xi
2.3. Mekanisme Produksi Film Pendek ... 10
2.4. Teknik Pengambilan Gambar ... 11
2.4.1. Jenis-jenis shot ... 11
2.4.2. Angle Kamera ... 16
2.4.3. Pergerakan Kamera ... 18
2.5. Genre ... 20
xii
3.2.4. Segmentasi, Targeting, Positioning ... 34
3.3. Teknik Analisis Data ... 35
3.4. Reduksi dan Penyajian Data ... 36
3.5. Keyword ... 38
3.11. Anggaran Dana Budgeting ... 51
xiii
BAB V PENUTUP ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Reduksi dan Penyajian data ... 36
Tabel 3.2 Reduksi dan Penyajian data ... 37
Tabel 3.3 Karakter Tokoh ... 51
Tabel 3.4 Anggaran Dana Keseluruhan ... 51
Tabel 3.5 Anggaran dana Pra produksi ... 52
Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi ... 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Naskah ... 79
Lampiran 2 Call Sheet ... 93
Lampiran 3 Bukti Pembelian ... 96
Lampiran 4 Storyboard ... 97
Lampiran 5 Kartu Seminar ... 105
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah menghasilkan sebuah film bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh cahaya merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia terutama di malam hari. Tanpa cahaya manusia tidak bisa melihat dan mengetahui apa yang ada di sekitar. Tetapi menggunakan cahaya yang berlebihan bisa mengakibatkan polusi yaitu polusi cahaya. Istilah Polusi Cahaya dalam Bosscha Observatory (www.bosscha. itb.ac.id) ”adalah merujuk pada suatu keadaan cahaya yang berlebih, baik dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber buatan”.
Gambar 1.1 Polusi Cahaya
(Sumber: http://heimhenge.com/skylights)
Menurut data pada website dinas kependudukan dan catatan sipil Surabaya merupakan kota besar peringkat dua di Indonesia dengan populasi penduduk kurang lebih 2.950.229 jiwa (dua juta tujuh ratus enam puluh lima ribu empat ratus delapan puluh tujuh penduduk) dengan jumlah penduduk yang tergolong banyak tidak menutup kemungkinan bagi kota Surabaya untuk tercemar oleh polusi cayahaya.
menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya (Malaky, 2004: 113). Dari penjelasan tersebut di ataslah yang menjadi alasan penulis membuat film sebagai Tugas Akhir.
Film terdiri dari beragam durasi. Film yang berdurasi kurang dari 60 menit disebut film pendek (Komputer 2008: 115). Film pendek mengarah pada pencarian bentuk alternatif pada media itu sendiri dan didukung oleh peroses pengambilan gambar yang singkat dan jelas (Prakosa, 2008: 5). Oleh karena itu dipilih media film yaitu film pendek sebagai Tugas Akhir. Film yang akan dibuat berdurasi kurang dari 60 menit dengan dukungan pengambilan gambar yang singkat dan jelas.
Film juga memiliki genre sebagai pengelompokan tipe cerita. Genre terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya aksi, komedi, kejahatan, drama, sejarah, horor, dan Fiksi Ilmiah. Genre juga mempunyai aspek-aspek tekstual khusus atau sebuah cara penyampaian pesan. Elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah genre meliputi narasi, seting, macam karakter, gaya, tanda-tanda visual dan aural (Sunarto, 2009: 102-103).
Dalam hal ini penulis memilih genre fiksi ilmiah. Genre fiksi ilmiah menurut Rampan (1999: 219) “fiksi ilmiah merupakan genre cerita film yang alur, tema dan latarnya diseting secara imajinatif didasarkan pengetahuan, teori dan spekulasi ilmiah”. Fiksi ilmiah sendiri telah dipandang oleh publik sebagai genre film yang hanya berkisah tentang teknologi, seperti yang dikatakan Broto dalam (http://www.kabarindonesia.com), dijelaskan bahwa:
teknologi-teknologi masa depan. Padahal tidak hanya seperti itu, setiap karya sastra yang menggunakan unsur-unsur fakta, data, maupun pristiwa yang didapatkan melalui riset dengan validitas metodologi dapat digolongkan sebagai fiksi ilmiah”.
Inilah yang menjadi alasan memilih genre fiksi ilmiah sebagai genre film Tugas Akhir.
Visual effects merupakan teknik dalam pembuatan film tanpa Visual Effects film akan terasa biasa saja, di dalam hal ini tehnik yang dipili adalah tehnik Visual
effect time lapse yaitu percepatan, dan dimana tehnik fotografi time lapse ini dapat sangat membantu dalam pergantian scene dari soreh hari ke malam hari.
Dengan memandang Polusi Cahaya yang memiliki dampak-dampak yang berakibat buruk bagi alam, maka penulis akan membuat film pendek bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya Surabaya dengan visual effect time lapse guna menyikapi keindahan cakrawala. Melalui film pendek ini penulis berharap dapat memberi pengetahuan terhadap penonton tentang polusi cahaya.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang dapat diambil dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara membuat film pendek bergenre fiksi ilmiah tentang polusi cahaya?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan batasan-batasan pada penelitian yang ingin dicapai. Pada tugas akhir ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada:
1. Membuat film pendek yang mengisahkan tentang atusias dan semangat seorang pemuda dalam mengatasi Polusi Cahaya.
2. Menggunakan spesial efek time lapse pada adegan tertentu.
3. Target dan segmentasi usia remaja dan dewasa 18 sampai 35 tahun.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Ingin menghasilkan film pendek fiksi ilmiah tentang polusi cahaya 2. Ingin menerapkan special effects time lapse didalam film
3. Ingin membuat film pendek yang mengisahkan tentang amtusias dan semangat seorang pemuda dalam mengatasi Polusi Cahaya.
1.5 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Fiksi ilmiah merupakan genre dari film yang diharapkan dapat memberi pengetahuan terhadap penonton atau masyarakat sehingga lebih banyak masyarakat yang mengerti tentang polusi cahaya.
b. Diharapkan dapat menjadi film yang tidak hanya sekedar menghibur tetapi dapat bermanfaat bagi masyarakat melalui pesan-pesan yang disampaikan melalui film.
