LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN
(ARSITEKTUR POST MODERN)
SKRIPSI
OLEH
MIRZA AKBAR NASUTION
110406093
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG
OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS IDEA
LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN
(ARSITEKTUR POST MODERN)
SKRIPSI
OLEH
MIRZA AKBAR NASUTION
110406093
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
IDEA LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
di Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Oleh
MIRZA AKBAR NASUTION
110406093
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
PERNYATAAN
PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG
OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS IDEA
LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
Judul Skripsi : PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG
OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI
KHSUSUS PARIWISATA IDEA LAND,
Telah diuji pada
Tanggal: 13 Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Firman Eddy, ST, MT
Anggota Komisi Penguji : 1. Imam Faisal Pane, ST, MT
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Mirza Akbar Nasution
NIM : 11 0406 093
Judul Proyek Tugas Akhir : PERANCANGAN FASILITAS
PENDUKUNG OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEA LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN
Tema : Arsitektur Postmodern
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridha-Nya
saya dapat menyelesaikan rangkaian tugas akhir ini. Penulisan skripsi ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada program studi
Arsitektur Departement Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Judul yang saya ajukan PERANCANGAN FUNGSI PENDUKUNG FASILITAS
OLAHRAGA DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEA
LAND TELUK DALAM-NIAS SELATAN.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya:
Bapak Firman Eddy ST. M.T, Selaku dosen pembimbing, terima kasih
untuk semua kritik, dan saran kesempatan yang telah bapak berikan.
Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT dan Hajar Suwantoro, ST, MT Selaku
dosen penguji I & II untuk kritik dan saran yang bapak berikan saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kedua orangtua penulis H. Ichsan T. Nst dan Hj. Purnama Dewi Trg untuk
semua doa, semangat, perhatian yang selalu menyertai ananda,
terimakasih banyak.
Terima kasih banyak teruntuk Hj. Hanna Suryani Nst dan Hj. Mufida
Adik-adik penulis Habib Akmal Nst dan Jihan Zhafira Nst dan seluruh
keluarga besar yang selalu mendukung penulis dalam bentuk apapun.
Sahabat-sahabat penulis Aulia Adam, Oky Christovani, Taty Dwi Setya,
Fitri Ameitasari, dkk. Atas seluruh semangat, doa, dan dukungan yang
telah diberikan, terimakasih banyak.
Terimakasih juga untuk Anita Octaria, Hermilio MEN, Gina Primta,
Debby Anastasya, dan Neni Christy dan teman-teman stambuk 2011 yang
telah membuat hari-hari yang penulis lalui terasa mudah untuk dilalui.
Teman-teman kelompok 12 & 8 Novita, Josua, Jimmy, Fidian, Devi L,
Devi N, Dimas, dan Hanifatul yang telah bersama-sama melalui rangkaian
tugas ini. Terima kasih untuk kerjasamanya, we did a great job guys.
Kiranya Allah SWT memberikan dan membalas segala bentuk kebaikan yang
telah diberikan pada penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak sisi
kelemahan. Karenanya penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran
untuk penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Penulis berharap skripsi ini dapat
meberikan sumbangsih dalam perkembangan imu pegetahuan khususunya dalam
lingkup Departemen Arsitektur USU.
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
3.2 Youth olympic village, singapura ... 20
3.3 Masjid raya sumatera barat ... 21
BAB IV AKURASI LOMPATAN ... 27
4.1 Wisma dan mess atlet ... 27
BAB V PERCEPAT LANGKAH ... 34
BAB VI INDERA ... 56
BAB VII TALK THE TALK ... 64
BAB VIII AWAL YANG LAIN... 67
DAFTAR TABEL
No Judul Hal.
4.1 Jumlah Total Unit Mess & Wisma Atlet ... 28
4.2 Standar Hotel Bintang 4 ... 30
4.3 Klasifikasi Kamar Hotel ... 31
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
2.1 Peta Lokasi Lahan ... 9
2.2 Kondisi Lahan Kawasan ... 10
2.1.1 Jalur Sirkulasi Eksisting ... 11
2.3.1 Pergerakan Matahari ... 13
2.3.2 Perletakan Kolam Dan Elemen Vegetasi ... 13
2.4.1 Analisa View Ke Luar Tapak ... 14
2.5.1 Pandangan Mata Burung Mess Atlet ... 16
2.6.1 Penataan Vegetasi Pada Wisma Atlet ... 17
3.1.1 Superblock Ciputra World (Sumber: ... 18
3.1.2 Pembagian Menara Ciputra World 1 ( ... 19
3.2.1 Suasana Kawasan Youth Olympic Village, Singapore ... 20
3.3.1 Majsid Raya Sumatera Barat ... 21
3.3.2 Perpaduan Ornamen lokal dan kaligrafi ... 23
3.4 Kondisi r. Jemur wisma atlet gelora ragunan ... 23
5.1 Perspektif Fungsi Pendukung Fasilitas Olahraga ... 37
5.2 Salah Satu Sudut Kota Venice-Italia ... 35
5.3 Penzoningan Kawasan ... 37
5.4 Konsep Massa Bangunan ... 38
5.5 Konsep Sirkulasi Wisma Atlet ... 39
5.6 Konsep Sirkulasi Mix Use Building ... 40
5.16 Denah Lantai Tiga MED. Building ... 49
5.17 Denah Lantai Empat MED. Building ... 49
5.18 Denah Lantai Lima MED. Building ... 50
5,19 Unit Kamar Standard Dan Deluxe Hotel ... 51
5.20 Unit Kamar Suite Hotel ... 51
5.21 Denah Lantai Enam MED. Building ... 52
5.22 Denah Tipikal Lantai Tujuh-Sembilan MED. Building ... 52
5.23 Unit Apartemen Dua & Satu Kamar ... 53
5.24 Denah Tipikal Lantai Sepuluh-Tiga Belas MED. Building ... 53
5.25 Denah Lantai Dasar Mess Atlet ... 54
5.26 Perspektif Unit Kamar Mess Atlet ... 55
5.27 Denah Lantai Tipikal Satu-Tiga Mess Atlet ... 55
6.1 Sistem Struktur Mix Use Building ... 56
6.2 Sistem Distribusi Listrik Pada Wisma Atlet ... 57
6.3 Sistem Distribusi Listrik Pada Mess Atlet ... 57
6.4 Sistem Distribusi Listrik Pada Mix Use Building ... 58
6.6 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Mess Atlet ... 59
6.7 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Mix Use Building ... 60
6.8 Sistem Pembuangan Air Kotor Berat Pada Wisma Atlet ... 60
6.9 Pembuangan Air Kotor Berat Pada Mess Atlet ... 61
6.10 Sitem Pembuangan Air Kotor Berat Pada Mix Use Building ... 61
6.11 Core Tangga Kebakaran ... 62
6.12 Pembagian Zona Pada Wisma Atlet ... 63
6.13 Pembagian Zona Pada Mix Use Building ... 63
6.14 Pembagian Zona Pada Mess Atlet ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Tabel luas ruangan mix use building ... 72
Tabel luas ruangan wisma atlet ... 78
Tabel luas ruangan mess atlet ... 78
ABSTRAK
Seperti yang tertuang dalam undang-undang mengenai sistem
keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan bahwa setiap warga
negara memiliki hak memperoleh pelayanan dan kegiatan olahraga. Hal ini lah
yang mengatur dan mendasari munculnya beragam fasilitas-fasilitas olahraga di
Indonesia. Seperti yang tertulis pada judul, tulisan ini lebih berfokus pada
fungsi-fungsi pendukung di kawasan pusat olahraga. Dalam kondisi tertentu fasilitas
pendukung sangat diperlukan guna menunjang keberadaan suatu pusat olahraga
Dalam hal ini fasilitas pendukung yang didesain dan difungsikan untuk memenuhi
kebutuhan pelaku olahraga dalam hal tempat tinggal. Hal ini sangat diperlukan
bila diadakannya kegiatan keolahragaan dalam tingkat tertentu yang
mendatangkan pelaku olahraga dari luar kota ataupun provinsi. Tentunya
kebutuhan tadi harus difasilitasi dengan pertimbangan jarak, kebutuhan, dan
beragam aspek lainnya. Pemikiran-pemikiran diataslah yang mendasari adanya
fasilitas pendukung berupa tempat tinggal yang disediakan untuk seluruh lapisan
pelaku olahraga yang nantinya akan diwakili melalui keberadaan mess atlet,
wisma atlet, dan Bangunan Ragam Fungsi (hotel, apartemen, kantor, dan retail
komersil).
