• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SELF ESTEEM ANTARA IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN SELF ESTEEM ANTARA IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perubahan pandangan tentang kemampuan wanita membuat wanita bangkit memperjuangkan hak-haknya serta tidak melupakan kodratnya sebagai wanita. Saat ini telah banyak wanita yang memasuki dunia kerja. Ada berbagai alasan yang mendorong mereka untuk bekerja dan meninggalkan rumah antara lain untuk mandiri secara ekonomi tidak tergantung pada suami, menambah penghasilan keluarga, mengisi waktu luang serta untuk mengembangkan prestasi atau keahlian-keahlian yang dimiliki.

Seiring dengan pesatnya derap langkah pembangunan di Indonesia, mulai tampak adanya pergeseran pada peran kaum wanita. Mereka tidak lagi membatasi perannya sebagai ibu rumah tangga semata, namun mulai banyak yang juga berpartisipasi sebagai tenaga kerja aktif di luar rumah. Bahkan, menurut data Biro Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja wanita pada tahun 1990 telah meningkat menjadi 25.788.997 orang, dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 16.934.590 orang (Antonius, Suara Pembaruan, 19 Juni 1994). Angka tersebut menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita pada tahun 1990 adalah 38,8% dari keseluruhan angkatan kerja di Indonesia (Mundiharno, Kompas, 20 April 1994). Dan pada tahun 2011 ini meningkat hingga 20.250.000 orang angkatan kerja untuk daerah Jawa timur (biro pusat statistik Februari 2011).

Hasil penelitian Multifah (dalam jurnal Tropika 2002) menunjukkan bahwa alasan yang dikemukakan responden untuk bekerja meliputi alasan sosial dan alasan keluarga. Dari seluruh responden, di pedesaan hanya 5% yang bekerja untuk mengisi waktu dan 90% bekerja karena alasan ekonomi. Di perkotaan hanya 2% yang bekerja dikarenakan untuk mengisi waktu luang dan yang 98% bekerja dikarenakan alasan ekonomi yaitu untuk menambah penghasilan keluarga.

(2)

2

Wanita yang telah menikah mempunyai peran dalam keluarga sebagai istri, sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Ini yang pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yan telah berkeluarga. Namun dalam kehidupan modern dan dalam era pembangunan dewasa ini, banyak wanita yang tidak puas tinggal di rumah menjalankan tugas utamanya. Banyak wanita (yang telah menikah) bekerja di kantor dengan alasan membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi atau demi untuk pengembangan diri dan karirnya.

Menurut Widiastuti (2003: 114) karier dan pekerjaan bagi ibu rumah tangga saat ini dipandang bukan lagi sebagai pilihan, tetapi sudah merupakan aktualisasi diri. Dengan didasari pola pikir yang lebih terbuka pada ibu rumah tangga yang bekerja dapat menentukan kehidupannya dengan lebih pasti karena dalam dirinya tidak merasakan keraguan dalam menentukan langkahnya, sehingga ibu rumah tangga yang mempunyai rasa percaya diri akan bertindak mandiri, tegas dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan seperti apa yang diinginkan, memiliki keyakinan dan memiliki persepsi diri positif sehingga merasa bangga atas potensi yang diperolehnya tetapi tergantung pada kesadaran masing-masing individu.

Sebaliknya ibu rumah tangga yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah, mereka hanya mengurusi semua kebutuhan keluarga dan harus senantiasa mengkonsentrasikan dirinya pada keluarga. Dengan keadaan demikian, ibu rumah tangga menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka jarang atau bahkan kurang mendapatkan pengetahuan dengan dunia luar, tentang bagaimana mereka harus tampil cantik dan percaya diri dihadapan orang banyak, menyelesaikan atau memutuskan suatu masalah dengan matang (apabila ada masalah yang rumit selain masalah rumah tangga) dan masih banyak yang lainnya.

(3)

3

berkeluarga, mempunyai suami dan anak, maka keluarga juga merupakan sisi kehidupan yang penting yang memerlukan perhatian dan tidak boleh ditinggalkan.