2. Manfaat Praktis
7 2.1 Film
Trianton (2013: v) menjelaskan bahwa “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya” sedangkan menurut Arief (2010: 3) ”film sebenarnya merupakan perkembangan dari istilah bioskop. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang artinya melihat sesuatu yang hidup atau seolah-olah hidup”. Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menyampaikan pesan tertentu terhadap penonton, film juga sebagai alat propaganda untuk menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya (Malaky, 2004: 113).
Mengarah pada teori yang dijelaskan oleh beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa film adalah sebuah media komunikasi massa yang berfungsi sebagai alat pendidikan budaya, menyampaikan informasi, opini, hiburan dan untuk menyebarkan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pembuatnya.
2.2 Film Pendek
(Prakosa, 2008: 5). sederhananya film yang berdurasi kurang dari 60 menit disebut film pendek (komputer, 2008: 115).
Dalam sejarah film dunia, istilah film pendek mulai populer sejak dekade 50an. Alur perkembangan terbesar film pendek memang dimulai dari Jerman dan Perancis. Di Indonesia dimana film pendek saat ini selalu menjadi pihak marjinal. Dari sudut pandang pemirsa film pendek memiliki sejarahnya sendiri yang sering terlupakan. Film pendek Indonesia secara praktis mulai muncul di kalangan pembuat film indonesia sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ.
Pada 1975, muncul Kelompok Sinema delapan yang dimotori Johan Teranggi dan Norman Benny. Kelompok ini secara simultan terus mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi kesenian. Hubungan internasional mulai terbangun, diantaranya dengan para film makker Eropa terutama dengan Festifal film pendek Oberhausen, ketika untuk pertama kalinya film pendek Indonesia berbicara dimuka dunia pada tahun 1984 keadaan ini memancing munculnya forum film pendek di Jakarta (filmpelajar.com).
2.3 Mekanisme Produksi Film Pendek
1. Mengolah Ide Cetrita
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengolah ide cerita menjadi sebuah sekenario dengan beberapa tahap yang dilalui agar arahnya lebih jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar dan agar kerangka ceritanya terkunci.
2. Skenario Draft Awal
Mengolah kembali skenario draft awal yang disetujui prosedur untuk kemudian dikembangkan guna mendapatkan skenario akhir. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa kali briefing produksi triangle system, yakni produser, sutradara, dan penulis skenario. Salah satu tujuan pembicaraan draft final untuk menyesuaikan konsep produksi dengan budget yang tersedia, dengan pertimbangan durasi yang akan dihasilkan.
3. Kru Produksi
Merekrut kru produksi yang sesuai dengan bidang yang ada di lapangan. Setiap pembuatan film membutuhkan kru produksi.
4. Formulir Produksi
Formulir dan berbagai catatan produksi guna menghasilkan pedoman produksi secara lengkap sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan.
5. Casting Pemeran
Tahap casting sebenarnya tidak mudah. Dangan sampai memilih teman sebagai pemeran utamatanpa memiliki bekal seni acting. Ada beberapa pertimbangan yang harus harus dipikirkan, antara lain pembawaan naskah,
6. Pemantapan Pemeran
Setelah mendapatkan talent yang sesuai dengan cast yang dibutuhkan dalam sekenario
7. Menentukan Lokasi
Mencari lokasi yang sesuai dengal lokasi di dalam skenario. Dengan menggunakan still fotograpi untuk mendapatkan beberapa gambar lokasi yang akan titetapkan sebagai lokasi pengambilan gambar.
8. Penyiapan Prangkat Produksi
Menyiapkan perangkat produksi serta kelayakan pemakaian kualitas dan kapasitas kerja supaya proses produksi yang dijadwalkan tidak terlambat 9. Briefing Produksi
Breifing produksi merupakan tahap yang penting agar produksi dapat terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan.
10. Shoting
Setelah semua produksi dilakukan dengan baik, langkah berikutnya adalah tahap produksi yaitu shoting. Bisa dikatakan bahwa 70% proses produksi dihabiskan dalam tahap shoting.
11. Evaluasi Kerja Produksi
Evaluasi kerja dalam produksi bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari berikutnya.
12. Editing
perlu dilakukan, seperti visual effect dan sound effect yang mendukung jalannya cerita.
2.4 Teknik Pengambilan Gambar
Untuk Menghasilkan film yang baik penulis memerlukan kajian tentang teknik-teknik yang dibutuhkan saat produksi film. Berikut di bawah ini adalah penjelasan tentang tehnik-tehnik pengambilan gambar yang akan dipakai dalam pembuatan film.
2.4.1 Jenis-jenis Shot
Dalam pembuatan film, komposisi dalam pengambilan gambar sangat dibutuhkan agar gambar terlihat indah dan nyaman dipandang mata jenis-jenis dari pengambilan gambar yang baik dan akan digunakan dalam pembuatan filim tugas akhir adalah sebagai berikut:
1. Extreme Close UP
Gambar2.1 Extreme Close Up (Sumber: http://www.mediacollege.com) 2. Close Up
Close up adalah teknik pengambilan gambar dimana gambar subjek terlihat dekat dan memenuhi ruang frame. seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Close Up
(Sumber: http://www.mediacollege.com/)
3. Medium Close Up
Gambar 2.3 Medium Close Up (Sumber: http://www.gopixpic.com/)
4. Medium Shot
Secara sedeharna, medium shot merekam gambar setengah badan komposisi framing lebih jauh dari medium close up dan memberi ruang pandang subjek. seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Medium Shot
5. Long Shot
Long shot memiliki ruang pandang yang lebih luas dibandingkan medium shot seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Long Shot (Sumber: http://galleryhip.com/)
6. Group Shot
Pengambilan gambar untuk sekelompok orang atau sekelompok benda (Asura, 2005: 93). Seperti pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Group Shot
7. Two Shot
Bila objeknya dua orang dan dalam suasana ramai, terfokus hanya pada dua orang (Asura, 2005: 93). Seperti pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Two Shot
(Sumber: https://veemoze.wordpress.com)
8. Over Shoulder Shot
Digunakan untuk mengambil adegan dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilan gambar melalui bahu dan membelakangi kamera secara bergantian (Asura, 2005: 94). seperti pada gambar 2.8.
