagai salah satu respons tubuh terhadap infeksi akut. Eosinofil diproduksi saat terjadi infeksi parasit dan akan bermigrasi menuju jaringan. Selain sebagai pertahanan infeksi parasit, eosinofil juga ditemukan pada tempat reaksi alergi. Eosinofil bermigrasi ke arah sel sasaran karena adanya rangsangan mediator yang diproduksi oleh sel limfosit T, mastosit dan basofil yang disebut eosinophil chemotacticfactor of anaphilaxis (ECF-A) (Kresno 2001). Kehadiran eosinofil belum banyak diketahui kecuali terhadap kehadiran agen parasitik. Dalam tatalaksana kegawatdaruratan di rumah sakit, kadar eosinofil yang menurun telah diketahui sebagai akibat dari infeksi akut. Kejadian stres dan infeksi dilakukan terhadap kejadian eosinophenia sebagai penanda diagnosa sepsis, tetapi penanda ini mulai ditinggalkan karena sensitivitas yang kurang akibat parameter yang sering berubah pada pasien dengan kondisi kritis (Abidi et al. 2008).

Data yang didapat memperlihatkan tren penurunan nilai eosinofil yang lebih tinggi pada kelompok dengan pembebatan meskipun masih dalam kisaran normal, namun menunjukkan simpangan baku yang besar pada kedua kelompok. Nilai ini diperoleh karena beberapa anak babi dalam populasi uji tidak menunjukkan adanya kehadiran eosinofil, baik saat penapisan maupun pascarekrutmen. Ketiadaan eosinofil pada populasi babi mempengaruhi rataan dan simpangan baku karena sampel yang tidak seragam. Nilai eosinofil yang rendah ini dapat menjadi suatu penanda gejala stres dan inflamasi.

Nilai limfosit memperlihatkan tren penurunan meskipun masih dalam kisaran normal. Penurunan limfosit yang lebih besar ditunjukkan oleh kelompok dengan pembebatan. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi penurunan limfosit adalah adanya peningkatan level kortisol dalam darah. Kortisol dikenal sebagai hormon stres yang jika kadarnya terlalu tinggi dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dengan mengurangi pelepasan limfosit dari kelenjar thimus dan limfonodus (Davis et al. 2008). Kortisol bisa saja menjadi tinggi karena kondisi CPA memicu stres oksidatif yang berpengaruh pada jumlah nilai limfosit. Selain pelepasannya dihambat dari thimus dan limfonodus, migrasi limfosit menuju paru-paru akibat proses kumbah menyebabkan penurunan dalam darah. Kondisi CPA yang berlangsung secara persisten akan menyebabkan kegagalan multiorgan dan sepsis yang jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian mendadak (Sauaia 1995).

(20)

10

Peningkatan neutrofil dapat mengindikasikan adanya respon inflamasi. Neutrofil hadir sebagai agen yang berkontribusi atas inflamasi yang menyebabkan terganggunya fungsi paru (Ognibene et al. 1986). Nilai yang didapat dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang masih berada dalam kisaran normal, tetapi nilai peningkatan nilai neutrofil lebih tinggi ditunjukkan pada kelompok dengan pembebatan. Hasil penelitian yang diperoleh Malisie (2014) terhadap kehadiran neutrofil pada pengamatan histopatologi kerusakan paru menunjukkan adanya jumlah neutrofil dalam jumlah tinggi. Neutrofil masuk ke dalam paru-paru dan bermigrasi ke alveoli, mengekspresikan sitokin pro inflamasi seperti Interleukin (IL)-1 dan Tumor Nekrosis Faktor α (TNF-α), menyebabkan kerusakan dan kehilangan integritas epitel sehingga terjadilah hemorhagi dan endotoksemia (Abraham et al. 1999).

Perubahan dari tahap penapisan dan pascarekrutment menunjukkan tren peningkatan hanya pada sel neutrofil. Menurut Tortora dan Derrickson (2006), neutrofil merupakan sel leukosit yang paling cepat merespons terjadinya infeksi. Sel neutrofil adalah sel terakhir dari diferensiasi mieloid. Sel ini berasal dari stem cell di sumsum tulang dan telah mengalami pematangan bertahap hingga menjadi neutrofil. Karena sel ini banyak tertimbun di sumsung tulang maka bila diperlukan akan segera masuk ke sirkulasi. Apabila terjadi infeksi, produksi neutrofil akan meningkat dua kali lipat secara cepat karena stimulasi sitokin. Sitokin bekerja pada stem cell sumsum tulang untuk menstimulasi proliferasi dan maturasi prekursor neutrofil.

