• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

BUATAN : BAPAK HASAN BASRI BARUS

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : Octica Tampubolon

NIM : 110707025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

(2)

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

NAMA : OCTICA TAMPUBOLON NIM : 110707025

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Bebas Sembiring, M.Si Drs. PerikutenTarigan, M.Si.

NIP 195703131992031001 NIP 195804021987031003

(3)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, 2015

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA DEPARTEMEN

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

Melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera Utara,

Medan.

Panitia Ujian : Tanda Tangan

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2015

Octica Tampubolon

(6)

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, teknik memainkan, dan fungsi dari gendang singanaki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan narasumber data Bapak Hasan Basri Barus, yaitu pembuatan alat musik Karo serta mengetahui seluk-beluk tentang instrumen gendang singanaki di Kecamatan Medan Tuntungan.Teori yang digunakan Curt Sach dan Hornbostel. Alat pengumpul data yang paling utama digunakan adalah dengan melakukan observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Penelitian ini mengambil lokasi di rumah Bapak Hasan Basri Barus yang berada di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan alat musik gendang singanaki dilakukan dengan empat bagian tahapan, yang pertama membuat badan gendang, tahapan kedua membuat tutup atas dan tutup bawah gendang singanaki, tahapan ketiga membuat tarik gendang (nali gendang), dan tahap yang terakhir proses penyatuan bahan-bahan. Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

segala cinta kasih, berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar. Skripsi ini berjudul “ Kajian

Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus “ Skripsi

ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada

DepartemenEtnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu di kantor

Fakultas Ilmu Budaya.

2. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketua Departemen

Etnomusikologi Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D.

sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi.

3. Kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekretaris Departemen

Etnomusikologi yang telah memberikan dukungan dalam perkuliahan

terhadap mahasiswa/i di Departemen Etnomusikologi Universitas

Sumatera Utara (USU) dan selalu kasih semangat agar selesai skripsi

ini.Terima kasih juga kepada pegawai Departemen Etnomusikologi

Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Siti

(8)

4. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih

kepada Dosen Pembimbing I, yaitu Bapak Drs. Bebas Sembiring,

M.Si yang telah membimbing penulis dan selalu memberikan arahan

yang terbaik buat penulis baik dalam mengajar mahasiswa/i di

Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU).

5. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing II,

yaitu Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si yang juga memberikan

arahan dan nasehat yang terbaik buat penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

6. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada

seluruh Dosen Departemen Etnomusikologi, yaitu Bapak Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A., Ph.D., Ibu Dra. Rithaony Hutajulu,M.A., Bapak

Torang Naiborhu, M.Hum, Ibu Dra. Frida Deliana Harahap, M.Si.,

Bapak Drs. Kumalo Tarigan,M.A., Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A.,

Bapak Drs. Irwansyah,M.A., terutama untuk ilmu yang penulis peroleh

selama proses belajar mengajar di Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU), sampai

selesainya tugas akhir penulis.

7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua Informan, yaitu

Bapak Hasan Basri Barus, Bapak Pulungan Tawar Sembiring, dan

Bapak Drs. Yoe Anto Ginting, M.A. beserta keluarga dari informan

yang mau menerima penulis selama melakukan penelitian dan banyak

(9)

8. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua tercinta

Bapak Daulat Tampubolon dan Mama Errnawaty Siallagan yang telah

membesarkan penulis dengan kasih sayang dan bersusah payah

membiayai, mendoakan, dan mendukung serta memberikan semangat

yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Juga kepada saaudara/i penulis yang tersayang Humuntal Alvin

Zeiro Tampubolon dan Sarah Freshima Tampubolon yang selalu

memberikan nasehat dan dukungan untuk inspirasi dalam tulisan ini.

9. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

stambuk 2011 (CCB.com) di Departemen Etnomusikologi Universitas

Sumatera Utara (USU), yaitu Trifose, Stefani, Siti, Agnes, Deby,

Lisken, Lestari, Aprillia, Aprindo, David, Jose, Leony, Mahyun, Egi,

Talenta, Slamet, Mona, Riri, Sopandu yang selalu setia dalam keadaan

suka maupun duka selama perkuliahan dan sampai selesainya skripsi

ini.

10.Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kakak dan

Abang senior yang ada di Etnomusikologi yaitu : Yoseni, Ruth,

Verawaty, Tumpak, Supriyadi, dan, Denata yang telah memberikan

motivasi serta arahan yang berguna buat penulis.

11.Terima kasih penulis ucapkan kepada Septian Indrawijaya karena telah

memberi semangat dan nasehat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa masih

(10)

ini.Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.Penulis juga sangat berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan imu

untuk pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.Terlebih lagi buat

mereka yang menginginkan informasi khususnya gendang singanaki.

Medan, Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR …… .………...ii-v DAFTAR ISI ……….… .vi-viii DAFTAR GAMBAR ………...ix-x BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Pokok Permasalahan………... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ………... 2

1.3.1 Tujuan Penelitian………. 2

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 3

1.4 Konsep dan Teori………... 3

1.4.1 Konsep YangDigunakan………....… 3

1.4.2 Teori Yang Digunakan……… 4

1.5 Metode Penelitian……….. 7

1.5.1 Studi Kepustakaan ………. 8

1.5.2 Kerja Lapangan………...… 8

1.5.2.1 Wawancara……… 8

1.5.2.2 Observasi………...9

1.5.3 Kerja Laboratorium... 10

1.5.4 Lokasi Penelitian………... 10

BAB II BIOGRAFI BAPAK HASAN BASRI BARUS DALAMKONTEKSBUDAYA KARO DI SUMATERA UTARA 2.1 Pengertian Biografi………... 11

2.2 Alasan Dipilihnya Bapak Hasan Basri Barus………... 12

2.3 Biografi Bapak Hasan Basri Barus………... 13

2.4 Latar Belakang Keluarga………... 14

2.5 Latar Belakang Pendidikan………... 15

2.6 Berumah Tangga………... 15

(12)

BAB III PROSES PEMBUATAN GENDANG SINGANAKI…... ……17

3.1 Klasifikasi Alat Musik Gendang Singanaki………... ……17

3.2 Kontruksi Gendang Singanaki……... ……18

3.3 Bahan Baku Yang Digunakan…………..……….... ……21

3.3.1 Kayu Parira...21

3.3.2 Bambu (Buluh Ergen)……...22

3.3.3 Kulit Lembu untuk tali gendang……...22

3.3.4 Kulit Napuh (sejenis kancil)...23

3.3.5 Batang Jeruk Purut (Rimo Mukur)……...24

3.4 Peralatan Yang Digunakan……….…...24

3.4.1Gergaji……...24

3.5 Proses Pembuatan Gendang………...29

3.5.1 Proses pengeboran pada gendang…...30

3.5.2 Proses pemahatan lubang resonator...31

3.5.3 Menghaluskan badan gendang...32

3.6 Proses pembuatan bingke tutup...33

3.6.1 Hasil akhir pembuatan bingke tutup...34

3.7 Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)...35

3.7.1 Membuat lingkaran pada kulit napuh...35

3.8 Pembuatan lubang tali...41

3.8.1 Pembentukan lubang tali gendang...42

3.8.2 Proses memasukkan nali gendang...43

3.8.3 Proses pengikatan nali gendang...44

3.8.4 Proses pemasangan tutup...45

3.8.5 Merekatkan nali ke baloh gendang...46

3.9 Proses pembuatan palu-palu...47

3.9.1 Memotong batang jeruk purut(rimo mukur)...48

(13)