2.4.2 Angle Kamera
Camera angle akan sangat dibutuhkan dalam pembuatan film untuk memaksimalkan rasa dramatis pada cerita. Camera angle yaitu penempatan posisi kamera terhadap suatu sudut tertentu. Dengan sudut pengambilan gambar yang menarik, dapat dihasilkan suatu shot yang menarik. Jenis-jenis Angle kamera menurut Purba (2013: 25-26) adalah sebagai berikut:
1. Low Angle
Sudut posisi kamera berada di bawah mata (pengelihatan manusia). Posisi
Low Angle membuat subjek tampak mempunyai kekuatan yang menonjol dan akan terlihat kekuasaannya. Seperti yang terlihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Low Angle (Sumber: http://film-english.com/)
2. Straight Angle
Gambar 2.10 Straight Angle (Sumber: http://review.showermat.eu)
3. High Angle
Posisi sudut kamera High Angle berada di atas pengelihatan manusia. Sudut
High Angle membuat subjek tampak tidak mempunyai kekuatan yang menonjol dan tidak mempunyai kekuasaan. Seperti pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 High angle
(Sumber: http://www.elementsofcinema.com)
4. Canted Angle
Gambar 2.12 Canted Angle
(Sumber: http://ibfilmsas.wikispaces.com/)
2.4.3 Pergerakan Kamera
Adanya gerakan kamera akan memberikan dimensi yang lain dari suatu gambar dan dapat diperoleh shot-shot yang paling menarik apabila kamera bergerak mengitari dan melintasi adegan yang direkam. Shot-shot yang dihasilkan melalui gerakan kamera memungkinkan penonton mengamati subjek dari titik sudut yang berbeda-beda. Menurut Purba (2013: 32-34) pergerakan kamera terdiri dari berapa jenis diantaranya:
1. Panning
Adalah pengambilan gambar dengan menggerakkan kamera ke arah horizontal tetapi tidak merubah posisi kamera.
b. Survening pan: gerakan kamera secara perlahan-lahan menyusuri pemandangan, baik pemandangan hanya sekelompok orang atau pemandangan alam. Gerakan kamera ini akan mengakibatkan para penonton dapat melakukan pengamatan berdasarkan apa yang ingin dilihat dan apa yang terjadi.
c. Intrrupted pan: gerakan halus tapi tiba-tiba dihentikan dengan maksud menghubungkan dua buah subjek dimana subjek tersebut terpisah satu dengan lainnya.
d. Whipe pan: merupakan gerakan panning yang dilakukan demikian cepatnya, sehingga tidak dapat memperhatikan rincian gambarnya. Dengan whipe pan dapat menciptakan hubungan yang dinamis atau komperatif antara subjek-subjek, yakni menghubungkan titik pandang yang berbeda pada scene yang sama, menciptakan kontinuitas dan mengubah titik perhatian, memperlihatkan sebab akibat, memberikan perbandingan.
2. Tilting
Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera kearah vertikal tetapi tidak mengubah posisi kamera. Tujuan dari tilting adalah menunjukan ketinggian atau kedalaman dan menunjukan adanya satu hubungan.
3. Tracking
4. Zooming
Adalah pengambilan gambar dengan mengubah ukuran gambar dan sudut pandang antara Wide Angle dan Telephoto. Zooming mempengaruhi perspektif dalam suatu adegan.
5. Arching
Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera mengelilingi subjek utama seperti lingkaran penuh. Dalam melakukan arching, kamera melakukan gerakan sapuan sirkuler mengitari subjek.
6. Pedestal dan crane
Adalah pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera menggunakan alat penyangga pedestal/crane.
2.5 Genre
Sunarto (2009: 102-103) mengatakan bahwa genre adalah suatu jenis atau tipe cerita. Genre mempunyai aspek-aspek tekstual khusus atau sebuah cara penyampaian pesan. Elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah genre meliputi narasi, seting, macam karakter, gaya, tanda-tanda visual dan aural. Widagdo & Gora (2007: 26) menjelaskan bahwa genre terdiri dari beberapa jenis diantaranya: 1. Aksi (Action)
2. Komedi (Comedy)
Komedi adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor penyajian utama.
3. Drama
Drama adalah jenis film yang mengandalkan faktor prasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan.
4. Horor
Horor adalah genre yang mengemas visualisasi hantu yang menegangkan penonton dengan konstruksi dramatik.
5. Kejahatan (Crime)
Genre yang menceritakan kasus-kasus kriminal biasanya berhubungan dengan perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan.
6. Sejarah (History)
Genre yang menceritakan tentang sejarah masa lalu. Baik tokoh maupun pristiwanya (Lutters, 2010: 38).
7. Fiksi Ilmiah (Science Fiction)
2.6 Typografi
Typografi sangat penting bagi sebuah karya seni yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian pesan dalam sebuah media. Tipografi dalam pengertian yang lebih bersifat ilmiah adalah seni dan teknik dalam merancang maupun menata aksara dalam kaitannya untuk menyusun publikasi visual, baik cetak maupun non cetak (Kusrianto, 2010: 1).
2.7 Warna dan Cahaya
Dalam pembuatan film penulis perlu mengkaji tentang teori dasar warna cahaya. Pengertian tentang cahaya sangat penting untuk menghasilkan output yang baik. Cahaya terbagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Cahaya Primer
Cahaya primer adalah warna cahaya utama yang terdiri atas merah, hijau, dan biru. Jika ketiga warna cahaya primer ini dicampur dengan intensitas yang tepat sama maka akan di peroleh cahaya putih. Jika warna cahaya dicampur dengan intensitas yang berfariasi maka akan dihasilkan berbagai warna cahaya.
2. Cahaya Sekunder
perpaduan cahaya primer warna hijau dan biru. Jadi, warna cahaya kuning, magenta, dan cyan adalah warna cahaya sekunder.
3. Cahaya Komplemen
Jika dua warna cahaya dipadukan sehingga menghasilkan cahaya putih maka dikatakan warna cahaya pertama merupakan warna komplemen dari warna cahaya kedua, demikian pula sebaliknya (Umar, 2008:24-25).