Kata Kunci : Nias Selatan, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,Arsitektur
Postmodern, Fasilitas Pendukung Pusat Olahraga, Wisma Atlet,
ABSTRACT
As stipulated in the national constitutions about sports system, UU No. 3 tahun 2005 explained that every citizen has the right to receive services and sports activities. This is what set and underlying the emergence of various sports facilities in Indonesia. As written in the title, this article focuses more on support functions in the sports center. Under certain conditions the supporting facilities is needed to support the exsistence of a sport center. In this case, supporting facilities that are designed to function to fulfill the needs of sport people in terms of a place to stay. It is very necessary when the holdin of sports activities that bring in a certain level sports people from out of town or province. This needs certainly had to be facilitated by consideration of distance, needs, and various other aspects. Thoughts on top of the one that underlie their support facilities in the form of shelter is provided for all levels of sport people who will be represented by the presence of athlete mess, wisma athlete, and mix use building (hotels, apartments, offices, and retail commercial).
PROLOG
Pulau Nias terletak dibagian barat provinsi Sumatera Utara dengan luas
4.88% dari luas total provinsi tersebut (5.625 km2) Pulau Nias dapat dicapai
melalui jalur udara dari Bandara Internasional Kualanamu dengan beberapa
penerbangan komersil dengan waktu tempuh selama 45 menit. Selain melalui jalur
udara pulau ini dapat dicapai dengan jalur laut melalui pelabuhan Sibolga. Pulau
yang dibagian baratnya berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini memiliki
kekayaan alam yang sangat menakjubkan.
Selain kekayaan alam dan keindahan alamnya yang telah mendunia, Nias
juga memiliki beragam warisan budaya berupa kebudayaan megalithikum (zaman
batu besar), seni dan budaya lokal berupa tarian, dan desa-desa adat yang masih
mempertahankan keasliannya bahkan Bawômataluo (salah satu desa adat di
kabupaten Nias Selatan) masuk dalam daftar situs cagar budaya warisan dunia
pada tahun 2009 silam. Ironisnya semua kekayaan yang dititipkan pada generasi
sekarang ini kurang dimanfaatkan. Didasari oleh pemikiran tersebut penulis dan
rekan-rekan kelompok memiliki gagasan untuk merancang sebuah kawasan
terpadu yang bergerak di bidang pariwisata. Sektor pariwisata dipilih karena kami
menganggap bila sektor pariwisata diangkat secara tidak langsung juga akan
mengangkat berbagai lini kehidupan lainnya baik itu ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan lain sebagainya.
Kawasan ekonomi khusus pariwisata pun dipilih karena dinilai mewakili
pemikiran diatas dan membantu dalam tercapainya tujuan. Untuk memberikan
kesan yang berbeda dengan kota ataupun kawasan-kawsan terpadu yang telah ada
sebelumnya kami mengangkat keunikan arsitektur Nias Selatan melalui tema
Arsitektur postmodern. Pemilihan tema tersebut dilandasi oleh kekhawatiran
bahwa dewasa ini banyak kota-kota yang tidak memiliki identitas kawasan.
Menurut penulis hal tersebut dikarenakan tidak adanya penataan kota yang baik.
Karenanya, sektor komersial menjamur di jalan-jalan protokol di tiap-tiap kota
khususnya di Provinsi Sumatera Utara.
Tema post modern tadi akan memadukan kearifan lokal Nias Selatan
dengan Arsitektur kolonial. Mengapa memilih Arsitektur kolonial? Arsitektur
kolonial dipilih untuk menguatkan potensi kawasan yang ada, dimana lahan
eksisting kawasan terdapat kanal-kanal buatan yang nantinya akan
menghubungkan beberapa tempat di kawasan terpadu ini. Terinspirasi dari kota
Venice di Italia keberadaan kanal tadi akan diperluas aksesnya sehingga dapat
menjangkau beberapa kawasan yang nantinya mampu dilalui oleh gondola yang
diharapkan mampu memberikan kesan pada wisatawan dan menjadi transportasi
alternatif bagi warga lokal. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah, budaya
yang otentik, serta perpaduan Arsitektur postmodern dan kolonial diharapkan
mampu mencatatkan kawasan ini sebagai sebuah lokasi alternatif baru di Provinsi
ABSTRAK
Seperti yang tertuang dalam undang-undang mengenai sistem
keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan bahwa setiap warga
negara memiliki hak memperoleh pelayanan dan kegiatan olahraga. Hal ini lah
yang mengatur dan mendasari munculnya beragam fasilitas-fasilitas olahraga di
Indonesia. Seperti yang tertulis pada judul, tulisan ini lebih berfokus pada
fungsi-fungsi pendukung di kawasan pusat olahraga. Dalam kondisi tertentu fasilitas
pendukung sangat diperlukan guna menunjang keberadaan suatu pusat olahraga
Dalam hal ini fasilitas pendukung yang didesain dan difungsikan untuk memenuhi
kebutuhan pelaku olahraga dalam hal tempat tinggal. Hal ini sangat diperlukan
bila diadakannya kegiatan keolahragaan dalam tingkat tertentu yang
mendatangkan pelaku olahraga dari luar kota ataupun provinsi. Tentunya
kebutuhan tadi harus difasilitasi dengan pertimbangan jarak, kebutuhan, dan
beragam aspek lainnya. Pemikiran-pemikiran diataslah yang mendasari adanya
fasilitas pendukung berupa tempat tinggal yang disediakan untuk seluruh lapisan
pelaku olahraga yang nantinya akan diwakili melalui keberadaan mess atlet,
wisma atlet, dan Bangunan Ragam Fungsi (hotel, apartemen, kantor, dan retail
komersil).
Kata Kunci : Nias Selatan, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,Arsitektur
Postmodern, Fasilitas Pendukung Pusat Olahraga, Wisma Atlet,
ABSTRACT
As stipulated in the national constitutions about sports system, UU No. 3 tahun 2005 explained that every citizen has the right to receive services and sports activities. This is what set and underlying the emergence of various sports facilities in Indonesia. As written in the title, this article focuses more on support functions in the sports center. Under certain conditions the supporting facilities is needed to support the exsistence of a sport center. In this case, supporting facilities that are designed to function to fulfill the needs of sport people in terms of a place to stay. It is very necessary when the holdin of sports activities that bring in a certain level sports people from out of town or province. This needs certainly had to be facilitated by consideration of distance, needs, and various other aspects. Thoughts on top of the one that underlie their support facilities in the form of shelter is provided for all levels of sport people who will be represented by the presence of athlete mess, wisma athlete, and mix use building (hotels, apartments, offices, and retail commercial).
BAB I AWAL MULA
1.1LATAR BELAKANG
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Olahraga memiliki
pengertian sebagai gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh
(seperti sepak bola, berenang, lempar lembing). Dewasa ini dunia olahraga terus
mengalami perkembangan tidak sedikit pula mkasyarakat-masyarakat Indonesia
khususnya yang berdomisili di kota besar menjadikan olahraga sebagai gaya
hidup mereka yang memang dapat menghasilkan manfaat bagi tubuh pelakunya.
Karena pentingnya olahraga segala peraturan dan tata tertib yang
mengikutinya tertuang pada undang-undang mengenai sistem keolahragaan
nasional, UU No. 3 tahun 2005. Pada bab vi undang-undang mengenai sistem
keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan mengenai ruang lingkup
olahraga yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis yakni;
- Olahraga Pendidikan adalah kegiatan olahraga yang diselengarakan
sebagai bagian dari proses pendidikan. Dimana olahraga tersebut
dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal
melalui kegiatan ekstrakulikuler maupun intrakulikuler.
- Olahraga rekreasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan sebagai
bagian dari proses pemulihan kesehatan dan kebugaran yang
dilaksanakan oleh perorangan, satuan pendidikan, lembaga,
- Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam
rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi
dilakukan oleh tiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi
untuk mencapai prestasi.