Menurut pandangan umum, bila seseorang wanita telah menikah sudah selayaknya tanggung jawab keuangan diserahkan kepada suami namun selain berkeluarga, mempunyai karier adalah pilihan hidup. Banyak alasan yang mungkin dapat dikemukakan sebagai latar belakang keputusan untuk tetap bekerja, salah satunya finansial.

Dalam artikel majalah Nakita menjelaskan umumnya ibu rumah tangga yang bekerja memiliki kekurangan dan kelebihan yaitu memiliki banyak relasi yang membuatnya lebih terbuka termasuk dalam mengasuh anak, logika berpikirnya pun lebih dinamis ditambah dengan wawasan mereka dalam mengasuh anak yang cukup luas, membantu kebutuhan finansial sehingga keluarga bisa merencanakan kualitas hidup yang lebih baik, punya kesempatan mengaktualisasikan diri sehingga kepercayaan diri pun meningkat namun dikarenakan sempitnya waktu sehingga kuantitas bertemu anaknya yang sedikit menyulitkan ibu rumah tangga yang bekerja di kantor untuk meningkatkan kualitas interaksinya dengan anaknya, sebagian besar tenaga habis tercurah pada pekerjaan yang mengakibatkan proses mengasuh anaknya dilakukan dalam kapasitas waktu yang seadanya. Sedangkan kelebihan dan kekurangan ibu rumah tangga yang tidak bekerja adalah karena selalu berada di rumah maka ia memiliki kesempatan lebih banyak menjalin hubungan harmonis dengan keluarga serta punya kesempatan lebih banyak mengenal karakter anak, punya kesempatan lebih banyak menggali bakat dan minat anak, punya kesempatan memberikan stimulasi terbaik dan terlengkap kepada anak namun karena terdorong untuk membantu/melayani anak sehingga membuat anak tidak/sulit mandiri, memiliki banyak waktu namun akses informasi mengenai pengasuhan anak tidak seluas ibu bekerja.

(4)

4

Penelitian lain yang dilakukan oleh Bania Maulina dan Raras Sutatminingsih mengenai stress ditinjau dari harga diri pada ibu yang memiliki anak penyandang retardasi mental yang dilakukan pada ibu yang memiliki anak yang menyandang retardasi mental sebanyak 40 orang, dimana 28 diantaranya memiliki anak dengan retardasi mental taraf ringan dan 12 lainnya memiliki anak retardasi mental taraf menengah. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara harga diri dan stress pada ibu yang memiliki anak penyandang cacat mental (rxy=0.601, p <0.05).

Faktor penyebab ibu rumah tangga yang bekerja memiliki karakteristik cenderung lebih terbuka dalam mengasuh anak, logika berpikirnya jauh lebih dinamis ditambah dengan wawasan mereka dalam mengasuh anak yang cukup luas namun sulit meningkatkan kualitas interaksinya dengan anak karena kuantitas pertemuan yang kurang, urusan pekerjaan yang menyita sebagian besar energi ibu yang mengakibatkan proses mengasuh anak dilakukan dalam kapasitas waktu seadanya berdasarkan contoh hasil penelitian diatas adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebenarnya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai mengasuh anak namun dikarenakan pekerjaan yang membuatnya harus membagi waktunya antara bekerja dan mengurus anak yang akhirnya menimbulkan konflik perannya sebagai ibu dan pekerja, konflik perannya yang tinggi menyebabkan self-esteem nya menjadi rendah karena merasa tidak dapat menangani kedua

pekerjaannya itu dengan baik. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja justru memiliki konflik peran yang rendah karena ia hanya terfokus mengurus anak dan suaminya saja tanpa harus membagi waktunya dengan pekerjaan yang lain yang akhirnya meningkatkan self-esteem nya karena merasa puas dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan mendapat penghargaan dari orang lain.

Apabila pada awalnya wanita mendominasi pada bidang pendidikan dan kesehatan, sekarang ini makin banyak wanita mulai terjun ke sektor publik, bidang-bidang yang masih didominasi kaum pria (Rustijono, suara Pembaruan 21 April 1994).