2.8 Suhu Warna
Warna memberikan rasa bagi orang yang melihatnya, didalam film warna sangat penting untuk memberikan kesan pagi, siang sore, dan malam. Untuk itu penulis membutuhkan kajian tentang suhu warna secara umum suhu warna dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Tungsten
Dengan karakter kekuning-kuningan hingga kemerah-merahan. Suhu warna = 1.000 – 5.000 Kelvin.
2. Daylight
Dengan karakter normal seperti yang dilihat oleh mata, dengan karakter putih. Suhu warna = 5.500 Kelvin.
3. Flourescent
2.9 Time Lapse
Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi yang
menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi sebuah
klip video pendek. Periode pemotretan umumnya berdurasi lama, bisa hingga
berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa dibuat berkala setiap
beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan. Obyek yang difoto biasanya
adalah obyek yang punya gerakan sangat lambat, seperti gerakan awan, matahari,
bulan, bintang dan sebagainya. Meski begitu timelapse boleh juga dipakai untuk
merekam gerakan yang lebih cepat seperti manusia yang berjalan, meski nanti
hasilnya gerakan manusia itu akan tampak sangat cepat seperti pada contoh
gambar 2.13 di bawah ini pengambilan Time Lapse dari pagi hingga malam
(Anggara. 2013).
2.10 Alur Cerita/Plot
Alur cerita atau plot adalah hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cerita, terutama dalam pembuatan film pendek. Plot yang berkaitan dengan penulisan skenario dapat dibagi menjadi dua plot yaitu plot lurus dan plot cabang. 1. Plot lurus
Plot lurus biasa disebut juga plot linier. Plot ini banyak digunakan dalam pembuatan sekenario untuk cerita lepas semacam telesinema, film, FTV, atau juga serial lepas. Plot linier merupakan plot yang alur ceritanya hanya terfokus kepada konflik tokoh sentralnya dan tidak bisa beralih ke tokoh lain. 2. Plot Cabang
Plot bercabang biasa disebut multi plot. Plot ini paling banyak dipakai pada pembuatan sekenario film serial panjang. Multi plot merupakan plot yang alur dan ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain. Meskipun demikian melebarnya pun tidak boleh terlalu jauh dan harus masih berhubungan dengan tokoh sentral.
2.11 Grafik Cerita
menggunakan alur cerita tiga babak babak I Pembuka atau perkenalan, Babak II Masalah dan Babak ke III Penutup. Berikut adalah contoh grafik Aristoteles pada gambar 2.14.
Gambar 2.14 Grafik Aristoteles (Sumber : Lutters, 2010:52)
Grafik ini adalah grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, dan sampai saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis Indonesia untuk membuat skenario, baik skenario teater, sinetron atau film. Grafik inilah yang akan digunakan dalam penyusunan cerita film Tugas Akhir (Lutters, 2010:52).
27
Pada bab III ini menjelaskan tentang metode penelitian dan konsep
perancangan karya dalam pembuatan film pendek. Yang nantinya akan
diimplementasikan ke dalam proses produksi karya film Tugas Akhir ini.
3.1 Metodologi
Untuk mengkaji dari permasalahan yang telah diuraikan ke dalam sebuah
film, penulis membutuhkan metodologi penelitian. Metodologi penelitian adalah
memperbincangkan hubungan antara teori dengan suatu penelitian (Ismail, 2009:
iii). Metodologi penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Hal ini dikarenakan tujuan dari metode kualitatif adalah mencari
pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita (Raco, 2010: 2).
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pemantapan karya dibutuhkan perancangan yang benar-benar matang
yaitu dengan melakukan studi kelayakan tentang metode yang digunakan dalam
peroses pengumpulan data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
Di dalam pembuatan film pendek ini penulis membutuhkan data yang
mendukung perancangan film. Untuk memenuhi kebutuhan penulis menggunakan
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur ialah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan-bahan
penelitian (Zed, 2008: 2). Dalam hal ini penulis menggunakan sumber buku dan
internet unuk mengumpulkan data. Sumber-sumber data yang digunakan sebagai
berikut:
1. Buku yang berjudul The art of watching film (Joseph M. Boggs)
Dari buku yang berjudul The Art of Watching Film ini menjelaskan bahwa film memiliki sesuatu yang unik dan dapat dibedakan dari segenap media lain,
disebabkan film memiliki tiga unsur yaitu gambar, suara dan gerak yang
membuat citarasa kenyataan melimpah ruah yang dapat disampaikan, sehingga
film lebih berpengaruh dibandingkan dengan media lain.
2. Buku yang berjudul Menjelajahi Bintang Galaksi Dan Alam Semesta (Gunawan A. Admiranto)
Polusi cahaya menimbulkan dampak negatif yaitu hilangnya pesona langit pada
malam hari.
3. Buku yang berjudul Astronomi (Robin Kerrod)
Adanya polusi cahaya akibat lampu kota semakin mempersulit upaya manusia
untuk menikmati keindahan langit pada malam hari. Selain itu polusi cahaya
juga dapat mengganggu pengamatan astronomi.
Fiksi ilmiah sendiri oleh publik sastra tanah air secara sempit didefinisikan
hanya sebagai karya sastra yang berkisah tentang teknologi-teknologi masa
depan. Padahal tidak hanya seperti itu, setiap karya sastra yang menggunakan
unsur-unsur fakta, data, maupun pristiwa yang didapatkan melalui riset dengan
validitas metodologi dapat digolongkan sebagai fiksi ilmiah.
5. Bosscha Observatory
Polusi cahaya adalah merujuk pada suatu keadaan cahaya yang berlebih, baik
dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber buatan.
6. Buku yang berjudul Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film
Dokumenter (Gatot Prakosa)
Film pendek mengarah pada pencarian bentuk alternatif pada media itu sendiri
dan didukung oleh peroses pengambilan gambar yang singkat dan jelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa polusi cahaya dapat mengganggu
penggamatan astronomi dan keindahan langit malam yang diinformasikan
melalui media film, film sendiri sebagai sarana penyampaian pesan yang lebih
baik dari media lain dengan kelebihannya. Dibantu menggunakan genre fiksi
ilmiah yang selama ini hanya dihanggap sebagai genre yang mengkisahkan
teknologi dan masa depan.
