• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediasi Penal sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang Penanganan Kasus Melalui ADR (Alternative Dispute Resolution)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediasi Penal sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang Penanganan Kasus Melalui ADR (Alternative Dispute Resolution)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya kasus tindak pidana ringan yang terjadi di Indonesia dan sering

menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

ancaman hukuman pidana biasa dirasa sangat tidak adil karena tidak sebanding

dengan kerugian yang ditimbulkan, hal ini dikarenakan sejak tahun 1960 belum

terdapat pembaharuan dalam KUHP terkait dengan batasan tindak pidana ringan yaitu

sebesar Rp 250,- akan tetapi nominal tersebut sudah tidak sesuai dengan nilai mata

uang saat ini, karena pada saat ini sudah hampir tidak ada barang yang bernilai

dibawah Rp 250,-.

Setelah dikeluarkannya PERMA nomor 2 tahun 2012 tentang Batasan Tindak

Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, jika sebelumnya yang disebut

tindak pidana ringan yang nilainya kurang dari Rp 250,- kini diubah menjadi Rp 2,5

juta dan ancaman hukuman maksimalnya adalah 3 (tiga) bulan penjara dengan

menggunakan acara pemeriksaan cepat serta hakim tunggal sebagaimana yang

disebutkan dalam pasal 205-210 KUHAP sehingga keadilan bagi pelaku tindak

pidana ringan terpenuhi. Namun karena tindak pidana ringan ini ancaman hukuman

maksimalnya adalah dibawah 1 (satu) tahun maka tidak dapat dilakukan upaya

(2)

Kita sadari bersama, KUHAP lebih mengutamakan hak-hak

tersangka/terdakwa.1 Hal ini dapat kita lihat dari beberapa penjelasan KUHAP yang

sebagian besar adalah mengutamakan hak tersangka atau terdakwa daripada

hak-hak dan kepentingan korban yang dalam hal ini telah dicederai oleh pelaku tindak

pidana sehingga seharusnya posisi korban juga harus diutamakan demi terciptanya

rasa keadilan bagi semua pihak.

Dalam KUHAP juga memunculkan kesan bahwa perlindungan terhadap

pelaku kejahatan memperoleh porsi lebih besar dibandingkan dengan korban

kejahatan sehingga muncul kesan bahwa korban kejahatan belum memperoleh

perlindungan yang memadai.2 Hal ini dikarenakan keadilan dirasa sudah terpenuhi

ketika pelaku tindak pidana telah mempertanggungjawabkan perbuatannya secara

hukum tanpa memperhatikan kepentingan dan keadilan untuk korban.

Dalam tindak pidana ringan, pengadilan bukanlah satu-satunya cara yang

dapat ditempuh untuk menyelesaikan suatu masalah demi mempertanggungjawabkan

perbuatan pelaku, selain melalui pengadilan juga terdapat suatu bentuk upaya

penyelesaian alternatif yaitu Alternatif Dispute Resolution yang untuk selanjutnya

disebut dengan ADR.

1 Bambang Waluyo. 2011. Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi. Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 36.

(3)

ADR adalah sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi untuk

memberi alternatif atau pilihan suatu cara penyelesaian sengketa melalui bentuk ADR

agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak.3 Salah satu bentuk ADR

yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu mediasi. Dalam Pasal 1 ayat (7) PERMA

Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dijelaskan bahwa yang

dimaksut dengan mediasi yaitu:

“Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh

kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator”.

Mediasi tidak hanya terdapat dalam kasus perdata saja akan tetapi dalam

kasus pidana juga dimungkinkan adanya upaya penyelesaian secara mediasi yang

disebut dengan mediasi penal, namun tidak semua kasus pidana dapat diselesaikan

dengan mediasi penal karena hanya kasus pidana tertentu saja yang dapat diselesaikan

dengan mediasi penal, salah satunya yaitu tindak pidana ringan karena akibat yang

ditimbulkan dari tindak pidana ini tergolong ringan.

Namun seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya hukum di Indonesia

mempunyai suatu ketentuan bahwa kasus pidana tidak dapat diselesaikan diluar

pengadilan, akan tetapi dalam keadaan tertentu misalnya dalam suatu norma di

masyarakat atau hukum adat seringkali dilakukan suatu penyelesaian kasus pidana

ringan dengan jalan musyawarah antara pelaku dan korban dengan didampingi

(4)

keluarga serta tokoh masyarakat dan dipimpin oleh ketua adat atau kepala desa untuk

mencapai suatu kesepakatan dalam penyelesaian suatu tindak pidana ringan yang

terjadi di dalam masyarakat tersebut. Cara penyelesaian dengan musyawarah ini

disebut dengan mediasi penal yang didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat

yaitu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individu

dan harus hidup berkelompok dalam suatu masyarakat sehingga diupayakan adanya

perdamaian diantara para pihak dengan harapan tidak ada dendam yang terjadi

diantara pelaku atau korban demi terciptanya masyarakat yang aman, tentram, damai,

dan sejahtera. Dalam pasal 18B ayat (2) UUD 1945 disebutkan yaitu:

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

diatur dalam undang-undang”.

Dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia juga disebutkan bahwa:

“Dalam rangka penegakkan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam

masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum masyarakat

dan pemerintah”.

Dari kutipan pasal tersebut diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan

secara utuh bahwa negara harus menghormati adat atau norma yang telah lama hidup

dan berkembang serta berlaku di masyarakat, termasuk upaya penyelesaian tindak

(5)

yang adil, damai, dan sejahtera. Dengan mediasi akan dicapai suatu kesepakatan yang

terbaik untuk kedua belah pihak tanpa ada yang merasa dirugikan sehingga tidak ada

pihak yang merasa menang atau kalah karena tujuan mediasi adalah untuk mencapai

suatu kesepakatan demi kepentingan kedua belah pihak sehingga hak-hak dan

keadilan bagi pelaku maupun korban dapat terpenuhi, selain itu prosesnya yang cepat

juga tidak akan membuat suatu masalah menjadi berlarut-larut. Namun seringkali

ketika telah terdapat suatu penyelesaian tindak pidana ringan dengan menggunakan

musyawarah mufakat berupa mediasi dan telah menghasilkan suatu kesepakatan

diantara para pihak namun kasus tersebut tetap diproses secara hukum sehingga

menurut saya sejauh ini aparatur penegak hukum di Indonesia hanya mengacu kepada

undang-undang saja tanpa mempertimbangkan faktor sosiologis.

Mediasi penal masih sering diabaikan oleh aparat penegak hukum di

Indonesia khususnya kepolisian yang dalam hal ini adalah sebagai pintu gerbang

pertama masuknya suatu kasus pidana kedalam proses peradilan, hal ini disebabkan

karena mediasi penal belum memiliki payung hukum yang kuat. Dapat diketahui

dalam pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI

bahwa pejabat POLRI dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak

menurut penilaiannya sendiri dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan

dan kode etik polri. Jadi polri memiliki hak untuk melakukan penilaian terhadap

kasus yang ada, sehingga diharapkan dapat lebih baik lagi dalam memilah antara

kasus yang layak untuk dilanjutkan prosesnya dan yang tidak layak karena nantinya

(6)

No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS disebutkan beberapa tindak pidana yang dapat

diupayakan penyelesaiannya melalui jalur alternatif, salah satunya yaitu tindak pidana

ringan.

Mediasi penal diharapkan dapat menjadi salah satu instrument efektif untuk

mengatasi masalah penumpukan perkara di Pengadilan serta memperkuat dan

memaksimalkan fungsi lembaga peradilan dalam penyelesaian suatu perkara.4

Mengingat banyaknya keuntungan yang diperoleh dalam penyelesaian kasus dengan

menggunakan mediasi penal, maka diharapkan segera terdapat payung-payung

hukum yang kuat agar mediasi penal dapat terlaksana secara efektif demi terciptanya

rasa keadilan untuk korban dan pelaku tindak pidana ringan karena mengingat bahwa

ADR bertujuan untuk memulihkan kembali keadaan seperti semula sebelum terjadi

tindak pidana sehingga lebih ditekankan kepada pertanggungjawaban pelaku, bukan

pembalasan sehingga keadilan bagi korban juga dapat terpenuhi.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka

penulis terdorong untuk membuat suatu penulisan hukum dengan judul “Mediasi

Penal Sebagai Upaya Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Surat Kapolri

No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang Penanganan Kasus Melalui ADR.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan penyelesaian tindak pidana ringan dengan

menggunakan mediasi penal?

(7)

2. Bagaimana akibat hukum dari penerapan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/

2009/ SDEOPS tentang penanganan kasus melalui ADR dalam penyelesaian

tindak pidana ringan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penyelesaian tindak pidana ringan

dengan menggunakan mediasi penal.

2.Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum dari penerapan Surat Kapolri No

Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang penanganan kasus melalui ADR dalam

penyelesaian tindak pidana ringan.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Berguna untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang

mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak pidana ringan berdasarkan Surat

Kapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS tentang penanganan kasus melalui

ADR.

