• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA ( HUMAN TRAFFICKING ) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA ( HUMAN TRAFFICKING ) DI INDONESIA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara yang satu dengan lainnya, serta juga mencakup Pertama, Organisasi Internasional yaitu hubungan antara organisasi internasional yang satu dengan lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-negara, dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau individu-individu. Kedua, peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut dengan masalah masyarakat internasional1.

Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharapkan bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara. Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya dengan masyarakat sipil. Hukum

1

(2)

2

internasional mempunyai beberapa segi penting seperti prinsip kesepakatan bersama (principle of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of free communication), prinsip tidak diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum (principle of reasonable and normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsip-prinsip lain yang penting bagi hubungan diplomatik antarnegara2.

Dalam skripsi ini penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi tentang hukum internasional yang berkaitan dengan peran hukum internasional dalam kejahatan tindak pidana human trafficking. Dalam penjelasan diatas penulis dapat menarik satu kesimpulan bahwa hukum internasional sangatlah penting bagi proses penegakan hukum bagi segala macam permasalahan yang timbul baik dalam tingkat regional maupun di tingkat internasional, karena hukum internasional merupakan payung hukum yang dapat menaungi hukum-hukum yang lain yang dianggap kurang efektif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Dengan adanya hukum internasional negara maupun individu/masyarakat sipil bisa terlindungi dan mendapatkan perlindungan yang memadai dari hukum internasional.

Peran hukum internasional sangatlah signifikan dalam upaya yang dilakukan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional untuk

2

(3)

3

memberantas perdagangan manusia yang merupakan bentuk dari perbudakan modern serta merendahkan hak asasi manusia. Masyarakat Internasional telah berulang kali mencoba untuk menghapuskan praktek perdagangan manusia melalui instrumen intenasional sejak tahun 1904 dan tidak terkecuali Indonesia. Usaha penghapusan tersebut ditandai dengan di selenggarakannya konferensi internasional yang berkaitan dengan perdagangan manusia pertama kali, yakni konferensi mengenai perdagangan wanita atau ”trafficking in women” diadakan di Paris tahun 18953. Sembilan tahun kemudian pada tahun 1904, di kota yang sama, dunia internasional kembali mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan internasional yang pertama menentang adanya perdagangan manusia yaitu Perdagangan Budak Berkulit Putih yang dikenal dengan istilah Intenational Agreement the Supresssion of White Slave Traffic. Kesepakatan ini menentang dipindahkannya perempuan ke luar negeri dengan tujuan pelanggaran kesusilaan4.

Dari penjelasan diatas bahwa hukum internasional sangat signifikan menjalankan segala perannya untuk memerangi kejahatan perdagangan manusia dengan cara mendorong negara-negara yang semula mempunyai kasus yang sama tentang perdagangan manusia, ikut meratifikasi konvensi yang sudah menjadi kesepakatan bersama, sehingga banyak dari kasus human trafficking bisa terselesaikan. Adapun konvensi internasional mengenai human trafficking yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia antara lain, UU RI No. 7 Tahun 1984

3

Disampaikan pada konperensi PBB tahun 1995 mengenai the crime prevention and the treatmen of offers yang diselenggarakan di Cairo, telah dibicarakan tindakan-tindakan to combat

transnational crime, terrorism and violence against women.

4

(4)

4

(Ratifikasi dari konvensi Pengahapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap perempuan, pasal 2, 6, 9, 11, 12, 14, 15, 16), UU RI No. 20 Tahun 1999 (ratifikasi konvensi International Labour Organitation No. 38 tentang Usia Minimum yang diperbolehkan bekerja), UU RI No. 1 Tahun 2000 ( ratifikasi dari konvensi ILO No. 182 tentang Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak), UU RI No. 29 Tahun 1999 (ratifikasi konvensi untuk mengeliminasi diskriminasi rasial), Kepres No. 36 Tahun 1990 ( ratifikasi konvensi Hak Anak), Kepres No. 88 Tahun 2002 ( ratifikasi dari „Protocol to Prevent Suppres and Punish Trafficking in Person

Especially Women and Children Supplementing the United Natioans Convention Against Transnational Organized Crime’ tahun 20005.

Disamping itu peran hukum internasional tidak berhenti pada tahap ini saja melainkan peran hukum internasional malah semakin dihadapkan dengan tantangan baru yaitu dimana hukum internasional dapat memberikan perlindungan bagi korban dari kejahatan perdagangan manusia serta hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang dimaksud implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam melakukan segala tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional.

Persoalan perdagangan manusia sangatlah kompleks dan saling tumpah tindih satu dengan yang lainnya. Masalah perdagangan manusia atau lebih dikenal dengan istilah human trafficking akhir-akhir ini muncul menjadi salah satu masalah yang sangat banyak diperdebatkan baik ditingkat nasional, regional,

5

(5)

5

maupun internasional6. Perdagangan manusia merupakan bentuk dari perbudakan modern yang melanggar hak asasi manusia, masalah ini muncul dikarenakan kejahatan perdagangan manusia tidak lagi merupakan kejahatan yang ruang lingkupnya berada disatu wilayah saja melainkan kejahatan perdagangan manusia ini sudah menjadi isu global dan merupakan kejahatan yang berada pada ruang lingkup kejahatan trans-nasional. Perdagangan manusia bukannlah merupakan hal ang baru bagi indonesia, kejahatan ini sudah berlangsung sejak lama yaitu pada pemerintahan kerajaan jawa dan pada masa sistem feodal7.