BAB IV TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK

GENDANG SINGANAKI PADA MASYARAKAT KARO…51

4.1 Posisi Memainkangendang singanaki………...… ……51

4.2 Warna Bunyi…………... …….52

4.3 Pola Ritem………... ……55

4.4 Nilai Ekonomi pada gendang singanaki……….. ……59

BAB V PENUTUP……… ……60

5.1 Kesimpulan………... ……60

5.2 Saran……….... ……61

DAFTAR PUSTAKA………...…… ……63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bapak Hasan Basri Barus………...13

Gambar 2 : Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis………..14

Gambar 3 : Bagian-bagian gendang………...19

Gambar 4 : Palu-palu………...20

Gambar 5 : Ukuran gendang………20

Gambar 6 :Kayu Parira………..………….21

Gambar 7 : Bambu (buluh ergen)………...22

Gambar 8 : Kulit lembu untuk tali……….23

Gambar 9 :Kulit napuh (sejenis kancil)………..23

Gambar 10 :Batang Jeruk Purut (rimo mukur)……….24

Gambar 11 :Gergaji……….25

Gambar 12: Pisau (rawit)………..25

Gambar 13: Kelut………...26

Gambar 14:Pahat………...26

Gambar 15:Gunting………27

Gambar 16:Bor……...27

Gambar 17 :Kertas Pasir………...…....28

Gambar 18 :Meteran………...28

Gambar 19 :Spidol………...29

Gambar 20 :Pembuatan badan gendang………....30

Gambar 21 :Proses pengeboran lubang pada gendang…………..31

Gambar 22 : Proses pemahatan lubang resonator……….32

Gambar 23 :Menghaluskan baloh gendang…...33

Gambar 24 : Proses pembuatan bingke tutup………...34

Gambar 25 :Hasil akhir pembuatan bingke tutup………...34

Gambar 26 :Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)...35

Gambar 27 :Membuat lingkaran pada kulit napuh (sejenis kancil)....35

Gambar 28 : Proses pengikisan kulit napuh (sejenis kancil)………..36

Gambar 29 :Merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil)……...37

Gambar 30 :Kulit napuh (sejenis kancil) dibentuk ……….38

Gambar 31 :Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil)……...39

Gambar 32 : Proses pembuatan bingke tutup……...39

Gambar 33 : Membuat tanda lubang pada tutup gendang…………...40

Gambar 34 :Penandaan untuk pembuatan lubang tali……….41

Gambar 35 : Pembuatan lubang tali...42

Gambar 36 :Pembentukan lubang nali gendang...43

Gambar 37 : Proses memasukkan nali gendang ke bingke tutup…....44

Gambar 38 : Proses pengikatan nali gendang………45

Gambar 39 : Proses pemasangan tutup………...46

(15)

Gambar 42 : Memotong batang jeruk purut (rimo mukur)………….49

Gambar 43 :Proses penghalusan palu-palu...50

Gambar 44 :Posisi kaki dan tangan...51

Gambar 45 : Warna bunyi tang...54

Gambar 46 : Warna bunyi cek...54

(16)

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, teknik memainkan, dan fungsi dari gendang singanaki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan narasumber data Bapak Hasan Basri Barus, yaitu pembuatan alat musik Karo serta mengetahui seluk-beluk tentang instrumen gendang singanaki di Kecamatan Medan Tuntungan.Teori yang digunakan Curt Sach dan Hornbostel. Alat pengumpul data yang paling utama digunakan adalah dengan melakukan observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Penelitian ini mengambil lokasi di rumah Bapak Hasan Basri Barus yang berada di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan alat musik gendang singanaki dilakukan dengan empat bagian tahapan, yang pertama membuat badan gendang, tahapan kedua membuat tutup atas dan tutup bawah gendang singanaki, tahapan ketiga membuat tarik gendang (nali gendang), dan tahap yang terakhir proses penyatuan bahan-bahan. Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi masyarakat.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.Kesenian dalam

Suku Karo sangat beraneka ragam dan didalam tulisan ini penulis hanya terfokus

pada seni musiknya saja.Danmusik juga merupakan media untuk mengungkapkan

ide atau gagasan melalui bunyi yang berbentuk unsur dasarnya berupa irama,

melodi, dan harmoni.Pada masyarakat Karo pada umumnya musik dikenal

sebagai pengiring dalam berbagaiupacara adat, hiburan,dan pertunjukan. Alat

musik yang digunakan salah satunya yaitu gendang singanaki.Dalam hal ini,

penulisjugameneliti tentang alat musik gendang singanaki.Alat musik ini

termasuk di dalam klasifikasi alat musik pukul (membranofon).Alat musik ini

terbagi dalam beberapa bagian yaitu, tutup atas dan tutup bawah.Gendang

Singanaki, badan gendang singanaki,dan nali sebagai penghubung tutup atas dan

tutup bawah.Pembuatan gendang singanaki di produksi secara manual atau

buatan tangan manusia sendiri.

Gendang Singanaki adalahalat musik yang memiliki membran

(membranophone) yang berbentuk double konis(single head conical

drum).1

1

single head conical drumbersisi satu yang berbentuk konis

Keistimewaan dari gendang singanaki ini adalah memiliki gerantung

(18)

jenis bunyi yaitu :tang, cek,dan kok. Gendang singanaki juga berperan sebagai

pembawa pola ritem repetitif (diulang-ulang) yang berguna untuk penanda pulsa

dasar bagi gendang singindungi. Gendang singanaki dimainkan dengan cara

ensambel. Ada beberapa alat musik yang termasuk bagian dari ensambel alat

musik gendang singanaki yaitu : sarune, gendang singanaki, gendang

singindungi, penganak, dan gung. Dari kelima alat musik ini nama ensambelnya

adalah Telu Sedalanen Lima Seperangkat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti

lebih dalam lagi tentang gendang singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus.

Penelitian ini dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul“Kajian

Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Barus di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ”. 1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan

sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik pembahasan didalam tulisan

ini adalah :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan

Bapak Hasan Basri Barus

2. Bagaimana teknik dasar dalam memainkan gendang singanaki?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

(19)

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan

Bapak Hasan Barus

2. Untuk mengetahui teknik dasar dalam memainkan gendang

singanakibuatan Bapak Hasan Basri Barus

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Gendang singanaki.

3. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gendang

Singanaki di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah wawasan kita agar kita dapat mengetahui alat-alat musik

tradisional.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1Konsep

Konsep merupakan rangkaian ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwakongkrit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:431).

Studi disebut juga dengan kajian (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia).

(20)

memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Organologi

adalah salah satu cabang ilmu dalam Etnomusikologi yang mengkaji jenis-jenis

alat musik. Ketika berbicara tentang kajian Organologi, aspek yang dibahas

adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk hiasannya, bahan dan prinsip

pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah yang

dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) Menurut beliau

Organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi

sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu

pengetahuan dari alatmusik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi

musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya.Dari uraian di atas kita dapat

menyimpulkan bahwa Kajian Organologis Gendang SinganakiBuatan Bapak

Hasan BasriBarusadalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan

deskripsi instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatannya,cara memainkan,

dan fungsi dari alat musik tersebut.Selanjutnya istilah dari membranophone

adalah klasifikasi alat musik yang ditinjau dari selaput kulit atau plastik.