Seperti yang tertuang pada poin tiga diatas mengenai olahraga prestasi,
untuk memfasiltasi meningkatkan potensi dan kemampuan dari para olahragawan
dibuatlah beragai kegiatan olahraga baik yang berskala kota, provinsi, hingga
nasional. Dikarenakan hal diatas olahraga dapat memperngaruhi citra suatu
negara, dimana negara yang memiliki prestasi olahraga yang baik akan
mendapatkan pandangan positif dari negara lainnya dan begitupun sebaliknya.
Dewasa ini prestasi olahraga Indonesia sedang dalam kondisi yang
kurang baik hal ini seolah menjadi virus yang menyebar ke berbagai cabang
olahraga seperti sepak bola, bulutangkis, serta cabang cabang lainnya. Pernyataan
tersebut didukung dengan data perolehan medali Indonesia pada Sea Games ke-28
silam yang berlangsung di Singapura, dimana Indonesia harus puas berada di
urutan ke lima dengan menyumbangkan 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu.
Melihat hasil yang di raih pada ajang Sea Games 2015 ini banyak pihak yang
merasa kecewa dengan hasil yang di raih oleh tim nasioanal walaupun secara
jumlah perolehan medali sudah mengalami peningkatan.
Penurunan prestasi ini menjadi masalah serius yang harus segera
5
penting guna menciptakan citra yang baik bagi bangsa dan negara Indonesia di
mata dunia. Oleh karenanya, untuk meningkatkan prestasi, kwalitas dan
kemampuan para pelaku olahraga Indonesia dibutuhkan fasilitas-fasilitas
pendukung olahraga yang baik guna memfasilitasi para atlet agar tercapainya
tujuan tersebut.
1.2MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam proyek ini ialah:
- Memfasilitasi kebutuhan pelaku olahraga yang sedang
berkompetisi/berkegiatan di kawasan ekonomi khusus pariwisata idea
land, Teluk Dalam-Nias Selatan.
- Dapat dijadikan rujukan dalam proses perancangan dan pengerjaan
bangunan terkait sehingga dapat meningkatkan kwalitas fungsi
pendukung pada fasilitas olahraga nantinya.
- Menciptakan bangunan yang menarik secara arsitektural yang
mengusung tema post modern dan mengangkat kearifan lokal
masyarakat Nias Selatan.
- Menciptakan fungsi pendukung fasilitas olahraga yang terintegrasi
sehingga mempermudah parapelaku olahraga khususnya dari segi
aksesibilitas.
- Memberikan pengalaman bermalam yang berbeda bagi para pelaku
1.3MASALAH PERANCANGAN
Adapun masalah-masalah yang mungkin dihadapi selama proses
perancangan fasilitas pendukung fungsi olahraga ini adalah bagaimana merancang
fungsi pendukung fasilitas olahraga berupa mess atlet, mix use building dan
wisma atlet yang dimana ketiganya memiliki kebutuhan ruang, sistem, dan
pendekatan desain yang berbeda-beda. Adapaun permasalahan pada kasus ini
adalah:
Permasalahan umum:
Bagaimana mendesain fungsi pendukung fasilitas olahraga yang terdiri
atas beberapa bangunan (mess atlet, mix use building dan wisma atlet),
dimana ketiga bangunan tersebut membutuhkan ruang, bentuk massa,
dan pendekatan desain yang berbeda.
Permasalahan khusus:
Penentuan bentuk massa yang sesuai untuk fungsi terkait sekaligus
menyatu dengan bangunan dan kawasan yang ada di sekitarnya.
Menentapkan kebutuhan ruang dan besarannya yang sesuai dan dapat
memfasilitasi aktivitas yang akan berlangsung di bangunan tersebut.
Menciptakan tampak bangunan yang menarik sehingga memberikan citra
yang baik bagi estetika kota secara keseluruhan.
Mencari dan menerapkan sistem struktur yang sesuai untuk diterapkan
7
Menerapkan tema post modern yang mengangkat kearifan lokal
masyarakat Nias Selatan namun juga sekaligus memiliki elemen-elemen
Arsitektur klasik sebagai salah satu aspek dari tema itu sendiri.
1.4KASUS PROYEK
Proyek yang dirancang ialah pembangunan fungsi pendukung fasilitas
olahraga di kabupaten Nias Selatan, dimana fungsi-fungsi tersebut terdiri dari
mess atlet, mix use building dan wisma atlet. Yang mana nantinya fungsi yang ada
akan mempu memfasilitasi kebutuhan para atlet yang sedang berkompetisi di Nias
Selatan sekaligus membuat kabupaten ini mampu menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan olahraga dalam ruang lingkup tertentu.
1.5TEMA PROYEK
Tema yang digunakan pada proyek ini adalah arsitektur post modern,
dimana sesuai dengan salah satu ciri arsitektur post modern yang merupakan
gabungan dari dua langgam arsitektur (double coding of style).
1.6PENDEKATAN
Pendekatan yang penulis lakukan dalam perancangan fungsi pendukung
fasilitas olahraga ini adalah dengan melakukan studi pustaka, untuk memberikan
pemahaman mengenai analisa, konsep perancanga, kebutuhan ruang, dan hal
lainnya yang perlu diketahui dan dipahami dalam merancang fungsi terkait. Selain
masyarakat Nias Selatan penulis dan tim melakukan kunjungan ke lahan proyek
dan desa-desa adat yang ada di Nias Selatan guna mengenal karakteristik lahan
dan bersentuhan langsung dengan kearifan lokal masyarakat Nias Selatan.
Pada akhirnya pendekatan yang dilakukan mempertajam aspek berikut:
1. Pemahaman mengenai jenis bangunan, fasilitas dan ruang-ruang yang
dibutuhkan dalam tiap bangunan pendukung fasilitas olahraga.
2. Pentingnya bangunan terhadap sebuah fasilitas olahraga dan bagaimana
cara mengintergrasikannya
3. Mengenal budaya lokal Nias Selatan dan cara memadukannya dengan
Arsitektur kolonial untuk diterjemahkan pada bangunan melalui
Arsitektur Post Modern.
4. Studi banding kasus yang relevan dengan perencanaan fungsi pendukung
fasilitas olahraga dan tema yang diusung.
1.7MANFAAT
Dengan adanya bangunan pendukung fasilitas olahraga ini diharapkan
mampu memfasilitasi kebutuhan pelaku olahraga yang sedang berkegiatan di Nias
Selatan khususnya dalam hal tempat tinggal. Disamping itu keberadaan
bangunan-bangunan ini juga akan memfasilitasi kabupaten untuk menyelenggarakan
BAB II LANGKAH AWAL
Sebagai seorang perancang, kita diharuskan untuk mampu berpikir kritis
dalam setiap proses perancangan yang kita lakukan. Hal tersebut diperlukan agar
kita terbiasa dalam melihat potensi dan masalah yang ada dan mampu
menanggapinya dengan baik. Oleh karenanya proses survey, menganalisa data,
studi literatur dan studi banding memiliki peran yang sangat penting pada tiap
proses perancangan. Karena pentingnya proses tersebut penulis beserta tim pun
melakukan survey ke tapak tugas kali ini yang berlokasi di Teluk Dalam,
Kabupaten Nias Selatan.
Penulis menempuh perjalanan udara dari Bandara Internasional Kuala
Namu dengan lama waktu tempuh selama ± 45 menit. Karena Pulau Nias hanya
memiliki sebuah Bandara yang berada di Gunung Sitoli perjalanan dilanjutkan
melalui jalur darat dengan waktu tempuh selama ± 90 menit penulis dan tim
berhasil menuju lokasi lahan tugas kali ini. Berdasarkan penuturan pemandu,
lahan yang menjadi lokasi tugas ini awalnya merupakan area rawa-rawa yang saat
ini sedang mengalami proses penimbunan. Hal tersebut terbukti karena sepanjang
jalan yang penulis dan tim susuri terhampar berbagai jenis tanaman bakau.
Gambar 2.2 Kondisi Lahan Kawasan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2.1 ANALISA SIRKULASI
Untuk saat ini sirkulasi di sekitar lahan tidak dilalui kendaraan umum
maupun pribadi hal tersebut dikarenakan kondisi eksisting lahan merupakan lahan
kosong. Hal tersebut secara otomatis menyebabkan tidak adanya kegiatan lalu
11
dilalui kendaraan-kendaraan besar menyebabkan kondisi jalan yang buruk karena
belum diaspal dan saat hujan tiba jalanan akan becek bergelombang bahkan
dibanjiri air.