Trafficking atau perdagangan manusia telah lama menjadi masalah nasional maupun internasional bagi berbagai bangsa di dunia, termasuk didalamnya Indonesia. Kejahatan perdagangan manusia yang marak terjadi di indonesia sangat memprihatikan karena dari tahun ke tahun kejahatan perdagangan manusia semakin meningkat dan sulit sekali memperkirakan secara pasti angka kasus perdagangan manusia di Indonesia. Meningkatnya kejahatan perdagangan manusia beberapa tahun terakhir ini terjadi akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dimana meningkatnya angka pengangguran di wilayah kota maupun di wilayah pedesaan Indonesia, membuat sebagian orang melakukan apa saja demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Sejak krisis tahun 1998, kondiisi ekonomi dan politik yang terjadi sangatlah tidak kondusif, sehingga masyarakat tidak lagi percaya dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan

6

Yulius P. Hermawan. (2007). Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional; Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Hal. 13

7M. Zaelani Tammaka, Menuju Jurnalisme Berperikemanusiaan Kasus Trafficking dalam Liputan

(6)

6

sehingga banyak dari masyarakat memilih bekerja di luar negeri dengan segala resiko dibanding bekerja di dalam negeri sendiri8.

Dari permasalahan ini pemerintah melakukan usaha untuk mengembalikan mosi tidak percaya dari masyarakat dengan cara mulai membenahi diri dan berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik. Dalam penelitian ditemukan bahwa perdagangan manusia yang terjadi di indonesia sangatlah beragam, dimana yang diperdagangkan adalah perempuan dan anak pada umumnya dengan tujuan ekploitasi seksual, mereka banyak yang dilacurkan (eksploitasi tenaga kerja dan secara seksual) untuk kepentingan industri seks, pornografi, dan untuk berbagai kepentingan lainya9.

Keperihatinan Pemerintah Indonesia terhadap kasus trafficking yang terjadi di Indonesia, mendorong lahirnya UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO), yang menjadi dasar lahirnya UU No.21 Tahun 200710. Pada juli 2001, Menurut laporan dari Bureau of Public Affairs, US Department of State Trafficking in Persons Report for 2009, Indonesia

masuk dalam kategori Tier 2. Dalam kategori ini, Indonesia telah berusaha

memberikan perlindungan kepada korban trafficking sesuai standar the Trafficking

Victims Protection Act of 2000 (TVPA)11. Namun di sisi lain di Indonesia terdapat

8

Harkristuti Harkrisnowo, Laporan Perdagangan Manusia di Indonesia, dalam

http://www.lfip.org/laws822/docs/Perdagangan%20manusiaSentralHAM28.pdf, diakses tanggal 10 Oktober 2010.

9 Ibid.

10

Dra. Farhana, S.H., M.H., M.Pdi. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Hal. 85.

11

(7)

7

peningkatan jumlah korban trafficking secara signifikan. Indonesia berada satu

kategori dengan negara Cambodia, China, Malaysia, Macau dan Taiwan.

Perkembangan tindak pidana perdagangan manusia (human trafficking) di

Indonesia, sudah mencapai taraf kejahatan yang seharusnya diperhatikan oleh

pemerintah Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka pada skripsi ini dapat

di rumuskan masalah adalah bagaimana Peran Hukum Internasional dalam

Menanggulangi Tindak Pidana HumanTrafficking di Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang ingin diperoleh dari penulisan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui sejauh mana peran hukum internasional dalam

menanggulangi tindak pidana perdagangan manusia di Indonesia.

2. Mengetahui penerapan sanksi pidana yang jelas terhadap pelaku

perdagangan manusia.

(8)

8

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :

1.3.2.1Akademis

Dalam bidang ilmiah, diharapkan penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat terutama bagi dasar-dasar peraturan hukum internasional terkait

hukum pidana, yang meliputi dasar filosofi, perumusan, dalam rangka

mengahadapi perbuatan pidana yang diancam dengan penjara maupun

denda.

1.3.2.2 Praktis

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka upaya

pembaruan hukum pidana Trafficking, baik prosedur, perumusan, pedoman

dan alternatif lainnya.

2. Diharapkan penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap usaha-usaha pembaharuan hukum pidana nasional mengenai

perdagangan manusia yang akan datang.

1.4 Penelitian Terdahulu

Pertama, buku Human Trafficking yang di editoleh L.M. Gandhi Lapian &

Hetty A. Geru12, menekankan pada aspek perlindungan dan penyelesaian

perdagangan manusia, guna mencapai akar masalah dan penanganannya.