Keyword: Visual, Polusi, Astronomi, Ilmiah, cahaya, film pendek.
7. Anggara
Timelapse photography adalah pengembangan dari bidang fotografi yang
menjadikan sekumpulan foto yang diambil dalam periode tertentu menjadi
hingga berjam-jam, sedangkan timing pengambilan foto bisa dibuat berkala
setiap beberapa detik hingga menit, tergantung kebutuhan Obyek yang difoto
biasanya adalah obyek yang punya gerakan sangat lambat, seperti gerakan
awan, matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Meski begitu timelapse boleh
juga dipakai untuk merekam gerakan yang lebih cepat seperti manusia yang
berjalan, meski nanti hasilnya gerakan manusia itu akan tampak sangat cepat.
Keyword: Fast (cepat)
3.2.2 Studi Eksisting
Untuk pematangan ide dan konsep dalam pembuatan film Tugas Akhir ini
penulis membutuhkan studi eksisting untuk mengkaji karya film fiksi ilmiah yang
sudah ada. Beberapa karya film fiksi ilmiah diantaranya:
1. Merv
Gambar 3.1 Tampilan Film Merv (Sumber: www.youtube.com)
Film pendek yang berjudul Merv ini bergenre fiksi ilmiah yang disutradai
oleh Matt Inns bercerita tentang seorang peria yang bernama Merv hidup
sendiri setelah kiamat melanda Bumi. Merv merawat tumbuhan terakhir yang
pada akhirnya sinyal radio Merv pun berbunyi dan ternyata ada orang kedua.
Orang keduanyapun adalah seorang wanita. Film pendek ini memiliki kisah
yang menarik kesan ekperimen dalam genre fiksi ilmiah sangat terlihat. Studi
eksisting yang akan diambil didalam film ini adalah eksperimen.
Keyword: Experiment (eksperimen)
2. The Island
The Island merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Michael Bay. Film ini menceritakan tentang penggandaan
manusia (cloning) yang berada di dalam suatu tempat rahasia yang disebut
The Island. Hampir semua manusia yang hidup ditempat itu palsu yang terbentuk dari hasil penggandaan. Sehingga seorang tokoh utama dalam film
itu penasaran dan ingin tahu tentang tempat yang ia tinggali. Hingga akhirnya
dia berhasil keluar dari tempat tersebut. Studi eksisting yang diambil dari film
The Island adalah penokohan karakter yang bersifat ingin tahu.
Gambar 3.2 Film The Island (Sumber: www.imdb.com)
3. Inception
Inception juga merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Christopher Nolan. Film Inception berceritakan tentang penjelajahan mimpi menggunakan teknologi. Film Inception memiliki cerita yang cukup berat dan membingungkan. Film yang membuat para penonton
berfikir tentang alur ceritanya dengan kata lain mengasah otak.
Inception juga merupakan film panjang yang bergenre fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Christopher Nolan. Film Inception berceritakan tentang penjelajahan mimpi menggunakan teknologi. Film Inception memiliki cerita yang cukup berat dan membingungkan. Film yang membuat para penonton
berfikir tentang alur ceritanya dengan kata lain mengasah otak.
Studi Eksisting yang diambil dari film Inception adalah tehnik penceritaan
yang cukup mengasah otak.
Gambar 3.3 Film Inception (sumber: www.imdb.com)
3.2.3 Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung
antara pewawancara dengan responden yang bersifat pengumpulan data (Budiarto,
anggraeni 2003: 40). Adapun hasil dari ringkasan data yang penulis dapatkan dari
narasumber yang merupakan pakar fiksi ilmiah, astronomi dan keindahan.
1. Yusron Fuadi
Yusron Fuadi adalah orang yang berpengalaman di dalam pembuatan film
fiksi ilmiah mengatakan bahwa. Film fiksi ilmiah bisa mengandung unsur
apapun mau digabung sama romantic, jadinya back to the future digabung dengan filosofi jadinya 2001: A space oddysey digabung dengan thriller jadinya minority report digabung kungfu jadinya the matrix digabung kisah samurai jadinya s .
Kelebihan film fiksi ilmiah bisa jadi penanda jaman yang kalau bagus bahkan
bisa menginspirasi dunia ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Kelebihan lain
Indonesia masih kekurangan sutradara fiksi ilmiah. Kekurangannya bisa
mahal kalau tidak pakai otak bikinnya. Sudah saatnya di bikin karya yang
bisa dibanggakan di genre itu.
Keyword: Rare (langkah).
2. Hendy Wicaksono
Hendy Wicaksono adalah seorang fotografer profesional yang memiliki
banyak pengalaman tentang foto malam hari. Hendy Wicaksono mengatakan
langit, jika kita sedang berkonsentrasi untuk mengabdikan gugusan bintang
dikarenakan polusi cahaya akan turut mempengaruhi eksposure yang akan
dibaca oleh kamera dan hal tersebut berpengaruh pada hasil foto yang kurang
tajam serta ngefog atau berkabut dan saat kamera membaca kelangit yang
notaben gelap maka pusat polusi cahaya akan over eksporsur atau kelebihan
cahaya dikarenakan kamera hanya mampu membaca satu eksposure yaitu under, normal dan over. Kalau segi baiknya polusi cahaya dapat berperan sebagai point of intrest atau pusat dari perhatian mata pada saat kita melakukan foto cityscape, gugusan cahaya akan menimbulkan kesan tersendiri terhadap gambar yang dihasilkan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari data wawancara yang terdiri dari
beberapa sumber adalah di Indonesia sendiri masih kekurangan sutradara
fiksi ilmiah dan polusi cahaya dapat merusak keindahan langit, mengganggu
pengamatan jika sedang berkonsentrasi untuk mengabdikan gugusan bintang.
Keyword: Effect.
3.2.4 Segmentasi, Targeting, Positioning
Segmentasi dan targeting dibutuhkan untuk memenuhi standar pembuatan
film yaitu sebagai berikut:
1. Segmentasi
Segmentasi yang digunakan dalam projek tugas akhir ini yaitu segmentasi
2. Targeting
Target penonton mahasiswa atau masyarakat yang terpelajar hingga dapat
mudah memahami tentang polusi cahaya.