Karena merupakan lahan kosong dengan infrastruktur yang belum
memadai penulis dan tim memiliki keleluasaan yang besar dalam merencanakan
alur sirkulasi kawasan.
Gambar 2.1.1 Jalur Sirkulasi Eksisting
2.2 ANALISA KEBISINGAN
Sama seperti analisa sirkulasi, karena tidak adanya aktivitas masyarakat
kawasan ini tidak memiliki kebisingan yang berarti. Bahkan karena tidak adanya
lahan yang penulis rancang ditanami banyak pepohonan, beberapa diantaranya
akan dipertahankan sebagai buffer untuk memecah bising untuk menanggulangi
masalah kebisingan yang mungkin timbul seiring dengan pertumbuhan kawasan.
2.3 ANALISA IKLIM
Menurut data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias
Selatan memiliki curah hujan yang tinggi dengan intensitas 250 hari/tahun dan
rata-rata curah hujan sebesar 298.60 mm. Daerah ini juga memiliki kelembaban
yang tinggi dengan karakteristik lembab basah dengan intensitas sebesar 88%.
Kawasan ini memiliki angin yang berhembus dari arah barat laut dengan
kecepatan angin rata-rata sebesar 6 knot. Dengan musim badai sepanjang
September hingga November di setiap tahunnya.
Dapat dilihat pada gambar 2.4.1 bahwa penulis mendapatkan lahan yang
memanjang dari arah barat laut menuju tenggara. Hal ini secara otomatis
menyebabkan adanya area cukup besar yang terpapar sinar matahri. Oleh
karenanya, dibagian barat dan timur lahan diupayakan untuk semaksimal mungkin
ditanami vegetasi untuk mengurangi suhu, sekaligus menjadi resapan mengingat
curah hujan Kabupaten Nias Selatan yang cukup tinggi. Alternatif lainnya penulis
menempatkan kolam-kolam hias di area tertentu untuk menurunkan suhu daerah
sekitarnya. Pemilihan warna bangunan juga mampu menjadi salah satu jalan
keluar untuk menurunkan suhu, oleh karenanya warna putih dipilih karena mampu
13
Gambar 2.3.1 Pergerakan Matahari
2.4 ANALISA VIEW KE LUAR TAPAK
Untuk analisa view eksisting sendiri, lahan yang ada sudah memiliki view
yang cukup baik di bagian belakang karena letaknya yang dekat dengan pantai
sedangkan untuk bagian timur dan sisi lainnya secara eksisting hanya berbatasan
dengan jalan dan pepohonan yang jelas memiliki view yang kurang menarik.
Gambar 2.4.1 Analisa View Ke Luar Tapak
Namun, dalam kaitannya dengan perancangan kawasan yang penulis dan tim
rancang kawasan ini memiliki view yang sangat menarik karena bagian belakang
bangunan yang menghadap pantai difungsikan sebagai Gedung Olahraga (GOR)
15
Disisi lain di bagian timur lahan terdapat sebuah tower yang dijadikan landmark
kawasan yang persis berhadapan dengan lahan yang penulis rancang sehingga
memberikan view yang menarik dan menambah nilai jual.
2.5 ANALISA VIEW KE DALAM TAPAK
View ke dalam tapak jelas merupakan salah satu vaktor penting yang perlu
diperhatikan dalam merancang. Hal tersbebut sangat penting karena pola penataan
lahan yang kita rancang akan menjadi pendamping fasad bangunan sehingga
penting untuk memberikan penataan yang serasi dan baik. Dalam tugas ini
pernulis menata bagian-bagian yang dapat dilihat langsung dari luar sebisa
mungkin dibatasi dengan taman seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.4.2.
Dibawah ini adalah gambar salah satu bangunan yang penulis rancang dimana
area yang terlihat dari luar dirancang dengan pola-pola tertentu untuk
menimbulkan kesan yang baik bagi orang-orang yang memandangnya. Salah satu
contoh penataan ruang luar yang penulis rancang dapat dilihat pada gambar 2.5.1.
gambar tersebut menunjukkan perspektif bangunan dan ruang luar mess atlet,
dimana dibagian depan, samping kiri dan kanan bangunan penulis tetapkan
sebagai area hijau berupa taman.
Taman yang didesain juga tidak hanya sebagai ruang hujan namun juga
mampu menjadi wadah untuk berkegiatan. Disamping itu keberadaan taman
sebagai area hijau juga mampu menangkap air hujan berlebih mengingat
kabupaten Nias Selatan memiliki intensitas curah hujan yang cukup tinggi
Keberadaan taman untuk memberikan kesan dari luar menjadi sangat
menguntungkan karena berbagai macam manfaat yang bisa diperoleh dari
keberadaannya.
Gambar 2.5.1 Pandangan Mata Burung Mess Atlet
2.6 ANALISA VEGETASI
Dalam kondisi aktualnya lahan yang penulis rancang dipernuhi oleh
tanaman. Karena riwayat lahan yang dulunya merupakan area rawa tidak heran
kita dapat menjumpai dengan mudah tanaman-tanaman bakau di sekitar kawasan.
Tanaman bakau sendiri sebenarnya sangat tepat berada di daerah pesisir pantai
karena mampu memecah ombak sehingga melindungi tanah dari abrasi. Namun
karena lahan yang penulis rancang tidak tepat berbatasan dengan laut, penulis
memilih untuk mengganti jenis tanaman bakau yang ada dengan tanaman yang
17
pandangan ke bangunan. Penataan elemen vegetasi yang penulis rancang
kebanyakan mngikuti pola-pola sirkulasi, lahan dan bangunan yang ada seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.6.1.
BAB III
PERSPEKTIF BERBEDA
Dalam kaitannya dengan tugas PA6 kali ini penulis memilih tigabangunan
berbeda untuk dijadikan sampel studi banding yakni bangunan dengan fungsi
serupa dan yang lainnya bangunan dengan tema yang sama.
3.1 CIPUTRA WORLD 1
Gambar 3.1.1 Superblock Ciputra World (Sumber:
/www.ciputraworldjakarta.com)
Ciputra world 1 yang dibahas kali ini merupakan bagian dari superblock
Ciputra World Jakarta. Superblock ini terletak di Jl. Dr. Satrio, Kuningan Timur,
Jakarta Selatan. Adapun luas total superblock ini mencapai 15 Ha dengan
pembagian Ciputra World 1 sebesar 5.5 Ha yang menempati kavling 3-5. Ciputra
World 1 Jakarta, memiliki tiga buah menara yang digunakan untuk fugsi-fungsi
19
(museum, teater, dan galeri). Proyek pembangunan gedung ini diawali pada tahun
2009 silam dan selesai empat tahun setelahnya dengan menelan dana sebesar 7
triliun rupiah. Latar belakang dari pembangunan gedung ini adalah untuk
menampilkan citra kawasan Orchard Road Singapura di tanah Jakarta. Hal
tersebut dapat dilihat dari keberadaan underpass yang menghubungkan bangunan.
Lotte Shoping Avenue merupakan salah satu tenant besar yang ada pada bangunan
ini. Selain itu bank multinasional DBS juga menggunakan salah satu tower
bangunan ini sebagai kantor. Sebagai bangunan mix use, Ciputra World 1 juga
memiliki fungsi apartemen, untuk fungsi apartemen terdiri dari dua jenis yang
berbeda yakni the residence apartement dan ascot serviced apartement. Untuk
fungsi hotel diwakili dengan keberadaan Raffles hotel.
Gambar 3.1.2 Pembagian Menara Ciputra World 1 (Sumber:
3.2 YOUTH OLYMPIC VILLAGE, SINGAPURA
Kawasan ini dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan 5000 atlet dan
pelaku olahraga dari berbagai penjuru dunia dalam rangka penyelenggaraan Youth
Olympic Games yang diselenggarakan di Singapura pada tahun 2010 silam.
Kawasan hunian atlet ini berada dalam kawasan kampus Nanyang Technological
University (NTU), untuk pembagian kawasannya sendiri diklasifikasikan atas dua
zona yakni Residential Zone dan Village Square.