Sosialisasi dan langkah tindak penanggulangan trafficking manusia ini dilakukan

secara struktural atau komprehensif, dimana harus terpusat pada (calon) korban

12

(9)

9

trafficking. Pada dasarnya penanggulangan trafficking manusia dilakukan secara

struktural atau komprehensif yaitu dengan cara pemberdayaan keluarga,

pemberdayaan (calon) korban trafficking, pemberdayaan Komunitas dan Desa,

Pemberdayaan sistem hukum, Penanggulangan secara Trans-Daerah (Lintas

Daerah) di Indonesia, dan penanggulangan secara Trans-nasional ( Lintas

Negara).

Dengan kata lain, proses penanggulangan human trafficking menuntut

adanya jejaring yang solid dan efektif, serta sistem hukum juga diharapkan terjadi.

Di dalam buku ini berkesimpulan bahwa diperlukannya pendekatan secara

struktural mengenai penanggulangan trafficking demi untuk mencapai akar

masalah dan penanganan yang efektif agar kejahatan ini dapat terhapus dan pada

akhirnya calon korban ataupun korban dari trafficking mendapat tempat yang

wajar dalam masyrakat dengan bebas menikmati hak-haknya sebagai manusia

yang dihormati harkat dan martabatnya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Halimahtussakdiyah13 dengan judul

Trafficking Perempuan dan Anak sebagai Isu Ancaman Keamanan

Non-Tradisional di Indonesia” yang di dalamnya dengan pendekatan konsep human security dan lebih menekankan pada pendekatan keamanan non-tradisional.

Dengan studi kasus trafficking perempuan dan anak di Indonesia. Penelitian yang

penulis teliti dengan penelitian sebelumnnya yang diteliti oleh

Halimahtussakdiyah berbeda tetapi, memilki kesamaan menggunakan konsep

human security. Perbedaannya disini penulis menunjukan adanya peran hukum

13

(10)

10

internasional sebagai pilar untuk mencapai akar masalah trafficking manusia serta

sebagai dasar untuk menjerat dan menjadi dasar hukum yang kuat untuk

penanggulangan tindak pidana human trafficking. Dengan kata lain penulis

menunjukan adanya kejelasan hukum mengenai kasus trafficking, supaya pelaku

dari human trafficking dapat dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

1.5 Kerangka Konsep/Teori

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan

dilakukan. Teori ini berguna sebagai landasan sekaligus batasan mengenai

pembahasan yang akan diangkat dalam skripsi.

1.5.1 Hubungan Antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional

Pada dasarnya hubungan antara kedua perangkat hukum ini terdapat dua

(2) aliran besar mengenai hubungan antara hukum internasional dan hukum

internasional yaitu Monisme dan Dualisme14.

a. Monisme

Menurut teori ini hukum nasional dan hukum internasional saling

berhubungan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional

merupakan lanjutan dari hukum nasional yang dimana memandang hukum

sebagai suatu yang berlaku umum dam abstarak serta berlaku dimana-mana dan

berlaku satu hukum bagi seluruh umat manusia di dunia. Pendapat teori ini

cenderung berpandangan ke kondisi ”ideal”, maksudnya disini adalah kelompok

14

(11)

11

ini menyatakan bahwa hukum internasional lebih tinggi kedudukannya dari pada

hukum nasional suatu negara dimana hukum nasional harus tunduk dan harus

sesuai dengan hukum internasional.

b. Dualisme

Menurut teori Dualisme, hubungan anatar hukum internasional dan hukum

nasional merupakan dua sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda satu

sama lain. Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem

hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan, dimana hubungan antara

kedua sistem hukum itu tidak ada hubungannya antara satu dengan lainnya.

Dari penjelasan dua teori diatas, maka penelitian mengenai peran hukum

internasional terhadap tindak pidana human trafficking di indonesia, lebih

cenderung pada teori dualisme, karena peneliti mendeskripsikan bahwa peran

hukum internasional terhadap pemberantasan human trafficking yang dimana

hukum internasional hanya menyediakan perangkat hukum mengenai human

trafficking, namun hukum internasional berpengaruh ketika ada negara yang

mengikatkan diri dalam konvensi itu serta secara yuridis kedudukan hukum

internasional lebih rendah dibanding hukum nasional.

1.5.2 Konsep Human Security

Menurut UN Development Programme, menggambarkan bahwa “human security” mencakup “safety from chronic threats such as hunger, disease, and repression, as well as protection from sudden and harmful disruption in the pattern of daily life15.

15

Prof.Dr.Muladi, SH, yang diambil dari jurnal “Konsep Kerjasama Keamanan (cooperative security) dalam

(12)

12

Konsep human security menyadarkan bahwa apa yang dinamakan “people centered view of security” sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka terciptanya stabilitas baik secara nasional, regional, maupun global. Bahaya terhadap keamanan non tradisional pada dasarnya bersifat transnasional yang penanggulangannya harus didasarkan atas kerjasama negara. Tindak pidana seperti perdagangan manusia merupakan masalah global yang sedang dihadapi oleh semua lapisan masyarakat yang dimana diakibatkan oleh ulah manusia yang menginginkan keuntungan serta eksploitasi besar-besaran demi keuntungan manusia itu sendiri. Seperti yang terjadi di Indonesia terdapat banyak ancaman bagi human security yang diakibatkan adanya kasus perdagangan manusia yang dimana menimbulkan rasa takut serta ancaman bagi manusia lainnya terhadap pelaku perdagangan manusia. Dampak dari perdagangan manusia ini dapat menyangkut berbagai aspek dan berbagai bidang dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.