(klasifikasi alat musik oleh Curt Sachs dan Hornbostel,1961).

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang di kemukakan mengenai suatu peristiwa

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).Teori mempunyai hubungan yang erat

(21)

Dalam tulisan ini, penulis berpedoman pada teori yang di utarakan oleh

Susumu Kashima (1978:174) terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA

(Asia Performing Traditional Art), bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua

sudut pandang yakni Studi Struktural dan Studi Fungsional. Yang dimaksud

dengan Studi Struktural adalah studi yang berkaitan dengan pengamatan,

pengukuran, perekaman, atau pencatatan bentuk, ukuran besar dan kecil, kontruksi

serta bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan alat musik tersebut.

Sedangkan Studi Fungsional adalah memperhatikan fungsi dari alat musik

dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain: membuat pengukuran dan

pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan

keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang

dihasilkan oleh alat musik tersebut.Penulis juga menggunakan beberapa teori yang

digunakan dalam teknik permainan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri

Barus, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl(1963: 98 )

yaitu :

” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.”

Sedangkan mengenai klasifikasi alat musik gendang singanaki dalam

penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan

Hornbostel (1961) yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber

penggetar utama bunyinya.

Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

(22)

2. Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

3. Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit,

4. Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Yang termasuk ke dalam klasifikasi gendang singanaki adalah double conis

drum single head.Selain itu, setiap alat musik yang kita teliti harus diukur, di

deskripsikan, dan digambarkan dengan skala atau di foto, prinsip-prinsip

pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik

pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan masalah teoritis perlu

dicatat.

Selain masalah deskripsi alat musik, masih ada sejumlah masalah analitis

lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan Etnomusikologi. Adakah alat

musik yang dikeramatkan?Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara

khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Apakah proses

pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatannya?

Gendang singanaki disebut juga double conical drums dan gendang

singanaki terbuat dari kayu pohon nangka. Kedua sisinya berbentuk konis terdapat

membran yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depan/atas atau bagian yang

dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah (tidak dipukul) disebut

pantil gendang.

Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm,

dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil

(23)

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yangbersangkutan, (Koentjaraningrat 1997:16). Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif2

Penulis hanya menjadikan buku dan artikel-artikel dari internet menjadi

informasi tentang pembuatan gendang singanaki. Hasil wawancara yang

dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat, dan pengamatan penulis secara

langsung sebagai bahan referensi dalam penelitian. Berdasarkan deskripsi teoritis .

3

Penulis juga mengukur, mengambil foto bagian eksternal maupun

internalnya.Seterusnya penulis memperhatikan dekorasi, pengecatan,

warna.Penulis juga bertanya bagaimana persepsi pemain musik, seniman musik

Karo, dan masyarakat Karo mengenai gendang singanaki. Semua yang yang telah diuraikan di atas penulis akan menyajikan konsep dasar sesuai dengan

permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan.

Nettl (1964) mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan

aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu pekerjaan lapangan (field

word) dan pekerjaan laboratorium (desk work).Alan P. Merriam juga mengatakan

bahwa etnomusikologi adalah disiplin lapangan dan disiplin laboratorium, yakni

data yang dikumpulkan dari lapangan oleh penyidik pada akhirnya di analisis di

laboratorium, dan dari hasil kedua metode menjadi pusat studi akhir.

2Deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa

kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.

3Deskripsi teoritis adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau

(24)

dipertanyakan Alan P. Merriam mengenai alat musik yang penulis teliti dalam

penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan

penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta

mempelajaribuku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet, dan catatan-catatan

yang berkaitan dengan objek penelitian. Kemudian mencari teori-teori yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam membahas tulisan ini dan memperoleh pengaturan

awal mengenai apa yang akan diteliti.

Studi pustaka ini bertujuan untuk mencari informasi dan menambah

data-data yang di butuhkan dalam penulisan, penyesuaian dan pengamatan yang sudah

ada mengenai objek penelitian di lapangan.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan (field work) dan melakukan observasi

langsung ke daerah penelitian ke rumah Bapak Hasan Basri Barus dan mencari

narasumber dari tokoh masyarakat Karo yang ada di Kota Medan sebagai

narasumber lainnya.

1.5.2.1Wawancara

Adapun teknik wawancara yang dilakukan penulis ialah melakukan dengan

tiga cara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat untuk melakukan wawancara

(25)

1. Wawancara berfokus (focused interview) adalah pertanyaan yang selalu

berpusat Kepada pokok permasalahan.

2. Wawancara bebas (casual interview) adalah pertanyaan yang selalu beralih

dari satu pokok permasalahan ke pokok permasalahan yang lain.

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang

akan ditanyakan pada saat wawancara secara bebas ataupun tertuju dari satu

topik ke topik lain dan materinya tetap berkaitan dengan topik penelitian.

Penulis melakukan wawancara langsung terhadap informan dalam hal ini

Bapak Hasan Basri Barus sebagai informan kunci, dan beberapa informan

lainnya.

Wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan,

pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, serta proyeksi seseorang terhadap masa

depannya : mempuyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu

seseorang serta rahasia-rahasia hidupnya. Wawancara juga dapat digunakan untuk

menangkap aksi-reaksi orang dalam bentuk ekspresi dalam

pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya-jawab sedang berjalan.Wawancara merupakan alat

pengumpulan data yang sekaligus dapat mengecek dan sebagai bahan ricek

ketelitian dan kemantapannya.Untuk pemotretan dan perekaman wawancara,

penulis menggunakan kamera sebagai alat rekam sedangkan untuk pengambilan

(26)

1.5.2.2Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi:1995). Observasi

dapat dilakukan dengan cara tes, kusioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Untuk melakukan kerja laboratorium penulis juga mengumpulkan

data-data dari hasil kerja lapangan yang didapat dari objek penelitian penulis dengan

data dan informasi yang didapat dari beberapa informasi baik secara tulisan

maupun secara lisan.Dan penulis mendeskripsikan data tersebut menjadi bahan

tulisan karya ilmiah. Dari penelitian yang telah penulis teliti, penulis juga melihat

teknik pembuatan dari alat musik gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri

Barus walaupun penulis hanya memperhatikan beliau dalam proses pembuatan

gendang singanaki tersebut.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah lokasi yang merupakan tempat

tinggal narasumber Bapak Hasan Basri Barus di Jalan Tali Air, Lingkungan IV

Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Selain dari melihat lokasi

penelitian tempat pembuatan gendang singanaki Karo,

Penulis juga harus secara langsung melihat tempat lokasi penelitian,

dimana saja gendang singanaki buatan dari Bapak Hasan Basri Barus ini.Dari

hasil pembuatan gendang singanaki buatan beliau, alat musik yang dibuat beliau

juga sering digunakan untuk para pemain gendang singanaki yang ada di kawasan

(27)

BAB II

BIOGRAFI BAPAK HASAN BASRI BARUS

DALAM KONTEKS BUDAYA KARO DI SIMATERA UTARA

2.1 Pengertian Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, bios yang memiliki arti hidup,

sedangkan graphien adalah tulis.Di dalam biografi juga terdapat fakta-fakta

kehidupan seseorang serta peran pentingnya. Dan meliputi informasi yang bersifat

penting namun dikisahkan dengan lengkap serta dituliskan dengan gaya cerita

yang baik dan benar. Lewat biografi juga, kita dapat menemukan keteranganarti

dari sebuah tindakan atau sebuah misteri yang melingkupi hidup seseorang, dan

merupakan sebuah penjelasan mengenai tindakan atau perilaku hidup

seseorang.Biografi juga bercerita tentang tokoh sejarah, namun tak jarang juga

bercerita tentang manusia yang masih hidup.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan dari perjalanan hidup

seseorang yang bersumber kepada subjek rekaan atau kisah nyata. Bahan utama

yang digunakan untuk membuat biografi ini berupa benda-benda, misalnya buku

harian, surat-surat, kliping, dan, koran. Bahan pendukung untuk membuat biografi

antara lain, buku referensi, buku sejarah yang memaparkan peranan manusia

dalam biografi tersebut.