3. Positioning
Positioning yang ingin dicapai didalam Tugas Akhir ini adalah menempatkan
film pendek ini dengan kisah antusias seorang pemuda dalam mengatasi
Polusi Cahaya.
Keyword: Realize
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisa data interaktif,
yakni terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Pada tahap ini penulis meringkas dan mengklasifikasikan data-data yang
penulis dapatkan berdasarkan wawancara pada pihak terkait, studi pustaka
dan study eksisting.
2. Penyajian data
Pada bagian ini, penulis menyajikan hasil analisis dari wawancara, studi
pustaka dan studi eksisting.
3. Kesimpulan
Pada tahap ini, penulis menyimpulkan hasil dari analisis data, untuk
3.4 Reduksi dan Penyajian Data
Pada tahap penyajian data ini penulis memaparkan hasil dari pengolahan
data yang telah direduksi untuk dapat ditelaah lebih lanjut guna menghasilkan
3.5 Keyword
Dari penyajian data yang telah dianalisis, kembali dikaji untuk mendapatkan
keyword baru. Selanjutnya keyword baru tersebut akan dipergunakan sebagai konsep dalam pembuatan film pendek.
Dari data-data pada penyajian data tersebut telah ditemukan tiga hasil data
keyword yaitu modern (moderen), disrupt (mengganggu), dan innovation (inovasi). Dari keyword tersebut disederhanakan kembali menjadi keyword yang akan mewakili tiga kata tersebut yaitu intelligent (cerdas).
Dalam Oxford Dictionaries (oxforddictionaries.com) intelligent yang berarti “keadaan dan tindakan dalam menanggapi berbagai sesuatu” dan di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) “Sempurna perkembangan akal budinya
untuk berfikir, mengerti dan sebagainya”.
Berdasarkan keyword modern (moderen), disrupt (mengganggu), dan
innovation (inovasi) masing masing dapat dicocokan dalam pengertian Advisories (Himbauan) dan Rational (Mampu berpikir bijaksana atau logis) dan disederhanakan kembali menjadi Intelligent, yaitu cerdas dalam perkembangan dan penyelesaian masalah. Dari hasil tersebut di atas dapat dilihat pada gambar
Gambar 3.4 Bagan Keyword (Sumber: Olahan Pribadi)
3.6 Analisa Warna
Setelah menemukan keyword selanjutnya adalah analisa warna, warna yang yang akan digunakan pada perancangan film pendek ini didapatkan dari teori
Gambar 3.5 Warna (Sumber : Kobayashi, 1998)
Warna di atas berhasil didapatkan dari keyword intelligent dan didapatkan dalam jenis warna bersifat rational (rasional). Di dalam Kamus Oxford (oxforddictionaries.com) rational adalahmampu berfikir bijaksana atau logis.
3.7 Analisa Tipografi
Tipografi merupakan salah satu komponen terpenting di dalam dunia desain
dan multimedia. Di dalam Tugas Akhir ini tipografi yang terpilih adalah tipografi
berjenis sans serif seperti pada gambar 3.8.
Gambar 3.6 Huruf Serif dan Sans Serif (Sumber: Moser, 2003)
Jenis huruf sans serif merupakan huruf-huruf populer pada era moderen,
yang artinya font dengan lengkung diujungnya. Sifat yang tanpa lengkung
menjadikan sans serif bernuansa tegas jelas dan berkarakter.
Huruf yang terpilih adalah Dense yang termaksud dalam sans serif typografi
seperti pada gambar 3.7 berikut ini.
Gambar 3.7 Font Dense (Sumber: creativebloq.com)
Huruf yang dibuat oleh seniman Kanada Charles Daoud ini berkesan
Serbaguna, pintar, Geometris dan elegant cocok dengan konsep Tugas Akhir yaitu
Intelligent.
3.8 Ide dan Konsep
1. Ide
Ide dalam pembuatan film pendek ini yaitu membuat film pendek tentang
polusi cahaya yang dapat memberitahu penonton tentang dampak dampak
polusi cahaya yang dikemas di dalam salah satu media komunikasi massa
yaitu media film.
2. Konsep
film pendek dengan genre film fiksi ilmiah, hal ini disebabkan karena fiksi
ilmiah film yang berunsur ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
penambahan visual effect dan time lapse film ini akan sangat berbeda dengan
film terdahulu.
3.9 Perancangan Karya
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat di buat konsep
prancangan karya tugas akhir seperti bagan gambar 3.9 berikut ini
Gambar 3.8 Bagan Perancangan Karya (Sumber: Olahan Pribadi)
3.9.1 Pra Produksi
Pra Produksi merupakan suatu tahap awal proses pembuatan film, Dimulai
1. Masalah
Masalah merupakan inti dasar dari pembuatan film tugas akhir ini yang
disebabkan berada di area pendidikan, masalah didapatkan dari suatu hal
yang ganjil dan patut diteliti.
a. Wawancara
Setelah menemukan masalah mulailah menggumpulan data dengan
berbagai metode salah satunya wawancara.
b. Studi literatur
Pengumpulan data melalui sumber-sumber internet dan buku.
c. Studi Eksisting
Pengumpulan data dengan cara mengkaji karya sejenis yang pernah ada.
2. Riset
Setelah melakukan pembelajaran tentang masalah didapatkanlah data-data
yang akan diolah menjadi konsep dan ide cerita.
4. Kru Produksi
Setiap pembuatan film membutuhkan kru produksi yang sesuai dengan
bidang yang ada di lapangan, yang terdiri dari beberapa divisi sebagai
g. Director Of Photograpy h. Editor
i. Visual effect j. Music 5. Casting
Tahap casting merupakan salahsatu bagian yang tidak mudah yaitu memilih
pemeran untuk film yang akan di buat.
6. Location
Menentukan lokasi penggambilan gambar.
7. Budgeting
Menentukan dan menyiapkan anggaran keseluruhan yang dibutuhkan dalam
8. Chall sheet
Chall sheet merupakan susunan jadwal kerja dalam pembuatan film. 9. Briefing produksi
Briefing produksi merupakan tahap yang penting agar produksi dapat terlaksana sesuai mekanisme dan prosedur kerja yang diinginkan (Widagdo &
Gora 2007: 5-7).