1.5.3 Konsep Human Trafficking

Perdagangan manusia (human trafficking) menurut UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime), bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa

yang bertugas menangani Kejahatan dan Obat Bius mendefinisikan perdagangan

manusia sesuai dengan Lampiran II, Ketentuan Umum, Pasal 3, Ayat (a) [1] dari

Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons (Protokol untuk

Mencegah, Menekan dan Menghukum Perdagangan Manusia) perdagangan

manusia sebagai “rekrutmen, transportasi, transfer, menadah atau menerima

(13)

13

dari kekerasan, dari penculikan, dari penipuan, dari kecurangan, dari

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi kerentanan atau pemberian atau

penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mencapai persetujuan dari orang

yang memiliki kontrol terhadap orang lain, untuk tujuan eksploitasi16.

Perdagangan manusia (human trafficking) menurut Global Alliance

Against Traffic in Women (GAATW) adalah semua usaha atau tindakan yang

berkaitan dengan perekrutan,pembelian, penjualan, transfer, pengiriman, atau

penerimaan seseorang dengan menggunakan penipuan atau tekanan, termasuk

penggunaan ancaman kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan

hutang dengan tujuan untuk menempatkan atau menahan orang tersebut, baik

dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan (domestik seksual atau

reproduktif) dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan, dalam suatu

lingkungan lain dari tempat di mana orang itu tinggal pada waktu penipuan,

tekanan atau lilitan hutang pertama kali17.

Perdagangan manusia (human trafficking) menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 adalah tindakan perekrutan,

pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan

seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,

penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,

penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh

persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang

16

Definisi perdagangan manusia menurut UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) pada pasal 3 ayat (a), Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons.

17

(14)

14

dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau

mengakibatkan orang tereksploitasi18.

Dari definisi perdagangan manusia di atas bahwa istilah “perdagangan

manusia (human trafficking)” mengandung unsur yaitu rekrutmen dan transportasi manusia, diperuntukkan untuk bekerja serta melayani, untuk keuntungan pihak

yang memperdagangkan. Meskipun trafficking dilakukan atas izin tenaga kerja

yang bersangkutan, izin tersebut sama sekali tidak menjadi relevan (tidak dapat

digunakan sebagai alasan untuk membenarkan trafficking tersebut), apabila terjadi

penyalahgunaan atau apabila korban berada dalam posisi tidak berdaya (misalnya

karena terjerat hutang), terdesak oleh kebutuhan ekonomi (misalnya membiayai

orang tua yang sakit), dibuat percaya bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan

pekerjaan yang lain, diperdayai oleh oknum yang melakukan perdagangan

manusia.

Tujuan dari kejahatan ini adalah eksploitasi, terutama eksploitasi tenaga

kerja (dengan memeras habis-habisan tenaga yang dipekerjakan) dan ekplotasi

seksual (dengan memanfaatkan atau menjual kemudaan, kemolekan tubuh, serta

daya tarik seks yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan dalam transaksi

seks). Adapun faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana

trafficking adalah kemiskinan, pendidikan, ketenagakerjaan, kondisi keluarga, dan

lemahnya penegakan hukum.

Dalam skripsi ini penulis lebih memfokuskan pada lemahnya penegakan

hukum sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya perdagangan manusia

18

(15)

15

(human trafficking), berdasarkan dari beberapa faktor penyebab terjadinya tindak

pidana perdagangan manusia yang telah dijelaskan diatas maka perlu adanya

upaya penanggulangan untuk mengurangi perdagangan manusia yaitu dapat

dilakukan dengan cara peran serta lembaga swadaya masyarakat, organisasi

internasional, dan peran hukum internasional dalam menanggulangi tindak pidana

perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia. Dalam skripsi ini teori

pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah Human Security. Karena didasari

oleh banyaknya faktor penyebab terjadinya tindak pidana trafficking yang sangat

relevan dengan bidang intervensi kemanusian yang fokus dalam mengatasi

permasalahan yang sangat melekat pada manusia serta dapat memberikan resolusi

jangka panjang untuk menyelesaikan tindak pidana perdagangan manusia

tersebut.

Gambaran umum mengenai Kerangka Teori yang penulis gunakan dalam

skripsi yaitu :

Pasif/ Aktif Perjanjian Internasional

Pelaksanaan Hukum

Internasional

Human Trafficking di Indonesia

(16)

16

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan

presiden SBY kasus atau isu human trafficking menjadi sorotan utama, ini dilihat

dengan adanya kebijakan pemerintah yang fokus dalam penanganan isu human

trafficking tersebut. Yang dimaksud pasif adalah kedudukan dari hukum

internasional dimana hukum internasional tersebut berlaku ketika sudah

diratifikasi, dan serta pelaksanaan dari hasil ratifikasi konvensi human trafficking

tersebut dilaksanakan secara aktif di era SBY.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik

yang bertujuan untuk untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, serta karakteristik dari suatu

gejala atau masalah yang diteliti dan juga mengungkapkan bagaimana hal ini

terjadi. Penelitian ini berfokus pada pertanyaan “bagaimana”, yang dimana

berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas dan teliti19.