Village Square sendiri merupakan jantung dari kawasan yang fungsinya
memfasilitasi kebutuhan publik yang didalamnya terdapat pertokoan, panggung
musik dll. Residential zone sendiri terdiri atas lima cluster yang dilengkapi
beragam fasilitas seperti ruang tv, ruang rapat, ruang ibadah, klinik, dsb. Uniknya
dalam waktu senggangnya para atlet dapat mengikuti kegiatan pendidikan dan
kebudayaan yang di selengkaran di Village Square.
Gambar 3.2.1 Suasana Kawasan Youth Olympic Village, Singapore (Sumber:
21
Dalam kaitannya dengan komitmen penyelanggara mengenai
pembangunan berkelanjutan dan perlindungan terhadap lingkungan kawasan ini
dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang rendah emisi gas rumah kaca.
Beberapa contoh teknolgi ramah lingkungan yang diterapkan ialah lampu dengan
sensor gerak, teknologi penghematan air, dan pendingin udara dengan efisiensi
listrik.
3.3 MASJID RAYA SUMATERA BARAT
Untuk studi banding ketiga yang berkaitan dengan tema Arsitektur
postmodern penulis memilih utuk mengangkat Masjid Raya Sumatera Barat
(Gambar 2.4). Masjid Raya Sumatera Barat dipilih karena kesesuaiannya dengan
tema, bangunan rerlatif baru, dan perpaduan antara budaya lokal Sumatera Barat
dan agama Islam yang kental dan bersinergi.
Masjid yang teretak di kota Padang ini mulai dibangun pada tanggal 21
Desember 2007 yang diarsiteki oleh Rizal Muslimin. Selang 7 tahun kemudian,
tepatnya tanggal 7 Februari 2014 Masjid Raya Sumatera Barat resmi dibuka untuk
umum. Nuansa tradisional Sumatera Barat melekat sangat kuat dengan bangunan
ini, salah sau yang paling mencolok ialah bentuk atapnya yang menyerupai bentuk
atap bagonjong yang umumnya kita jumpai pada rumah-rumah tradisional
masyarakat Minangkabau. Tidak sampai disitu saja, selain sebagai interpretasi
dari bentuk atap bagonjong bentuk atap masjid ini juga memiliki nilai filosofis
lainnya yakni, menggambarkan peristiwa perletakan batu hajarul aswad dengan
menggunakan kain yang mana tiap sisi kain dipegang oleh perwakilan suku yang
ada di Mekkah kala itu.
Selain atap bagonjong, sang arsitek Rizal Muslimin juga mengangkat
kebudayaan lokal lainnya yakni melalui kain songket. Representasi kain songket
ini dapat dengan mudah kita temukan melalui ukiran-ukiran yang ditempatkan
pada bagian atap di keempat sisi masjid. Motif-motif ornamen yang digunakan
juga merupakan perpaduan antara motif yang umum dijumpai pada kain songket
serta kaligrafi islami berupa lafadz Allah dan Muhammad.
Mesjid Raya Sumatera Barat ini dibangun diatas lahan seluas 40.000 m2
dengan dana pembangunan dipekirakan menyentuh angka 500 Milyar Rupiah.
Masjid Raya sendiri terdiri atas tiga lantai yang diharapkan mampu menampung
23
Gambar 3.3.2 Perpaduan Ornamen lokal dan kaligrafi Islam pada eksterior
masjid (Sumber: t4m4in.blogspot.com)
Setelah menelaah lebih jauh studi banding yang telah penulis pilih, penulis
mendapat beberapa poin pemikiran penting yang dapat diangkat dalam tugas
studio perancangan arsitektur 6 kali ini. Pemikiran utama yang menurut penulis
penting untuk di kritisi ialah mengenai kondisi mess dan wisma atlet yang ada
dewasa ini. Penulis menilai unit-unit kamar yang diperuntukkan bagi atlet kurang
memperhatikan beberapa kebutuhan kebutuhan dasar manusia salah duanya ialah
kebutuhan akan udara segar. Selain studi banding yang diangkat, penulis juga
mencari informasi seputar bangunan yang dirancang khususnya wisma dan mess
atlet. Salah satu contoh buruknya kondisi wisma dan mess atlet yang ada dapat
dilihat dari wisma atlet gelora Ragunan. Pada wisma atlet gelora Ragunan
bangunan yang memiliki bukaan langsung hanyalah area kamar bahkan area
mendapatkan sinar matahari yang relatif sedikit. Hal tersebut sangat disayangkan
karena menyebabkan ruang-ruang lainnya tidak mendapat suplai udara dan
pencahayaan yang cukup hal ini membuat para penghuni akhirnya beradaptasi
dengan pemakaian lampu dan bantuan alat penghawaan udara guna memperoleh
kwalitas kenyamanan yang lebih baik.
Gambar 3.4 Kondisi R. jemur pada wisma atlet gelora ragunan
Gambar 3.4 menunjukkan ketidak sesuaian antara kebutuhan ruang jemur
dengan penerapannya dalam bangunan. dapat kita lihat bahwa akses matahari
yang didapat hanya mengandalkan dua buah lubang yang dipasangi teralis besi
seperti yang tampak pada gambar diatas. Hal ini tentu akan lebih baik bila sumber
masuknya cahaya dan panas matahari di perbesar sehingga dapat menghasilkan
panas dan cahaya yang lebih maksimal. Dewasa ini pada bangunan-bangunan
yang memiliki fungsi kurang lebih sama seperti pada rumah susun, para
perancang membuat sumber cahaya yang lebih besar dengan ketinggian kurang
25
tersebut, penulis menerapkan hal ini pada bangunan yang penulis rancang untuk
memudahkan kehidupan para atlet nantinya.
Isu yang kedua masih sangat erat kaitannya dengan isu pertama karena
hanya mengoptimalkan segi fungsional bangunan, menyebabkan faktor estetika
bangunan tidak diperhatiakan bahkan dianggap hanya menghabiskan dana
anggaran. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan
Vitruvius bahwa sebuah bangunan harus memiliki keindahan estetika (Venustas),
Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan/Fungsi (Firmitas). Didasari oleh pemikiran
tersebut penulis bermaksud untuk merancang sebuah wisma dan mess atlet yang
lebih humanis dengan memperhatikan aspek-aspek yang umumnya diabaikan
serta juga menampilkan permainan estetika yang menarik sebagai wajah
bangunan. untuk menampilkan estetika yang baik penulis mengabungkan tema
dan konsep yang ada agar tercipatanya keselarasan. Salah satu contohnya ialah
pada bangunan wisma atlet, konsep fasad bangunan terinspirasi dari bentuk
gapura, dimana gapura merupakan bentuk umum yang kita jumpai dimana
fungsinya sebagai penanda batas kawasan juga untuk menyambut tamu atau
pengunjung. Oleh karenanya penulis memilih menggunakan bentuk ini yang
dipadukan dengan kearifan budaya lokal berupa penggunaan batu alam dan warna
tanah sebagai representasi kearifan lokal. Untuk aspek kolonial penulis
menempatkan pediment dan ukiran pada bagian tengah bangunan. Hal ini
dimaksudkan untuk menegaskan pada bagian ini terdapat pintu masuk dan juga
Isu lainnya yang penulis dapat dari studi banding ketiga–Masjid Raya
Sumatera Barat—ialah bagaimana cara mengangkat arsitektur lokal dalam hal ini
Nias Selatan menjadi ciri bangunan yang kuat dan dapat diinterpretasikan dengan
mudah oleh orang yang melihatnya. Isu ini menjadi sangat penting karena kita
harus memperhatikan asal-susul ornamen, langgam, ataupun bentuk-bentuk pada
Arsitektur tradisional yang ada agar tidak kehilangan esensi dari bentuk itu
sendiri. Penerapam ornamen ataupun bentuk-bentuk tradisional lainnya dirasa
penting mengingat dewasa ini banyak daerah-daerah di negara kita khsusunya
Provinsi Sumatera Utara yang tidak memiliki ciri khas dengan daerah lainnya.
Oleh karenanya penulis mengharapkan keberadaan wisma dan mess atlet ini
mampu mewakili ruh-ruh arsitektur lokal Nias Selatan sehingga menjadi pembeda
dengan mess dan wisma lainnya yang ada di Indonesia. Poin penting yang penulis
dapat dari studi banding pertama ialah bagaimana cara pengelompokan dan
penatan dari fungsi-fungsi yang berbeda apada sebuah bangunan ragam fungsi.