Sebelum membuat biografi, ada beberapa pertanyaan yang harus ditujukan

kepada seseorang yang ingin dijadikan sumbernya yaitu : (a) Kejadian apa yang

(28)

(b) Apa yang membuat seseorang itu menjadi menarik untuk dibahas. (c) Apakah

orang tersebut dapat mengatasi masalah dalam hidupnya sendiri. (d) Apakah

orang tersebut terkait dengan kejadian yang lebih buruk atau lebih baik ataupun

hidup dan mati, mengapa dan bagaimana. Ada 4 hal yang harus dicermati dalam

membuat biografi yaitu :

1. Judul biografi

2. Hal yang menarik serta yang paling mengesankan untuk ditampilkan dalam

Kehidupan tokoh yang diceritakan

3. Hal yang paling mengagumkan dan mengharukan yang muncul dalam

Kehidupan tokoh yang diceritakan

4. Hal yang dapat dijadikan contoh atau patut untuk diteladani dari kehidupan

tokoh

2.2 Alasan Dipilihnya Bapak Hasan Basri Barus

Dalam penulisan ini, penulis memilih Bapak Hasan Basri Barus sebagai

objek penelitian bagi penulis, disebabkan oleh beliau mampu membuat alat musik

gendang singanaki secara manual dan beliau juga dapat memainkan alat musik

tersebut antara lain:

1. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang mampu

Membuat gendang sendiri.

2. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang masih

eksis dalam musik masyarakat Karo

(29)

2.3 Biografi Bapak Hasan Basri Barus

Gambar 1 : Bapak Hasan Basri Barus Dokumentasi Octica Tampubolon

Biografi dari Bapak Hasan Basri Barus dideskripsikan dalam aspek : latar

belakang keluarga, latar belakang pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik,

(30)

Gambar 2:Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis Dokumentasi Octica Tampubolon

2.4 Latar Belakang Keluarga

Bapak Hasan Basri Barus lahir di Pertumbuken, Desa Bunuraya,

Kecamatan Tiga Panah, 01 Januari 1970.Beliau adalah anak dari almarhum J.

Barus dan Siti Mariam Sembiring.Beliau merupakan anak ke dua (2) dari empat

(4) bersaudara.Beliau lahir dari keturunan seorang petani.Beliau mendapat

(31)

2.5 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Hasan Basri Barus menyelesaikan pendidikannya selama 12 tahun yaitu :

1. SD NEGERI 040518 Desa Pertumbuken Kecamatan Barus Jahe (kelas 1

SD-6SD)

2. SMP MadrasahMTSN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

3. SMA Madrasah Aliyah Negeri MAN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

Setelah menyelesaikan studi pendidikannya, Bapak Hasan Basri Barus masuk ke

dunia musik khususnya pemain gendang Karo, dan melanjutkan hidup di Medan

dan melanjutkan hidup sebagai pemain dan pembuat alat musik gendang Karo dan

menetap di Medan.

2.6 Berumah Tangga

Bapak Hasan Basri Barus menikah pada tanggal 2 Juni 2012, dan beliau

menganut agama islam, suku dari beliau adalah suku Karo, sedangkan Istri dari

Bapak Hasan Basri Barus ini bernama Efrida Tanjung, S.pd. dan agama yang

diyakini dari istri beliau adalah agama islam, sukunya Padang Pariaman. Istri

beliau ini berasal dari Sumatera Barat, Padang.Dan Ibu Efrida ini merantau ke

Medan hingga akhirnya bertemu dengan beliau.Mereka menikah dan tinggal di

Medan.Dari pernikahan mereka juga dikaruniai 4 orang anak.Anak mereka dua

putri dan dua putra. Nama-nama dari ke empat anak itu adalah :

1. Nurul Husnah Barus (putri) lahir pada tanggal 25 Maret 1997

2. Chairul Alih Barus (putra) lahir pada tanggal 18 Juli 2000

(32)

4. Mohammad Difan Rizky Barus (putra) lahir pada tanggal 21 September 2014

2.7 Bapak Hasan Basri Barus Sebagai Pembuat Alat Musik

Bapak Hasan Basri Barus berkecimpung membuat gendang Karo selama

2 tahun. Dan gendang singanaki yang dibuat Bapak Hasan Basri Barus ini banyak

diminati oleh masyarakat, penggual, dan mahasiswa. Gendang singanaki yang

telah dibuat Bapak Hasan Basri Barus sebanyak 30 alat musik khususnya gendang

singanaki. Sama halnya sebagai pembuatinstrumen musik Karo, Bapak Hasan

Basri Barus juga mampu membuat alat musik budaya Karo seperti, gendang

singanaki dan gendang singindungi, kulcapi, sarune.Bapak Hasan Basri Barus

selalu meminta pendapat dari teman-temannya.

2.8 Bapak Hasan Basri Barus sebagai pemusik tradisional

Bapak Hasan Basri Barus pernah juga belajar dari senior-seniornya yang

berada di Berastagi.Berawal dari tahun 2003 beliau sebagai pemain alat musik

gong.Dan pada tahun 2005, beliau mulai meniti karirnya sebagai pemain kulcapi

dan gendang singanaki.Seiring dengan banyaknya acara-acara masyarakat Karo

dan juga acara-acara budaya nasional, beliau selalu berpatisipasi dalam acara

budaya Karo.Awalnya beliau mulai penaasaran untuk memainkan alat musik

gendang singanaki.Beliau juga pernah tampil dalam acara Taman Mini Indonesia,

dan juga sudah beberapa kali tampil dalam acara tahunan Festival Danau

(33)

BAB III

PROSES PEMBUATAN GENDANG SINGANAKI

3.1 Klasifikasi Gendang Singanaki

Penulis juga mengklasifikasikan bagian dari gendang singanaki ini,

supaya penulis dapat mengetahui bagian-bagian atau susunan dari gendang

singanaki.Untuk mengklasifikasikan gendang singanaki ini, penulis juga

menggunakan teori Curt Sach dan Hornbostel (1914) yaitu sistem

pengklasifikasian jenis alat musik berdasarkan penggetar bunyinya. Sistem

pengklasifikasian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Idiofon (alat musik itu sendiri sebagai penggetar utama bunyi),

2. Aerofon (udara sebagai penggetar utama bunyi),

3. Membranofon (kulit atau membran sebagai penggetar utama bunyi),

4. Kordofon (senar atau dawai sebagai penggetar utama bunyi),

Dari penjelasan di atas alat musik gendang singanaki ini termasuk dalam

kategori alat musik pukul karena sumber penggetar bunyinya berasal dari kulit

atau membran.Penulis juga memberikan bentuk klasifikasi dengan memperhatikan

karakteristik dari organologisnya atau bagian dari gendang singanaki sehingga

penulis mudah untuk mendeskripsikan alat musik. Untuk mengetahui bagian dari

gendang singanaki ini Curt Sach berpendapat bahwa klasifikasi gendang terdiri

(34)

footed drums, goblet drums, kettle drums, handle drums, dan frame

drums.Gendang singanaki termasuk ke dalam klasifikasi double conis drum.