Secara umum metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam

pembuatan skripsi ini yaitu metode pengamatan secara kualitatif. Metode secara

kualitatif merupakan penelitian yang menggambarkan isi tetapi tidak

menggunakan akurasi statistik20.

19

Dr. Ulber Silalahi, MA. Metode penelitian sosial. Jakarta : Refika Aditama, 2009

20

(17)

17

1.6.2 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah teknik

pengumpulan data secara sekunder. Yang diperoleh dengan studi pustaka dari :

1. Buku-buku yang ada kaitannya dengan judul yang diambil.

2. Surat kabar dan hasil seminar.

3. Data yang terdapat dari situs internet.

4. Koleksi pribadi.

5. Perpustakan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), perpustakaan AR. Fachrudin (UMM).

1.6.3 Metode Analisa Data

Dalam studi hubungan internasional kita perlu mengidentifkasi tingkat kejelasan atau eksplanasi demi memperjelas proses pembentukan teori. Unit eksplanasi yaitu unit yang dianggap variabel independen dan perilakunya hendak diamati sedangkan variabel dependen adalah variabel yang tingkah lakunya akan dianalisa dan diprediksi oleh variabel independen21.

Pada uraian diatas dari judul Peran Hukum Internasional terhadap Tindak Pidana Human Trafficking di Indonesia, dari judul diatas maka penulis bisa mengidentifikasi variable-variabel atau tingkat eksplanasinya. Judul diatas terbagi menjadi dua unit tingkat analisa yaitu ; Variabel Eksplanasi adalah Tindak Perdagangan Manusia di Indonesia, Variabel Analisis adalah Peran hukum internasional. Didalam skripsi ini penulis menggunakan analisa secara

21Mohtar Mas‟oed. Ilmu Hubungan Internasional Displin dan M

(18)

18

reduksionis, dimana yang sudah dipaparkan diatas bahwa unit eksplanasi yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan unit analisa yang lebih besar.

1.6.4 Batasan Waktu

Untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu jauh dari tujuan penulisan yang ingin di capai, maka penulis memberikan batas-batasan. Diantaranya adalah memberikan gambaran tentang peran hukum internasional dalam tindak pidana perdagangan manusia (human trafficking) pada rezim SBY mulai tahun 2004 sampai 2009.

[image:18.595.109.504.497.750.2]

1.7 Sistematika Penulisan

TABEL 1

SISTEMATIKA PENULISAN

BAB JUDUL PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1Akademis

1.3.2.2Praktis

(19)

19

II ISU HUMAN

TRAFFICKING

1.5Kerangka Teori/Konsep

1.5.1 Hubungan antara Hukum

Internasional & Hukum Nasional

1.5.2 Konsep Human Securty

1.5.3 Konsep Human Trafficking 1.6 Metode Penelitian

1.6.2 Jenis Penelitian

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data

1.6.4 Metode Analisa Data

1.6.5 Batasan Waktu 1.7 Sistematika Penulisan

2.1Pengertian Human Trafficking

2.2 Aspek Historis Human

Trafficking

2.3 Pandangan Dunia Internasional

terhadap isu Human trafficking

2.4 Perkembangan Trafficking di

(20)

20

III

IV

V

PERAN HUKUM

INTERNASIONAL DALAM

ISU HUMAN TRAFFICKING

ISU HUMAN

TRAFFICKING ERA SBY

DAN KEPENTINGAN

PEMERINTAHAN

INDONESIA DALAM ISU

HUMAN TRAFFICKING

PENUTUP

3.1 Definisi mengenai Human

Trafficking

3.2 Pengaturan Hukum Tindak

Pidana Trafficking menurut Hukum

Internasional

3.3 Pengaturan Hukum Tindak

Pidana Trafficking menurut Hukum

Nasional

3.4 Konvensi Internasional yang diratifikasi oleh Indonesia

4.1 Isu Human Trafficking era SBY

4.2 Kebijakan-kebijakan mengenai

Human Trafficking

4.3 Kepentingan Pemerintah

Indonesia dalam Isu Human

Trafficking

5.1 Kesimpulan

(21)

PERAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA ( HUMAN TRAFFICKING ) DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

IKA RAFIDA SEPTYANI

07260015

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(22)
(23)

KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahim,

Puji syukur hanya kepada Allah SWT, Rabb semesta alam, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sampai saat ini penulis masih diberikan nikmat iman dan Islam. Sungguh pertolongan dan kasih sayang-Nya sungguh besar sehingga dapat tersusun skripsi yang berjudul Peran Hukum Internasional dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Human Trafficking) di Indonesia”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabi‟in dan tabi‟at serta umat beliau yang

senantiasa istiqomah untuk menegakkan kalimatullah di muka bumi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

kepada :

1. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

(24)

3. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bimbingannya selama ini.