Pada Ciputra World 1 bangunan yang memiliki fungsi berbeda dipisahkan dan di
kelompokkan berdasarkan menaranya masing-masing. Hal ini sangat
memudahkan dalam mengontrol banyak hal seperti privasi, kebisingan, dan
BAB IV
AKURASI LOMPATAN
Ilmu arsitektur lahir karena adanya kebutuhan dasar manusia akan ruang.
Seiring dengan bergulirnya waktu kebutuhan-kebutuhan manusia terus
berkembang hal ini menyebabkan ilmu arsitektur pun turut berkembang mengikuti
perkembangan zaman.
Menurut Vitruvius bangunan yang baik ialah bangunan yang memenuhi
tiga aspek yakni: fungsi, struktur dan estetika. Karena kesusaiannya dengan dunia
arsitektur prinsip Vitruvius diatas mampu mengikuti perkembangan yang ada.
Setelah melakukan studi banding terkait yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, selanjutnya ialah membuat programming/program ruang. Program
ruang menjadi penting karena akan menjadi panduan bagi seorang perancang saat
mendesain bangunannya.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah program
ruang ialah menentukan jumlah pengunjung yang harus difasilitasi kebutuhannya,
jumlah kamar, jumlah parkir kendaraan, serta fasilitas-fasilitas penunjang lain
yang diperluka pada bangunan terkait.
4.1 WISMA DAN MESS ATLET
Dalam menghitung jumlah pengunjung untuk bangunan mess atlet penulis
Sumatera Utara (Porprovsu). Event porprovsu dipilih karena dinilai sesuai dengan
klasifikasi GOR yang ada di dekat fasilitas pendukung ini. Adapun jumlah atlet
yang ikut serta dalam kegiatan PORPROVSU terakhir (tahun 2014) yakni sebesar
1.906 orang atlet dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara.
Fasilitas Mess Atlet yang ada diharapkan mampu menjadi tempat tinggal
sementara bagi 20% atlet dari total peserta PORPROVSU 2014.
TARGET = PESERTA PORPROVSU 2014 x PERSENTASE TARGET
= 1906 X 20%
= 382 Jiwa
Dengan memperkirakan kapasitas tiap unit mess yang mampu menampung
± 4 orang/unit. Maka jumlah unit minimal yang diperlukan adalah 96 unit. Jumlah
tersebut akan dibagi ke dalam dua buah mess berbeda dengan klasifikasi mess
yang berbeda pula. Mess pertama untuk memfasilitasi atlet/pelaku olahraga
dengan jabatan atau prestasi yang baik sedangkan mess yang lain untuk atlet-atlet
lainnya. Adapun jumlah unit dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman
selanjutnya.
Tabel 4.1 Jumlah Total Unit Mess & Wisma Atlet
A. WISMA ATLET
NO JENIS UNIT LUASAN JUMLAH UNIT
29
PORPROVSU 2014). Untuk kebutuhan parkir sendiri tersedia sebesar 68 unit
lahan parkir roda dua dengan 48 diantaranya berada di mess atlet dan sisanya
berada di mess wisma atlet. untuk kendaraan roda empat sendiri disediakan 80
tempat pakrir dengan rincian 24 dianataranya di gedung mess atlet dan sisanya
berada di wisma atlet.
4.2 MIX USE BUILDING
Bangunan ini merupakan bangunan dengan beberapa fungsi yang secara
fisik digabungkan dalam satu bangunan, dengan rincian fungsi yang ada di
dalamnya ialah: hotel, apartment, kantor sewa dan beberapa unit retail. Untuk
standar hotel sendiri perancang mengikuti standar hotel bintang 4 yang berlaku di
Indonesia. Standar yang penulis gunakan merujuk pada Keputusan Direktorat
Tabel 4.2 Standar Hotel Bintang 4
Untuk memenuhi klasifikasi yang telah dibahas sebelumnya perancang
mendesain hotel pada lantai enam hingga sembilan pada bangunan ini, dengan
klasifikasi tipe kamar hotel dapat dilihat pada tabel yang dimuat pada halaman
31
Untuk standar yang mengatur tempat parkir kendaraan roda empat menurut
Juwana (2005), dalam buku berjudul "Sistem bangunan Tinggi", menyatakan
perbandingan untuk 7 kamar hotel memerlukan 1 parkir kendaraan roda 4
sehingga total parkir kendaraan untuk 60 kamar hotel adalah 9 lahan parkir
kendaraan roda 4.
Sementara itu untuk fungsi apartemen yang ada pada bangunan ini
dirancang untuk memberikan alternatif tempat tinggal bagi keluarga yang ada di
kabupaten Nias Selatan dengan berbagai keuntungan yang ada karena berada di
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata ini. Apartemen ini berada pada lantai
sepuluh hingga tiga belas pada bangunan. Dengan klasifikasi ruangan yang
berukuran 53 m2 dan 73 m2 untuk tabel klasifikasi unit apartemen dapat dilihat
Tabel 4.4 Klasifikasi Unit Apartemen
apartemen disediakan satu buah slot parkir kendaraan roda empat. Oleh karena itu
untuk 32 unit apartemen yang penulis rancang dibutuhkan 32 unit slot parkir pada
bangunan. untuk keperluan area parkir area retail tiap 60 m2 luas lantai berhak
untuk satu slot parkir kendaraan roda empat. Untuk luas retail yang terletak pada
lantai dasar sebesar 3100 m2 dibutuhkan 52 buah slot parkir. Berdasarkan standar
parkir menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi, standar jumlah parkir
pada kantor sewa ditentukan berdasarkan luas bruto kantor, yakni 1 mobil tiap 100
m2 dari luas kantor. Berdasarkan luas kantor yang penulis rancang yakni sebesar
±5.072 m2 maka kapasitas kendaraan roda empat yang diperlukan sebesar 51 slot
parkir.
TOTAL PARKIR = P. apt + P. hotel + P. retail+ P. kantor sewa
= 32 + 9 + 52 + 51
33
Sedangkan perhitungan kebutuhan parkir untuk kendaraan sepeda motor
adalah 1 slot parkir tiap 40 m2 luas bruto kantor. Dengan demikian jumlah
kapasitas slot parkir sepeda motor yang diperlukan adalah 5.072 m2 : 40 m2 = 127
slot parkir. Nilai tersebut ditambah sepuluh persen dari total parkir mobil untuk
kebutuhan parkir dari fungsi lainnya 127 + (144 x 10%) = 142 unit slot parkir
BAB V
PERCEPAT LANGKAH
Konsep merupakan salah satu bagian terpenting dalam rangkaian proses
perancangan, dimana konsep berperan untuk mengatur kelangsungan bangunan
tidak hanya dalam jangka waktu satu atau dua hari namun konsep yang digunakan
tetap melekat pada bangunan selama bangunan tersebut berdiri. Adapun konsep
bangunan yang penulis rancang adalah humanizing human mucnulnya konsep ini
didasari keresahan penulis atas kondisi fasilitas pendukung olahraga yang kurang
humanis. Dalam rancangan ini penulis mencoba menerjemahkan tujuan tersebut
dengan memperhatikan aspek-aspek yang penulis kritisi pada pembahasan studi
banding. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya kali ini penulis mendapat
tugas untuk mendesain fasilitas penunjang fasilitas olahraga yang ada di Nias
Selatan. Dimana fasilitas pendukung tersebut terdiri dari mix use building, wisma
atlet dan mess atlet.
35
Mess atlet memiliki perbedan dengan wisma atlet dalam hal luasan unit kamar
pada bangunan dimana wisma atlet memiliki ukuran ruang yang lebih besar
dibanding unit kamar yang ada pada mess atlet. Wisma atlet dalam peruntukannya
difungsikan untuk pelaku olahraga yang berpengaruh atau memiliki jabatan
tertentu dalam bidang olahraga sedangkan mess atlet diperuntukkan bagi para atlet
yang berlaga di kegiatan olahraga. Tema yang penulis angkat untuk ketiga fungsi
diatas ialah Arsitektur postmodern, dimana dalam tema tersebut akan memadukan
antara kekayaan Arsitektur lokal Nias Selatan dengan Arsitektur kolonial.