(5)

5

masyarakat yang sifatnya dikotomis, sehingga kedudukan wanita selalu dilawankan dengan pria akibatnya akhirnya wanita disamaratakan sebagai mahkluk dengan status yang lebih rendah dari pria.

Reaksi yang bersifat kontra timbul karena masyarakat masih menganggap bahwa dunia kerja identik dengan dunia kaum pria, bahkan menurut Zinberg (dikutip Kundsin, 1973) istilah karier itu memiliki konotasi yang maskulin, sehingga masyarakat masih sulit untuk menerima adanya penambahan peran kaum wanita sebagai tenaga kerja aktif di luar rumah. Adanya pandangan yang menyatakan bahwa prestasi dan kefemininan adalah dua hal yang bertentangan. Apabila wanita berprestasi, ia akan cenderung untuk menjadi lebih maskulin dan kefemininannya akan berkurang (Hoffman, Horner dikutip Frieze, 1978).

Sebaliknya, dalam masyarakat ada juga yang pro dengan keterlibatan wanita secara aktif sebagai tenaga kerja di luar rumah tangga. Status wanita bekerja dianggap lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ibu rumah tangga, sebab merekalah yang dapat menyejajarkan dirinya dengan pria. Peranan ibu rumah tangga dianggap tidak mampu mendukung pengembangan pribadi karena tidak dapat memperluas wawasan, sehingga peran ini dianggap tidak berfungsi (Tampubolon, Suara Pembaruan). Dengan asumsi seperti itu, diyakini bahwa self-esteem ibu rumah tangga yang bekerja akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja (Tinsley & Faunce, dalam Betz, 1987).

Menurut Branden (2001: 5) self-esteem atau harga diri adalah perpaduan antara kepercayaan diri dengan penghormatan diri. Dimana harga diri itu sendiri merupakan salah satu komponen diri yaitu citra diri dan harga diri. Mempunyai harga diri yang kokoh berarti merasa cocok dengan kehidupan dan penuh keyakinan yaitu mempunyai kompetensi dan sanggup mengatasi masalah-masalah kehidupan. Mempunyai harga diri yang rapuh berarti merasa tidak cocok dengan kehidupan dan merasa bersalah terhadap diri sendiri.

(6)

6

Self-esteem yang dimaksud pada penelitian kali ini adalah penghargaan diri ibu

rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap dirinya sendiri, bagaimana cara pandang ibu-ibu ini menilai pekerjaannya dan apa yang telah ia lakukan. Ibu rumah tangga yang bekerja di suatu perusahaan pasti memiliki wawasan yang luas, memiliki penghasilan sendiri, juga dapat mengembangkan bakat yang ia miliki sehingga sering mendapatkan penghargaan dari orang lain atas apa yang telah ia lakukan dan dapat meningkatkan self-esteem nya sedangkan ibu rumah tangga yang tidak bekerja mungkin sama-sama memiliki wawasan yang luas namun tidak memiliki pengalaman bekerja yang baik seperti ibu rumah tangga yang bekerja di kantoran, ruang lingkup pekerjaannya hanya lingkungan keluarganya saja sehingga peluang penghargaan dari orang lain atas apa yang telah ia lakukan terbilang lebih kecil yang membuat self-esteem nya lebih rendah dari self-esteem ibu rumah tangga yang bekerja di perusahaan.

Orang yang memiliki self-esteem rendah biasanya akan menghindari situasi yang menimbulkan rasa cemas, melecehkan bakatnya sendiri, merasa bahwa orang lain tidak menghargainya, mudah dipengaruhi orang lain, dll. Maka jika iu rumah tangga yang tidak bekerja memiliki self-esteem yang rendah maka ia akan melakukan hal-hal seperti diatas. Dapat dibayangkan jika ibu rumah tangga memiliki self-esteem yang rendah maka hal itu dapat mempengaruhi pola asuh yang diberikan kepada anak-anaknya. Dan juga jika ibu yang memiliki self-esteem rendah dapat membuat anak mencontoh apa yang ia lakukan sehingga mengganggu pertumbuhan psikologis anak.