4. Bapak M. Syaprin Zahidi, S.IP selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bimbingannya selama ini.

5. Bapak Abdullah Masmuh, M.Si selaku Dosen Penguji, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji penulis. Terimakasih atas waktunya.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf di lingkungan Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih telah banyak membantu dari awal perkuliahan hingga penyelesain skripsi ini dan atas ilmu yang kalian berikan.

7. Papa dan Mama ku tercinta, terimakasih atas keringat, air mata, semangat, senyum, do‟a serta kesediaan menjadi tempatku meneduhkan jiwa dan raga selama ini. Papa, Mama, gelar ini ku haturkan untuk kalian.

8. Nenek dan Kakek ku tercinta, terimakasih atas doa yang engkau panjatkan untuk penulis dalam setiap sujud mu.

9. Om dan Tante ku tersayang, terimakasih atas dukungannya buat penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

(25)

Kos D-77 Perumahan Landung Sari Asri, Diana, Intan, Rika, Ella, Asri, Nisa, Ganis, Arin, Eka V, Eka J, dan Icha, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan, Pita, Yuri, Yudha, Rendi, Griska, Gita, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih teman atas bantuannya selama ini dan terus berjuang.

12.Teman-teman HI-A 2007 terimakasih atas berbagi waktu untuk menuntut ilmu di kampus ini.

13.Terima kasih pula penulis sampaikan untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Tulisan ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk hasil yang lebih maksimal dalam tulisan penulis berikutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya.

Wassalamuallaikum Wr.Wb

Malang, 3 November 2012

(26)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/ Sampul Dalam ………. i

Lembar Pengesahan ……… ii

Surat Pernyataan Orisanilitas ……… iii

Ungkapan Pribadi/ Motto ……….. iv

Abstraksi ………. v

Daftar Isi ……… vi

Daftar Tabel ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ………... 7

1.3Tujuan Penelitian ……… 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ………... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ………. 8

1.3.2.1 Akademis ……… 8

1.3.2.2 Praktis ………. 8

1.4 Penelitian Terdahulu ………. 8

1.5 Kerangka Teori/Konsep ……… 10

1.5.1 Hubungan Antara Hukum Nasional dan Hukum Internasional ………... 10

(27)

1.5.3 Konsep Human Trafficking ……… 12

1.6 Metode Penelitian ………. 16

1.6.1 Jenis Penelitian ……….. 16

1.6.2 Tehnik Pengumpulan Data ……… 17

1.6.3 Metode Analisa Data ………. 17

1.6.4 Batasan Waktu ……….. 18

1.7 Sistematika Penulisan ……….. 18

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Human Trafficking ……… 21

2.2 Aspek Historis Human Trafficking ………. 28

2.3 Perkembangan Trafficking di Indonesia ……… 37

BAB III PERAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM ISU HUMAN TRAFFICKING 3.1 Definisi Human Trafficking (Perdagangan Manusia) ……….. 46

3.1.1 Pengertian Human Trafficking (Perdagangan Manusia) Menurut KUHP ………… ……… 46

3.1.2 Pengertian Human Trafficking Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 ………. 48

(28)

3.2 Pengaturan Hukum Tindak Pidana Human Trafficking Menurut Hukum

Internasional……… 51

3.3 Pengaturan Hukum Tindak Pidana Human Trafficking Menurut Hukum Nasional

……… 59

3.4 Konvensi Internasional yang Diratifikasi oleh Indonesia ……… 64

BAB IV ISU HUMAN TRAFFICKING ERA SBY DAN KEPENTINGAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM ISU HUMAN TRAFFICKING

4.1 Isu Human Trafficking era SBY………. 73 4.2 Kebijakan-kebijakan mengenai Human Trafficking ………... 79 4.2.1 Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN P3A) ………... 79

4.2.2 Otonomi Daerah ………... 83

4.2.3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang ……… 91

4.3 Kepentingan Pemerintah Indonesia dalam Isu Human Trafficking …… 94

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………... 99

(29)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sistematika Penulisan ……… 18

Tabel 3.1.3 Perbandingan Pengertian Tindak Pidana Perdagangann

Orang……… 50

Tabel 3.4 Instrument-instrumen tentang Perdagangan Manusia ……….. 64

Tabel 3.5 Konvensi-Konvensi ILO untuk Penanggulangan Perdagangan

Manusia………. 70

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Bhakti Yudha Ardiwisastra, 2003, Hukum Internasional, Bunga Rampai, Alumni, Bandung.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (The Declaration of Human Rights) 1948. ELSAM, Position Paper Advokasi RUU KUHAP Perdagangan Manusia dalam

Rancangan KUHP, 2005, Jakarta.

Farhana Dra, SH,. M.H., M.Pdi. 2010. Aspek Hukum Peragangan Orang di Indinesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Hermawan P. Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional; Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

IOM Indonesia, 2006, Fenomena Trafiking Manusia dan Konteks Hukum Internasional, Jakarta.