3.2 Konstruksi gendang

Bagian- bagian dari gendang singanaki ini adalah :

1. Tutup gendang, adalah bagian atas yang menutupi babah gendang.

2. Bingke tutup gendang terbuat dari bambu, dibentuk lingkaran dengan benang

sebagai pengikatnya. Kemudian dilapisi dengan kulit napuh(sejenis kancil).

Diameter tutup gendang singanaki 6 cm.

3. Baloh gendang, terbuat dari kayu parira(Artocarpus integra sp). Panjang dari

badan gendang ini 45 cm. Untuk badan gendang singanaki, panjang konis

pertama adalah 7 cm dan konis kedua adalah 38 cm.

4. Nali gendang (disebut juga dengan tarik gendang) terbuat dari kulit sapi yang

berumur tidak terlalu tua dan muda. Tarik gendang ini memiliki panjang 9 m,

lebar 0,4 cm dan tebal 1.5 mm. Tarik gendang ini juga melintasi sekeliling

kedua tutup atasmempuyai sepuluh lubang nali pada setiap tutup (posisi tali

pada lubang nali ada hubungannya dengan bingke dan pinggir kulit nampak

tutup atas. Pemasangan tali dengan pola yang berbentuk huruf V yang saling

bersambungan seperti ini VVVVVVVV. Fungsi dari tarik gendang ini

berfungsi sebagai pengikat dan mengetatkan kedua tutup.

5. Pantil gendang, bagian bawah konis (konis kedua).Pantil gendang ini juga

terbuat dari bambu, yang sebelumnya juga dilapisi dengan kulit napuh (sejenis

(35)

6. Segerantung, gendang kecil yang terdapat dari sisi gendang singanaki.

Seluruh bagian dan bahan tidak berbeda dengan gendang singanaki.

Perbedaannya terdapat pada ukuran dari tutup gendang yang berdiameter

5,2cm, pantil gendang berdiameter 4,5 cm, panjang badan gerantung 11, 5 cm

dan panjang tarik gendang adalah 2 m.

7. Palu-paluterbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul untuk gendang singanaki

ini keduanya sama panjang, baik dari besarnya ataupun bentuknya. Panjang

palu-palu 14 cm. (Waskito, 1992).

Gambar 3 : Bagian-bagian gendang

Dokumentasi Octica Tampubolon

Tutup gendang/babah gendang

Bingke tutup gendang

Baloh gendang

Nali gendang

Segerantung

(36)

Gambar 4 : Palu-palu

Dokumentasi Octica Tampubolon

Gambar 5 : Ukuran gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

(37)

3.3 Bahan Baku Yang Digunakan 3.3.1 Kayu Parira

Kayu parira digunakan pada usia10 tahun.Kualitas kayu dilihat dari

pemuaian kayunya dan seberapa tinggi pemuaian kayu tersebut.Oleh karena itu,

apabila pemuaian kayu, terlalu tinggi maka setelan gendang pun dapat

berubah-ubah.

Gambar 6 : Kayu Parira Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.2 Bambu (Buluh Ergen)

Bambu(buluh ergen)digunakan untuk bingke penutupatas dan bawah gendang

yang dibentuk sesuai dengan ukuran lubang atas dan bawah, dan diikat

menggunakan benang.Bingkeyang sudah dibentuk lingkaran akan dilapisi kulit

(38)

Gambar 7 : Bambu (buluh ergen) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.3 Kulit lembu untuk tali gendang (nali gendang)

Kulit lembu yang sudah dikeringkan, dipotong secara perlahan menyerupai

nali dimana akan digunakan sebagai pengikat badan resonator dan bingke

gendang. Kulit lembu yang biasanya dibuat untuk pengikat gendang adalah kulit

lembu yang sudah dewasa supaya daya tahan kulit juga lama dan juga suara yang

dihasilkan juga bagus.

(39)

3.3.4 Kulit Napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh(sejenis kancil) digunakan sebagai membran gendang singanaki

dimana telah melalui beberapa proses mulai dari penyembelihan, penjemuran,

perendaman, sampai dengan pengikisan/penghalusan.

Gambar 9 : Kulit Napuh (sejenis kancil)

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.5 Batang Jeruk Purut (Rimo Mukur)

Untuk membuatpalu-palu(pemukul)gendang singanaki, bahan dasar yang

digunakan biasanya dari kayu jeruk purut(rimo mukur).Batang jeruk purut

(40)

Gambar 10: Batang Jeruk Purut(rimo mukur) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4 Peralatan Yang Digunakan

3.4.1 Gergaji

Gergaji yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus ini adalah gergaji manual,

penggunaannya dengan menggunakan kekuatan otot. Gergaji berfungsi sebagai

alat pemotong kayu parira, dan juga untuk memotong bambu sebagai bingke tutup

gendang,digunakan untuk memotong batang jeruk purut(rimo mukur) untuk

pembuatanpalu-palu.Gergaji merupakan alat yang sangat penting dalam

(41)

Gambar 11 : Gergaji

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.2 Pisau (rawit)

Pisau (rawit) adalah alat tajam yang bertangkai sebagai alat pengiris bahan dalam

pembuatan gendang singanaki. Alat ini digunakan untuk mengikis/memperhalus

kulit napuh agar tidak merusak kulit napuh pada saat dibuat menjadi tutup

gendang.

(42)

3.4.3 Kelut

Kelut merupakan alat tusuk yang digunakan untuk pemasangan kulit napuh pada

bingke tutup gendang.Cara menggunakan kelut :kelut dimasukkan ke dalam

bingke tutup dan dari sisi kulit napuh supaya dapat menghasilkan bingke penutup

gendang.

Gambar 13 : Kelut

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.4 Pahat

Pahat adalah alat yang digunakan untuk memahat lubang resonator dan untuk

memperbesar lubang resonator. Pahat juga dibagi menjadi dua bagian yaitu : pahat

besar dan pahat kecil. Kegunaan dari pahat besar dan pahat kecil ini sama-sama

digunakan untuk memahat lubang resonator dan memperbesar lubang.

(43)

3.4.5 Gunting

Alat yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus untuk memotong kulit napuh dan

membentuk kulit napuh menjadi membran gendang singanaki.

Gambar 15 : Gunting

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.6 Bor

Bor adalah alat yang digunakan untuk melubangi lubang resonator.

Gambar 16 : Bor

(44)

3.4.7 Kertas Pasir

Kertas pasir adalah alat yang digunakan untuk memperhalus baloh gendang

dan untuk memperhalus proses pembuatan palu-palu pada saat palu-palu

selesai dibentuk.