2.Bagi Masyarakat

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyarakat awam tentang adanya

upaya penyelesaian alternatif untuk menyelesaikan tindak pidana ringan yang

terjadi di masyarakat dengan menggunakan mediasi penal.

(8)

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi

penegak hukum khususnya kepolisian yang merupakan gerbang pertama

masuknya kasus pidana ke dalam Peradilan sehingga dapat lebih efektif dalam

menerapkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang

penanganan kasus melalui ADR.

4. Bagi Pemerintah

Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah

agar segera dibuat suatu aturan hukum yang kuat dan mengikat kepada semua

pihak baik kepolisian maupun aparat penegak hukum yang lain sehingga mediasi

penal ini bukan lagi diupayakan akan tetapi diwajibkan dalam penyelesaian kasus

tindak pidana ringan yang terjadi di masyarakat.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian menjadi hal yang penting untuk memberikan gambaran

sistematika berfikir sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah. Adapun penulisan skripsi ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan

yang mempunyai maksud dan tujuan untuk mengkaji perundang-undangan dan

peraturan yang berlaku dan juga kajian teoritis dari literatur yang ada yang kemudian

dihubungkan dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yang dibahas di

dalam penulisan skripsi ini. Penulisan hukum ini menganalisa peraturan

(9)

penal dan dikaitkan dengan permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam

penulisan skripsi ini.

2. Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif

atau peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain

yaitu:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

8. PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

9. PERMA Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Batasan Tindak Pidana Ringan dan

(10)

10.Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkap) Nomor 7

Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Polisi

Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri

11.Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS Tentang Penanganan Kasus

Melalui ADR (Alternatif Dispute Resolition)

b. Bahan Hukum Sekunder

Sumber bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer yang diperoleh dengan cara studi dokumen. Yang dimaksud studi

dokumen yaitu mempelajari permasalahan melalui buku-buku, literatur jurnal hukum,

internet, media massa, makalah dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan

materi penulisan.

c. Bahan Hukum Tersier

Sumber bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

petunjuk, informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

diperoleh dari Ensiklopedia, kamus, dan lain-lain untuk mengetahui pengertian secara

baku dari suatu istilah yang terkait dengan masalah yang dibahas oleh penulis dalam

penulisan hukum.

3.Tenik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penulisan hukum ini teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan

oleh penulis untuk menggali dan mengumpulkan data yang dibutuhkan yaitu melalui

studi dokumen dan studi pustaka.

(11)

Analisis terhadap bahan-bahan hukum dilakukan dengan menggunakan

metode analisis deskriptif yaitu menemukan permasalahan yang dijumpai dalam studi

kepustakaan yang berkaitan dengan mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak

pidana ringan, kemudian memahami permasalahan yang sesungguhnya serta tindakan

apa yang harus dilakukan sehubungan dengan aturan-aturan hukum yang ada dan

kemudian melakukan penarikan kesimpulan guna memberikan pemecahan masalah

yang dijumpai sehingga dapat disusun konsep dalam bentuk saran yang relevan

dengan tujuan penelitian.

F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang garis besar permasalahan dari keseluruhan

penulisan hukum ini yang memuat pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang

masalah, permasalahan yang mendasari pemilihan judul penelitian, tujuan dan

manfaat yang ingin dicapai, kegunaan, metode penulisan hukum, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab yang didalamnya akan dibahas dan disajikan kajian teoritis

(pustaka) sebagai sumber dalam menganalisis permasalahan yang diangkat oleh

penulis yaitu tentang mediasi penal sebagai upaya penyelesaian tindak pidana ringan

berdasarkan Surat Kapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS, sehingga

(12)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan data yang telah dikumpulkan sebagai

hasil dari penelitian untuk menjadi sumber utama dalam pembahasan skripsi ini yang

akan membahas dan menganalisa tentang permasalahan yang diangkat oleh penulis

dalam bab sebelumnya.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian terakhir dari hasil penelitian yang memuat

(13)

PENULISAN HUKUM

MEDIASI PENAL SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN BERDASARKAN SURAT KAPOLRI NO POL : B/3022/XII/2009/SDEOPS

TENTANG PENANGANAN KASUS MELALUI ADR (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUSION)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:

FEBRIANIKA MAHARANI 201010110311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(14)
(15)
(16)
(17)

UngkapanPribadi:

The first step to getting the things you want out of life is

Decide what you want

Motto:

PantangMenyerah

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan

Hidayah kepada Hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

MEDIASI PENAL SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN

BERDASARKAN SURAT KAPOLRI NO POL : B/3022/XII/2009/SDEOPS TENTANG

PENANGANAN KASUS MELALUI ADR (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUSION).