Irwanto, Mohammad Farid, Jeffry Anwar, 1998. „Ringkasan Analisa Situasi Anak

yang Membutuhkan Perlindungan Khusus’, Terjemahan oleh Agustina

Hendriati. PKPM Atma Jaya, Dep. Sosial dan UNICEF. Jakarta.

Ismail Chairuddin. SH, MH, 2007 : Kapita Selekta Penegakan Hukum Tindak Pidana

Tertentu, PTIK Press, Jakarta.

Kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007, tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang”.

Kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007, tentang

(31)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

KUHP Pasal 297 tentang Perdagangan Wanita dan Anak laki-laki yang belum dewasa.

Lapian Gandhi L.M & Geru A. Hety, 2006 : Trafficking Perempuan dan Anak Penaggulangan Komprehensif ( Studi Kasus : Sulawesi Utara ), Yayasan Obor, Jakarta.

Mas‟oed Mohtar, 1990: Ilmu Hubungan Internasional Displin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta.

Mauna. Boer DR. 2005, Hukum Internasional,Ppengertian, Paranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, P.T Alumni, Bandung.

Mauna Boer, 2000, Hukum Internasional, Alumni Bandung.

Muladi Dr. Prof, SH, Jurnal“Konsep Kerjasama Keamanan (cooperative security) dalam Rangka Menghadapi Bahaya Keamanan Komprehensif”

(Comprehensive Security) yang diakses langsung pada tanggal 17 September 2010, Jakarta.

Nuraeny Henry Dr. Hj., S.H., M.H. Tindak Pidana Perdagangan Orang “Kebijakan Hukum Pidana dan Pencegahannya. 2011. Sinar Grafika. Jakarta.

Penghapusan Perdagangan Orang (Trafficking in Person) di Indonesia, tahun 2004-2005. Kementerian Koordinator Bidang kesejahteraan Rakyat, 2005, Jakarta. “Perbatasan Tak Terurus”, Kompas, 12 Februari 2009.

RUU KUHP Tahun 2006.

(32)

Silalahi Ulber . Dr, MA, 2009 : Metode Penelitian Social, Refika Aditama. Jakarta.

Soesilo R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Koomentar-Komentarnya Lengkap pasal Demi Pasal, 1976, Politea, Bogor.

Soetedjo Yuwono, 2005 : Penghapusan Perdagangan Orang (Trafficking in Persons)

Di Indonesia Tahun 2004-2005, Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat, Jakarta.

Starke J.G., 1992, Pengantar Hukum Internasional Buku 2 (terj), Sinar Grafika, Jakarta. Sugandhi R., KUHP dengan Penjelasannya, 1980, Usaha Nasional : Surabaya.

Unit People Trafficking Dit I Keamanan & Transnasional Bareskrim Mabes Polri, Data Penanganan Kasus Trafficking tahun 2002-2007, Jakarta, September 2007.

UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 65 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undanh Nomor 23 Tahun 2002, tentang perlindungan anak.

Zaelani M. Tammaka, 2003 : Menuju Jurnalisme Berperikemanusiaan Kasus

Trafficking dalam Liputan Media di Jawa Tengah dan DIY, Aji Surakarta,

Surakarta.

WEB

“AIPA Sebagai Fasilitas Menuju ASEAN Community 2020 yang Bebas dari

(33)

http://safitri1404.wordpress.com/2007/07/17/aipa-sebagai-fasilitas-menuju-asean-com, diakses tanggal 28 September Februari 2010.

Anonim, Banyak Kasus Perdagangan Orang Belum Dilaporkan, Gemari Edisi 89/Tahun IX/ Juni 2008, hal 8 (www.gemari.or.id/../gemari8902.pdf) Akses 7 Oktober 2010 pukul 15.03 WIB.

Every country affected by human trafficking, UNODC reports”, Community Action, 22 Mei 2006,

http://www.thefreelibrary.com/Community+Action/2006/May/22-p533 - diakses 12 September 2010.

Frank Laczko dan Elzbieta M. Godziak (IOM), “Data and Research on Human Trafficking: A Global Survey,” diperoleh dari

http://www.nswp.org./pdf//IOM-GLOBAL TRAFFICK.PDF - diakses 14 September 2010.

Human Rights Standards for The Treatment of Traficked Person, Global Alliance Against Traficking in Women International Human Rights Law Group, 1990.

http://www.dpr.go.id/siaran%20Pers%20Tentang%20Perdagang-an%20Manusia. “PerdaganganManusiadi Asia”,:, diakses tanggal 28 September 2010.

http://www.riauinfo.com/main/news.php?c =4&id=5252 .“Perdagangan Orang Capai 1-2 Juta Setahun”, , diakses tanggal 29 September 2010.

(34)

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=

article&id=298:mewaspadai-gelombang-perdagangan-.

http://wahyudidjafar.wordpress.com/2008/11/27/pandangan-tentang-relasi-hukum-nasional dan-interhttp://wahyudidjafar.wordpress.com/2008/11/27/pandangan-tentang-relasi-hukum-nasional/ - _ftnref1Starke J. G, 1992 : Pengantar Hukum Internasional Buku 2 (terj), Sinar Grafika, Jakarta.

http://www.lpsk.go.id/humas/images/stories/catahu2009lpsk.pdf. Akses 15

Oktober 2010 pukul 13.20 WIB.