Gambar 17 : Kertas Pasir

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.8Meteran

Meteran adalah alat yang digunakan untuk mengukur dengan satuan dasar

ukuran panjang 39,37 inci. Meteran ini digunakan pada saat mengukur

bahan-bahan yang digunakan oleh Bapak Hasan Basri Barus.

Gambar 18 : Meteran

(45)

3.4.9 Spidol

Alat yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus untuk menandai diameter yang

dibentuk dan dilubangi.

Gambar 19 : Spidol Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5 Pembuatan badan gendang

Tahap pertama, pembuatan badan gendang dilakukan dengan cara

memotong bagian setengah dari kayu parira yang dijadikan sebagai gendang

singanaki. Setelah dipotong kayu parira diambil bagian yang mau dibuat jadi

badan gendang dan diukur dengan menggunakan meteran. Sehingga gendang

(46)

Gambar 20 : Pembuatan badan gendang

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.1 Proses pengeboran pada gendang

Tahap kedua, mesin bor digunakan untuk membuat lubang gendang. Pertama

sekali yang dilakukan adalah melubangi lubang dari baloh gendang dengan

menggunakan mesin bor. Kemudian lubang bor tersebut dibesarkan sedikit agar

lubang gendang tidak sama besarnya dengan lubang yang dibuat bekas bor.

Untuk membesarkan baloh gendang tersebut juga dibantu dengan alat pahat

sehingga sesuai dengan besarnya lubang dari baloh gendang. Ukuran lubang

disesuaikan dengan besarnya gendang. Karena ukuran yang pasti dari tedahulu

(47)

Gambar 21 : Proses pengeboran lubang pada gendang

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.2 Proses pemahatan lubang resonator

Tahap ketiga, pemahatan dilakukan setelah lubang resonator sudah di bor.

Pemahatan pertama: dengan menggunakan pahat kecil supaya dapat melebarkan

bekas bor tersebut. Pemahatan kedua : menggunakan alat pahat yang lebih besar

(48)

Gambar 22 : Proses pemahatan lubang resonator Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.3 Menghaluskan baloh gendang

Tahap keempat, Pada proses ini, badan gendang sudah mencapai proses

akhir yang dibutuhkan, tinggal menghaluskan kembali dengan menggunakan

kertas pasir. Apabila badan gendang itu halus maka akan lebih nyaman lagi bagi

para pemain gendang singanaki dalam memainkannya. Kalau tidak, maka serabut

kayu pada badan gendang ini bisa masuk ke tangan si pemain yang

(49)

Gambar 23 : Menghaluskan baloh gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.6 Proses pembuatan bingke tutup

Membentuk bingke tutup dengan memotong ujung dari bambu (buluh ergen) dan

(50)

Gambar 24 : Proses pembuatan bingke tutup

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.6.1 Hasil akhir pembuatan bingke tutup

Setelah bingke tutup dibentuk, ukurannya juga harus disesuaikan dengan besarnya

baloh gendang (tutup gendang) kemudian dibuat tanda sebagaimana besarnya

lingkaran daribingke tersebut. Dan diikat dengan menggunakan benang nilon

(benang tukang).

(51)

3.7 Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh (sejenis kancil) yang sudah dikeringkan terlebih dahulu direndam

supaya pada saat dikikis lebih lembut.

Gambar 26 : Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.1 Membuat lingkaran pada kulit napuh (sejenis kancil)

Tujuan membuat tanda lingkaran ini supaya sesuai dengan lubang gendangnya

agar tidak kebesaran.

(52)

3.7.2 Proses pengikisan kulit napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh (sejenis kancil) yang sudah dikeringkan, dikikis lagi supaya

menghilangkan bulu sehingga dapat menghasilkan suara yang lebih baik.

(53)

3.7.3 Merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil)

Setelah kulit napuh(sejenis kancil) selesai dikikis, maka langkah berikutnya

adalah melakukan pemotongan pinggiran kulit napuh supaya pada saat

pemasangan membran tidak susah.

Gambar29:merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.4 Kulit napuh (sejenis kancil) dibentuk membuat bingke tutup

Kulit napuh (sejenis kancil) dilekatkan ke bingke penutup, sehingga menjadi

(54)

Gambar 30 :Kulit Napuh (sejenis kancil) dibentuk membuat

bingke penutup

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.5 Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil)

Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil) terlebih dahulu yang dilakukan

memasukkan kulit napuh (sejenis kancil) tersebut ke dalam bingke tutup dengan

menggunakan alat kelud.

(55)

3.7.6 Hasil akhir dari pembuatan tutup gendang

Hasil akhir dari pembuatan tutup gendang ini dilakukan dengan cara memasukkan

kulit napuh (sejenis kancil) ke bingke tutup sehingga kulit napuh tersebut menjadi

membran atau pemukul untuk gendang singanaki.

Gambar 32 : Proses pembuatan bingke tutup

(56)

3.7.7 Membuat tanda lubang pada tutup gendang

Membuat tanda lubang pada tutup gendang berfungsi untuk memasukkan nali

gendang ke baloh gendang.

Gambar 33 : Membuat tanda lubang pada tutup gendang

(57)

3.7.8 Penandaan untuk pembuatan lubang tali gendang

Penandaan garis pada bingke tutup ini berfungsi untuk memasukkan nali gendang

ke bingke penutup.Dan penandaan garis pada bingke tutup ini sebanyak 10 tanda.

Gambar 34 : Penandaan untuk pembuatan lubang tali gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8 Pembuatan lubang tali

Pembuatan lubang tali pada tutup gendang dilakukan dengan cara memasukkan

lubang tutup gendang (tali gendang). Terlebih dahulu dengan memberikan tanda

pada tutup lubang tali yang sudah selesai diberi bingke. Kemudian dilubangi

(58)

Gambar 35 : Pembuatan lubang tali

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.1 Pembentukan lubang nali gendang

Pembentukan lubang nali gendang dilakukan dengan menggunakan alat bantu

seperti bambu kecil (buluh ergen) supaya nali yang dimasukkan ke bingke tutup

terlihat rapi dan tidak berantakan. Sehingga untuk menyetem gendang nya lebih

(59)

Gambar 36 : Pembentukan lubang nali gendang

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.2 Proses memasukkan nali gendang ke bingke tutup

Proses memasukkan nali gendang ke bingke tutup dilakukan dengan cara

memasukkan nali gendang secara bertahap sehingga nali gendang tersebut

tersusun rapi, dan juga berfungsi untuk mengetatkan nali gendang supaya pada

(60)

Gambar 37: Proses memasukkan nali gendangke bingke tutup Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.3 Proses pengikatan nali gendang

Proses pengikatan nali gendang dilakukan supaya tidak renggang saat dimainkan

(61)

Gambar 38: Proses pengikatan nali gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.4 Proses pemasangan tutup

Nali gendang (sejenis kancil) dimasukkan ke bingke tutup secara teratur dan

(62)

Gambar 39: Proses pemasangan tutup Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.5 Merekatkan nali ke baloh gendang

Merekatkan nali ke baloh gendang supaya nali tersebut tidak mudah lepas dan

(63)

Gambar 40: Merekatkan nali ke badan gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9 Proses pembuatan palu-palu