Terselesaikannya skripsi dan studi Penulis di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang tidak lepas dari adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik

bantuan moril maupun materiil. Penulis sangat berterima kasih atas apresiasi dari semua pihak

tersebut. Akhirnya pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang, beserta para Waki lDekan.

2. Bapak Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan sekaligus arahan, saran, serta dukungannya kepada penulis

dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati sehingga skripsi ini terselesaikan.

3. Bapak Haris, SH., MH selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Sofyan Arief, SH., M.Kn selaku Dosen Wali selama penulis kuliah di Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih banyak atas nasehat dan

(19)

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah

mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Skripsi ini saya persembahkan kepada seluruh keluarga besarku Papa, Mama, KakYo,

Kak Mel, Alm.Mas Fren, Dana, Abah haji, Ibu haji, Alm. Bapak Lan, dan Ibu Sun yang

telah memberikan doa dan kasih sayingnya untuk penulis serta memberikan semangat

kepada penulis dengan tak henti-hentinya.

7. Sahabat-sahabatku di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang : Iin, Vira,

Siska dan seluruh teman-teman FH angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu serta semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna membangun dan lebih

menyempurnakan lagi skripsi ini.

Malang, ………..

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Cover / SampulDalam ……….... i

LembarPengesahan ……… ii

C. SuratKapolriNo Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang PenangananKasusMelalui ADR (Alternatif Dispute Resolusion) C.1 SuratKapolri No Pol : B/3022/XII/2009/SDEOPS ……….. 40

(21)

C.3 Jenis-jenis ADR (Alternatif Dispute Resolusion) ………..……... 45

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. PengaturanPenyelesaianTindakPidanaRinganDenganMenggunakan Mediasi Penal A.1. Mediasi Penal SebagaiAlatUntukMencapaiKeadilanMasyarakat……... 47

A.1.1 KeadilanBagiPelakuTindakPidana ………... 51

A.1.2 KeadilanBagiKorbanTindakPidana ………... 52

A.1.3.Keadilan BagiMasyarakat ………... 53

A.2. FaktorKemanfaatansebagaiTujuanUtamaMediasi Penal ……….………... 54

A.2.1 ManfaatMediasi Penal BagiPelakuTindakPidana ………... 56

A.2.2 ManfaatMediasi Penal BagiKorbanTindakPidana ………... 57

A.2.3 ManfaatMediasi Penal BagiMasyarakat ………... 58

A.3. PengaturanPenyelesaianTindakPidanaRinganDenganMenggunakan MediasiPenal ………... 58

B. AkibatHukumPenerapanSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS tentangPenangananKasusMelalui ADR dalamPenyelesaianTindakPidana Ringan B.1 LatarBelakangDikeluarkannyaSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/2009/ SDEOPS tentangPenangananKasusMelalui ADR (Alternatif Dispute Resolution) ………..…... 68

B.2 KedudukanSuratKapolriDalamPeraturanPerundang-undangan di Indonesia ……….… 71

B.3 AkibatHukumPenerapanSuratKapolri No Pol : B/3022/XII/ 2009/ SDEOPS tentangPenangananKasusMelalui ADR (Alternatif Dispute Resolution) dalamKasusTindakPidanaRingan ……….… 74

BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ………..……… 85

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Direktorat Jenderal PHPA (1988), senjata yang diperbolehkan untuk membunuh satwa buru hanyalah senjata api. Berdasarkan perhitungan dan kajian literatur,

Begitu juga dalam Seni pertunjukan, disamping istilah nama yang sama, bentuk- bentuk dan hasil kesenian di Minang dan Adat Pesisir Kota Sibolga banyak juga yang sama,

Setelah data terkumpul, dilakukan analisis aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson, dapat diketahui besar aliran daya tiap cabang dan rugi-rugi daya aktif

Penulisan hukum yang dilakukan Penulis dengan judul “Penerapan Mediasi Penal Dalam Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Sebagai Upaya Alternative Dispute

Hasil estimasi strain normal komponen vektor v yang berorientasi dalam arah selatan-utara (e yy ) memperlihatkan bahwa daerah pemampatan (kom- presi) terdapat di tiga

Seni ukir kayu motif khas Timor merupakan salah satu produk budaya asli Timor yang patut dilestarikan. Modernisasi menggerus hampir semua nilai dan aspek kehidupan, sehingga

Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengetahuan dan keterampilan KDP oleh dokter dalam melakukan proses konsultasi kepada pasien dan mengidentifikasi faktor-faktor yang