3.9.2 Produksi
Tahap produksi mulai pada pembuatan karya yang telah direncanakan dan
tiperhitungkan adapun proses produksi sebagai brikut.
1. Shoting
Shoting merupakan proses penggambilan gambar, shoting pula yang menentukan berhasil atau tidak seorang sutradara dalam pembuatan film.
Shoting juga terdiri dari beberapa komponen penting yaitu sebagai berikut: a. Tata Setting
b. Tata cahaya
c. Tata kostum
d. Tata rias
2. Take Audio
Disaat produksi tidah hanya melakukan pengambilan gambar tetapi juga
3. Evaluasi Kerja Produksi
Evaluasi kerja dalam produksi bertujuan agar kesalahan dan kendala produksi
pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari berikutnya.
4. Editing Video
Proses editing merupakan proses memilih hasil shooting yang sempurna lalu
digabungkan melalui komputer dengan menggunakan aplikasi editing video.
5. Visual Effect
Visual effect merupakan sentuhan effect visual yang diberikan ke dalam film dan video.
6. Color Grading
Mengoreksi warna dalam video agar warna yang dihasilkan sesuai dengan
konsep.
7. Editing Audio
Editing audio berfungsi untuk memperbaiki suara suara yang sekiranya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
8. Musik
Pemberian nada pada suatu adegan agar suasana cerita dapat dirasakan secara
nyata (Widagdo & Gora 2007: 5-7).
3.9.3 Pasca Produksi
Pasca produksi merupakan proses setelah produksi, yang terdiri dari
1. Ofline
Editing yang hanya sebatas struktur yang sesuai dengan jalan cerita
2. Online
Editing yang telah tuntas dan siap dipreview
3. Preview
Melihat kembali lebih detil hasil video atau film yang telah selsai.
4. Revisi
Memperbaiki jika ada kesalahan disaat preview. 5. Publikasi
Penerbitan film atau video yang berhasil dibuat (Widagdo & Gora 2007: 5-7).
3.10 Sekenario
Skenario adalah blue print dalam sebuah film adapun urutannya yang terdiri
sebagai berikut.
3.10.1 Sinopsis
Fatih merupakan seorang anak dari keluarga ilmuan. Setelah ayah dan
ibunya meninggal Fatih tinggal bersama bibinya yang merupakan dosen di
universitas kesenian. dia berhasil menjadi sarjana seni di Universitas Kesenian
dengan keahlian fotografinya.
Fatih sangat mencintai kesunyian pada malam hari. Fatih selalu merasa risih
dan berfikir tentang bintang-bintang yang selalu bersembunyi pada saat malam
lalu Fatih bertemu dengan seorang mahasiswa astronomi yang bernama Nimitya
ambrawati.
Penelitian dimulai oleh Fatih dan Nimitya segala rintangan mereka hadapi
bersama, namun tiba-tiba data penelitian Faith dicuri. Fatih Frustasi dan
kebingungan antara melanjutkan atau membatalkan penelitiannya.
3.10.2 Treatment
1. INT.KAMAR FATIH.SOREH HARI
Fatih sedang mengetik lalu mengklik submit your photo pada layar laptop.
suara klik. Fatih berdiri dari tempat duduknya mengemaasi telescopenya.
Time lapse dari ketinggian lampu rumah menyala satu persatu. View kota dari
ketinggian
2. EXT.TAMAN.MALAM HARI
Fatih membuka tas mengambil kertas dan pulpen dan menggambar typografi.
Fatih menaruh kertas dipaha menggambar “withot darkness stars cant shine
stop light polution”. lampu jalan/taman menyala. Nimitya berjalan lalu duduk di sebelah Fatih dan memainkan hp. Suara tangis ber bisik bisik. Fatih
menoleh ke arah Nimitya. Nimitya menutup mulut dan hidungnya sambil menangis.
3. EXT.JALAN.MALAM.HARI
4. INT.KAMAR.MALAM HARI
Fatih mengeliarkan telescope dan kertas lalu menempelkan hasil karyanya di
mading.
5. EXT.TAMAN.MALAM HARI
Fatih duduk di kursi taman dan sedang mengetik lalu mengklik submit your
photo(twitter). Sesaat Nimityapun datang dan memberi tahu Fatih tempat
melihat bintang.
6. INT.KAMAR.MALAM HARI
Fatih mengeluarkan telescopenya lalu diletakan di atas meja, Fatih membuka
komputer dan mengketik earth hour. Fatih berbicara sambil menutup mulut
menggunakan tangannya dan tersenyum. Suara printer.
7. EXT.JALANAN.MALAM HARI
Fatih memasang poster polusi cahaya di jalanan
8. INT. KAMAR FATIH.MALAM HARI
Fatih memasang poster polusi cahaya di mading
9. INT.KAMAR FATIH. SOREH HARI
Suara notification dari laptop 10x secara beruntun, establishingfoto2 dikamar fatih, fatih membuka laptop. Fatih memegang dagunya sambil tersenyum. Fatih melihat gambar typo earth hour yang ada nomernya Nimitya. Fatih bergegas pergi. Setelah pergi seseorang mencuri leptop Fatih.
10. EXT.TAMAN.SOREH HARI
Fatih berjalan menuju tempat duduk taman. Nimitya duduk di bangku taman
11. INT.KAMAR FATIH.MALAM HARI
Fatih duduk di kursi meja laptop nunduk sambil menutup wajahnya dengan
kedua tangannya.
12. INT.KAMARFATIH.PAGI HARI
Dua bulan kemudian, meja Fatih penuh dengan debu, establishing kamar
Fatih, Fatih sedang tertidur terlihat sangat berantakan. Suara hp. fatih menulis
dengan jari di atas mejanya yang berdebu.
13. EXT.BUKIT.MALAM HARI
Lampu kota mati satu persatu. Kota gelap dan terlihat bintang yang indah.