Bahan yang digunakan untuk membuat palu-palu adalah batang jeruk

purut (rimo mukur).Tahap pertama yang dilakukan: membelah bagian-bagian

tertentu dari batang jeruk purut (rimo mukur) sehingga batang jeruk purut (rimo

mukur) tersebut dapat dibuat menjadi palu-palu (alat pemukul) dari gendang

(64)

Gambar 41 : Proses membelah batang jeruk purut (rimo mukur)

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9.1 Memotong Batang jeruk purut (rimo mukur)

Alat untuk memotong batang jeruk purut (rimo mukur) ini dengan menggunakan

pisau (rawit) dan batang jeruk purut ini dipotong dan dibentuk seperti palu-palu

(65)

Gambar 42 : Memotong batang jeruk purut (rimo mukur)

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9.2 Proses penghalusan palu-palu

Proses penghalusan palu-palu ini dilakukan supaya palu-palu tidak kasar dan

(66)

Gambar 43 : Proses penghalusan palu-palu

(67)

BAB IV

TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK GENDANG

SINGANAKI PADA MASYARAKAT KARO

4.1 Posisi memainkangendang singanaki

Gambar44: Posisi kaki dan tangan Dokumentasi Octica Tampubolon

Untuk memainkan gendang singanaki,pertama-tama yang dilakukan adalah duduk

di lantai dengan posisi kedua kaki bersila. Posisi kedua kaki : kaki kanan berada

(68)

pangkal paha pada kaki kiri. Kemudian gendang tersebut diletakkan dengan posisi

babah gendang mengarah diagonal ke sisi kanan pemain. Dan posisi gerantung

berada di sebelah kiri gendang. Dan dimainkan dengan palu-palu di tangan kiri

pemain, sementara gendang dimainkan dengan posisi palu-palu di tangan kanan

pemain.

4.2 Warna Bunyi

Setiap suku bangsa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap bunyiyang

dianggap musikal maupun cara menghasilkan bunyi tersebut (Merriam, 1964: 3).

Yang menjadikendala penulis dalam bagian ini bagaimana mengukur bunyi yang

dianggap benar-benar musikal dan yang dianggap tidak musikal oleh

masyarakatnya.

Setelah mengamati persepsi masyarakat Karo mengenai warna bunyi dari

gendang singanaki, ternyata persepsi mereka berdasarkan onomatope. Onomatope

adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang

digambarkannya dengan kata lain penamaan berdasarkan peniruan bunyi. Tidak

ada satu ketentuan yang baku dan bisa dipakai sebagai pedoman yang tetap dalam

(69)

Ada 3 mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh gendang singanaki, menurut

Bapak Hasan Basri Barus menyatakan warna bunyi gendang ini ada 3 yaitu:

a. warna bunyi “tang” dibunyikan dengan menggunakanpalu-palu gendang

dengan gaya pukulanpalu-palu sebelah tangan kanan tanpa ada penahanan

pukulan

b. warna bunyi “cek” dibunyikan dengan menggunakanpalu-palu gendang

dengan gaya pukulan ditahan pada membran gendang yang dipukul oleh

palu-paluyang disebelah tangan kanan.

c. Warna bunyi “kok” dibunyikan dengan dipukul olehpalu-palu sebelah

tangan kiri pada gendang segerantung, biasanya hanya sebagai tempo saja.

Penyaji

Bapak Hasan Basri Barus

(70)

Gambar 45 : warna bunyi tang

Dokumentasi Octica Tampubolon

Gambar 46 : warna bunyi cek

(71)

Gambar 47: warna bunyi kok Dokumentasi Octica Tampubolon

4.3 Pola Ritem

Polaritem yang dimaksud penulis disini adalah pola irama dari

gendangsinganakiyang dimainkan ketika mengiringi baik itu lagu, tari, maupun

upacara ritual. Dalam menganalisis pola ritem, penulis melakukan pendekatan

yang dikemukakan oleh Netll (1964) yakni: dalam menganalisis ritem maka

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola

dasar ritem. Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh Netll penulis

menggunakan teknik transkripsi analisis.

Transkripsi adalah proses penotasian bunyi, mengalihkan bunyi menjadi

simbol visual (Nettl, 1964 : 98). Pentranskripsian bunyi musik merupakan suatu

usaha untuk mendeskripsikan musik, yang mana hal ini merupakan bagian penting

dalam disiplin etnomusikologi.Dalam mentranskripsikan pola dasar ritem gendang

ini, penulis menggunakannotasi barat.Alasan penulis memilih sistem notasi barat

(72)

ritmis dari setiap nada. Simbol-simbol yang terdapat dalam sistem notasi barat

bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada yang sulit untuk

ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai dengan

kebutuhan yang penulis inginkan. Sebagai bahan transkripsi pola dasar ritem

penulis mengambil satu lagu yang dimainkan dengan pola ritem Simalungen

Rayat. Alasan penulismengambil lagu ini karena dapat dimainkan dengan tempo

yang berbeda dan melihat variasi yang terjadi dari setiap lagu pola

ritemnya.Dalam penyajiannya gendang ini biasanya dimainkan bersama dengan

ensambel musik telu sendalanenlima seperangkat.Akan tetapi, yang penulis hanya

mentranskripsikan pola dasar gendang singanaki saja. Gendang

singanakidimainkan biasanya tanpa vokal, tetapi gendang singanaki memiliki

ketentuan kapan masuk untuk memulai dalam satu lagu.Pada umumnya gendang

singanaki dimainkan setelah masuknya gung atau penganak.

Variasi-variasi yang muncul dari siklus pola ritem dasar pada permainan

gendang singanaki tidak terlalu bebas seperti singindungi, walapun demikian pasti

ada perbedaan dari setiap pemain gendang atau karena karakter dan suasana hati

pemain gendang.

Berikut adalah hasil variasi repetisi pola dasar ritem yang ditulis oleh penulis dan

ditranskrip olehDavid Simanungkalit.

Peletakkan posisi notasi disesuaikan dengan jenis suara yang dihasilkan oleh

gendang singanaki. Peletakkan notasi pada gendang singanaki adalah sebagai

(73)

SIMALUNGEN RAYAT

Diolah dengan menggunakan software : Sibelius

Penjelasan Transkripsi : Pola Ritem Simalungen Rayat

1. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya tang di letakkan di bawah

garis:

Gendang singanaki

Gendang singanaki

(74)

2. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya kok di letakkan di atas garis :

3. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya cek di letakkan di tengah

garis :

Motif Pola Ritem Simalungen Rayat :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

4.4Nilai Ekonomi Pada Alat Musik Gendang Singanaki

Menurut Alan P. Merriam (1964) kebudayaan material musik dalam

(75)

distribusi penjualannya. Selain gendang singanaki juga dapat digunakan dalam

kebudayaannya, ternyata gendang singanaki tersebut juga sangat dibutukan oleh

masyarakat pendukungnya. Gendang singanaki juga memiliki nilai harga jual

yangdapat membantu penghasilan dari pengrajin dari gendang singanaki tersebut.