Dengan adanya penelitian ini kita dapat mengetahui perbedaan self-esteem antara ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja sehingga kita dapat mengetahui perbedaannya dan dapat membantu ibu rumah tangga yang memiliki self-esteem yang rendah dengan memberinya motivasi, jika anak mencontoh

self-esteem nya yang rendah maka kita dapat membantu dengan memberikan terapi atau

sesuatu yang lebih konkrit dari sekedar informasi mengenai perbedaan self-esteem antara ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja.

(7)

7

memilih untuk meneliti mengenai perbedaan self-esteem antara ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada beberapa negara di dunia (Kitamaya &Markus, 1994; Markus&Kitamaya, 1991, 1994: Triandis, 1989) ditemukan bahwa self-esteem dan hubungannya dengan orang lain ternyata dibedakan oleh budaya setempat. Individu dalam budaya kolektivisme lebih interdependensi sedangkan budaya individualisme lebih mengarah ke dependensi.

Dampak dari perbedaan pandangan ini dimungkinkan dapat membedakan konsep self-esteem yang dapat menghasilkan perbedaan ide tentang kepuasaan (Burger,

2000:368).

Kebutuhan utama yang mendorong manusia untuk memiliki pekerjaan serta berkarya, selain kebutuhan untuk memperoleh posisi yang menjanjikan penghasilan dan kemapanan dalam pekerjaan, adalah kebutuhan ini, menurut Maslow (dikutip Hjelle dan Ziegler, 1981), disebut sebagai kebutuhan akan self-esteem dan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang mendorong orang untuk mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari orang lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 37 orang ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan 49 orang wanita bekerja di Amerika, juga tidak terdapat perbedaan self-esteem pada ibu rumah tangga yang bekerja dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja

pada skala Coopersmith Self-Esteem Inventory (Gisela, 1995). Baik ibu rumah tangga yang bekerja maupun yang tidak bekerja relatif memiliki self-esteem yang cukup tinggi. Tampaknya status pekerjaan tidak cukup besar pengaruhnya sehingga dapat menimbulkan perbedaan yang signifikan pada kefeminiman wanita karena itu, dapat disimpulkan bahwa status pekerjaan bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem wanita.

Setiap orang yang memiliki kesempatan untuk menghadapi tantangan serta mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, serta mampu merasa bangga dan memperoleh penghargaan dari lingkungan terhadap hasil kerjanya akan dapat mengembangkan self-esteem yang positif (Coopersmith dikutip Harter dalam Mussen, 1983).

(8)

8

penghargaan dari lingkungannya. Konsep diri, termasuk self-esteem nya, akan tetap dapat berkembang secara positif (Stassinopoulos, 1973). Berarti bahwa ada faktor lain yang terlibat dalam proses perkembangan self-esteem wanita.

Berdasarkan uraian diatas mengenai self-esteem ibu rumah tangga yang bekerja maupun yang tidak bekerja, maka penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan self-esteem pada ibu rumah tangga yang bekerja maupun yang tidak bekerja.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan permasalahannya adalah apakah ada perbedaan self-esteem antara ibu rumah tangga yang bekerja dengan yang tidak bekerja?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan self-esteem pada ibu rumah tangga yang bekerja dengan yang tidak bekerja.

D. Manfaat Penelitian Secara Teoritis

a. Penelitian ini memberikan masukan dan wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi wanita, serta adanya usaha nyata untuk ikut serta dalam pengembangan ilmu tersebut.

b. Sumbangan ilmiah dan teoritis mengenai self-esteem pada ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja.

c. Sebagai upaya untuk mengembangkan teori yang berhubungan dengan self-esteem ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Secara Praktis

a. Dengan adanya penelittian ini, dapat memberikan pemahaman bagi orang yang khusus konsen dibidang perempuan tentang self-esteem wanita.