Arsitektur kolonial dipilih untuk memperkuat ciri kawasan karena pada lahan
kawasan sudah terdapat kanal-kanal eksisting sehingga perancang dan tim
berencana mengangkat isu tersebut dan menghidupkan fungsi kanal yang sudah
ada tersebut. Karena keberadaan kanal sudah melekat kuat dengan kota Venice
maka kami mengangkat gaya arsitektur yang jamak dijumpai di kota tersebut
yakni arsitektur kolonial/klasik.
Penerapan Nilai-nilai arsitektur lokal dilakukan dengan harapan mampu
menjadi faktor pembeda kawasan ini dengan kawsan lainnya. Hal tersebut
menanggapi isu yang marak dewasa ini dimana kota-kota yang ada di Indonesia
tidak memiliki ciri khas yang membedakannya dengan kota lain. Hal tersebut
perlu ditanggani karena hampir seluruh kota di Indonesia khususnya Sumatera
Utara tidak memiliki identitas. Dimana tiap-tiap kota tersebut memiliki pola kota
yang sama yakni menjamurnya area komersial dalam bentuk ruko dan
perletakannya di sepanjang jalan-jalan utama. Dalam kaitannya dengan area
pariwisata ciri khas merupakan salah satu subjek penting yang harus dimiliki
sebut saja Bali dan Phuket, dua area destinasi wisata dunia itu sama-sama
mengandalkan pantai dan kekayaan bahari sebagai sektor pariwisatanya namun
keduanya mengemas konten mereka dengan gaya yang berbeda dan otentik
sehingga memancing para wisman untuk datang mengunjungi situs wisata di dua
lokasi tersebut.
Pada tahan awal pengerjaan kawasan ekonomi khusus pariwisata secara
keseluruhan penulis dan tim awalnya bergerak dari pengerjaan masterplan
kawasan dimana karena objek rancangan merupakan sebuah kawasan tiap
bangunan yang kami rancang haruslah terintegrasi dan memilki pola-pola yang
berkesinambungan antar satu dan yang lain baik berupa bentuk bangunan,
sirkulasi, dll. Oleh karenanya dibawah ini terdapat penzoningan pada fungsi
37
Gambar 5.3 Penzoningan Kawasan
Untuk bentukan massa yang digunakan banyak mendapat pengaruh dari
bangunan dan kawasan yang ada di sekitar lahan. Hal tersebut dilakukan agar
bangunan dapat menyatu dengan kawasan serta menjadi bangunan yang responsif
terhadap kawasan yang ada di sekitarnya. Untuk bentukan wisma atlet dan mix
use building misalnya bentuk dasar yang melengkung diaplikasikan agar bagian
cekung bangunan berfokus pada yaahowu tower yang ada di depannya sedangkan
disisi lain pada bagian belakang bangunan yang berbentuk cembung ini
menyebabkan bangunan menjadi responsif terhadap pantai yang ada di belakang
bangunan. hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri bagi fungsi mix use
building karena dari bangunan tersebut para tamu hotel ataupun pemilik unit
apartemen dapat melihat yaahowu tower sebagai titik tertinggi Nias Selatan di
bagian depan disisi lain dapat menikamti keindahan panorama pantai khas Nias
Berbeda dengan kedua bangunan sebelumnya, mess atlet memiliki bentuk
yang fungsional karena lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan unit kamar
dan mengikuti studi banding beberapa mess atlet yang ada namun bangunan ini
masih cukup responsif terhadap kawasan sekitar hal tersebut dapat dilihat dari
perancangan view dari arah bangunan menuju keluar yang berbatasan langsung
dengan view-view yang menarik seperti yaahowu tower, mall, dsb untuk ilustrasi
dari narasi ini dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.4 Konsep Massa Bangunan
Untuk kebutuhan sirkulasi lahan ini diapit oleh dua jalan besar dibagian
depan dan belakang dengan lebar 21 dan 10 meter. Jalan-jalan ini lah yang akan
sangat berperan dalam menunjang aktivitas pengendara dari dan menuju lokasi
bangunan. Selanjutnya penulis akan membahas akses sirkulasi dari tiap-tiap
bangunan. Sirkulasi menuju wisma atlet dapat ditempuh melalui bundaran
yaahowu tower dan masuk ke halaman wisma atlet. Setelah sampai dari gerbang
39
sebagian besar peruntukan lahannya difungsikan sebagai lahan parkir kendaraan.
Untuk fungsi parkir kendaraan sendiri sudah memenuhi kebutuhan sesuai dengan
yang telah dibahas pada bab empat baik untuk roda dua maupun roda empat.
Dibagian kiri halaman gedung juga terdapat jalur khusus sirkulasi truk
pengangkut sampah. Keberadaan jalur khusus truk sampah ini diharapkan
mempermudah proses pengangkutan sampah dari lokasi wisma atlet menuju ke
tempat pembuangan akhir (TPA).
Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi Wisma Atlet
Sedangkan untuk mix use building memiliki penataan sirkulasi yang lebih
rumit karena beragamnya alternatif lahan parkir. Bangunan ini dapat diakses
melalui bundaran yaahowu tower setibanya di halaman bangunan pengunjung
dihadapkan beberapa pilihan yakni untuk parkir di basement, lantai dua atau
tiga bangunan terdapat beberapa parkir VVIP untuk tamu hotel. Untuk akses
menuju jalan utama dari dalam bangunan berawal dari slot parkir baik di
basement, lantai dua, maupun parkir outdoor mengarah kembali ke bagian teras
bangunan bila terdapat penumpang lainnya dapat berhenti sejenak di area drop-off
sebelum melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar dibagian kiri lahan.
Perbedaan bangunan ini dengan bangunan lainnya adanya jalur yang
diperuntukkan khusus untuk mobil pemadam kebakaran yang menghubungkan
jalan di depan lahan dengan jalan yang ada di belakangnya.
Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi Mix Use Building
Untuk sirkulasi pada bangunan mess atlet dapat diakses melalui bundaran
yaahowu tower untuk selanjutnya berbelok masuk menuju bangunan mess atlet.
Untuk jalur masuk menuju bangunan ini sendiri dapat diakses melalui dua jalan
yakni jalan yang berada di bagian depan bangunan dan jalan yang berada di
bagian belakang bangunan. keberadaan jalan yang berada di depan fungsi mess
41
menurunkan penumpang sehingga tidak dibutuhkan slot parkir untuk kendaraan.
Untuk kebutuhan parkir kendaraan diletakkan di bagian belakang bangunan mess
baik itu untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Khusus untuk kendaraan
roda dua terdapat dua pilihan lokasi parkir yakni di parkir di dalam bangunan
maupun diluar bangunan. untuk akses keluar dari halaman mess dari parkir bagian
belakang gedung dapat dicapai dengan berbelok menuju jalur keluar dan akan
langsung mendapati bundaran yaahowu tower. Ilustrasi mengenai penjelasan jalur
sirkulasi ini dapat dilihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Mess Atlet
Selanjutnya penulis akan membahas satu persatu denah fungi yang penulis
rancang, dimulai dari fungsi wisma atlet. Sesuai dengan bentuk bangunan
halaman bagian depan bangunan memiliki bentuk yang melengkung yang
pohon. Selepas itu para pelaku olahraga yang datang akan disambut dengan fasad
bangunan wisma yang terinspirasi dari gapura dengan arsitektur perpaduan Nias
dan kolonial. Saat memasuki bangunan, ruang pertama yang akan menyambut
para tamu adalah hall yang didalamnya terdapat dua buah tangga dibagian kiri dan
kanan.
Berjalan lurus melewati kedua tangga tersebut tamu akan menemukan
ruang pengelola yang difungsikan untuk kegiatan administrasi gedung. Pada lantai
dasar ini para tamu yang menginap juga dimanjakan dengan beberapa fasilitas
seperti gym, food massage and reflexology, coffee shop, toko oleh-oleh, klinik,
apotik, dan beragam fasilitas lainnya yang disesuaikan untuk kebutuhan para
pelaku olahraga. Selain fungsi-fungsi rekreatif tersebut terdapat pula ruang-ruang
yang berguna untuk menunjang sistem bangunan berupa ruang tangki air, ruang
pompa, ruang trafo, dan ruang genset. Untuk ilustrasi lebih lengkapnya dapat
dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.8 Denah Lantai Dasar Wisma Atlet
Selanjutnya untuk mencapai lantai dua para tamu dapat menaiki empat
43
sisi kiri dan kanan bangunan. Pada lantai satu hingga tiga memiliki denah yang
tipikal dengan fungsinya sebagai kamar tamu. Kamar-kamar yang ada memiliki
ukuran yang cukup luas dan segala kebutuhan dasar manusia sudah bisa terpenuhi.