Dari adanya bahan baku,alat-alat ataupun kreativitas yang dihasilkan oleh

pengrajin alat musik itu, gendang singanaki dari buatan beliau mempuyai nilai

jual yang cukup untuk dipasarkan atau dijual dari ke beberapa daerah sekitarnya

seperti contohnya daerah Sumatera Utara, dan daerah lainnya. Untuk penjualan

dari gendang singanaki yang sudah jadi dan siap untuk dipakai, biasanya Bapak

Hasan Basri Barus menjual alat musiknya minimal Rp. 1.000.000,- kepada para

pembelinya. Sistem penjualan yang dilakukan Bapak Hasan Basri Barus ini,

biasanya dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan pembeli, beliau mulai

membuat alat musik gendang singanaki apabila ada seseorang yang akan

(76)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini,penulis menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia

memiliki beragam kebudayaan yang masing-masing memiliki ciri khas dan gaya

sendiri. Begitu juga dengan gendang singanaki pada kebudayaan Karo yang

sampai saat ini masih dipertahankan keutuhannya oleh masyarakatnya. Di dalam

pengerjaan skripsi ini, penulis menggunakan metode kerja deskriptif kualitatif .

Metode kerja deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik penelitian yang

mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, dan keadaan yang terjadi saat

penelitian berlangsung.Dalam kebudayaan masyarakat Karo selalu terkait dengan

penggunaannyasecara fungional dan kebutuhan masyarakat tersebut dengan

memperhatikan pelaku kesenian yang turut mendukung pelestarian alat musik

gendang singanaki. Dan dalam proses pembuatan gendang singanaki ini penulis

hanya fokus kepada Kajian organologis nya saja.

Salah satunya adalah gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus

yang tinggal di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga, Kecamatan

Medan Tuntungan. Dalam proses pembuatan alat musik gendang singanaki ini,

Bapak Hasan Basri Barus masih menggunakan hasil pikiran yang dituangkan ke

dalam pembuatan gendang singanaki sehingga beliau mampu membuat alat musik

(77)

mengutamakan kualitas bunyi yang dihasilkan serta ketahanan dari gendang

singanaki tersebut.

Dalam memainkan alat musik gendang singanaki ini, harus menguasai

teknik permainan dari alat musik gendang singanaki dan setiap pukulan yang

dimainkan haruslah benar-benar cocok dengan lagu yang akan dimainkan. Dan

akibat kemajuan teknologi gendang singanaki sudah jarang digunakan khususnya

di Kabupaten Karo, karena masyarakat Karo kebanyakan sudah menggunakan

keyboard sebagai pengiring ensambelnya.

5.2 Saran

Menurut kesimpulan yang telah penulis jabarkan, penulis juga memberikan

saran-saran sebagai berikut :

1. Kita harus membangun dan memotivasi diri kita sendiri agar lebih

menghargai dan mencintai kebudayaan kita. Sehingga kebudayaan kita

tidak akan punah, sebagaimana mestinya nenek moyang kita telah

mewariskan kebudayaan ini agar kebudayaan ini kita lestarikan.

2. Sebagai bahan masukan, pemerintah harus lebih memperhatikan alat

musik tradisional yang kita miliki khususnya alat musik gendang

singanaki yang pada saat ini sudah jarang dan hampir punah.

3. Untuk peneliti berikutnya, penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan

pedoman untuk ke depannya supaya penelitian ini tidak selesai sampai

(78)

4. Diharapkan untuk generasi selanjutnya terkhusus untuk kebudayaan Karo

agar dapat menyadari bahwa sangat penting kebudayaan ini dilestarikan

agar tidak diambil oleh Negara lain.

5. Sebaiknya pembekalan magang dilakukan secara profesional sehingga

terjadi keseragaman konsep tentang magang khususnya untuk jurusan

(79)

DAFTAR PUSTAKA

Djafar, Fadlin. 1988. “ Studi Deskriptif Kontruksi dan Dasar Pola Ritem

GendangMelayu Sumatera Timur,” Skripsi S-1, Departemen

Etnomusikologi,Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Group, the Diagram. 1976. Musical Instruments of The World-An Illustraated

Encyclopedia. New York. Facts On File, Inc.

Hood, Mantle, 1982. The Etnhomusicologist. Ohio. The Kent State University Press.

Hornbostle, Erich M. Van and Curt Sachs. 1961. Classification of Musical

Instrument, Translate from the original German bg Antonie Banesand Klaus

P. Wachsman.

Koentcaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi Musik. Jakarta: Aksara Baru.

Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode-metode penelitian masyarakat.Jakarta: Gramedia.

Merriam, Alan P. 1964. The Antropology of Music.Illionis : North-western University Press.

Moleong, L.J, 1990. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, Rosda Karya.

Nettle, Bruno. 1964. Theory and Method Of Ethnomusicology. New York: The Free Press-A Division Old Mc Milan publishing, Co, Inc.

Pusat Pembinaan Bahasa, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, PenerbitBalai Pustaka.

Pusat Pembinaan Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, PenerbitBalai Pustaka.

Putri, Ayu T. 2014. Kajian Organologis Kendang Sunda Buatan Kang Asep

Permata Bunda Di Medan Polonia.Skripsi Sarjana S-1, Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sebayang,VanesiaAmelia. 2011. Dalan Gendang: Analisis Pola Ritem

DalamAnsambel Gendang Lima Sendalanen Oleh Tiga Musisi Karo.

Sinulingga, Jakup Pranata. 2013. Studi Organologis Gendang Galang Pada

(80)

Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. Skripsi Sarjana S-1, Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Tobing, Jackry Oktora. 2014. Kajian Organologis Alat Musik Gambus Buatan

Bapak Syahrial Felani. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara.

Waskito, Agung 1992. “ Gendang Indung Karo Gugung : Kaji Hubungan dan

Sora Tang-Tih “, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi FakultasSastra,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sumber : fitrilestar.blogspot.co.id/2013/03/defenisi-kesenian.html

Gambar

Gambar 2:Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis Dokumentasi Octica Tampubolon
Gambar 5 : Ukuran gendang Dokumentasi Octica Tampubolon
Gambar 6 : Kayu Parira Dokumentasi Octica Tampubolon
Gambar 8 : Kulit Lembu untuk tali Dokumentasi Octica Tampubolon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Plastik yang boleh digunakan semula, digunakan sebagai bahan lain seperti bekas makanan, botol minuman serta botol detergen yang dijadikan tempat menanam sayuran atau tempat

Beberapa ketentuan syarat perjanjian kerja diatur dalam Pasal 12 ayat (2) yakni perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat

Kontrol kualitas dalam pembuatan kayu lapis sangat kompleks, begitu banyak elemen yang mempengaruhi kualitas panel, termasuk jenis kayu (kayu keras atau kayu lunak), tekanan

Merumuskan฀ butir–butir฀ materi฀ pembelajaran:฀ setelah฀ melakukan฀ perencanaan฀ aplikasi,฀ langkah฀ selanjutnya฀ yaitu฀ merumuskan฀ butir-butir฀

5. bahwa dengan meratifikasi Konvensi Palermo 2000 maka Indonesia sebagai negara terikat untuk melaksanakan kewajiban internasional yang diatur dalam Konvensi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 45 Tahun 2012

 Observasi untuk mengumpulkan informasi tentang proses pmbelajaran yang dilakukan guru sesuai tindakan yang

KEGIATAN BELAJAR 5: KONSEP DAN LATIHAN TINDAKLANJUT HASIL SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU ..... Skenario Proses