(9)

PERBEDAAN SELF ESTEEM ANTARA IBU RUMAH TANGGA

YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Marissa Rizky Ananda

08810217

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)

PERBEDAAN SELF-ESTEEM ANTARA IBU RUMAH TANGGA

YANG BEKERJA DENGAN YANG TIDAK BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Marissa Rizky Ananda 08810217

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(11)
(12)
(13)
(14)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil „alamin. Segala puji hanya pantas dihaturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala kenikmatan yang telah Engkau berikan kepada kami dan selalu membuat kehidupan adalah kesyukuran yang larut dalam indahnya dunia. Muhammad SAW, penutup para nabi, suri taudalan umat manusia sedunia, semoga kami termasuk umatmu yang baik “Amien”.

Rasanya hanya kesyukuran yang patut diucapkan atas terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, rasanya mustahil karya monumental ini akan dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Cahyaning Suryaningrum selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Diah Karmiyati selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu atas bimbingan, arahan, saran dan kritikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Zakarija Achmat selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu atas bimbingan, arahan, saran dan kritikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak sohib selaku dosen wali kelas D Psikologi Angkatan 2008 yang telah menjadi motivator bagi penulis. Terima kasih atas semangat dan kesabarannya selama ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah sabar dan ikhlas mengajarkan banyak

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan. 6. Mamah tercinta Rachmawati dan papah tercinta Hamaris Mudayat, kakak-kakak

tersayang Ryan Ristiady dan Hanissa Rizky Ananda yang menjadi motivator terbesarku dan tiada habis-habisnya memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan baik moril, material dan inmaterial, semangat dan do’a yang tulus padaku.

7. Sahabat-sahabatku tersayang yang telah banyak membantu dan memotivasi hingga terselesaikannya skripsi ini yaitu Anis Triastutik, Intan Putri Ayu Yosinta, dan Meyritha Trifina Sari, terimakasih untuk 3 tahun persahabat kita, setia menemaniku disaat senang dan menghibur disaat sedih, dan memberikan pengaruh yang sangat baik untukku selama masa perkuliahan kita.

(15)

9. Social networking sebagai tempat saya menuangkan keluhan saya dalam mengerjakan skripsi dan menemani di setiap malam saya mengerjakan skripsi ini.

Akhirnya peneliti menyadari bahwa semua ini tidaklah sempurna. Masih banyak kekurangan dalam pengerjaan skripsi ini, saran dan kritik akan peneliti terima dengan lapang hati. Semoga karya ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 14 April 2012 Penyusun

(16)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Self-Esteem ... 9

2.1.2 Sumber Pembentukan Self-Esteem ... 11

2.1.3 Pembentukan Self-Esteem ... 11

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Self-Esteem ... 12

2.1.5 Komponen Self-Esteem ... 14

2.1.6 Karakteristik Self-Esteem ... 16

2.2.1 Pengertian ibu rumah tangga yang bekerja ... 18

2.2.2 Alasan wanita bekerja ... 21

2.2.3 Manfaat bekerja bagi wanita ... 21

2.3.1 Ibu rumah tangga yang tidak bekerja ... 22

2.4.1 Dinamika psikologis ... 23

2.5.1 Kerangka pemikiran ... 26

2.6.1 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

3.1.1 Rancangan Penelitian ... 28

3.1.2 Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

3.1.3 Definisi Operational dan Variabel Penelitian ... 29

3.2. Populasi dan Sampel ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Deskripsi Data ... 39

4.2 Hasil Analisa Data ... 40

(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 46

5.1Kesimpulan ... 46

5.2Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(18)

DAFTAR TABEL

TABEL 1: Skala self-esteem ... 33

TABEL 2 : Blue-print skala self-esteem ……… 33

TABEL 3 : Rangkuman analisis validitas skala self-esteem ………. 36

TABEL 4 : Blue print skala self-esteem dengan item yang valid ………. 36

TABEL 5 : Rangkuman analisis reliabilitas ……….……… 37 TABEL 6 : Hasil uji reliabilitas skala self-esteem……….… 37