Secara keseluruhan, kondisi CPA menyebabkan jumlah antioksidan di dalam sel berkurang atau produksi spesies oksigen reaktif (SOR) meningkat. Peningkatan SOR memberikan dampak stres oksidatif di saluran napas, jaringan paru, dan darah. Stres oksidatif mengakibatkan pelepasan sitokin pro inflamasi yang memberikan sinyal untuk merekrut sel inflamasi dalam jumlah besar. Faktor penyebab stres oksodatif juga ternyata ditemukan akibat penggunaan ventilator mekanis yang dikenal sebagai VILI/ Ventilatory Induce Lung Injury (Grasso et al. 2009). Hal ini menandakan adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas oksigen dengan ketersediaan antioksidan, baik internal maupun eksternal.

Kasus CPA lebih ditandai dengan kehadiran neutrofil, baik CPA karena kondisi fisik penderita, CPA akibat induksi ventilasi (VILI), ataupun CPA yang terjadi akibat transfusi darah (Transfusion-Related Acute Lung Injury/ TRALI) (Toy et al. 2005). Kondisi CPA juga berpengaruh saat dilakukan proses pembebatan. Hal ini dibuktikan dengan lebih besarnya nilai penurunan leukosit dan peningkatan neutrofil yang diukur pada kelompok dengan pembebatan dinding dada.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(21)

11 penapisan dan pascarekrutmen, namun selisih peningkatan dan penurunan yang terjadi lebih besar ditunjukkan pada perlakuan dengan pembebatan.

Saran

Penelitian lanjutan disarankan dilakukan dengan jumlah model hewan yang lebih banyak, memperhatikan jenis kelamin, bobot badan yang seragam, dan model hewan jenis lain selain babi. Pengambilan data sebaiknya ditambahkan hingga pada tahap pemulihan pascaoperasi sehingga didapatkan dinamika leukosit di waktu inflamasi, proliferasi, dan remodelling setelah induksi CPA.

DAFTAR PUSTAKA

Abidi K, Khoudri I, Belayachi J, Madani N , Zekraoui A, Ali A, Zeggwagh, Abouqal R. 2008. Eosinopenia is a reliable marker of sepsis on admission to medical intensive care units. Crit Care Med. 12:1-10.

Abraham E, Kaneko DJ, Shenkar R. 1999. Effects of endogenous and exogenous catecholamines on LPS-induced neutrophil trafficking and activation. Am J Physiol. 276:L1–L8.

Appleton, Lange. 2009. Current Diagnosis and Treatment Surgery 13th Edition. Michigan (US): Mc Graw Hill Medical.

Bastarache JA, Blackwell TS. 2009. Development of animal model for acute respiratory distress syndrome. Dis Model Mech . 2 (5-6):218-23.

Davis AK, Maney DL, Marez JC. 2008. The use of leucocytes profile to measure stress in vertebraes: a review for ecologists. Funct Ecol. 22:760-772

Erickson S, Schibler A, Numa A. 2007. Acute lung injury in pediatric intensive care in australia and new zealand: a prospective, multicenter, observational study. Pedi Crit Care Med. 8:317–323.

Ganong W. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology) Edisi ke-14. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Grasso S, Stripoli T, Sacchil M, Tretoli P, Staffieri F, Franchimi D. 2009.

Inhomogenity of lung parenchyma during the open lung strategy a computed tomography scan study. Am J Resp Crit Care Med. 180:415-22. Grommes J, Soehnlein O. 2011. Contribution of neutrofils to acute lung injury.

Mol Med. 17(3-4): 293-307.

Guyton AC, Hall EJ. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor: Irawati. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Harapin I, Bedrica L, Hahn V, Sostaric B, Gracner D. 2003. Haematological and biochemical values in blood of wild boar (sus scrofa ferus). Veterinarski Arhiv. 73 (6). 333-343.

Kornecki A, Kavanagh B. 2009. The respiratory tract in pediatric critical illness and injury. New York (US): Springer Verlag Publishing.

Kresno SB. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium edisi ke-4. Jakarta (ID): Balai Penerbit FKUI.