Unit-unit kamar yang ada diklasifikasikan atas dua unit yang berbeda unit ruangan
yang memiliki balkon dan unit yang tidak memilki balkon. Unit dengan balkon
memiliki pemandangan menarik menuju kompleks olahraga di sebrangnya, tidak
kalah dengan unit dengan balkon, unit tanpa balkon memiliki view kearah
yaahowu tower. Untuk perbandingan klasifikasi unit sendiri, kedua unit memiliki
klasifikasi dan jumlah ruang yang hampir sama faktor pembeda hanya terdapat
pada adanya balkon. Selain deretan unit-unit ini pada bagian tengah lantai tipikal
wisma juga terdapat ruang komunal yang memungkinkan dilangsungkannya
kegiatan bersama para tamu. Pada bagian ujung kanan dan kiri lantai tipikal
diletakkan tangga sirkulasi berikut juga sistem pendukung mekanisme bangunan
seperti shaft sampah dan ruang panel yang menjadi tempat distribusi listrik dan air
pada bangunan wisma atlet.
Gambar 5.10 Unit Kamar Dengan Balkon
Gambar 5.11 Unit Kamar Tanpa Balkon
Selanjutnya beranjak dengan fungsi mix use building dimana bangunan ini
cukup kompleks karena beragamnya fungsi yang ada didalamnya. Bangunan ini
terdiri atas empat fungsi yang berbeda yakni: apartemen, hotel, retail, dan kantor
sewa. Bangunan ini memiliki basement yang difungsikan sebagai ruang-ruang
45
keberadaan ruang pompa, ruang tangki air, ruang chiller, ruang genset, dan ruang
ME disamping fungsi utama basement itu sendiri yakni untuk menyediakan
tempat parkir. Basement yang ada mampu menampung ± 10% dari total
kebutuhan parkir gedung. Lantai basement juga dilengkapi dengan lavatory yang
berada tepat dibelakang lift barang. Bila suatu saat terjadi hal yang tidak
diinginkan seperti kebakaran orang-orang yang berada pada lantai ini dapat
mengakses tangga kebakaran dan menuju lantai dasar agar dapat mencapai akses
menuju ruang luar sesuai dengan standar tangga kebakaran yang seharusnya.
Gambar 5.12 Denah Basement MED. Building
Bagi para pejalan kaki akses menuju bangunan dapat ditempuh melalui
pedestrian yang mengelilingi kawasan selanjutnya pengunjung dapat masuk
untuk mengarahkan para pengunjung potensial menuju ke dalam bangunan. begitu
masuk ke dalam bangunan ini pengunjung akan disambut dengan hall yang luas.
Gambar 5.13 Denah Lantai Dasar MED. Building
Pada lantai dasar bangunan juga terdapat deretan retail-retail yang menjual
beragam barang-barang pemuas kebutuhan seperti jam, tas, baju, dll pada lantai
ini juga terdapat empat buah restoran yang terbagi di kedua sisi bangunan.
selanjutnya dengan menaiki lift pengunjung dapat menuju ke lantai satu. Pada
lantai satu sebagian besar luas lantai dihabiskan untuk sirkulasi dan parkir mobil
dan sisa luasan yang ada dimanfaatkan untuk kebutuhan lift, lavatory, hall, dan
47
Gambar 5.14 Denah Lantai Satu MED. Building
Bagi para pengunjung hotel bila ingin memperoleh area parkir yang lebih
eksklusif dapat mengakses ramp yang ada di lantai satu menuju ke lantai dua yang
dimana terdapat tempat parkir eksklusif bagi para tamu hotel. Pada lantai dua
fungsi yang ada dioptimalkan untuk menunjang kebutuhan tamu hotel hal tersebut
dapat dilihat dari keberdaan lobby dan restoran yang ada di lantai ini.pada bagian
lobby hotel pun dilengkapi dengan back-up office dan resepsionis untuk
kemudahan proses adiministrasi serta toko souvenir dan toko snack untuk
memenuhi kebutuhan putra-putri tamu hotel sembari menunggu proses
administrasi berlangsung. Seperti pada lantai-lantai sebelumnya, lantai ini juga
dilengkapi dengan sistem-sistem penunjang kebutuhan berupa lift, ruang panel,
Gambar 5.15 Denah Lantai Dua MED. Building
Untuk lantai tiga dan empat sendiri difokuskan sebagai kantor bagi para
pegawai hotel. Dengan berbagai klasifikasi pekerjaan masing-masing yang telah
ditata dengan sebagai mana mestinya. Adapun ruang-ruang kantor yang ada pada
lantai tiga dan empat meliputi, ruang staff, gudang linen, ruang rapat, ruang
manager, pusat bisnis dan beragam ruang-ruang lainnya. Sedikit berbeda dengan
lantai tiga, pada lantai empat terdapat fasilitas bagi para tamu hotel berupa
restoran. Keberadaan resotan ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat klasifikasi
hotel bintang empat yang mengharuskan adanya dua buah restoran bagi tamu
hotel. Dalam kasus mix use building, lobby dan fasilitas-fasilitas penunjang
kebutuhan tamu hotel diletakkan pada lantai dua dan lantai empat bangunan.
Seperti yang dikatakan sebelumnya pada lantai empat terdapat ruang rapat,
dimana ruang ini memiliki sekat-sekat bangunan untuk menyesuaikan dengan
kapasitas ruang yang dibutuhkan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
49
Gambar 5.16 Denah Lantai Tiga MED. Building
Gambar 5.17 Denah Lantai Empat MED. Building
Untuk memenuhi klasifikasi hotel bintang empat, bangunan ini juga
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti spa, gym, dan coffe shop yang berada
kolam renang yang ditepi kiri dan kanannya terdapat kursi-kursi santai yang dapat
digunakan tamu hotel.
Gambar 5.18 Denah Lantai Lima MED. Building
Pada lantai selanjutnya yakni lantai enam, bangunan utama sudah terpisah
menjadi dua buah menara dengan bagian kiri diperuntukkan untuk kantor sewa
dengan sistem open plan yang memberikan kebebasan bagi penyewa nantinya
karena dapat menyesuaikan ruang yang diberikan untuk kebutuhan kantor.Untuk
fungsi kantor sewa sendiri dimulai pada lantai enam hingga lantai tiga belas.
Ruang-ruang kantor sewa yang ada tidak hanya akan dihuni oleh satu instansi atau
perusahaan tertentu melainkan dapat terdiri dari beberapa perusahaan oleh
karenanya untuk memudahkan akses para pekerja, penulis merancang empat buah
lift untuk para pegawai yang dapat diakses dari basement hingga roof top.
Sedangkan pada menara disebelahnya terdapat deretan kamar hotel yang terdiri
atas tiga klasifikasi yang berbeda yakni standard room, deluxe room, dan suite
51
pada hotel bintang empat. Kamar-kamar yang ada langsung dihadapkan pada tepi
bangunan untuk memberikan keleluasaan view, view yang didapat pun sangat
prima karna bagian depan langsung berhadapan dengan yaahowu tower dan
panorama pantai pada sisi lainnya.
Gambar 5,19 Unit Kamar Standard Dan Deluxe Hotel
Gambar 5.21 Denah Lantai Enam MED. Building
Gambar 5.22 Denah Tipikal Lantai Tujuh-Sembilan MED. Building
Pada lantai selanjutnya yakni lantai sepuluh terdapat fungsi terakhir dari
bangunan ini yaitu apartemen. Apartemen diletakkan dibagian paling atas untuk
memberikan privasi yang tinggi bagi bagi para pemiliknya. Unit apartemen yang
ada dirancang untuk pasangan baru dan keluarga kecil yang ada di Nias Selatan
oleh karenanya pilihan unit yang ada hanya memiliki satu dan dua kamar tidur.
Perletakan unit apartemen juga sama dengan perletakan kamar hotel oleh
karenanya unit-unit apartemen juga mendapatkan view menarik seperti yang