3.10.3 Storyboard
Terlampir
3.10.4 Call Sheet
3.10.5 Karakter Tokoh
Di dalam film ini penulis menggunakan dua karakter tokoh, kedua karakter
ini memiliki karakter yang berbeda. Berikut penjelasan kedua karakter pada tabel
3.3
Tabel 3.3 Tokoh
3.11 Anggaran Dana Budgeting
Dana merupakan hal yang penting dalam pembuatan film rincian anggaran
dana dimulai dari anggaran dana keseluruhan, pra produksi, produksi, dan pasca
produksi. Adapaun anggaran dana keseluruhan seperti pada tabel 3.4 berikut:
No Tokoh Fisiologis Psikologis Sosiologis
Tabel 3.4 Anggaran Dana Keseluruhan
Setelah anggaran keseluruhan penulis akan menjelaskan anggaran dana pra
produksi pada tabel 3.5 berikut
Tabel 3.5 Anggaran dana Pra produksi
Setelah merincikan dana yang dibutuhkan didalam pra produksi penulis
melanjutkan anggaran dana produksi dan apa saja yang dibutuhkan dalam
produksi seperti pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi
No Keterangan Biaya
1 Pra produksi 838.000
2 Produksi 11.570.000
3 Pasca produksi 1.700.000
Tabel 3.6 Anggaran dana Produksi
Setelah produksi mulailah merincikan anggaran dana pasca produksi yang
merupakan kebutuhan publikasi, seperti pada gambar 3.7 berikut:
Table 3.7 Anggaran dana Pasca produksi
No Keterangan Harga satuan Qty Total
1 Kartu nama 5.000 20 100.000
2 Sticker 10.000 5 50.000
3 Pameran 1.500.000 - 1.500.000
4 Poster 50.000 1 50.000
Total 1.700.000
3.11 Publikasi
Dalam tahap publikasi penulis merancang desain konsep pada poster sticker dan
1. Poster
Konsep yang digunakan pada poster adalah dua karakter tokoh melakukan
perannya, Fatih menggambar dan Nimitya membaca mereka dikelilingi oleh
bintang dan di bagian bawah terdapat gambaran kota yang sedang tercemar
polusi cahaya. Contoh sketsa padagambar 3.9 berikut.
Gambar 3.9 Sketsa poster
(Sumber: Olahan Pribadi)
2. Stiker
Konsep pada sticker menggunakan desain yang sama pada poster tetepi
ukurang sticker lebih kecil dari ukuran poster. Contoh pada gambar 3.10
Gambar 3.10 Sketsa Sticker (Sumber: Olahan Pribadi)
3. Cover dan Sampul DVD
Cover dvd menggunakan konsep bintang-bintang dilangit. dan sampul dvd
melihatkan polusi cahaya. Kesimpulanya dibalik polusi cahaya ada
bintang-bintang yang indah contoh pada gambar 3.11 dan 3.12 berikut.
75 5.1 Kesimpulan
Didalam pembuatan proyek Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan Film
Pendek Fiksi Ilmiah Tentang Polusi Cahaya Surabaya Dengan Visual Effects
Timelapse Guna Menyikapi Keindahan Cakrawala” dapat di simpulkan Total
durasi 18 menit, dan melalui proses Praproduksi, Produksi hingga Pasca produksi,
didukung dengan genre fiksi ilmiah dan visual effects time lapse didalamnya
sehingga memberikan kesan pengetahuan yang wajib dimengerti oleh para
penonton.
5.2 Saran
Diharapkan dari pembuatan proyek tugas akhir ini dapat di implementasikan
dengan bijaksana umumnya bagi kalangan yang berpendidikan tentang masalah
besar polusi cahaya.
Diharapkan pula penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan
tehnik-tehnik yang lebih menarik dan konsep yang lebih mendalam tentang polusi
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto A. Gunawan. 2009. Menjelajahi Bintang Galaksi Dan Alam Semesta.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Asura, Enang Rokajat. 2005. Menulis Skenario Dari Iklan Sampai Sinetron.
Yokyakarta: Penerbit ANDI.
Arief, M. Sarif. 2010. Politik Film Di Hindia Belanda. Jakarta Penerbit:
Komunitas Bambu.
Boggs, M. Joseph. 1992. The Art Of Watching Film. Jakarta: Penerbit Yayasan
Citra.
Budiarto, Dr. Eko & Anggraeni Dr. Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi.
Jakarta: Penerbit EGC.
Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Medan: Penerbit
USUpress.
Mosser, Mike. 2003. United We Brand. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kerrod, Robbin. 2005. Astronomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kobayashi, Shigenobu. 1992. Color Image Scale. USA: Penerbit Kodansha.
Komputer, Wahana. 2008. Video Editing Dan Video Production. Jakarta: Penerbit
PT Elex Media Komputindo.
Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi. Jakarta: Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
Lutters. Elisabeth. 2010. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: Penerbit
PT.Grasindo.
Malaky, Al Ekky. 2004. Remaja Doyan Nonton. Jakarta : Penerbit DAR! Mizan.
Prakosa, Gatot. 2008. Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, Dan Film
Purba, Januarius Andi, S.Sn, SE, S.PT. 2013. Shooting Yang Benar!. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Raco, Dr. J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Rampan, Korrie Layun. 1999. Aliran Jenis Cerita Pendek. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, Dan Perempuan. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Umar, Dr Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Penerbit Media Pusindo.
Widagdo, M. Bayu & Gora, S. Winastwan. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah.
Yoyakarta: Penerbit ANDI.
Widiatmoko, Destria & Bharata, Wahyudi Jimmy. 2006. Dunia Fotografi dan
Seni Digital. Jakarta: Pernerbit Pt Elex Media Komputindo
Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Penerbit Yayasan
Obor Indonesia.
Sumber Internet:
Anggara, Kevin. 2013 “Belajar Bikin Time Lapse”
(http://www.kevinanggara.com/2013/12/belajar-bikin-timelapse.html). Diakses 20 Agustus 2015.
Broto, Anjrah Lelono. 2014 “Sastra Tanpa Riset” Kabar Indonesia
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Sastra+Tanpa+Ri set&dn=20141002194402). Diakses 21 Oktober 2014.
Observatory, Bosscha. 2011. ”Informasi Polusi Cahaya”. Institut Teknologi
Bandung.