(22)

12

Lekstrom H, Galin JI. 2000. Immunodeficiency diseases and caused by defects in phagocytes. N Engl J Med. 343:1703.

Macfarlane PS, Reid R, Callander R. 2000. Pathology Ilustrated. 5th Edition. London (UK): Churchill Livingstone.

Malisie RF. 2014. Tekanan Transpulmoner sebagai indikator stres paru pada gangguan mekanis dinding dada model hewan pediatric acute lung injury. Disertasi. Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Manicone AM. 2009. Role of the pulmonary epithelium and inflammatory signals in acute lung injury. Expert Rev Clin Immunol. 5:63–75.

Matute BG, Frevert CW, Martin TR. 2008. Animal models of acute lung injury. Am J Physiol. 295: 79–99.

Ognibene FP, Martin SE, Parker MM. 1986. Adult respiratory distress syndrome

in patients with severe neutropenia. N Engl J Med. 315:547–551

Randolph AG. 2009. Management of acute lung injury and acute respiratory distress syndrome in children. Crit Care Med. 37:2448-54.

Sauaia A. 1995. Epidemiology of trauma deaths: a reassessment. Journal of Trauma. 38:185-193

Smeltzer SC, Bare BG. 1996. Brunner & Suddart’s Textbook of Medical-Surgical Nursing 8th Edition. Philadelphia (US): Lippincott-Raven Publishers.

Tortora GJ, Derrickson B. 2006. Principles of Anatomy and Physiology 11th Edition. Danvers (US): Biological Sciences Textbook’s, Inc.

Toy P, Mark A, Popovsky, Abraham E, Daniel R. 2005. Transfusion-related acute

lung injury: definition and review. Crit Care Med. 33 (4): 721.

Villar J, Blanco J, Anon JM, Santos BA, Blanch L, Gandia F. 2011. The ALIEN study: Incidence and outcome of acute respiratory distress syndrome in the era of lung protective ventilation. Intensive Care Med 37:1932.

Vitali SH, Arnold JH. 2005. Bench to beside review: ventilator strategies to reduce lung injury lesson from pediatric and neonate intensive care. Crit Care Med. 131: 921-29.

Voigt GL, Swist SL. 2011. Hematology Techniques and Concepts for Veterinary Technicians 2nd Edition. New Delhi (ID): Aptara Inc.

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 24 Februari 1990 di Tasikmalaya. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Badrun Sudang dan Ibu Enok Rahmatillah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2002 di SDN Wirautama (sekarang berganti nama menjadi SDN 4 Sindangkasih) Ciamis. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Muhammadiyah 1 Tasikmalaya. Sempat menjadi mahasiswa farmasi di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun 2008 selama 4 semester, penulis akhirnya memutuskan untuk pindah dengan mengambil pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(24)

Gambar

Gambar 1  Haematology Particle Counter
Gambar 3 Alur penelitian
Tabel 2 Rata-rata nilai eosinofil (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan
Tabel 4 Rata-rata nilai limfosit (x103/µL) selama penapisan dan pascarekrutmen pada anak babi (Sus scrofa) tanpa dan dengan pembebatan

Referensi

Dokumen terkait

dari itu ketika ‘iddah talak raj’i seorang perempuan tidak boleh menikah dengan laki-laki lain, hal tersebut untuk menjaga hak suami yang pertama (yang

dimulainya proses produksi, dan waktu penyelesaian proses produksi. 2) Pengendalian bahan baku, kecukupan bahan baku untuk kelancaran kegiatan proses produksi, tidak boleh

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh content, bentuk, dan media komunikasi terhadap kesuksesan proyek IT di Bank ABC

PEMBANGUNAN KANTOR UPT WILAYAH II DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI RIAU DI KABUPATEN KAMPAR..

12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil.Peraturan Dirjen Pembendaharaan Nomor PER-50/PB/2006PP No.. 37 Tahun 2006SEB Menteri Keuangan dan

Penelitian ini fokus pada aspek etika dalam Professional Judgment yang muncul sebagai konsekuensi perubahan dari Rule Based menjadi Priciple Based dalam

Dari riset yang telah dilakukan ternyata saluran media massa memiliki pengaruh yang lebih besar bagi masyarakat Banjarnegara, sebesar 24,7% media massa mempengaruhi

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2013 sedangkan evaluasi dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2013.