Harkristuti Harkrisnowo, Laporan Perdagangan Manusia di Indonesia, dalam

http://www.lfip.org/laws822/docs/Perdagangan%20manusiaSentralHAM28.p

df, diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Judge Mohamed Chawki dan Mohamed Wahab, “Technology Is a Double-Edged Sword: http:// www.crime-research.org/articles/Mohamed2/, Illegal Human Trafficking in the Information Age”, Computer Crime Research Center, 5 Maret 2005, diakses 14 September 2010.

LPSK, Catatan Akhir Tahun: Kondisi Saksi dan Korban Sepanjang Tahun 2009,

Januari 2010, hal 6

(http://www.lpsk.go.id/humas/images/stories/catahu2009lpsk.pdf). Akses 15 Oktober 2010 pukul 13.20 WIB.

Maria Hartiningsih dan Ahmad Arif, Mewaspadai Gelombang Perdagangan Orang,

25 Maret 2009

(35)

article&id=298:mewaspadai-gelombang-perdagangan-orang&catid=1:latest-news&Itemid=50) Akses 20 Oktober 2010 pukul 8.55 WIB.

Maria Hartiningsih, Rapor Merah Partai Politik Soal Buruh Migran, 16 Maret 2009 (http://www.migrantcare.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid= 5&artid=413). Akses 18 Oktober 2010 pukul 15.30 WIB.

PerdaganganManusiadiAsia”,http://www.dpr.go.id/siaran%20Pers%20Tentang%20P erdagangan%20Manusia: diakses tanggal28 Februari 2010.

Puteri Hikmawati, SH, MH. http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan-Perdagangan-Orang-di-Indonesia-2009.pdf

“Problematika Perbatasan Indonesia-Malaysia” http://www.migrantcare.net/mod. php?mod= publisher& op=viewarticle&cid=3&artid=122, diakses tanggal 28 September 2010.

Ruth Rosenberg,Perdagangan Perempuan dan Anak di Indoneesia, 2003, hlm

273-275.

www.aretusa.net/download/centro%20documentazione/02documenti/3-Stati/usa/D-03-01-usa.pdf.

“RI Tegaskan Kerjasama Regional Atasi Perdagangan Manusia”,

http://www.kapanlagi.com/h/0000121-903.html, diakses tanggal 23 September 2010.

(36)

SimelaVictor Muhamad http://www.dpr.go.id/bukukajian/Masalah-Penyelundupan-dan Perdagangan-Orang-di-Indonesia-2009.pdf

“Teks Akhir Indonesia dalam Laporan Perdagangan Orang Tahun 2004”,

http://jakarta.usembassy.gov/press_rel/tip03_indo.html, diakses tanggal 28 September 2010.

Tri Hermindati, Sebuah Pengantar (Tindak Pidana Perdagangan Orang Di Indonesia), www.badilag.net

U.S. Department of State, Victims of Trafficking and Violence Protection Act of 2000: Trafficking in PersonsReport (2001).

US Department of Justice (2002). Trafficking in Persons Report. Washington, June 2002, hal. 10. orang&catid=1:latest-news&Itemid=50. Akses 20 Oktober 2010 pukul 8.55 WIB.

U.S. Department of State, Trafficking in Persons Report 2006, Office To Monitor and Combat Trafficking in Persons, 10 Oktober 2010.

Veronika Vis-Sommer, “Looking the Other Way on Trafficking in Women and Girls”, Journal of Political Marketing, Volume 2, Januari 2003.

www.aretusa.net/download/centro%20documentazione/02documenti/3-Stati/usa/D-03-01-usa.pdf,

www.gemari.or.id/../gemari8902.pdf. Akses 7 Oktober 2010 pukul 15.03 WIB.

Gambar

TABEL 1 SISTEMATIKA PENULISAN

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan ini juga menunjukkan pentingnya sebuah pelatihan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia, yang sesuai dengan teori belajar menurut Faculty-

Audit internal (pemeriksaan intern) adalah pemeriksanaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan

Berfikir mensyaratkan adanya pengetahuan ( Knowledge ) atau sesuatu yang diketahui agar pencapaian pengetahuan baru lainnya dapat berproses dengan benar, sekarang apa

Merupakan bagian didaerah bawah lambung yang berhubungan dengan usus dua belas jari. Setelah makanan masuk ke lambung sfingter kardiak dan sfingter pilorus menutup.

Berkenaan dengan hal tersebut dengan ini kami bermaksud mengajukan 3 orang mahasiswa (Terlampir) untuk melaksanakan On The Job Training (OJT) di perusahaan

Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak menentukan batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

In this paper we consider the problem involving the unification of some classes of p- valent functions with fixed second negative coefficients.. Coefficient inequality, growth

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait regimen dosis (dosis, cara pakai, interval dan lama penggunaan) antibiotik pada pasien pneumonia