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala untuk try-out …..……….………… 51

Lampiran 2 Data try-out skala self-esteem ………...………..……. 55

Lampiran 3 Hasil analisa try-out validitas dan reliabilitas ……….…….…… 57

Lampiran 4 Skala untuk penelitian ………..……….…... 68

Lampiran 5 Data penelitian skala self-esteem ………..……... 72

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Aliyyah, S. N. (1997). Perbedaan aspirasi pengembangan karir antara remaja putri yang ibunya bekerja dengan remaja putri yang ibunya tidak bekerja di SMU islam Al-Ma‟arif Singosari-Malang (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Amran, T. B. (1994). Kiat wanita meniti karier. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Andhika, I. (2005). Pengaruh harga diri terhadap kepuasan hidup pada wanita bekerja dan wanita tidak bekerja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010). Validitas reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bania, M. Raras S. (2005). Stress ditinjau dari harga diri pada ibu yang memiliki anak penyandang retardasi mental. Diakses 6 januari 2012 dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15706/1/psi-jun2005-%20%282%29.pdf

Burger, J. M. (2000). Personality. USA: Thomson Learning

Burn, R. B. (1993). Konsep diri. Jakarta: Arcan

Clark, A. Clemes, H. & Bean, R. (1995). Bagaimana meningkatkan harga diri. Jakarta: Binaputra Aksara

Dayakisni, T. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Gisela, H. (1996). Kaitan antara status pekerjaan dengan self-esteem wanita. Diakses 6 januari 2012 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91965561.pdf

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta:Erlangga.

(21)

Kerlinger, F. N. (2000). Azas-azas penelitian behavior, edisi: 3. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Koeswara, E. (1991). Teori-teori kepribadian. Bandung: PT Eresco.

Krietner, R & Kimchi, A. (2003). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Maccoby, E. (1980). Social development. America: Harcourt Brace Jovanovich.

Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Multifiah. (2002). Analisis kompetensi alokasi waktu dan produktifitas wanita pekerja di pedesaan dan perkotaan. Jurnal tropika vol. 10

Nanda, D. M. (2010). Fear of success pada wanita bekerja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Pervin, A. L. & John, O, P. (2001). Personality theory and research. America: Leight

Rahayu, A. S. (2008). Hubungan antara iklim organisasi dengan self-esteem pada guru SLTP negeri 1 Probolinggo (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Rini, J. F. (2002). Wanita bekerja. www.e-psikologi.com

Santrock, J. W. (1995). Life-span development. Jakarta: Erlangga.

Shaevitz, M. H. (1989). Wanita Super. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Winarsunu, T. (2004). Statistik. Malang: UMM Press.

Gambar

TABEL 1: Skala self-esteemTABEL 2 : Blue-print skala TABEL 3 : Rangkuman analisis validitas skala  ............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Di Irak, Turki memberikan dukungan logistik yang luas kepada pasukan Amerika Serikat di Turki, perbatasan darat yang melintasi antara Turki dan Irak di Gerbang Habur

Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh 2 yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah

Citra Media Indodata akan menggunakan teknologi ini mengingat tidak semua orang memiliki komputer yang terkoneksi dengan internet untuk bisa mengakses web site,

Disebutkan di asachari.tripod.com bahwa APSI merupakan wadah bagi para guru seni, dosen seni, peneliti seni, praktisi seni, dan pegiat seni bahkan masyarakat peduli seni

Dari kajian ini, disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Perbaikan aspek-aspek GMP, antara lain: desain ruang pengolahan, fasilitas pabrik, peralatan produksi, dan

Berdasarkan hasil di atas serta data hasil survei status bahan organik tanah-tanah pertanian di Indonesia dapat ditunjukkan bahwa lahan sawah bukaan baru yang berasal dari lahan

Foot Kaki Cubit Hasta Span Jengkal Arm span Depa. Which of the following is the correct sequence from the longest to

Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan yaitu dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan, dimana hasil pengukuran nantinya sebagai acuan untuk memperbaiki dan